Laporan Kasus Demam Berdarah Dengue: Dr. Anik Oktafiani Dokter Intership Periode 2018-2019
Laporan Kasus Demam Berdarah Dengue: Dr. Anik Oktafiani Dokter Intership Periode 2018-2019
Disusun Oleh :
1
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS
PASIEN
Nama : An. S Suku Bangsa : Jawa
Umur : 10 Tahun 4 Bulan Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : TK
Alamat : Paringin selatan
IBU
Nama : Ny. S Agama : Islam
Umur : 40 Tahun Pendidikan : D3
Suku bangsa : Jawa Pekerjaan : PNS
Alamat : Paringin selatan
Hubungan dengan orang tua : anak kandung
II. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 4
Maret 2019
KELUHAN UTAMA
Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
KELUHAN TAMBAHAN
Batuk, pilek, mual dan nyeri kepala
2
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Pasien perempuan, 10 tahun, datang ke RSUD Balangan dengan keluhan utama
demam sejak 3 hari SMRS. Demam tinggi muncul tiba-tiba dan, naik turun, mulai naik
dari sore hingga malam, namun tidak pernah turun hingga suhu normal dan diukur
menggunakan perabaan tangan oleh ibunya.
Demam disertai adanya batuk, pilek, mual dan nyeri kepala. Batuk berdahak
berwarna putih dan pilek keluar secret berwarna putih bening. Mual terjadi setiap kali
mau makan, muntah disangkal. Pasien juga merasa nyeri kepala, nyeri kepala timbul
sebelum adanya demam, nyeri dirasakan pada seluruh kepala, kepala pasien terasa
seperti ditekan. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Tidak ada mimisan.
Ibu pasien sempat memberikan obat penurun panas yang dibeli sendiri. Namun
obat tersebut hanya dapat mengurangi gejala pasien sesaat.
Karena pasien kerap kali mual setiap mau makan, nafsu makan menjadi
menurun. Pasien hanya dapat makan beberapa suap/hari. Pasien menjadi sangat lemas
sehingga orang tua membawa pasien berobat ke RSUD Balangan dan diputuskan untuk
di rawat inap.
Perawatan Antenatal Setiap bulan periksa ke dokter kandungan, suntik TT 2x, USG
1x (tidak ada kelainan)
Penyakit Kehamilan Tidak ada
KELAHIRAN
3
Berat Badan : 3.950 gram
Panjang Badan Lahir : 53 cm
Lingkar kepala : tidak tahu
Riwayat kelahiran
Langsung menangis
APGAR score : tidak tahu
Kelainan bawaan : tidak ada
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi pertama : 7 bulan
Psikomotor
Tengkurap :4 bulan
Duduk :7 bulan
Berdiri : 10 bulan
Bicara : 11 bulan
Berjalan : 12 bulan
Baca dan tulis : 6 tahun
Gangguan Perkembangan : Tidak terdapat gangguan perkembangan
Perkembangan pubertas : Mammae : tanner 3
Rambut pubis : tanner 3
Kesan Perkembangan : Tumbuh kembang baik sesuai dengan usia
RIWAYAT IMUNISASI
4
MMR - - - - - -
Kesan : Imunisasi dasar pada pasien sudah lengkap, imunisasi ulangan dan tambahan
tidak lengkap.
RIWAYAT MAKANAN
Umur BUAH/
ASI/ PASI BUBUR SUSU NASI TIM
(Bulan) BISKUIT
0–2 ASI - - -
2–4 ASI +PASI - - -
4–6 ASI +PASI - √ -
6–8 ASI+PASI √ √ -
8 – 10 ASI+PASI √ √ -
10-12 ASI+PASI √ √ √
Kesan: pasien tidak mendapatkan ASI ekslusif karena sudah diberi PASI sejak usia 3
bulan, namun ASI tetap dilanjutkan hingga 18 bulan.
