SINERGI
KA JIAN BISNIS DAN MANAJEMEN
Vol. 8 No. 2, Juni 2006
Hal. 99 - 112
Abstract
99
SINERGI Vol. 8 No. 2, JUNI 2006: 99 – 112
keahlian, pengetahuan dan kemampuan yang upaya meningkatkan perannya dalam men-
dimiliki. Kontribusi karyawan yang dilan- dukung pertumbuhan ekonomi regional.
dasi oleh kompetensi yang dapat diandalkan Kelompok restoran Pringsewu
dan komitmen yang tinggi adalah esensial dikelola sebagai centerless corporation.
bagi perusahaan karena kombinasi kompe- Artinya, setiap anggota kelompok (outlet)
tensi dan komitmen mempengaruhi kualitas yang beroperasi di Jogyakarta, Purwokerto,
individu dalam organisasi. Komitmen diarti- Baturaden, Tegal, Pemalang, dan Banjar,
kan sebagai sikap karyawan untuk tetap dikelola secara otonom oleh sistem mana-
berada dalam organisasi dan terlibat dalam jemen tersendiri dalam satu payung
upaya-upaya mencapai misi, nilai-nilai dan manajemen PT Sewu Rasa.
tujuan perusahaan. Manajemen puncak menerapkan
Visi, misi dan tujuan perusahaan prinsip intrapreneurship sehingga setiap
memerlukan dukungan individu-individu cabang atau outlet diperlakukan sebagai
yang memiliki kompetensi dan komitmen perusahaan yang berdiri sendiri, dikelola
yang tinggi. Komitmen ini dalam perspektif berdasarkan visi, misi dan nilai-nilai yang
ilmu perilaku, bersumber dari nilai-nilai dikembangkan bersama sebagai sumber
yang dikembangkan oleh organisasi me- aspirasi bagi perilaku manajer dan kar-
rupakan dasar terbentuknya budaya kerja yawan. Prinsip interpreneurship terlihat pada
yang diharapkan. Nilai-nilai itu merupakan ciri-ciri, kebebasan bagi manajemen outlet
prinsip-prinsip bisnis yang harus menjadi sebagai profit center mengelola proses bis-
landasan kerja bagi setiap individu yang nis secara kreatif, penerapan kepemilikan
terlibat. Komitmen karyawan terhadap per- saham bagi karyawan, penerapan sistem
ubahan, integritas moral, pelayan prima, komisi dan bonus atas peningkatan produk-
prestasi, jelas diperlukan disamping kom- tivitas.
petensi yang harus mereka miliki. Masing-masing unit usaha dimiliki
Kelompok restoran Pringsewu me- oleh share holder yang berbeda. Selain itu
rupakan salah satu kelompok perusahaan kelompok usaha ini berkembang dari ke-
dalam industri jasa boga di Jawa Tengah dan pemimpinan owner ke arah kepemimpinan
DIY dengan sasaran konsumen menengah profesional yang visioner. Dapat diduga
atas, yang memiliki keunikan tertentu yang betapa tingginya tingkat kesukaran mana-
menarik untuk diteliti. jemen puncak menyatukan perilaku orang-
Keunikan itu terlihat pada komit- orang dalam perusahaan dalam satu ke-
men kepemimpinan puncak yang mem- satuan visi yang dipahami bersama. Dalam
bangun keberhasilan kelompok restoran ini iklim organisasi seperti itu, faktor visi, misi
kearah visi dan misi yang jelas. Kelompok dan nilai-nilai yang dikembangkan organi-
bisnis ini sampai dengan tahun 1998 men- sasi sebagai sumber aspirasi, sangat penting
jalankan proses bisnisnya tanpa visi organi- artinya bagi pengendalian proses binis
sasi yang jelas. Baru pada tahun 1999, di- kelompok.
lakukan perubahan yang mendasar dengan Oleh sebab itu, dalam proses
dirumuskannya visi, misi dan nilai-nilai or- bisnisnya, kelompok perusahaan ini
ganisasi sebagai strategic direction pe- berusaha melibatkan secara optimal semua
ngelolaan bisnisnya. Sebagai perusahaan manajer dalam proses perumusan visi, misi
yang berada pada lingkungan usaha kecil dan nilai-nilai yang dianut perusahaan
menengah (UKM), kelompok bisnis restoran sampai kepada penyusunan action plan.
