Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN HOME CARE PADA

KELUARGA DENGAN BRONCHITIS

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1
1. Andi Mutmainnah (1801067) 10. Hadijah (1801066)
2. Samsuddin (1801057) 11. Dewi Purnamasari (1801084)
3. Ayu Ashari (1801111) 12. Irmawati (1801106)
4. Rosmia Hasan (1801060) 13. Muh.Multhazam Umar ()
5. Astri Safitri Effendi (1801061) 14. Desiana Sampulawa (1801099)
6. Mirawati (1801062) 15. Rizky Amelia Anwar (1801100)
7. Nurhikma (1801063) 16. Nurwannah Alauddin (1801101)
8. Syamsuddin Natsir (1801064) 17. Firdayanti Ilyas (1801103)
9. Muliati Haya (1801065)

S1 KEPERAWATAN KONVERSI
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas Askep
keluarga dengan bronchitis selesai tepat pada waktu yang telah di tentukan. Askep ini
di ajukan guna memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah komunitas.
Askep ini telah di susun dengan semaksimal mungkin dan terima kasih pada
pihak yang terlibat dalam penyusunan askep ini. Harapan kami semoga askep yang
tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para
pembaca.
Kami menyadari isi aske ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi
kalimat, isi maupun dalam penyususnan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya,
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah
selanjutnya.

Makassar, 05 Mei 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. 2

DAFTAR ISI .............................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................................................. 6

C. Tujuan penulisan .................................................................... 6

D. Manfaat Penulisan ................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Keperawatan ................................................... 8

B. Konsep keluarga .................................................................... 14

C. Konsep Proses Keperawatan ................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kesimpulan ............................................................................ 57

B. Saran .................................................................................... 57

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Home care merupakan sebuah pelayanan yang sebenarnya telah ada di
dunia sejak awal abad 19. Pada sejarah Home Care di Amerika, semua
kegiatan merawat pasien merupakan suatu kegiatan yang lazim dilakukan oleh
masyarakat pada umumnya, karena pada abad tersebut semua orang masih
menangani anggota keluarga yang sakit sendiri, bahkan pada zaman tersebut
keluarga atau tetangga dari keluarga yang anggota keluarganya meninggal
melakukan persiapan penguburan sendiri atau bergotong royong.
Seiring dengan pertumbuhan organisasi yang membantu untuk
melakukan home care itu sendiri, akhirnya mulai berkurang pula penanganan
perawatan. Berkurangnya penanganan perawatan itu terjadi karena untuk
memikirkan bagaimana cara agar pengeluaran yang dilakukan oleh keluarga
atau yayasan menjadi efektif. Pengeluaran yang efektif tersebut akan dipilah
dengan kesanggupan dari keuangan keluarga dan dilihat dari jenis penyakit
yang diderita oleh pasien.
Kunjungan rumah juga dilakukan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meminimalkan resiko
infeksi masyarakat, serta mencegah terjadinya kekambuhan penyakit, seperti :
perawatan nifas pada ibu pasca melahirkan, perawatan anak diare,
pemantauan pengobatan klien dengan tuberculosis, hipertensi, kardiovaskuler,
penyuluhan kesehatan klien dengan berbagai penyakit, dll (Stanhope &
Lancaster, 2011)
Seperti halnya dengan penyakit bronchitis yang merupakan penyakit
infeksi pada saluran pernapasan yang menyerang bronkus. Penyakit ini
banyak menyerang anak-anak yang lingkungannya banyak polutan, misalnya

4
orang tua yang merokok dirumah, asap kendaraan bermotor, asap hasil
pembakaran pada saat masak yang menggunakan bahan bakar kayu. Di
Indonesia masih banyak keluarga yang setiap hari menghirup polutan ini,
kondisi ini menyebabkan angka kejadian penyakit bronkhitis sangat tinggi
(Marni, 2014).
Bisa dibayangkan jika orang yang terkena bronchitis dan mereka
kambuh lagi, berapa banyak biaya dan waktu yang harus dikeluarkan, maka
dengan adanya home care atau pelayanan kesehatan dirumah merupan solusi
yang dapat dipilih oleh keluarga untuk meminimalkan kekambuhan penyakit
serta dapat meningkatkan derajat kesehatan keluarga dan masyarakat.
Bronkhitis merupaka penyakit ifeksi pada saluran pernafasan yang
menyerang bronchus. penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang
lingkungannya banayak polutan, misalnya orang tua tang merokok di rumah,
asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat memasak yang
menggunakan bahan bakar kayu. Di Indonesia masih banyak keluarga yang
setiap hari menghirup polutan ini, kondisi ini menyebabkan angka kejadian
penyakit bronchitis sangat tinggi (Marni, 2014)
Pada tahun 2007 di Negara berkembang seperti Indonesia Infeksi
saluran pernafasan bawah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penting. Resiko penularan setiap tahun di Indonesia di anggap cukup
tinggi. Di Indonesia yang terinfeksi bronkhitis sekitar 1,6 juta orang.
Bronkhitis adalh suatu peradangan pada bronchus, bronkhiali dan trachea 9
saluran udara ke paru-paru). penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada
akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki
penyakit menahun (misalnya pada penyakit jantung atau penyakit paru-paru)
dan usia lanjut, bronkhitis bias menjadi masalah serius (Arief, 2008)

5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka sebagai calon perawat/perawat harus
mengetahui dan menjelaskan mengenai masalah penyakit home care pada
pasien bronkhitis guna untuk memperdalam ilmu pengetahuan mengenai
home care pada poasien dengan penyakit bronkhitis agar dapat menjadi acuan
dan konsep dasar untuk melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga pada
pasien dengan bronkhitis.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk dapat melaksanakan “Asuhan keperawatan home care pada Keluarga
dengan Bronkhitis”
2. Tujuan khusus
a. Untuk dapat melakukan pengkajian asuhan keperawatan home care pada
keluarga dengan Bronkhitis
b. Untuk dapat menetapkan diagnose asuhan keperawatan home care
padan keluarga dengan Bronkhitis
c. Untuk dapat menetapkan intervensi asuhan keperawatan home care pada
keluarga dengan Bronkhitis
d. Untuk dapat melakukan implementasi asuhan keperawatan home care
ppada keluarga dengan Bronkhitis
e. Untuk dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatanhome care pada
keluarga dengan Bronkhitis.

6
D. Manfaat Penulisan
1. Penulis
Lebih mengembangkan cakrawala atau wawasan berfikir penulis dalam
menerapkan teori yang di dapat selama menempuh pendidikan di Kampus
Stikes Panakkukang Makassar
2. Institusi
Merupakan umpan balik kepada institusi pendidikan khususnya bidang
kesehatan dalam pengaplikasian teori terpadu antara teori asuhan
keperawatan home care keluarga pada pasien dengan diagnose bronkhitis
dan pengaplikasian teori di lahan praktek, sehingga akan berguna untuk
perbaikan dan meningkatkan mutu pendidikan kedepannya

7
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Keperawatan


1. Definisi Bronkitis
Bronkitis adalah suatu ineksi saluran pernapasan yang menyebabkan
infamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang
bermanifestasi sbagai batuk, dan biassanya akan membalik tanpa terapi
salam 2 minggu. Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti
rhinovirus, RSV, virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus, virus
rubeola, dan paramyxovirus dan bronchitis karena bakteri biasanya
dikaitkan dengan mycoplasma pneumonia, berdetella pertusisatau
corynebacterium diphtheriae. (Rahajoe,2012).
Bronkhitis merupaka penyakit ifeksi pada saluran pernafasan yang
menyerang bronchus. penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang
lingkungannya banayak polutan, misalnya orang tua tang merokok di
rumah, asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat
memasak yang menggunakan bahan bakar kayu. Di Indonesia masih
banyak keluarga yang setiap hari menghirup polutan ini, kondisi ini
menyebabkan angka kejadian penyakit bronchitis sangat tinggi (Marni,
2014)
Menurut Sherwood (2014) Bronkhitis adalah suatu penyakit
peradangan saluran nafas bawah jangka panjang, umumnya dipicu oleh
pajanan berulang kea sap rokok, polutan udara, atau allergen.
Bronkhitis adalah inflamasi non spesifik pada bronkus umumnya
(90%) disebabkan oleh virus (adenovirus, influenza, parainfluensa, RSV,
rhinovirus, dan herpes simplex virus) dan 10 % oleh bakteri, dengan batuk
sebagai gejala yang paling menonjol (Widagdo, 2012)
9

1. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada bronkitis akut biasanya batuk, terdengar ronki,
suara yang berat dan kasar, wheezing, menghilang dalam 10-14 hari, demam,
produksi sputum.Kemudian untuk tanda dan gejala bronkitiskronis yaitu:
batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi lembab, sering mengalami
infeksi saluran napas (seperti pilek atau flu) yang dibarengi dengan batuk,
gejala bronchitis akut lebih dari 2-3 minggu, demam tinggi, sesak napas jika
saluran tersumbat, produksi dahak bertambah banyak berwarna kuning atau
hijau.
2. Klasifikasi
Menurut Arif (2008) Bronkitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut:
a. Bronkitis akut
Bronkitis yang biasanya datang dan sembuh hanya dalam waktu 2
hingga 3 minggu saja, kebanyakan penderita bronkitis akut akan sembuh
total tanpa masalah lain.
b. Bronkitis kronis
Bronkitis yang biasanya datang secara berulang-ulang dalam waktu
yang lama, terutama pada perokok, bronkitis kronis ini juga berarti
menderita batuk yang dengan disertai dahak dan diderita selama berbulan-
bulan hingga tahunan.
3. Etiologi
Bronkitis oleh virus seperti Rinivirus, RSV, virus influenza, virus
parainfluenza, Adenovirus, Virus rubeola, dan Paramyxovirus. Menerut
laporan penyebab lainnya dapat terjadi melalui zat iritan asam lambung,
seperti asam lambung, atau polusi lingkungan dan dapat ditemukan dan
setelah pejanan yang berat, seperti saat aspirasi setelah muntah, atau pejanan
dalam jumlah besar yang disesaskan zat kimia dan menjadikan bronchitis
kronis.
10

Bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia


yang dapat menyebabkan bronkitis akut dan biasanya terjadi pada anak usia
diatas 5 tahun atau remaja, bordetella pertussis dan Corynebacterium
diphtheria biasa terjadi pada anak yang tidak diimunisasi dan dihubungkan
dengan kejadian trakeobronkitis, yang selama stadium kataral pertussis,
gejala-gejala infeksi respiratori lebih dominan. Gejala khas berupa batuk kuat
berturut-turut dala satu ekspirasi yang diikuti dengan usaha keras dan
mendadak untuk inspirasi, sehingga menimbulkan whoop. Batuk biasanya
menghasilkan mucus yang kental dan lengket (Rahajoe, 2012)
Menurut Marni (2014), penyakit ini bisa disebabkan oleh virus dan
bakteri. Virus yang sering menyebabkan penyakit Respiratorik Syncytial
Virus. Penyebab lain yang sering terjadi pada bronkhitis ini adalah asap
rokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif, atau sering menghirup udara
yang mengandung zat iritan.
4. Patofisiologi
Menurut Kowalak (2011) Bronchitis terjadi karena Respiratory
Syncytial Virus (RSV),Virus Influenza, Virus Para Influenza, Asap Rokok,
Polusi Udara yang terhirup selama masa inkubasi virus kurang lebih 5 sampai
8 hari. Unsur-unsur iritan ini menimbulkan inflamasi pada precabangan
trakeobronkial, yang menyebabkan peningkatan produksi sekret dan
penyempitan atau penyumbatan jalan napas. Seiring berlanjutnya proses
inflamasi perubahan pada sel-sel yang membentuk dinding traktus
respiratorius akan mengakibatkan resistensi jalan napas yang kecil dan ketidak
seimbangan ventilasi-perfusi yang berat sehingga menimbulkan penurunan
oksigenasi daerah arteri.Efek tambahan lainnya meliputi inflamasi yang
menyebar luas, penyempitan jalan napas dan penumpukan mucus di dalam
jalan napas. Dinding bronkus mengalami inflamasi danpenebalan akibat
edema`serta penumpukan sel-sel inflamasi. Selanjutnya efek bronkospasme
otot polos akan mempersempit lumen bronkus. Pada awalnya hanya bronkus
11

besar yang terlibat inflamasi ini, tetapi kemudian semua saluran napas turut
terkena. Jalan napas menjadi tersumbat dan terjadi penutupan, khususnya pada
saat ekspirasi. Dengan demikian, udara napas akan terperangkap di bagian
distal paru. Pada keadaan ini akanterjadi hipoventilasi yang menyebabkan
ketidakcocokan dan akibatnya.timpul hipoksemia. Hipoksemia dan
hiperkapnia terjadi sekunder karena hipoventilasi. Resistensi vaskuler paru
meningkat ketika vasokonstriksi yang terjadikarena inflamasi dan konpensasi
pada daerah-daerah yang mengalami hipoventilasi membuat arteri pulmonalis
menyempit. Inflamasi alveolus menyebabkan sesak napas.
5. Komplikasi
Menurut Marni (2014) komplikasi bronchitis dengan kondisi
kesehatan yang jelek, antara lain :
a. Sniusitis
b. Otitis media
c. Bronkhietasis
d. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)
e. Gagal napas
6. Penatalaksanaan
Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum ada
obat kausal. Anti biotik tidak berguna. Obat yang diberikan berikan biasanya
untuk penurun demam, banyak minum terutama sari buah-buahan, obat
penekan batuk tidak diberikan padabatuk yang banyak lender, lebih baik
diberi banyak minum.
Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka
perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh diberikan,
asal sudah disingkirkan adanya asma atau pertussis. Pemberian antibiotic yang
serasi untuk M. pneumoniadan H. influenzasebagai bakteri penyerang
sekunder misalnya Amoksisilin, Kotrimoksazol dan golongan makrolid.
Antibiotic diberikan 7-10 hari dan bila tidak berhasil maka perlu dilakukan
12

foto toraks untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan


lobaris, benda asing dalam saluran napas, dan tuberkulosis.
Klien dengan bronchitis tidak dirawat di rumah sakit kecuali ada
komplikasi yang menurut dokter perlu perawatan di rumah sakit, oleh
karenanya perawatan lebih di tujukan sebagai petunjuk pada orang tua.
Masalah yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama dan resiko
terjadi komplikasi.
1. Akibat batuk yang lama
Pada bronchitis gejala batuk sangat menonjol, dan sering terjadi
siang dan malam terutama pagi-pagi sekali yang menyebabkan klien
kurang istirahatatau tidur, klien akan terganggu rasa aman dan
nyamannya. Akibat lain adalah terjadinya daya tahan tubuh klien
menurun, anoreksia, sehingga berat badannya sukar naik. Pada anak yang
lebih besar batuk-batuk yang terus-menerus akan mengganggu
kesenangannya bermain, dan bagi anak yang sudah sekolah batuk
mengganggu konsentrasi belajar bagi dirinya sendiri, saudara, maupun
teman-temannya.
Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agarbatuk
tidak bertambah banyak dengan memberikan obat secara bernar dan
membatasi aktivitas anak untuk mencegah keluar banyak keringat, karena
jika baju basah juga akan mengakibatkan batuk-batuk (karena dingin).
Untuk mengurangi batuk pada malam hari berikan obat terakhir sebelum
tidur. Anak yang batuk apalagi yang bronchitis lebih baik tidak tidur di
kamar yang ber-AC atau memakai kipas angina. Jika suhu udaranya
dingin dipakaikan baju yang hangat, lebih baik ada tertutup lehernya. Obat
gosok membuat anak terasa hangat dan dapat tidur tenang. Bila batuk
tidak segera berhenti berikan minum hangat tidak manis.
Pada anak yang sudah agak besar jika ada dahak di dalam
tenggorokannya beritahu di buang karena adanya dahak tersebut juga
13

merangsang batuk. Usahakan mengurangi batuk dengan menghindari


makanan yang merangsang seperti goreng-gorengan, permen, atau minum
es. Jangan memeandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan
memandikan dengan air hangat.
2. Terjadi komplikasi
Bronchitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi
bronchitis kronik, sedangkan bronchitis kronik memungkinkan anak
mudah mendapat infeksi. Gangguan pernafasan secara langsung sebagai
akibat bronchitis kronik ialah bila lender tetap tinggal didalam paru akan
menyebabkan terjadinyaatelectasis atau bronkiektasis; kelainan ini akan
menambah penderitaan klien lebih lama.
Untuk menghindari terjadinya komplikasi ini pasiean brokitis
harus mendapatkan pengobatan dan perawatan yang benar sehingga lendir
tidak selalu tertinggal dalam paru.Berikan banyak minum untuk
membantu mngencerkan lendir; berikan buah dan makanan yang bergizi
untuk mempertinggi daya tahan tubuh.
Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana sikapnya
jika ia sendang batuk dan apa yang harus dilakukan. Pada bayi batuk-
batuk yang keras sering di akhiri dengan muntah, biasanya tercampur
dengan lendir. Setelah muntah bayi menjadi agak tenang. Tetapi bila
muntah berkelanjutan, maka dengan keluarnya makanan dapat
menyebabkan bayi menjadi kurus serta menurunkan daya tahan tubuh.
Untuk mengurangi kemungkinan tersebut setelah bayi muntah dan
tenang perlu di berikan minum susu dan makanan lain
14

B. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga sangat variatif sesuai dengan orientasi teori yang menjadi
dasar pendefinisiannya. Keluarga berasal dari bahasa sansekerta (kula dan
warga) kulawarga yang berarti anggota kelompok kerabat. (Padila.2012).
Beberapa ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan
perkembangan social masyarakat. Berikut akan dikemukakan beberapa
pengertian keluarga :
a. Menurut WHO cit. padila (2012), keluarga adalah anggota rumah tangga
saling berhubungan melalui pertalian darah , adopsi, atau perkawinan.
b. Menurut Wall cit. padila (2012), mengemukakan keluarga sebagai dua
orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan emosional serta
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
c. Menurut UU No.10 cit. padila (2012), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari dari suami, istri, dan anak atau suami istri,
atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
d. Menurut Depkes RI cit. padila (2012), mendefinisikan keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
2. Tujuan Dasar Keluarga
Karena keluarga merupakan unit dasar dari masyarakat. Unit dasar ini
memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan individu-
individu yang dapat menentukan keberhasilan kehidupan individu tersebut.
Keluarga berfungsi sebagai buffer atau sebagai perantara antara masyarakat
dan individu, yakni mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat
dengan memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan
peran anggotanya menerima peran dimasyarakat. (Padila.2012).
15

Keluarga juga merupakan system terbuka sehingga dipengaruhi oleh


supra systemnya yaitu lingkungannya, lingkunganya disini adalah
masyarakat dan sebaliknya sebagai subsistem dari lingkungan
(masyarakat).oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga
membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat biopsikososial
spiritual. (Padila.2012).
3. Struktur Keluarga
Menurut padila. 2012 struktur keluarga mengambarkan bagaimana
keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Ada beberapa
struktur keluarga yang ada diindonesia yang terdiri dari bermacam-macam,
diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa
generasi. Dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
ayah.
e. Keluarga kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi Pembina keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
4. Fungsi Keluarga
Berkaitan dengan peran keluaraga yang bersidat ganda, yakni satu sisi
keluarga berperan sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain keluarga
16

harus memenuhi tuntunan dan harapan masyarakat, maka selanjutnya akan


dibahas tentang fungsi keluarga sebagai berikut :
Friedman (1998) mengidentifikasikan lima fungsi dasar
keluarga, yakni :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan basais kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososisal. Keberhasilan fungsi afrktif
tampa melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga
mengembangkan konsep diri yang posistif, rasa dimilki dan memiliki,
rasa berarti serta merupakan sumber kasih saying. Reinforcement dan
support dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dialami individu yang menghasilkan interaksi social dan belaja berperan
dalam lingkungan social (geges, 1979 dan friedman,1998), sedangan
soekanto (2000) mengemukakan bahwa sosialisasi adalah suatu proses
dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma
masyarakat dimana dia menjadi anggota
Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir
setelah meninggal. Keluarga merupakan tempat dimana individu
melakukan sosialisasi. Tahap perkembangan individu dan keluarga akan
dicapai melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam
sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, memiliki nilai/norma,
budaya dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu
maupun berperan dimasyarakat
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program
17

keluarga bererncana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun


disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan
perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orng tua.
(single parent).

d. Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti
makanan, pakaian, dan rumah, amaka keluarga memerlukan sumber
keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga dibawah garis
kemiskinan. (gakin atau pra keluarga sejahtera). Perawat berkonstribusi
untuk mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat digunakan
keluarga meningkatkan status kesehatan mereka.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain
keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga
berfungsi melakukan asuhan keperawatan terhadap anggotanya baik
untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yag
sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan
tenaga professional. Kemampuan ini sangat mempengaruhi status
kesehatan individu dan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah (Friedman,
1998).
1) Mengenal masalah kesehatan
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
18

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.


5. Tugas keluarga
Menurut padila.2012 Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan
tugas pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam masyarakat
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukanya masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga.
e. Pengaturan jumlaha anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
6. Ciri-ciri keluarga
a. Menurut Robert mac iver dan Charles Horton
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja di bentuk atau di pelihara
3) Keluarga mempunyai suatu system tata nama (nomen clatur)
termasuk perhitungan garis keturunan.
4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang di bentuk oleh
anggota-anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk
mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
5) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah
tangga.
b. Ciri keluarga Indonesia
1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat
gotong royong
2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran
19

3) Umumnya di pimpin oleh suami meskipun proses pemutusan


dilakukan secara musyawarah
4) Berbentuk monogram
5) Bertanggung jawab
6) Mempunyai semangat gotong royong.

7. Tipe Keluarga
Menurut Padila.2012 Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan
berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan
perkembangan social maka tipe keluarga berkembang mengikutinya agar
dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.
Dalam sosiologi keluarga berbagai bentuk keluarga digolongan
sebagai tipe keluarga tradisional dan non tradisional atau bentuk
normative atau non normative. Padila.2012 menjelakan tipe-tipe keluarga
sebagai berikut :
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami , istri dan anak. Biasanya
keluarga yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga
dengan orang tua campuran atau orang tua tiri.
2) Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tnpa anak, atau
tidak ada anak yang tinggal bersama merka. Biasanya keluarga
dengan karier tunggal atau karier keduanya.
3) Keluarga dengan orang tua tunggal, biasanya sebagai
konsekuensi dari perceraian
4) Bujangan dewasa sendirian
5) Keluarga besar, terdiri dari keluarag inti dan orang-orang yang
berhubungan.
20

6) Pasangan usia lanjut, keluarga inti diaman suami istri sudah tua
anak-anaknya sudah berpisah.
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua beranak tnpa menikah, biasanya ibu
dan anak
2) Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah, didasarkan
pada hokum tertentu
3) Pasangan kumpul kebo, kumpul bersama tanpa menikah
4) Keluarga gay atau lesbian, orang-orang berjenis kelamin yang
sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
5) Keluarga kouni, keluarag yang terdiri dari lebih dari satu
pasangan monogamy dengan anak-anak secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber yang sama.
8. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut iqbal nur wahid 2010 berikut tahap-tahap
perkembangan keluarga tersebut di sertai dengan fungsi atau perawat
pada setiap tahap perkembangan.
a. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (berginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu
suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga
tersebut sudah memilki keluarga baru. Suami dan istri yang
membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan
yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan
fungsi sehari-hari. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan
dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru
dengan keluarga dan kelompok social pasangan masing-masing.
Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan makan, tidur,
21

bangun pagi, bekerja, dan sebagainya. Hal lain yang perlu diputuskan
adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan beberapa
jumlah anak yyang diharapkan. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini antara lain :
1) Membina hubungan intim dan keputusan baersama
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan klompok
social.
4) Merencanakan anak (KB)
5) Menyesuaikaan diri dengan kehamilan dan mempersiapakan diri
untuk menjadi orang lain.
Fungsi perawat pada keluarga ini adalah selain melakukan
kegiatan asuhan keperawatan juga melakukan konsultasi. Misalnya
KB, perawatan prenatal, dan komunikasi. Kurangnya informasi tentang
berbagai hal tersebut dapat menimbulkan masalah seksual, emosional,
rasa takut, atau cemas, rasa bersalah, dan kehamilan yang tidak
direncanakan.
b. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing
family).
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama
berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu
dipersiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas
perkembangan yang penting. Kelahiran bayi peertama member
perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus
beradaptasi dengan peranya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Masalah
yang sering terjadi dengan kelahiran bayi dalah pasangan merasa
diabaikan karena focus perhatian kedua pasangan pada bayi. Suami
22

merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya istri belum siap
menjadi ibu. Tugas perkembangan pada masa ini antara lain :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Membagi peran dan tanggung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
yang menyenangkan
4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melakukan perawatan
dan konsultasi terutama bagaimana merawat bayi, mengenali gangguan
kesehatan bayi secara dini dan cara mengatasinya, imunisasi, tumbuh
kembang anak, interaksi keluarga, keluarga berencana, serta
pemenuhan kebutuhan anak terutama pada ibu bekerja.
c. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua
beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari naka
prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Kehidupan
keluarga pada tahap sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada
orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian
rupa, sehingga kebutuhan anak, suami istri, dan pekerjaan (purna
waktu/paruh waktu) demikian terpenuh. Orang tua menjadi arsitek
keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga
agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara
menguatkan kerja sama anatar suami istri. Orang tua mempunyai
peran untuk menstimulasi perkembangan individual anak, khususnya
kemandirian anak agar tugas perkembangan anaka pada fase ini
23

tercapai. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain


sebagai berikut:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yag baru lahir, sementara kebutuhan
anak lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam maupun
diluar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak (tahap
paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembag anak
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melakukan perawatan dan
penyuluhan kepada orang tua tentang penyakit serta kecelakaan yang
biasanya terjadi pada anak-anak. Sibling rivaly tumbuh kembang anak,
keluarga berencana, peningkatan kesehatan, dan mensosialisasikan
anak.
d. Pada tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school
children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki
sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase
ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal,
sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas disekolah, masing-
masing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula
orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak. Untuk itu,
keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan.
Pada tahap ini keluaraga (orang tua) perlu belajar berpisah dengan
anak, member kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik
24

aktivitas di sekolah maupun diluar sekolah. Tugas perkembangan


keluarga pada tahap ini adalah :
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan social anak, pendidikan,
dan semangat belajar
2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan
3) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
4) Menyediakan aktivitas untuk anak
5) Menyesuaikan pada aktivitas untuk anak
6) Menyesuaikan komunitas dengan mengikutsertakan anak.
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melakukan perawatan dan
konsultasi, baik dalam keluarga maupun di sekolah. Misalnya pada
anak yang mengalami gangguan kesehatan. Perawat bekerja sama
dengan guru sekolah dan orang tua anak.
e. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini merupakan tahapan yang paling sulit, karena orang
tua melepas otoritas dan membimbing anak untuk bertanggung jawab.
Anak harus mempunyai otoritas sendiri yang berkaitan dengan peran
dan fungsinya. Sering kali muncul konflik antara orang tua dan remaja
karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya,
sementara orang tua perlu menciptakan komunikasi yang terbuka,
menghindari kecurigaan, dan permusuhan sehingga hubungan orang
tua tetap harmonis. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
anatar lain sebagai berikut :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya.
2) Mempertahankan hubungan intim dengan keluarga.
25

3) Memperthankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,


hindari perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
Fungsi perawat pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga pada
peningkatan dan pencegahan penyakit. Penyuluhan tentang penyakit
kardiovaskuler pada usia lanjut, penyuluhan tentang obat-obatan
terlarang, miunuman keras, seks, pencegahan kecelakaan pada remaja,
serta membantu terciptanya komunikasi yang lebih efektif antara orang
tua dengan anak remajanya.
f. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching
center families)
Tahap ini mulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau
jika anak belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga
untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri.tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini di antaranya adalah sebagai
berikut :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6) Berperan suami istri, kakek, dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya.
26

Fungsi perawat pada tahap ini adalah sebagai pemberi


konsultasi penyakit-penyakit yang dapat timbul. Misalnya penyakit
kronis atau factor predisposisi seperti kolestrol tinggi, obesitas,
hipertensi, menopause, serta peningkatan kesehatan pola hidup sehat
yang juga perlu diperhatikan.
g. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir saat pension atau salah satu
pasangan meninggal. Beberapa pasangan pada fase ini akan di rasakan
sulit karena masalah usia lanjut, perpisahan dengana nak, dan perasaan
gagal sebagai orang tua. Tugas perkembangan pada tahap ini antara
lain sebagai berikut :
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempunyai waktu lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat social dan waktu santai
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua
4) Keakraban dengan pasangan
5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
6) Persiapan masa tua atau pension dan meningkatkan keakraban
pasangan.
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melaksanakan perawatan dan
konsultasi yang terkait dengan upaya peningkatan kesehatan,
seperti : kebutuhan istirahat tidur yang cukup, aktivitas yang ringan
sesuai dengan kemampuan, nutrisi yang baik, berat badan yang sesuai,
dan sebagainya.
h. Tahap VIII keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat salah
satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal,
sampai keduanya meninggal. Proses usia lanjut dan pensiun
27

merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai proses


stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut
adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan
social, kehilangan pekerjaan, serta perasaan menurunnya produktivitas
dan fungsi kesehatan. Mempertahankan penataan kehidupan yang
memuaskan merupakan tugas uatama pada tahap ini. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik, dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan social masyarakat
5) Melakukan file reviem
6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan
kematian.
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melakukan perawatan pada orang
tua terutama terhadap penyakit-penyakit kronis dari fase akut sampai
rehabilitasi.
C. Konsep Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut iqbal Nurwahid. 2010 Pengkajian adalah tahapan seorang
perawat mengumpulkan informasi secara terus-menerus terhadap anggota
keluarga yang dibinanya. Secara garis besar data dasar yang di pergunakan
mengkaji status keluarga adalah:
a. Struktur dan karakteristik keluarga
b. Social,ekonomi, dan budaya
c. Factor lingkungan
d. Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga
e. Psikososial keluarga.
28

Menurut iqbal Nurwahid. 2010 Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini
adalah sebagai berikut :
1) Data umum
a) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada,
pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga yang
terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir, atau
umur, hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi dari
masing-masing anggota keluarga, dan genogram (genogram
keluarga dalam tiga generasi).
b) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga.
c) Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku
bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa terkait dengan kesehatan.
1) Latar belakang etnik keluarga dan anggota keluarga
2) Tempat tinggal keluarga bagaimana (uraikan bagian dari
sebuah lingkungan yang secara etnik bersifat homogen)
3) Kegiatan-kegiatan social budaya, rekreasi, dan pendidikan.
Apakah kegiatan-kegiatan ini ada dalam kelompok kultur atau
budaya keluarga.
4) Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana, baik tradisional
maupun modern
5) Bahasa yang digunakan dalam keluarga (rumah)
6) Penggunaan jasa pelayanan kesehatan keluarga dan praktisi.
Apakah keluarga mengunjungi praktik, terlibat dalam praktik-
praktik pelayanan kesehatan tradisional, atau mempunyai
kepercayaan tradisional dalam bidang kesehatan.
d) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti :
29

1) Apakah ada anggota keluarga yang berbeda dalam keyakinan


beragamnya
2) Bagaimana keterlibatan keluarga dalam kegiatan agama atau
organisasi keagamaan
3) Agama yang dianut oleh keluarga
4) Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang
dianut dalam kehidupan keluarga, terutama hal kesehatan.
e) Status sosial ekonomi keluarga, status social ekonomi keluarga di
tentukan oleh pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu, status social ekonomi keluarga
di tentukan pula oleh-oleh kebutuhan-kebutuhan yang di keluarkan
oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga
seperti :
1) Jumlah pendapatan per bulan
2) Sumber-sumber pendapatan per bulan
3) Jumlah pengeluaran per bulan
4) Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga
5) Bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan pengeluaran
f) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak
hanya pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi,
namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi, selain itu perlu dikaji pula
penggunaan waktu luang atau senggang keluarga.
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
Tahap perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga
berdasarkan tahap kehidupan keluarga. Menurut duvall, tahap
perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga
inti dan mengkaji sejauh mana keluarga melaksanakan tugas tahapan
perkembangan keluarga. Sedangkan riwayat keluarga adalah mengkaji
30

riwayat kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga. (iqbal


Nurwahid.2010)
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak
tertua dari keluarga inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan bagaiman tugas perkembangan yang belum terpenuhi
oleh keluarga serta kendalanya.
c) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada
keluarga inti, meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehtan masing-masing anggota, dan sumber pelayanan yang
digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan keluarga
yang hilang.
d) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orang tua
(seperti apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam
dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua.
3) Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah
1) Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar,
kontrak, atau lainnya). Apakah keluarga memiliki sendiri atau
menyewa rumah untuk tempat tinggal
2) Gamabaran kondisi rumah meliputi bagian interior dan eksterior.
Interior rumah meliputi :jumlah kamar dan tipe kamar (kamar
tamu, kamar tidur); penggunaan-penggunaan kamar tersebut; dan
bagaimana kamar tersebut diatur. Bagaimana kondisi dan
kecukupan perabot, penerangan, ventilasi, lantai, tangga rumah,
susunan, dan kondisi bangunan tempat tinggal. Termasuk
perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah tinggalnya,
apakah keluarga menganggap rumahnya memadai bagi mereka.
31

3) Dapur, suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, apakah


ada fasilitas pengaman bahaya kebakaran.
4) Kamar mandi, sanitas, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan
handuk
5) Kamar tidur, bagaimana pengaturan kamar tidur. Apakah
memadai bagi anggota keluarga dengan pertimbangan usia
mereka, hubungan, dan kebutuhan-kebutuhan khusus mereka
lainnya.
6) Kebersihan dan sanitasi rumah, apakah banyak serangga-
serangga kecil (khususnya didalam), dan masalah sanitasi yang
disebabkan akibat binatang-binatang peliharaan lainnya seperti
ayam, kambing, kerbau, dan hewan peliharaan lainya.
7) Pengaturan privasi. Bagaimana dengan perasaan keluarga
pengaturan privasi rumah mereka memadai atau tidak. Termasuk
bahaya-bahaya terhadap keamanan rumah atau lingkungan.
8) Perasaan secara keseluruhan dan pengaturan atau penataan
rumah mereka.
b. Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
1) Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa
2) Tipe tempat tinggal (hunian, industry, campuran hunian dan
industry kecil, agraris).
3) Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak, dalam
perbaikan, atau lainnya).
4) Adakah jenis-jenis industry di lingkungan rumah (kebisingan,
polusi air, dan udara).
5) Karakteristik demografi di lingkungan komunitas tersebut.
6) Kelas social dan karakteristik etnik penghuni
32

