Anda di halaman 1dari 14

ISSN : 1410 - 9018

SINERGI
KA JIAN BISNIS DAN MANAJEMEN
Vol. 8 No. 2, Juni 2006
Hal. 99 - 112

PENGUASAAN TERHADAP VISI, MISI DAN NILAI-


NILAI ORGANISASI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP
KINERJA INDIVIDU: DIAGNOSIS ORGANISASI
KELOMPOK
RESTORAN PRINGSEWU
Syafaruddin Alwi
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

Abstract

This research is aim to investigate the understanding of managers of Pringsewu


Group on vision, mission, and organizational values as well as implication on its business
performance. This research would also highlight the role of structure, culture, as well as
valuation and reward system on supporting business activities. Based on qualitative analysis,
the result emphasize the importance both the understanding of managers of Pringsewu Group
on vision, mission, and organizational values and the role of structure, culture, as well as
valuation and reward system on supporting business activities

Keywords: business performance, learning organization, organization pillar

LATAR BELAKANG yang memiliki keahlian, pandangan ke-


Persaingan bisnis pada abad 21 ini depan, dan pengalaman yang cukup untuk
semakin tajam sehingga setiap unit bisnis menggerakkan perusahaan memasuki per-
yang ingin memenangkan persaingan, harus saingan global. Kepemimpinan dalam or-
memiliki keunggulan kompetitif (competi- ganisasi bisnis yang semakin memasuki era
tive advantage). Keunggulan kompetitif sebagai public company, akan semakin ter-
perusahaan bisa dibentuk melalui berbagai fokus pada kepemimpinan team atau shared
cara seperti menciptakan produk dengan leadership dan bukan lagi mengandalkan
desain yang khas, penggunaan teknologi, kepemimpinan yang bersifat individual.
desain organisasi dan utilisasi sumber daya Oleh karena itu, dari setiap individu dalam
manusia dan kecepatan merespon customer. perusahaan dituntut kompetensi-kompetensi
Kita sekarang, kata Bill Gates (2000), tidak tertentu sebagaimana tim sepak bola atau
lagi berbicara tentang total quality dan reen- tim olah raga lainnya yang memerlukan
gineering. Kedua topik itu telah selesai di- keahlian-keahlian spesifik yang mampu
bahas pada tahun 1980-dan 1990-an. Pada memberikan kontribusi yang positif terhadap
era tahun 2000-an orang harus berbicara pencapaian tujuan kerja tim.
tentang “kecepatan”. Kecepatan merespon Ada dua hal yang dituntut dari
perubahan, termasuk kecepatan dalam me- setiap individu dalam organisasi sebagai
respon perubahan tuntutan customer. human capital yaitu kompetensi dan komit-
Keberhasilan perusahaan dalam men. Kompetensi menyangkut kewenangan
persaingan akan terwujud apabila per- setiap individu untuk melakukan tugas atau
usahaan mampu menghimpun, mengem- mengambil keputusan sesuai dengan peran-
bangkan dan mempertahankan karyawan nya dalam organisasi yang relevan dengan

99
SINERGI Vol. 8 No. 2, JUNI 2006: 99 – 112

keahlian, pengetahuan dan kemampuan yang upaya meningkatkan perannya dalam men-
dimiliki. Kontribusi karyawan yang dilan- dukung pertumbuhan ekonomi regional.
dasi oleh kompetensi yang dapat diandalkan Kelompok restoran Pringsewu
dan komitmen yang tinggi adalah esensial dikelola sebagai centerless corporation.
bagi perusahaan karena kombinasi kompe- Artinya, setiap anggota kelompok (outlet)
tensi dan komitmen mempengaruhi kualitas yang beroperasi di Jogyakarta, Purwokerto,
individu dalam organisasi. Komitmen diarti- Baturaden, Tegal, Pemalang, dan Banjar,
kan sebagai sikap karyawan untuk tetap dikelola secara otonom oleh sistem mana-
berada dalam organisasi dan terlibat dalam jemen tersendiri dalam satu payung
upaya-upaya mencapai misi, nilai-nilai dan manajemen PT Sewu Rasa.
tujuan perusahaan. Manajemen puncak menerapkan
Visi, misi dan tujuan perusahaan prinsip intrapreneurship sehingga setiap
memerlukan dukungan individu-individu cabang atau outlet diperlakukan sebagai
yang memiliki kompetensi dan komitmen perusahaan yang berdiri sendiri, dikelola
yang tinggi. Komitmen ini dalam perspektif berdasarkan visi, misi dan nilai-nilai yang
ilmu perilaku, bersumber dari nilai-nilai dikembangkan bersama sebagai sumber
yang dikembangkan oleh organisasi me- aspirasi bagi perilaku manajer dan kar-
rupakan dasar terbentuknya budaya kerja yawan. Prinsip interpreneurship terlihat pada
yang diharapkan. Nilai-nilai itu merupakan ciri-ciri, kebebasan bagi manajemen outlet
prinsip-prinsip bisnis yang harus menjadi sebagai profit center mengelola proses bis-
landasan kerja bagi setiap individu yang nis secara kreatif, penerapan kepemilikan
terlibat. Komitmen karyawan terhadap per- saham bagi karyawan, penerapan sistem
ubahan, integritas moral, pelayan prima, komisi dan bonus atas peningkatan produk-
prestasi, jelas diperlukan disamping kom- tivitas.
petensi yang harus mereka miliki. Masing-masing unit usaha dimiliki
Kelompok restoran Pringsewu me- oleh share holder yang berbeda. Selain itu
rupakan salah satu kelompok perusahaan kelompok usaha ini berkembang dari ke-
dalam industri jasa boga di Jawa Tengah dan pemimpinan owner ke arah kepemimpinan
DIY dengan sasaran konsumen menengah profesional yang visioner. Dapat diduga
atas, yang memiliki keunikan tertentu yang betapa tingginya tingkat kesukaran mana-
menarik untuk diteliti. jemen puncak menyatukan perilaku orang-
Keunikan itu terlihat pada komit- orang dalam perusahaan dalam satu ke-
men kepemimpinan puncak yang mem- satuan visi yang dipahami bersama. Dalam
bangun keberhasilan kelompok restoran ini iklim organisasi seperti itu, faktor visi, misi
kearah visi dan misi yang jelas. Kelompok dan nilai-nilai yang dikembangkan organi-
bisnis ini sampai dengan tahun 1998 men- sasi sebagai sumber aspirasi, sangat penting
jalankan proses bisnisnya tanpa visi organi- artinya bagi pengendalian proses binis
sasi yang jelas. Baru pada tahun 1999, di- kelompok.
lakukan perubahan yang mendasar dengan Oleh sebab itu, dalam proses
dirumuskannya visi, misi dan nilai-nilai or- bisnisnya, kelompok perusahaan ini
ganisasi sebagai strategic direction pe- berusaha melibatkan secara optimal semua
ngelolaan bisnisnya. Sebagai perusahaan manajer dalam proses perumusan visi, misi
yang berada pada lingkungan usaha kecil dan nilai-nilai yang dianut perusahaan
menengah (UKM), kelompok bisnis restoran sampai kepada penyusunan action plan.
Pringsewu termasuk memiliki sense of Banyak organisasi bisnis terutama disektor
change management yang tinggi dalam industri yang padat teknologi yang berusaha

