Anda di halaman 1dari 17

KASUS VI: OTITIS EKSTERNA

BAB I. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

1.1. Identitas Pasien


 Nama : Nn. L
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Usia : 17 tahun
 Alamat : Cisauk, Tangerang
 Pekerjaan : pelajar
 No. Rekam medis : 1210

1.2. Data Gathering


 Jenis Anamnesis
Autoanamnesis di Puskesmas Suradita, pada hari selasa, 27 Februari 2018 pukul 09.15
WIB.

 Keluhan Utama
Nyeri pada telinga kanan.

 Riwayat Penyakit Sekarang


Seorang pasien datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 3
hari yang lalu. Nyeri yang dirasakan pasien muncul dengan tiba-tiba, diawali dengan
rasa gatal, dan nyeri tersebut memburuk seiring waktu. Nyeri yang dialami pasien tidak
menjalar ke leher, kepala, ataupun mata. Nyeri yang dialami pasien semakin memburuk
jika mengunyah atau ketika telinganya ditarik sedikit saja, dan merasa nyeri yang
dialami mereda jika pasien tidak membuka mulutnya terlalu lebar dan tidak banyak
bergerak. Pasien juga merasakan adanya rasa penuh pada liang telinga dan denyut yang
dirasakan terus menerus pada telinga kanan. Telinga kanan pasien juga mengeluarkan
cairan sejak 2 hari yang lalu berwarna bening, agak berbau, tidak ada nanah, dan tidak
ada darah. Selain itu pasien juga mengatakan pendengarannya menjadi berkurang, dan
tidak merasa adanya suara dengung. Gejala lain yang dialami pasien adalah merasa
agak sedikit demam namun tidak tinggi dan pasien tidak mengukur demamnya tersebut,
pasien merasa temperatur demam konstan dan tidak semakin menaik ataupun semakin
menurun, serta tidak ada batuk, pilek, mual, namun ada nyeri menelan. Skala nyeri yang
pasien alami dengan angka 0 paling tidak sakit dan 10 paling sakit adalah 6.

 Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada.

 Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada.

 Riwayat Alergi
Tidak ada.

 Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, tidak
mengkonsumsi narkoba, dan tidak memakan makanan manis yang berlebihan. Pasien
berolahraga setiap hari selasa di sekolahnya. Pasien memiliki kebiasaan suka
menggunakan cotton bud beberapa kali dalam seminggu.

 Riwayat Penggunaan Obat:


Tidak ada.

1.3. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Sakit ringan
Keadaan pasien : Compos mentis
Pernapasan : 16x/menit
Nadi : 88x/menit
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu tubuh : 37°C
BB/TB : 50 kg / 155 cm
BMI : 20,8 kg/m²

