Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi, yang bersifat
mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam
masyarakat,. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi atau anggota
masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan pada umumnya bersifat problem solving dan proaktif.
Berbeda dengan Hukum (Law) dan Peraturan (Regulation).
Kebijakan adalah rangkaian dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang organisasi, atau
pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk
manajemen dalam usaha mencapai sasaran tertentu.
Kebijakan berbeda makna dengan Kebijaksanaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
kebijaksanaan adalah kepandaian seseorang menggunakan akal budinya (berdasar pengalaman
dan pangetahuannya); atau kecakapan bertindak apabila menghadapi kesulitan.
Kebijaksanaan berkenaan dengan suatu keputusan yang memperbolehkan sesuatu yang
sebenarnya dilarang berdasarkan alasan-alasan tertentu seperti pertimbangan kemanusiaan,
keadaan gawat dll. Kebijaksanaan selalu mengandung makna melanggar segala sesuatu yang
pernah ditetapkan karena alasan tertentu.
Menurut UU RI No. 23, tahun 1991, tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara soial dan
ekonomi (RI, 1992).
Pengertian ini cenderung tidak berbeda dengan yang dikembangkan oleh WHO, yaitu: kesehatan
adalah suatu keadaan yang sempurna yang mencakup fisik, mental, kesejahteraan dan bukan
hanya terbebasnya dari penyakit atau kecacatan. Menurut UU No. 36, tahun 2009 Kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kebijakan kesehatan membahas tentang penggarisan kebijaksanaan pengambilan keputusan,
kepemimpinan, public relation, penggerakan peran serta masyarakat dalam pengelolaan program
– program kesehatan.
TUJUAN KEBIJAKAN PUBLIK
Setiap kebijakan yang dikeluarkan atau ditetapkan oleh pemerintah pasti memiliki tujuan. Tujuan
pembuatan kebijakan publik pada dasarnya untuk:
Mewujudkan ketertiban dalam masyarakat
Melindungi hak-hak masyarakat
Mewujudkan ketenteraman dan kedamaian dalam masyarakat, dan
Mewujudkan kesejahteraan masyarakat
Paham Agama
Negara membina kehidupan keagamaan umat dan bersifat spiritual religius. Bersumber pada
falsafah keagamaan dalam kitab suci agama. Negara melaksanakan hukum agama dalam
kehidupan dunia.
IDEOLOGI PANCASILA
Merupakan tatanan nilai yang digali (kristalisasi) dari nilai-nilai dasar budaya bangsa Indonesia.
Kelima sila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga pemahaman dan pengamalannya
harus mencakup semua nilai yang terkandung didalamnya.
Ketahanan ideologi diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan ideologi bangsa Indonesia yang
berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan yang dari
luar/dalam, langsung/tidak langsung dalam rangka menjamin kelangsungan kehidupan ideologi
bangsa dan negara Indonesia.
Untuk mewujudkannya diperlukan kondisi mental bangsa yang berlandaskan keyakinan akan
kebenaran ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara serta pengamalannya yang
konsisten dan berlanjut.
Untuk memperkuat ketahanan ideologi perlu langkah pembinaan sebagai berikut:
Pengamalan Pancasila secara obyektif dan subyektif.
Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu direlevansikan dan diaktualisasikan agar mampu
membimbing dan mengarahkan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
Bhineka Tunggal Ika dan Wasantara terus dikembangkan dan ditanamkan dalam masyarakat
yang majemuk sebagai upaya untuk menjaga persatuan bangsa dan kesatuan wilayah.
Contoh para pemimpin penyelenggara negara dan pemimpin tokoh masyarakat merupakan hal
yang sangat mendasar.
Pembangunan seimbang antara fisik material dan mental spiritual untuk menghindari tumbuhnya
materialisme dan sekularisme
Pendidikan moral Pancasila ditanamkan pada anak didik dengan cara mengintegrasikan ke dalam
mata pelajaran lain.
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt de
Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan "sains tentang ide". Ideologi dapat dianggap
sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan
Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah
filosofis (lihat Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan
pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan untama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan
perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak
hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat
konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah
ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.(definisi ideologi
Marxisme)
Pengertian Advokasi
Menurut Foss & Foss et al. (1980); Toulmin (1981), advokasi adalah upaya persuasif yang
mencakup kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi, dan rekomendasi tindak
lanjutmengenai sesuatu ( Hadi Pratomo dalam Notoatmodjo, 2005). Advokasi adalah usaha
mempengaruhi kebijakan publik melalui berbagai macam bentuk komunikasi persuasif (Johns
Hopkins School for Public Health). WHO (1989) seperti dikutip UNFPA dan BKKBN (2002),
mengungkapkan bahwa, “Advocacy is a combination on individual and social action design to
gain political commitment, policy support, social acceptance and systems support for particular
healrh goal or programme”.
Dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah kombinasi kegiatan individu dan sosial yang
dirancang untuk memperoleh komitmen politis, dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan
sistem yang mendukung tujuan atau program kesehatan tertentu.
Advokasi kesehatan adalah advokasi yang dilakukan untuk memperoleh komitmen atau
dukungan dalam bidang kesehatan, atau yang mendukung pengembangan lingkungan dan
perilaku sehat (DEPKES, 2007).
2. Tujuan Advokasi
Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), tujuan advokasi adalah sebagai berikut:
Tujuan Umum
Diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa kebijakan, tenaga,
dana, sarana, kemudahan, keikutsertaan dalam kegiatan, maupun berbagai bentuk lainnya sesuai
keadaan dan usaha.
Tujuan Khusus
Adanya pemahaman atau pengenalan atau kesadaran.
Adanya ketertarikan atau peminatan atau tanpa penolakan.
Adanya kemauan atau kepedulian atau kesanggupan untuk membantu dan menerima perubahan.
Adanya tindakan/perbuatan/kegiatan nyata (yang diperlukan).
Adanya kelanjutan kegiatan (kesinambungan kegiatan)
1) Visi
Gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat,memiliki kemampuan untuk mengjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutusecara adil dan merata, serta memiliki derajat yang setinggi-
tingginya di seluruh republic Indonesia. Gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan atau
visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai:
INDONESIA SEHAT
Dengan adanya rumsan visi tersebut, maka lingkungan yang diharapkan pada masa depan adalah
lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari
polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman
yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan
masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.Perilaku
masyarakat Indonesia sehat 2015 adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah terjadinya resiko penyakit,melinduni diri dari ancaman penyakit serta
berpartisifasi akif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Selanjutnya masyarakat mempunyai
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu. Layanan yang tersedia
adalahlayanan yang berhasil guna dan berdaya guna yang tersebar secara merata di ndonesia.
Dengan demikian terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara social danekonomis.
2) Misi
Untuk dapat mewujudkan visi INDONESIA SEHAT 2015, ditetapkan empat misi pembangunan
kesehatan sebagai berikut:
a. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukanoleh hasil kerja keras sector
kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasilkerja keras serta kontribusi positif berbagai sector
pembangunan lainnya.Untuk optimalisasi hasil kotribusi positif tersebut, harus dapat
diupayakanmasuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan.Dengan
perkataan lain untuk dapat terwujunya INDONESIA SEHAT 2015, parapenanggungjawab
program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua
kebijakanpembangunannya. Program pembangunan yang tidak berkontribusi positif terhadap
kesehatan, seyogyanya tidak diselenggarakan. Untuk dapatterlaksananya pembangunan yang
berwawsasankesehatan, adalah seluruhtugas yang berelemen dari system kesehatan untuk
berperan sebagaipenggerak utama pembanguanan nasional berwawasan.
b. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Kesehatan adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu,masyarakat, pemerintah dan
swasta. Apapun peran yang dimainkanpemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat
untuk secara mandirimenjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang dapat dicapai. Perilaku
yangsehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapat pelayanankesehatan yang
bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunankesehatan. Oleh karena itu, salah satu
upaya kesehatan pokok atau misisector kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat
untuk hidupsehat.
c. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata,dan terjangkau.
Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,merata dan terjangkau
mengandung makna bahwa salah satu tanggungjawabsector kesehatan adalah menjamin
tersedianya pelayanan kesehatan yangbermutu,merata dan terjangkau oleh masyarakat.
Penyelenggaraanpelayanan kesehatan tidak semata-mata berada ditangan pemerintah,melainkan
mengikutsertakan sebesar-besarnya peran aktif segenap anggotamasyarakat dan berbagai potensi
swasta.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya
Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga danmasyarakat beserta
lingkungannya mengandyng makna bahwa tugas utamasector kesehatan adalah memelihara dan
meningkatkan kesehatan segenapwarga negaranya, yakni setiap individu,keluarga dan
masyarakat Indonesia,tanpa meninggakan upaya menyembuhkan penyakit atau
memulihkankesehatan penderita. Untuk terselenggaranya tugas ini penyelenggaraanupaya
kesehatan yang harus diutamakan adalah yang bersifat promotif danpreventif yang didukung
oleh upaya kuratif dan rehabilitative. Agar dapatmemelihara dan meningkatkan kesehatan
individu, keluarga dan masyarakatdiperlukan pula terciptanya lingkungan yang sehat, dan oleh
karena itu tugas-tugas penyehatan lingkungan harus pula lebih dprioritaskan.
