Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN HASIL OBSERVASI

TINJAUAN KEJAHATAN “KLITIH” ANTAR


PELAJAR DI YOGYAKARTA

OLEH :
MUHAMMAD ADI FEBRI SETIAWAN
17520244003

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA DAN
INFORMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan pada Allah SWT yang sudah memberi saya
kekuatan untuk menyelesaikan laporan observasi mengenai Kejahatan Klitih
Antar Pelajar di Yogyakarta. Namun keberhasilan saya bukan hanya semata usaha
saya saja, tapi juga banyak bantuan dari orang-orang di sekitar saya. Dan pada
kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Beliau-beliau yang
sudah membantu tugas observasi saya, diantaranya:
1. Riana Nurhayati, S.Pd., M.Pd. selaku dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan,
2. seluruh narasumber observasi,
3. dan seluruh pihak yang berkenan membantu saya dalam pelaksanaan
observasi.
Saya menyadari bahwa laporan yang saya buat ini masih jauh dari nilai
sempurna, maka dari itu saya akan menerima dengan senang hati setiap kritik dan
saran yang membangun. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan, semoga
laporan observasi saya ini memberi manfaat untuk setiap pembaca dan juga
menambah ilmu bagi saya sendiri. Terima kasih.
Yogyakarta, 30 Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................................................6
D. Kajian Pustaka..............................................................................................................................6
1. Kejahatan...................................................................................................................................6
2. Klitih..........................................................................................................................................8
3. Kekerasan...................................................................................................................................9

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................11
A. Kajian Teori.................................................................................................................................11
1. Pengertian Kejahatan Kekerasan..............................................................................................11
2. Pengertian Aksi Klitih..............................................................................................................13
B. Hasil Wawancara........................................................................................................................14
C. Solusi............................................................................................................................................19

BAB III PENUTUP......................................................................................................................20


A. Kesimpulan.................................................................................................................................20
B. Saran............................................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22

