Anda di halaman 1dari 5

Augmentasi tulang

Augmentasi tulang adalah suatu prosedur bedah untuk memperbaiki bentuk dan ukuran linggir
alveolar dalam persiapan untuk menerima dan mempertahankan prostesa gigi. Augmentasi tulang
merupakan perawatan yang paling dapat diprediksi untuk menciptakan kontur tulang yang memadai
untuk penempatan implan. Teknik augmentasi tulang dapat digunakan untuk aplikasi graft pada defek
soket bekas pencabutan,augmentasi horizontal, augmentasi vertikal, dan augmentasi sinus. Untuk
memaksimalkan hasil masing-masing aplikasi, berbagai teknik yang berbeda telah digunakan termasuk
bone graft sebagian, menggunakan membran, block graft, dan distraksi osteogenesis, baik secara tersendiri
atau dalam kombinasi.

Ketika mempertimbangkan berbagai modalitas pengobatan untuk penggantian prostetik gigi akibat
kehilangan gigi, tujuan akhir dari terapi adalah untuk menyediakanpemulihan fungsional yang selaras
dengan gigi asli yang masih tersisa. Resorpsi tulang alveolar umumnya terjadi akibat kehilangan gigi dan
menimbulkan masalah klinis,khususnya masalah estetik. Hal ini dapat membahayakan hasil estetik dan
mempengaruhi aspek fungsional dan rencana perawatan.

Indikasi untuk augmentasi tulang adalah:

 Kelainan kraniofasial
 Cleft fasial. Pasien pada kasus ini sering mengalami hipoplasia maksila. Bahkan setelah perbaikan
sumbingnya dan perawatan ortodontik, defisiensi maksila yang parah masih tetap ada.
Augmentasi tulang secara eksternal dapat memperlambat ekspansi pada jaringan
sekitarnya, sehingga tubuh bisa mengakomodasi posisi baru maksila.
 Defisiensi linggir alveolar
 Trauma kompleks
 Anomali dengan defisiensi maksila, misalnya kasus sindrom crouzon atau sindrom
pfeiffer
 Kekurangan tulang alveolar. Kekurangan tulang alveolar mungkin merupakan hasil dari keadaan,
seperti trauma avulsi gigi insisivus rahang bawah atau cacat bawaan.
 Bila daerah yang mendukung protesa dari linggir yang atropi yang besar tidak bisa dibaiki dengan
vestibuloplasti

Kontraindikasi untuk augmentasi tulang alveolar yaitu:

 Pasien muda harus dipilih dengan hati-hati karena tulang mereka rapuh dan jumlah tulang yang
 Tersedia untuk penempatan implan mungkin tidak memadai. Banyak penelitian telah
 Menunjukkan hasil yang memuaskan pada bayi, tanpa adanya efek samping. Sebelum operasi,
 Operator harus mengkonfirmasi bahwa kekuatan dari segmen yang dipindahkan cukup untuk
 Menahan kekuatan pengunyahan. Kelainan bentuk tulang akibat penyakit tulang tidak termasuk
 Dalam kontraindikasi, selama tulang tersebut cukup untuk dilakukan augmentasi tulang. Selain
 Itu, pasien yang kooperatif akan mendukung kelancaran perawatan ini.

Prosedur augmentasi:

1. Aloplas untuk penambahan linggir

1
Penambahan linggir dengan aloplas (unsur hidroksiapatit) sering dilakukan di bagian
bedah selain dengan pencakokan tulang autologus. HA terdapat di dalam syringe berdiameter
kecil (6mm) yang berisi 0,75mg bahan steril dan siap digunakan, HA dibasahi dengan salin atau
darah vena untuk membantu pengeluarannya dari dalam syringe. HA bersifat radiopak, dan
tempat pertemuan antara tulang dan aloplas dengan mudah terlihat pada film.