100
Penguasaan terhadap Visi, Misi dan Nilai-Nilai Organisasi serta Implikasinya terhadap Kinerja Individu: … (Syafaruddin Alwi)

menerapkan pola kepemimpinan seperti itu, Kunde (2000), merupakan salah satu sumber
tetapi relatif jarang dilakukan oleh organisasi keunggulan kompetitif dalam persaingan
bisnis yang tergolong dalam kelompok usaha pasar. Kunde (2000) mengemukakan:
kecil menengah. “For the future business, the value
Hasil akhir yang dicapai oleh behind the product is therefore be-
manajemen model itu, adalah penghargaan coming a more important aspect
Enterprized 50 pada tahun 2002 dari kon- for gaining a competitive
sultan Acceture bekerjasama dengan Ma-
advantage in market competition.
jalah SWA sebagai salah satu dari 50
Mission and vision will however
perusahaan yang terbaik di tingkat nasional.
remain empty words if the company
Ada kekuatan yang inherent melekat pada
is not united around a set of values-
proses bisnis yang mereka jalankan yaitu,
the corpo-rate religion. Corporate
keterlibatan karyawan dalam proses peng-
religion is the set of values that
ambilan keputusan cukup tinggi.
unites the or-ganization around a
Penelitian pendahuluan yang di-
mission and vision”.
lakukan penulis melalui metode testing ber-
dasarkan dialog dan pertanyaan tertulis ter- Pernyataan itu sejalan dengan apa
hadap para manajer kelompok usaha ini yang dikemukakan oleh Gibson, et al,
diketahui bahwa dari 20 manajer menengah (1997) yang mengemukakan:
yang mengikuti test fit and proper test yang “As the globalization of business
dilakukan oleh penulis, 80% manajer sangat continues, companies must be run
menguasai visi perusahaan dan pada tatanan
in a new way. Company vision can
konseptual mampu menterjemahkan visi
be analyzed into goals and values.
tersebut kedalam konsep operasional. Se-
This leads to outcomes of control
dangkan 20% lainnya mampu menjelaskan
and commitment and produces em-
visi perusahaan tetapi kurang mampu
ployee and manager behavior that
menterjemahkannya kedalam konsep opera-
fulfills stakeholder needs. In one
sional. 70% manajer mampu menjelaskan
study of 45 senior executives, the
nilai-nilai yang dianut perusahaan dan men-
investigators found that, with one
jabarkannya dalam bentuk action plan sesuai
exception, each of the executives
dengan jabatan.
spoke with genuine interest and
Artikel ini mencoba untuk menge-
enthusiasm about shared values.
tahui penguasaan para manajer terhadap visi,
Most said values were a very sig-
misi dan nilai-nilai yang dianut oleh kelom-
nificant issue and that they spent a
pok usaha Pringsewu dan sejauhmana
lot of time thinking about and dis-
implikasinya terhadap kinerja para manajer,
cussing them”.
serta sejauhmana didukung oleh pilar-pilar
organisasi.
Dari pernyataan di muka dapat
TINJAUAN PUSTAKA DAN REVIEW dijelaskan bahwa strategi menjalankan
proses bisnis harus bertumpu pada visi, misi,
TEORITIK
tujuan dan nilai-nilai yang terintegrasi yang
Beberapa ahli perilaku organisasi
harus dipahami dan dimengerti oleh orang-
dan manajemen SDM telah mengungkapkan
orang dalam organisasi. Dalam kaitan ini,
pentingnya visi dan nilai-nilai bagi per-
peran leader sangat menentukan.
usahaan dalam menjalankan proses bisnis-
nya. Visi dan nilai-nilai tersebut oleh Jesper

