Dakwah Rasulullah Secara Sembunyi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

DAKWAH RASULULLAH SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI

Rasulullah saw mendakwakan agama Allah dengan dua cara, yaitu: fase pertama secara
sembunyi-sembunyi dan fase kedua dengan cara terang-terangan. Kali ini islamnyamuslim
akan membahas dakwah Rasulullah saw secara sembunyi-sembunyi.

Rasulullah saw menjadikan kota Makkah sebagai tolak ukur untuk memulai aktifitasnya.
Pada awalnya, Rasulullah saw melakukan metode dakwah sirriyah (sembunyi-sembunyi),
berlangsung selama tiga tahun pertama beliau memulai dakwanya. Hal tersebut mengingat
keadaan Rasulullah saw yang masih lemah dan belum memiliki pengikut, meskipun ia
berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang yang disegani dan dihormati.

Lapisan yang paling pertama beliah seru tentu saja keluarga dan kenalan dekat beliau. Itu
pun hanya mereka yang memperlihatkan tanda-tanda kebaikan yang ada pada dirinya.

Usaha beliau tidak sia-sia. Pada hari-hari pertama beliau berdakwah telah terkumpul
sejumlah orang yang menerima dakwah dengan penuh keyakinan dan penghormatan
terhadap Rasulullah saw. Merekalah dalam secara yang terkenal sebagai as-Saabiquunal
Awwalun (Generasi Pertama yang Menerima Islam)

Orang terdepan dari kelompok ini ialah istri Rasulullah saw sendiri; Ummul Mu`minun;
Khadijah binti Khuwailid, kemudian budaknya: Zaid bin Haritsah, lalu sepupunya; Ali bin Abi
Thalib yang saat itu masih belia dan diasuh oleh Nabi Muhammad saw. Kemudia sahabat
dekat beliau, Abu Bakar as-Shiddiq.

Abu Bakar as-Shiddiq R.A setelah masuk islam turut serta berdakwah. Berkat usaha dan
posisinya sebagai orang terhormat dalam kaum Quraisy, dakwanya cepat memberikan hasil
baik.

Tak berapa lama kemudian, tercatatlah sejumlah orang yang masuk islam berkat dakwah
beliau, di antaranya: Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa`ad bin
Abi Waqqas, Thalhah bin Ubaidillah. Mereka juga termasuk generasi pertama dan kalangan
yang banyak berperan dalam dakwah Rasulullah saw.

Kemudian satu persatu masyarakat Quraisy masuk islam, seperti Bilal bin Rabah, Abu
Ubaidah Amir bin Jarrah, Abu Salamah bin Abd al-Asad, Arqam bin Abi Arqam, Utsman bin
Madz`un, Fatimah binti Khatthab, Khabbab bin` Art, Abudullah bin Mas’ud dan lainnya.

Mereka semua masuk islam secara sembunyi-sembunyi, karena Rasulullah saw


menyampaikan dakwanya secara individu dan rahasia.

Sementara itu wahyu terus diturunkan, umumnya pendek-pendek, namun memiliki tekanan
kuat untuk membersihkan hati dari berbagai kotoran duniawi, sangat sesuai dengan kondisi
saat itu yang membutuhkan kelembutan hati dan jiwa. Wahyu yang turun saat itu banyak
menggambarkan tentang keadaan syurga dan neraka. Sehingga muncul kerinduan terhadap
syurga dan ketakutan terhadap neraka.

Lama kelamaan muncullah keteguhan hati yang kuat di antara mereka yang melahirkan
Ukhuwwah dan tolong menolong. Ibadah saat itu yang sudah mereka lakukan ialah shalat.
Namun, karena pada waktu itu belum ada perintah shalat lima waktu, mereka hanya shalat
dua rakaat setiap pagi dan petang. Hal ini sesuai dengan perintah Allah swt yang tertuang
dalam al-Qur an surat al-Mu`minun: 55.