LAMPIRAN.................................................................................................................................22
Lampiran 1. Transkip Wawancara....................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang Berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Setiap tingkah laku warga negaranya diatur
dengan peraturan yang bersumber dari hukum. Negara Hukum
menghendaki segala jenis hukum harus dihormati, ditegakan, dan ditaati
oleh siapapun tanpa kecuali. Semua itu bertujuan untuk menciptakan
ketertiban, keamanan, dan kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat
suatu negara.
Manusia memiliki keterbatasan dalam kehidupan ini. Manusia
selalu memiliki impian untuk melakukan hal besar dalam hidupnya. Hal
tersebut bersifat wajar karena termasuk nafsu manusia. Namun apabila
manusia terbuai dengan impian dan angan-angan yang akan dicapai tanpa
melihat kembali keterbatasan yang dimiliki, manusia akan jatuh pada
kesalahan dan dapat menyebabkan manusia jatuh kedalam kejahatan.
Kejahatan adalah salah satu perbuatan manusia yang menyimpang
dari norma bermasyarakat karena dalam kejahatan, pelaku dan korban
merupakan anggota masyarakat sendiri. Saat ini, kejahatan atau
kriminalitas semakin memprihatinkan karena intensitas terjadinya
kejahatan semakin banyak. Bahkan saat ini kejahatan tidak hanya
berdasarkan pada faktor umum seperti sosial, ekonomi, lingkungan
pergaulan, atau keterbelakangan pendidikan, melainkan dapat
diakibatkan sebagai bentuk penonolan identitas diri pribadi ataupun
kelompok tertentu.
Jenis kejahatan yang terjadi di masyarakat sudah sangat beragam
dan memiliki ciri tertentu, salah satunya kejahatan yang dilakukan secara
terorganisir dan telah direncanakan sebelumnya. Jenis kejahatan ini
biasanya dilakukan oleh suatu kelompok tertentu dengan satu komando
kelompok. Dalam eksekusinya, target dari jenis kejahatan ini diarahkan
pada kelompok lain.
Di Yogyakarta sendiri, jenis kejahatan kelompok seperti diatas
sangat sering ditemui dengan sebutan Klitih. Asal mulanya, Klitih
merupakan kejahatan yang dilakukan antar pelajar Sekolah Menegah
Atas/Kejuruan di Yogyakarta, namun saat ini beberapa pelajar Sekolah
Menengah Pertama juga kedapatan melakukan jenis kejahatan ini.
Klitih sebenarnya merupakan tradisi dari alumni sekolah mereka.
Modus dari aksi Klitih adalah menonjolkan identitas kelompok pelaku
(biasanya sekolah) atau Sasaran pelaku Klitih dalam beraksi yaitu
perorangan atau sekelompok orang yang berapapasan di jalan yang
sekiranya mengenakan seragam atau atribut sekolah yang dari dulu
pernah terjadi konflik dengan sekolah yang bersangkutan. Namun yang
sering terjadi saat ini, masyarakat umum yang tidak bersalah sering
menjadi korban dari pelaku Klitih yang notabenenya masih pelajar
sekolah.
Pada tahun 2018, terdapat 13 kasus klitih yang terjadi di
Yogyakarta. Akibatnya dua korban klitih meninggal dunia (Jogjatribun,
2018). Keadaan ini membuat masyarakat di Yogyakarta menyerukan
“darurat klitih”. Pernyataan tersebut bukan merupakan pernyataan resmi
dari pemerintah daerah, namun dari istilah tersebut sudah dapat
mengambarkan bahwa aksi klitih sudah sangat meresahkan masyarakat
pada umumnya.
Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk melakukan observasi
yang berkaitan dengan kejahatan klitih yang terjadi di dalam wilayah
hukum Daerah Istimewa Yogyakarta dengan judul “KEJAHATAN
“KLITIH” ANTAR PELAJAR DI Yogyakarta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakan yang diuraikan di atas, maka masalah
yang akan diobservasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak kejahatan
klitih di Yogyakarta?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah maupun
masyarakat pada umumnya guna mengatasi kejahatan klitih di
Yogyakarta?
C. Tujuan
1. Memperoleh data dan informasi mengenai faktor penyebab terjadinya
kejahatan yang dilakukan oleh pelaku klitih pelajar di Yogyakarta
2. Mengetahui upaya yang telah dilakukan sekolah maupun masyarakat
umum guna mengatasi kejahatan klitih oleh pelajar di Yogyakarta
D. Kajian Pustaka
1. Kejahatan
Menurut WA Bonger, Kejahatan merupakan perbuatan anti sosial
yang secara sadar mendapat reaksi dari negara, berupa pemberian
sanksi, dan sebagai reaksi terhadap rumusan-rumusan hukum (legal
definitions) menegenai kejahatan. Secara sosiologis, kejahatan
merupakan perikelakuan manusia yang di ciptakan oleh sebagian
masyarakat yang mempunyai kekuasaan dan wewenang. Bahkan
kejahatan merupakan aspek yang tidak terpisah dari konteks politik,
ekonomi, dan sosial, termasuk dinamika sejarah serta situasi dan
kondisi yang melandasinya (Ende, 2016).
Abdulsyani menjelaskan bahwa kejahatan dapat dilihat dalam
berbagai aspek berikut:
a. Aspek yuridis, yaitu seseorang dianggap berbuat kejahatan jika
ia melanggar peraturan atau undang-undang pidana dan
dinyatakan bersalah oleh pengadilan serta dijatuhi hukuman.
Dengan demikian, jika seseorang melakuka kejahatan, tetapi
belum dijatuhi hukuman, ia tidak dianggap sebagai pnjahat.
b. Aspek sosial, yaitu seseorang dianggap berbuat kejahatan jika ia
mengalami kegagalan dalam menyesuaikan diri atau berbuat
menyimpang dengan sadar atau tidak sadar dari norma-norma
yang berlaku di masyarakat sehingga perbuatannya tidak dapat
dibenarkan oleh masyarakat yang bersangkutan.
c. Aspek ekonomi, yaitu seseorang dianggap berbuat kejahatan
jika ia merugikan orang lain dengan membebankan kepentingan
ekonominya kepada masyarakat sekelilingnya sehingga ia
dianggap sebagai penghambat atas kebahagiaan pihak lain.
Secara formal kejahatan dirumuskan sebagai suatu perbuatan yang
oleh negara diberi pidana. Pemberian pidana dimaksudkan untuk
mengembalikan keseimbangan yang terganggu akibat perbuatan itu.
Keseimbangan yang terganggu itu ialah ketertiban masyarakat
terganggu, masyarakat resah akibatnya. Kejahatan dapat didefinisikan
berdasarkan adanya unsur anti sosial. Berdasarkan unsur itu dapatlah
dirumuskan bahwa kejahatan adalah suatu tindakan anti sosial yang
merugika, tidak pantas, tidak dapat dibiarkan, yang dapat
menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat.
Menurut Soe Titus Reid, untuk suatu perumusan hukum tentang
kejahatan, maka hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain ialah:
a. kejahatan adalah suatu tindakan sengaja atau emosi,
b. merupakan pelanggaran hukum pidana,
c. yang dilakukan tanpa adanya suatu pembelaan atau pembenaran
yang diakui secara hokum,
d. yang diberi sanksi oleh negara sebagai suatu kejahatan atau
pelanggaran.
Sutherland mengemukakan bahwa ciri pokok dari kejahatan yakni
perilaku yang dilarang oleh negara. Oleh karena merupakan perbuatan
yang merugikan negara dan terhadap perbuatan itu negara bereaksi
dengan hukuman sebagai suatu pamungkas.
Dari pandang dari sudut formil kejahatan adalah suatu perbuatan
yang oleh masyarakat atau negara diberi pidana. Di negara-negara
modern hampir tiap-tiap perbuatan yang di cap sebagai kejahatan oleh
hampir semua penduduk dirasakan sebagai melanggar kesusilaan
walaupun penilaian tidak sama.
Secara subjektif yaitu dilihat dari segi orangnya, kejahatan adalah
perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan, sedangkan dari segi
objektif yaitu dari segi masyarakat, kejahatan adalah merugikan
masyarakat, dan pandangan inilah yang akan berkembang sehingga
akan menjadi penelitian kriminologi.
2. Klitih
Klitih adalah salah satu bentuk anarkisme remaja yang sekarang
sedang marak di Yogyakarta. Klitih identik dengan segerombolan para
remaja yang ingin meluka iatau melumpuhkan lawannya dengan
kekerasan. Klitih juga sering kali melukai lawannya dengan benda-
benda tajam seperti: pisau, gir, pedang samurai, dll. Klitih dilakukan