Keseluruhan Sistem :
Kepala, wajah, Kepala - Tidak ada massa
dan leher - Tidak ada scar dan lesi
Wajah - Tidak ada scar dan lesi
- Tidak tampak pucat
Leher - Tidak ada lesi, dan scar
- Tidak ada pembesaran, benjolan, dan nyeri
tekan pada kelenjar getah bening
- Tidak ada deviasi trakeal
Mata - Konjungtiva tidak anemis (-/-)
- Sklera tidak ikterik (-/-)
- Tidak ada sekret
Telinga - Kedua telinga simetris
- Terdapat sekret berwarna bening
kekuningan dan agak berbau pada telinga
kanan
Hidung - Cavum nasi ditengah
- Tidak ada sumbatan pada kedua lubang
hidung
- Tidak ada pendarahan atau benda asing
Mulut - Tidak ada sianosis
- Tidak ada gusi yang berdarah
- Mulut tidak kering
Thorax
Jantung Inspeksi - Ictus cordis tidak terlihat
- Tidak nampak ada spider nevus
- Tidak ada barrel chest, pectus excavatum,
dan pectus carinatum
Palpasi - Ictus cordis tidak teraba
Perkusi - Batas jantung kanan atas pada ICS II linea
para sternalis dextra
- Batas jantung kanan bawah pada ICS IV
linea para sternalis dextra
- Batas jantung kiri bawah pada ICS IV
linea medio clavicularis sinistra
Auskultasi - Terdengar suara SI dan S2
- Tidak terdengar suara murmur dan gallop
Paru-paru Inspeksi - Gerakan kedua paru ketika bernafas
simetris
- Tidak ada massa, lesi, dan scar
Palpasi - Pada pemeriksaan taktil fremitus tidak
terdapat peningkatan dan penurunan
getaran pada kedua lapang paru.
Perkusi - Sonor di semua lapang paru
- Batas paru hepar berada di ICS IV linea
medio clavicularis dextra
- Batas paru lambung berada di ICS VIII
linea axilaris anterior
Auskultasi - Suara nafas vesikuler di semua lapang
paru
Abdomen Inspeksi - Tidak terdapat abdominal swelling
- Tidak ada scar dan lesi
- Bentuk perut rata
Auskultasi - Terdengar bising usus selama 20 kali per
menit pada semua regio
Palpasi - Terdapat nyeri tekan pada suprapubik
- Hepar tidak teraba
- Ginjal tidak teraba
- Murphy’s sign (-)
- McBurney’s Sign (-)
- Shifting dullness (-)
Perkusi - Timpani pada semua regio
- Nyeri ketuk CVA (-)
Kulit keseluruhan - Tidak ada sianosis/kebiruan
- Tidak ada jaundice/kekuningan
- Elastisitas dan turgor normal
Ekstremitas - Ekstremitas simetris
- Tidak ada cyanosis
- Tidak ada edema
- Tidak ada clubbing finger
- CRT kurang dari 1 detik
- Ekstremitas hangat
- Tidak ada edema

Pemeriksaan Khusus :
Pemeriksaan Telinga
Bagian Telinga Telinga Kanan Telinga Kiri
Aurikula - Tidak ada deformitas - Tidak ada deformitas
- Tidak ada hiperemis - Tidak ada hiperemis
- Tidak ada edema - Tidak ada edema
- Tidak nampak adanya - Tidak nampak adanya
benjolan benjolan
- Terdapat nyeri padahal - Tidak ada nyeri
telinga hanya ditarik sedikit
kebelakang
Daerah preaurikula - Tidak ada hiperemis - Tidak ada hiperemis
- Tidak ada edema - Tidak ada edema
- Tidak ada fistula - Tidak ada fistula
- Tidak ada abses - Tidak ada abses
- Ada nyeri tekan pada tragus - Tidak ada nyeri tekan pada
- Tidak nampak adanya tragus
benjolan - Tidak nampak adanya
benjolan
Daerah retroaurikula - Tidak ada hiperemis - Tidak ada hiperemis
- Tidak ada edema - Tidak ada edema
- Tidak ada fistula - Tidak ada fistula
- Tidak ada abses - Tidak ada abses
- Tidak ada nyeri tekan - Tidak ada nyeri tekan
- Tidak ada serumen - Tidak ada serumen
- Ada edema - Tidak ada edema
- Tidak nampak adanya - Tidak nampak adanya
benjolan benjolan
Meatus akustikus - Ada hiperemis - Tidak ada hiperemis
eksternus - Tidak ada furunkel - Tidak ada furunkel
- Ada sekret cair, berwarna - Tidak ada otorea
kekuningan, dan agak - Tidak nampak adanya
berbau benjolan
- Tidak nampak adanya
benjolan
Membran timpani - Tidak ada retraksi - Tidak ada retraksi
- Tidak ada bulging - Tidak ada bulging
- Tidak ada perforasi - Tidak ada perforasi
- Nampak adanya cone of - Nampak adanya cone of
light light
- Tidak nampak adanya - Tidak nampak adanya
benjolan benjolan