5
RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
RIWAYAT KELUARGA
6
Nadi : 100x /menit, reguler, volume cukup, equalitas sama kanan kiri
Suhu : 37,10C
RR : 22x/menit
TD : 100/60 mmHg, tourniquet test (+)
Data Antropometri : BB : 40 kg TB : 150 cm
Lingkar kepala : 54 cm
Lingkar dada : 71 cm
Lingkar lengan atas : 22 cm
Status Gizi :
Status gizi berdasarkan Waterlow:
BB/TB % = BB akurat x 100%
BB baku untuk TB actual
STATUS GENERALIS
KEPALA
Bentuk dan ukuran : Normocephali
Rambut dan kulit kepala : Warna rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut. kulit kepala bersih.
Mata : Palpebra tidak tampak oedem, konjungtiva hiperemis,
kornea jernih, sklera putih tidak ikterik, pupil bulat
isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya
tidak langsung +/+
Telinga : Normotia, sekret -/-, serumen -/+
Hidung : sekret +/+, deviasi septum (-), nafas cuping
hidung (-). Epistaksis -/-
Bibir : Warna merah muda, kering
Mulut : Mukosa bukal merah muda, gusi berdarah (-),
stomatitis aphtosa (-), lidah kotor (-), oral hygiene
baik, halitosis (-)
Gigi-geligi : Gigi lengkap, karies (-)
7
7654321 123456
7654321 1234567
THORAKS
Dinding thoraks
I : bentuk dada datar, simetris kanan dan kiri dalam keadaan statis dan dinamis
PARU
I : Pergerakan dada simetris kanan dan kiri, tidak ada bagian yang tertinggal, tidak
terdapat retraksi
P : Vocal fremitus sama teraba sama kuat pada kedua lapang paru
P: Sonor di seluruh lapang paru
Batas paru kanan-hepar : setinggi ICS V linea midklavikularis dextra
Batas paru kiri-gaster : setinggi ICS VII linea axillaris anterior
A: Suara nafas vesikuler, ronkhi basah halus -/-. Wheezing -/-
JANTUNG
I : Ictus cordis terlihat pada linea midclavicularis sinistra setinggi ICS V
P : Ictus cordis teraba pada linea midclavicularis sinistra setinggi ICS V
P : Batas kanan jantung : linea parasternalis dextra setinggi ICS III, IV, V
Batas kiri jantung : linea midklavikularis sinistra setinggi ICS V
Batas atas jantung : linea parasternalis sinistra setinggi ICS II
A: Bunyi jantung I-II irama reguler, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
I : bentuk datar, simetris, tidak tampak pelebaran vena
8
A : Bising usus (+) normal 3x/menit
P : lemas, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kulit normal,
nyeri tekan epigastrium (+)
P: timpani pada empat kuadaran abdomen, shifting dullness(-), nyeri ketok (–)
ANUS
Tidak ada kelainan
GENITAL
Jenis kelamin perempuan
ANGGOTA GERAK
Akral hangat, tidak terdapat oedem dan sianosis pada keempat ekstremitas,
turgor kulit baik, CRT 3detik
KULIT
Warna kulit sawo matang, tidak kering, ptekie pada tungkai kaki kanan dan
kiri
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Refleks fisiologis : Biceps +/+ , Triceps +/+ , Patella +/+ , Achilles +/+
Refleks patologis : Babbinski -/- , Chaddok -/- , Schaeffer -/- , Gordon -/-
Tanda rangsang meningeal (-)
9
Eritrosit 4,40 juta /μL 4,2-5,4 juta/μL
Hemoglobin 12,7 g/dL 10,8-15,6 g/dL
Hematokrit 36 % 33-45%
