Anda di halaman 1dari 86

PENGARUH EKSTRAK BAWANG HITAM (BLACK GARLIC)

TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH

PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) BERDASARKAN

LAMA PEMANASAN

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH

FAISMA ROSITA

13.018

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

PUTRA INDONESIA MALANG

AGUSTUS 2016
2

PENGARUH EKSTRAK BAWANG HITAM (BLACK GARLIC)

TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH

PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) BERDASARKAN

LAMA PEMANASAN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan kepada
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
Untuk memenehi salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan program D-3
bidang Analis Farmasi dan Makanan

OLEH

FAISMA ROSITA

13.018

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

PUTRA INDONESIA MALANG

JULI 2016
3
4

PERNYATAAN

ORISINALITAS KARYA TULIS ILMIAH

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan

saya,

NAMA : FAISMA ROSITA

NIM : 13.018

di dalam Naskah Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah

diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan

Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain dan disebutkan dalam sumber kutipan dan pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah KTI ini dapat dibuktikan terdapat unsur-

unsur PLAGIASI, saya bersedia KTI ini digugurkan dan gelar akademik yang

telah saya peroleh (A.Md.,Si) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. (UU NO 20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan

pasal 70)

Malang, 11 September 2016

Faisma Rosita
5

Lembar Persembahan

Terima kasih saya ucapkan untuk seluruh teman Akafarma 2013 yang selalu
memberikan semangat dan telah menjadi teman seperjuangan yang selalu gigih.

Semoga kita tidak pernah terpisahkan satu sama lain, selalu mendukung satu
sama lain.

Selain teman-teman, saya juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh dosen


Akafarma yang telah memberikan pengetshusn selama masa perkuliahan. Serta
Ibu Wigang yang selalu membimbing saya dalam menyelesaikan karya ini.

Terakhir saya ucapkan berjuta terimakasih kepada my Hero yaitu Ayah dan Ibu
saya yang telah memberikan dukungan baik doa maupun finansial. Serta seluruh
keluarga yang telah menghibur saat susah.

Big Thanks For You


i

PENGARUH EKSTRAK BAWANG HITAM (BLACK GARLIC)


TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH
PADA MENCIT PUTIH (MUS MUSCULUS) BERDASARKAN
LAMA PEMANASAN

THE INFLUENCE OF BLACK GARLIC EXTRACT (BLACK GARLIC)


AGAINST A DECLINE IN BLOOD SUGAR LEVELS AT A WHITE MICE (MUS
MUSCULUS) BASED ON LONG WARM

ABSTRAK

Diabetes mellitus merupakan penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia dan


tubuh sudah tidak mampu mengendalikan kadar gula dalam darah. Bawang Hitam
merupakan hasil olahan bawang putih yang telah dipanaskan pada suhu 70oC
memiliki khasiat 4,5 kali lipat jika dibandingkan dengan bawang putih. Tujuan
dari penelitian adalah membandingkan lama pemanasan bawang hitam yang
paling efektif sebagai antidiabetes dengan glibenklamid. Penelitian ini
menggunakan hewan coba mencit putih selama empat minggu. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 kelompok perlakuan
yaitu Kontrol positif (glibenklamid), Kontrol negatif (aquadest), perlakuan 1
(ekstrak bawang hitam 1 minggu), 2 (ekstrak bawang hitam 4 minggu) dan 3
(ekstrak bawang hitam 6 minggu) dengan dosis yang sama 500 mg/kgBB.
Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bawang hitam mengandung senyawa
alicin dan SAC sebagai aktifitas antioksidan. Berdasarkan analisa data One Way
Anova diperoleh hasil bahwa ekstrak bawang hitam memiliki aktifitas penurunan
kadar gula darah, namun belum efektif untuk menurunkan kadar gula darah jika
dibandingkan dengan glibenklamid.

Kata kunci: Ekstrak Bawang Hitam, Lama Pemanasan, Diabetes Mellitus,


Penurunan Kadar Glukosa Darah

ABSTRACT
Diabetes mellitus is a disease that is characterized by hyperglycemia and the body
is not able to control sugar levels in the blood. Black garlic is processed garlic that
has been heated at a temperature of 70oC cures 4.5 times if compared with the
garlic. The aim of the research was to compare the long warming black garlic are
most effective as anti diabetic with glibenklamid. Research using animals trying
murine white for four weeks. Research using Randomized Complete Design with
5 groups i.e. positive control (glibenklamid), negative Control (aquadest),
treatment 1 (black garlic extract, 1 week), 2 (black garlic extract 4 weeks) and 3
(black garlic extract 6 weeks) with the same dose of 500 mg/kgBB. Research
shows that black garlic extract contains alicin and SAC as antioxidant activity.
Based on analysis of data One Way Anova results obtained that the black garlic
extract has activity decreased blood sugar levels, but have not been effective for
lowering blood sugar levels when compared with glibenklamid.

Keywords: Black Garlic Extract, long warming, Diabetes Mellitus, decreased


blood glucose levels
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Sholawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW,
kepada keluarganya, para sahabat hingga kepada seluruh umatnya hingga akhirul
zaman, amin.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan sebagai persyaratan
menyelesaikan program D-3 di Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra
Indonesia Malang. Judul yang penulis ajukan adalah “Pengaruh Pemberian
Ekstrak Bawang Hitam (Black Garlic) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah
Mencit (Mus Musculus)”.
Sehubungan dengan terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :
1. Ibu Dra. Wigang Soelandjari selaku Direktur Akademi Analis Farmasi dan
Makanan Putra Indonesia Malang serta selaku dosen pembimbing KTI.
2. Bapak Fandi Satria S. Farm., Apt selaku dosen penguji.
3. Bapak Dr. Sentot Joko Raharjo, M.Si selaku dosen penguji.
4. Bapak Ibu dosen Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia
Malang beserta staf.
5. Ayah dan Ibu yang telah memberikan dukungan secara spiritual, materil
dan restunya dalam menuntut ilmu.
6. Teman-teman Akafarma angkatan Tahun 2013 serta semua pihak yang
telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih mempunyai beberapa
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat.

Malang, 8 Juli 2016

Penulis.
iii

DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian .......................................... 4
1.5 Definisi Istilah dan Singkatan ................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6
2.1 Diabetes Millitus.................................................................................... 6
2.2 Tanaman Bawang Putih ....................................................................... 18
2.3 Hewan Coba ........................................................................................ 31
2.4 Kerangka Konsep ................................................................................ 35
2.5 Hipotesis .............................................................................................. 35
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 36
3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................... 36
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian............................................................ 36
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 37
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................ 37
3.5 Devinisi Operasional Variabel ............................................................. 38
3.6 Pengumpulan Data ............................................................................... 39
3.7 Analisis Data ....................................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 44
4.1 Hasil Determinasi Tanaman Bawang Putih .......................................... 44
4.2 Hasil Pembuatan Bawang Hitam .......................................................... 44
4.3 Hasil Ekstraksi Bawang hitam ............................................................. 45
4.4 Hasil Persiapan Hewan Coba ............................................................... 47
iv

4.5 Hasil Pemberian Larutan Induksi Aloksan Pada Mencit ....................... 48


4.6 Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Mencit ........................................ 50
4.7 Hasil Analisa Data ............................................................................... 52
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 54
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 54
5.2 Saran ................................................................................................... 54
DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................... viii
LAMPIRAN ..................................................................................................... xii
v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus Berdasarkan Etiologinya .................... 9


Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Fisik Bawang Hitam ..................... 45
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Ekstrak Bawang Hitam ................. 46
Tabel 4.3 Hasil Penimbangan Berat Badan Mencit ......................................... 48
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Mencit ................................... 50
vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bawang Putih (Litbang Departemen Pertanian,2008) ...................... 19


Gambar 2.2 γ-glutamil-S-alk(en)il-L-sistein ....................................................... 21
Gambar 2.3 Struktur kimia Alliin ....................................................................... 21
Gambar 2.4 Jalur Pemecahan γ-glutamil-S-alk(en)il-L-sistein. ........................... 22
Gambar 2.6 Bawang Hitam ................................................................................ 26
Gambar 2.7 Tampilan Bawang Hitam Berdasarkan Lama Pemanasan ................ 28
Gambar 2.8 Diagram Kerangka Konsep ............................................................. 35
vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Determinasi ....................................................................... xii


Lampiran 2. Tabel Konversi Hewan Coba ..................................................... xiii
Lampiran 3. Perhitungan Dosis Aloksan ........................................................ xiv
Lampiran 4. Perhitungan Dosis Glibenklamid................................................. xv
Lampiran 5. Perhitungan Dosis Ekstrak Bawang Hitam ................................. xvi
Lampiran 6. Perhitungan Rendemen Ekstrak Bawang Hitam ........................ xvii
Lampiran 7. Data Pengukuran Kadar Gula Darah Mencit ............................ xviii
Lampiran 8. Kurva Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Mencit ................... xix
Lampiran 9. Outpus SPSS ............................................................................ xxii
Lampiran 10. Dokumentasi Percobaan......................................................... xxiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus adalah penyakit generatif yang semakin banyak dijumpai

dikalangan masyarakat. Menurut WHO (World Health Organization) lebih dari

220 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes. Pada tahun 2004, diperkirakan

3,4 juta orang meninggal dari konsekuensi gula darah tinggi. Lebih dari 80%

kematian karena diabetes terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah. Badan

Federasi Diabetes Internasional (IDF) pada tahun 2009, memperkirakan kenaikan

jumlah penyandang diabetes mellitus dari 7,0 juta tahun 2009 menjadi 12,0 juta

tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya

menunjukan adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes sebanyak 2-3 kali

lipat pada tahun 2030. Di dunia, Indonesia menduduki rangking ke 4 (empat)

dunia setelah Amerika Serikat, China, dan India dalam prevalensi diabetes

(Departemen Kesehatan, 2011).

Diabetes mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan akibat gangguan

hormonal yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah atau

hiperglikemia, dimana tubuh penderita sudah tidak mampu mengendalikan kadar

gula dalam darah. Penderita mengalami gangguan metabolisme pada proses

penyerapan gula oleh tubuh, karena tubuh tidak dapat melepaskan atau

menggunakan insulin secara normal, sehingga seluruh glukosa dalam darah yang

dikonsumsi di dalam tubuh akan meningkat. Peningkatan glukosa darah dapat

menimbulkan berbagai jenis komplikasi pada organ dan sistem tubuh. Berbagai
1
2

jenis komplikasi yang ditimbulkan dapat menyebabkan seseorang mengalami

cacat fisik dan gangguan organ tubuh yang akan sulit disembuhkan. Diabetes

mellitus sewajarnya dapat diatasi dengan dilakukannya pengobatan rutin serta

melakukan pola hidup yang sehat. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah

melakukan menjalani olahrga secara rutin, dan mengkonsumsi makanan yang

sehat, serta melakukan pengobatan dengan jalan penyuntikan insulin. Namun

karena biaya pengobatan tersebut cukup mahal dan memiliki efek samping pada

jangka panjang, banyak penderita diabetes mellitus mencari pengobatan secara

alternatif dengan cara beralih ke pengobatan secara tradisional.

Pengobatan tradisional umumnya mudah dijangkau oleh masyarakat karena

harganya yang murah. Selain itu bahan yang digunakan untuk pengobatan

tradisional memiliki efek samping yang relatif kecil jika dibandingkan dengan

pengobatan sintesis. Hal tersebut disebabkan karena bahan-bahan yang digunakan

terbuat dari bahan alam, sehingga dapat diterima tubuh dengan baik. Bahan alam

yang digunakan untuk pengobatan biasanya mengandung senyawa kimia yang

dibutuhkan tubuh untuk mengobati sehingga pengaruhnya tidak kalah dengan obat

sintesis yang digunakan dalam pengobatan. Salah satu bahan alam yang banyak

digunakan oleh penderita diabetes millitus karena memiliki kandungan senyawa

kimia adalah bawang putih.

Bawang putih merupakan salah satu tanaman umbi yang banyak tumbuh di

Indonesia. Umumnya bawang putih digunakan untuk bumbu masak atau

dikonsumsi sehari-hari, namun ternyata bawang putih juga dapat digunakan untuk

bahan pengobatan. Banyak peneliti yang telah membuktikan bahwa bawang putih

merupakan suatu tanaman yang memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang
3

sangat baik digunakan untuk pengobatan. Akan tetapi penggunaan bawang putih

sebagai obat untuk penyembuhan masih bersifat tradisional dan belum banyak

dilakukan pengujian klinis. Bawang putih sendiri banyak digunakan untuk

pengobatan diabetes millitus karena adanya kandungan senyawa allicin yang

mampu menurunkan kadar gula darah.

Akhir-akhir ini terdapat pergeseran trend pasar dari bawang putih ke bawang

hitam, karena memiliki khasiat yang lebih baik dari bawang putih. Bawang hitam

memiliki warna kulit putih seperti bawang putih biasa, namun isinya berupa

bawang yang berwarna hitam dan memiliki tekstur kenyal dan rasa yang manis.

