OLEH :
MUHAMMAD ADI FEBRI SETIAWAN
17520244003
Puji syukur saya panjatkan pada Allah SWT yang sudah memberi saya
kekuatan untuk menyelesaikan laporan observasi mengenai Kejahatan Klitih
Antar Pelajar di Yogyakarta. Namun keberhasilan saya bukan hanya semata usaha
saya saja, tapi juga banyak bantuan dari orang-orang di sekitar saya. Dan pada
kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Beliau-beliau yang
sudah membantu tugas observasi saya, diantaranya:
1. Riana Nurhayati, S.Pd., M.Pd. selaku dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan,
2. seluruh narasumber observasi,
3. dan seluruh pihak yang berkenan membantu saya dalam pelaksanaan
observasi.
Saya menyadari bahwa laporan yang saya buat ini masih jauh dari nilai
sempurna, maka dari itu saya akan menerima dengan senang hati setiap kritik dan
saran yang membangun. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan, semoga
laporan observasi saya ini memberi manfaat untuk setiap pembaca dan juga
menambah ilmu bagi saya sendiri. Terima kasih.
Yogyakarta, 30 Desember 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................................................6
D. Kajian Pustaka..............................................................................................................................6
1. Kejahatan...................................................................................................................................6
2. Klitih..........................................................................................................................................8
3. Kekerasan...................................................................................................................................9
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................11
A. Kajian Teori.................................................................................................................................11
1. Pengertian Kejahatan Kekerasan..............................................................................................11
2. Pengertian Aksi Klitih..............................................................................................................13
B. Hasil Wawancara........................................................................................................................14
C. Solusi............................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22
LAMPIRAN.................................................................................................................................22
Lampiran 1. Transkip Wawancara....................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang Berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Setiap tingkah laku warga negaranya diatur
dengan peraturan yang bersumber dari hukum. Negara Hukum
menghendaki segala jenis hukum harus dihormati, ditegakan, dan ditaati
oleh siapapun tanpa kecuali. Semua itu bertujuan untuk menciptakan
ketertiban, keamanan, dan kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat
suatu negara.
Manusia memiliki keterbatasan dalam kehidupan ini. Manusia
selalu memiliki impian untuk melakukan hal besar dalam hidupnya. Hal
tersebut bersifat wajar karena termasuk nafsu manusia. Namun apabila
manusia terbuai dengan impian dan angan-angan yang akan dicapai tanpa
melihat kembali keterbatasan yang dimiliki, manusia akan jatuh pada
kesalahan dan dapat menyebabkan manusia jatuh kedalam kejahatan.
Kejahatan adalah salah satu perbuatan manusia yang menyimpang
dari norma bermasyarakat karena dalam kejahatan, pelaku dan korban
merupakan anggota masyarakat sendiri. Saat ini, kejahatan atau
kriminalitas semakin memprihatinkan karena intensitas terjadinya
kejahatan semakin banyak. Bahkan saat ini kejahatan tidak hanya
berdasarkan pada faktor umum seperti sosial, ekonomi, lingkungan
pergaulan, atau keterbelakangan pendidikan, melainkan dapat
diakibatkan sebagai bentuk penonolan identitas diri pribadi ataupun
kelompok tertentu.
Jenis kejahatan yang terjadi di masyarakat sudah sangat beragam
dan memiliki ciri tertentu, salah satunya kejahatan yang dilakukan secara
terorganisir dan telah direncanakan sebelumnya. Jenis kejahatan ini
biasanya dilakukan oleh suatu kelompok tertentu dengan satu komando
kelompok. Dalam eksekusinya, target dari jenis kejahatan ini diarahkan
pada kelompok lain.
Di Yogyakarta sendiri, jenis kejahatan kelompok seperti diatas
sangat sering ditemui dengan sebutan Klitih. Asal mulanya, Klitih
merupakan kejahatan yang dilakukan antar pelajar Sekolah Menegah
Atas/Kejuruan di Yogyakarta, namun saat ini beberapa pelajar Sekolah
Menengah Pertama juga kedapatan melakukan jenis kejahatan ini.
Klitih sebenarnya merupakan tradisi dari alumni sekolah mereka.