Trombosit 115.000/μL 150.000-450.000/μL
Kesan:
- Hasil pemeriksaan hematologi rutin secara serial didapatkan adanya gambaran
trombositopenia dan leukopenia
V. RESUME
Pasien perempuan, 10 tahun, datang ke RSUD Balangan dengan keluhan utama
demam sejak 3 hari SMRS, demam tinggi dan muncul tiba-tiba, naik turun. Demam disertai
adanya batuk, pilek, mual dan nyeri kepala. Batuk berdahak berwarna putih dan pilek keluar
secret berwarna putih bening. Mual terjadi setiap kali mau makan, muntah disangkal. Pasien
juga merasa nyeri kepala, nyeri kepala timbul sebelum adanya demam, nyeri dirasakan pada
seluruh kepala, kepala pasien terasa seperti ditekan. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Tidak
ada mimisan. Pasien sempat diberikan obat penurun panas yang dibeli sendiri oleh ibunya,
namun obat tersebut hanya dapat mengurangi gejala pasien sesaat. Karena setaip mau makan
pasien merasa mual, nafsu makan menjadi menurun. Pasien hanya dapat makan beberapa
suap/hari. Pasien menjadi sangat lemas sehingga orang tua membawa pasien berobat ke
RSUD Balangan dan diputuskan untuk di rawat inap.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan dalam batas normal. Di keluarga ada yang
menderita keluhan seperti pasien.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien compos mentis, tampak sakit sedang,
status gizi cukup. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 100/60 mmHg; suhu
37,1oC; nadi 100x/menit regular; RR: 22x/menit. Pada status generalis tidak didapatkan
hidung dan gusi berdarah, pada mulut didapatkan bibir kering. Abdomen didapatkan nyeri
tekan epigastrium. Pada kulit terdapat ptekie dalam batas tegas pada tungkai kaki kanan dan
kiri. Genitalia dalam batas normal. Pada ekstremitas tidak adanya akral dingin, sianosis dan
oedem.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya gambaran trombositopenia
dan leukopenia.
VI. DIAGNOSIS
10
Demam berdarah dengue
Chikungunya
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
X. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
IVFD RL 20 tpm
Paracetamol 3 x 500 mg PO
Ambroxol 3 x 5 ml PO
Cetirizine 2 x 5 mg PO
Non Medikamentosa :
• Periksa darah rutin 2x/hari
• Tirah baring
• Edukasi untuk banyak minum
• Pesan untuk orang tua/penunggu pasien jika pasien tampak gelisah, lemah,
kaki/tangan dingin, sakit perut, dan BAB hitam (tanda syok) segera lapor ke
dokter atau perawat
XI. RESUME
Pasien perempuan, 10 tahun, BB 40 kg, TB 150 cm, dirawat di bangsal RSUD
Balangan dengan diagnosis kerja awal kerja demam berdarah dengue, dengan diagnosis
banding demam dengue dan demam chikungunya. Pada hari pertama perawatan pasien
tampak lemas dan nyeri kepala dengan TD: 100/60 mmHg, suhu 37.1oC, N: 100 x/mnt, RR:
11
22x/m, hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan gambaran leukopenia (2.800/μL)
dengan hematocrit normal (36%), trombosit menurun (115.000/μL), diberikan terapi IVFD
RL 20 tpm, Paracetamol 3 x 500 mg PO, Ambroxol 3 x 5 ml PO, Cetirizine 2 x 5 mg PO.