oleh sekelompok geng SMA atau SMK yang terdiri dari 10 motor atau
lebih secara berboncengan.
Ada beberapa faktor yang melatarbelakang iterjadinya Klitih
diantaranya:
a. Faktor internal: Faktor ini terjadi didalam individu yang salah
akan mengimplementasikan tentang cara solidaritas.
b. Faktor keluarga: Faktor ini terjadi karena kurangnya perhatian
dari keluarga sehingga remaja akan terbiasa dengan kekerasan.
c. Faktor sekolah: Faktor ini terjadi karena hilangnya kualitas
pengajaran yang berkualitas.
d. Faktor lingkungan: Faktor lingkungan yang buruk mendorong
adanya kekerasaan.
Mengenai pelarangan menggunakan senjata tajam dalam pasal 204
ayat (1) barang siapa menjual, menawarkan, menyerahkan, atau
membagibagikan barang yang diketahuinya membahayakan nyawa
atau kesehatan orang, padahal sifat; berbahaya itu tidak diberi tahu,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Kemudian pada ayat (2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan orang
mati yang bersalah diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.”
ternyata tidak membuat efek jera kepada para pelaku aksi klitih untuk
menghentikan perbuatannya. Akan tetapi tidak semua pernyataan
mengenai Klitih mengandung arti negatif, klitih pada mulanya
hanyalah seseorang yang hanya berkeliling tanpa ada tujuan, bahasa
lainnya klinong-klinong. Yang termasuk klitih negatif yaitu yang
merugikan orang lain misalnya seperti yang sudah di jelaskan di atas.
Aksi klitih ini merupakan suatu tindak kejahatan karena
mengakibatkan korban mengalami penderitaan secara jasmani berupa
luka, lebam dan sejenisnya. Tindakan pelaku aksi klitih untuk melukai
korban tersebut dilakukan menggunakan senjata pemukul dan senjata
tajam jenis pisau, clurit, gear, parang, pedang, samurai dan sejenisnya.
Benda benda tersebut diatur dalam undang-undang nomor 12 tahun
1951 tentang Mengubah "ordonnantietijdelijke bijzondere
strafbepalingen" (stbl. 1948 Nomor 17) dan undang-undang republik
indonesia dahulu nomor 8 tahun 1948, pasal 2 ayat (1) dan (2). Sanksi
pidana terhadap pelaku kekerasan telah diatur dalam Pasal 170 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana atau KUHP dan Sanksi bagi orang
yang melanggar Pasalpelaku kekerasan/peganiayaan ditentukan dalam
Pasal 80 UU Nomor 35 Tahun 2014.
3. Kekerasan
Kejahatan kekerasan perorangan (seperti pembunuhan, perkosaan,
dan penganiayaan) merupakan pelanggaran-pelanggaran hukum yang
paling menakutkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
anggota- anggota lapisan sosial bawah, dengan persaaaan “ derivasi
relatif ”. serta meninggalkan harapan-harapan telah menumbuhkan
ketidaksabaran atas mobilitas sosial mereka dan pada gilirannya
melenyapkan keragu-raguan untuk menggunakan sarana-sarana
kekerasan seperti perampokan, perzinahan (Rumadah, 2007). 15
Seseorang pelaku yang telah tertangkap melakukan kekerasan dalam
kejahatan klitih. Tidak boleh di hakimi oleh warga masyarakat yang
menangkap seperti mematahakan anggota tubuhnya, membakarnya
dan lain sebagainya karena sudah ada aparat penegak hukum yang
berwenang untuk mengadilinya, dan pelaku tersebut juga dilindungi
oleh Hak Asasi Manusia. Berikut ini adalah ruang lingkup Hak asasi
manusia:
a. setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan martabat, dan hak miliknya,
b. setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai
manusia pribadi dimana saja ia barada,
c. setiap orang berhak atas rasa aman dan tentram, serta
perlndungan atas ancaman dan ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu (Zainudin, 2008).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1. Pengertian Kejahatan Kekerasan
Di dalam Pasal 89 KUHP penjelasan tentang kekerasan adalah
mempergunakan kekuatan tenaga atau jasmani tidak kecil secara tidak
sah, misalnya memukul dengan tangan atau degan segala macam
senjata, menyepak, menendang, dsb.
Berkaitan dengan masalah kejahatan, kekerasan merupakan
pelengkap dari bentuk kejahatan itu sendiri, Bahkan kekerasan telah
membentuk ciri tersendiri dalam khasanah tentang studi kejahatan.
Semakin menggejala dan menyebar luas frekuensi kejahatan yang
diikuti dengan kekerasan dalam masyarakat, semakin tebal keyakinan
masyarakat terhadap penting dan seriusnya kejahatan semacam ini.
Pada gilirannya, model kejahatan ini telah membentuk presepsi yang
khas di kalangan masyarakat.
Kekerasan itu sendiri terbagi menjadi beberapa jenis yaitu sebagai
berikut.
a. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah tindakan yang secara fisik menyakiti
orang yang menjadi sasaran. Kekerasan fisik mencakup
menampar, memukul dengan alat, menarik rambut,
membanting, mencekik leher, menginjak, dan mendorong
kuat-kuat. Terjadinya kekerasan fisik dapat dilihat dari adanya
perlukaan. Bekas luka itu dapat di akibatkan oleh episode
kekerasan yang tunggal atau berulang-ulang, dari yang ringan
hingga yang fatal. Yang merupakan kekerasan fisik salah
satunya adalah penganiayaan, dan sudah di atur dalam dengan
Pasal 354 KUHP ayat (1) dan (2) yang berbunyi :
1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain,
diancam karena melakukan penganiayaan berat dengan
pidana penjara paling lama delapan tahun.
2) Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama
sepuluh tahun.
b. Kekerasan seksual
Kekerasan seksual Kekerasan seksual adalah setiap
penyerangan yang bersifat seksual terhadap perempuan, baik
telah terjadi persetubuhan atau tidak, dan tanpa
memperdulikan hubungan antara pelaku dan korban.
Pembedaan aspek fisik dan seksual dianggap perlu, karena
tindak kekerasan terhadap perempuan yang bernuansakan
seksual tidak hanya melalui perilaku fisik.
Dalam Pasal 288 KUHP dinyatakan bahwa barangsiapa
bersetubuh dengan istrinya yang diketahui atau patut
disangka, bahwa perempuan itu belum masanya buat
dikawinkan, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun,
kalau perbuatan itu berakibat badan perempuan itu mendapat
luka.
c. Kekerasan Psikologi
Kekerasan psikologi dirasakan lebih menyakitkan daripada
kekerasan secara fisik. Jenis kekerasan psikologi adalah
bentakan, makian, penghinaan, sikap merendahkan diri,
ancaman untuk menimbulkan rasa takut, larangan untuk
berhubungan dengan oranglain, atau bentuk-bentuk
pembatasan bergerak lain.
d. Kekerasan Ekonomi
Kekerasan ekonomi dialami oleh istri atau pasangan hidup
bersama dari pelaku, Memaksa atau melarang istri bekerja
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga, sedangkan ia
tidak bekerja serta tidak memberi uang belanja. Ia memakai
atau menghabiskan uang istri.
Dari jenis-jenis kekerasan di atas, yang sering terjadi dan terlihat di
lingkungan masyarakat kita adalah kekerasan fisik. Menurut Pasal 89
KUHP, yang dinamakan melakukan kekerasan itu, membuat orang
jadi pingsan atau tidak berdaya lagi (lemah). Melakukan kekerasan
artinya mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani, misalnya
memukul dengan tenaga atau dengan segala macam senjata,
menendang, dan lain sebagainya. Secara khusus dalam Pasal KUHP
memang tidak dijelaskan mengenai Tindak Pidana dengan kekerasan.
Mengacu kepada definisi diatas maka pengertian Tindak Pidana
dengan kekerasan mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Tindak Pidana dengan kekerasan adalah perbuatan-
perbuatan yang melawan hukum yang didahului,
disertai, atau diikuti dengan kekerasan terhadap orang
lain dengan obyek kejahatan berupa barang atau orang
dan telah memenuhi unsur-unsur materiil sebagaimana
dimaksud dalam KUHP ataupun peraturan perUndang-
Undangan lain yang sah.
b. Melakukan kekerasan adalah sebagaimana tersebut
dalam Pasal 89 KUHP yaitu membuat orang menjadi
pingsang atau tidak berdaya maka perbuatan ini
bersifat fisik.
c. Ancaman dari kekerasan disamping bersifat fisik, juga
dapat bersifat psikis.