METODE DAKWAH RASULULLAH

Dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah terbagi dalam 2 periode, yaitu di Mekkah dan
Madinah. Pada awal periode Mekkah Rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi,
mendatangi orang-orang dekat Beliau antara lain istri Beliau Khadijah, keponakannya Ali,
budak Beliau Zaid, untuk diajak masuk Islam. Ketika turun surat al Muddatstsir : 1-2,
Rasululah mulai melakukan dakwah di tengah masyarakat, setiap bertemu orang Beliau
selalu mengajaknya untuk mengenal dan masuk Islam (masih dalam keadaan sembunyi-
sembunyi). Ketika Abu Bakar menyatakan masuk Islam, dan menampakkannya kepada
orang-orang yang dia percayai, maka muncullah nama-nama seperti Utsman bin Affan,
Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidillah
yang juga masuk Islam. Dan seterusnya diikuti oleh yang lain seperti Abu ‘Ubaidah, Abu
Salamah, Arqom bin Abi al Arqom, dll. Beliau menjadikan rumah Arqom bin Abi al Arqom
sebagai pusat pengajaran dan sekaligus pusat kutlah (kelompok) yang dalam bahasa kita
tepatnya disebut sekretariat. Di tempat ini Rasulullah mengajarkan hukum-hukum Islam,
membentuk kepribadian Islam serta membangkitkan aktivitas berpikir para sahabatnya
tersebut. Beliau menjalankan aktivitas ini lebih kurang selama 3 tahun dan menghasilkan 40
orang lebih yang masuk Islam.
Selama 3 tahun membangun kutlah kaum muslim dengan membangun pola pikir yang islami
(‘aqliyah islamiyah) dan jiwa yang islami (nafsiyah islamiyah), maka muncullah sekelompok
orang yang memiliki syakhsiyah islamiyah (kepribadian Islam) yang siap berdakwah di
tengah-tengah masyarakat jahiliyah pada saat itu. Hal ini bertepatan dengan turunnya surat
al Hijr : 94, yang memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah secara terang-terangan dan
terbuka. Ini berarti Rasulullah dan para sahabatnya telah berpindah dari tahapan dakwah
secara sembunyi-sembunyi (daur al istikhfa’) kepada tahapan dakwah secara terang-
terangan (daur al i’lan). Dari tahapan kontak secara individu menuju tahap menyeruh
seluruh masyarakat. Sejak saat itu mulai terjadi benturan antara keimanan dan kekufuran,
antara pemikiran yang haq dan pemikiran yang batil. Tahapan ini disebut marhalah al tafa’ul
wa al kifah yaitu tahap interaksi dan perjuangan. Di tahapan ini kaum kafir mulai memerangi
dan menganiayah Rasulullah dan para sahabatnya. Ini adalah periode yang paling berat dan
menakutkan di antara seluruh tahapan dakwah. Bahkan sebagian sahabat yang dipimpin
oleh Ja’far bi Abi Thalib diperintahkan oleh rasul untuk melakukan hijrah ke Habsyi.
Sementara Rasulullah dan sahabat yang lain terus melakukan dakwah dan mendatangi para
ketua kabilah atau ketua suku baik itu suku yang ada di Mekkah maupun yang ada di luar
Mekkah. Terutama ketika musim haji, dimana banyak suku dan ketua sukunya datang ke
Mekkah untuk melakukan ibadah haji. Rasulullah mendatangi dan mengajak mereka masuk
Islam atau minimal memberikan dukungan terhadap perjuangan Rasulullah.

Benturan antara Rasulullah dengan kafir Quraisy terjadi karena Rasulullah dan para sahabat
selalu melecehkan khayalan mereka, merendahkan tuhan-tuhan mereka, menyebarkan
rusaknya kehidupan mereka yang rendah, dan mencela cara-cara hidup mereka yang
sesat. RASULULLAH TIDAK PERNAH BERKOMPROMI APALAGI BEKERJASAMA
MENJALANKAN SISTEM KEHIDUPAN RUSAK DAN SESAT BUATAN MANUSIA
JAHILIYAH. Al Qur’an senantiasa turun kepada Beliau, dan menyerang orang-orang kafir
secara gamblang : “sesunggunya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah
umpan neraka jahannam.” (TQS 21 : 98). al Qur’an juga menyerang praktek riba yang telah
turun temurun mewarnai kehidupan jahiliyah : “dan segala hal yang kalian datangkan berupa
riba agar dapat menambah banyak harta manusia, maka riba itu tidak menambah apapun di
sisi Allah.” (TQS 30:39), demikian juga dengan kecurangan2 dalam takaran yang sangat
biasa terjadi : “kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang
apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (TQS 83:1-3). Akibatnya,
manusia-manusia jahil itu menghalangi dan menyakiti Rasulullah dengan fitnah, propaganda
yang menyesatkan, pemboikotan bahkan penyiksaan fisik.
Di tengah cobaan yang sangat berat tersebut, datanglah kabar gembira akan kemenangan
dari Madinah. Hal ini terjadi ketika beberapa orang dari suku khazraj datang ke Mekkah
untuk berhaji. Kemudian Rasulullah mendatangi mereka, berdakwah kepada mereka dan
merekapun akhirnya masuk Islam. Setelah selesai melaksanakan haji dan mereka kembali
ke Madinah, mereka menceritakan keislaman mereka kepada kaumnya. Sejak saat itu
cahaya Islam mulai muncul di Madinah.

