DISUSUN OLEH :
NIM : 03071181722046
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
II-1
HALAMAN PENGESAHAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
PENYUSUN
LISMA DIANA
03071181722046
03071181722046 03071381621050
II-1
DAFTAR ISI
II-1
BAB 1
MORFOLOGI
1.1 MORFOGRAFI
Morfografi adalah aspek yang bersifat pemberian suatu daerah seperti : kemiringan
lereng, panjang lereng, bentuk lereng, ketinggian tempat, beda tinggi, kekasaran medan,
tingkat pengikisan dan pola aliran (Karmono Mangunsukarjo, 1984).
Aspek Morfografi ini merupakan aspek geomorfologi yang deskriptif pada suatu area.
Sehingga suatu daerah dapat dideskripsikan atau dapat dinilai sesuai kualitas daerah. Contoh
dari morfografi yaitu dataran, perbukitan, pegunungan dan plateau.
1.2 MORFOMETRI
Morfometri adalah aspek kuantitatif terhadap bentuk lahan, sebagai aspek pendukung
morfografi dan morfogenetik, sehingga klasifikasi semakin tegas dengan angka-angka yang
jelas. Contoh dari morfometri dari suatu daerah seperti kemiringan lereng, panjang lereng,
bentuk lereng, ketinggian tempat, beda tinggi, kekasaran medan,tingkat pengikisan.
II-1
BAB II
MORFOGENESA
Morfogenesa merupakan asal mula bentuk lahan dan perkembangannya dan proses-
proses pembentukan dan sebab terjadinya suatu morfologi. Morfogenesa terbentuk dari
berbagai maacam proses struktur, yaitu morfostruktur aktif, morfostruktur pasif, dan
morfostruktur dinamik. Setiap proses struktur tersebut memberikan hasil bentukan lahan yang
berbeda dan memiliki karakteristiknya sendiri.
Morfostruktur aktif berkaitan degan terbentuknya bentukan lahan yang berkaitan dengan
gaya dari dalam bumi (endogen). Di mana proses endogen yang di dalamnya termasuk
proses vulkanisme, lipatan dan sesar tektonik, gunungapi, punggungan antiklin dan gawir
sesar seperti pada gambar 1 . Ada beberapa karakteristik dari morfostruktur aktif, antara lain :
a. Bentukan lahan yang khas menunjukkan struktur tertentu, seperti lapisan batuan
dengan struktur horizontal, miring, dan terlipat (antiklin dan sinklin), patahan,
maupun adanya intrusi.
b. Bentukan struktur akan menunjukkan bentukan yang khas
Morfostruktur pasif yaitu jenis batuan dan struktur batuan yang dihubungkan dengan
proses denudasi (Cuesta,Hogback, dan Dome) dapat dilihat pada gambar 2.. Bentuk lahan
yang berkaitan dengan resistensi batuan atau adanya daya tahan batuan terhadap proses
pelapukan dan denudasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Batuan yang lebih kasar akan lebih resisten terhadap batuan berbutir halus
II-1
b. Derah perbukitan akan lebih resisten daripada daerah dataran.
2.3 MORFODINAMIK
Bentuk lahan berkaitan dengan dinamika proses eksogen yang dihubungkan dengan
pengaruh angin, air dan es dan material sisa, seperti gumuk, teras sungai, punggungan
pantai. Contoh dari morfodinamik dapat dilihat pada gambar 5. Beberapa penciri
morfodinamik yaitu :
a. Proses air, fluvial, es, gerakan massa, dan gunung api relative cepat sehingga dapat
mengubab bentuk permukaan bumi serta mengubah topografi dari yang sudah ada
sebelumnya.
b. Bentuk lahan yang diperhatikan dalam asper morfodinamik adalah bentuk lahan yang
berasosiasi dengan air, fluvial, es, dan gerakan massa dan gunung api.
