Anda di halaman 1dari 10

PETA MORFOLOGI DAN MORFOGENESA

DAERAH GAMBARSARI DAN SEKITARNYA

DISUSUN OLEH :

NAMA : LISMA DIANA

NIM : 03071181722046

LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK DAN PETROLOGI

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019

II-1
HALAMAN PENGESAHAN

ACARA : PETA TOPOGRAFI DAERAH GAMBARSARI DAN


SEKITARNYA

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019

PENYUSUN

LISMA DIANA

03071181722046

Indralaya, 1 Februari 2019

Praktikan Asisten Pembimbing

LISMA DIANA ANGGIE V. UTAMI

03071181722046 03071381621050

II-1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I MORFOLOGI .............................................................................................. I-1

1.1 MORFOGRAFI ................................................................................................... I-1

1.2 MORFOMETRI ................................................................................................... I-1

BAB II MORFOGENESA ...................................................................................... II-1

2.1 MORFOSTRUKTUR AKTIF ............................................................................. II-1

2.2 MORFOSTRUKTUR PASIF .............................................................................. II-1

2.3 MORFODINAMIK.............................................................................................. II-2

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................ III-1

3.1 INTERPRETASI PETA....................................................................................... III-1

3.2 INTERPRETASI SAYATAN ............................................................................. IIII-1

BAB IV KESIMPULAN .......................................................................................... III-3

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. iv

II-1
BAB 1

MORFOLOGI

Geomorfologi merupakan studi yang mempelajari bentuklahan dan proses yang


mempengaruhinya serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuklahan dan proses-
proses itu dalam susunan keruangan (Verstappen,1983). Sedangkan morfologi adalah
kenampakan medan yang dibentuk oleh proses-proses alam dan mempunyai komposisi
serangkaian, karateristik fisik dan visual tertentu di manapun bentuklahan ditemui (Way,
1973 dalam Van Zuidam, 1979). Bentuklahan mengalami proses perubahan secara dinamis
selama proses geomorfologi bekerja pada bentuklahan tersebut. Morfologi terdiri dari dua
aspek, antara lain :

1.1 MORFOGRAFI
Morfografi adalah aspek yang bersifat pemberian suatu daerah seperti : kemiringan
lereng, panjang lereng, bentuk lereng, ketinggian tempat, beda tinggi, kekasaran medan,
tingkat pengikisan dan pola aliran (Karmono Mangunsukarjo, 1984).
Aspek Morfografi ini merupakan aspek geomorfologi yang deskriptif pada suatu area.
Sehingga suatu daerah dapat dideskripsikan atau dapat dinilai sesuai kualitas daerah. Contoh
dari morfografi yaitu dataran, perbukitan, pegunungan dan plateau.

1.2 MORFOMETRI

Morfometri adalah aspek kuantitatif terhadap bentuk lahan, sebagai aspek pendukung
morfografi dan morfogenetik, sehingga klasifikasi semakin tegas dengan angka-angka yang
jelas. Contoh dari morfometri dari suatu daerah seperti kemiringan lereng, panjang lereng,
bentuk lereng, ketinggian tempat, beda tinggi, kekasaran medan,tingkat pengikisan.

II-1
BAB II

MORFOGENESA

Morfogenesa merupakan asal mula bentuk lahan dan perkembangannya dan proses-
proses pembentukan dan sebab terjadinya suatu morfologi. Morfogenesa terbentuk dari
berbagai maacam proses struktur, yaitu morfostruktur aktif, morfostruktur pasif, dan
morfostruktur dinamik. Setiap proses struktur tersebut memberikan hasil bentukan lahan yang
berbeda dan memiliki karakteristiknya sendiri.

2.1 MORFOSTRUKTUR AKTIF

Morfostruktur aktif berkaitan degan terbentuknya bentukan lahan yang berkaitan dengan
gaya dari dalam bumi (endogen). Di mana proses endogen yang di dalamnya termasuk
proses vulkanisme, lipatan dan sesar tektonik, gunungapi, punggungan antiklin dan gawir
sesar seperti pada gambar 1 . Ada beberapa karakteristik dari morfostruktur aktif, antara lain :
a. Bentukan lahan yang khas menunjukkan struktur tertentu, seperti lapisan batuan
dengan struktur horizontal, miring, dan terlipat (antiklin dan sinklin), patahan,
maupun adanya intrusi.
b. Bentukan struktur akan menunjukkan bentukan yang khas

Gambar 1. Morfostruktur Aktif

2.2 MORFOSTRUKTUR PASIF

Morfostruktur pasif yaitu jenis batuan dan struktur batuan yang dihubungkan dengan
proses denudasi (Cuesta,Hogback, dan Dome) dapat dilihat pada gambar 2.. Bentuk lahan
yang berkaitan dengan resistensi batuan atau adanya daya tahan batuan terhadap proses
pelapukan dan denudasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Batuan yang lebih kasar akan lebih resisten terhadap batuan berbutir halus
II-1
b. Derah perbukitan akan lebih resisten daripada daerah dataran.

Gambar 2. Morfostruktur Pasif

2.3 MORFODINAMIK

Bentuk lahan berkaitan dengan dinamika proses eksogen yang dihubungkan dengan
pengaruh angin, air dan es dan material sisa, seperti gumuk, teras sungai, punggungan
pantai. Contoh dari morfodinamik dapat dilihat pada gambar 5. Beberapa penciri
morfodinamik yaitu :
a. Proses air, fluvial, es, gerakan massa, dan gunung api relative cepat sehingga dapat
mengubab bentuk permukaan bumi serta mengubah topografi dari yang sudah ada
sebelumnya.
b. Bentuk lahan yang diperhatikan dalam asper morfodinamik adalah bentuk lahan yang
berasosiasi dengan air, fluvial, es, dan gerakan massa dan gunung api.

