Bab I Bab Viii Full PDF
Bab I Bab Viii Full PDF
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak dan gas bumi merupakan komponen terbesar selain pajak yang
memberikan sumbangan untuk pendapatan Negara Indonesia. PT Chevron Pacific
Indonesia (CPI) merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia yang melakukan
eksplorasi minyak dan gas bumi. Produksi minyak bumi adalah sektor yang sangat
penting yang menentukan berjalannya perusahaan ini. Untuk memproduksi minyak
diperlukan energi listrik yang akan didistribusikan ke area perkantoran, perumahan
karyawan dan untuk menggerakkan pompa-pompa minyak.
Kemampuan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam memenuhi kebutuhan
energi listrik sangat terbatas sehingga PT CPI membangun sebuah sistem pembangkit
energi listrik sendiri untuk melayani semua beban yang berada pada daerah operasi
PT CPI. Energi listrik tersebut dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan
sendiri oleh PT CPI yang berada pada sebuah departemen yang dinamakan Power
Generation and Transmission (PGT).
Mengingat arti pentingnya energi listrik bagi PT CPI, maka harus diusahakan
agar energi listrik ini dapat tersedia secara terus – menerus dan harus memiliki
kehandalan yang tinggi. Untuk itu maka PT CPI membangun sistem pembangkit
listrik sendiri untuk melayani semua beban yang berada di semua daerah operasinya
yang saat ini sudah memilik jaringan listrik yang terinterkoneksi. Sistem tenaga listrik
yang handal dan efisien merupakan salah satu keharusan apabila PT CPI tidak mau
mengalami kerugian pada proses produksinya, karena terhentinya suplai listrik ke
pompa – pompa minyak dan ke proses – proses produksi lainnya.
Untuk itu dibutuhkan suatu sistem tenaga listrik yang andal (reliable) yang
mampu mencegah kerugian atau production loss yang besar, akibat terhentinya listrik
yang dibutuhkan untuk menggerakkan motor. Dengan proteksi yang baik, gangguan
yang terjadi pada sistem tenaga listrik tidak akan mengganggu sistem tenaga listrik
secara keseluruhan. Sistem transmisi dan distribusi yang baik didukung dengan
SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 1
PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU
Kerja praktek ini dilaksanakan selama satu bulan mulai dari tanggal 15
November 2013- 15 Desember 2013 bertempat di DSC PGT, PT Chevron Pacific
Indonesia distrik Duri.
BAB II
TINJAUAN UMUM PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA
Kegiatan eksplorasi pada tahun-tahun selanjutnya dilakukan oleh Jepang. Hal ini
dapat dilihat dari proses pengeboran yang selesai dilakukan pada saat pendudukan
Jepang atas Indonesia. Perlu diketahui bahwa pengeboran yang dilakukan oleh Jepang
merupakan satu-satunya sumur Wild Cat di Indonesia selama Perang Dunia kedua
yang mempunyai kedalaman 2623 ft (±787 m). Kegiatan Jepang ini tidak berlangsung
lama karena adanya perang kemerdekaan Indonesia hingga tahun 1946.
Setelah Perang Dunia II berakhir, kegiatan eksplorasi dipusatkan untuk
pengembangan lapangan Minas. Pada tahun 1950, pemerintahan RI mulai
mempelajari dan menyusun undang-undang yang mengatur masalah pertambangan.
Berdasarkan undang-undang pertambangan yang telah terbentuk, maka pada bulan
Januari 1951 pemerintah RI memberi izin berdirinya Caltex Pacific Oil Company
(CPOC) untuk melanjutkan kegiatan NPPM. Setelah setahun, kegiatan Caltex
dilanjutkan dengan pengembangan lapangan Minas. Pada tanggal 20 April 1952,
Menteri Perekonomian Sumanang, SH meresmikan selesainya proyek pengembangan
lapangan Minas yang ditandai dengan pengapalan pertama Minas Crude Oil dari
Perawang menuju Pakning di Selat Malaka untuk selanjutnya diekspor ke pasar
dunia. Hasil ekspor tersebut antara lain adalah pengembangan lapangan Duri,
pembangunan jalan, and pemasangan pipa saluran (shipping line) yang mempunyai
garis tengah 60 cm dan 70 cm sepanjang 120 km dari Minas melintasi rawa sampai
ke Dumai, mencakup pula pembangunan stasiun-stasiun pengumpul dan stasiun
pompa pusat di Duri maupun di Dumai serta kompleks perumahan dan perbengkelan
di Duri maupun di Dumai.
Dengan ditemukannya teknologi perminyakan yang canggih, kemungkinan besar
untuk memperpanjang “harapan hidup” industri perminyakan di Indonesia dapat terus
bertahan seperti lading minyak di Duri. Dengan teknologi perminyakan yang canggih
yaitu menggunakan teknologi steam dapat meningkatkan produksi minyak per hari 6
kali dari yang sebelumnya atau dari ±50000 barel per hari menjadi ±300000 barel per
hari. Teknologi ini diterapkan mengingat bahwa kadar kekentalan minyak bumi yang
ada di Duri sangat tinggi dan sulit untuk dipompa keluar. Dengan bantuan injeksi uap
ke dalam tanah akan membantu keluarnya minyak ke permukaan tanah.
