Anda di halaman 1dari 14

Komunikasi Massa

Teori Information Gap


Dosen Mata Kuliah:

Damayanti, S.Sos.M.Si

Disusun Oleh:

Hera Cahya Ananda (1810411199)

Rhamanda Muharry S (1810411207)

Kurniawan Widya Dhana (1810411215)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2019
Daftar Isi

Kata Pengantar……………………………………………………………………. I

BAB I Pendahuluan …………………………...…………………………………. 1

1.1 Latar Belakang ……………………..……………………………………. 1


1.2 Rumusan Masalah…………………..……………………………………. 1
1.3 Tujuan...…………………...……………………………………………... 1

BAB II Pembahasan…………………………………………………………..….. 2

2.1 Pengertian,karakteristik,konsep khalayak ……………………..…….…. 2


2.2 Penggunaan, penerimaan dan efek media…………………………………3
2.3 Peranan media di dunia sosial…………………………………… ……… 4
2.4 Pembentukan makna melalui Media…………………....….........…...……5

BAB III Penutup………………………………… …………………… ………. 8

Kesimpulan…………………… ………………………………… ……. 8

DaftarPustaka……………………… ……………….……… ………………… II


Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatakan kepada Tuhan Yang Maha ESA. Karena dengan limpahan
rezeki dan rahmatnya kami dapat mengerjakan makalah ini. Makalah ini berisi tentang
karakteristik, konsep dan pengertian khalayak media.

Adapun, penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami
menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Kami pun
berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada kami agar di
kemudian hari kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.

Sekian pengantar dari kami, kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang tidak
bisa disebutkan satu-persatu atas bantuannya dalam penyusunan makalah ini.

Jakarta, 4 Mei 2019


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk sosial, dank arena manusia adalah mahluk social pasti semua
manusia memerlukan informasi. Informasi merupakan hal yang sangat vital dalam kehidupan
seseorang secara personal dan seseorang dalam keterlibatannya dalam masyarakat. Oleh
karena itu sering diumpamakan bahwa seseorang tanpa informasi sama dengan manusia yang
mati “Informasi adalah sumber daya. Informasi mempunyai nilai, dan informasi
memungkinkan orang untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat mereka laksanakan tanpa
adanya informasi tersebut. Pepatah lama menyatakan bahwa pengetahuan adalah kekuasaan,
dan ini berarti bahwa pengetahuan memberi orang kemampuan untuk melakukan hal-hal dan
memanfaatkan peluang-peluang .kita pun tau bahwa informasi belum merata diterima oleh
masyarakat. Dari satu sisi dinyatakan bahwa informasi belum didistribusikan secara merata ke
seluruh masyarakat. Disisi lain dinyatakan bahwa peluang untuk mengakses informasi yang
masih kurang. Ada juga yang mengatakan bahwa motivasi masyarakat dalam proses pencarian
informasi masih kurang sehingga hal itulah yang menyebabkan terjadinya kesenjangan
informasi/pengetahuan. Salah satu sebab yang tidak mudah diatasi adalah kenyataannya bahwa
dalam proses penyebaran teknologi komunikasi diperlukan dana yang besar. Information Gaps
ini yang dibahas dalam poin-poin berikutnya. Penyajian tulisan ini lebih banyak bentuk narasi
dan hanya sedikit dalam bentuk gambar. Adapun Information Gaps (celah/kesenjangan
informasi) yang dimaksud dalam tulisan ini adalah perbedaan pemilikan informasi oleh
masyarakat, baik pada tingkat makro (sebuah negara, atau masyarakat), maupun pada tingkat
mikro (individu). Dalam berbagai literatur ilmu komunikasi, ada yang menyebut kesenjangan
informasi sebagai knowleedge gap (kesenjangan pengetahuan) yang lebih merujuk kepada
kesenjangan informasi pada tingkat mikro, ada juga yang menyebutnya dengan information
imbalance (ketidakseimbangan informasi) yang menekankan kesenjangan informasi pada
tingkat makro.80
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu information gap