Pada musim haji tahun berikutnya, datang 12 orang dari Madinah ke Mekkah, lalu mereka
membai’at Rasulullah dalam peristiwan Bai’at ‘Aqobah pertama. Bai’at ini adalah sebuah
pernyataan janji di hadapan Rasulullah bahwa mereka akan berpegang teguh pada risalah
Islam dan meninggalkan semua perbuatan-perbuatan yang rusak dan sesat yang selama ini
mereka praktekkan dalam kehidupan. Ketika penduduk Madinah ini akan kembali,
Rasulullah memerintahkan Mush’ab bin Umair untuk ikut bersama mereka dan mengajarkan
Islam kepada penduduk Madinah.

Berbeda dengan penduduk Mekkah yang jumud dan berusaha untuk mempertahankan
status quo, terutama para penguasa kekufuran seperti Abu Lahab, Abu Jahal dan Abu
Sofyan, penduduk Madinah lebih baik dan bersahabat dengan Islam. Mereka mau menerima
agama baru tersebut. Bahkan ketika musim haji tiba dan Mush’ab kembali ke Mekkah serta
melaporkan kepada Rasulullah tentang kondisi perkembangan Islam di Madinah yang
sangat baik, Rasulullah mulai berpikir untuk memindahkan medan dakwah dari Mekkah ke
Madinah. Ketika rombongan haji dari Madinah yang berjumlah 75 orang datang, terjadilah
peristiwah Bai’at Aqobah kedua. Bai’at ini adalah sebuah pernyataan dan janji di hadapan
Rasulullah bahwa mereka penduduk Madinah akan melindungi Rasulullah dan
menyerahkan kekuasaan kepada Rasulullah untuk memimpin mereka baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun memimpin mereka berperang melawan orang-orang yang menghalangi
risalah Islam. Tidak lama setelah itu Rasulullah memerintahkan kepada para sahabatnya
untuk melakukan hijrah ke Madinah dan Rasulullah menyusul kemudian.

Sejak tiba di Madinah, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya membangun masjid


sebagai tempat sholat, berkumpul, bermusyawarah serta mengatur berbagai urusan ummat.
Sekaligus memutuskan perkara yang ada di antara mereka. Beliau menunjuk Abu Bakar dan
Umar sebagai pembantunya. Beliau bersabda “dua (orang) pembantuku di bumi adalah Abu
Bakar dan Umar.” Dengan demikian Beliau berkedudukan sebagai kepala negara, qlodi dan
panglima militer. Beliau menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara penduduk
Madinah dengan hukum Islam, mengangkat komandan ekspedisi dan mengirimkannya ke
luar Madinah. Negara Islam oleh Rasulullah ini dijadikan pusat pembangunan masyarakat
yang berdiri di atas pondasi yang kokoh dan pusat persiapan kekuatan militer yang mampu
melindungi negara dan menyebarkan dakwah. Setelah seluruh persoalan dalam negeri
stabil dan terkontrol, Baliau mulai menyiapkan pasukan militer untuk memerangi orang-
orang yang menghalangi penyebaran risalah Islam. Wallah’alam.

Skema Metode Dakwah Rasulullah

1. PERIODE MEKKAH

A. Tahapan Pembinaan dan Pengkaderan


1. Pemantapan Aqidah
2. Pembentukan Syakhsiyah Islamiyah
3. Pembentukan Kutlah/kelompok Dakwah

B. Tahapan Interaksi dan Perjuangan


1. Pertarungan Pemikiran (shira’ul fikr)
2. Perjuangan Politik (Kifahus siyasi)

2. PERIODE MADINAH

C. Tahapan Penerapan Syarat Islam (tathbiq ahkam al Islam)

1. Membangun Masjid
2. Membina Ukhuwah Islamiyah
3. Mengatur urusan masyarakat dengan syariat Islam
4. Membuat Perjanjian dengan warga non muslim
5. Menyusun strategi politik dan militer
6. Jihad