101
SINERGI Vol. 8 No. 2, JUNI 2006: 99 – 112

Paradigma kepemimpinan yang mengajak, mengarahkan, menggerakkan


berorientasi pada otoritas top leader sebagai orang-orang dalam organisasi untuk bekerja
kekuatan saat ini sudah mulai bergeser ke secara giat (work harder), dan bekerja
paradigma kepemimpinan “leadership from dengan prestasi yang sempurna (work
every body”. Setiap orang adalah pemimpin. smarter) (Cramer, 2000).
Paradigma ini mengajarkan bahwa SDM Mengapa mereka tidak mampu se-
pada level apapun harus mampu bertindak bagai driver bagi organisasi yang dipimpin-
sebagai penggerak organisasi. Setiap indi- nya? Jawabannya juga bermacam-macam.
vidu harus memiliki kapasitas kemampuan Misalnya sebagian dari mereka yang men-
sebagai innovator. Kepemimpinan model ini jadi pemimpin atau manajer umumnya
adalah kepemimpinan yang visioner. Ke- kurang menyadari peran strategisnya dalam
pemimpinan yang tidak lagi menjalankan organisasi sehingga tanpa disadari mereka
gaya management by doing dan manage- bukan menjadi penggerak melainkan justeru
ment by direction, melainkan digerakkan menjadi sumber konflik di dalam organisasi.
oleh visi sebagai sumber inspirasi. Mereka bukan sebagai perubah atau inno-
Organisasi memerlukan visi ke- vator bagi organisasi, tetapi justeru menjadi
pemimpinan individu yang match dengan penghambat proses perubahan. Mereka tidak
visi organisasi. Manajemen yang diterapkan berperan sebagai organizer melainkan, se-
oleh kepemimpinan yang visioner adalah cara tidak disadari, bertindak sebagai des-
manajemen yang disebut oleh Joiner (1995) troyer (perusak sistem, perusak team work)
sebagai manajement by rapid learning dan dalam organisasi yang menjadi tanggung
sustained improvement. Dalam implemen- jawabnya.
tasinya organisasi bergerak, tumbuh dan Studi tentang arti penting visi per-
berkembang, berbasis kebutuhan pelanggan usahaan sebagai arah kemana perusahaan
(customer driven). Di sini kita perlu peruba- menuju, dan apa pengaruhnya terhadap
han dalam cara mengelola organisasi yang kinerja banyak dilakukan. Swasti (2001)
inherent di dalamnya perubahan dalam dalam penelitiannya yang berjudul Peng-
paradigma kepemimpinan. aruh Re-Engineering Visi Misi Organisasi
Setiap leader dalam organisasi Dan Transformasinya Terhadap Kinerja
harus mampu menjadi penggerak utama Manajerial menyimpulkan bahwa antara
(prime mover) bagi organisasi yang variabel transformasi visi dan misi dengan
dipimpin. Penggerak untuk menuju ke pen- kinerja manajerial memiliki korelasi cukup
capaian target dan tujuan yang telah ditetap- kuat dan 25,18% dari kinerja manajerial
kan organisasi. Pemimpin organisasi harus dipengaruhi oleh variabel tersebut. Tetapi,
mampu mengoptimalkan penggunaan semua penelitian Swasti tidak memasukkan varia-
resources dalam organisasi agar tujuan or- bel nilai sebagai satu faktor penting yang
ganisasi dapat dicapai secara efektif dan seharusnya juga diuji bersama-sama dengan
efisien. Oleh karena itu, leader dalam per- variabel visi dan misi. Tanpa memperhi-
usahaan atau organisasi lainnya, harus tungkan nilai yang berlaku dalam organisasi,
mampu juga berperan sebagai manager. korelasi antara variabel visi dan misi dengan
Banyak leader gagal dalam meng- kinerja kurang bermakna. Seharusnya juga
gerakkan organisasi ke arah visi yang telah diteliti apakah nilai-nilai dalam organisasi
dirumuskan, gagal mencapai target dan tu- juga menjadi prinsip kerja karyawan yang
juan yang telah ditetapkan. Mengapa mereka berfungsi sebagai guideline bagi perilaku
gagal? Bermacam-macam penyebabnya, karyawan dalam upaya mewujudkan visi,
salah satunya adalah mereka tidak mampu misi organisasi.

102
Penguasaan terhadap Visi, Misi dan Nilai-Nilai Organisasi serta Implikasinya terhadap Kinerja Individu: … (Syafaruddin Alwi)

Ketika orang dalam perusahaan berdasarkan visi tersebut dapat merencana-


berbicara tentang visi perusahaan, yang kan kegiatannya. Visi sebagai aspirasi
sering terjadi adalah konflik pandangan menurut Jacson, kegiatan manajer dan kar-
(conflict of view) tentang apa maksud (in- yawan harus berorientasi pada: personal
tent) yang terkandung dalam visi tersebut. commitment, menekankan hasil, kegiatan
Selama perbedaan pandangan itu terjadi, yang dikembangkan secara lokal, peng-
maka energi untuk mencapai visi itu akan awasan melalui dialog dan manajemen
terbuang. Visi menjelaskan gambaran ke- koneksi. Ini artinya setiap orang dalam
depan tentang organisasi (where is organi- organisasi bekerja terarah pada visi (one
zation going to be). Semua orang dalam vision to all) dengan menggunakan prinsip-
organisasi harus sepakat akan dijadikan prinsip tertentu. Visi menurut Jackson juga
seperti apa perusahaan tempat mereka bisa dipandang sebagai strategi. Sebagai
bekerja di masa depan. Seringkali ketika visi strategi, visi menekankan aktivitas yang
dirumuskan dalam bentuk statement yang dipecah menjadi sub-sub strategi sesuai
menarik, tetapi tidak mampu menginspirasi dengan level manajemen dalam organisasi.
karyawannya dalam bentuk aktivitas – ak- Dalam hal ini seluruh aktivitas dalam
tivitas kerja yang sesuai dengan maksud organisasi merupakan bagian dari kegiatan
yang terkandung dalam statement itu. Inilah yang direncanakan secara sentral (strategic
yang disebut sebagai kegagalan menterje- plan).
mahkan visi ke dalam kegiatan operasional.
Kegagalan ini perlu dicegah agar Visi Sebagai Pengerak Perubahan
energi orang-orang dalam organisasi tidak Visi akan mempengaruhi tindakan
terbuang. Fokus kita adalah bagaimana manajerial dan operasional orang-orang
orang-orang dalam organisasi dapat meng- dalam organisasi. Oleh karena itu visi
gunakan visi sebagai centerpiece terhadap haruslah realistis (dapat diwujudkan) dan
operational planning mereka. Suksesnya visi praktis (tidak bersifat utopian). Perubahan
bukan dicapai jika setiap orang dapat adalah proses yang menjembatani antara
menuliskan rumusan visi dengan benar di kondisi sekarang (current position) dan
luar kepala, melainkan apakah ia dapat posisi yang diharapkan yang akan datang
menguraikan maksud yang sama dengan (visi). Oleh sebab itu visi berfungsi pula
rekan sekerja tentang arti yang terkandung sebagai penggerak sentral perubahan.
dalam rumusan visi. Kunci sukses lain ter- Manajemen perubahan seringkali
letak pada; apakah seseorang dapat men- disebut sebagai manajemen krisis apabila
jadikan visi itu sebagai strategi dan sebagai perubahan itu bersifat mendasar dan drastis
aspirasi bagi aktivitas-aktivitas kerja (ke- misalnya, akibat strategi merger atau krisis
pemimpinan manajerial dan operasional) ekonomi. Perubahan seringkali menghadapi
yang dilakukan. resistensi yang tinggi jika proses perubahan
itu tidak dikelola secara efektif dan tidak
Visi sebagai Aspirasi melibatkan semua aspirasi.
Visi seringkali dipandang sebagai Ada dua hal yang dituntut dari
statement Top manajemen dalam strategic setiap individu dalam organisasi sebagai
plan yang terinci. Jackson (2000), dari segi human capital yaitu kompetensi dan komit-
peran memandang visi bukan saja sebagai men. Kompetensi menyangkut kewenangan
arah strategik organisasi tetapi juga sebagai setiap individu untuk melakukan tugas atau
pernyataan aspirasional terhadap orang- mengambil keputusan sesuai dengan peran-
orang yang bekerja dalam organisasi agar nya dalam organisasi yang relevan dengan