Bawang hitam adalah bawang putih yang telah mengalami proses pemanasan pada

suhu tertentu dan dalam waktu yang lama. Bawang hitam dianggap lebih baik

digunakan jika dipanaskan atau dimatangkan lebih lama. Menurut (Jang et al.,

2008) nilai umur bawang putih hitam 4.5 kali lebih tinggi dari bawang putih,

menunjukkan bahwa penuaan seluruh bawang putih dapat meningkatkan aktivitas

antioksidan. Hasil ini ada pada laporan sebelumnya yang menunjukkan bahwa

umur bawang putih hitam menunjukkan peningkatan aktivitas secara in vitro pada

konsentrasi 20-100 mg/mL. Proses pemanasan pada pembuatan bawang putih

akan menghasilkan kandungan senyawa yang memiliki efek farmakologis jauh

lebih baik dari bawang putih biasa. Adanya efek farmakologi yang baru

menjadikan bawang hitam menjadi salah satu bahan herbal alami yang dibutuhkan

oleh manusia untuk menjaga kesehatan tubuh. Faktor lain yang mempengaruhi

efek farmakologi bawang hitam adalah lamanya proses yang dilakukan yang dapat

membuat senyawa dalam bawang hitam juga akan meningkat.


4

Khasiat bawang hitam dianggap memiliki kemampuan berlipat dibandingkan

dengan bawang putih biasa, namun anggapan ini masih hanya berdasarkan

empiris masyarakat dan masih sedikit pengujian praklinis ataupun uji klinis yang

dilakukan. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

pengaruh lama proses pemanasan bawang hitam terhadap penurunan kadar gula

darah pada mencit. Penelitian ini dilakukan agar mengetahui pengujian praklinis

bawang putih terhadap hewan coba, sehingga dapat membuktikan tanggapan

masyarakat terhadap khasiat bawang hitam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh ekstrak bawang hitam terhadap penurunan kadar

gula darah pada mencit berdasarkan lama pemanasannya?

2. Berapakah lama waktu pemanasan bawang hitam yang paling efektif

menurunkan kadar gula darah mencit?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh ekstrak bawang hitam terhadap penurunan kadar

gula darah mencit berdasarkan lama pemanasannya.

2. Mengetahui lama waktu pemanasan bawang yang paling efektif

menurunkan kadar gula darah mencit.

1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah menyiapkan bawang putih yang

diperoleh dari daerah Malang, Jawa Timur. Bawang putih yang digunakan
5

dipanaskan dengan berbagai varian waktu menjadi bawang hitam. Selanjutnya

dilakuakan pengambilan ekstrak dengan metode maserasi dan kemudian diberikan

pada hewan coba mencit yang telah mengalami DM.

Keterbatasan penelitian kali ini adalah penelitian hanya berhenti di

pengambilan ekstrak bawang hitam tanpa adanya identifikasi lain dan adanya

variasi cara ekstraksi atau variasi pelarut pembawa dan hanya digunakan untuk

melihat penurunan kadar gula darah pada hewan coba mencit jantan.

1.5 Definisi Istilah dan Singkatan

1.5.1 Diabetes mellitus (DM) tipe 2 adalah peningkatan kadar gula darah yang

disebabkan karena gangguan sekresi insulin pada pankreas.

1.5.2 Gula darah merupakan istilah yang mengacu pada banyaknya kandungan

gula di dalam sirkulasi dalam tubuh

1.5.3 Bawang hitam (Black Garlic) adalah bawang putih yang telah mengalami

proses pemanasan dalam waktu yang cukup lama sehingga memiliki

warna yang hitam di bagian dalamnya

1.5.4 Ekstrak adalah cairan kental yang diperoleh dari proses ekstraksi

menggunakan pelarut pembawa seperti ethanol 70%

1.5.5 Hewan Coba merupakan hewan yang digunakan untuk tujuan penelitian

sehingga dapat membantu pengamatan peneliti dan digunakan untuk

pengujian pra-klinis

1.5.6 Glukometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kadar gula

darah dengan menggunakan darah sebagai sample kemudian hasil berupa

angka yang muncul di alat


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Millitus

2.2.1 Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit ata gangguan

metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar

gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein

sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta

Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel

tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).

Diabetes Melitus (DM) atau disingkat Diabetes adalah gangguan kesehatan

yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula

(glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin (Bustan MN, 2007

:100).

Diabetes Melitus adalah suatu kelainan metabolik kronis serius yang memiliki

dampak signifikan terhadap kesehatan seseorang, kualitas hidup, harapan hidup

pasien, dan pada system pelayanan kesehatan. Diabetes Melitus adalah kondisi

dimana konsentrasi glukosa dalam darah secara kronis lebih tinggi dari pada nilai

normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin atau fungsi insulin tidak

efektif (Subroto MA, 2006: 5).

Diabetes Mellitus (Kencing Manis) keadaan dimana terjadi kelebihan kadar

gula darah (glukosa) dalam darah. Kencing manis dapat disebabkan oleh faktor

6
7

lingkungan seperti kegemukan, makan makanan yang berlebihan, penyakit infeksi

atau juga dapat disebabkan oleh faktor keturunan yang mengganggu hormone

insulin (Profil Kesehatan Kota Semarang, 2010)

2.2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi diabetes melitus mengalami perkembangan dan perubahan dari

waktu ke waktu. Dahulu diabetes diklasifikasikan berdasarkan waktu munculnya

(time of onset). Diabetes yang muncul sejak masa kanak-kanak disebut “juvenile

diabetes”, sedangkan yang baru muncul setelah seseorang berumur di atas 45

tahun disebut sebagai “adult diabetes”. Namun klasifikasi ini sudah tidak layak

dipertahankan lagi, sebab banyak sekali kasus-kasus diabetes yang muncul pada

usia 20-39 tahun, yang menimbulkan kebingungan untuk mengklasifikasikannya.

Pada tahun 1968, ADA (American Diabetes Association) mengajukan

rekomendasi mengenai standarisasi uji toleransi glukosa dan mengajukan istilah-

istilah Pre-diabetes, Suspected Diabetes, Chemical atau Latent Diabetes dan

Overt Diabetes untuk pengklasifikasiannya. British Diabetes Association (BDA)

mengajukan istilah yang berbeda, yaitu Potential Diabetes, Latent Diabetes,

Asymptomatic atau Sub-clinical Diabetes, dan Clinical Diabetes. WHO pun telah

beberapa kali mengajukan klasifikasi diabetes melitus.

Pada tahun 1965 WHO mengajukan beberapa istilah dalam pengklasifikasian

diabetes, antara lain Childhood Diabetics, Young Diabetics, Adult Diabetics dan

Elderly Diabetics. Pada tahun 1980 WHO mengemukakan klasifikasi baru

diabetes melitus memperkuat rekomendasi National Diabetes Data Group pada

tahun 1979 yang mengajukan 2 tipe utama diabetes melitus, yaitu "Insulin-

Dependent Diabetes Mellitus" (IDDM) disebut juga Diabetes Melitus Tipe 1 dan
8

"Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus" (NIDDM) yang disebut juga Diabetes

Melitus Tipe 2. Pada tahun 1985 WHO mengajukan revisi klasifikasi dan tidak

lagi menggunakan terminologi DM Tipe 1 dan 2, namun tetap mempertahankan

istilah "Insulin-Dependent Diabetes Mellitus" (IDDM) dan "Non-Insulin-

Dependent Diabetes Mellitus" (NIDDM), walaupun ternyata dalam publikasi-

publikasi WHO selanjutnya istilah DM Tipe 1 dan 2 tetap muncul.

Disamping dua tipe utama diabetes melitus tersebut, pada klasifikasi tahun

1980 dan 1985 ini WHO juga menyebutkan 3 kelompok diabetes lain yaitu

Diabetes Tipe Lain, Toleransi Glukosa Terganggu atau Impaired Glucose

Tolerance (IGT) dan Diabetes Melitus Gestasional atau Gestational Diabetes

Melitus (GDM). Pada revisi klasifikasi tahun 1985 WHO juga mengintroduksikan

satu tipe diabetes yang disebut Diabetes Melitus terkait Malnutrisi atau

Malnutrition-related Diabetes Mellitus (MRDM. Klasifkasi ini akhirnya juga

dianggap kurang tepat dan membingungkan sebab banyak kasus NIDDM (Non-

Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) yang ternyata juga memerlukan terapi

insulin. Saat ini terdapat kecenderungan untuk melakukan pengklasifikasian lebih

berdasarkan etiologi penyakitnya. Klasifikasi Diabetes Melitus berdasarkan

etiologinya dapat dilihat pada tabel.


9

Tabel 2.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus Berdasarkan Etiologinya (ADA,2003)

1. Diabetes Mellitus Tipe 1


Dekstruksi sel β umumnya menjurus kearah defisiensi insulin absolut
A. Melukai proses imunologik (Otoimunologik)
B. Idopatik

2. Diabetes Mellitus Tipe 2


Bervariasi, mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai predominan gangguan sekresi insulin bersama
resistensi insulin

3. Diabetes Mellitus Tipe Lain


A. Defek genetik fungsi sel β
 Kromosom 12, HNF-1 α (dahulu disebut MODY 3)
 Kromosom 7, glukokinase (dahulu disebut MODY 2)
 Kromosom 20, HNF- 4 α (dahulu dsebut MODY 1)
 DNA mitokondria
B. Defek genetik kerja insulin
C. Penyakit eksokrin pankreas
 Pankreatitis
 Trauma/Pankreatektomi
 Neoplasma
 Cistic Fibrosis
 Hemokromatosis
 Pankreatopati fibro kalkulus
D. Endokrinopati
1. Akromegali
2. Sindroma Cushing
3. Feokromositoma
4. Hipertiroidisme
E. Diabetes karena obat/zat kimia: Glukokortiroid, hormon tiroid, asam
nikotinat, pentamidin, vacor, tiazid, dilantin, interferon
F. Diabetes karena infeksi
G. Diabetes Imunologi (jarang)
H. Sidroma genetik lain: Sindroma Down, Klinefelter, Turner,
Huntington, Chorea, Prader Willi

4. Diabetes Mellitus Gestasional


Diabetes mellitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifat
sementara, tetapi merupakan faktor resiko untuk DM Tipe 2

5. Pra-diabetes:
A. IFG (Impaired Fasting Glucose) = GPT (Glukosa Puasa Terganggu)
B. IGT (ImpairedGlucose Tolerance) = TGT (Toleransi Glukosa
Terganggu)
10

2.2.3 Penyebab Diabetes Mellitus

Penyebab diabetes biasanya karena hasil insuli tidak cukup untuk

mengakomodasi kadar gula dan sel-sel tubuh tidak merespon insulin. Dan ini

biasanya terjadi karena kandungan lemak yang besar dalam tubuh tidak sempurna

karena kurangnya aktivitas setiap hari. Penyebab lainya biasanya dikarenakan:

- Kurangnya insulin karena virus atau faktor gizi pada saat anak-anak tidak

memadai.

- Pengaruh genetik atau keturunan

- Terjadinya obesitas

- Tingginya kadar kortikosteroid

- Adanya kehamilan yang membuat kurangnya kadar insulin dalam darah

- Tubuh racun yang mempengaruhi kinerja insulin

Adapun beberapa hal yang menjadi penyebab diabetes mellitus, hal tersebut

dibedakan dari tipenya. Pada diabetes tipe 1 lebih dikarenakan faktor

autoimmune. Autoimmune adalah kondisi dimana tubuh menyerang pankreasnya

sendiri dengan zat antibodi. Serangan pada pankreas tersebut membuat pankreas

tidak mampu memproduksi insulin sehingga mengakibatkan banyaknya glukosa

yang menumpuk dalam darah akibat tidak terkonversi menjadi energi. Diabetes

tipe 1 ini cenderung sering terjadi pada anak-anak.

Diabetes tipe 2 berbeda dengan diabetes tipe 1, tipe ini cenderung terjadi pada

orang dewasa. Meskipun hampir 95% terjadi pada dewasa namun kegemukan

pada anak-anak juga bisa menyebabkan diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe 2 ini

pankreas masih mampu memproduksi insulin, sayangnya jumlahnya tidak

mencukupi sehingga glukosa yang seharusnya menjadi energi yang baik malah
11

menumpuk dalam darah. Obesitas dan Kegemukan merupakan faktor utama

penyebab diabetes tipe 2.

Gestational Diabetes berbeda lagi dengan diabetes tipe lain. Penyakit jenis ini

hanya terjadi pada perempuan, karena yang bisa hamil hanya perempuan.

Gestational diabetes terjadi meang dipicu oleh kehamilan, kehamilan tersebut

membuat resistensi insulin pada tubuh. Gestational Diabetes juga memerlukan

penanganan yang serius karena glukosa yang ada pada ibunya juga akan di

kirimkan ke janin melalui plasenta. Saya hanya ingin memberi gambaran saja

pada artikel ini dan akan membahasnya lebih lanjut di artikel selanjutnya.

2.2.4 Gejala Umum Diabetes Mellitus

Diabetes Melitus dapat digolongkan menjadi gejalam akut dan gejala kronik.

