Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1. Andi Mutmainnah (1801067) 10. Hadijah (1801066)
2. Samsuddin (1801057) 11. Dewi Purnamasari (1801084)
3. Ayu Ashari (1801111) 12. Irmawati (1801106)
4. Rosmia Hasan (1801060) 13. Muh.Multhazam Umar ()
5. Astri Safitri Effendi (1801061) 14. Desiana Sampulawa (1801099)
6. Mirawati (1801062) 15. Rizky Amelia Anwar (1801100)
7. Nurhikma (1801063) 16. Nurwannah Alauddin (1801101)
8. Syamsuddin Natsir (1801064) 17. Firdayanti Ilyas (1801103)
9. Muliati Haya (1801065)
S1 KEPERAWATAN KONVERSI
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas Askep
keluarga dengan bronchitis selesai tepat pada waktu yang telah di tentukan. Askep ini
di ajukan guna memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah komunitas.
Askep ini telah di susun dengan semaksimal mungkin dan terima kasih pada
pihak yang terlibat dalam penyusunan askep ini. Harapan kami semoga askep yang
tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para
pembaca.
Kami menyadari isi aske ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi
kalimat, isi maupun dalam penyususnan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya,
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah
selanjutnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ............................................................................ 57
B. Saran .................................................................................... 57
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Home care merupakan sebuah pelayanan yang sebenarnya telah ada di
dunia sejak awal abad 19. Pada sejarah Home Care di Amerika, semua
kegiatan merawat pasien merupakan suatu kegiatan yang lazim dilakukan oleh
masyarakat pada umumnya, karena pada abad tersebut semua orang masih
menangani anggota keluarga yang sakit sendiri, bahkan pada zaman tersebut
keluarga atau tetangga dari keluarga yang anggota keluarganya meninggal
melakukan persiapan penguburan sendiri atau bergotong royong.
Seiring dengan pertumbuhan organisasi yang membantu untuk
melakukan home care itu sendiri, akhirnya mulai berkurang pula penanganan
perawatan. Berkurangnya penanganan perawatan itu terjadi karena untuk
memikirkan bagaimana cara agar pengeluaran yang dilakukan oleh keluarga
atau yayasan menjadi efektif. Pengeluaran yang efektif tersebut akan dipilah
dengan kesanggupan dari keuangan keluarga dan dilihat dari jenis penyakit
yang diderita oleh pasien.
Kunjungan rumah juga dilakukan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meminimalkan resiko
infeksi masyarakat, serta mencegah terjadinya kekambuhan penyakit, seperti :
perawatan nifas pada ibu pasca melahirkan, perawatan anak diare,
pemantauan pengobatan klien dengan tuberculosis, hipertensi, kardiovaskuler,
penyuluhan kesehatan klien dengan berbagai penyakit, dll (Stanhope &
Lancaster, 2011)
Seperti halnya dengan penyakit bronchitis yang merupakan penyakit
infeksi pada saluran pernapasan yang menyerang bronkus. Penyakit ini
banyak menyerang anak-anak yang lingkungannya banyak polutan, misalnya
4
orang tua yang merokok dirumah, asap kendaraan bermotor, asap hasil
pembakaran pada saat masak yang menggunakan bahan bakar kayu. Di
Indonesia masih banyak keluarga yang setiap hari menghirup polutan ini,
kondisi ini menyebabkan angka kejadian penyakit bronkhitis sangat tinggi
(Marni, 2014).
Bisa dibayangkan jika orang yang terkena bronchitis dan mereka
kambuh lagi, berapa banyak biaya dan waktu yang harus dikeluarkan, maka
dengan adanya home care atau pelayanan kesehatan dirumah merupan solusi
yang dapat dipilih oleh keluarga untuk meminimalkan kekambuhan penyakit
serta dapat meningkatkan derajat kesehatan keluarga dan masyarakat.