BAB II
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengue Fever/DF dan Dengue haemorrhagic fever/DHF adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue atau yang sering dikenal dengan Demam dengue (DD) dan
demam berdarah dengue (DBD). Sampai saat ini, infeksi virus Dengue tetap menjadi masalah
kesehatan di Indonesia. Indonesia dimasukkan dalam kategori “A” dalam stratifikasi DHF
oleh World Health Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka
perawatan rumah sakit dan kematian akibat DHF, khususnya pada anak.1
Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan pada tahun 2006 (dibandingkan tahun
2005) terdapat peningkatan jumlah penduduk, provinsi dan kecamatan yang terjangkit
penyakit ini, dengan case fatality rate sebesar 1,01% (2007).4-5 Berbagai faktor
kependudukan berpengaruh pada peningkatan dan penyebaran kasus DHF, antara lain:
1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi,
2. Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali,
12
3. Tidak efektifnya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis, dan
4. Peningkatan sarana transportasi.2
Upaya pengendalian terhadap faktor kependudukan tersebut (terutama kontrol vektor
nyamuk) harus terus diupayakan, di samping pemberian terapi yang optimal pada penderita
DHF, dengan tujuan menurunkan jumlah kasus dan kematian akibat penyakit ini. Sampai saat
ini, belum ada terapi yang spesifik untuk DHF, prinsip utama dalam terapi DHF adalah terapi
suportif, yakni pemberian cairan pengganti. Dengan memahami patogenesis, perjalanan
penyakit, gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium, diharapkan penatalaksanaan dapat
dilakukan secara efektif dan efisien.3
B. Definisi
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian.1
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan
Aedes Albopictus.2
C. Epidemiologi
Data yang terkumpul dari tahun 1968-1993 menunjukkan DHF dilaporkan terbanyak
terjadi pada tahun 1973 sebanyak 10.189 pasien dengan usia pada umumnya di bawah 15
tahun. Penelitian di Pusat Pendidikan Jakarta, Semarang, Yogya dan Surabaya menunjukkan
bahwa DHF dan DSS juga ditemukan pada usia dewasa, dan terdapat kecenderungan
peningkatan jumlah pasiennya.5
Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti, di samping pula Aedes
albapictus. Vektor ini bersarang di bejana-bejana yang berisi air jernih dan tawar seperti bak
mandi, drum penampung air, kaleng bekas dan lain-lainnya3,5,6
D. Etiologi
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam
kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang di kenal sebagai genus
Flavivirus, family Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotype.(3) Flavivirus merupakan
virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat
molekul 4x106.(1)
13
Adapun 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-4, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya
dapat menyebabkan demam berdarah dengue. DEN-3 yang terbanyak ditemukan di Indonesia
dan merupakan serotype yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan
manifestasi klinis yang berat.(4,6) Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan
Flavivirus lain seperti Yellow Fever, Japanese encephalitis dan West Nile virus. Pada
Artropoda menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes
(stegomyia) dan Toxorhynchites.1
Cara penularannya infeksi virus dengue ini ada tiga factor yang memegang peranan,
yaitu manusia, virus, dan vector perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada
saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di
kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation priod) sebelum
dapat menularkan kembali kepada manusia saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh
nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovarian transmission), namun
peranannya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang
biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya
(infektif). Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-6 hari (intrinsic
incubation priod) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk
hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang viremia, yaitu 2 hari
sebelum demam sampai 5 hari setelah demam timbul.3
E. Patogenesis
Patogenesis terjadinya demam berdarah hingga saat ini masih diperdebatkan. Dua
teori yang banyak dianut pada DHF dan DSS adalah Hipotesis immune enhancement dan
hipotesis infeksi sekunder (teori secondary hetelogous dengue infection).1,3
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme
Imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan
dengue.1
Respon imun yang diketahui berperan dalam pathogenesis DHF adalah:
a) Respon humoral berupa pembentukan antibody yang berperan dalam proses
netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi
antibody. Sel target virus ini adalah sel monosit terutama dan sel makrofag sebagai
tempat replikasi.
14
b) Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun
seluler terhadap virus dengue. TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan
limfokin. Sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5,IL-6,dan IL-10.
c) Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibody.
Aktifasi komplemen oleh kompleks imun yang menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a
akibat aktivasi C3 dan C5 yang akan menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler.