2. Pengertian Aksi Klitih


Klitih atau (klithihan atau nglithih) merupakan sebuah (kosa) kata
dari bahasa Jawa (Yogyakarta), yang mempunyai arti sebuah kegiatan
dari seseorang yang keluar rumah di malam hari yang tanpa tujuan.
Hanya sekedar jalan-jalan, mencari atau membeli makan, nongkrong
di suatu tempat dan lain sebagainya. Klitih jika dialih bahasakan ke
kosa kata bahasa Indonesia bisa disamakan dengan kata keluyuran.
Itulah arti dari kata klitih.konotasi dari kata tersebut menjurus ke hal
atau tindakan yang kurang baik, karena sebuah tindakan yang tidak
ada kepastian tujuan dari kegiatan ini. Jika banyak orang menyebut
aksi anak remaja tanggung yang melakukan aksi melukai orang lain
menyebutnya aksi klitih, walaupun aksi melukai orang lain merupakan
sebuah tindak kriminal, bukan selalu merupakan tindak klitih atau
keluyuran, karena klitih melakukan tindak kriminal dengan cara
melukai korbannya di jalan secara acak ketika berpapasan. Sedangkan
aksi melukai korban yang dilakukan selain di jalan, termasuk di rumah
atau kediaman seseorang itu hanya disebut sebagai tindakan kriminal
biasa.
Klitih adalah salah satu bentuk anarkisme remaja yang sekarang
sedang marak di Yogyakarta.Klitih identik dengan segerombolan para
remaja yang ingin melukai atau melumpuhkan lawannya dengan
kekerasan. Pelaku aksi Klitih juga sering kali melukai lawannya
dengan benda-benda tajam seperti: pisau, gir, pedang samurai dan
sejenisnya. Klitih merupakan istilah baru untuk menyebut tawuran
pelajar atau remaja yang sejak dahulu tidak bisa lepas terjadi di Kota
Yogyakarta dan sekitarnya. Akhir-akhir ini marak terdengar isu
kenakalan-kenakalan remaja yang sangat meresahkan di
Yogyakarta.Kenakalan tersebut bukanlah kenakalan biasa karena
kenakalan tersebut memakan banyak korban hingga melukai fisik dan
merampas harta benda. Korban kenakalan tersebut pun tidak pandang
bulu, mulai dari sesama remaja, mahasiswa, hingga orang
dewasa.Fenomena kenakalan remaja itu disebut dengan istilah
"Klitih".