Pemeriksaan Hidung
Bagian Hidung Hidung Kanan Hidung Kiri
Hidung bagian luar - Tidak ada hiperemis - Tidak ada hiperemis
- Tidak ada rasa panas - Tidak ada rasa panas
- Tidak ada edema - Tidak ada edema
- Bentuk hidung tidak besar dan - Bentuk hidung tidak
tidak kecil besar dan tidak kecil
- Tidak nampak adanya - Tidak nampak adanya
deformitas deformitas
- Tidak ada nyeri tekan - Tidak ada nyeri tekan

Pemeriksaan tenggorokan
Mukosa bukal - Tidak ada hiperemis
- Tidak ada massa
Mukosa gigi - Tidak ada hiperemis
- Tidak ada massa
Palatum durum dan palatu mole - Tidak ada hiperemis
- Tidak ada massa
Mukosa faring - Tidak ada hiperemis
- Tidak ada massa
- Tidak ada edema
- Tidak ada granul
- Tidak ada ulkus
Tonsil - Tidak ada hiperemis
- Ukursan tonsil T1 – T1
- Tidak ada detritus

1.4. Pemeriksaan Penunjang


• Dilakukan :-
• Direncanakan : -
• Disarankan : swab telinga (cairan yang keluar dari telinga kanan), dan biopsi

1.5. Resume
Seorang pasien bernama Nn. L datang ke Puskesmas Suradita pada hari selasa, 27 Februari
2018 pukul 09.15 WIB dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 3 hari yang lalu.
Nyeri yang dirasakan pasien muncul dengan tiba-tiba, diawali dengan rasa gatal, dan nyeri
tersebut memburuk seiring waktu. Nyeri yang dialami pasien semakin memburuk jika
mengunyah atau ketika telinganya ditarik. Pasien juga merasakan adanya rasa penuh pada
liang telinga dan denyut yang terus menerus pada telinga kanan. Telinga kanan pasien juga
mengeluarkan cairan sejak 2 hari yang lalu berwarna bening, agak berbau, tidak ada nanah,
dan tidak ada darah. Selain itu pasien juga mengatakan pendengarannya menjadi agak
redup, dan tidak merasa adanya suara dengung. Gejala lain yang dialami pasien adalah
nyeri kepala sebelah kanan, merasa agak sedikit demam namun tidak tinggi dan pasien
tidak mengukur demamnya tersebut, serta tidak ada batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan.
Skala nyeri yang pasien alami dengan angka 0 paling tidak sakit dan 10 paling sakit adalah
6. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, tidak mengkonsumsi
narkoba, dan tidak memakan makanan manis yang berlebihan. Pasien berolahraga setiap
hari selasa di sekolahnya. Pasien memiliki kebiasaan suka menggunakan cotton bud
beberapa kali dalam seminggu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan suhu pasien 37°C;
adanya rasa sakit ketika aurikula ditarik kebelakang, nyeri tekan pada tragus di daerah
preaurikula; ada edema pada daerah retroaurikula pada telinga kanan; ada hiperemis pada
meatus akustikus eksternus telinga kanan; dan adanya sekret cair, bening dengan warna
kekuningan, dan agak berbau. Pemeriksaan yang dilakukan adalah otoskopi dan hasil dari
otoskopi sudah dijelasankan pada kalimat sebelumnya. Pemeriksaan yang disarankan
adalah swab telinga (cairan yang berasal dari telinga kanan) dan biopsi.

1.6. Diagnosis Kerja


Otitis eksterna

1.7. Diagnosis Banding


Otitis eksterna nekrotik dan otitis media akut

1.8. Tatalaksana
Nonfarmakologi
- Edukasi mengenai penyakit pasien, menjaga kebersihan telinga, dan prognosis

Farmakologi
- Amoxicillin 3 x 500 mg selama 3 hari
- Paracetamol 3 x 500 mg p.r.n

1.9. Prognosis
- Quo ad Vitam : Bonam
- Ad functionam : Bonam
- Ad sanationam : Bonam
BAB II. Tinjauan Pusaka

2. Disease Review:
 Definisi:
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri
dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab timbulnya
otitiseksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma local dan alergi.
Faktor inimenyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari
epitelskuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local yang mengakibatkan bakteri
masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis
eksterna akutadalah pseudomonas (41%), strepokokus (22%), stafilokokus aureus
(15%) dan bakteroides(11%). Istilah otitis eksterna akut meliputi adanya kondisi inflasi
kulit dari liang telinga bagian luar.

Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat
menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang
telingaterlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan
lokal otitiseksterna. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang
paling umumdisebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus dan proteus, atau jamur. 2

 Patofisiologi:
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan
dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih kapas
telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit
mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga
diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga.

Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga
ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang
telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.

Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya lapisan


protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma
lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan
eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi
pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.

Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan


rasanyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan / nanah
yang bisamenumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran
suara akanterhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.

Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna yaitu pseudomonas


(41%),streptokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). Infeksi
pada liangtelinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang
temporal.Otalgia pada otitis eksterna disebabkan:
 Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan
jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema
dermisakan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
 Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit
dantulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga
akandihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga
mengakibatkan rasasakit yang hebat pada penderita otitis eksterna. 2

Gambar 1. Patofisiologi Otitis Eksterna


 Etiologi:
Otitis eksterna dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa,
Proteus mirabilis, Staphylococcus, Streptococcus, dan beberapa bakteri gram negatif.
Dapat juga disebabkan oleh jamur sereti Jamur golongan Aspergillus atau Candida sp.
Otitiseksterna difusa dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.

Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu :


 Derajat keasaman (pH)
PH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi sebagai
protektor terhadap kuman. Bila terjadi perubahan pH menjadi basa maka akan
mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh karena proteksi
terhadap infeksi menurun.
 Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur mudah tumbuh.
 Trauma
Trauma ringan misalnya setelah mengorek telinga merupakan factor predisposisi
terjadinya otitis eksterna.
 Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Perubahan warna kulit liang telinga
dapat terjadi setelah terkena air. 3

 Gejala dan Tanda:


- Otalgia
- Berkurangnya pendengaran
- Rasa penuh pada telinga
- Tinnitus
- Gatal (terutama pada infeksi fungal atau Otitis Eksterna Kronik) 1

 Diagnosis:
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan dengan gejala awal berupa gatal.
Rasagatal berlanjut menjadi nyeri yang sangat dan terkadang tidak sesuai dengan
kondisi penyakitnya (mis, pada folikulitis atau otitis eksterna sirkumskripta). Nyeri
terutama ketikadaun telinga ditarik, nyeri tekan tragus, dan ketika mengunyah
makanan.

Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai kental purulen
tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur biasanya akan
bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau.

Pendengaran pasien bisa normal atau sedikit berkurang, tergantung pada besarnya
furunkel atau edema yang terjadi dan telah menyumbat pada liang telinga.

Didapatkan riwayat faktor predisposisi misalnya kebiasaan berenang pada


pasien,ataupun kebiasaan mengorek kuping dengan cotton bud bahkan menggunakan
bulu ayam yang merupakan media penyebaran infeksi.

Pemeriksaan fisik pada pasien biasanya:


- Kulit MAE (Meatus Akustikus Eksternus) edema, hiperemis merata sampai ke
membran timpani dengan liang MAE penuh dengan sekret. Jika edema hebat,
membran timpani dapat tidak tampak.
- Pada folikulitis akan didapatkan edema, hiperemis pada pars kartilagenous MAE
- Nyeri tragus (+)
- Tidak adanya partikel jamur
- Adenopati reguler dan terkadang didapatkan nyeri tekan 1

