1. A. Makanan Halal
B. Minuman Halal
1. Semua jenis air atau cairan yang tidak membahayakan bagi kehidupan manusia, baik
membahayakan dari segi jasmani, akal, jiwa, maupun akidah.
2. Air atau cairan yang tidak memabukkan walaupun sebelumnya pernah memabukkan
seperti arak yang berubah menjadi cuka.
3. Air atau cairan itu bukan berupa benda najis atau benda suci yang terkena najis.
4. Air atau cairan yang suci itu didapatkan dengan cara-cara yang halal yang tidak
bertentangan dengan ajaran agama Islam.
2. A. Makanan Haram
Kebolehan penyembelihan hewan secara mekanis ini dinyatakan secara tegas oleh Komisi Fatwa
Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya pada hari Senin, tanggal 24 Syawal 1396 H/ 18 Oktober
1976, yang diketuai oleh KH. M. Syukri Ghozali dan disekretarisi oleh H. Amiruddin Siregar.
Keputusan sidang tersebut adalah sebagai berikut: “Menetapkan/memfatwakan bahwa
penyembelihan hewan secara mekanis pemingsanan merupakan modernisasi berbuat ihsan kepada
hewan yang disembelih sesuai dengan ajaran Nabi saw. dan memenuhi persyaratan ketentuan syar'i
dan hukumnya sah dan halal, dan oleh karenanya, diharapkan supaya kaum muslimin tidak
meragukannya”. Sabda Rasulullah SAW, ''Bahwasanya Allah SWT menetapkan ihsan (berbuat baik)
atas tiap-tiap tindakan. Apabila kamu ditugaskan membunuh maka dengan cara baiklah kamu
membunuh dan apabila engkau hendak menyembelih maka sembelihlah dengan cara baik. Dan
hendaklah mempertajam salah seorang kaum akan pisaunya dan memberikan kesenangan yang
disembelihnya (yaitu tidak disiksa dalam penyembelihannya).
a. Daging kurban sebaiknya dibagikan kepada fakir miskin masih mentahan, dengan ketentuan
sebagai berikut: 1/3 untuk yang berqurban dan keluarganya, 1/3 untuk fakir miskin, dan 1/3 untuk
hadiah kepada masyarakat sekitar atau disimpan agar sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan. Tujuan
pembagian ini untuk mengikat tali silaturahim, dan sebagian untuk dirinya sendiri (yang berkurban).
Pandangan tersebut juga dikemukakan oleh Yusuf Qardhawi dan menambahkan bahwa seandainya
yang bersangkutan (pengurban) menyedekahkan seluruh daging kurbannya, tentu hal itu lebih
utama dan lebih baik lagi, dengan syarat ia harus mengambil berkah, seperti makan hatinya atau
lainnya.
b. Hendaknya daging akikah tersebut dibagi menjadi tiga bagian: satu bagian untuk keluarga,
satu bagian untuk disedekahkan kepada fakir miskin, dan satu bagian untuk dibagi-bagikan kepada
para tetangga. Berkata Ibnu Hazm; “Dikonsumsi, dibagikan, dan disedekahkan, semua ini hukumnya
sunah, bukan wajib.” Daging akikah sama dengan daging kurban tidak boleh dijual walaupun
kulitnya. Disunahkan daging akikah dimasak terlebih dahulu sebelum dibagikan, atau mengundang
langsung untuk datang menyantap daging yang sudah dimasak. Orang yang melaksanakan akikah
boleh memakan dan menyimpan sedikit dari daging tersebut, kecuali akikah karena nazar.