Bronkhitis merupaka penyakit ifeksi pada saluran pernafasan yang
menyerang bronchus. penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang
lingkungannya banayak polutan, misalnya orang tua tang merokok di rumah,
asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat memasak yang
menggunakan bahan bakar kayu. Di Indonesia masih banyak keluarga yang
setiap hari menghirup polutan ini, kondisi ini menyebabkan angka kejadian
penyakit bronchitis sangat tinggi (Marni, 2014)
Pada tahun 2007 di Negara berkembang seperti Indonesia Infeksi
saluran pernafasan bawah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penting. Resiko penularan setiap tahun di Indonesia di anggap cukup
tinggi. Di Indonesia yang terinfeksi bronkhitis sekitar 1,6 juta orang.
Bronkhitis adalh suatu peradangan pada bronchus, bronkhiali dan trachea 9
saluran udara ke paru-paru). penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada
akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki
penyakit menahun (misalnya pada penyakit jantung atau penyakit paru-paru)
dan usia lanjut, bronkhitis bias menjadi masalah serius (Arief, 2008)
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka sebagai calon perawat/perawat harus
mengetahui dan menjelaskan mengenai masalah penyakit home care pada
pasien bronkhitis guna untuk memperdalam ilmu pengetahuan mengenai
home care pada poasien dengan penyakit bronkhitis agar dapat menjadi acuan
dan konsep dasar untuk melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga pada
pasien dengan bronkhitis.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk dapat melaksanakan “Asuhan keperawatan home care pada Keluarga
dengan Bronkhitis”
2. Tujuan khusus
a. Untuk dapat melakukan pengkajian asuhan keperawatan home care pada
keluarga dengan Bronkhitis
b. Untuk dapat menetapkan diagnose asuhan keperawatan home care
padan keluarga dengan Bronkhitis
c. Untuk dapat menetapkan intervensi asuhan keperawatan home care pada
keluarga dengan Bronkhitis
d. Untuk dapat melakukan implementasi asuhan keperawatan home care
ppada keluarga dengan Bronkhitis
e. Untuk dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatanhome care pada
keluarga dengan Bronkhitis.
6
D. Manfaat Penulisan
1. Penulis
Lebih mengembangkan cakrawala atau wawasan berfikir penulis dalam
menerapkan teori yang di dapat selama menempuh pendidikan di Kampus
Stikes Panakkukang Makassar
2. Institusi
Merupakan umpan balik kepada institusi pendidikan khususnya bidang
kesehatan dalam pengaplikasian teori terpadu antara teori asuhan
keperawatan home care keluarga pada pasien dengan diagnose bronkhitis
dan pengaplikasian teori di lahan praktek, sehingga akan berguna untuk
perbaikan dan meningkatkan mutu pendidikan kedepannya
7
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada bronkitis akut biasanya batuk, terdengar ronki,
suara yang berat dan kasar, wheezing, menghilang dalam 10-14 hari, demam,
produksi sputum.Kemudian untuk tanda dan gejala bronkitiskronis yaitu:
batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi lembab, sering mengalami
infeksi saluran napas (seperti pilek atau flu) yang dibarengi dengan batuk,
gejala bronchitis akut lebih dari 2-3 minggu, demam tinggi, sesak napas jika
saluran tersumbat, produksi dahak bertambah banyak berwarna kuning atau
hijau.
2. Klasifikasi
Menurut Arif (2008) Bronkitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut:
a. Bronkitis akut
Bronkitis yang biasanya datang dan sembuh hanya dalam waktu 2
hingga 3 minggu saja, kebanyakan penderita bronkitis akut akan sembuh
total tanpa masalah lain.
b. Bronkitis kronis
Bronkitis yang biasanya datang secara berulang-ulang dalam waktu
yang lama, terutama pada perokok, bronkitis kronis ini juga berarti
menderita batuk yang dengan disertai dahak dan diderita selama berbulan-
bulan hingga tahunan.
3. Etiologi
Bronkitis oleh virus seperti Rinivirus, RSV, virus influenza, virus
parainfluenza, Adenovirus, Virus rubeola, dan Paramyxovirus. Menerut
laporan penyebab lainnya dapat terjadi melalui zat iritan asam lambung,
seperti asam lambung, atau polusi lingkungan dan dapat ditemukan dan
setelah pejanan yang berat, seperti saat aspirasi setelah muntah, atau pejanan
dalam jumlah besar yang disesaskan zat kimia dan menjadikan bronchitis
kronis.