2. Sejarah information gap
3. Information gap menurut para ahli
4. Implementasi information gap

1.3 Tujuan Makalah

Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas uas mata kuliah
Komunikasi Massa. Selain itu makalah ini bertujuan untuk membagikan informasi yang
bersifat umum dan mendasar tentang information gap.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian gap information

2.1.1 Pengertian gap information

Phillip Tichenor (1970) yang mengawali pemikiran tentang gap information menjelaskan bahwa
ketika arus informasi dalam suatu system social meningkat maka mereka yang berpendidikan yaitu
mereka yang memiliki status social ekonomi yang lebih baik akan lebih mudah , lebih cepat dan
lebih baik dalam mendapatkan informasi dibandingkan dengan mereka yang kurang berpendidikan
dengan status yang lebih rendah .memperkuat asumsi tersebut dengan mengatakan bahwa
informasi bukan hanya menghasilkan melebarnya knowledge gaps tetapi juga gaps yang berkaitan
dengan sikap dan perilaku juga mengemukakan bahwa komunikasi massa bukan satu-satunya
penyebab terjadinya gaps tersebut, karena komunikasi langsung antar individu dapat memiliki efek
yang serupas. uatu konsep lain yang dikemukakan oleh sekelompok peneliti dari $wedia
menjelaskan tentang karakteristik dan sumber sumber yang memungkinkan seseorang untuk
memberi dan menerima informasi dan yang membantu proses komunikasi bagi dirinya. konsep
yang disebut -potensi komunikasi. tersebut dipandang sebagai alat untuk mencapai atau
mendapatkan nilai nilai tertentu dalam hidupnya. ukuran dan bentuk komunikasi.tergantung pada
tiga karakteristik utama yaitu ,karakteristik pribadi orang memiliki sekaligus kemapuan alamiah
seperti melihat atau berbicara dan kemampuan yang diperoleh melalui pembelajaran seperti
berbicara dalam beberapa bahasa yang berbeda di samping itu ia memilki potensi
komunikasi,pengetahuan sikap, dan kepribadian tertentu ,karakteristik seseorang tergantung pada
posisi sosialnya, posisi ini di tentukan oleh variable variabel seperti penghasilan, pendidikan,
umur,dan jenis kelamin!c) ,karakteristik dari struktur social dimana seseorang berada salah
satufactor penting adalah berfungsinya -primary group (misalnya keluarga, kelompok kerja). dan
secondary group (misalnya organisai, sekolah,klub) dalam konteks ini adalah relevan untuk
menganggap masyarakat sebagai system komunikasi. Potensi tersebut dapat membawa pada
pencapaian nilai-nilai dan tujuan tujuan tertentu .sebagai contoh pembentukan identitas diri dan
tumbuhnya solidaritas dapat mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Jika kita tempatkan
konsep diatas dalam konteks media massa maka kita harus menggangap ketiga karakteristik
tersebut sebagai independent variable dan tingkat pencapaian nilai dan tujuan sebagai variable
depender ( efek/konsekuensi)