II-1
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 INTERPRETASI PETA

Pada peta morfologi dan morfogenesa Daerah Gambarsari dan sekitarnya memiliki skala
1 : 12.500. Peta ini meliputi daerah Gambarsari, Tambaknegara, Tumiyang, Mandirancan,
Kebasen, dan Kalisalak. Kontur yang terlihat pada peta bervariasi mulai dari 50 hingga 400
meter. Kontur-kontur tersebut menunjukkan pada daerah-daerah pada peta terdiri dari dataran
rendah hingga dataran tinggi.

Menurut klasifikasi rentang elevasi Widyaatmanti (2016), kontur dengan elevasi kurang
dari 50 meter (<50) termasuk dalam daerah dataran rendah dengan disimbolkan sebagai P1
berwarna hijau tua pada peta. Morfologinya datar dengan kemiringan 0-3 %. Sedangan
kontur dengan elevasi 50 – 200 meter masuk dalam kategori daerah perbukitan rendah
dengan disimbolkan sebagai P2 berwarna hijau sedang. Morfologi perbukitan pada kontur ini
bergelombanng kuat, kemiringan lereng landau – agak curam dengan persentase 3-7 %
dengan bentuk lembah U-V. Terakhir kontur dengan elevasi 200-500 termasuk dalam daerah
perbukitan disimbolkan dengan P3 berwarna hijau muda. Morfologi perbukitan ini
bergelombang kuat – sangat kuat , kemiringan lereng agak curam dengan persentase 8-13 %
dan memiliki bentuk lembah V tajam.

Delinasi atau penarikan garis dilakukan sepanjang batas kontur sesuai klasifikasi rentang
elevasi untuk menggolongkan daerah dataran rendah, perbukitan rendah, dan perbukitan.
Sehingga pada peta didapati daerah dataran rendah yaitu daerah di sekitar Sungai besar
meliputi tepi Tambaknegara, tepi Tumiyang dan tepi Gambarsari. Lalu daerah perbukitan
rendah ditemukan pada daerah Tambaknegara, Tumiyang, Gambarsari, sedikit bagian dari
Mandirancan Kebasen dan Kalisalak. Lalu kontur merapat ke daerah dataran tinggi yang
meliputi Mandirancan Kebasen dan Kalisalak.

Daerah dataran tinggi memiliki tingkat resistensi yang lebih tinggi dari daerah dataran
rendah. Sehingga area perbukitan memiliki tingkat resistensi yang tinggi, perbukitan rendah
memiliki tingkat resistensi yang sedang, dan daerah rendah memiliki tingkat resistensi yang
rendah.

II-1
3.2 INTERPRETASI SAYATAN

Pada peta telah dibuat dua sayatan, yaitu sayatan A – A’ dan sayatan B – B’ dengan
perbandingan H : V = 1 : 1. Kedua sayatan tersebut berguna untuk melihat dan
menggambarkan permukaan bumi pada peta yang telah dibuat. Selain itu juga dapat
mempermudah dalam pengklasifikasian bentuk lahan berdasarkan ketinggian yang telah
diperlihatkan oleh indeks kontur.

Pada sayatan A – A’ dengan azimuth N138° E dan backazimut 318° E memperlihatkan


daerah dengan berbagai ketinggian. Sayatan dimulai dari perbukitan di wilayah
Tambaknegara, lalu dilanjutkan dengan dataran rendahnya. Penampang juga ditemukan
sungai besar. Kemudian dilanjutkan daerah dataran rendahdan perbukitan rendah daerah
Gambarsari ke daerah dataran tinggi Kebasen dan Kalisalak.

Sedangkan sayatan B –B’ berada pada azimuth N50° E dan backazimut N 230° E
memperlihatkan adanya kenaikan elevasi atau kontur yang semakin rapat. Sehingga pada
sayatan ditemukan dari daerah dataran rendah ke daerah perbukitan rendah pada wilayah
Gambarsari diikuti perbukitan daerah Mandirancan.

II-1
BAB IV

KESIMPULAN

Dari penjelasan di bab sebelumnya, dapat disimpulkan :

1. Daerah Gambarsari dan sekitarnya meliputi daerah dataran rendah hingga perbukitan

2. Daerah Gambarsari dan sekitarnya memiliki elevasi yang bervariasi mulai dari elevasi
50 hingga 400 meter.

3. Morfogenesa berupa morfostruktur pasif artinya daerah dataran tinggi memiliki


tingkat resistensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah dataran rendah.

4. Sayatan A-A’ dan B-B’ didominasi oleh P2 sebagai symbol dari perbukitan rendah.

II-1
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus. 2011. “Penuntun Geologi Dasar” FMIPA. Kendari : Universitas Haluo Leo

Mulyadi, Asep. 2009. “Makalah Sagara Anakan Sebagai Obyek Studi Lapangan Geografi.

Septiandaru, Fajar. “Morfogenesa Geomorfologi”.


(https://id.scribd.com/doc/232665822/ACARA-2-MORFOGENESA) Diakses pada 29
Januari 2019

Schwartz, Maurice L. 2005. “Encyclopedia of Coastal Science” Springer. Dordrect. Hal 1243

Shid1i, M. Farhan. “Aspek-aspek Geomorfologi”. (academia.edu) Diakses pada 29 Januari


2019

II-1

Anda mungkin juga menyukai