2. Diseksi untuk penambahan lingir

Penambahan linggir regional maupun total dilakukan dengan cara yang serupa yaitu
diseksi subperiosteal dan deposisi, penutupan (agar tidak bocor), dan pencetakan terhadap HA.
Ada berbagai pendekatan untuk membentuk saluran subperiosteal, yang diperlukan untuk
membentuk ruang atau kantung tempat deposisi bahan. Diseksi mandibula dilakukan dengan
insisi melintang bilateralpada regio gigi kaninus atau insisivus di garis tengah dikombinasi
dengan insisi bilateral disebelah posterior foramen mentale. Cabang-cabang dari n.
Mentalis dengan hati-hati dipertahankan. Lingir rahang atas bisa dicapai dengan insisi
melintang tunggal pada garis tengah, untuk penambahan lingir yang terbatas ke arah anterior
atau insisi pada regio kaninus bilateral untuk mendapat jalan masuk ke seluruh lingir.
Diseksi subperiosteal dilakukan dengan menggunakan elevator periosteal. Faktor pertama
pada preparasi kedua lingir tersebut adalah menghindari perluasan yang berlebihan
(overdiseksi), yang memungkinkan keluarnya bahan menuju keruang jaringan lunak di
sekitarnya. Jahitan yang erat biasanya digunakan untuk menarik dan memfiksasi insisi
melintang, agar insersi syringe yang memuat HA akan lebih mudah. Bahan tersebut
diseposisikan dari posterior ke anterior. Apabila terdapat atropi yang luas (pasien klas III/IV),
makabisa dilakukan kombinasi cangkokan autologus-aloplas dengan perbandingan 1:1.
Apabila pengisian sudah selesai, insisi ditutup dengan jahitan yang dapat diabsorbsi. Untuk
menutup dan mencetak cangkokan digunakan basis protesa akrilik atau templete
yang dibuat sesuai dengan konfigurasi lingir yang diharapkan. Basis protesa tersebut
distabilisasi dengan pengawatan sirkummandibular (pada mandibula) atau sekerup tulang pada
maksila. Basis protesa atau templete tersebut tetap dipertahankan pada tempatnya selama 3-4
minggu. Hal ini dimaksudkan bukan hanya untuk menunggu mengerasnya HA saja, tetapi juga
untuk mempertahankan kedalaman sulkus

3. Pengembang jaringan (tissue expenders)

Pengerasan HA memerlukan waktu 4-6 minggu. Pada praktek biasanya ditunggu sampai
4 minggu sesudah pembedahan untuk konstruksi protesa sementara dan paling tidak 2 bulan
apabila ingin dilakukan vestibuloplasti. Setelah 4 tahun pada sebagian besar kasus menunjukkan
tetap terpeliharanya lingir (hasilpenambahan)dengan 90% tetap bertahan dengan
baik. Komplikasi utama pada penambahan lingir mandibula adalah trauma pada n. Mentalis dan
mengakibatkan anestesia/disestesia, yang manifestasinya berupa semutan pada bibir.
Kembalinya sensasi merupakanhal yang memang harus terjadi dan bukan merupakan
perkecualian. Terapi profilaksis antibiotik dianjurkan oleh beberapa ahli bedah,
walaupun infeksi pasca bedah kemungkinannya kecil.

4. Blok hidroksiapatit

Blok HA yang porus kadang-kadang digunakan untuk penambahan lingir. Insersi


dilakukan dengan pembuatan saluran subperiosteal atau dengan prosedur pembukaan flap,

2
dengan jalan masuk yang agak lebih luas, dibuat sepanjang insisi lingir dan pembuatan flap
yang besar.
Apabila menggunakan blok HA, maka mukosa harus masih ada dan dapat dimobilisasi,
karena tegangan penutupan cenderung mengakibatkan dehisensi tepi insisi mukosal,
sehingga mendedahkan materialnya . Walaupun hasil awal dari blok HA nampak memuaskan
misalnya85- 90% dari cangkokan bisa bertahan tanpa terjadi dehisensi selama
tahun pertama, tetapi perkembangan selanjutnya nampaknya kurang menggembirakan.
Pada 2 tahun pertama, keberhasilan mungkin menurun sampai 15-20%. Penyebab
kegagalan umumnya adalah rusaknya mukosa pada daerah premolar, pada bagian pertemuan
dari blok. Usaha selanjutnya dalam mereduksi terbukanya bahan blok mengungkapkan adanya
kegagalan vaskularisasi pada implan.