7) Lembaga pelayanan kesehatan dan social, apa yang ada dalam


lingkungan dan komunitas (klinik, rumah sakit, penanganan
keadaan gawat darurat, kesejahteraan, konseling, pekerjaan).
8) Kemudahan pendidikan dilingkungan dan komunitas apakah
mudah diakses, dan bagaimana kondisinya.
9) Fasilitas-fasilitas rekreasi yang di miliki di komunitas tersebut.
10) fasilitas-fasilitas ekonomi, warung, took, apotek, pasar,wartel, dan
lainnya.
11) Transportasi umum. Bagaimana pelayanan dan fasilitas tersebut
dapat diakses (jarak, kecocokan, jam pemberangkatan, dan
lainnya) untuk keluarga/komunitas
12) Kejadian tingkat kejahatan di lingkungan dan komunitas, apakah
ada maslah yang serius seperti tidak aman dan ancaman serius.
c. Mobilitas geografi keluarga
Mobilitas geografi keluarga yang ditentukan, lama keluarga tinggal
didaerah ini, atau apakah sering mempunyai kebiasaan berpindah-
pindah tempat tinggal.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada.
e. System pendukung keluarga meliputi :
1) Jumlah keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik, psikologis
2) Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas social atau
dukungan masyarakat setempat, lembaga pemerintah, maupun
swasta/LSM.
3) Jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki keluarga
4) Struktur Keluarga
Menurut iqbal nurwahid.2010 struktur keluarga yaitu sebagai berikut :
33

a) Pola-pola komunikasi keluarga


Menjelaskan cara berkomunikas antar anggota keluarga, termasuk
pesan yang disampaikan, bahasa yang digunakan, komunikasi secara
langsung atau tidak, pesan emosional (positif atau negative), frekuensi,
dan kualitas komunikasi yang berlansung. Adakah hal-hal yang
tertutup dalam keluarga untuk didiskusikan.
b) Struktur kekuatan keluarga
1) Keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat, yang memutuskan
dalam penggunaan keuangan, pengambilan keputusan dalam
pekerjaan atau tempat tinggal, serta siapa yang memutuskan
kegiatan dan kedisiplinan anak-anak
2) Model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan keluarga dalam
membuat keputusan.
c) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga, baik secara formal maupun informal.
1) Peran formal, posisi dan peran formal pada setiap anggota keluarga
(gambarkan bagaimana setiap keluarga melakukan peran masing-
masing) dan apakah ada konflik peran dalam keluarga.
2) Peran informal, adakah peran informal dalam keluarga, siapa yang
memainkan peran tersebut, beberapa kali dan bagaimana peran
tersebut dilaksanakan secara konsisten
3) Analisis model peran, siapa yang menjadi model dalam
menjalankan peran keluarga, apakah status social mempengaruhi
pembagian peran keluarga, apakah budaya masyarakat, bagaimana
agama mempengaruhi pembagian peran keluarga. Apakah peran
yang dijalankan sesuai tahap perkembangannya, bagaimana
masalah kesehatan mempengaruhi peran keluarga, adakah peran
baru, bagaimana anggota keluarga menerima peran baru, respons
34

keluarga yang sakit terhadap perubahan peran atau hilangnya peran,


serta apakah anda konflik akibat peran.
d) Struktur nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga dengan
kelompok atau komunitas. Apakah sesuai dengan nilai norma yang
dianut, seberapa penting nilai yang dianut, apakah nilai yang dianut
secara sadar atau tidak, apakah konflik nilai yang menonjol dalam
keluarga, bagaimana kelas social keluarga, bagaimana latar belakang
budaya yang mempenagruhi nilai-nilai keluarga, serta bagaimana nilai-
nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga.
5) Fungsi keluarga
Menurut iqbal Nurwahid.2010 fungsi keluarga yaitu :
a. Fungsi efektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basais kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososisal. Keberhasilan fungsi afrktif
tampa melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga
mengembangkan konsep diri yang posistif, rasa dimilki dan memiliki,
rasa berarti serta merupakan sumber kasih saying. Reinforcement dan
support dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.
1) Pola kebutuhan keluarga. Apakah anggota keluarga merasakan
kebutuhan individu lain dalam keluarga, apakah orng tua mampu
menggambarkan kebutuhan mereka, bagaimana psikologis
keluarganya, apakah setiap anggota keluarga memiliki orang yang
dipercaya dalam keluarga, apakah dalam keluarga saling
menghormati satu sama lainya, dan apakah setiap anggota keluarga
sensitive terhadap persoalan individu.
2) Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
35

lainnya, kehangatan pada keluarga, serta keluarga mengembangkan


sikap saling menharga.
3) Keterpisahan dan keterkaitan. Bagaimana keluarga mengahadapi
keterpisahan dengan anggota keluarga lain, apakah keluarga merasa
adanya keterkaitan yang erat antara keluarga satu dengan keluarga
lain.
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dialami individu yang menghasilkan interaksi social dan belaja
berperan dalam lingkungan social (geges, 1979 dan friedman,1998),
sedangan soekanto (2000) mengemukakan bahwa sosialisasi adalah
suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari
norma-norma masyarakat dimana dia menjadi anggota.
Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir
setelah meninggal. Keluarga merupakan tempat dimana individu
melakukan sosialisasi. Tahap perkembangan individu dan keluarga
akan dicapai melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam
sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, memiliki nilai/norma,
budaya dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga
individu maupun berperan dimasyarakat.
1) Tanyakan, apakah ada otonomi setiap anggota dalam keluarga
2) Apakah saling ketergantungan
3) Siapa yang bertanggung jawab dalam membesarkan anak atau
fungsi sosialisasi.
4) Apakah factor social budaya yang mempengaruhi pola-pola
membesarkan anak
5) Apakah keluarga mempunyai masalah dalam mengasuh anak
6) Apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak-anak untuk
bermain sesuai dengan tahap perkembangannya.
36

7) Apakah ada peralatan atau permainan anak yang cocok dengan


usianya.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan perlindungan
terhadap anggota yang sakit. Pengetahuan keluarga mengenai konsep
sehat sakit. Kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas
keperawatan keluarga, diantaranya adalah sebagai berikut. Mengenal
masalah kesehatan. Sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari
masalah kesehatan meliputi pengertian tanda dan gejala, penyebab, gejala,
penyebab, serta mempengaruhi persepsi keluarga terhadap masalah :
1) Keyakinan, nilai, dan perilaku keluarga,
2) Nilai yang dianut terkait kesehatan
3) Apakah keluarga konsisten menerapkan nilai-nilai tersebut
4) Bagaimana perilaku semua anggota keluarga dalam mendukung
peningkatan kesehatan
5) Konsep dan pengetahuan keluarga tentanf konsep sehat sakit.
a) Bagaimana keluarga mendefinisikan sehat dan sakit bagi anggota
keluarga
b) Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasikan tanda dan gejala
pada anggota keluarga sakit
c) Sumber-sumber informasi yang diperoleh keluarga dalam kesehatan.
d) Masalah kesehatan yang dianggap serius dalam keluarga dan tindakan
apa yang diambil.
6) Praktik diet keluarga
a) Pengetahuan keluarag tentang makanan yang bergizi
b) Riwayat pola makan keluarga
c) Bagaimana cara keluarga menyiapkan makanan. Keluarga
menyiapkan makanan dengan digoreng, direbus, dipanggang,
dimasak dan disajikan mentah.
37

d) Jenis makan yang yang dikonsumsi keluarga setiap hari dan cara
menyimpannya
e) Bagaimana jadwal makan keluarga (utama dan selingan)
f) Siapa anggota keluarga yang bertanggung jawab terhadap
perencanaan, belanja, dan menyiapkan makanan.
g) Kebiasaan istirahat dan tidur. Waktu tidur keluarga, kecukupan,
adakah kesulitan tidur, dan dimana tempat keluarga tidur.
7) Latihan dan rekreasi
a) Apakah keluarga menyadari bahwa rekreasi dan olahraga secara aktif
sanagat diperlukan bagi kesehatan
b) Jenis-jenis rekreasi dan aktivitas fisik anggota keluarga
c) Keikutsertaan anggota keluarga dalam aktivitas olahraga atau
rekreasi.
Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat.
Sejauh mana keluarga mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana
masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dialami, takut akibat
dari tindakan penyakit, mempunyai sikap negative terhadap masalah
kesehatan, dapatkah menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang
percaya terhadap tenaga kesehatan, serta mendapat informasi yang salah
terhadap tenaga kesehatan, serta mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah.
8) Kebiasaan penggunaan obat-obataan dalam keluarga
a) Kebiasaan penggunaan alcohol, tembakau, dan kopi
b) Kebiasaan keluarga menggunakan obat-obatan tanpa resep atau
dengan resep
c) Kebiasaan keluarga menyimpan obat-obatan dalam jangka waktu
lama dan menggunakan kembali
d) Kebiasaan menyimpan obat dan member label.
9) Peran keluarga dalam praktik perawatan diri
38