Modus dari aksi Klitih adalah menonjolkan identitas kelompok pelaku
(biasanya sekolah) atau Sasaran pelaku Klitih dalam beraksi yaitu
perorangan atau sekelompok orang yang berapapasan di jalan yang
sekiranya mengenakan seragam atau atribut sekolah yang dari dulu
pernah terjadi konflik dengan sekolah yang bersangkutan. Namun yang
sering terjadi saat ini, masyarakat umum yang tidak bersalah sering
menjadi korban dari pelaku Klitih yang notabenenya masih pelajar
sekolah.
Pada tahun 2018, terdapat 13 kasus klitih yang terjadi di
Yogyakarta. Akibatnya dua korban klitih meninggal dunia (Jogjatribun,
2018). Keadaan ini membuat masyarakat di Yogyakarta menyerukan
“darurat klitih”. Pernyataan tersebut bukan merupakan pernyataan resmi
dari pemerintah daerah, namun dari istilah tersebut sudah dapat
mengambarkan bahwa aksi klitih sudah sangat meresahkan masyarakat
pada umumnya.
Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk melakukan observasi
yang berkaitan dengan kejahatan klitih yang terjadi di dalam wilayah
hukum Daerah Istimewa Yogyakarta dengan judul “KEJAHATAN
“KLITIH” ANTAR PELAJAR DI Yogyakarta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakan yang diuraikan di atas, maka masalah
yang akan diobservasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak kejahatan
klitih di Yogyakarta?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah maupun
masyarakat pada umumnya guna mengatasi kejahatan klitih di
Yogyakarta?
C. Tujuan
1. Memperoleh data dan informasi mengenai faktor penyebab terjadinya
kejahatan yang dilakukan oleh pelaku klitih pelajar di Yogyakarta
2. Mengetahui upaya yang telah dilakukan sekolah maupun masyarakat
umum guna mengatasi kejahatan klitih oleh pelajar di Yogyakarta
D. Kajian Pustaka
1. Kejahatan
Menurut WA Bonger, Kejahatan merupakan perbuatan anti sosial
yang secara sadar mendapat reaksi dari negara, berupa pemberian
sanksi, dan sebagai reaksi terhadap rumusan-rumusan hukum (legal
definitions) menegenai kejahatan. Secara sosiologis, kejahatan
merupakan perikelakuan manusia yang di ciptakan oleh sebagian
masyarakat yang mempunyai kekuasaan dan wewenang. Bahkan
kejahatan merupakan aspek yang tidak terpisah dari konteks politik,
ekonomi, dan sosial, termasuk dinamika sejarah serta situasi dan
kondisi yang melandasinya (Ende, 2016).
Abdulsyani menjelaskan bahwa kejahatan dapat dilihat dalam
berbagai aspek berikut:
a. Aspek yuridis, yaitu seseorang dianggap berbuat kejahatan jika
ia melanggar peraturan atau undang-undang pidana dan
dinyatakan bersalah oleh pengadilan serta dijatuhi hukuman.
Dengan demikian, jika seseorang melakuka kejahatan, tetapi
belum dijatuhi hukuman, ia tidak dianggap sebagai pnjahat.
b. Aspek sosial, yaitu seseorang dianggap berbuat kejahatan jika ia
mengalami kegagalan dalam menyesuaikan diri atau berbuat
menyimpang dengan sadar atau tidak sadar dari norma-norma
yang berlaku di masyarakat sehingga perbuatannya tidak dapat
dibenarkan oleh masyarakat yang bersangkutan.
c. Aspek ekonomi, yaitu seseorang dianggap berbuat kejahatan
jika ia merugikan orang lain dengan membebankan kepentingan
ekonominya kepada masyarakat sekelilingnya sehingga ia
dianggap sebagai penghambat atas kebahagiaan pihak lain.
Secara formal kejahatan dirumuskan sebagai suatu perbuatan yang
oleh negara diberi pidana. Pemberian pidana dimaksudkan untuk
mengembalikan keseimbangan yang terganggu akibat perbuatan itu.
Keseimbangan yang terganggu itu ialah ketertiban masyarakat
terganggu, masyarakat resah akibatnya. Kejahatan dapat didefinisikan
berdasarkan adanya unsur anti sosial. Berdasarkan unsur itu dapatlah
dirumuskan bahwa kejahatan adalah suatu tindakan anti sosial yang
merugika, tidak pantas, tidak dapat dibiarkan, yang dapat
menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat.