Ladang minyak Duri telah memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap
produksi minyak Indonesia yaitu sebesar 8% dan 42% dari seluruh total produksi
minyak PT.CPI. Akan tetapi produksi minyak di Duri mulai mengalami penurunan
pada tahun 1964, yang akan sangat berpengaruh pada “Economic Life Expectacy”
dari perusahaan. Untuk mengatasi masalah tersebut PT CPI menciptakan Proyek
Injeksi Uap di lading minyak Duri, diresmikan Soeharto pada Maret 1991.
Rancangan injeksi uap ini diterapkan secara efektif pada ladang dengan pola yang
bervariasi antara lain “pola tujuh titik” yaitu sumur injeksi untuk enam sumur
produksi atau pola lima titik dan sembilan titik.
Pada tahun 1957 Presiden Sukarno mengeluarkan perintah untuk
menasionalisasikan perusahaan penghasil minyak di Indonesia yang dimiliki oleh
Belanda walaupun perintah Presiden Sukarno itu hanya terbatas pada perusahaan
penghasil minyak Belanda, namun secara tidak langsung keputusan itu mengancam
kedudukan Caltex sebagai salah satu penghasil minyak asing terbesar di Indonesia.
Pada tahun 1960, pemerintah Indonesia memberlakukan Undang-Undang nomor
44 tahun 1960 menegnai pengaturan dana pembagian wilayah kerja CPOC, yaitu
seluruh wilayah konsensi NPPM (Rokan I blok dan Rokan III blok seluas 9.030 km2)
dikembalikan oleh Caltex kepada pemerintah Republik Indonesia, tetapi pelaksanaan
operasi wilayah kerja tetap dikerjakan oleh Caltex.
Pada bulan September 1963, diadakanlah “Perjanjian Karya” yang
ditandatangani oleh Perusahaan Negara dan Perusahaan Asing, termasuk didalamnya
PT CPI dan Pertamina. Perjanjian tersebut menetapkan wilayah kerja PT CPI yaitu
Kangaroo seluas 9.030 km2 . pada tahun 1968, diadakan penambahan luas wilayah
yaitu Minas Tenggara, Libo Tenggara, Libo Barat, dan Sebanga. Dengan adanya
penambahan luas wilayah tersebut, luas wilayah kerja PT CPI seluruhnya menjadi
9.898 km2.
Sumur-sumur yang dibor sejak tahun 1968 menghasilkan banyak temuan baru.
Sampai tahun 1990 pengeboran eksplorasi telah menghasilkan 119 temuan (minyak
atau gas). Temuan utama yang terjadi sejak tahun1989 adalah Lapangan Rintis dan
Jingga di daerah KPS Mountain Front-Kuantan yang menjadi daerah-daerah produksi
baru sekaligus meningkatkan kegiatan eksplorasi di daerah sekitarnya.
Hingga kini, PT CPI telah memiliki lebih dari 70.000 km data seismik, 56.000
km diantaranya dari daerah Riau Daratan. Kegiatan operasi pencarian ladang minyak
baru sudah tidak gencar lagi dilakukan. Kegiatan yang terus dilakukan adalah
meningkatkan produksi minyak dari sumur-sumur produksi yang telah ada (enhanced
oil recovery).
Sementara itu, terus dikembangkan Enhanced Oil Recovery (EOR) yang lain
untuk memungkinkan pengambilan cadangan minyak yang tidak bisa diambil dengan
metode primer serta memperbaiki faktor perolehan selain juga untuk menahan
merosotnya laju produksi lapangan-lapangan yang mulai menua.
Menyusul keberhasilan proyek perintis di 8 Lapangan Duri, pada tahun 1981
dimulai penerapan penyuntikan uap panas di seluruh lapangan Duri. Penyuntikan uap
di area 1 kira-kira seluas 1.157 hektar sejak April 1985, di area 2 seluas 247 hektar
sejak 1986, di area 3 seluas 1457 hektar pada tahun 1987 dan pembangunan sarana
produksi di area 4 dengan luas 1140 hektar. Pada tanggal 3 Maret 1990 diresmikan
proyek injeksi uap terbesar di dunia.
1. Pembangkit Tenaga Listrik di Duri, Central Duri, dan Minas (21 generator turbin
gas berkapasitas 390 MW), serta saluran transmisi dan distribusi listrik sepanjang
1.300 km dengan menggunakan sistam Hotline Maintenance yang
memungkinkan dilakukannya perbaikan pada saluran-saluran listrik tegangan
tinggi tanpa memutuskan aliran listrik. Empat buah dermaga khusus Dumai (dua
diantaranya mampu melayani kapal-kapal tangki berbobot mati 150.000 ton).
2. Komplek tangki penyimpanan dengan kapasitas 58.000 barrel.
3. Dua jalur pipa saluran masing-masing berdiameter 90 cm dan 75 cm pada jalur
Minas-Dumai dan Bangko-Dumai.
4. Saluran Microwave UHF yang menghubungkan ke empat distrik, serta suatu
sistem telepon dan komunikasi radio HF/VHF/UHF untuk seluruh kegiatan
lapangan.
5. Pemanfaatan empat saluran sistem komunikasi satelit domestik palapa untuk
hubungan dengan kantor di Jakarta.
6. Layanan teleks dan elektronik mail antara Dumai-Rumbai-Jakarta dengan
perusahaan pemegang saham dan perusahaan-perusahaan afiliasi di seluruh dunia
melalui Satelit Palapa dan Intelsat.