a) Apa yang keluarga untuk memperbaiki status kesehatan


b) Apa yang keluarga lakukan untuk mencegah sakit atau penyakit
c) Siapa yang berperan mengambil keputusan dalam hal kesehatan
keluarga
d) Pengetahuan keluarga tentang cara perawatan pada anggota keluarga
yang sakit.
10) Cara-cara pencegahan penyakit.
a) Pengetahuan keluarga tentang cara-cara pencegahan penyakit
b) Kebiasaan keluarga dalam pemeriksaan kesehatan
c) Status imunisasi keluarga pada bayi, balita, dan ibu hamil.
11) Perasaan dan persepsi keluarga tentang pelayanan kesehatan
a) Perasaan keluarga terhadap jenis-jenis perawatan kesehatan
b) Pengalaman masa lalu dengan pelayanan kesehatan
c) Kepuasaan dan kepercayaan keluarga terhadap pelayanan kesehatan.
d) Harapan keluarga terhadapan petugas pelayanan kesehatan.
Merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana keluarga
mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui sifat dan perkembangan
perawatan yang dibutuhkan mengetahui sumber-sumber yang ada dalam
keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, keuangan, fasilitas
fisik, psikososial); mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
12) Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan riwayat penyakit genetic dan penyakit keluarga pada masa lalu
dan masa sekarang seperti diabetes mellitus, penyakit penyakit jantung,
hipertensi, kanker, stroke, dan atritis reumatis, penyakit gagal ginjal,
tiroid, asma, alergi, penyakit-penyakit darah, dan lain-lain.
13) Sumber keuangan
Tanyakan bagaimana pola keluarga dalam pembayaran biaya kesehatan
dan asuransi kesehatan yang dimiliki oleh keluarga.
39

Memelihara lingkungan rumah yang sehat, sejauh mana keluarga


mengetahui sumber-sumber yang dimilki, keuntungan/manfaat
pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya hygiene sanitasi dan
kekompakan antar anggota keluarga pada praktik lingkungan. Apakah
saat ini keluarga terpapar oleh polusi udara, air, atau kebisingan dari
lingkungan tempat tinggalnya, apa yang dilakukan keluarga untuk
mencegah penyakit, siapa orang yang berperan membuat keputusan
terkait masalah kesehatan keluarga, serta bagaimana pengetahuan
keluarga cara perawatan anggota keluarga yang sakit.
Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat, apakah
keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, memahami
keuntungan yang diperoleh dari fasilitas-fasilitas kesehatan, tingkat
kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan, dan fasilitas kesehatan
tersebut terjangkau oleh keluarga.
14) Pelayanan kesehatan darurat
a) Pelayanan keluarga terkait tempat pelayanan kesehatan darurat
terdekat
b) Pengetahuan keluarga cara meninggal ambulan atau pelayanan
kesehatan darurat.
c) Pengetahuan keluarga mengenai cara penanganan keadaan darurat.
15) Fasilitas transportasi keluarga untuk perawatan kesehatan.
a) Bagaimana jarak fasilitas pelayanan kesehatan dari rumah
b) Jenis alat transportasi apa yang digunakan keluarga untuk mencapai
fasilitas pelayanan kesehatan
c) Masalah apa yang dihadapi keluarga dalam hubungannya antara
transportasi dengan tempat fasilitas pelayanan kesehatan.
40

d. Fungsi reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga
serta metode apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah
anggota keluarga.
e. Fungsi ekonomi.
Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan, dan papan. Bagaimana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
dimasyarakat guna meningkatkan status kesehatan keluarga.
6) Stress dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek, yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu 6 bulan
b) Stressor jangka panjang, yaitu stressor yang saat ini dialami yang
memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan
c) Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi atau stressor, mengkaji
sejauh mana keluarga berespons terhadap situasi atau stressor
d) Strategi koping yang digunakan, strategi apa yang digunakan keluarga
bila menghadapi permasalahan
e) Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
7) Pemeriksaan fisik
Pemriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan ini tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik
diklinik.(Iqbal Nurwahid.2010)
8) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.(Iqbal Nurwahid.2010)
2. Diagnose Keperawatan Keluarga
Menurut Iqbal Nurwahid.2010 Diagnosis keperawatan adalah
keputusan klinis mengenai individu, keluarga, atau masyarakat yang
41

diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis data secara
cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana
perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Diagnosi keperawatan
keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap masalah dalam tahap
perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-
fungsi keluarga, koping keluarga, baik yang bersifat actual, risiko, maupun
sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk
melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga,
berdasarkan kemampuan, dan sumber daya keluarga.
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pafa pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan meliputi
problem atau masalah, etiologi atau penyebab, dan sign atau tanda yang
selanjutnya dikenal dengan PES.
Tipologi dari diagnosis keperawatan
a. Diagnosis actual (terjadi deficit atau ggangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan, dimana masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarga memerlukan bantuan untuk segera ditangani dengan cepat.
Pada diagnosis keperawatan actual, factor yang berhubungan merupakan
etiologi atau factor penunjang lain yang lebih yang telah mempengaruhi
perubahan status kesehatan. Sedangkan factor tesebut dapat
dikelompokkan kedalam empat kategori, yaitu :
1) Patofisiologi (biologi atau psikologi)
2) Tindakan yang berhubungan
3) Situasional (lingkungan, personal)
4) Maturasional
Secara umum factor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari
diagnosis keperawatan keluarga adalah adanya :
42

a) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan


kesalahan persepsi).
b) Ketidaktahuan (sikap dan motivasi).
c) Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur
atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga, baik financial,
fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik, dan psikologis).
b. Diagnosis risiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi
gangguan, tetapi tnda tersebut dapat menjadi masalah actual apabila
tidal segera mendapatkan bantuan pemecahan dari tim kesehatan atau
keperawatan atau kesehatan. Factor-faktor risiko untuk diagnosis
risiko dan risiko tinggi memperlihatkan keadaan dimana kerentangan
meningkat terhadap klien atau kelompok. Factor ini membedakan
klien atau kelompok risiko tinggi dari yang lainnya pada populasi yang
sama yang mempunyai risiko.
c. potensial (keadaan sejahtera atau wellness)
Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera,
kesehatan keluarga data ditingkatkan. Diagnosis keperawatan sejahtera
tidak mencakup factor-faktor yang berhubungan. Perawat dapat
memperkirakan kemampuan atau potensi keluarga dapat ditingkatkan
kearah yang lebih baik.daftar diagnosis keperawatan keluarga
berdasarkan NANDA tahun 1995 adalah sebagai berikut :
1) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah lingkungan.
a) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (hygiene
lingkungan).
b) Risiko terhadap cedera
c) Risiko terjadi infeksi (penularan penyakit)
2) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi.
Komunikasi keluarga disfungsional.
43

3) Diagnose keperawatan keluarga pada masalah struktur peran


a) Berduka dan antisipasi
b) Berduka disfungsional
c) Isolasi social
d) Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya orang yang
sakit terhadap keluarga)
e) Potensial peningkatan menjadi orang tua
f) Perubahan menjai orang tua (krisis menjai orang tua.
g) Perubahan penampilan peran
h) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
i) Gangguan citra tubuh.
4) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi afektif
a) Perubahan proses keluarga
b) Perubahan menjadi orang tua
c) Potensial peningkatan menjadi orang tua
d) Berduka yang antisipasi
e) Koping keluarga tidak efektif, menurun
f) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan
g) Risiko terhadap tindakan kekerasan
5) Diagnosis keperawatan keluarga pada maslah fungsi social
a) Perubahan proses keluarga
b) perilaku mencari bantuan kesehatan
c) Konflik peran orang tua
d) Perubahan menjadi orang tua
e) Potensial peningkatan menjadi orang tua
f) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
g) Perubahan pemeliharaan kesehatan
h) Kurang pengetahuan
i) Isolasi social
44

j) Kerusakan interaksi social


k) Risiko terhadap tindakan kekerasan
l) Ketidakpatuhan
m) Gangguan identitas diri
6) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan
kesehatan.
a) Perubahan pemeliharaan kesehatan
b) Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
c) Perilaku mencari pertolongan kesehatan
d) Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik atau
pengobatan keluarga
e) Risiko terhadap penularan penyakit.
7) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah koping
a) Potensial peningkatan koping keluarga
b) Koping keluarga tidak efektif, menurun
c) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan
d) Risiko terhadap tindakan kekerasan.
Setelah data dianalisis, kemungkinan perawat menemukan
lebih dari satu masalah. Mengingat keterbatasan kondisi dan sumber
daya yang dimiliki oleh keluarga maupun perawat, maka masalah-
masalah tersebut tidak dapat ditangani sekaligus. Oleh karena itu,
perawat kesehatan masyarakat dapat menyusun prioritas masalah
kesehatan keluarga. Prioritas masalah kesehatan keluarga dengan
menggunakan proses scoring sebagai berikut :