 Tatalaksana:
Otitis ekseterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat menghilangkan
edema yang menyumbat liang telinga. Untuk tujuan ini biasanya perlu disisipkan
tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga mengandung obat agar mencapai
kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon kasa disisipkan perlahan-
lahandengan menggunakan forsep hartmann yang kecil. Penderita harus meneteskan
obat tetestelinga pada kapas tersebut satu hingga dua kali sehari. Dalam 48 jam tampon
akan jatuh dariliang telinga karena lumen sudah bertambah besar.
Polimiksin B dan colistemethate merupakan antibiotic yang paling efektif terhadap
pseudomonas dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik seperti glikol propilen
yangtelah diasamkanbahan kimia lain, seperti gentian violet 2% dan perak nitrat 5%
bersifatbakterisid dan bisa diberikan langsung ke kulit liang telinga. Setelah reaksi
peradanganberkurang, dapat ditambahkan alcohol 70% untuk membuat liang telinga
bersih dan kering.

Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin


terjadipada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya pasien harus
menjaga agartelinganya selalu kering, menggunakan alcohol encer secara rutin tiga kali
seminggu. Jugaharus diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga dengan
cotton bud terlalu sering. 3

 Komplikasi:
- Perikondritis
- Selulitis
- Dematitis aurikularis 1

 Prognosis:
Kebanyakan insiden dari Otitis Eksterna (OE) dapat sembuh dengan mudah. Sebagian
besar pasien membaik dalam 48-72 jam pemberian antibiotik. Jika pasien masih tidak
sembuh padahal sudah diberikan antibiotik selama 2-3 hari harus memperkirakan
diagnosis yang lain dan dievaluasi kembali. OE biasanya hilang sepenuhnya dalam 7-
10 hari. Pada beberapa pasien dengan OE, telinga harus didebridisasi untuk resolusi
penuh. Dilakukannya bedah dan drainase kadang diperlukan.

Pada beberapa pasien, OE dapat menyebabkan otalgia berat yang mengharuskan


pemberian obat narkotik penghilang rasa sakit. Nyeri biasanya membaik dalam 2-5 hari
setelah dimulainya terapi. Kehilangan pendengaran sementara umum terjadi hasil
sekunder pada oklusi kanal. Infeksi berat dapat menyebabkan limfadenitis atau selulitis
pada wajah atau leher.
Jika tidak ditangani, infeksi dapat menyerang struktur yang lebih dalam dan
berkembang menjadi nekrosis (maligna) OE, yaitu kondisi serius yang memerlukan
pengobatan yang lama dan sering menyebabkan morbiditas atau mortalitas berat.
Komplikasi ini hampir secara eksklusif terlihat pada pasien immunocompromised,
seperti mereka yang menderita diabetes, pasien AIDS, mereka yang menjalani
kemoterapi, dan pasien yang memakai obat imunosupresan (misalnya, glukokortikoid).
Pseudomonas adalah organisme yang paling banyak ikut serta di sebagian besar kasus.

Ketika necrotizing OE berkembang, mortalitas sekitar 20% berada pada orang dewasa,
terutama karena komorbiditas yang terkait, dan perluasan infeksi yang cepat sehingga
dapat terjadinya sepsis atau ekstensi intrakranial. Jika tidak ditangani, OE nekrotika
memiliki mortalitas mendekati 50%. Komplikasi ini harus dicurigai jika nyeri pasien
tampak semakin memburuk atau jika nampaknya jaringan granulasi pada liang telinga.
1
BAB III. Clinical Reasoning