5. Pemeliharaan lingir

Insersi HA dengan segera pada tempat bekas pencabutan menunjukkan hasil


klinis dan laboratoris yang baik dalam mempertahankan lingir alveolar. Pada suatu studi, pasien
yang telah dievalusi ulang setelah lebih dari 2 tahun menunjukkan bahwa lingir dari sisi yang
dilakukan perawatan ukurannya 2 kali lebih besar dibandingkan yang tidak dirawat (kontrol),
walaupun dibebani protesa pada waktu berfungsi

 Palatal Augmentasi Protesa


Ketika reseksi bedah yang melibatkan lidah dan / atau dasar mobilitas lidah yang membatasi
mulut, hal itu mempengaruhi kedua dari speech dan penelanan. Dengan keterbatasan mobilitas lidah,
dengan kontur palatum dapat ditambah dengan protesa untuk memodifikasi ruang Donders untuk
memungkinkan makanan dimanipulasi untuk akan lebih mudah ditransfer ke posterior orofaring.
Potensi pergerakan prostesis rendah karena fungsional gaya yang terlibat diberikan oleh lidah
selama penelanan dan speech, baik yang menciptakan kekuatan serupa dengan pengunyahan. Hal ini
umum untuk menggunakan resin diagnostic augmentation prostesis ditahan dengan clasp kawat untuk
merencanakan kontur yang diperlukan pada kebutuhan. Setelah palatal sesuai kontur yang telah
ditentukan, augmentasi definitive prostesis dapat dibuat dari logam cor dengan tepat kemudian
ditempatkan konektor kecil untuk memasang augmentasi resin. Bersandar bilateral dan retainer secara
langsung harus diposisikan untuk memfasilitasi desain untuk retensi akrilik karena kebutuhan stabilitas
yang berkaitan dengan kekuatan fungsional tidak menjadi perhatian desain yang signifikan.

 Augmentasi tulang alveolar dengan osteogenesis distraksi

Augmentasi tulang alveolar pada perawatan implan, merupakan hal yang umum dilakukan untuk
memperoleh fungsi serta estetik yang diharapkan pada daerah tulang yang tidak adekuat. Terdapat
beberapa cara untuk menambah volume tulang alveolar. Osteogenesis distraksi merupakan salah satu
metode terbaru dalam menambah ketebalan tulang alveolar dan mempersiapkan dasar untuk
penempatan implan ataupun prostesis. Osteogenesis distraksi membentuk tulang baru diantara
segmen tulang yang terpisah secara bertahap setiap penambah.
Osteogenesis distraksi alveolar (ODA) adalah teknik pelebaran sisa tulang alveolar yang
tersedia, yang mengikuti mekanisme penyembuhan tubuh secara alami, dengan menghasilkan tulang
baru untuk penambahan tinggi tulang alveolar. Teknik ini memiliki kemampuan secara simultan untuk
meningkatkan volume tulang dan jaringan lunak yang mengalami defisiensi, menawarkan hasil yang