Sumber: herminsyahri.wordpress.com/

Sejarah Dakwah Rasulullah SAW Periode Mekah

1. Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW


Nabi Muhammad saw dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awal atau 20 April 571M. Sebelum
beliau dilahirkan ayahnya telah wafat oleh karena itu kakeknyalah yang mengasuh beliau
kemudian di susui oleh Halimatus Sa'diyah. Setelah kakeknya wafat beliau diasuh oleh
pamannya yaitu Abu Thalib.salah satu dari usaha Muhammad yang terpenting sebelum di
utus menjadi rosul ialah berniaga ke syam membawa barang-barang Khadijah. Perniagaan
ini menghasilkan laba yang banyak dan menyebabkan adanya pertalian antara Muhammad
dengan Khadijah dan mereka kemudian mereka menikah. Waktu itu beliau berumur 25
tahun dan khadijah sudah janda yang berumur 40 tahun.
2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Di Gua Hira’
Setelah melalui perenungan yang lama dan telah terjadi jurang pemisah antara pemikiran
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaumnya, beliau nampak lebih menggandrungi
untuk mengasingkan diri. Hal ini terjadi tatkala beliau menginjak usia 40 tahun; beliau
membawa roti dari gandum dan bekal air ke gua Hira’ yang terletak di jabal an-Nur , yaitu
sejauh hampir 2 mil dari Mekkah. Gua ini merupakan gua yang indah, panjangnya 4 hasta,
lebarnya 1,75 hasta dengan ukuran zira’ al-Hadid (hasta ukuran besi).
Di dalam gua tersebut, beliau berpuasa bulan Ramadhan, memberi makan orang-orang
miskin yang mengunjunginya. Beliau menghabiskan waktunya dalam beribadah dan berfikir
mengenai pemandangan alam di sekitarnya dan adanya kekuasaan dalam menciptakan
dibalik itu. Kaumnya yang masih menganut ‘aqidah yang amburadul dan cara pandang yang
rapuh membuatnya tidak tenang akan tetapi beliau tidak memiliki jalan yang jelas, manhaj
yang terprogram serta cara yang terarah yang membuatnya tenang dan setuju dengannya.
Pilihan mengasingkan diri (‘uzlah) yang diambil oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam ini
merupakan bagian dari tadbir (aturan) Allah terhadapnya. Juga, agar terputusnya
hubungannya dengan kesibukan-kesibukan di muka bumi, gemerlap hidup dan nestapa-
nestapa kecil yang mengusik kehidupan manusia menjadi noktah perubahan dalam
mempersiapkan diri menghadapi urusan besar yang sudah menantinya sehingga siap
mengemban amanah kubro, merubah wajah bumi dan meluruskan garis sejarah. ‘Uzlah
yang sudah ditadbir oleh Allah ini terjadi tiga tahun sebelum beliau ditaklif dengan risalah.
Beliau mengambil jalan ‘uzlah ini selama sebulan dengan semangat wujud yang bebas dan
mentadabburi kehidupan ghaib yang tersembunyi dibalik wujud tersebut hingga tiba
waktunya untuk berinteraksi dengan kehidupan ghaib ini saat Allah memperkenankannya.

Muhamad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya
Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah Al-
‘Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan
Nuzul Al-Qur’an.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah
Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah
menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13
tahun (610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa
Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada
periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.
3. Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya
adalah sebagai berikut:
a. Keesaan Allah SWT
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan
4. Nabi Muhammad SAW Dalam Berdakwah
Dalam proses penantian Jibril, turun wahyu yang membawa perintah kepada Rasulullah.
Wahyu itu itu berbunyi sebagai berikut : Hai orang yang brselimut bangun, dan beri ingatlah.
Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkan perbuatan
dosa dan janganlah engkau memberi ( dengan maksud ) memperoleh ( balasan ) yang lebih
banyak dan untuk ( untuk memenuhi perintah ) Tuhanmu bersabarlah. ( Al- Muddatsir 1-7 )
Dengan turunnya perintah itu mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau
melakukannya secar diam-diam di lingkungannya sendiri, keluarga, dan sahabat-sahabat
beliau yang paling karib. Mereka di seru kepada pokok-pokok agama islam yang disebut
dalam ayat-ayat diatas yaitu, bertauhid kepada allah dan meninggalkan ilah dan berhala-
berhala yang mereka sembah.
Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang
beru berumur 10 tahun. Kemudian Abu Bakar sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak.
Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh Nabi
sejak ibunya Aminah masih hidup. Banyak orang-orang yang menerima seruan Nabi melalui
perantara Abu Bakar. Mereka dikenal dengan sebutan Assabiqunal Awwalun . Mereka ialah
Usman bin Affan, Zubair ibnu Awwan, Sa'ad ibnu Abu Waqqas, Abdurrahman ibnu Auf,
Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah ibnul Jarrah, dan Arqam ibnu Abu Arqam. Rumah
Arqam pada saat itu dijadikan tempat pertemuan untuk menyampaikan dakwah islam.

STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH


Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat
yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang
disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut
sebagai berikut:
1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk
Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta
sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah
SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari
kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah
dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq
(sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu
kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang
kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
۞ Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞ Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞ Utsman bin Affan
۞ Zubair bin Awam
۞ Sa’ad bin Abu Waqqas
۞ Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang
namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi
awal).
2. Dakwah secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah
turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara
terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.

Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
1. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan
dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3
orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi
merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin
Haritsah.
2. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan
bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam
dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan
Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian,
sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota
Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara
lain:
۞ Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞ Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞ Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang pertama
tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang
kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih
banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi
pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah
tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan
membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para
pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan sebab-
sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:
1. Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran
persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup
berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan,
sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
2. Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah
mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa
kubur dan azab neraka.
3. Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan
agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka.
4. Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah
Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.
Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah
SAW bermacam-macam antara lain:
۞ Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-
Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum
kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
۞ Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di
antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan
melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan
melakukan penyembahan terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad
SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang
wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan
jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di
Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin
Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya.
Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan
pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat.
Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun
duka cita).

Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi


Written By Mi Al Mustajab on Monday, 3 September 2012 | 02:54

Ketika mulai berdakwah, Nabi Muhammad melakukannya kepada keluarganya sendiri. Hal
itu dilakukan agar masyarakat Arab tidk terkejut dengan ajakannya. Setelah pemeluk Islam
bertambah banyak, Nabi Muhammad melakukan dakwah secara terang-terangan.

Setelah mendapatkan wahyu dari Allah kemudian Nabi Muhammad melakukan dakwah.
semulaNabiMuhammad berdakwah secara sembunyi-sembunyi, kemudian baru
melakukannya secara terang-terangan.

A. Dakwah secara sembnyi-sembunyi

Setelah menerima wahyu yang pertama kemudian Khadijah mengajakNabi Muhammad


untuk menemui Waraqah bin Naufal, saudara Khadijah. Diaadalah seorang pemeluk Nasrani
yang taat dan rajin membaca Injil berbahasa Ibrani. Dari Waraqah bin Naufal inilah Nabi
Muhammad mngetahui bahwa dirinya telah dingkat Allah menjadi seorang Rasul.
Setelah menemui Waraqah bin Naufal, Nabi Muhammad menerima wahyu yang kedua,
yaitu Surat Al Muddasir ayat 1-7. Dalam surat ini Allah memerintahkan Nabi Muhamad untuk
berdakwah kepada umatnya. Setelah menerima wahyu tersebut, maka Nabi Muhammad
mulai berdakwah, namun masih secara sembunyi-sembunyi dan terbatas pada keluarga
serta kerabat dekat. Orang-orang yang mau menerima dakwah Nabi Muhammad ketika itu
adalah dari kalangan keluarga dan sanak kerabat yang telah mengenal kejujuran dan
ketulusan Muhammad sebelumnya.

Di masa awal dakwahnya itu, ada beberapa orang yang mau masuk Islam. Mereka disebut
assabiqunal awwalun, artinya orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Mereka
mendapatkan ajaran agama Islam secara langsung dari Nabi Muhammad. Pengajaran
tersebut dilakukan di rumah Arqam bin Abil Arqam.

Di antara orang-orang yang termasuk dalam golongan Assabiqunal awwalun tersebut


adalah:

Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi Muhammad

Ali bin Abi Talib, saudara sepupu Nabi Muhammad

Abu Bakar, sahabat karib Nabi Muhammad

Usman bin Affan, sahabat Abu Bakar

Zubair bin Awam

Abdurrahman bin Auf

Sa’ad bin Abi Waqqas

Talhah bin Ubaidillah

Abu Ubaidah bin Jarrah

Arqam bin Abil Arqam

Zaid bin Harisah, anakangkat Nabi Muhammad

Ummu Aiman, pengasuh Nabi Muhammad

Anda mungkin juga menyukai