Pasien tersebut mengalami otitis eskterna. Gejala yang pasien alami adalah nyeri pada telinga
kanan sejak 3 hari yang lalu, nyeri yang dialami pasien muncul dengan tiba-tiba yang diawali
dengan rasa gatal, nyeri memburuk seiring waktu, merasa nyeri yang dialami semakin parah
jika telinga ditarik kebelakang dan jika sedang mengunyah, adanya rasa penuh pada liang
telinga dan denyut yang terus menerus, adanya cairan pada telinga kanan pasien yang berwarna
bening agak kekuningan, agak berbau namun tidak adanya darah dan nanah, dan pasien merasa
pendengarannya menjadi agak redup. Gejala tambahan yang dialami pasien adalah sakit kepala
sebelah kanan, dan merasa agak sedikit demam. Pasien memiliki kebiasan menggunakan cotton
bud beberapa kali dalam seminggu, dan itu adalah salah satu etiologi tersering otitis eksterna.
Hasil pemeriksaan fisik dan otoskopi adalah suhu 37°C, adanya rasa sakit ketika aurikula
ditarik kebelakang, nyeri tekan pada tragus di daerah preaurikula, adanya edema pada daerah
retroaurikula telinga kanan, adanya hiperemis pada media akustikus eksternus telinga kanan,
dan adanya sekret cair yang bening berwarna kekuningan dan agak berbau. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan adalah otoskopi, dan pemeriksaan penunjang yang disarankan
adalah swab telinga agar mengetahui antibiotik yang tepat sehingga menurunkan resiko
resistensi terhadap antibiotik, dan biopsi untuk menghilangkan diagnosa banding.

Diagnosa banding pada pasien ini adalah otitis eksterna nekrotik dan otitis media akut. Pasien
diduga tidak mengalami otitis eksterna nekrotik karena biasanya penyakit ini 90% dialami oleh
pasien diabetes dan pasien immunocompromised, namun pada pasien ini, ia tidak memiliki
riwayat kedua penyakit tersebut dan riwayat kebiasaan pasien tidak mengkonsumsi makanan
dengan gula yang berlebihan. Namun untuk lebih mendukung diagnosa kerja, disarankan
dilakukan biopsi karena CT Scan dan MRI tidak dapat melihat dengan baik kemunculan
penyakit ini.

Kita sudah bisa menghapus diagnosa banding otitis media akut karena sudah dilakukannya
otoskopi dan telinga bagian tengah nampak normal, yaitu tidak adanya perforasi pada membran
timpani, tidak nampak adanya hiperemis, dan adanya massa pada telinga bagian tengah. Namun
pada bagian telinga eksterna nampak adanya rasa sakit ketika aurikula ditarik kebelakang, nyeri
tekan pada tragus di daerah preaurikula, adanya edema pada daerah retroaurikula telinga kanan,
dan adanya hiperemis pada media akustikus eksternus telinga kanan. Oleh karena itu kita sudah
dapat menghapus diagnosa banding otitis media akut.
Tatalaksana nonfarmakologi pada pasien ini adalah edukasi mengenai penyakit pasien,
memberi tahu cara untuk menjaga kebersihan telinga yaitu dengan selalu menjaga telinganya
agar benar-benar kering setelah mandi, tidak menggaruk atau membersihkan telinga dengan
cotton bud terlalu sering dan membersihkan telinga bagian luar saja karena telinga kita sudah
memiliki mekanisme untuk membersihkan dirinya sendiri, dan memberi tahu prognosis pasien
yaitu biasanya penyakit ini sembuh dengan hasil yang baik, namun bisa terulang lagi jika pasien
tidak menjaga telinganya dengan baik dengan cara-cara yang sudah disebutkan diatas.

Tatalaksana farmakologi pada pasien tersebut adalah Amoxicillin 500 mg (antibiotik) diminum
3 kali sehari selama 3 hari, dan paracetamol 500 mg diminum 3 kali sehari jika diperlukan
sebagai analgesik agar dapat meredakan nyeri yang dialami pasien.
Referensi:

1. Otitis Externa [Internet]. Practice Essentials, Background, Anatomy. 2018 [cited


2018Apr13]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/994550-overview#a7

2. McCance KL, Huether SE. Pathophysiology: the biologic basis for disease in adults and
children. 6th ed. St. Louis, MO: Elsevier; 2010.

3. Kasper D, Fauci A, Hauser S. Harrison's Principles of Internal Medicine. 19th ed.

Anda mungkin juga menyukai