1. Gejala Akut

Gejala penyakit DM ini dari satu penderita ke penderita lainnya tidaklah selalu

sama, dan gejala yang disebutkan disini adalah gejala umum timbul dengan tidak

mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala lain, bahkan ada penderita

diabetes yang tidak menunjukkan gejala apapun sampai pada saat tertentu.

1) Pada permulaan gejala ditunjukkan meliputi tiga serba banyak yaitu:

- Banyak makan (poifagia)

- Banyak minum (polidipsia)

- Banyak kencing (poliuria)

Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus

naik bertambah gemuk, karena pada saat ini jumlah insulin masih

mencukupi.
12

2) Bila keadaan tersebut tidak cepat diobati, lama-kelamaan mulai timbul

gejala yang disebabkan oleh kurangnya insulin.

2. Gejala Kronik

Gejala kronik yang sering timbul adalah seorang penderita dapat mengalami

beberapa gejala kronik atau menahun:

1) Kesemutan.

2) Kulit terasa panas (wedangan) atau seperti tertusuk-tusuk jarum.

3) Rasa tebal di kulit sehingga kalau berjalan seperti di atas bantal atau kasur.

4) Kram.

5) Capai.

6) Mudah mengantuk.

7) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata.

8) Gatal disekitar kemaluan, terutama wanita.

9) Gigi mudah goyah dan mudah lepas.

10) Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten.

11) Para ibu hamil sering mangalami keguguran atsu kematian janin dalam

kandungan atau dengan berat badan lahir >4kg (Misnadiarly, 2006 : 14-

15)

2.2.5 Diagnosis

Diabetes Melitus dapat diketahui dengan tanda-tanda haus yang hebat, kencing

yang banyak, penurunan berat badan, dan kadang-kadang koma. Disamping kadar

gula darah yang jelas meninggi, terdapat juga glukosuria. Dalam keadaan

demikian, diagnosis dapat ditegakkan hanya dengan memeriksa kadar 12 gula

darah tanpa uji provokasi tertentu. Umumnya disepakati kadar gula darah acak
13

lebih dari 2g/l dapat dipakai sebagai pegangan diagnostik. Diagnosis juga dapat

ditegakkan dengan menemukan kelainan mikro vascular (misalnya retinopati

diabetik) (Soeparman, 1993: 378)

2.2.6 Pengobatan Diabetes Mellitus

1) Terapi Tanpa Obat

a. Pengaturan Diet

Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet

yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal

karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai

berikut:

• Karbohidrat : 60-70%

• Protein : 10-15%

• Lemak : 20-25%

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut

dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal. Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat

mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respons sel-sel β terhadap

stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5%

berat badan dapat mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah

satu parameter status DM), dan setiap kilogram penurunan berat badan

dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup. Selain jumlah

kalori, pilihan jenis bahan makanan juga sebaiknya diperhatikan. Masukan

kolesterol tetap diperlukan, namun jangan melebihi 300 mg per hari. Sumber

lemak diupayakan yang berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak
14

asam lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh. Sebagai sumber protein

sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam (terutama daging dada), tahu dan tempe,

karena tidak banyak mengandung lemak. Masukan serat sangat penting bagi

penderita diabetes, diusahakan paling tidak 25 g per hari. Disamping akan

menolong menghambat penyerapan lemak, makanan berserat yang tidak dapat

dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang kerap

dirasakan penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang berlebih. Disamping itu

makanan sumber serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya kaya akan

vitamin dan mineral.

b. Olah Raga

Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah

tetap normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya

untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes.

Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara

teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Olahraga yang disarankan

adalah yang bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive,

Endurance Training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut

nadi maksimal (220-umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi

penderita. Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari

pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak

dilakukan selama total 30-40 menit per hari didahului dengan pemanasan 5-10

menit dan diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olah raga akan memperbanyak

jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga

meningkatkan penggunaan glukosa.


15

2) Terapi Obat (Farmakologi)

Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olah raga)

belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu

dilakukan langkah berikutnya berupa penatalaksanaan terapi obat.

Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum

tercapai dengan TGM (Terapi Gizi Medis) dan latihan jasmani.

a. Terapi Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan

pasien DM Tipe II. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat sangat

menentukan keberhasilan terapi diabetes. Bergantung pada tingkat keparahan

penyakit dan kondisi pasien, farmakoterapi hipoglikemik oral dapat dilakukan

dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat.

Pemilihan dan penentuan rejimen hipoglikemik yang digunakan harus

mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi

kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi

yang ada. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral dapat

dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

1. Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat

hipoglikemik oral golongan sulfonilurea dan glinida (meglitinida dan

turunan fenilalanin).

2. Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel

terhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida

dan tiazolidindion , yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan

insulin secara lebih efektif.


16

3. Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor α –glukosidase

yang bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan

untuk mengendalikan hiperglikemia post-prandial (post-meal

hyperglycemia). Disebut juga “starch-blocker”.

(Direktorat Bina Farmasi,2005)

(1). Golongan Sulfonilurea

Merupakan obat hipoglikemik oral yang paling dahulu ditemukan. Sampai

beberapa tahun yang lalu, dapat dikatakan hampir semua obat hipoglikemik oral

merupakan golongan sulfonilurea. Obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea

merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk penderita diabetes dewasa baru

dengan berat badan normal dan kurang serta tidak pernah mengalami ketoasidosis

sebelumnya. Senyawa-senyawa sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada

penderita gangguan hati, ginjal dan tiroid. Obat-obat kelompok ini bekerja

merangsang sekresi insulin di kelenjar pancreas, oleh sebab itu hanya efektif

apabila sel-sel β Langerhans pankreas masih dapat berproduksi. Penurunan kadar

glukosa darah yang terjadi setelah pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea

disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin oleh kelenjar pancreas. Sifat

perangsangan ini berbeda dengan perangsangan oleh glukosa, karena ternyata

pada saat glukosa (atau kondisi hiperglikemia) gagal merangsang sekresi insulin,

senyawa-senyawa obat ini masih mampu meningkatkan sekresi insulin. Oleh

sebab itu, obat-obat golongan sulfonilurea sangat bermanfaat untuk penderita

diabetes yang kelenjar pankreasnya masih mampu memproduksi insulin, tetapi

karena sesuatu hal terhambat sekresinya. Pada penderita dengan kerusakan sel-sel

β Langerhans kelenjar pancreas, pemberian obat-obat hipoglikemik oral golongan


17

sulfonilurea tidak bermanfaat. Pada dosis tinggi, sulfonilurea menghambat

degradasi insulin oleh hati. Absorpsi senyawa-senyawa sulfonilurea melalui usus

cukup baik, sehingga dapat diberikan per oral. Setelah diabsorpsi, obat ini

tersebar ke seluruh cairan ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada protein

plasma terutama albumin (70-90%) (Depkes RI, 2005)

(2). Golongan Meglitinida dan Turunan Fenilalanin

Obat-obat hipoglikemik oral golongan glinida ini merupakan obat

hipoglikemik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea. Kedua golongan senyawa hipoglikemik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Umumnya

senyawa obat hipoglikemik golongan meglitinida dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya.

(3). Golongan Biguanida

Obat hipoglikemik oral golongan biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar),menurunkan produksi glukosa hati.Senyawa-senyawa golongan biguanida

tidak merangsang sekresi insulin, dan hampir tidak pernah menyebabkan

hipoglikemia. Satu-satunya senyawa biguanida yang masih dipakai sebagai obat

hipoglikemik oral saat ini adalah metformin. Metformin masih banyak dipakai di

beberapa negara termasuk Indonesia, karena frekuensi terjadinya asidosis laktat

cukup sedikit asal dosis tidak melebihi 1700 mg/hari dan tidak ada gangguan

fungsi ginjal dan hati.

(4). Golongan Tiazolidindion (TZD)

Senyawa golongan tiazolidindion bekerja meningkatkan kepekaan tubuh

terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPAR γ ( peroxisome proliferator


18

activated receptor-gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati untuk menurunkan

resistensi insulin. Senyawa-senyawa TZD juga menurunkan kecepatan

glikoneogenesis

(Direktorat Bina Farmasi,2005)

2.2 Tanaman Bawang Putih

2.2.1 Bawang Putih (Allium Sativum L.)

Bawang putih sebenarnya berasal dari Asia Tengah, diantaranya Cina dan

Jepang yang beriklim subtropik. Dari sini bawang putih menyebar ke seluruh

Asia, Eropa, dan akhirnya ke seluruh dunia. Di Indonesia, bawang putih dibawa

oleh pedagang Cina dan Arab, kemudian dibudidayakan di daerah pesisir atau

daerah pantai. Seiring dengan berjalannya waktu kemudian masuk ke daerah

pedalaman dan akhirnya bawang putih akrab dengan kehidupan masyarakat

Indonesia. Peranannya sebagai bumbu penyedap masakan modern sampai

sekarang tidak tergoyahkan oleh penyedap masakan buatan yang banyak kita

temui di pasaran yang dikemas sedemikian menariknya (Syamsiah dan Tajudin,

2003).

- Taksonomi Bawang Putih (Allium Sativum L.)

Klasifikasi bawang putih, yaitu :

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Bangsa : Liliales

Suku : Liliaceae
19

Marga : Allium

Jenis : Allium sativum (Syamsiah dan Tajudin, 2003).

2.2.2 Morfologi Tanaman

Gambar 2.1 Bawang Putih (Litbang Departemen Pertanian,2008)

Bawang putih (Allium sativum L.) adalah herba semusim berumpun yang

mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-

ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari (Syamsiah dan

Tajudin, 2003). Adapun morfologi dari tanaman bawang putih (Allium sativum L.)

ialah sebagai berikut :

a. Daun

Berupa helai-helai seperti pita yang memanjang ke atas. Jumlah daun yang

dimiliki oleh tiap tanamannya dapat mencapai 10 buah. Bentuk daun pipih rata,

tidak berlubang, runcing di ujung atasnya dan agak melipat ke dalam (arah

panjang/membulur).

b. Batang

Batangnya merupakan batang semu, panjang (bisa 30 cm) tersusun pelepah

daun yang tipis, namun kuat.

c. Akar
20

Terletak di batang pokok atau di bagian dasar umbi ataupun pangkal umbi

yang berbentuk cakram. Sistem perakarannya akar serabut, pendek, menghujam

ke tanah, mudah goyang dengan air dan angin berlebihan.

d. Siung dan Umbi

Di dekat pusat pokok bagian bawah, tepatnya diantara daun muda dekat pusat

batang pokok, terdapat tunas, dan dari tunas inilah umbi-umbi kecil yang disebut

siung muncul. Hampir semua daun muda yang berada di dekat pusat batang pokok

memiliki umbi. Hanya sebagian yang tidak memiliki umbi (Syamsiah dan

Tajudin, 2003).

2.2.3 Kandungan Kimia

Secara klinis, bawang putih telah dievaluasi manfaatnya dalam berbagai hal,

termasuk sebagai pengobatan untuk hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes,

rheumatoid arthritis, demam atau sebagai obat pencegahan atherosclerosis, dan

juga sebagai penghambat tumbuhnya tumor. Banyak juga terdapat publikasi yang

menunjukan bahwa bawang putih memiliki potensi farmakologis sebagai agen

antibakteri, antihipertensi dan antitrombotik (Majewski, 2014). Bawang putih

memiliki setidaknya 33 komponen sulfur, beberapa enzim, 17 asam amino dan

banyak mineral, contohnya selenium. Bawang putih memiliki komponen sulfur

yang lebih tinggi dibandingkan dengan spesies Allium lainnya. Komponen sulfur

inilah yang memberikan bau khas dan berbagai efek obat dari bawang putih

(Londhe, 2011).

Amagase, et al, (2001) dalam Hernawan dan Setyawan (2003) menyatakan

metabolit sekunder yang terkandung di dalam umbi bawang putih membentuk

suatu sistem kimiawi yang kompleks serta merupakan mekanisme pertahanan diri
21

dari kerusakan akibat mikroorganisme dan faktor eksternal lainnya. Sistem

tersebut juga ikut berperan dalam proses perkembangbiakan tanaman melalui

pembentukan tunas. Selain itu, Challem (1995) dalam Hernawan dan Setyawan

(2003) pula menyatakan sebagaimana kebanyakan tumbuhan lain, bawang putih

mengandung lebih dari 100 metabolit sekunder yang secara biologi sangat

berguna. Menurut Ellmore dan Fekldberg (1994) dalam Hernawan dan Setyawan

(2003), senyawa ini kebanyakan mengandung belerang yang bertanggungjawab

atas rasa, aroma, dan sifat-sifat farmakologi bawang. Dua senyawa organosulfur

paling penting dalam umbi bawang putih, yaitu asam amino non-volatil γ-

glutamil-S- alk(en)il-L-sistein dan minyak atsiri S-alk(en)il- sistein sulfoksida

atau alliin.