103
SINERGI Vol. 8 No. 2, JUNI 2006: 99 – 112

keahlian, pengetahuan dan kemampuan yang pilar itu merupakan “urusan” Top mana-
dimiliki. Kontribusi karyawan yang di- jemen. Akibatnya, prilaku kerja karyawan
landasi oleh kompetensi yang dapat diandal- terlepas dari arah strategis perusahaan.
kan dan komitmen yang tinggi adalah esen- Perilaku individu yang diperlukan,
sial bagi perusahaan karena kombinasi kom- terbentuk dari komitmen dan kontrol.
petensi dan komitmen mempengaruhi Komitmen bersumber dari nilai-nilai yang
kualitas individu dalam organisasi. Komit- dianut organisasi sedangkan kontrol
men diartikan sebagai sikap karyawan untuk bersumber dari tujuan. Visi terjabar dalam
tetap berada dalam organisasi dan terlibat tujuan sebagai hard system, dan dipandu
dalam upaya-upaya mencapai misi, nilai- oleh nilai-nilai sebagai soft system.
nilai dan tujuan perusahaan.
Visi, misi dan tujuan perusahaan Proses Transformasi
memerlukan dukungan individu-individu Salah satu dari ide-ide fundamental
yang memiliki kompetensi dan komitmen dalam organisasi pembelajar adalah meli-
yang tinggi. Komitmen ini dalam perspektif batkan semua karyawan atau pekerja dalam
ilmu perilaku, bersumber dari nilai-nilai proses-proses pada pekerjaannya, sesuatu
yang dikembangkan oleh organisasi me- yang juga akan meningkatkan motivasi
rupakan dasar terbentuknya budaya kerja mereka (Ostreaker, 1999: p 77).
yang diharapkan. Nilai-nilai itu merupakan Pembelajaran (Pedler et al. 1989),
prinsip-prinsip bisnis yang harus menjadi tidaklah sesederhana seperti ekstensif train-
landasan kerja bagi setiap individu yang ing yang sering dilakukan oleh organisasi
terlibat. Komitmen karyawan terhadap per- tetapi lebih terarah pada pemberian fasilitas
ubahan, integritas moral, pelayan prima, kepada semua anggota dan proses transfor-
prestasi, jelas diperlukan disamping kom- masi secara terus menerus diantara mereka.
petensi yang harus mereka miliki. Ini berarti learning proses dalam organisasi
berkaitan dengan sejauhmana manajemen
Misi dan Nilai-Nilai membangun kultur pembelajaran.
Misi (why does organization exist) Organisasi pembelajar (learning
menunjukkan apa yang harus diperbuat organization) mendorong setiap orang dalam
dalam vision frame yang telah dirumuskan. organisasi mulai dari rangking jabatan
Tujuan adalah target yang harus dicapai paling bawah sampai pada jabatan senior
dalam kurun waktu tertentu dalam konteks eksekutif terlibat dalam proses identifikasi
misi. Sedangkan nilai-nilai, merupakan dan penyelesaian masalah. Ini akan mem-
sumber disiplin perilaku baik individu mau- berdayakan organisasi untuk melakukan
pun organisasi dalam menjalankan misi dan eksperimen secara terus menerus, melaku-
mencapai tujuan organisasi. Nilai-nilai yang kan perubahan dan peningkatan guna men-
dikembangkan dalam organisasi akan men- capai tujuan-tujuan organisasi (De. Kluyver,
ciptakan komitmen Dengan demikian ke- 2000: p.139)). Pemikiran ini sejalan dengan
empatnya merupakan arah strategis organi- apa yang dikemukakan oleh Noe dan kawan-
sasi. Dalam berbagai kasus, kegagalan kawan.
manajemen mengajak bawahan menjalankan Gambaran dari organisasi pem-
proses bisnis yang menjadi core compe- belajar ditandai antara lain dengan (Noe et
tence-nya perusahaan agar berperilaku all, 2000: p. 209)
sesuai dengan inspirasi ke-tiga pilar tersebut 1. Pembelajaran terus menerus. Para
(visi, misi dan nilai-nilai), disebabkan se- pekerja (employees), melakukan share
bagian besar karyawan menganggap pilar- learning satu sama lain dan mengguna-