(1,3)
15
terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.9,10
F. Manifestasi Klinis.
Manifestasi klinik infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat berupa
demam yang tidak khas. Pada umumnya pasien mengalami demam dengan suhu tubuh 39-
40oC, bersifat bifasik (menyerupai Pelana kuda), fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti
oleh fase kritis pada hari ke-3 selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak
demam, akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan
tidak adekuat.(1,3)
Fase Febris: - Demam mendadak tinggi 2-7 hari
- Muka kemerahan, eritema kulit
- Sakit kepala
- Beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorokan,injeksi faring dan konjungtiva,
anoreksia, mual dan muntah.
- Dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti petekie, perdarahan mukosa,
walau jarang terjadi dapat pula terjadi perdarahan pervaginam dan
gastrointestinal.
Fase Kritis: - Terjadi pada hari 3-7 sakit.
- Ditandai dengan penurunan suhu tubuh disertai kenaikan permeabilitas kepiler
dan timbul kebocoran plasma yang biasanya berlangsun 24-48 jam.
- Kebocoran plasma sering didahului lekopeni progresif disertai penurunan
hitung trombosit.
- Dapat terjadi syok.
Fase Pemulihan: - Terjadi setelah fase kritis.
- Terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke intravaskuler secara
perlahan pada 48-72 jam setelahnya.
- KU membaik, nafsu makan pulih, hemodinamik stabil, diuresis membaik.
Menurut manifestasi kliniknya DHF sangat bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi 4
derajat : 7,8,9
Derajat I : Demam disertai uji tourniquet positif.
Derajat II : Demam + uji tourniquet positif disertai manifestasi perdarahan
(seperti : Epistaksis, perdarahan gusi )
Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
16
tekanan nadi menyempit (<20 mmhg), hipotensi, sianosis,
disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, gelisah.
Derajat IV : Syok berat (profound syok), nadi tidak teraba, dan tekanan
darah tidak terukur.
G. Diagnosis
Diagnosis DHF ditegakkan berdasarkan Kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997
terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. 7
Kriteria klinis :
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, atau riwayat demam akut, berlangsung
terus-menerus selama 2-7 hari, biasanya bifasik (plana kuda).
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :
- Uji torniquet positif.
- Petekie, ekimosis, purpura.
- Perdarahan mukosa ( epitaksis atatu perdarahan gusi )
- Hematemesis atau melena.
Pembesaran hati
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi,kaki dan
tangan dingin,kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
Kriteria Laboratoris :
Trombositopenia ( jumlah trombosit <100.000/ul ).
Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai berikut :
Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis
kelamin.
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan
sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
17
Gambar 2. Spektrum DHF
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam dengue
adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan
darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative disertai gambaran limfosit plasma biru.5
Ada 4 jenis pemeriksaan laboratorium yang digunakan yaitu :
Uji serologi: deteksi antibodi IgG dan IgM, uji HI
Isolasi virus
Deteksi RNA/DNA dengan tehnik Polymerase Chain Reaction (PCR).
Deteksi antigen (pemeriksaan NS-I) Lebih Spesifisitas 100% dan
sensitivitas 92.3%
Pemeriksaan Dengue NSl Antigen adalah pemeriksaan baru terhadap antigen non
struktural-I dengue (NSl) yang dapat mendeteksi infeksi virus dengue dengan lebih awal
bahkan pada hari pertama onset demam. 5
- Pemeriksaan NS-I perlu dilakukan pada pasien yang megalami gejala Demam/klinis
lain < 3 hari, dikarenakan Early detection sangatlah penting untuk menentukan
pengobatan (terapisupportif) yang tepat (cegah Resistensi antibiotik), serta
pemantauanpasien dengan segera.
18
- Tanpa meninggalkan pemeriksaan Dengue serologi karena pemeriksaaan NS1
bersifat komplementer (saling menunjang), terkhususapabila didapatkan hasil Ns1
(-) dan gejala infeksi tetap muncul.