Pemikiran tentang adanya information gap dalam masyarakat ternyata belum cukup menjelaskan
fenomena yang terjadi . sebenarnya tidak hanya terdapat satu information gaps, tetapi ada banyak
dan setiap information gap berbeda antara yang satu dengan lain nya misalnya ada gap dalam
informasi politik da nada gap juga dalam informasi menigkat nya biaya hidup. Biasanya gap
informasi tentang situasi politik di dunia lebih besar dibandingkan gap informasi meningkatnya
biaya hidup.
Beberapa anggapan menyatakan bahwa gap cenderung meningkat seiring berjlan nya waktu dalam
beberapa kasus hal ini tentu terjadi. Namun Thunberg (1976) mengemukakan bahwa situasi
sebaliknya dapat pula terjadi yaitu gap yang pada awalnya melebar akhirnya dapat menutup ketika
kelompok yang status social ekonomi nya rendah bisa menyusul . dalam hal ini yang terjadi hanya
persoalan waktu saja , pada awal nya ketika kelompok yang diuntungkan karena memiliki akses
dan exposure pada kounikasi yang lebih baik dengan cepat mampu menyerap topic tertentu yang
beredar di masyarakat. Meskipun demikian pada akhirnya kelompok yang memiliki potensi
komunikasi rendah akan dapat menyusul penyerapan informasi tersebut sehingga gap akan tertutup
. model seperti itu disebut “ceiling effect” terjadi jika informasi mengenai suatu topic terbatas.
Mereka yang memiliki kapasitas besar dalam penyerapan informasi setelah beberapa waktu akan
kehabisan bahan informasi , hal ini menyebabkan kelompok yang potensi komunikasi nya rendah
akan menyusul nya . efek ini juga bisa terjadi jika kelompok yang potensial tidak memiliki
motivasi lagi untuk mencari informasi baru , sementara kelompok yang kurang potensial masih
terus termotivasi. meskipun demikian donahue (1978) menegaskan bahwa tidak semua gaps dapat
menutup beberapa penelitian yang dilakukannya di amerika menunjukkan bahwa perhatian yang
besar terhadap media menghasilkan pelebaran gaps antara mereka yang berpendidikan tinggi
dengan mereka yang berpendidikan rendah

SEJARAH

Teori information gap pertama kali diusulkan oleh Philip j tichenor, associate professor jurnalisme
dan komunikasi massa, George A. Donohue, profesor sosiologi dan clarice. N olien, instruktur
dalam sosiologi , ketiga peneliti di university of Minnesota. Mereka mendefinisikan informarion
gap theory atau teori kesenjangan pengetahuan , “karena pemasukan informasi media massa ke
dalam system social meningkatkan segmen status social ekonomi yang lebih tinggi cenderung
memperoleh informasi ini lebih cepat daripada segmen populasi status social ekonomi yang lebih
rendah. Oleh karena itu kesenjangan dalam pengetahuan di antara kedua nya cenderung meningkat
daripada menurun. “dengan kata –kata sederhana, ketika akses ke media massa meningkatkan
segmen-segmen tertentu dari populasi, infromasi yang tak terhindarkan lebih cepat diperoleh dan
karenanya kesenjangan yang lebar meningkat dengan status ekonomi yang lebih rendah dari
populasi tersebut. Dunia belum meilhat efek lengkap dari teknologi-teknologi yang baru ini, tetapi
karena dunia semakin berteknologi dan biiayanya naik akhirnya kesenjangan pengetahuan juga
semakin meluas dan akhirnya masyarakat kelas menengah atas mendapatkan manfaat lebih
banyak. Jika layanan informasi tidak dibuat sama untuk seluruh masyrakat, kesenjangan informasi
ini akan terus meningkat
lahirnya Teori Information Gaps atau Knowledge Gap ini adalah akibat adanya arus
informasi yang terus meningkat. Sebagian besar information gap ini disebabkan oleh media
massa. Secara teori peningkatan ini akan menguntungkan setiap orang dalam masyarakat
karena setiap individu memiliki kemungkinan untuk mengetahui apa yang terjadi di
sekelilingnya atau di dunia. Hal ini tentunya akan membantu diri seseorang dalam
memperluas wawasan.
Meskipun demikian, sejumlah peneliti menunjukkan bahwa peningkatan arus
informasi seringkali menghasilkan efek negatif. Peningkatan pengetahuan pada kelompok
tertentu akan jauh meninggalkan/melebihi kelompok lainnya. Dalam hal ini information
gaps atau knowledge gaps akan terus terjadi dan terus meningkat sehingga menimbulkan
jarak antara kelompok sosial yang satu dengan yang lainnya tentang pengetahuan
berkenaan topik tertentu.
Tokoh yang pertama kali menyampaikan tentang teoti Information Gap adalah
Philip Tichenor, George Donohue, dan Clarice Olien pada tahun 1970, mereka bertiga
adalah tim peneliti dari Universitas Minnesota Amerika Serikat. Selain itu ada tokoh lain
pelopor Teori Information Gap ini yaitu Everett M Rogers (1976).