7. Pada akhir tahun 1968 , PT CPI memasang unit pengolah data elektronik yang
pertama berupa komputer IBM 360 model 30 dengan core capacity 64 Kbytes,
untuk memenuhi tuntutan tersedianya sarana informasi yang akurat dan cepat,
serta adanya sistem pengendalian yang efektif dalam segala segi.
8. Dumai Remote Entry Shipping System (DRESS) merupakan On-Line
Teleprocessing yang pertama diterapkan PT CPI untuk mengelola pengisian dan
pemompaan tangki penyimpanan dan mengatur kapal tangki di Dumai, serta
menyusun, membuat dan menghasilkan dokumen teleprocessing untuk Crude
Movement, Storage and Shipping.
9. Jaringan komputer yang terdiri dari Micro Vax, IBM AS400, servers dan
Workstations. Juga didukung 4500 PC serta WAN/LAN yang dipunyai hampir
setiap kantor yang berada di semua daerah operasi.
10. Saat ini sistem komputer dan jaringan Global Information Link dengan hardware
Pentium IV dan perangkat lunak berbasis Windows XP Professional saat ini
menjadi perangkat komputer standar yang bisa menghubungkan informasi secara
langsung dengan semua komputer perusahaan di bawah Chevron Corporation di
seluruh dunia. Beberapa aplikasi khusus menggunakan Linux dan UNIX.
11. Jaringan fiber optic sepanjang 600 km yang menghubungkan seluruh lapangan-
lapangan PT CPI.
4. Memelihara lingkungan yang sehat dan aman bagi karyawan, kontraktor dan
keluarganya.
5. Menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pengembangan masyarakat.
6. Menjadikan peningkatan mutu yang berkesinambungan sebagai falsafah hidup.
Dengan manajemen sistem SBU ini, otonomi tiap unit menjadi semakin besar
(desentralisasi) sehingga diharapkan efektifitas. Dan efisiensi perusahaan dengan
semboyan “Our Journey to World Class Company” ini semakin tinggi.
Rumbai SBU, dengan wilayah operasi meliputi area Petapahan, Zamrud, Libo
dan Pedada.
Minas SBU, merupakan daerah lapangan minyak yang memiliki kadar
Tunjangan khusus yang besarnya sesuai dengan daerah kerja dan golongan
pekerja. Sifat tunjangan khusus ini adalah bukan merupakan unsur upah pokok.
Tunjangan khusus Batam, diberikan apabila pekerja dipindahkan secara
permanen ke dan bertempat tinggal di Pulau Batam. Sifat tunjangan ini bukan
merupakan unsur dari upah pokok dan besarnya adalah 70% dari upah pokok.
Fasilitas angkutan/kendaraan dari perusahaan yang dipergunakan untuk pergi
dan pulang dari kantor ke tempat tinggal mereka.
Bantuan pengganti biaya angkutan kecuali pekerja yang memperoleh fasilitas
angkutan/kendaraan dari perusahaan.
Pengangkutan untuk bertemu keluarga bagi pekerja yang tinggal di dalam status
lajang di tempat kerja yang baru.
Bantuan pendidikan bagi anak pekerja, berupa beasiswa anak pekerja di Sekolah
Menengah Umum dan Perguruan Tinggi.
Kegiatan produksi di PT CPI mempunyai resiko yang cukup tinggi.
Kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah besar. Untuk itu diperlukan kesadaran
dan usaha preventif terhadap kemungkinan bahaya yang datang setiap saat. PT CPI
menekankan hal ini pada setiap karyawannya untuk selalu mementingkan
keselamatan kerja (First Safety). Program yang diterapkan oleh PT CPI adalah
dengan pelaksanaan program “Safety”. Pada intinya program ini diarahkan pada tiga
sasaran, yaitu human, equipment dan procedure. Ketiga elemen tersebut mempunyai
peranan yang sama pentingnya dalam menciptakan suasana kerja yang selamat.
1. Penyediaan Air
2. Pengelolaan Sampah
Sampah yang berasal dari pekerjaan bangunan akan dibakar. Sampah dari
laboratorium akan diproses sehingga tidak membahaya-kan. Sampah yang
berasal dari bahan beracun (B3) akan dikirim ke Balai Pengolahan di Bogor
untuk diolah lebih lanjut. Limbah yang berasal dari kotoran manusia akan
dimasukkan ke-septic tank yang terdapat di perumahan.
4. Pest Control
Pest control adalah pengendalian terhadap hewan penyebar penyakit dan
hewan pengganggu. HES menyediakan pekerja untuk membasmi hewan-
hewan tersebut bila diminta oleh penghuni camp. dan melakukan
pembasmian berkala terhadap penyakit malaria dan demam berdarah.
BAB III
DEPARTEMEN POWER GENERATION AND TRANSMISSION
Minas Gas Turbin (MGT) sebanyak 11 unit gas turbin dengan daya 232 MW.
Tapi sekarang hanya mensuplai sekitar 100 MW, maksimum.
Central Duri Gas Turbin (CGT) sebanyak 5 unit gas turbin dengan daya 145
MW. Tapi sekarang hanya mensuplai sekitar 105 MW, maksimum.