Gambar 2.2 γ-glutamil-S-alk(en)il-L-sistein


(Sumber: Hernawan dan Setyawan, 2003)

Gambar 2.3 Struktur kimia Alliin


(Sumber: Hernawan dan Setyawan, 2003)
22

Dua senyawa di atas menjadi prekursor sebagian besar senyawa organosulfur

lainnya. Kadarnya dapat mencapai 82% dari keseluruhan senyawa organosulfur di

dalam umbi (Zhang, 1999) dalam (Hernawan dan Setyawan, 2003) . Senyawa γ-

glutamil-S-alk(en)il-L-sistein merupakan senyawa intermediet biosintesis

pembentukan senyawa organosulfur lainnya, termasuk alliin. Senyawa ini

dibentuk dari jalur biosintesis asam amino. Dari γ-glutamil-S-alk(en)il-L-sistein,

reaksi enzimatis yang terjadi akan menghasilkan banyak senyawa turunan, melalui

dua cabang reaksi, yaitu jalur pembentukan thiosulfinat dan S- allil sistein (SAC).

Dari jalur pembentukan thiosulfinat akan dihasilkan senyawa allisin (allisin).

Selanjutnya dari jalur ini akan dibentuk kelompok allil sulfida, dithiin, ajoene, dan

senyawa sulfur lain. Proses reaksi pemecahan γ-glutamil-S-alk(en)il- L-sistein

berlangsung dengan bantuan enzim γ- glutamil - transpeptidase dan γ- glutamil-

peptidase oksidase, serta akan menghasilkan alliin (Song dan Milner, 2001) dalam

(Hernawan dan Setyawan, 2003).

Gambar 2.4 Jalur Pemecahan γ-glutamil-S-alk(en)il-L-sistein.


(Sumber: Hernawan dan Setyawan, 2003)
23

Adapaun senyawa Allisin merupakan prekursor pembentukan allil sulfida,

misalnya diallil disulfida (DADS), diallil trisulfida (DATS), diallil sulfida (DAS),

metallil sulfida, dipropil sulfida, dipropil disulfida, allil merkaptan, dan allil metil

sulfida. Kelompok alllil sulfida memiliki sifat dapat larut dalam minyak. Oleh

karena itu, untuk mengekstraknya digunakan pelarut non-polar (Gupta dan Porter,

2001). Pembentukan kelompok ajoene, misalnya E-ajoene dan Z-ajoene, serta

kelompok dithiin, misalnya 2-vinil-(4H)-1,3- dithiin dan 3-vinil-(4H)-1,2 dithiin,

juga berawal dari pemecahan allisin (Zhang, 1999) dalam (Hernawan dan

Setyawan, 2003).

Senyawa organosulfur lain yang terkandung dalam umbi bawang putih antara

lain, S propilsistein (SPC), S-etil-sistein (SEC), dan Smetil- sistein (SMC). Umbi

bawang putih juga mengandung senyawa organo-selenium dan tellurium, antara

lain Se-(metil)selenosistein, selenometionin, dan selenosistein. Senyawa-senyawa

di atas mudah larut dalam air (Gupta dan Porter, 2001) dalam (Hernawan dan

Setyawan, 2003). Beberapa senyawa bioaktif flavonoid penting yang telah

ditemukan antara lain: kaempferol-3-O-β-Dglukopiranosa dan iso-rhamnetin-3-O-

β-Dglukopiranosa (Kim et al., 2000) dalam (Hernawan dan Setyawan, 2003).

Senyawa frukto-peptida yang penting, yaitu Nα-(1-deoxy-Dfructose- 1-yl)-L-

arginin (Ryu et al., 2001) dalam (Hernawan dan Setyawan, 2003). Ekstrak segar

umbi bawang putih dapat disimpan lama dalam ethanol 15–20%. Penyimpanan

selama sekitar 20 bulan pada suhu kamar akan menghasilkan AGE (aged garlic

extract). Selama penyimpanan, kandungan allisin akan menurun dan sebaliknya

diikuti naiknya konsentrasi senyawasenyawa baru. Senyawa yang dominan


24

terkandung adalah S-alil sistein dan S-allilmerkaptosistein (SAMC) (Banerjee dan

Maulik, 2002; Amagase et al., 2001) dalam (Hernawan dan Setyawan, 2003).

Selain dalam bentuk ekstrak padatan, umbi bawang putih dapat pula diolah

melalui distilasi uap menjadi minyak atsiri bawang putih yang banyak digunakan

dalam pengobatan. Kandungan kimia minyak atsiri bawang ini secara umum

terdiri dari 57% diallil sufida, 37% allil metil sulfida, dan 6% dimetil sulfida.

Minyak bawang komersial umumnya mengandung 26% diallil disulfida, 19%

diallil trisulfida, 15% allil metil trisulfida, 13% allil metil disulfida, 8% diallil

tetrasulfida, 6% allil metil tetrasulfida, 3% dimetil trisulfida, 4% pentasulfida, dan

1% heksasulfida. Minyak bawang hasil maserasi mengandung kelompok vinyl-

dithiin 0,8 mg/g dan ajoena 0,1 mg/g, sedangkan ekstrak eter mengandung vinyl-

dithiin 5,7 mg/g, allil sulfida 1,4 mg/g, dan ajoena 0,4 mg/g (Banerjee dan

Maulik, 2002) dalam (Hernawan dan Setyawan, 2003).

2.2.4 Bawang Putih sebagai Anti-diabetes

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit fisiologis berupa perubahan

homeostasis glukosa yang menyebabkan kadar glukosa plasma darah di atas

normal. Kondisi ini sering disebut hiperglikemik (Maher, 2000). Berbagai jenis

tumbuhan obat telah dimanfaatkan untuk terapi penyakit tersebut. Banyak

penelitian telah sampai pada isolasi senyawa aktif tumbuhan yang mampu

memberikan efek hipoglikemik atau anti-diabetes, termasuk diantaranya umbi

bawang putih (Hernawan dan Setyawan, 2003).

Efek hipoglikemik umbi bawang putih telah dibuktikan secara in vivo,

sedangkan secara in vitro belum dilakukan. Penelitian awal mengenai efek

hipoglikemik bawang putih dilakukan oleh Mathew dan Augusti (1973), dengan
25

melakukan isolasi allisin dan memberikannya pada tikus diabetes. Pada perlakuan

dengan dosis 250 mg/kb BB, diketahui allisin mampu menurunkan kadar glukosa

darah 60% lebih efektif daripada tolbutamid. Selanjutnya, Augusti (1975)

memberi perlakuan ekstrak umbi bawang putih pada kelinci yang diinduksi

diabetes menggunakan alloksan. Allisin dari ekstrak umbi bawang putih dapat

menurunkan kadar glukosa darah kelinci seperti halnya tolbutamid (obat sintetis

untuk penderita diabetes). Pada perkembangan berikutnya, semua penelitian yang

mengkaji efek hipoglikemik umbi bawang putih menunjukkan hasil positif

(Banerjee dan Maulik, 2002).

Sheela, et al. (1995) mengisolasi senyawa asam amino sulfoksida dari bawang

putih untuk kemudian diperlakukan pada tikus diabetes. Senyawa yang berhasil

diisolasi adalah S-metilsistein sulfoksida (SMCS) dan alliin atau S-allilsistein

sulfoksida. Perlakuan ekstrak selama sebulan menunjukkan penurunan kadar

glukosa darah yang signifikan. Alliin pada dosis 200 mg/kg BB mempunyai unjuk

kerja yang sama dengan glibenklamid (obat diabetes) dan hormon insulin.

Perlakuan ekstrak minyak atsiri bawang putih pada tikus diabetes dapat

menurunkan kadar enzim fosfatase dalam sel darah merah, fosfatase asam dan

alkali, transferase alanin, transferase aspartat, dan amilase dalam serum darah.

Enzim-enzim tersebut berperan dalam metabolisme glukosa (Ohaeri, 2001) dalam

(Hernawan dan Setyawan, 2003). Perlakuan dengan ekstrak yang sama pada

manusia normal juga menunjukkan adanya aktivitas hipoglikemik pada serum

darah. Kadar glukosa darah para sukarelawan mengalami penurunan setelah diberi

perlakuan selama 11 minggu (Zhang, et al., 2001) dalam (Hernawan dan

Setyawan, 2003).
26

Mekanisme penurunan kadar glukosa darah oleh ekstrak bawang putih masih

belum diketahui secara jelas. Senyawa yang berperan telah diketahui yakni allisin

dan alliin (Augusti, 1975; Sheela et al., 1995). Kemungkinan masih terdapat

senyawa lain yang juga mampu menurunkan kadar glukosa darah pada diabetes

mellitus. Allisin dan alliin mampu menjadi agen anti-diabetes dengan mekanisme

perangsangan pankreas untuk mengeluarkan sekret insulinnya lebih banyak

(Banerjee dan Maulik, 2002).

2.2.5 Bawang Hitam

Black Garlic atau yang lebih dikenal dengan Bahasa kita sebagai orang

Indonesia “Bawang hitam” merupakan hasil pemanasan dari bawang putih.

Seperti namanya Black Garlic (Bawang hitam), warna dari Black Garlic adalah

hitam dengan tekstur yang lembut dan gurih serta aroma yang tidak terlalu tajam

dan rasa yang sedikit manis. Walau demikian, Black Garlic tetap bisa

menghasilkan makanan yang lezat.

Gambar 2.6 Bawang Hitam


(Sumber: elizabeth, 2015)
2.1.6.1 Sejarah

Black Garlic dikenal berasal dari Korea Selatan, di mana Black Garlic ini

digunakan sebagai suplemen tubuh herbal yang memiliki kekuatan antioksidan

jauh lebih besar disbanding bentuk dasarnya yaitu bawang putih dan ditambahkan
27

pada minuman-minuman penambah energi. Dalam legenda Tao, bawang hitam

dipercaya memiliki manfaat untuk hidup abadi. Memang tidak ada yang dapat

menjamin kalau bawang hitam bisa memberikan hidup yang abadi, akan tetapi

dapat dipastikan kalau manfaat bawang hitam dua kali lebih besar dari bawang

putih. Di Thailand, Black Magic terkenal sebagai penambah umur dan

diaplikasikan secara unik dalam pembuatan coklat.

Pada musim semi tahun 2008, seorang penulis koran New York Times di

Amerika membuat tulisan berjudul “Design and Living” yang mengenalkan Black

Garlic sebagai bahan pokok baru yang modern dan digunakan oleh Chef Bruce

Hill dari Restaurant Bix di San fransisco. Chef Matthias Merges yang merupakan

koki eksekutif di Charlie Trotter di Chicago juga mencatat bahwa Black Garlic

merupakan salah satu dari lima top makanan di berita restaurant pada Desember

2008. Sejak itulah, Black Garlic menjadi sangat terkenal di Amerika Serikat.

Bahkan beberapa program televisi di Amerika seperti Iron Chef America (Food

Network) dan Top Chef New York (on Bravo) meliput kegunaan Black Garlic

pada pembuatan saos makanan.

Cara pembuatan Black Garlic memakan waktu yang sangat lama yaitu 90 hari.

Proses fermentasi ini bisa disingkat menjadi 40 hari, namun hasilnya akan sangat

berbeda dengan yang diproses selama 90 hari. Cara fermentasi yang dilakukan

adalah dengan memasukkan bawang putih pada mangkuk stainless dan

menutupnya dengan kertas alumunium foil, kemudian mangkuk ini diletakkan

dalam oven dan dipanggang dengan suhu 50o – 70oC derajat selsius selama 40

hari atau 90 hari. Kita harus melakukan pengecekan setiap 4 atau 5 hari sekali

untuk mencegah terjadinya perubahan suhu.


28

Gambar 2.7 Tampilan Bawang Hitam Berdasarkan Lama Pemanasan


(Sumber: elizabeth, 2015)

2.1.6.2 Kandungan Kimia Bawang Hitam

Bawang putih kaya senyawa organosulfur yang terbukti memiliki aktivitas

biologi tinggi dan bermanfaat dalam dunia pengobatan. Senyawa organosulfur itu

terbagi menjadi beberapa kelompok:

a. Senyawa S-alk(en)il-L-sistein sulfoksida (ACSOs)

Misalnya aliin dan α-glutamilsistein. Aliin menyebabkan bau dan rasa yang

khas pada bawang putih. Saat dipotong, dikunyah, ataupun dicincang aliin

berubah menjadi senyawa thiosulfinat dengan bantuan enzim allinase. Aliin

diketahui berpotensi sebagai antibakteri

b. Senyawa sulfur yang bersifat volatil

Contohnya allicin. Senyawa ini bersifat kurang stabil, cepat berubah karena

pengaruh oksigen, pengaruh suhu dan lingkungan basa

c. Senyawa sulfur yang larut lemak seperti dialil sulfida (DAS) dan (DADS)

d. Senyawa sulfur larut air yang volatil seperti S-allil sistein (SAC). Senyawa ini

merupakan senyawa yang memiliki aktivitas biologi tinggi

Perubahan kandungan senyawa aktif dalam bawang hitam seperti S-alyl

cysteine (SAC), vitamin, asam fenolik dan total senyawa flavonoid telah terjadi

selama proses pemanasan. Jumlah SAC, asam amino yang termasuk dalam
29

senyawaan sulfur dalam bawang hitam lima sampai tujuh kali lebih tinggi

daripada dalam bwang putih segar (Bae et al., 2012, 2013). Selain itu juga

kandungan senyawa fenol dan total flavonoid dalam bawang hitam lebih tinggi

dibandingkan yang terdapat dalam bawang putih segar ( Kim et al., 2013).