1. PENJELASAN MENURUT AHLI

Menurut Philip Tichenor, George Donohue (1970), dan Olien sebagai pelopor Teori
Information Gap, menjelaskan bahwa semakin meningkatnya arus informasi di dalam
suatu sistem sosial, maka mereka yang berpendidikan tinggi dan memiliki status social dan
ekonomi yang lebih baik, maka mereka akan lbih mudah, lebih baik, dan cepat menyerap
informasi baru dibandingkan mereka yang berpendidikan dan memiliki status sosial dan
ekonomi yang rendah. Mereka menyatakan bahwa meningkatnya arus informasi akan
menghasilkan melebarnya jurang dan celah pengetahuan, bukannya malah mempersempit
jurang tersebut. Gambaran umum yang diungkapkan oleh Tichenor, Donohue, dan Olien
dapat dilihat pada gambar berikut :
Untuk tujuan pengujian, Techenor dkk kemudian mengatakan hipotesis
kesenjangan pengatahuan dapat dinyatakan dengan dua cara:

1. Dari waktu ke waktu, pemerolehan pengetahuan tentang topik yang banyak sekali
dipublikasikan akan berjalan pada tingkat yang lebih cepat di antara orang-orang yang
mempunyai pendidikan yang lebih baik daripada di antara orang-orang yang
berpendidikan kurang

2. Pada waktu tertentu, seharusnya terdapat korelasi yang lebih tinggi antara pemerolehan
ilmu pengetahuan dan pendidikan untuk topik-topik yang banyak sekali dipublikasikan
di media daripada untuk topik-topik yang kurang banyak dipublikasikan

Techenor dkk mengungkapkan lima alasan untuk membuktikan mengapa asumsi


mereka tentang kesenjangan informasi tersebut :

1. Terdapt perbedaan keterampilan komunikasi antara mereka dari status sosial ekonomi
rendah dengan mereka dari status sosial ekonomi tinggi.
2. Terdapat perbedaan antara jumlah informasi yang disimpan atau latar belakang ilmu
pengetahuan yang diperoleh sebelumnya.
3. Orang dari status sosial ekonomi lebih tinggi mungkin mempunyai lebih banyak
hubungan sosial yang relevan.
4. Mekanisme pajanan,penerimaan,daya ingat selektif mungkin berfungsi.
5. Sifat dari sistem media massa itu sendiri adalah bahwa dia disesuaikan dengan orang
orang dari status sosial ekonomi yang lebih tinggi.

Menurut Everett M Rogers (1976), Informasi bukan hanya menghasilkan lebarnya


Knowledge Gap, tetapi juga jarak yang berkaitan dengan sikap perilaku. Lalu Everett M
Rogers mengatakan bahwa komunikasi massa bukan satu-satunya penyebab terjadinya ada
jarak atau gap tersebut, karena komunikasi antar individu dapat memiliki efek yang serupa.

2. BEBERAPA ALASAN TEORI INFORMATION GAP MUNCUL

1. Keterampilan Berkomunikasi– Ketika seseorang menerima lebih banyak pendidikan, keterampilan


komunikasinya meningkat dan karenanya mengumpulkan informasi menjadi lebih mudah baginya. Seiring
dengan pembacaan ini, dengan demikian ia memahami masalah berbagai bidang dengan lebih baik.