10
besar yang terlibat inflamasi ini, tetapi kemudian semua saluran napas turut
terkena. Jalan napas menjadi tersumbat dan terjadi penutupan, khususnya pada
saat ekspirasi. Dengan demikian, udara napas akan terperangkap di bagian
distal paru. Pada keadaan ini akanterjadi hipoventilasi yang menyebabkan
ketidakcocokan dan akibatnya.timpul hipoksemia. Hipoksemia dan
hiperkapnia terjadi sekunder karena hipoventilasi. Resistensi vaskuler paru
meningkat ketika vasokonstriksi yang terjadikarena inflamasi dan konpensasi
pada daerah-daerah yang mengalami hipoventilasi membuat arteri pulmonalis
menyempit. Inflamasi alveolus menyebabkan sesak napas.
5. Komplikasi
Menurut Marni (2014) komplikasi bronchitis dengan kondisi
kesehatan yang jelek, antara lain :
a. Sniusitis
b. Otitis media
c. Bronkhietasis
d. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)
e. Gagal napas
6. Penatalaksanaan
Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum ada
obat kausal. Anti biotik tidak berguna. Obat yang diberikan berikan biasanya
untuk penurun demam, banyak minum terutama sari buah-buahan, obat
penekan batuk tidak diberikan padabatuk yang banyak lender, lebih baik
diberi banyak minum.
Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka
perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh diberikan,
asal sudah disingkirkan adanya asma atau pertussis. Pemberian antibiotic yang
serasi untuk M. pneumoniadan H. influenzasebagai bakteri penyerang
sekunder misalnya Amoksisilin, Kotrimoksazol dan golongan makrolid.
Antibiotic diberikan 7-10 hari dan bila tidak berhasil maka perlu dilakukan
12
B. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga sangat variatif sesuai dengan orientasi teori yang menjadi
dasar pendefinisiannya. Keluarga berasal dari bahasa sansekerta (kula dan
warga) kulawarga yang berarti anggota kelompok kerabat. (Padila.2012).
Beberapa ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan
perkembangan social masyarakat. Berikut akan dikemukakan beberapa
pengertian keluarga :
a. Menurut WHO cit. padila (2012), keluarga adalah anggota rumah tangga
saling berhubungan melalui pertalian darah , adopsi, atau perkawinan.
b. Menurut Wall cit. padila (2012), mengemukakan keluarga sebagai dua
orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan emosional serta
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
c. Menurut UU No.10 cit. padila (2012), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari dari suami, istri, dan anak atau suami istri,
atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
d. Menurut Depkes RI cit. padila (2012), mendefinisikan keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
2. Tujuan Dasar Keluarga
Karena keluarga merupakan unit dasar dari masyarakat. Unit dasar ini
memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan individu-
individu yang dapat menentukan keberhasilan kehidupan individu tersebut.
Keluarga berfungsi sebagai buffer atau sebagai perantara antara masyarakat
dan individu, yakni mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat
dengan memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan
peran anggotanya menerima peran dimasyarakat. (Padila.2012).
15
d. Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti
makanan, pakaian, dan rumah, amaka keluarga memerlukan sumber
keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga dibawah garis
kemiskinan. (gakin atau pra keluarga sejahtera). Perawat berkonstribusi
untuk mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat digunakan
keluarga meningkatkan status kesehatan mereka.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain
keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga
berfungsi melakukan asuhan keperawatan terhadap anggotanya baik
untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yag
sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan
tenaga professional. Kemampuan ini sangat mempengaruhi status
kesehatan individu dan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah (Friedman,
1998).
1) Mengenal masalah kesehatan
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
18
7. Tipe Keluarga
Menurut Padila.2012 Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan
berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan
perkembangan social maka tipe keluarga berkembang mengikutinya agar
dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.