3
dapat diprediksi dengan tingkat keabnormalan yang cukup rendah,serta infeksi dan waktu
penyembuhan yang relatif singkat terhadap kemajuan rehabilitasi implan (12 minggu) bila
dibandingkan dengan metode lain
Tujuan utama ODA yaitu untuk menciptakan tulang yang baru dan volume jaringan lunak yang
adekuat sehingga menjamin tinggi dan tebal tulang alveolar yang memadai untuk penempatan implan
yang akurat. Selanjutnya OD diaplikasikan ke alat ekspansi vertikal pada tulang alveolar yang telah
melalui proses eksperimen dan hasil klinis yang baik.
Osteogenesis distrasi meliputi tahap osteotomi atau pemotongan sambungan segmen tulang,
periode laten untuk memberikan kesempatan terhadap proses inflamasi, dan penyembuhan awal,
distraksi atau periode manipulasi callus, dan periode penyatuan tulang.
Indikasi ODA dapat berupa kelainan tulang alveolar secara bawaan atau kehilangan tulang
alveolar yang didapat. Kehilangan tulang alveolar yang didapat, disebabkan karena kelainan setelah
pencabutan gigi, trauma akibat avulsi, penyakit periodontal, dan/atau pemakaian gigitiruan dalam
jangka waktu yang lama yang mengakibatkan atrofi. Pada banyak kasus, kehilangan tulang secara
signifikan terjadi pada bidang horizontal.
Kesuksesan OD menganut beberapa prinsip, diantaranya pemeliharaan jaringan osteogenik,
menjaga kestabilan plat fiksasi pada distraktor, mengamati periode laten, kesesuaian kecepatan dan
ritme pada proses distraksi, dan periode penyatuan tulang.
Prosedur bedah OD terbagi atas osteogensis distraksi horisontal dan osteogenesis distraksi
vertikal. Horizontal distraction osteogenesis diawali dengan anastesi lokal, insisi pada tulang crestal
mucoperosteal dilakukan kemudian dilebarkan ke arah anterior dan posterior. Flap dibuat tidak terlalu
tampak, sehingga tulang crestal terbuka minimal dan dengan menggunakan round bur kecil dibuat
pada pertengahan tulang crestal. Pemotongan tulang sedalam ±10 mm dilakukan dengan
menggunakan reciprocating saw atau pisau piezoelectric. Pemotongan tulang dibuat pada daerah insisi
vertikal anterior dan posterior dengan menggunakan microsagital saw yang tampak pada gambar 1B.
Pisau osteotome yang tipis digunakan untuk mengeluarkan patahan tulang bukal dan luka ditutup.
Satu minggu kemudian laster crest widener diletakkan secara perkutan. Sebuah titanium yang aman
dipasang pada lubang di daerah lengan alat, paling baik dilakukan sebelum masuknya alat.
Dua gerakan rotasi yang berlawanan arah jarum jam dilakukan pada sekrup yang akan diaktivasi
untuk menarik alat dalam tulang dan memperkuat pergerakannya. Aktivasi piranti yang dilakukan,
direkomendasikan rata-rata 0,4 mm per hari (1/2 putaran dua kali sehari) pasien harus diperiksa oleh
ahli bedah setiap 4 hari. Setelah lebar celah yang cukup diperoleh (10-14 hari) aktivasi dihentikan
(overdistraction 1-2 mm dianjurkan) laster crest widener disimpan selama 7-10 hari untuk
penyatuan.Alat tersebut kemudian dilepaskan di bawah kontrol anastesi lokal tanpa penutupan
jaringan lunak. Penempatan implan secara transgingiva dilakukan segera setelah 7-10 hari setelah
pengangkatan alat distraktor meskipun mineralisasi belum sempurna.
Teknik vertical distraction osteogenesis diawali pemberian anastesi lokal, insisi dilakukan
sepanjang tulang alveolar, lalu flap vestibular mucoperiosteal diangkat, pertahankan perlekatan
mucoperiosteum pada daerah lingual hingga daerah yang bergerak. Segmen yang bergerak dipotong
hingga berbentuk trapesium terbalik, sehingga tidak mengganggu pergerakan selama prosedur
distraksi. Osteotomi dilakukan dengan rotary instrument (sisi pemotong bur, discs, dan reciprocating
saw) serta chisel. Segmen yang berpindah digerakkan secara keseluruhan meskipun tersisa perlekatan
pada mucoperiousteum pada daerah lingual.
Saat distraktor telah diletakkan, tanpa menjahit flap mucoperiosteal, pada saat pembedahan
yang sama, bagian yang bergerak tersebut dengan segera dibuka hingga ketinggian 5 mm untuk
menguatkan pergerakan yang adekuat dan arah pergerakan yang tepat dan tidak terdapat intervensi