2. Informasi yang tersimpan– Melalui ruang kelas, buku teks, diskusi, orang terpelajar mendapat lebih
banyak topik daripada orang yang kurang terdidik dan karena orang yang berpendidikan memiliki
kesadaran yang lebih akan penting nya informasi.
3. Kontak Sosial yang Relevan– Seseorang dengan pendidikan lebih banyak memiliki integrasi sosial yang
lebih banyak. Ini membantunya melawan berbagai perspektif, beragam cerita, dll. Yang menjadikan
pemahamannya tentang masalah publik lebih baik.

4. Paparan Selektif - Seseorang yang berpendidikan tahu benar cara menggunakan media secara optimal
sementara di sisi lain seseorang yang tidak memiliki pengetahuan tidak mungkin mengetahuinya.
Karenanya ia akan kurang sadar akan masalah di seluruh dunia dan kurang tertarik dan mungkin juga tidak
tahu bagaimana hal itu dapat memengaruhinya.

5. Pasar Sasaran Media– Untuk setiap produk, berita, atau komoditas apa pun, segmen tertentu menjadi
sasaran dan biasanya strata masyarakat yang lebih tinggi menjadi sasaran dan karenanya strata bawah
tetap tidak sadar

3. ANALISA KASUS

Pada dasarnya information gap theory menggambarkan pengaruh jangka panjang media massa
terhadap status sosial ekonomi khalayak. Teori yang dikembangkan oleh Phillip Tichenor, George
Donohue, dan Clarice Olien memiliki hipotesis yaitu bertambahnya informasi yang disampaikan
melalui media massa ke dalam sistem sosial menyebabkan segmen khalayak yang memiliki status
sosio-ekonomi yang tinggi.

Hal ini menyebabkan kencenderungan untuk menyerap informasi lebih cepat dibandingkan dengan
khalayak yang memiliki status sosioekonomi yang lebih rendah sehingga menyebabkan terjadinya
kesenjangan dalam pengetahuan antara keduanya menjadi lebih besar bukan sebaliknya.

, media massa mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam bentuk menyediakan informasi-


informasi penting untuk kehidupan keseharian masyarakat. Saat ini media massa telah mencakup
hampir ke segala penjuru kehidupan masyarakat. Kebutuhan masyarakat akan informasi juga
semakin tinggi, sehingga membuat media massa dengan teknologi yang maju menjadi suatu hal
yang sangat diperlukan oleh masyarakat modern. Dalam perolehan informasi pasti ada juga
kesenjangan antara masyarakat yang social ekonomi nya menengah atas dengan menengah
bawah. Secara logika saja orang yang memiliki kemampuan lebih pasti akan lebih mudah untuk
mendapatkan sebuah informasi. Dan tinggi rendah nya status social ekonomi seseorang juga
memengaruhi penyebaran hoax karena cara menerima informasi antara masyarakat yang status
social ekonomi nya rendah dan tinggi berbeda. Biasanya masyarakat yang memiliki status
ekonomi yang tinggi akan lebih kritis dalam menerima informasi karena mereka memiliki akses
lebih untuk mencermati informasi ini benar atau tidak sedangkan masyarakat yang dari ekonomi
kelas bawah biasanya menerima dan mudah percaya dengan informasi yang diterima atau di
dapatkan, hal ini terjadi karena terbatas nya akses atau ilmu pengetahuan masyarakat tersebut
yang biasanya dikarenakan status social ekonomi yang rendah. Pada kesempatan kali saya ingin
mengaitkan information gap theory ini dengan contoh kasus simple saja kualitas pendidikan di
kota dan di pedesaan akan sangat berbeda mungkin kurikulum yang digunakan sama namun
sarana, prasarana, kualitas guru, kualitas gizi anak murid mungkin yamg memengaruhi adanya
perbedaan kualitas pendidikan di kota dan di desa, sehingga pengetahuan siswa di kota lebih dari
siswa yang di desa dikarenakan banyak factor yang memengaruhi nya dan biasanya kesenjangan
dalam pengetahuan sangat berkaitan dengan kesenjangan dalam penghaslan. Jika diartikan status
social ekonomi seseorang memang memengaruhi kesempatan seseorang dalam memperoleh
informasi.