Selama proses pemanasan, senyawa yang tidak stabil dari bawang putih segar,

yaitu alliin dikonversi menjadi senyawa yang stabil yaitu S-alyl cysteine (SAC). S-

alyl cysteine (SAC) merupakan senyawa yang larut dalam air dengan efek

antioksidan (Corzo –Martinez et al, 2007). S-alyl cysteine (SAC)

Bawang hitam juga menunjukkan aktivitas antioksidan lebih tinggi daripada

bawang putih segar (Jang et al., 2008). Menurut Sook et al. kandungan senyawa

antioksidan S-alyl cysteine (SAC) pada bawang hitam yang optimal adalah pada

waktu pemanasan selam 21 hari. Black garlic memiliki SAC 2 kali lipat lebih

tinggi dan tingkat DADS 30 kali lipat lebih tinggi dari bawang putih mentah

(Kim, 2012). SAC hanya memiliki toksisitas tidak lebih dari 4% allicin dan

DADS (Imada dalam Amagase, 2006). Pada waktu pemanasan tersebut bawang

hitam memiliki total polifenol sebesar 538,33 mg GAE/g (GAE : gallic acid

equivalents). Dilaporkan bahwa kandungan polifenol total umur bawang hitam

meningkat (10,00 mg/g) walaupun kandungan polifenol senyawa bawang putih

tidak tinggi (3.67 mg/g) (Jang et al., 2008). Peningkatan senyawa SAC dan

polifenol selama pemanasan bisa bertanggung jawab untuk aktivitas antioksidan.

2.1.6.3 Manfaat

Black Garlic memiliki banyak manfaat bagi manusia. Manfaat yang didapat

dari mengkonsumsi Black Garlic adalah :


30

1. Mengatasi Kanker dan Kolestrol

Setelah difermentasikan selama 1 bulan lebih, Black Garlic memiliki

manfaat 4x lebih bagus dari bawang putih biasa. Senyawa S-allylcysteine,

komponen alami bawang putih segar dan turunan dari asam amino sistein,

konsentrasi yang terkandung dalam Black Garlic jauh lebih besar dari

bawang putih biasa dan diduga senyawa ini bisa membantu menurunkan

kolestrol dan mengurangi resiko terjadinya kanker. (www.healthmad.com)

2. Mengatasi Infeksi

Bawang putih mengandung agen anti-mikroba, antibiotik, dan anti-jamur

pada bahan aktif, allicin. Setelah difermentasikan, S-allycysteine pada

Black Garlic membantu dengan penyerapan allicin, sehingga metabolisme

menjadi jauh lebih mudah è sehingga bisa memberikan perlindungan

infeksi.

3. Perlindungan terhadap berbagai penyakit

Black Garlic memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi

bermanfaat untuk melindungi sel-sel tubuh dari penyakit termasuk kanker

dan bisa untuk memperlambat proses penuaan (sumber :

www.organicauthority.com )

Beberapa penyakit yang bisa dicegah dan disembuhkan dengan Black Garlic

adalah :

- Mengobati penyakit yang berkaitan dengan paru paru seperti asma, batuk,

sesak nafas

- Mencegah Stroke/Serangan Jantung

- Memperbaiki sistem pencernaan, dengan detoksifikasi


31

- Meringankan penyakit Parkinson

- Membantu penderita Diabetes dengan mengkawal glukosa dalam darah

dan meningkatkan insulin

- Berfungsi membuang logam berat dalam badan seperti merkuri

- Mencegah Alzheimer

- Memperbaiki Sel Hati

- Melegakan sakit-sakit Sendi/ Artritis

Walaupun Black Garlic memiliki banyak manfaat, namun Black Garlic tidak

boleh dikonsumsi oleh:

1. Orang yang alergi bawang putih

2. Orang yang akan menjalani pembedahan dalam waktu dekat

3. Orang yang sedang Migrain

2.3 Hewan Coba

2.3.1 Mencit

Mencit merupakan hewan yang paling umum digunakan pada penelitian

laboratorium sebagai hewan percobaan, yaitu sekitar 40-80%. Mencit memiliki

banyak keunggulan sebagai hewan percobaan, yaitu siklus hidup yang relatif

pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah

dalam penanganannya (Moriwaki, 1994).

Mencit (Mus muculus) dan tikus (Ratus norvegicus) merupakan omnivora

alami, sehat, dan kuat, profilik, kecil, dan jinak. Selain itu, hewan ini juga mudah

didapat dengan harga yang relatif murah dan biaya ransum yang rendah (Peter,

1976). Mencit putih memiliki bulu pendek halus berwarna putih serta ekor
32

berwarna kemerahan dengan ukuran lebih panjang dari pada badan dan kepala.

Mencit memiliki warna bulu yang berbeda disebabkan perbedaan dalam proporsi

darah mencit liar dan memiliki kelenturan pada sifat-sifat produksi dan

reproduksinya (Nafiu, 1996).

Mencit memiliki taksonomi sebagai berikut (Arrington, 1972):

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Klas : Mamalia

Ordo : Rotentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

Mencit harus diberikan makan dengan kualitas tetap karena perubahan kualitas

dapat menyebabkan penurunan berat badan dan tenaga. Seekor mencit dewasa

dapat mengkonsumsi pakan 3-5 gram setiap hari. Mencit yang bunting dan

menyusui memerlukan pakan yang lebih banyak. Jenis ransum yang dapat

diberikan untuk mencit adalah ransum ayam komersial (Smith, 1988).

Kandungan protein ransum yang diberikan minimal 16%. Kebutuhan zat-zat

makanan yang diperlukan untuk pemeliharaan mencit adalah protein kasar 20-

25%, kadar lemak 10-12%, kadar pati 44-55%, kadar serat kasar maksimal 4%

dan kadar abu 5-6% (Smith, 1988).

Air minum yang diperlukan oleh setiap ekor mencit untuk sehari berkisar

antara 4-8ml. Seekor mencit mudah sekali kehilangan air sebab evaporasi

tubuhnya tinggi. Konsumsi air minum yang cukup akan digunakan untuk menjadi
33

stabilitas suhu tubuh dan untuk melumasi pakan yang dicerna. Air minum juga

dibutuhkan untuk menekan stress pada mencit yang dapat memicu kanibalisme

(Malole & Pramono, 1989).

Hewan percobaan yang dipelihara untuk tujuan penelitian, umumnya berada

dalam suatu lingkungan yang sempit dan terawasi. Walaupun kehidupannya

diawasi, namun diusahakan agar proses fisiologis dan reproduksi termasuk

makan, minum, bergerak dan istirahat tidak terganggu. Hewan percobaan

ditempatkan dalam kandang-kandang yang disusun pada rak-rak didalam suatu

ruangan khusus. Kandang harus dirancang untuk dapat memberikan kenyamanan

dan kesejahteraan bagi hewan tersebut (Anggorodi, 1973).

Mencit-mencit yang dipergunakan untuk penelitian yang lama ditempatkan

dalam kandang yang berukuran 22,5 cm X 10 cm untuk tiga ekor mencit (Peter,

1976). Penutup lantai kandang atau bedding, merupakan penyerap untuk

menampung kotoran termasuk air kencing dan sisa-sisa makanan. Pemakaian

bedding mempunyai tiga tujuan, yaitu untuk menyerap kotoran, melengkapi bahan

sarang dan untuk isolasi panas (Green, 1968).

Bahan untuk bedding ini dapat berasal dari bahan-bahan limbah industri atau

hasil pasca panen, seperti serbuk gergaji kayu, tatal kayu, sekam padi, potongan

jerami kering, tongkol jagung, ampas bit gula kering dan butiran tanah liat (Peter,

1976).

Bak makanan berbentuk mangkok atau anyaman kawat yang disediakan dalam

masing-masing kandang. Tempat minum berupa botol dengan ukuran tertentu

diletakkan terbalik dengan mulut botol dipasang selang karet dan ujungnya

disamping dengan pipa kaca (Anggorodi, 1973).


34

Penjagaan kesehatan dan kebersihan merupakan tindakan yang sangat penting

dalam suatu pemeliharaan hewan laboratorium dan saran fisik yang

menunjangnya. Ruangan, kandang serta kelengkapannya harus secara rutin

dipelihara. Berbagai macam cara dapat diterapkan, tergantung kepada keperluan,

materi dan biaya (Anggorodi, 1973).

Cara ideal memegang mencit yaitu dengan memegang bagian tengah ekor

mencit. Leher dipegang dengan tangan kanan dan jangan terlalu ditekan, jari

telunjuk dan ibu jari memegang kuduk dan jari kelingking mengempit ekor

(Moriwaki, 1994).

Mus muculus jantan dan betina muda sukar untuk dibedakan. Mus musculus

betina dapat dikenali karena jarak yang berdekatan antara lubang anus dan lubang

genitalnya. Testis pada Mus musculus jantan pada saat matang seksual terlihat

sangat jelas, berukuran relatif besar dan biasanya tidak tertutup oleh rambut

(Muliani, 2011).

Rute penggunaan obat dengan cara (Anief, 1990):

a. Melalui rute oral

b. Melalui rute parenteral

c. Melalui rute inhalasi

d. Melalui rute membran mukosa seperti mata, hidung, telinga, vagina, dsb

e. Melalui rute kulit

f. Melalui rute intra muscular


35

2.4 Kerangka Konsep

Ekstrak Ekstrak Etanol 70%


Bawang Hitam

Metabolit Allicin dan Antidiabetes


sekunder Aliin (SAC)

Kadar Gula Mencit


Darah

Gambar 2.8 Diagram Kerangka Konsep

Bawang hitam merupakan hasil pemanasan dari bawang putih, yang telah

dikenal di pasaran. Bawang hitam dikenal memiliki kemampuan berlipat dalam

mengobati, karena adanya senyawa farmakologi bawang hitam yang meningkat,

salah satu senyawa yang terkandung adalah senyawa allicin dan aliin. Senyawa

allicin dan aliin dalam bawang hitam diduga memiliki efektifitas sebagai senyawa

antidiabetes. Namun pernyataan mengenai bawang hitam tersebut masih bersifat

empiris dan masih belum dibuktikan secara pra klinis. Maka dari itu dilakukan

penelitian lebih lanjut dengan menggunakan mencit sebagai hewan percobaan

dengan menggunakan ekstrak bawang hitam sebagai bahan yang akan diujikan,

dan setelah itu diukur kadar gula darah mencit.

2.5 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah ada perbedaan penurunan kadar gula darah

karena pengaruh aktifitas ekstrak bawang hitam berdasarkan lama pemanasan


36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian, penelitian ini merupakan penelitian

eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5

perlakuan dan 3 ulangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

lama pemanasan bawang hitam terhadap penurunan kadar gula darah pada mencit.

Penelitian ini menggunakan hewan coba. Metode ini dipilih karena dapat

dilakukan dengan mudah serta hasil dapat di ketahui dalam waktu yang cukup

singkat. Rancangan penelitian ini meliputi 3 tahap yaitu tahap persiapan,

pelaksanann, dan tahap akhir.

Tahap pertama yaitu tahap persiapan meliputi penentuan populasi dan sampel

penelitian, menentukan waktu dan lokasi penelitian, serta menghitung kebutuhan

bahan dan mempersiapkan peralatan yang akan digunakan.

Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan meliputi pembuatan bawang hitam, uji

organoleptis bawang hitam, ekstraksi bawang hitam, evaluasi ekstrak bawang

hitam dengan perlakuan hewan coba.

Tahap akhir dari penelitian ini adalah pengamatan terhadap hasil

pengujian,pengolahan data dan analisa data yang diperoleh dari hasil penelitian.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah bawang hitam yang berasal dari

pemanasan bawang putih dengan berbagai variasi waktu

36
37

Sedangkan sampel penelitian adalah ekstrak bawang hitam dengan variasi

waktu pemanasan

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Akademi Analis

Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang.

3.3.2 Waktu

Waktu untuk pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Oktober 2015-Januari

2016 untuk penyusunan proposal, sedangkan kegiatan penelitian dimulai pada

bulan Februari 2016 – Juni 2016

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat dan bahan yang digunakan untuk

pengumpulan data, adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

3.4.1 Alat

Oven, Timbangan analitik, Botol maserasi, Rotary evaporator, Jarum

suntik, Glukometer (Easy Touch)

3.4.2 Bahan

Bawang putih, Ehanol 70%, Aloksan, Glibenklamid, Aquadest


38

3.5 Devinisi Operasional Variabel

Variabel Sub Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur


Variabel
1. Ekstrak Ekstrak Ekstrak yang diperoleh dari Neraca Nominal
bawang bawang hasil ektraksi bawang hitam Analitik
hitam hitam yang telah dipanaskan
dengan beberapa minggu dengan
variasi cara maserasi menggunakan
waktu pelarut ethanol 70%
pemanasan
Varian Pemanasan bawang putih Visual Rasio
waktu menjadi bawang hitam
selama 1 minggu pada suhu
70oC
Pemanasan bawang putih
menjadi bawang hitam
selama 4 minggu pada suhu
70oC
Pemanasan bawang putih
menjadi bawang hitam
selama 6 minggu pada suhu
70oC

2. Efektifitas Kadar gula Jumlah kandungan gula di Glukometer Nominal


terhadap darah dalam sirkulasi dalam tubuh
penurunan
kadar gula
darah
39

3.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kali ini di lakukan melalui prosedur kerja

sebagai berikut :

3.6.1 Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman di lakukan denagn meilhat kunci determinasi serta

membandingkan ciri-ciri morfologi tumbuhan dengan literatur.