Dalam sosiologi keluarga berbagai bentuk keluarga digolongan
sebagai tipe keluarga tradisional dan non tradisional atau bentuk
normative atau non normative. Padila.2012 menjelakan tipe-tipe keluarga
sebagai berikut :
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami , istri dan anak. Biasanya
keluarga yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga
dengan orang tua campuran atau orang tua tiri.
2) Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tnpa anak, atau
tidak ada anak yang tinggal bersama merka. Biasanya keluarga
dengan karier tunggal atau karier keduanya.
3) Keluarga dengan orang tua tunggal, biasanya sebagai
konsekuensi dari perceraian
4) Bujangan dewasa sendirian
5) Keluarga besar, terdiri dari keluarag inti dan orang-orang yang
berhubungan.
20
6) Pasangan usia lanjut, keluarga inti diaman suami istri sudah tua
anak-anaknya sudah berpisah.
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua beranak tnpa menikah, biasanya ibu
dan anak
2) Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah, didasarkan
pada hokum tertentu
3) Pasangan kumpul kebo, kumpul bersama tanpa menikah
4) Keluarga gay atau lesbian, orang-orang berjenis kelamin yang
sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
5) Keluarga kouni, keluarag yang terdiri dari lebih dari satu
pasangan monogamy dengan anak-anak secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber yang sama.
8. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut iqbal nur wahid 2010 berikut tahap-tahap
perkembangan keluarga tersebut di sertai dengan fungsi atau perawat
pada setiap tahap perkembangan.
a. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (berginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu
suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga
tersebut sudah memilki keluarga baru. Suami dan istri yang
membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan
yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan
fungsi sehari-hari. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan
dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru
dengan keluarga dan kelompok social pasangan masing-masing.
Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan makan, tidur,
21
bangun pagi, bekerja, dan sebagainya. Hal lain yang perlu diputuskan
adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan beberapa
jumlah anak yyang diharapkan. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini antara lain :
1) Membina hubungan intim dan keputusan baersama
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan klompok
social.
4) Merencanakan anak (KB)
5) Menyesuaikaan diri dengan kehamilan dan mempersiapakan diri
untuk menjadi orang lain.
Fungsi perawat pada keluarga ini adalah selain melakukan
kegiatan asuhan keperawatan juga melakukan konsultasi. Misalnya
KB, perawatan prenatal, dan komunikasi. Kurangnya informasi tentang
berbagai hal tersebut dapat menimbulkan masalah seksual, emosional,
rasa takut, atau cemas, rasa bersalah, dan kehamilan yang tidak
direncanakan.
b. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing
family).
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama
berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu
dipersiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas
perkembangan yang penting. Kelahiran bayi peertama member
perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus
beradaptasi dengan peranya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Masalah
yang sering terjadi dengan kelahiran bayi dalah pasangan merasa
diabaikan karena focus perhatian kedua pasangan pada bayi. Suami
22
merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya istri belum siap
menjadi ibu. Tugas perkembangan pada masa ini antara lain :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Membagi peran dan tanggung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
yang menyenangkan
4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melakukan perawatan
dan konsultasi terutama bagaimana merawat bayi, mengenali gangguan
kesehatan bayi secara dini dan cara mengatasinya, imunisasi, tumbuh
kembang anak, interaksi keluarga, keluarga berencana, serta
pemenuhan kebutuhan anak terutama pada ibu bekerja.
c. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua
beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari naka
prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Kehidupan
keluarga pada tahap sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada
orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian
rupa, sehingga kebutuhan anak, suami istri, dan pekerjaan (purna
waktu/paruh waktu) demikian terpenuh. Orang tua menjadi arsitek
keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga
agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara
menguatkan kerja sama anatar suami istri. Orang tua mempunyai
peran untuk menstimulasi perkembangan individual anak, khususnya
kemandirian anak agar tugas perkembangan anaka pada fase ini
23
Menurut iqbal Nurwahid. 2010 Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini
adalah sebagai berikut :
1) Data umum
a) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada,
pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga yang
terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir, atau
umur, hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi dari
masing-masing anggota keluarga, dan genogram (genogram
keluarga dalam tiga generasi).
b) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga.
c) Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku
bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa terkait dengan kesehatan.