4
antara bagian yang bergerak dengan tulang basal. Segmen yang bergerak kemudian dikembalikan
pada posisi awal. Distraksi dimulai 7 hari kemudian dengan 0,5 mm tiap hari setiap 12 jam selama 5
hari. Setelah 12 minggu, distraktor dilepas dan implan dipasang. Pada minggu ke 14 setelah implan
diletakkan, restorasi prostetik mulai dilakukan.
Teknik ODA merupakan perawatan alternatif yang membutuhkan waktu penanganan yang lebih
singkat dibandingkan dengan teknik regenerasi lain karena segmen yang didistraksi terbentuk dengan
baik hanya dalam waktu 12 minggu. Tingkat keparahan nyeri merupakan salah satu indikator utama
untuk mengukur tingkat ketidaknyamanan pasien selama dan setelah operasi.
Keuntungan OD antara lain hanya sedikit atau tidak terdapat resorpsi tulang seperti yang biasa
terjadi pada rekonstruksi bone graft, memungkinkan terjadi proliferasi attached gingiva,dan untuk
menghindari penambahan jaringan lunak. Oleh karena itu, OD mencegah morbiditas daerah donor
yang terkait berhubungan dengan jaringan keras dan lunak. Keuntungan lain OD, yaitu waktu
penempatan implan. Proses regenerasi mineral yang cepat oleh penebalan tulang trabekula, sehingga
implan diletakkan dalam jangka waktu yang relatif singkat (4 sampai 8 minggu pasca operasi) dan
proses penyembuhannya membutuhkan waktu sekitar setengah dari waktu teknik block graft.
Kerugian dari teknik tersebut, yaitu kemungkinan terjadinya infeksi selama periode perawatan
serta beberapa komplikasi. Komplikasi tersebut diantaranya, kemungkinan terjadinya fraktur pada
segmen yang bergerak, kesulitan dalam penyelesaian osteotomi pada daerah lingual, alat dengan
ukuran panjang yang berlebih, arah distraksi yang tidak tepat, perforasi jaringan mukosa akibat
segmen yang bergerak, penjahitan kembali luka operasi yang terbuka, serta gangguan pembentukan
tulang. Gracia dkk melaporkan bahwa sebagian besar komplikasi dapat dianggap tidak terlalu
berbahaya dan mudah untuk dihindari atau diselesaikan selama operator melakukan prosedur yang
sesuai

 Augmentasi Hidroksiapatit
Hidroksiapatit. Partikel Hydroxy Apatite (HA) yang merupakan suatu bahan biomaterial memiliki
rumus kimia (Hap:Ca 10(PO4)6(OH)2). HA memiliki sifat biokompatibilitas dan bioaktifitas yang baik.
Selain itu, secara kristalografi dan sifat kimia dari HA, HA mendekati struktur yang dimiliki oleh tulang
dan gigi, dan HA dapat terikat secara langsung dengan jaringan dan dapat merangsang tumbuhnya
jaringan.
Hidroxilapatit merupakan suatu bahan alloplastik yang HA yang relatif biokompatibel,
non-biodegradasi, osteokonduktif, dan osteofilik, tetapi non-osteogenik, dan mempunyai partikel
granular yang halus, tersusun secara teratur ataupun tidak. Secara kimiawi, mirip dengan kalsium
fosfat yang menyusun email atau tulang. Insersi bahan ini segera pada tempat bekas pencabutan
menunjukkan hasil klinis dan laboratoris yang baik dalam mempertahankan linggir alveolar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bradley S. M., Haghighat K. Bone augmentation techniques. Journal Periodontol 2007:78:377-8.


2. Dahlan K. Hidroksiapatit. Surabaya: Universitas Airlangga; 2011. Cited 05 April 2016.

Anda mungkin juga menyukai