3.6.2 Pembuatan Bawang Hitam

1. Siapkan bawang putih yang telah diperoleh

2. Tutup bawang hitam dengan alumunium foil

3. Panaskan pada suhu 70oC

4. Selama 1 minggu, 4 minggu, dan 6 minggu

3.6.3 Pembuatan Ekstrak Bawang Hitam

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Siapkan bawang hitam yang telah jadi dan masukkan dalam botol

maserasi

3. Tambahkan ethanol 70% kedalam botol maserasi hingga bawang hitam

tertutup pelarut

4. Diamkan selama 5 hari

5. Kumpulkan semua maserat yang diperoleh

6. Uapkan ethanol dengan menggunakan destilasi vacum (rotary

evaporator) hingga pelarut berkurang

7. Panaskan ekstrak dengan waterbath hingga diperoleh ekstrak kental

3.6.4 Persiapan Hewan Coba Mencit

1. Disiapkan 5 kandang mencit, diberi sekat dan ditutup rapat


40

2. Pilih hewan coba mencit yang berwarna putih, jantan, dan sehat serta

beraktivitas normal

3. Pilih yang berusia 2-3 bulan dan berat badan 20-35 gram sebanyak 15

ekor

4. Bagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari tiga ekor.

Kelompok 1 (kontrol negatif)  setelah diinduksi beban hanya diberi aquadest

Kelompok 2 (kontrol positif)  setelah diinduksi beban diberi senyawa penurun

kadar gula

Kelompok 3 (perlakuan 1)  setelah diinduksi beban diberi ekstrak bawang hitam

1 minggu

Kelompok 4 (perlakuan 2)  setelah diinduksi beban diberi ekstrak bawang hitam

4 minggu

Kelompok 5 (perlakuan 3)  setelah diinduksi beban diberi ekstrak bawang hitam

6 minggu

3.6.5 Preparasi Larutan Induksi Aloksan

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Timbang aloksan sesuai kebutuhan

3. Larutkan dengan aquadest steril aduk hingga terlarut sempurna

4. Larutan induksi aloksan siap digunakan

5. Simpan dalam wadah gelap tertutup rapat

(Perhitungan dosis aloksan lihat Lampiran 3)

3.6.6 Preparasi Glibenklamid

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Timbang glibenklamid sesuai kebutuhan


41

3. Larutkan dengan aquadest steril aduk hingga terlarut sempurna

4. Larutan glibenklamid siap digunakan

5. Simpan dalam wadah gelap tertutup rapat

(Perhitungan dosis Glibenklamid lihat Lampiran 4)

3.6.7 Preparasi Ekstrak Bawang Hitam

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Timbang ekstrak sesuai kebutuhan

3. Larutkan dengan aquadest steril aduk hingga terlarut sempurna

4. Ekstrak siap digunakan

5. Simpan dalam wadah gelap tertutup rapat

(Perhitungan dosis Ekstrak Bawang Hitam lihat Lampiran 5)

3.6.8 Pengukuran Kadar Gula Darah Mencit

1. Disiapkan kandang mencit dan mencit dengan jumlah yang telah

ditentukan

2. Lakukan adaptasi selama 1 minggu setelah itu bagi menjadi 5

kelompok dengan 3 ekor mencit tiap kelompok

3. Mula-mula mencit puasa sekurangnya 10 -16 jam, agar glukosa darah

mencit stabil

4. Mencit diambil dan diperiksa kadar glukosa darahnya, untuk

menentukan kadar gula darah awal

5. Setelah 10 menit mencit diberi beban aloksan secara intravena untuk

semua mencit

6. Mencit diambil dan diperiksa kembali glukosa darahnya 2 hari setelah

beban diberikan
42

7. Lakukan pemberian beban hingga mencit mengalami diabetes dengan

kadar gula darah lebih dari 140 mg/dL

8. Perlakuan selanjutnya dilakukan sesuai dengan kelompok yang telah

dibagi. Kelompok 1 (kontrol negatif), diberi aquadest, Kelompok 2

(kontrol positif) diberi larutan glibenklamid, Kelompok 3 (perlakuan 1)

diberi ekstrak bawang hitam 1 minggu, Kelompok 4 (perlakuan 2)

diberi ekstrak bawang hitam 4 minggu, Kelompok 5 (perlakuan 3)

diberi ekstrak bawang hitam 6 minggu

9. Selanjutnya glukosa darah diperiksa lagi untuk waktu 3 hari, 5 hari dan

terakhir 7 hari setelah perlakuan

10. Hasil pengukuran glukosa darah tersebut dimasukkan dalam tabel

11. Lihat kadar glukosa darah mencit dan bandingkan sebelum dan

sesudah pemberian ekstrak

3.7 Analisis Data

Dalam penelitian kali ini analisa data dilakukan dengan cara membandingkan

kadar gula darah sebelum dan sesudah pemberian ekstrak bawang hitam dengan

beberapa varian waktu pemanasan hingga diperoleh data. Data hasil yang di

peroleh kemudian di analisa dengan menggunakan software SPSS untuk

dilakukan uji One Way Anova. Analisa One Way Anova ini bertujuan untuk

mengetahui perbedaan dari masing-masing variasi pemanasan bawang hitam yang

di gunakan, sehingga dapat di ketahui mana yang paling efektif. Adapun hipotesa

yang digunakan
43

H0 : Tidak terdapat perbedaan aktifitas penurunan kadar gula darah ekstrak

bawang hitam dengan pemanasan 1 minggu, 4 minggu, 6 minggu

H1 : Terdapat perbedaan aktifitas penurunan kadar gula darah ekstrak bawang

hitam dengan pemanasan 1 minggu, 4 minggu, 6 minggu.


44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Determinasi Tanaman Bawang Putih

Bagian tanaman bawang putih yang digunakan pada penelitian ini adalah

umbi bawang putih yang diperoleh dari pasar besar Kota Malang. Determinasi

tanaman bawang putih dilakukan di UPT Materia Media, Batu. Tujuan dari

dilakukannya determinasi untuk mengidentifikasi tanaman yang akan digunakan

dalam penelitian. Dari hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman bawang

putih yang digunakan benar tanaman bawang putih (Allium Sativum L.). Adapun

hasil determinasi dilampirkan pada Lampiran 1.

4.2 Hasil Pembuatan Bawang Hitam

Umbi bawang putih yang digunakan adalah umbi bawang putih yang

berukuran sedang hungga besar. Umbi bawang putih yang digunakan sebanyak

1,5 kg kemudian dibersihkan dari kotoran yang menempel dan dibagi menjadi 3

bagian, dengan setiap bagian sebanyak 500 gram. Selanjutnya umbi bawang putih

dibungkus dengan alumunium foil dan dipanaskan dalam oven bersuhu ± 70 oC.

Bagian 1 bawang putih dipanaskan selama selama 1 minggu, untuk bagian kedua

dipanaskan selama 4 minggu, sedangkan bagian terakhir dipanaskan selama 6

minggu. Pemanasan pada suhu ± 70oC bertujuan agar senyawa penting yang

terkandung dalam umbi bawang putih tidak rusak. Bawang hitam yang sudah jadi

kemudian dihaluskan agar saat proses ekstraksi lebih cepat dan hasilnya lebih

44
45

maksimal. Hasil pemeriksaan karakteristik fisik bawang hitam dapat dilihat pada

Tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Fisik Bawang Hitam

Kelompok Organoleptik Hasil Pengamatan


Pemanasan 1 minggu Bentuk Padat (mirip bawang putih)
Warna Putih kekuningan
Bau Khas bawang
Pemanasan 4 minggu Bentuk Padat (kenyal)
Warna Coklat
Bau Khas bawang
Pemanasan 6 minggu Bentuk Padat (kenyal)
Warna Coklat kehitaman
Bau Khas bawang

4.3 Hasil Ekstraksi Bawang hitam

Bawang hitam yang telah dihaluskan kemudian ditimbang sebanyak 200 gram

untuk setiap bagian bawang hitam (pemanasan 1 minggu, 4 minggu, 6 minggu),

dan masing-masing diekstraksi dengan metode masereasi. Maserasi dilakukan

dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Pemilihan pelarut etanol 70% sebagai

pelarut disebabkan karena kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20%

keatas, tidak beracun, netral, absobsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air

pada segala perbandingan, serta panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih

sedikit (Depkes,1986). Perbandingan bahan segar dan pelarut yang digunakan

adalah 10:75, sehingga banyaknya pelarut yang dibutuhkan untuk mengekstraksi

tiap 200 gram bawang hitam adalah 1500 mL. Kemudian ditutup dan dibiarkan

selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari

sari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya dan
46

diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian, sehingga ampas

diserkai dengan etanol 70% sebanyak 300 mL. Selanjutnya sari yang terkumpul

dimasukkan dalam bejana tertutup dan terlindung dari cahaya selama 2 hari

kemudian endapan dipisahkan.

Maserat atau sari yang diperoleh selanjutnya diuapkan menggunakan rotary

evaporator pada suhu 70oC dengan tekanan 1 atm. Selanjutnya maserat tersebut

dipekatkan dengan menggunakan water bath dengan suhu 70oC. Proses ekstraksi

tersebut menghasilkan ekstrak kental berwarna kuning hingga coklat yang

memiliki bau yang khas dengan berat ekstrak masing – masing 30,3456 gram

(bawang pemanasan 1 minggu) ; 31,0687 gram (bawang pemanasan 4 minggu) ;

33,7459 gram. Rendemen yang diperoleh dari ketiga ekstrak masing – masing

sebesar 15,1728% ; 15,5343% ; 16,8729%. Hasil pemeriksaan karakteristik dari

ekstrak etanol bawang hitam terdapat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Ekstrak Bawang Hitam


Kelompok Organoleptik Hasil Pengamatan
Pemanasan 1 minggu Bentuk Cairan kental
Warna Kuning Coklat
Bau Khas
Pemanasan 4 minggu Bentuk Cairan kental
Warna Coklat
Bau Khas
Pemanasan 6 minggu Bentuk Cairan kental
Warna Coklat
Bau Khas
47

4.4 Hasil Persiapan Hewan Coba

Hewan coba yang digunakan pada percobaan ini adalah mencit. Mencit

dipilih karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya siklus hidupnya yang

relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, mudah dalam penanganannya,

selain itu hewan ini juga mudah didapat dengan harga yang relatif murah dan

biaya ransum yang rendah. Mencit putih memiliki bulu pendek halus berwarna

putih serta ekor berwarna kemerahan dengan ukuran lebih panjang dari pada

badan dan kepala. Mencit memiliki warna bulu yang berbeda disebabkan

perbedaan dalam proporsi darah mencit liar dan memiliki kelenturan pada sifat-

sifat produksi dan reproduksinya (Nafiu, 1996).

Mencit yang dipilih adalah mencit putih jantan, sehat, dan mempunyai

aktivitas normal. Memiliki usia 2-3 bulan, dan berat badan 20-35 gram sebanyak

15 ekor yang nantinya akan dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri

dari tiga ekor. Kelompok pertama adalah kelompok kontrol negative, kelompok

kedua adalah kelompok kontrol positif, kelompok ketiga adalah kelompok yang

diberi perlakuan dengan ekstrak bawang hitam 1 minggu, kelompok keempat

adalah kelompok yang diberi perlakuan dengan ekstrak bawang hitam 4 minggu,

kelompok kelima adalah kelompok yang diberi perlakuan dengan ekstrak bawang

hitam 6 minggu. Setelah dibagi menjadi beberapa kelompok, selanjutnya mencit

ditimbang berat badannya dengan menggunakan timbangan, dan dicatat berat

badannya. Penimbangan berat badan mencit bertujuan untuk mengetahui dosis

larutan induksi dan ekstrak yang akan diberiakan ke mencit. Rata-rata bobot

mencit yang digunakan untuk percobaan ini adalah 28,8 gram. Hasil penimbangan

berat badan mencit terdapat pada Tabel 4.3


48

Tabel 4.3 Hasil Penimbangan Berat Badan Mencit


Kelompok Berat Badan Mencit (gram)
28
1 28
30
30
2 26
28
30
3 30
30
30
4 28
30
26
5 28
30
Kelompok 1 = Kontrol Positif

Kelompok 2 = Kontrol Negatif

Kelompok 3 = Perlakuan 1 (ekstrak bawang hitam 1 minggu)

Kelompok 4 = Perlakuan 2 (ekstrak bawang hitam 4 minggu)

Kelompok 5 = Perlakuan 3 (ekstrak bawang hitam 6 minggu)

4.5 Hasil Pemberian Larutan Induksi Aloksan Pada Mencit

Pemberian larutan induksi aloksan terhadap mencit diharapkan agar hewan

coba mengalami hiperglikemia atau diabetes. Diabetes mellitus dapat disebabkan

oleh banyak faktor. Faktor tersebut diantaranya faktor genetik, infeksi oleh

kuman, faktor nutrisi, zat diabetogenik, dan radikal bebas (stres oksidatif).