Namun saat ini klitih tidak hanya mengancam pelajar tetapi juga
mengancam mahasiswa, orang dewasa, dan masyarakat umum.
Banyak korban aksi brutal remaja tersebut, ada yang luka ringan, luka
parah, bahkan ada yang meninggal.
B. Hasil Wawancara
Untuk membuktikan kajian teori diatas, penulis melakukan
pengumpulan data dengan melakukan wawancara tiga mantan pelaku
klitih yang berasal dari tiga sekolah yang berbeda, untuk mengetahui
motif kenapa mereka melakukan klitih. Ketiganya melakukan aksi
klitih ketika duduk di bangku SMK dan sekarang ketiganya sudah
lulus sekolah. Dari wawancara tersebut didapatkan hasil sebagai
berikut:
1. Narasumber 1
Identitas narasumber sengaja tidak disebutkan
Waktu dan Tempat Wawancara
Waktu : Sabtu, 29 Desember 2018
Tempat : Warung Indomie Pamungkas, Selokan Mataram
Pukul : 18.30 WIB
Narasumber merupakan lulusan dari salah satu SMK favorit di
Yogyakarta. Penulis memilih narasumber ini karena dulunya, dia
merupakan salah satu pelaku aksi klitih ketika masih duduk di bangku
sekolah.
Menurut narasumber 1, pertama alasan dia melakukan aksi klitih
karena mengikuti ajakan teman untuk membalaskan dendam
sekolahnya dengan sekolah yang sebelumnya bermasalah karena
melakukan aksi klitih juga terhadap teman satu sekolah. Menurutnya
apa yang dia lakukan itu setimpal dengan apa yang telah dilakukan
kepada temannya. Narasumber juga merasa puas dengan aksi klitih
yang dia lakukan. Setelah aksi yang pertama, narasumber juga
melakukan aksi klitih beberapa kali namun dia mengelak jika korban
dari aksinya masyarakat umum. Narasumber menambahkan jika
sebelum melakukan aksi klitih dia dan teman-temannya benar-benar
memastikan calon korbannya agar tidak sasaran.
2. Narasumber 2
Identitas narasumber sengaja tidak disebutkan
Waktu dan Tempat Wawancara
Waktu : Minggu, 23 Desember 2018
Tempat : Awor Coffe, Dr Yap Square
Pukul : 20.00 WIB
Narasumber merupakan lulusan baru dari salah satu SMK favorit
di Yogyakarta dan saat ini juga sudah bekerja diluar jogja. Penulis
memilih narasumber ini karena dulunya, dia juga merupakan salah
satu pelaku aksi klitih.
Menurut narasumber 2, alasan dia melakukan aksi klitih karena
iseng. Dia menjalankan aksinya bersama beberapa temannya.
Menurutnya, hal tersebut merupakan hal wajar sebagai salah satu
siswa SMK. Motifnya, sepulang sekolah dia mencari siswa sekolah
lain yang sebelumnya memiliki masalah dengan sekolah narasumber.
Kemudian mereka membuntuti korban hingga sampai pada daerah
yang sepi. Setelah itu pelaku akan menendang motor korban hingga
korban jatuh dan langsung meninggalkannya. Narasumber merasa
puas dengan aksi klitih yang dia lakukan. Menurut arasumber 2 ini,
dia hanya melakukan aksi klitih 3 kali namun dia juga mengelak jika
korban dari aksinya masyarakat umum.
3. Narasumber 3
Identitas narasumber sengaja tidak disebutkan

Waktu dan Tempat Wawancara


Waktu : Minggu, 2 Desember 2018
Tempat : Lapangan Mulyodadi Bambanglipuro Bantul
Pukul : 19.00 WIB
Narasumber merupakan lulusan dari salah satu SMA di Bantul.
Penulis memilih narasumber ini karena dulunya, dia merupakan salah
satu pelaku sekaligus korban aksi klitih ketika masih duduk di bangku
sekolah.
Menurut narasumber 3, alasan dia melakukan aksi klitih karena
balas dendam dengan pelaku yang dulunya melakukan aksi klitih
kepadanya. Menurutnya, setelah dia menjadi korban, dirinya menjadi
lebih suka berkumpul dengan siswa-siswa “nakal” disekolahnya.
Narasumber menjalankan aksi “balas dendam” ditemani beberapa
temannya. Menurutnya, sudah ada lima orang yang menjadi korban
dari aksinya dan teman-teman. Dari kelima orang yang menjadi
korban, dapat dipastikan bahwa kelimanya adalah siswa dari sekolah
pelaku yang melakukan aksi klitih kepadanya dibuktikan dengan
atribut sekolah korban yang diambil oleh narasumber ketika aksi
klitih. Namun menurutnya, memang ada rombongan siswa lain yang
secara sengaja melakukan tindak klitih ke seluruh pengendara yang
bertemu dengannya dengan alasan iseng.

Selain melakukan wawancara dengan pelaku, penulis juga


melakukan wawancara dengan salah satu guru tempat sekolah salah satu
narasumber pelaku aksi klitih. Berikut ini adalah hasil wawancaranya:
1. Narasumber 4 (Guru Sekolah Pelaku Klitih)
Identitas narasumber sengaja tidak disebutkan

Waktu dan Tempat Wawancara


Waktu : Senin, 31 Desember 2018
Tempat : Sekolah yang bersangkutan
Pukul : 14.00 WIB
Setelah melakukan wawancara dengan pelaku klitih pada masanya,
penulis berusaha menghubungi guru sekolah dari ketiga pelaku klitih.
Pada akhirnya penulis hanya bisa melakukan wawancara dengan satu
guru saja.
Menurut guru tersebut, siswa yang melakukan aksi klitih
sebenarnya sudah bisa ditandai dengan aktifias di sekolah seperti suka
membolos, tidak taat aturan atau celelekan. Namun sebenarnya,
sekolah itu tidak akan tahu kalau ada muridnya yang terlibat sebagai
pelaku atau korban klitih apabila tidak adanya melaporkan kepada
sekolah. Menurut beliau, sekolah sudah menggiatkan upaya preemtif,
preventif hingga represif untuk mencegah permasalahan yang sudah
menjamur dikalangan murid-muridnya seperti bolos, minum minuman
keras, tawuran, ataupun aksi klitih.
Kemudian upaya preventif yang sudah dilakukan adalah seperti
penerapan penyuluhan tertib sekolah, fullday school dan penerapan
sistem presensi setiap mata pelajaran. Dan yang terkahir yaitu usaha
represif dapat berupa sanksi yang tegas kepada siswa yang melakukan
aksi klitih bahkan menyerahkannya ke pihak berwajib jika perlu.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat didapatkan