Diawali dengan adanya perbedaan pendidikan anak antara anak yang tinggal dan hidup di
pedesaan dan di perkotaan. Anak yang tinggal dan menetap di perkotaan mendapat pendidikan
yang lebih tinggi dan modern, contohnya di perkotaan banyak sekolah yang menyediakan sarana
belajar yang lebih maju seperti komputer, dimana setiap anak dapat mencari banyak informasi di
internet tanpa kesulitan dan mendapat kemudahan dalam mengakses internet. Berbeda dengan
anak yang tinggal di daerah pedesaan, dimana sarana pendidikan masih minim dan sekolah-
sekolah tidak tersedia teknologi modern, dengan seperti ini anak di desa akan kesulitan dalam
mendapatkan informasi, paling yang dapat dilakukan anak di pedesaan untuk mendapat informasi
adalah melalui buku, namun buku sendiri dapat dikatakan media tradisional yang kurang baik
dibanding dengan internet.

Selanjutnya dengan faktor ekonomi, orang yang memiliki taraf ekonomi yang tinggi akan
mudah untuk mendapat apa yang diinginkannya, dengan taraf ekonominya seseorang dapat
membeli handphone, komputer, dan lain-lain, yang tujuan nya antara lain untuk mendapat
informasi terbaru yang ada di dunia, dengan memliki alat-alat informasi modern tersebut,
seseorang mudah mengakses internet untuk mendapat informasi tanpa harus meminjam komputer,
dan handphone kepada orang lain atau menggunakan komputer dai warnet. Berbanding terbalik
dengan orang yang memiliki taraf ekonomi yang rendah, orang tersebut tidak dapat memiliki apa
yang di-inginkannya, bahkan sulit untuk mendapat informasi karena tidak memiliki handphone,
kekurangan biaya untuk menyewa komputer. Oleh karena itu walaupun Komunikasi Massa /
Media Massa berkembang melesat dengan tujuan agar setiap orang mudah mendapat informasi,
teroi Information Gap ini pula tetap akan selalu ada dikarenakan beberapa faktor yang sudah
disebutkan dan juga sifat masyarakat yang heterogen menyebabkan adanya Information Gap
tersebut.

Kelebihan Teori Information Gaps


Kelebihan teori ini hampir tidak ditemukan karena banyak peneliti lain setelah teori ini
dikemukakan mempunyai pendapat berbeda dengan pelopor teori ini. Setidaknya
kekuatan teori ini ada karena bisa dijadikan sebagai dasar pengembangan Teori
Information Gaps seperti yang dilakukan oleh banyak peneliti setelah Tichenor, Donohue
dan Olien sebagai pelopor teori tersebut. Mengkritik dan mengembangkan apa yang
sudah diciptakan oleh lebih mudah dari membuat yang baru. Lebih lanjut Teori
Information Gaps ini sudah sangat cocok untuk melihat tingkat kesenjangan informasi
dalam masyarakat yang terkait dengan tingkat pendidikan dan perekonomian (sisi
penerima informasi saja). Dalam hal kekuatan Teoti Information Gaps ini, Baran dengan
sangat optimis mengungkapkan 4 (empat) kekuatan teori ini yaitu:
1. Mengidentifikasikan celah yang berpotensi mengganggu di antara kelompk;
2. Memberikan ide untuk mengatasi celah;
3. Mendorong timbal-balik dan aktivitas khalayak dalam komunikasi;
4. Dibangun dalam teori sistem

Kelemahan Teori Information Gaps

Dervin (1980) mengkritik teori kesenjangan informasi karena didasarkan pada


paradigma komunikasi tradisional yaitu sumber-mengirimkan-pesan-ke-penerima. Dervin
mengatakan bahwa pendekatan ini menyebabkan sindrom “menyalahkan korban”. Dia
menyatakan agar kampanye komunikasi (dan riset komunikasi) lebih didasarkan pada
pengguna.