Senyawa aloksan merupakan salah satu zat diabetogenik yang bersifat toksik,

terutama terhadap sel beta pankreas, dan apabila diberikan kepada hewan coba
49

seperti mencit maka dapat menyebabkan hewan coba mencit menjadi diabetes.

Mekanisme toksisitas aloksan diawali dengan masuknya aloksan ke dalam sel-sel

beta pankreas dan kecepatan pengambilan akan menentukan sifat diabetogenik

aloksan. Kerusakan pada sel-sel β terjadi melalui beberapa proses secara

bersamaan, yaitu melalui oksidasi gugus sulfidril dan pembentukan radikal bebas.

Mekanisme kerja aloksan menghasilkan kerusakan pada sel-sel β pankreas

terutama menyerang senyawa-senyawa seluler yang mengandung gugus sulfidril,

asam-asam amino sistein dan protein yang berikatan dengan gugus SH (termasuk

enzim yang mengandung gugus SH). Aloksan bereaksi dengan dua gugus SH

yang berikatan pada bagian sisi dari protein atau asam amino membentuk ikatan

disulfida sehingga menginaktifkan protein yang berakibat pada gangguan fungsi

protein tersebut (Szkuldelski, 2008). Induksi aloksan pada dosis 120 mg/kg bb

secara intravena mampu meningkatkan kadar glukosa darah dan kerusakan pada

sel β pankreas tikus. Mencit dengan kadar glukosa melebihi 140 mg/dl dianggap

diabetes (Dalimartha, 2007).

Sebelum diberikan larutan induksi aloksan, awalnya semua hewan uji

dipuasakan selama 16 jam untuk mengurangi pengaruh kadar gula darah yang

disebabkan oleh faktor makanan sehingga gula darah mencit rendah dan ketika

diberikan larutan induksi akan mudah terlihat peningkatan kadar gula darahnya.

Kemudian diukur kadar gula darah darah awal. Setelah 30 menit seluruh hewan

uji diberikan larutan induksi secara intravena agar terjadi peningkatan kadar gula

darahnya. Seluruh hewan coba disuntik larutan induksi aloksan secara intravena

yang jumlahnya telah dikonversikan sesuai berat badan seluruh mencit.

Selanjutnya dilakukan pengukuran gula darah 2 hari setelah pemberian larutan


50

induksi aloksan. Hasil kadar gula darah mencit setelah induksi aloksan dapat

dilihat pada Lampiran 7.

4.6 Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Mencit

Hasil pengukuran kadar gula darah pada mencit dilakukan selama 7 hari.

Pengukuran kadar gula darah dilakukan pada hari ke-3, hari ke-5, dan hari ke-7

setelah mencit dianggap positif diabetes dan telah diberi perlakuan. Pemberian

ekstrak dan pemberian obat untuk kontrol menggunakan sonde. Pada percobaan

ini digunakan kontrol untuk membandingkan ekstrak dengan kontrol positif yang

menggunakan obat diabetes dan kontrol negatif tanpa menggunakan obat atau

ekstrak. Hasil pengukurun kadar gula darah mencit dapat dilihat pada Lampiran 7.

Sedangkan hasil penurunan kadar gula darah mencit dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Penurunan Kadar Gula Darah Mencit

Setelah
Setelah
Perlakuan
Kelompok Induksi Selisih
7 Hari
(mg/dl)
(mg/dl)
182 68 114
1 198 85 113
236 112 124
173 188 -15
2 194 198 -4
178 205 -27
208 198 10
3 190 188 2
205 185 20
198 173 25
4 188 158 30
196 165 31
208 130 78
5 193 126 67
212 152 60
51

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa telah terjadi penurunan kadar gula darah

mencit setelah diberikan perlakuan. Namun pada tabel tersebut penurunan kadar

gula darah tidak terlalu signifikan. Hal tersebut terjadi kemungkinan karena pada

perlakuan hewan coba untuk diabetes digunakan larutan aloksan. Aloksan

merupakan senyawa yang mampu merusak sel-sel β terjadi melalui beberapa

proses secara bersamaan, yaitu melalui oksidasi gugus sulfidril dan pembentukan

radikal bebas, hal tersebut menyebabkan sel β pankreas susah untuk beregenerasi

sehingga dan menghasilkan insulin juga akan lebih susah. Diduga hal tersebutlah

yang menyebabkan senyawa aktif dalam bawang hitam yang berperan untuk

merangsang sekresi insulin juga kurang maksimal dalam bekerja.

Senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak bawang hitam diduga dapat

Membantu penderita Diabetes dengan mengkawal glukosa dalam darah dan

meningkatkan insulin. Senyawa aktif ini diduga dan alliin atau S-allilsistein

sulfoksida (SAC). Perlakuan ekstrak menunjukkan penurunan kadar gula darah

pada mencit. Menurut Sheela, et al. (1995) Alliin pada dosis 200 mg/kg BB

mempunyai unjuk kerja yang sama dengan glibenklamid (obat diabetes) dan

hormon insulin. Black garlic memiliki SAC 2 kali lipat lebih tinggi dan tingkat

DADS 30 kali lipat lebih tinggi dari bawang putih mentah (Kim, 2012). SAC

hanya memiliki toksisitas tidak lebih dari 4% allicin dan DADS (Imada dalam

Amagase, 2006). Senyawa yang berperan dalam penurunan kadar gula darah telah

diketahui yakni allisin dan alliin (SAC) (Augusti, 1975; Sheela et al., 1995).

Kemungkinan masih terdapat senyawa lain yang juga mampu menurunkan kadar

glukosa darah pada diabetes mellitus. Allisin dan alliin mampu menjadi agen anti-

diabetes dengan mekanisme perangsangan pankreas untuk mengeluarkan sekret


52

insulinnya lebih banyak (Banerjee dan Maulik, 2002). Namun Walaupun semakin

lama waktu pemanasan bawang bawang hitam mempengaruhi peningkatan

kandungan SAC, tetapi SAC lebih cenderung berfungsi sebagai antioksidan (Lee,

2009).

Dari hasil pengukuran tersebut dapat dilihat penurunan kadar gula darah

mencit masih belum signifikan jika dibandingkan dengan kontrol positif. Pada

percobaannya untuk kontrol positif digunakan larutan glibenklamid karena

mekanisme kerja senyawa ini hampir sama dengan mekanisme senyawa aktif

yang diduga ada dalam ekstrak bawang hitam. Mekanisme kerja glibenklamid

adalah mengkawal glukosa dalam darah serta merangsang sekresi insulin.

Glibenklamid merangsang sekresi insulin di kelenjar pancreas, oleh sebab itu

hanya efektif apabila sel-sel β Langerhans pankreas masih dapat berproduksi.

Pada hasilnya kelompok kontrol positif mengalami penurunan kadar gula secara

signifikan jika dibandingkan dengan kelompok lain. Penurunan kadar gula darah

menggunakan larutan glibenklamid lebih baik dalam menurunkan kadar gula

darah mencit.

4.7 Hasil Analisa Data

Hasil pengukuran kadar gula darah mencit menunjukkan bahwa ekstrak

bawang hitam dapat menurunkan kadar gula darah. Data yang diperoleh kemudian

dianalisa menggunakan software SPSS 15 melalui Uji One Way Anova (Data

Analisis terdapat dalam Lampiran). One Way ANOVA digunakan untuk menguji

apakah rata-rata dari beberapa sample berbeda atau tidak. Dari hasil analisis data

menggunakan software tersebut didapatkan table descriptive. Pada table ini


53

terlihat ringkasan statistic deskriptif meliputi jumlah data, rata-rata, standar

deviasi, standart error, dan lain-lain. Setelah diperoleh table descriptive

dilanjutkan dengan Test of Homogeneity of variance yang bertujuan untuk

menguji apakah varian dari populasi bawang hitam tersebut sama. Pada table

diperoleh probabilitas (sig.) 0,616 > 0,05, maka H1 diterima bahwa terdapat

perbedaan aktifitas penurunan kadar gula darah ekstrak bawang hitam dengan

pemanasan 1 minggu, 4 minggu, 6 minggu. Pada tabel ANOVA diperoleh nilai

sig (0,000), nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian ekstrak bawang hitam berdasarkan lama pemanasannya memberikan

pengaruh dalam menurunkan kadar gula darah mencit. Sedangkan dari tabel Post

Hoc dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan efektifitas secara bermakna

antar lama pemanasan bawang hitam dalam menurunkan kadar gula darah mencit,

dan penurunannya belum bisa menyamai dengan kontrol positif. Dari tabel

tersebut juga dapat diketahui bahwa masih belum ada ekstrak yang paling efektif

dalam menurunkan kadar gula darah mencit.


54

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh ekstrak bawang hitam terhadap

penurunan kadar gula darah mencit berdasarkan lama pemanasan diperoleh

kesimpulan bahwa terdapat perbedaan aktifitas ekstrak bawang hitam berdasarkan

lama pemanasan, namun belum ada ekstrak yang paling efektif dibandingkan

dengan kontrol positif.

5.2 Saran

1. Perlu adanya identifikasi lebih lanjut untuk mengetahui dan mengenal

senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak bawang hitam

2. Perlu dilanjutkan penelitian untuk mendapatkan dosis yang efektif

54
viii

DAFTAR RUJUKAN

Amagase, H., B.L. Petesch, H. Matsuura, S. Kasuga, and Y. Itakura. 2001. Intake
of garlic and bioactive components. Journal of Nutrition 131 (3): 955S–
962S.

American Diabetes Association: Clinical Practice Recommendations 2001.


Diabetes Care 2001; 24(s1).

American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes mellitus.


Diabetes Care. 2004;27(Suppl 1):S5-S10.

American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes. Diabetes


Care. 2004;27(Suppl 1):S15-S35.

Anggorodi, R. (1973). Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: Gramedia.

Anief, M. (1990). Perjalanan dan Nasib Obat dalam Badan. Yogyakarta: UGM
Press.

Augusti, K.T. 1975. Studies on the effect of allicin (diallyl disulphideoxide) on


alloxan diabetes. Experientia 31 (11): 1263–1265.

Arrington, L. 1972. Introductory Laboratory Animal. The Breeding, Care, and


Management of Experimental Animal Science. New York: The Interstate
Printers and Publishing, Inc.

Bae, Sang Eun., Seung Yong Cho, Yong Duk Won, Seon Ha Lee, Hyun Jin Park.
2014. “Changes In S-Allyl Cysteine Contents And Phsicochemical
Properties Of Black Garlic During Heat Treatment”. LWT – Food Science
And Technology, Vol. 55. Hal: 397-402.

Banerjee, S. K. and S. K. Maulik. 2002. Effect of garlic on cardiovasculer


disorders: a review. Nutrition Journal 1(4): 1–14.

Bustan MN, 2007, Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta: Rineka Cipta.

Challem, J. 1995. The Wonders of Garlic. http://www.jrthorns. com/


Challem/garlic.html

Cindy, Elizabeth. 2015 (https://elizabethcindy25.wordpress.com/2015/03/15/warn


a-hitam-berjuta-manfaat-black-garlic/, diakses 31 Desember 2015)

Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2009, Profil Kesehatan Kota Semarang 2009,
Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang.
ix

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina


Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2005, Pharmaceutical Care Untuk
Penyakit Diabetes mellitus,Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Ellmore, G. and R. Feldberg. 1994. Alliin lyase localization in bundle sheaths of


garlic clove (Allium sativum). American Journal of Botany 81: 89-95.

Green, E. (1968). Biology of The Laboratory Mouse. New York: Hill Book.

Gupta, N. and T.D. Porter. 2001. Garlic and garlic-derived compounds inhibit
human squalene monooxygenase. Journal of Nutrition 131: 1662–1667.

Hernawan, U.E dan Ahmad, 2003. Senyawa Organosulfur Bawang Putih (Allium
sativum L.) dan Aktivitas Biologinya. Jurnal Review. Surakarta: Jurusan
Biologi FMIPA UNS Surakarta

Kim, M.Y., S.W. Choi, and S. K. Chung. 2002. Antioxidative flavonoids from the
garlic (Allium sativum L.) shoot. Food Science and Biotechnology 9(4):
199-203.

Kim, Mun Su., Min Ju Kim, Woo Suk Bang, Keun Sung Kim, Sung Soo Park.
2012. “Determination Of S-Allyl-L-Cystein, Diallyl Disulfide, And Total
Amino Acids Of Black Garlic After Spontaneous Short - Term
Fermentation”. J. Korean Soc. Food Sci. Nutr, Vol. 41(5). Hal: 661 - 665.

Kusumawati D,2004, Bersahabat Dengan Hewan Coba, Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Lee, Young Min., Oh Cheon Gweon, Yeong Ju Seo, Jieum Im, Min Jung Kang,
Myo Jeong Kim, Jung In Kim. 2009. “Antioxidant Effect Of Garlic And
Aged Black Garlic In Animal Model Of Type 2 Diabetes Melitus”.
Nutrition Research And Practice, Vol. 3 (2). Hal: 156 – 161.