North Duri (COGEN) sebanyak 3 unit gas turbin dengan daya 300 MW
Keseluruhan daya yang dibangkitkan oleh generator-generator di tiga titik
pusat pembangkit itu mencapai 475 MW. Daya yang dipakai oleh keseluruhan beban
saat ini sekitar 460-470 MW. Sedangkan dalam penyaluran daya listriknya, saluran
pada PT CPI terbagi atas:
PINANG
DURI
PROJECT
ND = North Duri
P
230 KV Switchyard G
BANGKO &
ND-CD 115 kV Tie Line T
SINTONG BATANG
115 KV
ND P
Subs. 230 KV TRANSMISSION r
CENTRAL SYSTEM o
DURI
Rental POWER j
GT at ROKAN PEMATANG MAIN PLANT e
Kerang c
115 KV
DURI POWER t
MENGGALA STATION 230 KV
SO. BEKASAP s
BEKASAP KBJ
S
PUNGUT KBJ 230/115 kV c
KB 115 KV 115 KV switchyard o
J p
LIBO EXISTING NEW
e
SURAM 4
PETAPAHAN KOTABATAK 3D
B
Keterangan : TEMP. 5B
: Dioperasikan dan dimiliki oleh Caltex. KOTABATAK
: Tidak beroperasi lagi. 4D
6D
6DN PUSAKA PEDADA
TO BERUK /
ZAMRUD
fffl;fdjgo;fdjgl;
dfkg;l(op(op BERUK
M INAS POWER erated by ZAMRUD
PLANT 8C 8D CPI)
Dalam struktur organisasi perusahaan, PGT termasuk salah satu departemen yang
bernaung dibawah Support Operation SBU. Sejalan dengan misi yang digariskannya,
PGT memiliki misi sebagai berikut :
1. MGR Operation
2. REM
3. Bus Sup
Dalam rangka menjalankan tugasnya, tim ini dibagi lagi menjadi beberapa
unit yaitu:
Kegiatan unit rekayasa sistem ini antara lain menganalisa segala gangguan
yang mungkin terjadi di areanya masing-masing dan mengusahakan perlindungan
secara maksimal. Secara keseluruhan, tugas PSO adalah:
PSG merupakan salah satu tim yang berada di bawah PGT yang memiliki
tugas utama untuk menangani pembangkitan energi listrik untuk keperluan PT CPI.
Di samping itu, PSG juga bertanggung jawab untuk memelihara dan mengoperasikan
sistem pembangkit gas turbin pada keempat PTTG.
Tim PSG dikepalai oleh seorang Manager . PSG memiliki tim-tim yang
mempunyai tugas masing-masing antara lain:
3.2.2 REM
Tim GMT terdiri dari beberapa tim yaitu Technical Support Duri &Minas,
Support Shop, Maintenance execution dan Material and Spare Parts. Tugas tim
tersebut adalah:
Mengadakan pemeriksaan terhadap turbin gas
Mengganti dan memperbaiki bagian turbin gas yang rusak
Melakukan pengetesan sistem kontrol dan perbaikan seperlunya.
Menangani pembelian spare part yang dibutuhkan
BAB IV
SISTEM KELISTRIKAN PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA
serta melimpah sebagai hasil sampingan selain minyak bumi. Selain itu, waktu start
yang dibutuhkan turbin gas lebih cepat yaitu kurang dari 15 menit dibandingkan
turbin uap yang membutuhkan waktu berjam-jam karena harus memanaskan air
dalam boiler terlebih dahulu.
Pada saat ini, kebutuhan tenaga listrik PT Chevron Pacific Indonesia diperoleh
melalui empat unit power plant, yaitu :
1. Minas Gas Turbin (MGT) sebanyak 11 unit turbin gas dengan daya 229 MW.
2. Central Duri Gas Turbin (CGT) sebanyak 5 unit turbin gas dengan daya 100
MW.
3. Duri Gas Turbin (DGT) sebanyak 1 unit turbin gas dengan daya 20 MW.
4. North Duri sebanyak 3 unit turbin gas dengan daya masing – masing 100 MW
sehingga total semuanya adalah 300 MW.
Keseluruhan daya yang diperoleh dari ketiga generator-generator pembangkit itu
mencapai 649 MW. Daya keseluruhan beban yang dipakai saat ini mencapai 440
MW. Pada daerah operasi North Duri, tegangan yang dibangkitkan oleh generator
sebesar 13.8 kV. Tegangan keluaran yang dihasilkan oleh generator ini akan
dinaikkan terlebih dahulu menggunakan trafo step up yang berada di wilayah
pembangkit. Tujuan dari penaikkan tegangan ini adalah untuk memperkecil nilai arus
sehingga memperkecil nilai rugi-rugi (losses) P = I2R. Dengan arus yang kecil
mengakibatkan luas penampang pada konduktor yang digunakan juga menjadi kecil
dan lebih ekonomis. Di samping itu, dengan menaikkan besar tegangan juga akan
memperkecil voltage drop yang terjadi. Namun untuk mengatasi hal-hal tersebut,
pada gardu induk dilengkapi dengan voltage regulator untuk menjaga besarnya
tegangan agar tetap stabil.
Besarnya nilai tegangan yang dinaikkan oleh trafo step up adalah 230 kV. Pada
substation, tegangan 230 kV ini dibagi lagi sesuai dengan kebutuhan dan jarak
transmisi, seperti diturunkan menjadi 115 kV, 44 kV, dan 13.8 kV. Tegangan
transmisi yang digunakan adalah 230 kV, 115 kV, dan 44 kV. Tegangan 230 kV
ditransmisikan ke gardu induk lainnya yang letaknya sangat jauh, tegangan 115 kV
SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 32
PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU
sebagian kipas angin yang berputar. Apabila suhu trafo sudah meningkat
maka kipas angin yang lainnya akan berputar secara bertahap.