Menurut Soe Titus Reid, untuk suatu perumusan hukum tentang
kejahatan, maka hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain ialah:
a. kejahatan adalah suatu tindakan sengaja atau emosi,
b. merupakan pelanggaran hukum pidana,
c. yang dilakukan tanpa adanya suatu pembelaan atau pembenaran
yang diakui secara hokum,
d. yang diberi sanksi oleh negara sebagai suatu kejahatan atau
pelanggaran.
Sutherland mengemukakan bahwa ciri pokok dari kejahatan yakni
perilaku yang dilarang oleh negara. Oleh karena merupakan perbuatan
yang merugikan negara dan terhadap perbuatan itu negara bereaksi
dengan hukuman sebagai suatu pamungkas.
Dari pandang dari sudut formil kejahatan adalah suatu perbuatan
yang oleh masyarakat atau negara diberi pidana. Di negara-negara
modern hampir tiap-tiap perbuatan yang di cap sebagai kejahatan oleh
hampir semua penduduk dirasakan sebagai melanggar kesusilaan
walaupun penilaian tidak sama.
Secara subjektif yaitu dilihat dari segi orangnya, kejahatan adalah
perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan, sedangkan dari segi
objektif yaitu dari segi masyarakat, kejahatan adalah merugikan
masyarakat, dan pandangan inilah yang akan berkembang sehingga
akan menjadi penelitian kriminologi.
2. Klitih
Klitih adalah salah satu bentuk anarkisme remaja yang sekarang
sedang marak di Yogyakarta. Klitih identik dengan segerombolan para
remaja yang ingin meluka iatau melumpuhkan lawannya dengan
kekerasan. Klitih juga sering kali melukai lawannya dengan benda-
benda tajam seperti: pisau, gir, pedang samurai, dll. Klitih dilakukan
oleh sekelompok geng SMA atau SMK yang terdiri dari 10 motor atau
lebih secara berboncengan.
Ada beberapa faktor yang melatarbelakang iterjadinya Klitih
diantaranya:
a. Faktor internal: Faktor ini terjadi didalam individu yang salah
akan mengimplementasikan tentang cara solidaritas.
b. Faktor keluarga: Faktor ini terjadi karena kurangnya perhatian
dari keluarga sehingga remaja akan terbiasa dengan kekerasan.
c. Faktor sekolah: Faktor ini terjadi karena hilangnya kualitas
pengajaran yang berkualitas.
d. Faktor lingkungan: Faktor lingkungan yang buruk mendorong
adanya kekerasaan.
Mengenai pelarangan menggunakan senjata tajam dalam pasal 204
ayat (1) barang siapa menjual, menawarkan, menyerahkan, atau
membagibagikan barang yang diketahuinya membahayakan nyawa
atau kesehatan orang, padahal sifat; berbahaya itu tidak diberi tahu,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Kemudian pada ayat (2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan orang
mati yang bersalah diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.”
ternyata tidak membuat efek jera kepada para pelaku aksi klitih untuk
menghentikan perbuatannya. Akan tetapi tidak semua pernyataan
mengenai Klitih mengandung arti negatif, klitih pada mulanya
hanyalah seseorang yang hanya berkeliling tanpa ada tujuan, bahasa
lainnya klinong-klinong. Yang termasuk klitih negatif yaitu yang
merugikan orang lain misalnya seperti yang sudah di jelaskan di atas.
Aksi klitih ini merupakan suatu tindak kejahatan karena
mengakibatkan korban mengalami penderitaan secara jasmani berupa
luka, lebam dan sejenisnya. Tindakan pelaku aksi klitih untuk melukai
korban tersebut dilakukan menggunakan senjata pemukul dan senjata
tajam jenis pisau, clurit, gear, parang, pedang, samurai dan sejenisnya.
Benda benda tersebut diatur dalam undang-undang nomor 12 tahun
1951 tentang Mengubah "ordonnantietijdelijke bijzondere
strafbepalingen" (stbl. 1948 Nomor 17) dan undang-undang republik
indonesia dahulu nomor 8 tahun 1948, pasal 2 ayat (1) dan (2). Sanksi
pidana terhadap pelaku kekerasan telah diatur dalam Pasal 170 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana atau KUHP dan Sanksi bagi orang
yang melanggar Pasalpelaku kekerasan/peganiayaan ditentukan dalam
Pasal 80 UU Nomor 35 Tahun 2014.