beberapa analisa mengenai faktor penyebab pelaku melakukan tindak
kejahatan aksi klitih yaitu:
1. Faktor Lingkungan
Dari ketiga narasumber mantan pelaku klitih, dapat diambil kesamaan
faktor penyebab mereka melakukan aksi klitih yaitu faktor
lingkungan. Sekolah terbaik tidak menjamin muridnya berada pada
lingkungan yang baik pula. Hal ini telah dibuktikan oleh ketiga
narasumber mantan pelaku yang berasal dari sekolah-sekolah terbaik
di Yogyakarta tetapi tetap saja melakukan aksi klitih.
2. Faktor Balas Dendam
Seperti yang telah disampaikan narasumber 1 dan narasumber 2,
alasan mereka melakukan aksi klitih didasarkan pada balas dendam
dengan sekolah musuh.
3. Faktor Minuman Keras
Memang tidak dijelaskan oleh narasumber mantan pelaku, namun
beberapa pelaku klitih yang tertangkap ada pada pengaruh minuman
keras. Pada dasarnya apabila seseorang berada pada kondisi mabuk,
dia akan cenderung nekad karena pikirannya berada diluar nalarnya.
4. Faktor Pengawasan dari Sekolah
Setiap sekolah tentu memperlakukan murid-muridnya dengan
bermacam-macam. Ada yang benar-benar mengawasi seluruh
muridnya, ada pula yang hanya membiarkan murid-muridnya apabila
terjadi tindak kejahatan. Apalagi sekolah-sekolah dari narasumber
yang diwawancarai penulis merupakan sekolah yang besar dan
memiliki banyak murid. Menurut wawancara dari narasumber 1 dan 2,
sekolahnya kurang tegas dalam menindak pelaku klitih. Sekolah
cenderung melindungi anak didiknya dari polisi padahal jelas-jelas
pelaku klitih ini salah dan sudah melanggar hokum.
C. Solusi
Aksi klitih tidak hanya menjadi masalah bagi sekolah tetapi sudah
masuk ke tindak kejahatan kekerasan yang bisa diproses secara hukum.
Oleh karena itu, budaya klitih harus segera dihilangkan dari sekolah-
sekolah khususnya tingkat SMA/K. Berikut adalah solusi yang dapat
dilakukan oleh pihak sekolah maupun masyarakat:
1. Upaya Pre-Emtif, merupakan upaya awal yang dapat dilakukan
sekolah agar peserta didikanya tidak melakukan pelanggaran.
a. Penyuluhan mengenai pemahaman dan pengawasan kepada
seluruh warga sekolah agar melatih peserta didik untuk tidak
melakukan pelanggar atau bahkan tindak kejahatan.
2. Upaya Preventif, merupakan upaya lanjutan dari upaya Pre-Emtif
untuk mencegah terjadinya tindak pelanggaran atau kejahatan siswa
a. Meningkatkan penertiban aturan sekolah
b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan razia kepada peserta didik secara
rutin
c. Menghimbau kepada seluruh lapisan warga sekolah maupun
masyarakat pada imumnya agar secepatnya melaporkan kepada
pihak yang berwajib, apabila terjadi suatu kejahatan yang
dilakukan oleh pelaku aksi klitih
d. Mengadakan penyuluhan secara berkala mengenai dampak
negatif tindak kejahatan
3. Upaya Reprensif
a. Pemberian sanksi yang tegas kepada pelaku aksi klitih
b. Menyerahkan pelaku aksi klitih kepada pihak yang berwajib
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh
penulis, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab terjadinya tindak
klitih yaitu:
1. Faktor Internal
Faktor internal terjadinya aksi klitih oleh pelaku bisa berupa tingkah
laku negatif dari pelaku sendiri dan juga bisa dikarenakan aksi balas
dendam.
2. Faktor Eksternal
Berdasarkan wawancara yang dilakukan faktor utama penyebab faktor
Lingkungan, seperti kurangnya pengawasan dari orang tua membuat
anak-anak bebas sehingga memberi kesempatan bagi pelaku
melancarkan aksinya, kemudian Penggunaan minuman keras secara
berlebihan dan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai masalah.
Upaya yang telah dilakukan oleh sekolah, masyarakat maupun
kepolisian dalam mengurangi tindak kejahatan aksi klitih yaitu dengan
tindakan Pre-emtif, Preventif, dan Represif.
B. Saran
Penulis memberikan beberapa saran yaitu terkait dalam upaya dan
usaha untuk mengurangi sekaligus mencegah tindak kejahatan aksi klitih
yaitu, menenegakan hukum khususnya bagi pelaku kejahatan aksi klitih
tanpa pandang bulu, diharapkan proses sesuai dengan hukum yang berlaku
serta penerapan sanksi yang cukup berat agar pelaku tidak mengulangi
perbuatannya lagi. Kemudian sangat diharapkan kepada semua pihak dari
masyarakat, sekolah maupun kepolisian serta para penegak hukum lainnya
agar menegakkan hukum dengan seadil-adilnya sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Tak lepas dari itu pihak keluarga adalah yang paling penting
dalam membentuk karakteristik anak, hendaknya selalu memberikan
arahan yang baik, memberikan ilmu keagamaan, dan selalu mengawasi
tingkah laku anak agar bisa berperilaku positif.
DAFTAR PUSTAKA