II-1
BAB III
PEMBAHASAN
Pada peta morfologi dan morfogenesa Daerah Gambarsari dan sekitarnya memiliki skala
1 : 12.500. Peta ini meliputi daerah Gambarsari, Tambaknegara, Tumiyang, Mandirancan,
Kebasen, dan Kalisalak. Kontur yang terlihat pada peta bervariasi mulai dari 50 hingga 400
meter. Kontur-kontur tersebut menunjukkan pada daerah-daerah pada peta terdiri dari dataran
rendah hingga dataran tinggi.
Menurut klasifikasi rentang elevasi Widyaatmanti (2016), kontur dengan elevasi kurang
dari 50 meter (<50) termasuk dalam daerah dataran rendah dengan disimbolkan sebagai P1
berwarna hijau tua pada peta. Morfologinya datar dengan kemiringan 0-3 %. Sedangan
kontur dengan elevasi 50 – 200 meter masuk dalam kategori daerah perbukitan rendah
dengan disimbolkan sebagai P2 berwarna hijau sedang. Morfologi perbukitan pada kontur ini
bergelombanng kuat, kemiringan lereng landau – agak curam dengan persentase 3-7 %
dengan bentuk lembah U-V. Terakhir kontur dengan elevasi 200-500 termasuk dalam daerah
perbukitan disimbolkan dengan P3 berwarna hijau muda. Morfologi perbukitan ini
bergelombang kuat – sangat kuat , kemiringan lereng agak curam dengan persentase 8-13 %
dan memiliki bentuk lembah V tajam.
Delinasi atau penarikan garis dilakukan sepanjang batas kontur sesuai klasifikasi rentang
elevasi untuk menggolongkan daerah dataran rendah, perbukitan rendah, dan perbukitan.
Sehingga pada peta didapati daerah dataran rendah yaitu daerah di sekitar Sungai besar
meliputi tepi Tambaknegara, tepi Tumiyang dan tepi Gambarsari. Lalu daerah perbukitan
rendah ditemukan pada daerah Tambaknegara, Tumiyang, Gambarsari, sedikit bagian dari
Mandirancan Kebasen dan Kalisalak. Lalu kontur merapat ke daerah dataran tinggi yang
meliputi Mandirancan Kebasen dan Kalisalak.
Daerah dataran tinggi memiliki tingkat resistensi yang lebih tinggi dari daerah dataran
rendah. Sehingga area perbukitan memiliki tingkat resistensi yang tinggi, perbukitan rendah
memiliki tingkat resistensi yang sedang, dan daerah rendah memiliki tingkat resistensi yang
rendah.
II-1
3.2 INTERPRETASI SAYATAN
Pada peta telah dibuat dua sayatan, yaitu sayatan A – A’ dan sayatan B – B’ dengan
perbandingan H : V = 1 : 1. Kedua sayatan tersebut berguna untuk melihat dan
menggambarkan permukaan bumi pada peta yang telah dibuat. Selain itu juga dapat
mempermudah dalam pengklasifikasian bentuk lahan berdasarkan ketinggian yang telah
diperlihatkan oleh indeks kontur.
Sedangkan sayatan B –B’ berada pada azimuth N50° E dan backazimut N 230° E
memperlihatkan adanya kenaikan elevasi atau kontur yang semakin rapat. Sehingga pada
sayatan ditemukan dari daerah dataran rendah ke daerah perbukitan rendah pada wilayah
Gambarsari diikuti perbukitan daerah Mandirancan.
II-1
BAB IV
KESIMPULAN
1. Daerah Gambarsari dan sekitarnya meliputi daerah dataran rendah hingga perbukitan
2. Daerah Gambarsari dan sekitarnya memiliki elevasi yang bervariasi mulai dari elevasi
50 hingga 400 meter.
4. Sayatan A-A’ dan B-B’ didominasi oleh P2 sebagai symbol dari perbukitan rendah.
II-1
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus. 2011. “Penuntun Geologi Dasar” FMIPA. Kendari : Universitas Haluo Leo
Mulyadi, Asep. 2009. “Makalah Sagara Anakan Sebagai Obyek Studi Lapangan Geografi.
Schwartz, Maurice L. 2005. “Encyclopedia of Coastal Science” Springer. Dordrect. Hal 1243
II-1