104
Penguasaan terhadap Visi, Misi dan Nilai-Nilai Organisasi serta Implikasinya terhadap Kinerja Individu: … (Syafaruddin Alwi)

kan jabatannya sebagai basis menerap- 1. Perumusan visi/misi (team management)


kan dan menciptakan pengetahuan. 2. Menterjemahkan kedalam business plan
2. Peningkatan fleksibilitas dan eksperi- (manajer-manajer lini)
mentasi. Para pekerja ditingkatkan ke- 3. Manajer memasyarakatkan visi, misi,
mampuan mereka mengambil resiko, goals dan nilai-nilai (empowering people)
menemukan, mengembangkan ide-ide 4. Karyawan menyusun personal/team
baru, mencoba proses-proses baru, dan plan dalam kerangka tujuan
mengembangkan produk-produk baru 5. Business action (empowered people)
dan jasa.
3. Kultur pembelajaran. Pekerja diberi Implementasi dalam proses me-
reward, dipromosi dan didukung oleh merlukan komitmen-komitmen yang kuat
para manajer dan tujuan-tujuan syarikat. terhadap visi, misi dan tujuan organisasi dari
semua orang dalam fungsi masing-masing
Learning dalam kaitan dengan ja- sesuai dengan insiprasi yang terkandung
batan dalam organisasi yang merupakan dalam nilai-nilai yang dianut organisasi.
proses diteksi dan koreksi dari setiap kesala-
han, akan meningkat semakin penting dalam Hubungan Visi, Misi dan Nilai-Nilai
menjalankan tugas-tugas rutin, bagaimana dengan Kinerja
sesuatu harus dirubah ketika ditemui adanya Berdasarkan kajian pustaka dan
kesalahan atau penyimpangan (Mary F. uraian teoritik dimuka penguasaan terhadap
Cook, 1995: p 11.3). visi, misi dan nilai-nilai dan implkasinya
Proses transformasi visi-misi dan terhadap kinerja dapat diformulasikan seba-nilai-
nilai ke rencana aksi dan kegiatan, gai berikut: menurut Kaye (1998), dapat ditempuh me-

lalui lima tahap proses:

Gambar 1: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kontribusi

Umpan balik

Kompetensi
Visi,Misi Kualitas Kinerja
dan tujuan individu
komitmen

Nilai-nilai yang
dikembangkan

105
SINERGI Vol. 8 No. 2, JUNI 2006: 99 – 112

Kinerja dalam penelitian ini diarti- sangat penting. Oleh sebab itu, diagnosis
kan sebagai performance manajer yang ter- terhadap kekuatan dan kelemahan pilar-pilar
lihat pada performance yang terekam pada struktur, kultur, sistem penilaian dan kom-
dokumen performance appraissal dengan pensasi perlu dilakukan.
katagori prestasi tinggi, sedang dan rendah.
Penguasaan terhadap visi, misi dan METODE PENELITIAN
nilai-nilai semata tidaklah secara pasti men- Studi ini meneliti implikasi antara
dorong peningkatan kinerja individu tanpa variabel penguasaan terhadap visi, misi dan
dukungan faktor-faktur lain seperti fleksi- nilai-nilai dalam perusahaan terhadap
bilitas yang diciptakan melalui struktur kinerja level manajer. Penelitian ini terbatas
organisasi, dan kultur organisasi. Konsep para manajer mulai level outlet sampai ting-
struktur organisasi pada dasarnya bertumpu kat direksi Pringsewu Restaurant Group di
pada pemberian fasilitas bagi orang-orang Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogya-
dalam organisasi agar dapat memberikan karta.
kontribusi secara optimal terhadap proses Penelitian ini bersifat deskrip-
pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. tif/kualitatif dan metode yang digunakan
Oleh sebab itu, struktur organisasi haruslah dalam pengumpulan informasi melalui
bersifat purposeful dan goal- oriented be- dialog dengan para Direksi, para manajer
havior. dan penyebaran angket dengan pertanyaan
Perubahan struktur organisasi tidak tertutup dan terbuka terhadap 24 orang
bisa dilepaskan dari tujuan bagaimana manajer baik manajer yang berada di kantor
membuat organisasi itu menjadi lebih dina- Pusat maupun manajer outlet. Analisis di-
mis, mampu mendukung implementasi lakukan dengan menginterpretasikan data
strategi organisasi dan fleksibel menghadapi mengacu pada teori yang ada sesuai dengan
perubahan lingkungan bisnis dan tuntutan data di lapangan.
visi organisasi. Diagnosis organisasi ditujukan
Perubahan struktur organisasi untuk mengetahui sejauhmana pilar-pilar
merupakan bagian dari desain organisasi organisasi dalam kondisi yang cukup
yang erat kaitannya dengan dengan peruba- memiliki kekuatan untuk mendukung proses
han kultur organisasi. Oleh sebab itu, tidak bisnis yang dijalankan untuk mencapai
mudah melakukan perubahan struktur karena tujuan organisasi. Pilar pilar organisasi
perubahan harus diikuti dengan ke- serupa dengan tiang-tiang bangunan. Kalau
mungkinan perubahan nilai-nilai yang men- salah satu saja dari tiang bangunan lemah
dukungnya. Ini jelas tidak mudah. Selain itu, maka daya tunjangnya terhadap bangunan
testing terhadap efektivitas organisasi bukan itu akan tidak optimal. Dalam diagnosis ini,
terletak pada konsep struktur semata, tetapi analisis ditujukan pada: pendapat para
terletak pada pengujian pasar (tested in the manajer terhadap pilar-pilar, struktur organi-
market, not in the lab). Dengan demikian sasi, kultur, sistem penilaian dan reward.
tidak ada jaminan bahwa perubahan struktur
akan membuat organisasi lebih dinamis. Uji Validitas dan Reliabilitas
Tetapi upaya terhadap perubahan itu, harus Dalam penelitian ini uji validitas
ada, walaupun pada tingkat konsep. pertanyaan penelitian dengan mengacu pada
Dukungan kultur kerja, sistem tiga tingkat pemahaman yaitu deskripsi, in-
penilaian dan reward terhadap terciptanya terpretasi dan teori. Metode yang digunakan
komitmen individu terhadap visi, misi dan adalah Triangulasi guna mengurangi bias
nilai-nilai yang berlaku dalam organisasi dari suatu metode dan pengecekan ulang