Ende Hasbi Nassaruddin, 2016. Kriminologi, Bandung:Pustaka Setia


Zainnudin Ali, 2008, Sosiologi Hukum, Jakarta:Sinar Grafika.
Rumadah Ismail, 2007, Kriminologi Study Tentang Sebab-Sebab Terjadinya
Kejahatan, Yogyakarta:Graha Guru.
Syafi’e, M. 2017. Klitih: Krisis Lingkungan Sosial. Majalah Pranala:Edisi 14,
Maret-April 2017
Anononim.,2018. Selama 2018, 13 Kasus Klitih Terjadi di Yogyakarta, Dua
Korban Meninggal Dunia. Diakses melalui
http://jogja.tribunnews.com/2018/12/27/selama-2018-13-kasus-klitih-
terjadi-di-yogyakarta-dua-korban-meninggal-dunia pada 22 Desember
2018 pada pukul 19.20

LAMPIRAN
Lampiran 1. Transkip Wawancara
1. Narasumber 1
Identitas narasumber sengaja tidak disebutkan
Waktu dan Tempat Wawancara
Waktu : Sabtu, 29 Desember 2018
Tempat: Warung Indomie Pamungkas, Selokan Mataram
Pukul : 18.30 WIB
P : Pertanyaan, J : Jawaban dari narasumber
P Apakah benar mas dulu melakukan aksi klitih ?
J Benar mas
P Bisa dijelaskan mas alasannya dulu melakukan klitih?
J Dulu pertama kali itu kelas 2 mas. Kelas 2 itu usia dimana anak
SMK nakal-nakalnya. Waktu itu siang-siang saya diajakin bolos
sama teman saya katanya mau ada tawuran. Saya ngikut aja
waktu itu. Latar belakang tawurannya itu gara-gara sekolah
lawan mukulin temannya teman saya di selokan mataram. Terus
tiba-tiba dikasih tau sama teman saya yang ngajak saya katanya
sekolah lawan enggak jadi datang. Gara-gara itu kami jadi nyari
anak sekolah lawan dijalan.
P Apakah mas mendapatkan siswa dari sekolah yang mas cari
waktu itu?
J Jelas dapat dong. Disana kami bareng ada sekitar 10 motor. Jadi
ya motor dia waktu itu hancur
P Apakah perasaan mas setelah berhasil mendapatkan siswa dari
lawan sekolah mas?
J Waktu itu senang banget. Motor hancur dibalas dengan montor
hancur
P Setelah yang pertama itu mas, apakah mas melakukan aksi klitih
lagi?
J Sempat beberapa kali, terus berhenti waktu mau kelas 3.
P Menurut beberapa masyarakat, korban aksi klitih sebagian ada
yang masyarakat biasa. Kalau target sasaran mas bagaimana ?
J Tidak semua rombongan seperti itu mas. Kalau rombongan saya
itu benar-benar targetnya ya sekolah lawan karna kita buntuti
dari dia keluar sekolah
P Baik mas, sekarang bagaimana perasaan mas menjadi mantan
pelaku klitih?
J Wah ya gimana ya mas. Biasa saja sih wong wajar jadi anak
STM kalau enggak tawur yang klitih
P Kalau pesannya buat adik-adiknya yang masih sekolah apa mas?
J Ya kalau pesan buat mereka, sekolah yang benar biar bisa
banggain keluarga dan sekolah. Jangan jadi seperti mas ini.
Sukses enggak harus nakal kok
P Baik mas, terimakasih atas waktunya

2. Narasumber 2
Identitas narasumber sengaja tidak disebutkan
Waktu dan Tempat Wawancara
Waktu : Minggu, 23 Desember 2018
Tempat : Awor Coffe, Dr Yap Square
Pukul : 20.00 WIB

P : Pertanyaan, J : Jawaban dari narasumber

P Apakah benar mas dulu melakukan aksi klitih ?


J Iya mas benar, tapi cuma 3 kali dan itu sudah lama
P Kapan itu mas kalau boleh tahu?
J Terakhir kelas 3 pas lulusan, tahun 2016
P Bisa dijelaskan mas alasannya dulu melakukan klitih?
J Dulu pertama kali itu waktu masuk STM. Banyak berita tentang
klitih di sekolah. Kebetulan STM ku juga termasuk STM yang
ada di berita itu. Ada teman coba ngajakin buat klitih anak STM
sebelah. Dari situ mulai kencanduan mas.
P Apakah mas mendapatkan siswa dari sekolah yang mas cari
waktu itu?
J Pertama sih belum mas, tapi kita sudah bawa beberapa senjata
kayak keling, tongkat polisi gitu juga. Baru yang kedua pas
diajakin sama kakak kelas itu baru dapat anak STM 1.
P Apakah perasaan mas setelah berhasil mendapatkan siswa dari
lawan sekolah mas?
J Seneng mas. Bisa ngelawan anak STM lain itu bangga.
P Kalau boleh tahu, kronologinya gimana itu mas?
J Sepulang sekolah kita cari anak STM lain yang sebelumnya
memiliki masalah dengan sekolah narasumber. Kemudian kita
buntuti dua orang hingga sampai pada daerah yang sepi. Ketika
enggak ada yang lewat kita pepet dan tendang motor mereka
satu-satu hingga mereka jatuh dan langsung lari. Belum sempat
menggunakan senjata waktu itu.
P Setelah dapat korban itu mas, apakah mas melakukan aksi klitih
lagi?
J Iya mas, sempat berhenti di kelas 2 waktu itu karena saya
ketahuan bawa sajam di sekolah. Lalu lanjut pas kelas 3.
P Menurut beberapa masyarakat, korban aksi klitih sebagian ada
yang masyarakat biasa. Kalau target sasaran mas bagaimana ?
J Kalau korban saya itu anak STM semua mas. Saya bisa jamin.
P Baik mas, sekarang bagaimana perasaan mas menjadi mantan
pelaku klitih?
J Wajar saja sih mas, kita anak STM kok.
P Kalau pesannya buat adik-adiknya yang masih sekolah apa mas?
J Kurangi anarkis ya adik-adik. Enggak baik, tapi kalau mau
anarkis jangan bawa orang lain yang tidak bersalah.