Hak dan Kewajiban Peserta BPJS Kesehatan
Hak Peserta
1. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan kesehatan;
2. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur pelayanan
kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
3. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan; dan
4. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis ke
Kantor BPJS Kesehatan.
5.
Kewajiban Peserta
1. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang besarannya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku ;
2. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan, perceraian, kematian,
kelahiran, pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat I;
3. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang yang tidak
berhak.
4. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.
Pembiayaan
Pengertian
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh
Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan (pasal 16,
Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan).
Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka olehBPJS
Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkanjumlah peserta yang terdaftar
tanpa memperhitungkan jenis dan jumlahpelayanan kesehatan yang diberikan.
Tarif Non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatankepada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan jumlahpelayanan kesehatan yang diberikan.
Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-CBG’sadalah
besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada FasilitasKesehatan Tingkat Lanjutan
atas paket layanan yang didasarkan kepadapengelompokan diagnosis penyakit.
Pembayar Iuran
1. Bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.
2. Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh Pemberi Kerja dan Pekerja.
3. Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iuran dibayar
oleh Peserta yang bersangkutan.
4. Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui Peraturan Presiden dan
ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan
kebutuhan dasar hidup yang layak.
Pembayaran Iuran
Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase dari
upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah
dan PBI). Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran
peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada
BPJS Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila tanggal 10
(sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan
pembayaran iuran JKN dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan dari
total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja.
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib membayar iuran
JKN pada setiap bulan yang dibayarkan palinglambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada
BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat dilakukan diawal.
BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN sesuai dengan Gaji
atau Upah Peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran, BPJS
Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Kerja dan/atau Peserta paling lambat
14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran
iuran diperhitungkan dengan pembayaran Iuran bulan berikutnya.
Iuran premi kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
pekerja informal. Besaran iuran bagi pekerja bukan penerima upah itu adalah Rp25.500 per
bulan untuk layanan rawat inap kelas III, Rp42.500 untuk kelas II dan Rp59.500 untuk kelas I.
Kepesertaan
Beberapa pengertian:
Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam)
bulan di Indonesia, yang telah membayar Iuran.
Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan
dalam bentuk lain.
Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya
yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai
negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.
Peserta tersebut meliputi: Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI JKN
dengan rincian sebagai berikut:
a) Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang
tidak mampu.
b) Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu yang terdiri atas:
1. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
Pegawai Negeri Sipil;
Anggota TNI;
Anggota Polri;
Pejabat Negara;
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;
Pegawai Swasta; dan
Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima
Upah.
2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan
Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.
Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga negara asing
yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
3. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:
Investor;
Pemberi Kerja;
Penerima Pensiun;
Veteran;
Perintis Kemerdekaan; dan
Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e
yang mampu membayar Iuran.
4. Penerima pensiun terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
b) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
c) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
d) Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c; dan
e) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak pensiun.
f) Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
1. Istri atau suami yang sah dari Peserta; dan
2. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari Peserta,
dengan kriteria: tidak atau belum pernah menikah atau tidak
mempunyai penghasilan sendiri; dan belum berusia 21 (dua puluh
satu) tahun atau belum berusia 25 (duapuluh lima) tahun yang masih
melanjutkan pendidikan formal.
3. Sedangkan Peserta bukan PBI JKN dapat juga mengikutsertakan
anggota keluarga yang lain.
g) WNI di Luar Negeri
Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri diatur
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.
h) Syarat pendaftaran
Syarat pendaftaran akan diatur kemudian dalam peraturan BPJS.
i) Lokasi pendaftaran
Pendaftaran Peserta dilakukan di kantor BPJS terdekat/setempat.
Pentahapan kepesertaan
Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional dilakukan secara bertahap, yaitu tahap pertama
mulai 1 Januari 2014, kepesertaannya paling sedikit meliputi: PBI Jaminan Kesehatan; Anggota
TNI/PNS di lingkungan Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya; Anggota Polri/PNS
di lingkungan Polri dan anggota keluarganya; peserta asuransi kesehatan PT Askes (Persero)
beserta anggota keluarganya, serta peserta jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek dan
anggota keluarganya. Selanjutnya tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk
sebagai Peserta BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.
Pelayanan
1. Jenis Pelayanan
Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu
berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulans (manfaat
non medis). Ambulanshanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan
dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
2. Prosedur Pelayanan
Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus memperoleh
pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama. Bila Peserta memerlukan
pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh
Fasilitas Kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan medis.
3. Kompensasi Pelayanan
Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat guna
memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan
kompensasi, yang dapat berupa: penggantian uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan
atau penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya digunakan
untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.
4. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan
Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang menjalin
kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan swasta yang memenuhi persyaratan melalui
proses kredensialing dan rekredensialing.
MAKALAH
KEBIJAKAN KESEHATAN
Disusun Oleh :
Ati Mudjiati
150127