OFAF (Oil Force Oil Force)
Sistem ini menggunakan sirkulasi minyak yang digerakkan oleh kekuatan
pompa sedangkan sirkulasi udara menggunakan kipas angin.
Selain itu, pada trafo daya terdapat Tap Changer Trafo (Perubahan Tap) yang
merupakan alat perubah pembanding transformasi untuk mendapatkan tegangan
operasi sekunder yang sesuai dengan tegangan sekunder yang diinginkan dari
tegangan primer yang berubah-ubah. Untuk Tap Changer yang hanya dapat
dioperasikan pada keadaan trafo tidak bertegangan disebut dengan “Off Load Tap
Changer”.
4.2.1.2 Voltage Regulator
Voltage regulator merupakan suatu peralatan tenaga listrik yang digunakan
untuk menjaga kestabilan tegangan sesuai dengan tingkat tengangan yang ditentukan.
Tegangan yang tidak stabil ini diakibatkan oleh adanya penurunan tegangan dari
pembangkit ke gardu induk transmisi akibat dari losses yang dihasilkan sepanjang
kawat penghantar. Di samping itu, kenaikan tegangan juga dapat terjadi akibat
lepasnya beban. Tentunya hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan atau
pada benda lainnya.
Di North Duri Substation terdapat dua jenis voltage regulator yaitu voltage
regulator yang konstruksinya menyatu dengan 230 / 115 kV dan voltage regulator
seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.4.
4.2.1.3 Coupling Capacitor and Potential Device (CCPD)
CCPD adalah alat penurunan tegangan yang digunakan untuk mengukur
tegangan tinggi 230 kV dan 115 kV. Prinsip kerja dari CCPD ini adalah membagi
tegangan dari kapasitor.
(a) (b)
Gambar 4.8 (a) Gas Circuit Breaker, (b) Vacuum Circuit Breaker
4.2.1.6 Switch
Switch adalah alat yang digunakan untuk mengisolasi atau memisahkan
peralatan dari sistem yang masih bertegangan, mem-bypass peralatan serta
mentanahkan (grounding) peralatan. Alat ini berperan penting terutama dalam hala
perawatan peralatan sistem tenaga listrik seperti perawatan circuit breaker. Adapun
jenis-jenis switch yang dipakai pada substation antara lain :
Line Switch
Line Switch berfungsi untuk mengisolasi suatu cabang saluran transmisi atau
distribusi dari feeder utama.
Line Switch ini terhubung secara langsung dengan ground switch. Ketika line
switch on, maka ground switch off.
Ground Switch
Ground Switch berfungsi untuk mentanahkan peralatan listrik yang terhubung
secara langsung dengan line switch.
Fuse adalah peralatan pemutus aliran listrik yang bekerja dengan sistem
thermal (berkaitan dengan panas), yaitu apabila komponen fuse yang bernama fuse
link dilewati oleh arus yang besar, maka fuse akan melebur atau putus sehingga aliran
listrik akan terputus pula.
relay, dan sebagainya. Apabila terdapat gangguan maka keputusan untuk mengatasi
permasalahan berasal dari ruangan ini (ON / OFF). Pada ruangan ini terdapat Remote
Terminal Unit (RTU) yang digunakan untuk mengumpulkan informasi peralatan
lapangan kepada sistem DSC.
(a) (b)
Di dalam ruangan ini terdapat juga ruang pencatu daya tegangan DC yang
disimpan dalam baterai. Tegangan DC yang tersimpan akan digunakan sebagai
cadangan listrik misalnya jika tegangan sistem yang menyuplai ruang kontrol untuk
panel-panel listrik dan relai yang mati.
(a) (b)
Gambar 4.15 Ground Resistor
Di samping itu, jarak antara tiang bergantung dari besarnya tegangan dan
kondisi medan yang dilalui oleh jaringan tersebut, yaitu :
100 m – 150 m untuk jaringan 13.8 kV
175 m – 200 m untuk jaringan 44 kV
≥ 400 m untuk jaringan 115 kV
≥ 500 m untuk jaringan 230 Kv
4.2.3 Konduktor
4.2.4 Isolator
lain). Tegangan distribusi sekunder yang dihasilkan tergantung dari kebutuhan dan
kepentingan.
4.2.6 Recloser
(a) (b)
Gambar 4.18 Recloser (a) di tiang distribusi, (b) proteksi arus lebih phase to ground
Metode pengendalian jarak jauh (remote control) adalah suatu alat yang
memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk menjalankan suatu benda, sistem
ataupun instrumen dengan mengadakan perubahan-perubahan yang dikehendaki
tanpa menyentuh peralatan atau benda secara langsung. Contohnya : remote televisi,
remote kunci mobil dan lain-lain.
DSC merupakan sistem pengontrollan (controlling) dan pengawasan
(monitoring) jaringan listrik pada remote area dan pengambilan data-data parameter
jaringan yang terpusat. Daerah instalasi jaringan yang luas memerlukan suatu kontrol
dan koordinasi yang baik agar semua peralatan yang terdapat dalam sistem dapat
bekerja simultan dan memuaskan. Sistem kontrol ini diperlukan agar kinerja sistem
dapat dipantau dari jarak jauh dan dapat meminimalisir gangguan yang terjadi. Sistem
sistem software tertentu, operator dapat mengetahui berapa daya yang dipakai, arus di
suatu feeder, frekuensi sistem, dan operasi Circuit Breaker di seluruh lokasi.