3. Kekerasan
Kejahatan kekerasan perorangan (seperti pembunuhan, perkosaan,
dan penganiayaan) merupakan pelanggaran-pelanggaran hukum yang
paling menakutkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
anggota- anggota lapisan sosial bawah, dengan persaaaan “ derivasi
relatif ”. serta meninggalkan harapan-harapan telah menumbuhkan
ketidaksabaran atas mobilitas sosial mereka dan pada gilirannya
melenyapkan keragu-raguan untuk menggunakan sarana-sarana
kekerasan seperti perampokan, perzinahan (Rumadah, 2007). 15
Seseorang pelaku yang telah tertangkap melakukan kekerasan dalam
kejahatan klitih. Tidak boleh di hakimi oleh warga masyarakat yang
menangkap seperti mematahakan anggota tubuhnya, membakarnya
dan lain sebagainya karena sudah ada aparat penegak hukum yang
berwenang untuk mengadilinya, dan pelaku tersebut juga dilindungi
oleh Hak Asasi Manusia. Berikut ini adalah ruang lingkup Hak asasi
manusia:
a. setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan martabat, dan hak miliknya,
b. setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai
manusia pribadi dimana saja ia barada,
c. setiap orang berhak atas rasa aman dan tentram, serta
perlndungan atas ancaman dan ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu (Zainudin, 2008).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1. Pengertian Kejahatan Kekerasan
Di dalam Pasal 89 KUHP penjelasan tentang kekerasan adalah
mempergunakan kekuatan tenaga atau jasmani tidak kecil secara tidak
sah, misalnya memukul dengan tangan atau degan segala macam
senjata, menyepak, menendang, dsb.
Berkaitan dengan masalah kejahatan, kekerasan merupakan
pelengkap dari bentuk kejahatan itu sendiri, Bahkan kekerasan telah
membentuk ciri tersendiri dalam khasanah tentang studi kejahatan.
Semakin menggejala dan menyebar luas frekuensi kejahatan yang
diikuti dengan kekerasan dalam masyarakat, semakin tebal keyakinan
masyarakat terhadap penting dan seriusnya kejahatan semacam ini.
Pada gilirannya, model kejahatan ini telah membentuk presepsi yang
khas di kalangan masyarakat.
Kekerasan itu sendiri terbagi menjadi beberapa jenis yaitu sebagai
berikut.
a. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah tindakan yang secara fisik menyakiti
orang yang menjadi sasaran. Kekerasan fisik mencakup
menampar, memukul dengan alat, menarik rambut,
membanting, mencekik leher, menginjak, dan mendorong
kuat-kuat. Terjadinya kekerasan fisik dapat dilihat dari adanya
perlukaan. Bekas luka itu dapat di akibatkan oleh episode
kekerasan yang tunggal atau berulang-ulang, dari yang ringan
hingga yang fatal. Yang merupakan kekerasan fisik salah
satunya adalah penganiayaan, dan sudah di atur dalam dengan
Pasal 354 KUHP ayat (1) dan (2) yang berbunyi :
1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain,
diancam karena melakukan penganiayaan berat dengan
pidana penjara paling lama delapan tahun.
2) Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama
sepuluh tahun.
b. Kekerasan seksual
Kekerasan seksual Kekerasan seksual adalah setiap
penyerangan yang bersifat seksual terhadap perempuan, baik
telah terjadi persetubuhan atau tidak, dan tanpa
memperdulikan hubungan antara pelaku dan korban.
Pembedaan aspek fisik dan seksual dianggap perlu, karena
tindak kekerasan terhadap perempuan yang bernuansakan
seksual tidak hanya melalui perilaku fisik.