Dalam hal kelemahan, Baran juga mengungkapkan beberapa kelemahan Teori Information Gaps
sebagai berikut:

1. Mengasumsikan celah sebagai sebuah disfungsi; tidak semua setuju;

2. Membatasi fokus terhadap celah yang melibatkan koflik sosial dan berita

3. Tidak dapat menunjukkan alasan mendasar dari celah (misalnya sekolah yang jelek atau akses
kepada sumber inforrmasi yang terbatas).

Kelemahan Teori Information Gaps ini adalah hanya melihat tingkat kesenjangan informasi
berkaitan dengan tingkat pendidikan dan ekonomi saja, tapi tidak melihat banyak faktor lain
seperti biologis, geografis, agama, profesi, kelompok dan lain-lain. Analisis tingkat pendidikan
dan ekonomi penerima informasi serta beberapa faktor tambahan di atas perlu diperhatikan dan
sangat cocok dengan Analisis tentang masyarakat yang ditulis oleh Lathief Rousydiy. 100 Secara
geografis, seseorang yang kaya dan pendidikannya tinggi kemudian tinggal di wilayah pedesaan
yang sulit terjangkau media massa pasti juga merupakan sebab terjadinya kesenjangan informasi.
Dari segi agama, seseorang yang kaya dan pendidikannya tinggi serta beragama Islam tidak akan
menonton serta tidak membiarkan anak-anaknya menonton televisi sekiranya ada informasi
tentang ilmu pengetahuan tertentu tapi diselipkan misi kristen, begitulah seterusnya berkaitan
dengan faktor-faktor yang lain di atas serta kemungkinan ada faktor lain yang lebih banyak lagi.
Teori Information Gaps ini lebih menyudutkan masyarakat penerima informasi karena tingkat
kesenjangan yang dilihat hanya sepihak yaitu sisi penerima informasi tapi tidak dilihat dari sisi
penyedia informasi seperti disebutkan Dervin di atas..

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut

1. Latar belakang pemikiran tentang information gaps terbentuk oleh adanya arus informasi yang
terus meningkat dari zaman ke zaman. Pada dasarnya teknologi komunikasi dan informasi yang
ditemukan oleh manusia adalah bersifat netral. Hal ini berarti temuan-temuan itu bukanlah untuk
orang tertentu, akan tetapi untuk semua orang. Hal ini merupakan sesuatu yang positif bagi
masyarakat karena dengan hal itu memungkinkan mareka melakukan sesuatu yang tidak dapat
mereka lakukan tanpa adanya informasi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.

2. Kenyataan yang dikemukakan dalam Teori Information Gaps adalah semakin berkembang
teknologi semakin melebar kesenjangan informasi diantara masyarakat yang berpendidikan
tinggi dan yang berstatus sosial ekonomi baik dengan masyarakat yang berpendidikan rendah
dan status sosial ekonominya tidak baik.

3. Teori Information Gaps yang dikemukakan oleh Tichenor, Donohue dan Olien ini adalah
adanya kesenjangan informasi karena adanya perbedaan tingkat pendidikan dan status sosial
ekonomi masyarakat saja. Banyak peneliti lain menyarankan agar penelitian tentang kesenjangan
informasi tidak hanya melihat dua variabel di atas, akan tetapi lebih baik apabila dihubung-
hubungkan dengan berbagai variabel lainnya termasuk minat
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/30082456/Bahan_Teori_Information_Gaps
https://www.communicationtheory.org/knowledge-gap-theory/

William L. Rivers, ET AL, 2008, Media Massa & Masyarakat Modern, ed. 2, Jakarta : Kencana.

Stanley J. Baran & Dennis K. Davis, 2003, Mass Communication Theory: Foundation, Ferment,
and Future, USA: Wadsworth.

Anda mungkin juga menyukai