3. Narasumber 3
Identitas narasumber sengaja tidak disebutkan
Waktu dan Tempat Wawancara
Waktu : Minggu, 2 Desember 2018
Tempat : Lapangan Mulyodadi Bambanglipuro Bantul
Pukul : 19.00 WIB
P : Pertanyaan, J : Jawaban dari narasumber

P Apakah benar mas dulu melakukan aksi klitih ?


J Bener mas, saya salah satu pelakunya. Tapi itu dulu sekarang
sudah insyaf.
P Bisa dijelaskan mas alasannya dulu melakukan klitih?
J Waktu kelas 2, saya pernah sekali kena klitih sama anak SMA
lain mas, waktu itu saya ditendang sampai saya terjatuh dari
motor dan saya lari sedangkan motor saya ditendangin sama
mereka sampe ndak bisa jalan. Dari situ saya dikenalin sama
temen saya yang agak nakal. Dia bilang mau bantuin saya buat
balas dendam sama pelaku yang sudah ngalakuin hal itu ke saya.
P Apakah mas mendapatkan pelaku yang melakukan aksi klitih
terhadap mas waktu itu?
J Sayangnya ndak mas, cuma selama saya mengklitih dapat 5
korban dari SMA dia.
P Apakah perasaan mas setelah berhasil mendapatkan siswa dari
lawan sekolah mas?
J Waktu itu ya masih dendam mas. Motor saya satu-satunya
dihancurin sampai ndak bisa jalan. Ya sebal banget.
P Setelah yang pertama itu mas, apakah mas melakukan aksi klitih
lagi?
J Sempat beberapa kali, tapi cuma ikut –ikutan aja. Semenjak
udah dapat 5 korban, jarang saya yang memulai.
P Menurut beberapa masyarakat, korban aksi klitih sebagian ada
yang masyarakat biasa. Kalau target sasaran mas bagaimana ?
J Kalau sepengetahuan saya, romobongan saya ndak gitu mas.
Kalau saya sendiri biasanya habis klitih orang, saya ambil
atribut sekolahnya dan itu semuanya adalah sekolah inceran
saya. Menurut omongan sih mas, sekolah lain itu memang ada
yang menyerang tanpa pandang bulu, ndak mikir dia benar atau
salah. Kalau di lewat mesti langsung ditebas
P Baik mas, sekarang bagaimana perasaan mas menjadi mantan
pelaku klitih?
J Saya nyesel mas, gara-gara saya gabung di lingkungan negative
jadi keturalaran negatif. Tapi sekarang saya suka ga habis pikir
kok klitih itu jadi ke orang umum.
P Kalau pesannya buat adik-adiknya yang masih sekolah apa mas?
J Sekolah yang bener dik, jangan sia-siain sekolah kalian nanti
ndak jadi kayak mas ini. Klitih itu merugikan segala pihak
termasuk kamu sendiri.

4. Narasumber 4 (Guru Sekolah Pelaku Klitih)


Identitas narasumber sengaja tidak disebutkan
Waktu dan Tempat Wawancara
Waktu : Senin, 31 Desember 2018
Tempat : Sekolah yang bersangkutan
Pukul : 14.00 WIB
P : Pertanyaan, J : Jawaban dari narasumber

P Menurut kabar yang beredar, beberapa siswa dari sekolah ini


terlibat aksi klitih pak, apakah hal itu benar ?
J Benar mas, ada 6 orang siswa kami yang tertangkap oleh polisi
waktu itu.
P Apakah sebelumnya pihak sekolah mengetahui bahwa ada siswa
yang melakukan tindak kejahatan klitih?
J Sebelumnya kami tidak tau menau soal hal itu mas, tapi
sebenarnya kami juga tidak begitu kaget karna memang murid
kami itu bandel-bandel. Beberapa kali bolos, merokok
disekolah, tawuran, bahkan sampai masuk kelas dalam keadaan
bau ahkohol. Beberapa sudah dikeluarkan dari sekolah gara-gara
hal itu.
P Kalau dari sekolah sendiri, upaya-upaya apa yang sudah
dilakukan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya hal-hal
tersebut pak?
J Upaya preventif yang sudah kami lakukan itu seperti penerapan
penyuluhan tertib sekolah, fullday school dan penerapan sistem
presensi setiap mata pelajaran. Dan untuk upaya represif dapat
berupa sanksi yang tegas kepada siswa yang melakukan aksi
klitih bahkan menyerahkannya ke pihak berwajib seperti yang
telah kami lakukan saat ini.

Anda mungkin juga menyukai