Dalam Pasal 288 KUHP dinyatakan bahwa barangsiapa
bersetubuh dengan istrinya yang diketahui atau patut
disangka, bahwa perempuan itu belum masanya buat
dikawinkan, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun,
kalau perbuatan itu berakibat badan perempuan itu mendapat
luka.
c. Kekerasan Psikologi
Kekerasan psikologi dirasakan lebih menyakitkan daripada
kekerasan secara fisik. Jenis kekerasan psikologi adalah
bentakan, makian, penghinaan, sikap merendahkan diri,
ancaman untuk menimbulkan rasa takut, larangan untuk
berhubungan dengan oranglain, atau bentuk-bentuk
pembatasan bergerak lain.
d. Kekerasan Ekonomi
Kekerasan ekonomi dialami oleh istri atau pasangan hidup
bersama dari pelaku, Memaksa atau melarang istri bekerja
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga, sedangkan ia
tidak bekerja serta tidak memberi uang belanja. Ia memakai
atau menghabiskan uang istri.
Dari jenis-jenis kekerasan di atas, yang sering terjadi dan terlihat di
lingkungan masyarakat kita adalah kekerasan fisik. Menurut Pasal 89
KUHP, yang dinamakan melakukan kekerasan itu, membuat orang
jadi pingsan atau tidak berdaya lagi (lemah). Melakukan kekerasan
artinya mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani, misalnya
memukul dengan tenaga atau dengan segala macam senjata,
menendang, dan lain sebagainya. Secara khusus dalam Pasal KUHP
memang tidak dijelaskan mengenai Tindak Pidana dengan kekerasan.
Mengacu kepada definisi diatas maka pengertian Tindak Pidana
dengan kekerasan mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Tindak Pidana dengan kekerasan adalah perbuatan-
perbuatan yang melawan hukum yang didahului,
disertai, atau diikuti dengan kekerasan terhadap orang
lain dengan obyek kejahatan berupa barang atau orang
dan telah memenuhi unsur-unsur materiil sebagaimana
dimaksud dalam KUHP ataupun peraturan perUndang-
Undangan lain yang sah.
b. Melakukan kekerasan adalah sebagaimana tersebut
dalam Pasal 89 KUHP yaitu membuat orang menjadi
pingsang atau tidak berdaya maka perbuatan ini
bersifat fisik.
c. Ancaman dari kekerasan disamping bersifat fisik, juga
dapat bersifat psikis.
Namun saat ini klitih tidak hanya mengancam pelajar tetapi juga
mengancam mahasiswa, orang dewasa, dan masyarakat umum.
Banyak korban aksi brutal remaja tersebut, ada yang luka ringan, luka
parah, bahkan ada yang meninggal.
B. Hasil Wawancara
Untuk membuktikan kajian teori diatas, penulis melakukan
pengumpulan data dengan melakukan wawancara tiga mantan pelaku
klitih yang berasal dari tiga sekolah yang berbeda, untuk mengetahui
motif kenapa mereka melakukan klitih. Ketiganya melakukan aksi
klitih ketika duduk di bangku SMK dan sekarang ketiganya sudah
lulus sekolah. Dari wawancara tersebut didapatkan hasil sebagai
berikut:
1. Narasumber 1
Identitas narasumber sengaja tidak disebutkan
Waktu dan Tempat Wawancara
Waktu : Sabtu, 29 Desember 2018
Tempat : Warung Indomie Pamungkas, Selokan Mataram
Pukul : 18.30 WIB
Narasumber merupakan lulusan dari salah satu SMK favorit di
Yogyakarta. Penulis memilih narasumber ini karena dulunya, dia
merupakan salah satu pelaku aksi klitih ketika masih duduk di bangku
sekolah.
Menurut narasumber 1, pertama alasan dia melakukan aksi klitih
karena mengikuti ajakan teman untuk membalaskan dendam
sekolahnya dengan sekolah yang sebelumnya bermasalah karena
melakukan aksi klitih juga terhadap teman satu sekolah. Menurutnya
apa yang dia lakukan itu setimpal dengan apa yang telah dilakukan
kepada temannya. Narasumber juga merasa puas dengan aksi klitih
yang dia lakukan. Setelah aksi yang pertama, narasumber juga
melakukan aksi klitih beberapa kali namun dia mengelak jika korban
dari aksinya masyarakat umum. Narasumber menambahkan jika
sebelum melakukan aksi klitih dia dan teman-temannya benar-benar
memastikan calon korbannya agar tidak sasaran.
2. Narasumber 2
Identitas narasumber sengaja tidak disebutkan
Waktu dan Tempat Wawancara
Waktu : Minggu, 23 Desember 2018
Tempat : Awor Coffe, Dr Yap Square
Pukul : 20.00 WIB
Narasumber merupakan lulusan baru dari salah satu SMK favorit
di Yogyakarta dan saat ini juga sudah bekerja diluar jogja. Penulis
memilih narasumber ini karena dulunya, dia juga merupakan salah
satu pelaku aksi klitih.