No Criteria Skor Bobot


1 Sifat masalah 1
45

a. Tidak/ kurang sehat 3


b. Ancaman kesehatan 2
c. Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
a. Dengan mudah 2
b. Hanya sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah 1
a. Tinggi 3
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
a. Masalah berat, harus segera 2
ditangani
b. Ada masalah, tetapi tidak perlu 1
segera ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0

Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan dengan cara


berikut ini.
1. Tentukan skor untuk setiap criteria yang telah dibuat
2. Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan
dengan bobot.

skor
×
angka tertinggi

Bobot
3. Jumlahkanlah skor untuk semua criteria, skor tertinggi adalah 5,
sama dengan seluruh.
Empat criteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas
masalah.
a. Sifat masalah
46

Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan kedalam tidak


atau kurang sehat diberikan bobot yang lebih tinggi karena
masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera dan biasanya
masalahnya dirasakan atau didasari oleh keluarga. Krisis atau
keadaan sejahtera diberikan bobot yang paling sedikit atau
rendaah karena factor kebudayaan biasanya dapat memberikan
dukungan bagi keluarga untuk mengatasi masalah dengan baik.
b. Kemungkinan masalah dapat diubah
Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah
masalah jika ada tindakan (intervensi). Factor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam menentukan skor kemungkinan masalah
dapat diberikan adalah:
1) Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat
dilakukan untuk menangani masalah.
2) Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik dalam bentuk
fisik, keuangan, atau tenaga.
3) Sumber-sumber dari keperawatan, misalnya dalam bentuk
pengetahuan, keterampilan, dan waktu.
4) Sumber-sumber dimasyarakat, misalnya dalam bentuk
fasilitas kesehatan, organisasi masyarakat, dan dukungan
social masyarakat.
c. Potensi masalah bila dicegah
Menyangkut sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dapat
dikurangi atau dicegah. Factor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam menetukan skor criteria potensi masalah bisa dicegah
adalah sebagai berikut :
1) Kepelikan dari masalah
Berkaitan denganberatnya penyakit atau masalah, prpgnosis
penyakit atau kemungkinan mengubah masalah. Umumnya
47

makin berat masalah tersebut makin sediki kemungkinan


untuk mengubah atau mencegah sehingga makin kecil
potensi masalah yang akan timbul.
2) Lamanya masalah
Hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah
tersebut. Biasanya lamanya masalah mempunyai dukungan
langsung dengan potensi masalah bila dicegah.
3) Adanya kelompok risiko tinggi atau kelompok yang peka
atau rawan
Adanya kelompok tersebut pada keluarga akan menambah
potensi masalah bila dicegah.
d. Menonojolnya masalah
Merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah mengenai
beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal
yang perlu diperhatikan dalam memberikan skor pada criteria ini,
perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut
melihat masalah. Dalam hal ini, jika keluarga menyadari masalah
dan merasa perlu untuk menangani segera, maka harus diberi
skor yang tinggi.
3. Intervensi Keperawatan Keluarga
Apabila masalah kesehatan maupun masalah keperawatan telah
teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menyusun rencana
keperawatn sesuai dengan urutan prioritas masalahnya. Rencana
keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan
oleh perawata untuk dilaksanakan dalam menyeleaikan atau mengatasi
masalah kesehatan/ masalah keperawatan untuk diidentifikasi. Rencana
keperawatan yang berkualitas akan menjamin keberhasilan dalam
mencapai tujuan serta penyelesaian masalah. Beberapa hal yang perlu
48

diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan keluarga


diantaranya.(Iqbal Nurwahid.2010)
a. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis yang menyeluruh
tentang masalah atau situasi keluarga
b. Rencana yang baik realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat
menghasilkan apa yang diharapkan.
c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan falsafah intansi
keperawatan. Misalnya bila instansi kesehatan pada daerah tersebut
tidak memungkinkan pemberian pelayanan Cuma-Cuma, maka perawat
harus mempertimbangkan hal tersebut dalam menyusun perencanaan.
d. Rencana keperawatn dibuat bersama dengan keluarga. Hal ini sesuai
dengan prinsip perawat bekerja sama keluarga bukan untuk keluarga
e. Rencana asuhan keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis. Hal ini
Berguna untuk perawat juga akan berguna bagi anggota tim kesehatan
lainnya, khususnya perencanaan yang telah disusun untuk keluarga
tersebut. Selain itu, dengan membuat rencana asuhan keperawatan
secara tertulis akan membantu mengevaluasi perkembangan masalh
keluarga.
Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan
keluarga :
1) Menertukan sasaran atau goal
Sasaran merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala
upaya. Prinsip yang paling penting adalah bahwa sasaran harus
ditentukan bersama keluarga. Jika keluarga mengerti dan menerima
sasaran yang telah ditentukan, mereka diharapkan dapat
berpartisipasi secara aktif dalam mencapai sasaran tersebut.
Misalnya setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga mampu
merawat anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi
2) Menentukan tujuan atau objektif
49

Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih


terperinci, berisi tentang hasil yang diharapkan dari tindakan
perawatan yang akan dilakukan. Cirri tujuan atau objektif yang baik
adalah spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistis, dan ada
batasan waktu. Misalnya setelah tindakan keperawatan diharapkan
anggota keluarga yang sakit hipertensi mengerti tentang cara
pencegahan, pengobatan hipertensi, dan tekanan darah
120/80mmHg.
3) Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan
Tindakan keperawatan yang dipilih sangat bergantung pada
sifat masalah sumber-sumberyang tesedia untuk memecahkan
maslah. Dalam perawatan kesehatan keluarga tindakan keperawatn
dilakukan ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan sebab-
sebab yang mengakibatkan timbulnya ketidaksanggupan keluarga
dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan.
Perawat dapat melakukan tindakan keperawatan dengan
menstimulasi kesadaran dan penrimaan terhadap masalah atau
kebutuhan kesehatan keluarga dengan jalan:
a) Memperluas informasi atau pengetahuan keluarga
b) Membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari
situasi yang ada
c) Menghubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran
yang telah ditentukan
d) Menunjang sikap atau emosi yang sehat daam menghadapi
masalah.
Tindakan perawat untuk menolong keluarga agar dapat
menentukan keputusan yang tepat dapat menyelesaikan masalahnya
dapat dilakukan dengan:
50

I. Mendiskusikan konsekuensi yang akan timbul jika melakukan


tindakan
II. Memperkenalkan kepada keluarga alternative kemungkinan yang
dapat diambil serta sumber-sumber yang diperlukan untuk
melaksanakan alternative atau tindakan.
Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam
memberikan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit,
perawat dapat melakukan tindakan sebagai berikut.
1. Mendemostrasikan tindakan yang diperlukan
2. Memanfaatkan fasilitas atau sasaran yang ada dirumah keluarga
3. Menghindarkan hal-hal yang menganggu keberhasilan keluarga
keluarga dalam merujuk klien atau mencari pertolongan kepada
tim kesehatan yang ada.
Perawat dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam
menciptakan lingkungan yang menunjang kesehatan keluarga anatara
lain dengan cara:
a. Membantu mencari cara untuk menghindari adanya ancaman
kesehatan perkembangan kepribadian anggota keluarga
b. Membantu keluarga memperbaiki fasilitas fisik yang sudah ada
c. Menghindarkan ancaman psikologis dalam keluarga dengan
memperbaiki pola komunikasi keluarga, memperjelas masing-
masing anggota, dan lain-lain.
d. Mengembangkan kesanggupan keluarga menemukan kebutuhan
psikososial.
Agar perawat dapat membantu keluarga memanfaatkan fasilitas yang
ada, maka perawat harus mempunyai pengetahuan yang luas dan
tepat sumber-sumber daya yang ada dimasyarakat dan cara
memanfaatkan sumber daya tersebut. Program-program peningkatan
kesehatan, dan organisasi-organisasi masyarakat.
51