Maher, J. Timothy. 2000. Alpha-lipoic acid and Co-Q10 in diabetes mellitus.


Natural Healing Track. Juli: 2–7.

Mathew P.T. and K.T. Augusti. 1973. Studies on the effect of allisin (diallyl
disulphide–oxide) on alloxan diabetes: I. Hypoglycaemic action and
enhancement of serum insulin effect and glycogen synthesis. Indian
Journal of Biochemistry and Biophysics 10: 209–212.

Malole, M., & Pramono, C. S. 1989. Penggunaan Hewan Percobaan di


Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi. Bogor: IPB.

Misnadiarly, 2006, Diabetes Mellitus, Jakarta: Pustaka Populer Obor.


x

Muliani, H. (2011). Pertumbuhan Mencit (Mus Musculus L) Setelah Pemberian


Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas) White Mouse (Mus Musculus L)
Growth Exposed to Barbados Nut's Seed. Bioma, 73-79.

Nafiu, L. O. 1996. Kerenturan Fenotipik Mencit Terhadap Ransum Berprotein


Rendah. Bogor: IPB.

Moriwaki, K. 1994. Genetic in Wild Mice. Its Application to Biomedical Reseach.


Tokyo: Karger.

Nugrahani, S. S . 2012. Analisis Perbandingan Efektifitas Ekstrak Akar, Batang,


dan Daun Herba Meniran (Phyllanthus Ninuri) dalam Menurunkan Kadar
Glukosa Darah Mencit. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang

Ohaeri, O.C. 2001. Effect of garlic oil on the levels of various enzymes in the
serum and tissue of streptozotocin diabetic rats. Bioscience Report 21 (1):
19 –24.

Peter, W. L. (1976). The Laboratory Mouse. New York: Edinburg.

Seo, Yeong Ju., Oh Cheon Gweon, Jieum Im, Young Min Lee, Min Jung Kang,
Jung In Kim. 2009. “Effect of Garlic and And Aged Black Garlic On
Hyperglycemia and Dyslipidemia In Animal Model Of Type 2 Diabetes
Melitus”. J Food Science Nutrition, Vol. 14 (2). Hal: 1 – 7.

Sheela, C.G., K. Kumud, and K.T. Augusti. 1995. Antidiabetic effect of onion and
garlic sulfoxide amino acid in rats. Planta Medica 61: 356–357.

Smith, B. (1988). Pemeliharaan, pembiakan, dan Penggunaan Hewan Coba di


Daerah Tropis. Jakarta: UI Press.

Soeparman, 1993, Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: FKUI.

Song, K. and J. A. Milner. 2001. The influence of heating on the anticancer


properties of garlic. Journal of Nutrition 131: 1054S–1057S

Subroto MA, 2006, Ramuan Herbal untuk Diabetes Melitus, Jakarta: Penebar
Swadaya.

Syamsiah, I.S dan Tajudin, 2003. Khasiat & Manfaat Bawang Putih. AgroMedia
Pustaka, Jakarta.

Tahani, N. A. 2013. Laporan Teknik Instrumentasi Laboratorium Biosistem


(Hewan Coba). Malang: Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
xi

Wang, Danan. et al. 2010. “Black garlic (Allium sativum) Extracts Enhance The
Immune System”. Medicinal and Aromatic Plant Science and
Biotechnology, vol. 4 (1). Hal: 37.

WHO Department of Noncommunicable Disease Surveillance Geneva.


Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its
Complications. Report of a WHO ConsultationPart 1: Diagnosis and
Classification of Diabetes Mellitus . 1999

Zhang, X. 1999. WHO Monographs on Selected Medicinal Plants: Bulbus Allii


Sativii. Geneva: World Health Organization.

Zhang, X.H., D. Lowe, P. Giles, S. Fell, M. J. Connock, and D. J. Maslin. 2001.


Gender may affect the action of garlic oil on plasma cholesterol and
glucose levels of normal subjects. Journal of Nutrition 131: 1471–1478.
xii

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Determinasi


xiii

Lampiran 2. Tabel Konversi Hewan Coba

(Sumber, Kusumawati, 2004)


xiv

Lampiran 3. Perhitungan Dosis Aloksan


Menurut (Vincent Halim, 2004) Dosis Aloksan adalah 120 mg/ kgBB maka
jika akan digunakan untuk mencit yang memiliki bobot 20 gram perhitungan dosis
aloksan adalah sebagai berikut :
pada tikus 200 gram:
= (200 g/1000 g) x 120 mg/kgBB
=24 mg/ tikus 200 g
Faktor konversi dari tikus 200 gram ke mencit 20 gram = 0,14
Pada mencit 20 gram:
= 24 mg x 0,14
= 3,36 mg/ mencit 20 g
Volume maksimal dosis intravena mencit 0,1 ml
= 3,36 mg/ 0,1 ml
Mencit dengan kadar glukosa melebihi 140 mg/dl dianggap diabetes (Dalimartha,
2007)
Konversi ekstrak untuk mencit bobot 26 Konversi ekstrak untuk mencit bobot 26
gram, sebanyak 2 ekor gram, sebanyak 5 ekor
3,36 mg 20 gram 3,36 mg 20 gram
x 26 gram x 28 gram

x= x=

= 4,368 mg/ mencit = 4,704 mg/ mencit


= 4,368 mg/0,1 ml = 4,704 mg/0,1 ml
Sehingga untuk membuat larutan 0,3 ml Sehingga untuk membuat larutan 0,6 ml
dibutuhkan 13,104 mg aloksan dibutuhkan 28.224 mg aloksan
Konversi ekstrak untuk mencit bobot 26 gram, sebanyak 8 ekor
3,36 mg 20 gram
x 30 gram

x=

= 5,04 mg/ mencit


= 5,04 mg/0,1 ml
Sehingga untuk membuat larutan 1 ml dibutuhkan 50,4 mg aloksan
xv

Lampiran 4. Perhitungan Dosis Glibenklamid


Dosis Glibenklamid manusia = 10 mg

Faktor konversi untuk manusia ke mencit 20g = 0,0026.

Dosis mencit 30 g = 30/20 x 0,0026 x 10mg = 0,039 mg

Dosis tersebut diberikan dalam 0,5 ml aquadest sesuai dengan kapasitas lambung

mencit. (Verina Logito, 2004)

Jadi untuk membuat sebanyak 15 ml

0,039 mg  0,5 ml
x 15 ml

x=

= 1,17 mg/ 15 ml

Sehingga untuk membuat larutan 15 ml dibutuhkan 1,17 mg glibenklamid

Dosis mencit 28 g = 28/20 x 0,0026 x 10mg = 0,0364 mg

Dosis tersebut diberikan dalam 0,5 ml aquadest sesuai dengan kapasitas lambung

mencit. (Verina Logito, 2004)

Jadi untuk membuat

0,0364 mg  0,5 ml
x 15 ml

x=

= 1,092 mg/ 15 ml

Sehingga untuk membuat larutan 15 ml dibutuhkan 1,092 mg glibenklamid


xvi

Lampiran 5. Perhitungan Dosis Ekstrak Bawang Hitam


Penentuan dosis bawang hitam berdasarkan empiris dari masyarakat yang

mengkonsumsi bawang hitam sebanyak 3-5 siung bawang hitam (setara dengan 6

g) setiap harinya disertai air minum. Perhitungan dosis ekstrak bawang hitam

dihitung dari rendemen yang diperoleh yaitu

Dosis ekstrak bawang hitam 500 mg/kg menurut Drobiova et al., (2009) dalam

Lee et al., (2009)

Bobot mencit ± 20 gram Konversi ekstrak untuk mencit bobot 30


Volume lambung ± 0,5 ml gram
500 mg/kg BB mencit 10 mg 20 gram
= 20/1000 x 500 mg x 30 gram
= 10 mg/ mencit
x=
= 10 mg/0,5 ml
= 15 mg/ mencit
= 15 mg/0,5 ml
Sehingga untuk membuat larutan 15 ml
dibutuhkan 450 mg ekstrak
Konversi ekstrak untuk mencit bobot 28 Konversi ekstrak untuk mencit bobot 26
gram gram
10 mg 20 gram 10 mg 20 gram
x 28 gram x 26 gram

x= x=

= 14 mg/ mencit = 13 mg/ mencit


= 14 mg/0,5 ml = 13 mg/0,5 ml
Sehingga untuk membuat larutan 15 ml Sehingga untuk membuat larutan 15 ml
dibutuhkan 420 mg ekstrak dibutuhkan 390 mg ekstrak
xvii

Lampiran 6. Perhitungan Rendemen Ekstrak Bawang Hitam


1. Ekstrak Bawang Hitam 1 Minggu

Bawang Hitam yang digunakan : 200 gram

Ekstrak yang diperoleh : 30,3456 gram

2. Ekstrak Bawang Hitam 4 Minggu

Bawang Hitam yang digunakan : 200 gram

Ekstrak yang diperoleh : 31,0687 gram

3. Ekstrak Bawang Hitam 6 Minggu

Bawang Hitam yang digunakan : 200 gram

Ekstrak yang diperoleh : 33,7459 gram


xviii

Lampiran 7. Data Pengukuran Kadar Gula Darah Mencit

Sebelum Setelah Setelah Setelah Setelah


Induksi (mg/dl) Induksi Perlakuan Perlakuan Perlakuan
Kelompok
(mg/dl) 3 Hari 5 Hari 7 Hari
(mg/dl) (mg/dl) (mg/dl)
66 182 140 100 68
1 80 198 186 120 85
104 236 176 144 112
63 173 175 175 188
2 54 194 194 196 198
70 178 189 197 205
67 208 206 201 198
3 56 190 190 190 188
61 205 194 187 185
84 198 186 179 173
4 52 188 188 164 158
73 196 195 189 165
76 208 198 146 130
5 66 193 167 134 126
83 212 185 169 152

Kelompok 1 = Kontrol Positif

Kelompok 2 = Kontrol Negatif

Kelompok 3 = Perlakuan 1 (ekstrak bawang hitam 1 minggu)

Kelompok 4 = Perlakuan 2 (ekstrak bawang hitam 4 minggu)

Kelompok 5 = Perlakuan 3 (ekstrak bawang hitam 6 minggu)


xix

Lampiran 8. Kurva Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Mencit

Kontrol Positif
250,00

200,00 205,33
Kadar Gula Darah

167,33
150,00
121,33
100,00
88,33 Series1
50,00

0,00
Sebelum Setelah Setelah Setelah
Perlakuan Perlakuan 3 Perlakuan 5 Perlakuan 7
Hari Hari Hari

Kontrol Negatif
200,00
197
195,00
Kadar Gula Darah

192,67
190,00

185,00 186
181,67 Series1
180,00

175,00

170,00
Sebelum Setelah Setelah Setelah
Perlakuan Perlakuan 3 Perlakuan 5 Perlakuan 7
Hari Hari Hari
xx

Ekstrak Bawang Hitam 1 Minggu


202,00
201,00
200,00
198,00
Kadar Gula Darah

196,00 196,67
194,00
192,00 192,67
190,00 190,33 Series1
188,00
186,00
184,00
Sebelum Setelah Setelah Setelah
Perlakuan Perlakuan 3 Perlakuan 5 Perlakuan 7
Hari Hari Hari

Ekstrak Bawang Hitam 4 Minggu


200,00
195,00 194,00
190,00 189,67
Kadar Gula Darah

185,00
180,00
177,33
175,00
170,00
Series1
165,00 165,33
160,00
155,00
150,00
Sebelum Setelah Setelah Setelah
Perlakuan Perlakuan 3 Perlakuan 5 Perlakuan 7
Hari Hari Hari
xxi

Ekstrak Bawang Hitam 6 Minggu


250,00

200,00 204,33
Kadar Gula Darah

183,33
150,00 149,67
136,00
100,00
Series1
50,00

0,00
Sebelum Setelah Setelah Setelah
Perlakuan Perlakuan 3 Perlakuan 5 Perlakuan 7
Hari Hari Hari
xxii

Lampiran 9. Outpus SPSS


xxiii
xxiv

Lampiran 10. Dokumentasi Percobaan

(Bawang Putih Segar)

(Bawang Putih Dibungkus dengan Alumunium Foil)

(Bawang Putih sebelum pemanasan) (setelah pemanasan 1 minggu)


xxv

(setelah pemanasan 4 minggu) (setelah pemanasan 6 minggu)

(Maserasi Bawang Hitam pemanasan 1 minggu, 4 minggu, 6 minggu)

(Sari Hasil Maserasi Bawang Hitam 1 minggu “kiri” dan 4 minggu “kanan”)
xxvi

(Sari Hasil Maserasi Bawang Hitam 6 minggu)

(a) (b) (c)

(Ekstrak Kental bawang hitam 1 minggu (a) 4 minggu (b) 6 minggu (c))

(Adaptasi mencit dan Pengelompokan Mencit)


xxvii

(Penimbangan mencit)

(Pengukuran Gula Darah Mencit)

(Pemberian secara peroral pada Mencit)

Anda mungkin juga menyukai