1) Latar belakang etnik keluarga dan anggota keluarga
2) Tempat tinggal keluarga bagaimana (uraikan bagian dari
sebuah lingkungan yang secara etnik bersifat homogen)
3) Kegiatan-kegiatan social budaya, rekreasi, dan pendidikan.
Apakah kegiatan-kegiatan ini ada dalam kelompok kultur atau
budaya keluarga.
4) Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana, baik tradisional
maupun modern
5) Bahasa yang digunakan dalam keluarga (rumah)
6) Penggunaan jasa pelayanan kesehatan keluarga dan praktisi.
Apakah keluarga mengunjungi praktik, terlibat dalam praktik-
praktik pelayanan kesehatan tradisional, atau mempunyai
kepercayaan tradisional dalam bidang kesehatan.
d) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti :
29
d) Jenis makan yang yang dikonsumsi keluarga setiap hari dan cara
menyimpannya
e) Bagaimana jadwal makan keluarga (utama dan selingan)
f) Siapa anggota keluarga yang bertanggung jawab terhadap
perencanaan, belanja, dan menyiapkan makanan.
g) Kebiasaan istirahat dan tidur. Waktu tidur keluarga, kecukupan,
adakah kesulitan tidur, dan dimana tempat keluarga tidur.
7) Latihan dan rekreasi
a) Apakah keluarga menyadari bahwa rekreasi dan olahraga secara aktif
sanagat diperlukan bagi kesehatan
b) Jenis-jenis rekreasi dan aktivitas fisik anggota keluarga
c) Keikutsertaan anggota keluarga dalam aktivitas olahraga atau
rekreasi.
Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat.
Sejauh mana keluarga mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana
masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dialami, takut akibat
dari tindakan penyakit, mempunyai sikap negative terhadap masalah
kesehatan, dapatkah menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang
percaya terhadap tenaga kesehatan, serta mendapat informasi yang salah
terhadap tenaga kesehatan, serta mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah.
8) Kebiasaan penggunaan obat-obataan dalam keluarga
a) Kebiasaan penggunaan alcohol, tembakau, dan kopi
b) Kebiasaan keluarga menggunakan obat-obatan tanpa resep atau
dengan resep
c) Kebiasaan keluarga menyimpan obat-obatan dalam jangka waktu
lama dan menggunakan kembali
d) Kebiasaan menyimpan obat dan member label.
9) Peran keluarga dalam praktik perawatan diri
38
d. Fungsi reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga
serta metode apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah
anggota keluarga.
e. Fungsi ekonomi.
Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan, dan papan. Bagaimana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
dimasyarakat guna meningkatkan status kesehatan keluarga.
6) Stress dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek, yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu 6 bulan
b) Stressor jangka panjang, yaitu stressor yang saat ini dialami yang
memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan
c) Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi atau stressor, mengkaji
sejauh mana keluarga berespons terhadap situasi atau stressor
d) Strategi koping yang digunakan, strategi apa yang digunakan keluarga
bila menghadapi permasalahan
e) Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
7) Pemeriksaan fisik
Pemriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan ini tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik
diklinik.(Iqbal Nurwahid.2010)
8) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.(Iqbal Nurwahid.2010)
2. Diagnose Keperawatan Keluarga
Menurut Iqbal Nurwahid.2010 Diagnosis keperawatan adalah
keputusan klinis mengenai individu, keluarga, atau masyarakat yang
41
diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis data secara
cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana
perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Diagnosi keperawatan
keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap masalah dalam tahap
perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-
fungsi keluarga, koping keluarga, baik yang bersifat actual, risiko, maupun
sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk
melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga,
berdasarkan kemampuan, dan sumber daya keluarga.
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pafa pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan meliputi
problem atau masalah, etiologi atau penyebab, dan sign atau tanda yang
selanjutnya dikenal dengan PES.