106
Penguasaan terhadap Visi, Misi dan Nilai-Nilai Organisasi serta Implikasinya terhadap Kinerja Individu: … (Syafaruddin Alwi)

agar terhindar dari salah pengertian atas manajemen Pringsewu, tergolong efektif
jawaban responden. Dialog dengan setiap melalui proses pelibatan dalam penyusunan
responden dilakukan untuk mengkoreksi visi, misi dan nilai-nilai, workshop dan
jawaban-jawaban yang terekam pada angket serangkaian training-training bagi seluruh
sehingga diperoleh pengertian dan interpre- jajaran manajemen sehingga kualitas
tasi yang valid atas jawaban mereka. penguasaan para manajer terhadap hal itu
tergolong tinggi. Selama masa penelitian
DIAGNOSIS DAN PEMBAHASAN (observasi) 6 bulan (Januari sd Juni} pada
Penguasaan terhadap Visi, Misi dan Nilai tahun 2004, intensitas keterlibatan para
(VMN) manajer dalam perumusan visi, misi dan
Penguasaan terhadap VMN seba- nilai-nilai cukup tinggi sampai pada
gaimana telah diuraikan dimuka merupakan penyusunan action plan perusahaan.
faktor yang mendorong tumbuhnya komit-
men dan motivasi yang pada akhirnya akan Sruktur
mempengaruhi kinerja individu. Untuk mendukung tercapainya visi
dan terselenggaranya misi perusahaan secara
Tabel 1: Tingkat Penguasaan Terhadap VMN efektif diperlukan dukungan struktur organi-
sasi yang fleksibel dan struktur organisasi
Penguasaan Tinggi Sedang Rendah yang mampu menciptakan mekanisme kerja
62% 38% pengambilan keputusan yang cepat, jelas
Visi (Kinerja) -
(60%) (40%) kepada siapa bawahan bertanggung jawab
75% 25% atas tugas yang diembannya, dan kelancaran
Misi (Kinerja) -
(66%) (44%) proses komunikasi dalam organisasi.
66% 34% Struktur organisasi menunjukkan
Nilai Kinerja (55%) (45%) - hubungan pertanggungjawaban, hubungan
Sumber: Data primer komando, span of control dalam perusahaan.
Struktur organisasi karena itu berfungsi
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagai alat bagi terselenggaranya meka-
penguasaan VMN menunjukkan tingkat nisme kerja yang sehat. Tetapi seringkali
penguasaan yang rata-rata tinggi yaitu diatas struktur itu bersifat kaku, sehingga tidak
60%. Dalam hubungannya dengan kinerja, cocok untuk diterapkan pada suatu perusa-
menunjukkan bahwa pada tingkat penguasan haan pada bisnis tertentu.
terhadap VMN tinggi, kinerja manajer juga Manajemen Pringsewu group
menunjukkan kecenderungan tinggi. Dari menerapkan model struktur organisasi fung-
kelompok 62% responden yang penguasaan sional dan menganut asas desentralisasi pada
terhadap visi tinggi, 60% memiliki kinerja unit usaha kecuali pengelolaaan keuangan
tinggi, 40% dikategorikan sedang. Dari dan SDM. Tujuannya adalah agar secara
kelompok yang penguasaan terhadap misi taktis para manajer dapat mengembangkan
tinggi 66% memiliki kinerja tinggi. strategi bisnis dan lebih tanggap terhadap
Demikian juga dengan penguasaan terhadap kebutuhan konsumen sehingga mendorong
nilai-nilai. munculnya lebih banyak inisiatif tetapi tetap
Berdasarkan temuan tersebut, tunduk pada kewenangan manajemen pusat.
implikasi penguasaan terhadap visi, misi dan Bentuk struktur model fungsional
nilai-nilai, sangat signifikan. Proses ini cocok dengan perusahaan yang lebih
transformasi visi kedalam action plan yang kecil dan tidak terlalu kompleks sifatnya.
mana penulis banyak terlibat di lingkungan Untuk perusahaan seperti Pringsewu bentuk

107
SINERGI Vol. 8 No. 2, JUNI 2006: 99 – 112

ini cocok, tetapi dalam implementasinya konflik perintah serta ketidakjelasan tang-
banyak terjadi kelemahan yang perlu diper- gung jawab.
baiki. Sebenarnya dilihat dari susunan ja-
Secara teoritik harus disadari oleh batan dalam struktur, tidak sepenuhnya
Direksi bahwa struktur organisasi fungsional fungsional, tetapi gabungan antara fung-
memiliki kekuatan dan kelemahan tertentu. sional dan lini. Ciri struktur fungsional,
Kekuatannya, antara lain, fleksibel dan setelah Direksi, ada wakil-wakil Direksi
memberikan ruang gerak yang lebih leluasa setiap fungsi misalnya, marketing, produksi,
bagi bawahan untuk bertindak sesuai dengan keuangan dan sebagainya. Ciri dari struktur
fungsi yang menjadi tanggung jawabnya. lini yang sifat komandonya adalah garis
Bentuk fungsional ini harus diikuti dengan lurus. Dengan kata lain Direktur –Direktur
pendelegasian wewenang yang lebih luas hanya bertanggung jawab kepada satu
kepada bawahan untuk mengambil kepu- atasan. Kalau dalam prakteknya bersifat
tusan fungsional maka sudah tentu akan membuat
Sedangkan kelemahannya adalah: mekanisme pengambilan keputusan atau
struktur dengan bentuk ini, seringkali me- pemberian perintah secara potensial akan
nimbulkan dualisme perintah, karena ba- menimbulkan konflik atau dualisme perin-
wahan tidak hanya memiliki satu atasan. tah, karena ada Direksi dan ada Wakil
Oleh sebab itu, bentuk fungsional seringkali Direksi.
menimbulkan perbenturan wewenang dan Hasil survey terhadap responden
menunjukkan indikasi sebagai berikut:

Tabel 2: Problem Dalam Struktur Organisasi

Tingkat konflik
Variabel Tinggi Sedang Rendah
Berbenturan wewenang (25%) (33%) (42%)
Ketidakjelasan tanggung jawab (29%) (20%) (51%)
Konflik kerja antar bagian (26%) (29%) (45%)
Pendelegasian keputusan tidak fleksibel (29%) (31%) (40%)
Sumber: data primer

Tabel 3: Mekanisme Struktur Organisasi

Variabel Tinggi Sedang Rendah


Mengambil keputusan dengan cepat (40%) (29%) (31%)
Hubungan yang komunikatif (33%) (60%) (7%)
Kewenangan penuh bertindak (45%) (40%) (15%)
Sumber: Data primer

108
Penguasaan terhadap Visi, Misi dan Nilai-Nilai Organisasi serta Implikasinya terhadap Kinerja Individu: … (Syafaruddin Alwi)

Dari Tabel 2, dapat disimpulkan Keluhan-keluhan dari para manajer


bahwa terjadi kecenderungan perbenturan yang diberikan dalam bentuk jawaban secara
wewenang tetapi rendah (45%), ketidak- terbuka dalam kaitan dengan struktur
jelasan tanggung jawab juga rendah (51%) organisasi pada umumnya terindikasi seperti
dan konflik kerja antar bagian, walaupun tampak pada Tabel 4.
terjadi tetapi masih dalam skala kecil (ren- Dari jawaban terbuka seperti pada
dah) yaitu 45%. Demikian pula dengan tabel 4 tersebut diketahui bahwa, secara
pendelegasian dalam pengambilan keputus- umum keluhan atas kelemahan struktur
an sudah cukup baik (un-flexibility ren- organisasi cukup kecil untuk ke tujuh item
dah/40%), walaupun di beberapa lini organi- jawaban. Ini berarti secara keseluruhan
sasi masih kurang fleksibel. struktur organisasi sudah mantap dan sangat
Sejauhmana struktur sekarang ini memberikan nuansa fleksibilitas yang long-
mampu menciptakan mekanisme kerja yang gar. Namun demikian dari data itu, walau-
efektif dalam pengambilan keputusan, ko- pun kecil persentasenya, penting diperhati-
munikasi dan kewenangan penuh bertindak kan bahwa yang paling dominan dirasakan
dapat dilihat pada Tabel 3. oleh manajer adalah, keputusan/dan perintah
Dari Tabel 3 diketahui, bahwa manajer sering dirasakan bertentangan satu
dalam praktek, para manajer merasa tidak sama lain. Di samping itu seringkali pula
ada hambatan dalam mengambil keputusan dirasakan oleh mereka, wewenang yang
sehingga pengambilan keputusan relatif diberikan terbatas sehingga menimbulkan
cepat dilakukan. Kecenderungan kelam- rasa takut mengambil keputusan jika terjadi
banan dalam mengambil keputusan memang hal-hal yang diluar wewenang, walaupun
ada kalanya terjadi tetapi rendah. Sedangkan masih dalam lingkup tugasnya.
efektivitas komunikasi cukup baik tetapi Hubungan atasan dengan bawahan
cenderung kurang optimal (60%). Sistem dirasakan masih ada nuansa birokratis
pendelegasian didukung oleh kewenangan sehingga inisiatif kurang berkembang,
penuh untuk bertindak karena sebagian besar demikian pula dengan teamwork. Sebagian
manager berpendapat kewenangan itu cukup manajer merasakan koordinasi antara bagian
besar diberikan. Artinya mereka relatif bebas masih kurang efektif dan pembagian tugas
mengambil keputusan dan ini-siatif. Hal ini kurang jelas yang dalam praktek seringkali
sejalan dengan maksud di-terapkannya tumpang tindih. Akan tetapi secara
struktur gabungan antara fung-sional dan lini keseluruhan keluhan itu relatif kecil, artinya
oleh pimpinan. fleksibilitas struktur cukup tinggi.

Tabel 4

Jawaban Terbuka (%)


Pembagian tugas kurang jelas 20%
Wewenang tidak sepenuhnya diberikan 16%
Keputusan/perintah antar Direksi sering bertentangan 30%
Respon Direksi atas masalah yang timbul kurang cepat 12%
Terlalu birokratis, tidak bebas berinisiatif 16%
Koordinasi antar bagian /teamwork kurang efektif 15%
Kurangnya kepercayaan dari Direksi 16%
Sumber : Data Primer