4) Menentukan criteria dan standar criteria


Criteria merupakan tanda atau indicator yang digunakan untuk
mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standar menunjukkan
tingkat penampilan yang diinginkan untuk membandingkan bahwa
perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai.
Pernyataan tujuan yang tepat akan menentukan kejelasan criteria dan
standar evaluasi.
a) Tujuan, susudah perawat kesehatan masyarakat melakukan
kunjungan rumah, keluarga rumah, keluarga akan memanfaatkan
puskesmas atau poliklinik sebagai tempat mencari pengobatan
b) Criteria, kunjungan kepuskesmas atau poliklinik
c) Standar, ibu memeriksa kehamilannya kepuskesmas atau
poliklinik, keluarga membawa berobat anaknya yang sakit
kepuskesmas.
4. Implementasi Keperawatan Keluarga.
Menurut iqbal nurwahid.2010 Pelaksanaan merupakan salah satu tahap
dari proses keperawatan dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk
membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah
perilaku hidup sehat. Adanya kesulitan, kebingunan, serta ketidakmampuan
yang dihadapi keluarga harus menjdikan perhatian. Oleh karena itu,
diharapkan perawat dapat memberikan kekuatan dan membantu
mengembagkan potens-potensi-potensi yang ada, sehingga keluarga
mempunyai kepercayaan diri dan mandiri dalam menyelesaikan masalah.
Guna membangkitkan minat keluarga dalam berperilaku hidup sehat,
maka perawat harus memahami teknik-teknik motivasi. Tindakan
keperawatan keluarga mencakup hal-hal dibawah ini :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,
52

mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta


mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasikan konsekuensi untuk tidak melakukan
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimilki keluarga , dan
mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan acar mendemostrasikan cara perawatan, menggunakan alat
dan fasilitas yang ada dirumah, dan mengawasi keluarga melakukan
perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan seoptimal
mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan
cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga
dan membantu keluarga cara menggunakan fasilitas tersebut.
Factor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat minat keluarga
untuk bekerjasama melakukan tindakan kesehatan antara lain :
1) Keluarga kurang memperoleh informasi yang jelas atau mendapatkan
informasi, tetapi keliru.
2) Keluarga mendapatkan informasi tidak lengkap, sehingga mereka
melihat masalah hanya sebagian
3) Keliru, tidak dapat mengakibatkan antara informasi yang diterima
dengan situasi yang dihadapi
4) Keluarga tidak mau menghadapi situasi
5) Anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga atau situasi
6) Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku
53

7) Keluarga gagal mengaitkan tindakan dengan sasaran atau tujuan upaya


keperawatan.
8) Kurang percaya dengan tindakan yang diusulkan perawat.
Kesulitan dalam tahap pelaksanaan dapat diakibatkan oleh berbagai
factor yang berasal dari petugas, antara lain:
a) Petugas cenderung menggunakan satu pola pendekatan atau petugas
kaku dan kurang fleksibel.
b) Petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian terhadap
factor-faktor social budaya
c) Petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan atau menggunakan
bermacam-macam teknik dalam mengatasi maslah rumit.

5. Evaluasi Keperawatan Keluarga


Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian
dilakukan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil, maka
perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan
mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga.
Oleh karena itu, kinjungan dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai
dengan waktu dan kesediaan keluarga. Langkah-langkah dalam
mengevaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan, baik kepada individu
maupun keluarga adalah sebagai berikut: (iqbal nurwahid.2010)
a. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana
keluarga mengatasi masalah tersebut
b. Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai
c. Tentukan criteria dan standar untuk evaluasi. Criteria dapat
berhubungan dengan sumber-sumber proses atau hasil, bergantung
kepada dimensi evaluasi yang diinginkan
d. Tentukan metode atau teknik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber
data yang diperlukan
54

e. Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan criteria


dan standar untuk evaluasi
f. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal atau
pelaksanaan yang kurang memuaskan.
g. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu ditentukan
alasan kemungkinan tujuan tidak realistis, tindakan tidak tepat, atau
kemungkinan ada factor lingkungan yang tidak dapat diatasi.
1. Macam-macam evaluasi
Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu : evaluasi kuantitatif dan
evaluasi kualitatif:
a. Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas, jumlah pelayanan,
atau kegiatan yang telah dikerjakan. Misalkan jumlah keluarga yang
dibina atau jumlah imunisasi yang telah diberikan. Evaluasi kuantitatif
sering digunakan dalam kesehatan karena lebih mudah dikerjakan bila
dibandingkan dengan evaluasi kulitatif. Pada evaluasi kuantitatif jumlah
kegiatan dianggap dapat memberikan hasil yang memuaskan.
b. Evaluasi kulitatif
Evuluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan
pada salah satu dari tiga dimensi yang saling terkait.
1) Struktur atau sumber
Evaluasi struktur atau sumber terkait dengan tenaga manusia atau
bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan. Upaya
keperawatan yang terkait antara lain :
a) Kecakapan atau kualifikasi perawat;
b) Minat atau dorongan
c) Waktu atau tenaga yang digunakan
d) Macam dan banyaknya peralatan yang digunakan
e) Dana yang tersedia
55

2) Proses
Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan. Misalnya mutu penyuluhan kesehatan yang
diberikan kepada keluarga lansia dengan masalah nutrisi.
3) Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan keluarga
dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan.
2. Luasnya evaluasi
Evaluasi sebagai proses dipusatkan pada pencapaian tujuan dengan
memerhatikan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang telah
diberikan. Evaluasi dapat dipusatkan pada tiga dimensi, yaitu :
a. Efesiensi atau tepat guna, evaluasi ini dikaitkan dengan sumber daya
yang digunakan, misalnya uang, waktu, tenaga, atau bahan.
b. Kecocokan (appropriateness), evaluasi ini dikaitkan dengan adanya
kesesuaian antara tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
pertimbangan professional.
c. Kecukupan (adequacy), evaluasi ini dikaitkan dengan kelengkapang
tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan atau
hasil yang diinginkan.
3. Kegiatan dan evaluasi
Kegiatan adalah tindakan untuk mencapai tujuan. Kegiatan adalah hal-
hal yang dikerjakan oleh perawat untuk mencapai suatu hasil yang
diinginkan. Sedangkan hasil adalah akibat dari kegiatan yang telah
dilakukan. Hasil dari perawatan klien dapat diukur melalui tiga bidang:
a. Keadaan fisik, keadaan fisik dapat diobservasi melalui suhu tubuh
yang turun, berat badan naik, dan perubahan tanda klinik.
b. Psikologis sikap, seperti perasaan cemas berkurang, keluarga
bersikap positif terhadap petugas kesehatan.
56

c. Pengetahuan tentang perilaku, misalnya keluarga dapat menjalankan


petunjuk yang diberikan keluarga, dapat menjelaskan manfaat dari
tindakan keperawatan.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan pula secara formatif dan smatif.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan
pada akhir asuhan keperawatan.
57

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Home care merupakan sebuah pelayanan yang sebenarnya telah ada di
dunia sejak awal abad 19. Pada sejarah Home Care di Amerika, semua
kegiatan merawat pasien merupakan suatu kegiatan yang lazim dilakukan oleh
masyarakat pada umumnya, karena pada abad tersebut semua orang masih
menangani anggota keluarga yang sakit sendiri, bahkan pada zaman tersebut
keluarga atau tetangga dari keluarga yang anggota keluarganya meninggal
melakukan persiapan penguburan sendiri atau bergotong royong.
Bronkhitis merupakan penyakit ifeksi pada saluran pernafasan yang
menyerang bronchus. penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang
lingkungannya banayak polutan, misalnya orang tua tang merokok di rumah,
asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat memasak yang
menggunakan bahan bakar kayu.

B. Saran
Sebagai calon perawat/perawat harus mengetahui dan menjelaskan
mengenai masalah askep home care pada pasien dengan bronkhitis guna untuk
memperdalam ilmu pengetahuan mengenai penyakit bronkhitis agar dapat
menjadi acuan dan konsep dasar untuk melakukan Asuhan Keperawatan
Keluarga pada pasien dengan bronkhitis.
Bagi keluarga hendaknya mengenal masalah yang terjadi pada anggota
keluarganya, menerapkan apa yang telah disampaikan perawat melalui
pendidikan kesehatan guna mengatasi masalah kesehatan yang ada di keluarga
secara mandiri, ikut serta mempertahankan dan mempergunakan fasilitas
kesehatan yang ada dan mencegah terjadinya penyakit sebaiknya keluarga
58

sedini mungkin memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke Puskesmas


yang terdekat serta keluarga sebaiknya melakukan modifikasi lingkungan
yang sehat disekitar lingkungan keluarga seperti mejaga kebersihan
lingkungan rumah sekitar, dan mampu mejaga pola hidup sehat.
59

DAFTAR PUSTAKA

Diyono,sri mulyanti.2013. buku ajar keperawatan medical bedah sitem


pencernaan dilengkapi contoh studi kasus dengan aplikasi NNN (nanda
noc nic). Kencana. Jakarta
Friedman.1998.buku ajar keperawatan keluarga.EGC.jakarta
Geges , 1979 . buku ajar keperawatan komunitas. EGC.jakarta
Murjayanah.2010. http://scholar.unand.ac.id/12966/2/BAB%201.pdf
Tanggal akses 2 agustus 2016
Nurarif, amin. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis
& nanda nic-noc.mediaction. Jogjakarta
Nurwahid,iqbal.2010. ilmu keperawatan komunitas 2. EGC.jakarta
Soekanto . 2000. Keperawatan komunitas.EGC.jakarta.
Padila.2012.buku ajar keperawatan keluarga. Nuha medika. Yogyakarta
Sudoyo aru,dkk.2009. buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 1,2,3, edisi
keempat. internal publishing. Jakarta.
Wilson,price.20016 Patofisiologi Konsep klinis proses-proses
penyakit,ed.6,volume 1&2,EGC. Jakarta
Wing de jong et al.2005.buku ajar ilmu bedah. EGC. Jakarta.
60

Anda mungkin juga menyukai