Menurut narasumber 2, alasan dia melakukan aksi klitih karena
iseng. Dia menjalankan aksinya bersama beberapa temannya.
Menurutnya, hal tersebut merupakan hal wajar sebagai salah satu
siswa SMK. Motifnya, sepulang sekolah dia mencari siswa sekolah
lain yang sebelumnya memiliki masalah dengan sekolah narasumber.
Kemudian mereka membuntuti korban hingga sampai pada daerah
yang sepi. Setelah itu pelaku akan menendang motor korban hingga
korban jatuh dan langsung meninggalkannya. Narasumber merasa
puas dengan aksi klitih yang dia lakukan. Menurut arasumber 2 ini,
dia hanya melakukan aksi klitih 3 kali namun dia juga mengelak jika
korban dari aksinya masyarakat umum.
3. Narasumber 3
Identitas narasumber sengaja tidak disebutkan
LAMPIRAN
Lampiran 1. Transkip Wawancara
1. Narasumber 1
Identitas narasumber sengaja tidak disebutkan
Waktu dan Tempat Wawancara
Waktu : Sabtu, 29 Desember 2018
Tempat: Warung Indomie Pamungkas, Selokan Mataram
Pukul : 18.30 WIB
P : Pertanyaan, J : Jawaban dari narasumber
P Apakah benar mas dulu melakukan aksi klitih ?
J Benar mas
P Bisa dijelaskan mas alasannya dulu melakukan klitih?
J Dulu pertama kali itu kelas 2 mas. Kelas 2 itu usia dimana anak
SMK nakal-nakalnya. Waktu itu siang-siang saya diajakin bolos
sama teman saya katanya mau ada tawuran. Saya ngikut aja
waktu itu. Latar belakang tawurannya itu gara-gara sekolah
lawan mukulin temannya teman saya di selokan mataram. Terus
tiba-tiba dikasih tau sama teman saya yang ngajak saya katanya
sekolah lawan enggak jadi datang. Gara-gara itu kami jadi nyari
anak sekolah lawan dijalan.
P Apakah mas mendapatkan siswa dari sekolah yang mas cari
waktu itu?
J Jelas dapat dong. Disana kami bareng ada sekitar 10 motor. Jadi
ya motor dia waktu itu hancur
P Apakah perasaan mas setelah berhasil mendapatkan siswa dari
lawan sekolah mas?
J Waktu itu senang banget. Motor hancur dibalas dengan montor
hancur
P Setelah yang pertama itu mas, apakah mas melakukan aksi klitih
lagi?
J Sempat beberapa kali, terus berhenti waktu mau kelas 3.
P Menurut beberapa masyarakat, korban aksi klitih sebagian ada
yang masyarakat biasa. Kalau target sasaran mas bagaimana ?
J Tidak semua rombongan seperti itu mas. Kalau rombongan saya
itu benar-benar targetnya ya sekolah lawan karna kita buntuti
dari dia keluar sekolah
P Baik mas, sekarang bagaimana perasaan mas menjadi mantan
pelaku klitih?
J Wah ya gimana ya mas. Biasa saja sih wong wajar jadi anak
STM kalau enggak tawur yang klitih
P Kalau pesannya buat adik-adiknya yang masih sekolah apa mas?
J Ya kalau pesan buat mereka, sekolah yang benar biar bisa
banggain keluarga dan sekolah. Jangan jadi seperti mas ini.
Sukses enggak harus nakal kok
P Baik mas, terimakasih atas waktunya
2. Narasumber 2
Identitas narasumber sengaja tidak disebutkan
Waktu dan Tempat Wawancara
Waktu : Minggu, 23 Desember 2018
Tempat : Awor Coffe, Dr Yap Square
Pukul : 20.00 WIB
3. Narasumber 3
Identitas narasumber sengaja tidak disebutkan
Waktu dan Tempat Wawancara
Waktu : Minggu, 2 Desember 2018
Tempat : Lapangan Mulyodadi Bambanglipuro Bantul
Pukul : 19.00 WIB
P : Pertanyaan, J : Jawaban dari narasumber