- Penggunaan Dengue IgG / IgM juga diperlukan bagi dokter penganut paham "infeksi
sekunder dapat menyebabkan infeksi yang lebih berat dan memerlukan penanganan
yang berbeda dengan infeksi primer"
- Dengan adanya Spesifisitas 100% dan sensitivitas 92.3%. Dengan demikian
pomakaian pemeriksaan ini akan dapat meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas
untuk diagnosis infeksi dengue.(5)
2. Pemeriksaan radiologis
Pada foto thorak didapati efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi apabila
terjadi perembesan plasma hebat. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi
lateral dekubitus kanan ( pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan ).(1)
I. Diagnosis Banding
Perlu dipertimbangkan bilamana terdapat kesesuaian klinis dengan demam tipoid,
influenza, idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), chikungunya dan leptospirosis. 1
1. Belum / tanpa renjatan :
a. Campak
b. Infeksi bakteri / virus lain (tonsilo faringitis, demam dari kelompok pnyakit
exanthem, hepatitis, chikungunya)
2. Dengan renjatan
a. Demam tipoid
b. Renjatan septik oleh kuman gram negatif lain
3. Dengan perdarahan
a. Leukemia
b. ITP
c. Anemia Aplastik
4. Dengan kejang
a. Ensefalitis
b. Meningitis
J. Penatalaksanaan
19
Pada prinsipnya terapi DHF adalah bersifat suportif dan simtomatis. Penatalaksanaan
ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma dan memberikan
terapi substitusi komponen darah bilamana diperlukan. Dalam pemberian terapi cairan, hal
terpenting yang perlu dilakukan adalah pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris.
Proses kebocoran plasma dan terjadinya trombositopenia pada umumnya terjadi antara hari
ke 4 hingga 6 sejak demam berlangsung. Pada hari ke-7 proses kebocoran plasma akan
berkurang dan cairan akan kembali dari ruang interstitial ke intravaskular.3
Protokol pemberian cairan sebagai komponen utama penatalaksanaan DHF dewasa
mengikuti 5 protokol, mengacu pada protokol WHO. Protokol ini terbagi dalam 5 kategori,
sebagai berikut: 3,8,11
1. Penanganan tersangka DHF tanpa syok
2. Pemberian cairan pada tersangka DHF dewasa di ruang rawat
3. Penatalaksanaan DHF dengan peningkatan hematokrit >20%
4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DHF dewasa
5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa
20
Gambar 3. Penanganan tersangka DHF tanpa syok
21
Gambar 5. Penatalaksanaan DHF dengan peningkatan hematokrit >20%
22
Gambar 6. Tatalaksana sindroma syok dengue
K. Komplikasi
1. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DHF dengan maupun tanpa syok
23
2. Kelainan ginjal berupa gagal ginjal akut akibat syok
berkepanjangan
3. Edema paru, akibat over loading cairan 3
L. Prognosis
Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya pada DHF/DSS
mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta
memperlihatkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan dari pada
anak-anak.2
DAFTAR PUSTAKA
24
5. Berliandelima, Info terbaru Pemeriksaan Laboratorium terhadap Dengue,
availableat:http://www.mailarchive.com/dokter_umum@yahoogroups.com/msg06092
.html
6. Caribbean Epidemiologi Center (CAREC) Dengue dalam:
http://www.carec.org/publications/DENGUIDE_lab.htm
7. WHO, Clinical Diagnosis of Dengue dalam: http://
www.who.int/entity/csr/resources/publications/dengue/12-23.pdf
8. Hagop Isnar,MD, Dengue dalam : http://www.emedicine.com
9. WHO, Clinical Diagnosis of Dengue dalam: http://
www.who.int/entity/csr/resources/publications/dengue/1-11.pdf
10. WHO, Dengue and Dengue Haemorragic Fever dalam:
http://w3.whosect.org/en/section10/section332/section1631.htm
11. BHJ, Dengue, Dengue Haemorragic Fever, Dengue Shock Syndrome dalam:
http://www.bhj.org/journal/2001_4303_july01/review_380.html
25