Tipologi dari diagnosis keperawatan
a. Diagnosis actual (terjadi deficit atau ggangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan, dimana masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarga memerlukan bantuan untuk segera ditangani dengan cepat.
Pada diagnosis keperawatan actual, factor yang berhubungan merupakan
etiologi atau factor penunjang lain yang lebih yang telah mempengaruhi
perubahan status kesehatan. Sedangkan factor tesebut dapat
dikelompokkan kedalam empat kategori, yaitu :
1) Patofisiologi (biologi atau psikologi)
2) Tindakan yang berhubungan
3) Situasional (lingkungan, personal)
4) Maturasional
Secara umum factor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari
diagnosis keperawatan keluarga adalah adanya :
42
skor
×
angka tertinggi
Bobot
3. Jumlahkanlah skor untuk semua criteria, skor tertinggi adalah 5,
sama dengan seluruh.
Empat criteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas
masalah.
a. Sifat masalah
46
2) Proses
Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan. Misalnya mutu penyuluhan kesehatan yang
diberikan kepada keluarga lansia dengan masalah nutrisi.
3) Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan keluarga
dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan.
2. Luasnya evaluasi
Evaluasi sebagai proses dipusatkan pada pencapaian tujuan dengan
memerhatikan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang telah
diberikan. Evaluasi dapat dipusatkan pada tiga dimensi, yaitu :
a. Efesiensi atau tepat guna, evaluasi ini dikaitkan dengan sumber daya
yang digunakan, misalnya uang, waktu, tenaga, atau bahan.
b. Kecocokan (appropriateness), evaluasi ini dikaitkan dengan adanya
kesesuaian antara tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
pertimbangan professional.
c. Kecukupan (adequacy), evaluasi ini dikaitkan dengan kelengkapang
tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan atau
hasil yang diinginkan.
3. Kegiatan dan evaluasi
Kegiatan adalah tindakan untuk mencapai tujuan. Kegiatan adalah hal-
hal yang dikerjakan oleh perawat untuk mencapai suatu hasil yang
diinginkan. Sedangkan hasil adalah akibat dari kegiatan yang telah
dilakukan. Hasil dari perawatan klien dapat diukur melalui tiga bidang:
a. Keadaan fisik, keadaan fisik dapat diobservasi melalui suhu tubuh
yang turun, berat badan naik, dan perubahan tanda klinik.
b. Psikologis sikap, seperti perasaan cemas berkurang, keluarga
bersikap positif terhadap petugas kesehatan.
56
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Home care merupakan sebuah pelayanan yang sebenarnya telah ada di
dunia sejak awal abad 19. Pada sejarah Home Care di Amerika, semua
kegiatan merawat pasien merupakan suatu kegiatan yang lazim dilakukan oleh
masyarakat pada umumnya, karena pada abad tersebut semua orang masih
menangani anggota keluarga yang sakit sendiri, bahkan pada zaman tersebut
keluarga atau tetangga dari keluarga yang anggota keluarganya meninggal
melakukan persiapan penguburan sendiri atau bergotong royong.
Bronkhitis merupakan penyakit ifeksi pada saluran pernafasan yang
menyerang bronchus. penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang
lingkungannya banayak polutan, misalnya orang tua tang merokok di rumah,
asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat memasak yang
menggunakan bahan bakar kayu.
B. Saran
Sebagai calon perawat/perawat harus mengetahui dan menjelaskan
mengenai masalah askep home care pada pasien dengan bronkhitis guna untuk
memperdalam ilmu pengetahuan mengenai penyakit bronkhitis agar dapat
menjadi acuan dan konsep dasar untuk melakukan Asuhan Keperawatan
Keluarga pada pasien dengan bronkhitis.
Bagi keluarga hendaknya mengenal masalah yang terjadi pada anggota
keluarganya, menerapkan apa yang telah disampaikan perawat melalui
pendidikan kesehatan guna mengatasi masalah kesehatan yang ada di keluarga
secara mandiri, ikut serta mempertahankan dan mempergunakan fasilitas
kesehatan yang ada dan mencegah terjadinya penyakit sebaiknya keluarga
58
DAFTAR PUSTAKA