Di Master Station ini terdapat mimic board atau papan status yang berfungsi
untuk memperlihatkan secara keseluruhan sistem interkoneksi listrik di PT Chevron
Pacific Indonesia serta dilengkapi dengan lampu-lampu indikator. Apabila CB
bekerja dengan baik maka lampu indikator akan berwarna merah sedangkan apabila
CB dalam kondisi terbuka, lampu indikator akan menjadi hijau dan juka CB
dinonaktifkan dalam selang waktu tertentu, maka lampu indikator tidak menyala.
Penandaan lampu indikator berkedip-kedip menandakan terjadi distorsi pengiriman
sinyal dari sistem di lapangan ke Master Station.
Dari Master Station, peralatan dapat dikontrol secara otomatis. Apabila terjadi
gangguan, operator di master station akan menghubungi patroli atau petugas yang
terdekat dengan lokasi untuk memeriksa keadaan. Rekomendasi dari petugas akan
menjadi bahan acuan bagi operator dalam mengambil keputusan. Pengiriman data
atau perintah dari master station dilakukan dengan menggunakan jaringan
komunikasi fiber optic yang telah menggantikan peran microwave yang memiliki
kendala lebih rumit. Kabel-kabel fiber optic ini ditumpangkan pada tiang transmisi
daya listrik.
Keuntungan penggunaan sistem DSC di PT Chevron Pacific Indonesia adalah
jika terjadi penurunan beban (load draft) pada feeder yang tidak bisa dipantau di
power plant, sumur-sumur (wells) mati pada feeder lebih cepat diketahui dan
diperbaiki. Sedangkan keuntungan lainnya adalah jika CB di substation terletak jauh
dari lokasi terbuka, apabila tidak dapat menutup sendiri secara otomatis apabila
terjadi gangguan, maka dengan adanya DSC sistem, informasi tersebut dapat
diketahui dan diinformasikan kepada teknisi yang bersangkutan.
BAB V
SISTEM PROTEKSI
Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dilakukan kepada
peralatan-peralatan listrik yang terpasang pada suatu sistem tenaga misanya
generator, transformator jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi
sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain : hubung singkat,
tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain lain.
Jenis – jenis gangguan yang biasanya terjadi pada sistem tenaga listrik antara
lain :
Gangguan petir
Gangguan gangguan tersebut ada yang bersifat sementara atau temporer dan
ada yang bersifat permanen. Yang dimaksud dengan gangguan temporer adalah
gangguan yang setelah gangguan itu hilang tidak terjadi kerusakan pada peralatan
yang terganggu. Sedangkan, gangguan permanen disebabkan setelah hilangnya
gangguan tersebut masih terdapat kerusakan pada peralatan sehingga perlu perbaikan.
Koordinasi antara relay dan circuit breaker (CB) dalam mengamati dan
memutuskan gangguan disebut sebagai sistem proteksi. Banyak hal yang harus
dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja maksimum yang aman. Jika arus
kerja bertambah melampaui batasaman yang ditentukan dan tidak ada proteksi atau
jika proteksi tidak memadai atau tidak efektif, maka keadaan tidak normal dan akan
mengakibatkan kerusakan isolasi. Pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan
rugi-rugi daya pada konduktor akan berkelebihan pula. Perlu diingat bahwa pengaruh
pemanasan adalah sebanding dengan kwadrat dari arus :
H = 12 Rt Joules
Dimana :
1. Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara terus
menerus tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak
menyebabkan peralatan bekerja
3. Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup lama
sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar.
4. Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh arus
gangguan yang dapat terjadi.
cepat untuk membuka rangkaian sebelum arus dapat mencapai harga yang dapat
merusak akibat overheating, arcing atau ketegangan mekanik.
Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan sistem dalam
mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja.
b). Stabilitas
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin
besar kerusakan peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya membuka
bagian-bagian yang terganggu sebelum generator-generator yang dihubungkan
sinkron kehilangan sinkronisasi dengan sistem selebihnya. Waktu pembebasan
gangguan yang tipikal dalam sistem - sistem tegangan tinggi adalah 140 ms. Dimana
waktu ini hendak dipersingkat menjadi 80 ms sehingga memerlukan relay dengan
kecepatan yang sangat tinggi (very high speed relaying).
Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat dinyatakan
dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau sebagai presentase dari
arus sekunder (trafo arus).
Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh
karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja persyaratan
keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam sistem-sistem transmisi justru aspek teknis
yang penting. Proteksi relatif mahal, namun demikian pula sistem atau peralatan yang
dilindungi dan jaminan terhadap kelangsungan peralatan sistem adalah vital.
Biasanya digunakan dua sistem proteksi yang terpisah, yaitu proteksi primer atau
proteksi utama dan proteksi pendukung (back up).
Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak
bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).
g) Proteksi Pendukung
back up (yang dinamakan remote back up) akan memberikan perlindungan karena
berlapis dengan zona-zona utama seperti pada gambar berikut ini.
Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak seluas dalam sistem
tansmisi, cukup jika hanya mencakup titik-titik strategis saja. Remote back up
bereaksi lambat dan biasanya memutus lebih banyak dari yang diperlukan untuk
mengeluarkan bagian yang terganggu.
sama dengan proteksi utamanya. Sedangkan remote back up terletak di tempat yang
berbeda dan sepenuhnya terpisag dari proteksi utamanya.
arus setting-nya (>Iset), relay arus lebih akan memberi perintah kepada circuit breaker
(CB) untuk membuka (trip).
Rele arus lebih digunakan untuk memproteksi saluran dari gangguan hubung
singkat antar fase (over current relay ) dan gangguan hubung singkat antar fase
dengan tanah (ground fault relay), baik sebagai proteksi utama maupun sebagai
proteksi cadangan. Proteksi dengan menggunakan rele arus lebih memiliki beberapa
keuntungan, yaitu antara lain :
Pengamannya sederhana
Dapat digunakan sebagai proteksi utama dan proteksi cadangan
Harganya relatif murah
Berdasarkan karakteristik waktu kerja, rele arus lebih dapat dibagi menjadi:
5.2.1.1 Rele Arus Lebih Waktu Seketika ( Instanstaneous Over Current Relay)
Merupakan rele yang langsung bekerja seketika tanpa tundaan waktu (time delay)
ketika arus yang mengalir melebihi nilai setting-nya( Iset). Jangka waktu kerja rele ini
mulai pick up sampai selesainya kerja rele sangat singkat (20-40 ms). Kerja dari rele
ini tidak tergantung dari arus yang menggerakkannya atau arus gangguan. Rele ini
jarang dipasang sendiri, tetapi umumnya dikombinasikan dengan rele arus lebih
dengan karakteristik waktu tertentu (definite time) atau dengan waktu terbalik
(inverse time).
5.2.1.2 Rele Arus Lebih Waktu Tunda ( Time Delay Over Current Relay )
Rele ini dibedakan menjadi dua, yaitu :
Rele Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time Over Current Relay)
Rele ini memberikan perintah kepada circuit breaker (CB) pada saat terjadi gangguan
hubung singkat bila besar arus gangguannya melebihi settingnya (Iset) dan jangka
waktu tertentu yang tidak tergantung pada besarnya arus yang mengerjakan rele atau
arus gangguan. Waktu kerja dapat di – set pada suatu harga tertentu untuk harga arus
yang sama dan lebih besar dari nilai pick up-nya sehingga waktu kerja rele dapat
diatur sesuai dengan kebutuhan koordinasi.
Gambar 5.2 Karakteristik Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time Relay)
Rele Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Time Over Current Relay)
Rele ini memberikan perintah kepada circuit breaker (CB) pada saat terjadi gangguan
bila besar arus gangguannya melebihi nilai setting-nya (Iset) dan jangka waktu kerja
rele dari pick up sampai dengan selesainya kerja rele tergantung dari besarnya arus
yang melewati kumparan rele, yaitu berbanding terbalik dengan besar arus
gangguannya. Dapat dikatakan bahwa rele arus lebih waktu terbalik memiliki waktu
kerja yang semakin sengkat untuk arus gangguan yang semakin besar dan waktu kerja
yang semakin lama untuk arus gangguan yang semakin kecil.
Rele arus lebih waktu terbalik ini dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu :
1. Inverse
2. very Inverse
3. extremely Inverse
4. Long Inverse
Gambar 5.3 Karakteistik Relay Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Relay)
Pada rele arus lebih, terdapat dua jenis pengaman yang berbeda, yaitu diantaranya :
1. Pengaman hubung singkat fasa
Rele yang mendeteksi adanya arus fasa. Rele ini disebut juga dengan rele fasa
karena rele ini dialiri arus fasa dengan setting arusnya (I set) harus lebih besar dari arus
beban maksimum. Ditetapkan Iset = 1,2 x ln (In = arus nominal peralatan terlemah).
2. Pengaman hubung tanah
Arus gangguan satu fasa ketanah ada kemungkinan lebih kecil daripada arus
bebannya. Hal ini disebabkan karena gangguan tanahnya melalui impedansi
gangguan yang masih cukup tinggi sehingga pentanahan netral sistemnya melalui
impedansi yang tinggi atau bahkan tidak diketanahkan. Jika demikian, rele pengaman
hubung singkat (rele fasa) tidak dapat mendeteksi gangguan tanah tersebut. Agar rele
sensitif terhadap gangguan tersebut dan tidak salah kerja oleh arus beban, maka rele
dipasang tidak pada kawat.fasa, melainkan kawat netral pada sekunder CT sehingga
rele ini dialiri oleh arus netralnya. Arus netral merupakan jumlah dari arus ketiga
fasanya (berdasarkan komponen simetris). Sedangkan, arus urutan nol pada rangkaian
primernya baru akan dapat mengalir jika ada jalur kembali melalui kawat netral
melewati tanah.
5.2.3 Recloser
Recloser adalah switch otomatis yang membuka kerena adanya gangguan
pada jaringan dan dapat menutup kembali. Pada prinsipnya fungsi recloser sama
dengan sebuah circuit breaker, yakni memutuskan jaringan jika terjadi gangguan.
Di PT Chevron Facific Indonesia, recloser ini diset tiga kali untuk melayani
pompa – pompa minyak dan untuk perumahan atau perkantoran hanya di set sekali
saja. Jika terjadi gangguan, maka recloser ini akan bekerja sesuai settingnya.