109
SINERGI Vol. 8 No. 2, JUNI 2006: 99 – 112

Kultur Kerja Sistem reward yang berlaku bagi


Evaluasi tentang kultur ini diambil sebagian besar responden masih kurang
dari jawaban responden yang paling domi- memuaskan (31%). Responden yang menilai
nan kecenderungannya yaitu apakah tinggi, reward cukup memuaskan (40%), dan
sedang atau rendah. sangat memuaskan 29%. Dilihat dari data ini
Kultur kerja yang berkembang kecenderungan memuaskan (sangat
dalam organisasi sebagian besar manajer puas/29% dan puas (40%) masih lebih tinggi
(43%) menyatakan bahwa kultur kerja yang (69%). Tetapi jumlah yang kurang puas
berkembang cukup mendorong dinamika cukup besar (31%).
kerja karyawan tetapi dinamika yang terjadi
belum optimal. Kultur yang terbentuk bagi Sistem Penilaian Kinerja
sebagian manajer (45%), dirasakan cen- Sistem penilaian kinerja bagi
derung kurang memberi peluang bagi individu, sangat terkait dengan sistem
tumbuhnya inisiatif atau kreativitas dalam reward. Berdasarkan jawaban responden
jabatannya. Walaupun demikian antusiasme penilaian mereka terhadap sistem penilaian
dalam bekerja, sebagian besar manajer yang berlaku dapat diidentifikasi sebagai
merasa cukup baik (60%). Disiplin kerja berikut:
juga cukup baik walaupun tidak tergolong
tinggi (45%). Rasa saling menghargai peran Tabel 7: Tanggapan Terhadap Sistem Penilaian
masing-masing juga dirasakan oleh para
manajer cukup baik (54%). Secara jelas Jawaban (%)
dapat dilihat dari Tabel 5. Sangat obyektif 30
Cukup obyektif 54
Tabel 5: Tanggapan terhadap Kultur Kurang obyektif 16
Organisasi Sumber: Data primer
Variabel Tinggi Sedang Rendah Berdasarkan data tersebut, nam-
Dinamika kerja (29%) (43%) (28%) paknya hampir seimbang responden yang
Kreativitas (15%) (40%) (45%) menyatakan sistem penilaian sangat obyek-
Antusiasme (20%) (60%) (20%) tif, cukup obyektif. Sedangkan yang men-
Disiplin (40%) (45%) (15%) jawab kurang obyektif cukup rendah. Indi-
Saling menghargai (30%) (54%) (26%) kasi ini menunjukan, walaupun sudah
Sumber: Data primer obyektif, namun masih ada kelemahan
dalam sistem penilaian kinerja karyawan
Sistem Reward yang perlu dievaluasi kembali, untuk ke-
Tentang sistem reward yang mudian diperbaiki.
sekarang berlaku dapat diidentifikasi sebagai Masalah penilaian kinerja sangat
berikut: penting artinya bagi perusahaan dan kar-
yawan karena tujuan penilaian kinerja ber-
Tabel 6: Tanggapan Terhadap Sistem Reward
kaitan dengan kompensasi dan pengem-
bangan SDM kedepan.
Jawaban (%) Berdasarkan diagnosis data dimuka
Sangat memuaskan 29,0 terlihat jelas bahwa manajemen Pringsewu
Memuaskan 40,0 telah berupaya untuk membangun pilar-pilar
Kurang memuaskan 31,0 penting organisasi yang mampu mendukung
Sumber: Data primer organisasi mencapai tujuan melalui proses

110
Penguasaan terhadap Visi, Misi dan Nilai-Nilai Organisasi serta Implikasinya terhadap Kinerja Individu: … (Syafaruddin Alwi)

transformasi visi, misi dan nilai-nilai per- Dukungan kekuatan-kekuatan struktur


usahaan kedalam implementasi yang di- organisasi, kultur kerja, sistem penilaian dan
dukung oleh jajaran manajemen yang kompensasi sebagai pilar-pilar penting
menguasai makna visi, misi dan nilai-nilai organisasi cukup kuat walaupun masih ter-
yang berlaku. dapat kelemahan-kelemahan yang perlu
Beberapa kekuatan yang inherent diperbaiki.
ada dalam masing-masing pilar tetapi
strultur, kultur, sistem penilaian dan SARAN-SARAN
kompensasi cukup memberikan makna bagi Penguasaan terhadap visi, misi dan
terciptanya fleksibilitas, bagi terwujudnya nilai-nilai yang berlaku dalam organisasi
dinamika kerja, antusiasme dan disiplin belumlah cukup menjamin implikasi yang
kerja yang mendukung pencapaian tujuan positif terhadap kinerja. Beberapa faktor
organisasi. perlu disempurnakan agar hasil kerja lebih
maksimal antara lain, perlu dikembangkan
KESIMPULAN kultur kompetensi berbasis nilai yang
Dari pembahasan hasil penelitian meletakkan profesionalitas dan etika sebagai
dimuka dapat disimpulkan bahwa kelompok ciri perilaku manajer di lingkungan mana-
restoran Pringsewu menuju kearah learning jemen perusahaan. Konsekuensinya sistem
organization yang meletakkan visi, misi dan penilaian perlu dikaji kembali untuk disem-
nilai-nilai sebagai sumber aspirasi dan purnakan masuk sistem reward. Pemahaman
penggerak perubahan bagi para manajer. para manajer terhadap mekanisme peng-
Implikasinya terhadap kinerja individu ambilan keputusan dalam organisasi perlu
sangat positif. Implikasinya pada dinamika ditingkatkan benturan kewenangan, konflik
kerja, disiplin kerja, tumbuhnya kreativitas peran jabatan dapat diminimalkan.
dan antisiasme kerja cukup signifikan.

REFERENSI
Cramer Kathryn D. (2002), When Faster Harder Smarter is Not Enough, McGraw-Hill Inc.
De Kluyver Cornelis D. (2000), Strategic Thinking, An Executive Perspective, Prentice Hall,
Inc. New Jersey.
Gates Bill (2000), The Speed of Thought, Alih bahasa Alex Tri Kuncoro, Gramedia Jakarta.
Joiner Brian L. (1995), Fourth Generation management: The New Business Consciousness.
McGraw-Hill, Inc.
Jackson David, (2000), Becoming Dynamic. Macmillan Press LTD London.
Kaye Beverly L (1998), Up Is Not the Only Way. Davies-Black Publishing, California.
Kunde Jesper (2000), Corporate Religion. Prentice Hall, London.
Mary F. Cook (1995), The Future of Workplace learning and Performance. The Human
Resource Yearbook, Chris Agryris:, Prentice Hall, New Jersey.
Maria C. Ostreaker (1999), Jurnal of Workplace Learning Volume 11, Number 2 pp 73-77,
MCB University Press.

111
SINERGI Vol. 8 No. 2, JUNI 2006: 99 – 112

Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright, (2000), Human Resource Management. Gaining a


Competitive Advantage, Third Edition, McGraw-Hill company, New York.
Pedler et all (1989), Toward a Learning Company. Management Education and Development
2(3): 19-41).
Gibson, Ivancevic, Donnely (1997), Organizations, Behaviour, Structure, Process. Richard
D. Irwin, Company.

112

Anda mungkin juga menyukai