Misalnya untuk recloser yang disetting tiga kali trip, maka jika terjadi gangguan
recloser tersebut akan membuka selama waktu yang ditentukan, lalu, menutup
kembali. Jika gangguan masih ada, recloser akan membuka lagi kemudia menutup.
Demikian seterusnya sampai tiga kali. Dan bila sudah dicapai setting terakhir, maka
recloser akan lock out. Artinya recloser akan terus membuka, dan harus diset lagi.
Pengaturan feeder back up relay harus termasuk dalam koordinasi ini (selain
proteksi utama feeder).
Damage curve (kurva kerusakan) dari transformator dan kawat konduktor
harus berada di atas peralatan proteksi hilir (downstream protection).
Over current relay mampu mengakomodasi inrush current dari transformator
dan motor.
Proteksi arus lebih pada transformator merupakan proteksi cadangan untuk
feeder.
Margin (jeda) antar setiap peralatan proteksi harus 0,2 detik (untuk recloser
mikroproseesor berbasis rele) atau 0,3 detik (untuk rele elektromekanik).
Pengaturan feeder back up relay harus termasuk dalam koordinasi ini (selain
proteksi utama feeder).
Damage curve (kurva kerusakan) dari transformator dan kawat konduktor
harus berada di atas peralatan proteksi hilir (downstream protection).
f. Jika pekerjaan yang dilakukan di Jalur Distribusi, sistem GFPC harus diblokir
untuk perjalanan (tidak untuk membuka). Feeder pemutus harus diblokir atau HLT
juga.
BAB VI
KOORDINASI SISTEM PROTEKSI SALURAN DISTRIBUSI FEEDER 9
CENTRAL DURI
6.1 One Line Diagram Substation Dan Saluran Distribusi Central Duri
Berikut rancangan one line diagram substation dan jaringan distribusi Central Duri.
Untuk power grid dari tabel data short circuit analysis (4 cycle) dalam kondisi
normal yang mewakili Central Duri substation, diinput short circuit rating yang
diperoleh dengan menggunakan one line diagram PT Chevron Pacific Indonesia pada
ETAP.
Dalam menentukan pick up untuk over current relay pada power transformer,
digunakan arus beban maksimum (FLA) pada kumparan primer untuk rele 115 kv tx
dan pada kumparan sekunder untuk rele 13,8 Kv tx. Pick up merupakan kondisi
dimana rele mulai mendeteksi adanya arus gangguan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan
bahwa rele power transformer akan mulai mendeteksi gangguan hubung singkat saat
telah mencapai arus beban maksimumnya.
Pick Up Recloser
Hal yang terpenting adalah pick up untuk recloser harus lebih kecil daripada
feeder karena dalam saluran distribusi semakin ke bawah, maka arus short circuit
juga semakin kecil sehingga pick up recloser yang terletak dibawah feeder pun harus
rendah agar dapat mendeteksi arus short circuit tersebut. Pada saluran distribusi
Central Duri, terdapat 4 recloser yang masing masing arus setting-nya yaitu: 560
Ampere, 560 Ampere, 400 Ampere dan 400 Ampere.
Setting – setting lainnya (current transformator, CB, dll) disesuaikan dengan referensi
data kurva TCC untuk feeder 9 Central Duri substation yang telah diberikan berikut
ini.
Gambar 6.5 Kurva TCC Feeder 9 Central Duri substation PT Chevron Pacific
Indonesia
SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 71
PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU
ke semua bus, kemudian menggunakan short circuit analysis (1.5 – 4 cycle) yang
umumnya cocok digunakan pada proteksi sistem tenaga listrik.
Berikut akan ditampilkan one line diagram Central Duri substation dengan fault
insertion 3 phasa pada feeder 9
Adapun simulasi urutan kerja sistem proteksi pada substation feeder 9 (menggunakan
software ETAP 7.5.0)
Gambar 6.10 Simulasi urutan kerja sistem proteksi pada gardu induk dan feeder 9
saat terjadi gangguan di LN_CD92
Dari hasil dari simulasi program ETAP, pada saat f60 bekerja, T1(ms) yang
dibutuhkan yaitu 860 ms. Berikut adalah perhitungan manual dengan menggunakan
mc. Excel
BAB VII
KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan
Sistem proteksi pada ketenaga listrikan sangat penting untu meminimalisir
gangguan yang mungkin terjadi dengan menggunakan berbagai macam alat
proteksi.
Sistem proteksi feeder distribusi menggunakan peralatan proteksi antara lain :
over current relay, recloser dan circuit breaker.
Over current relay adalah relay yang bekerja bila arus yang mengalir melebihi
nilai setting-nya (Iset).
Recloser merupakan peralatan proteksi yang prinsip kerjanya beroperasi
sebanyak tiga kali dan kemudian lock out dengan waktu tunda pada tiap
reclose sekitar 15 detik.
Pick up over current rele harus lebih kecil dari short circuit level.
ETAP sangat membantu untuk mengetahui berapa arus gangguan hubung
singkat pada suatu substation dengan cepat.
7.2 Saran
Sebaiknya dilakukan update data sistem kelistrikan secara teratur pada masing
– masing substation PT Chevron Pacific Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Lesmana, Rio dkk.,Protection White Book, Power Generation & Transmission Chevron
Pacific Indonesia, Indonesia, 2011