Pringsewu termasuk memiliki sense of Banyak organisasi bisnis terutama disektor
change management yang tinggi dalam industri yang padat teknologi yang berusaha
100
Penguasaan terhadap Visi, Misi dan Nilai-Nilai Organisasi serta Implikasinya terhadap Kinerja Individu: … (Syafaruddin Alwi)
menerapkan pola kepemimpinan seperti itu, Kunde (2000), merupakan salah satu sumber
tetapi relatif jarang dilakukan oleh organisasi keunggulan kompetitif dalam persaingan
bisnis yang tergolong dalam kelompok usaha pasar. Kunde (2000) mengemukakan:
kecil menengah. “For the future business, the value
Hasil akhir yang dicapai oleh behind the product is therefore be-
manajemen model itu, adalah penghargaan coming a more important aspect
Enterprized 50 pada tahun 2002 dari kon- for gaining a competitive
sultan Acceture bekerjasama dengan Ma-
advantage in market competition.
jalah SWA sebagai salah satu dari 50
Mission and vision will however
perusahaan yang terbaik di tingkat nasional.
remain empty words if the company
Ada kekuatan yang inherent melekat pada
is not united around a set of values-
proses bisnis yang mereka jalankan yaitu,
the corpo-rate religion. Corporate
keterlibatan karyawan dalam proses peng-
religion is the set of values that
ambilan keputusan cukup tinggi.
unites the or-ganization around a
Penelitian pendahuluan yang di-
mission and vision”.
lakukan penulis melalui metode testing ber-
dasarkan dialog dan pertanyaan tertulis ter- Pernyataan itu sejalan dengan apa
hadap para manajer kelompok usaha ini yang dikemukakan oleh Gibson, et al,
diketahui bahwa dari 20 manajer menengah (1997) yang mengemukakan:
yang mengikuti test fit and proper test yang “As the globalization of business
dilakukan oleh penulis, 80% manajer sangat continues, companies must be run
menguasai visi perusahaan dan pada tatanan
in a new way. Company vision can
konseptual mampu menterjemahkan visi
be analyzed into goals and values.
tersebut kedalam konsep operasional. Se-
This leads to outcomes of control
dangkan 20% lainnya mampu menjelaskan
and commitment and produces em-
visi perusahaan tetapi kurang mampu
ployee and manager behavior that
menterjemahkannya kedalam konsep opera-
fulfills stakeholder needs. In one
sional. 70% manajer mampu menjelaskan
study of 45 senior executives, the
nilai-nilai yang dianut perusahaan dan men-
investigators found that, with one
jabarkannya dalam bentuk action plan sesuai
exception, each of the executives
dengan jabatan.
spoke with genuine interest and
Artikel ini mencoba untuk menge-
enthusiasm about shared values.
tahui penguasaan para manajer terhadap visi,
Most said values were a very sig-
misi dan nilai-nilai yang dianut oleh kelom-
nificant issue and that they spent a
pok usaha Pringsewu dan sejauhmana
lot of time thinking about and dis-
implikasinya terhadap kinerja para manajer,
cussing them”.
serta sejauhmana didukung oleh pilar-pilar
organisasi.
Dari pernyataan di muka dapat
TINJAUAN PUSTAKA DAN REVIEW dijelaskan bahwa strategi menjalankan
proses bisnis harus bertumpu pada visi, misi,
TEORITIK
tujuan dan nilai-nilai yang terintegrasi yang
Beberapa ahli perilaku organisasi
harus dipahami dan dimengerti oleh orang-
dan manajemen SDM telah mengungkapkan
orang dalam organisasi. Dalam kaitan ini,
pentingnya visi dan nilai-nilai bagi per-
peran leader sangat menentukan.
usahaan dalam menjalankan proses bisnis-
nya. Visi dan nilai-nilai tersebut oleh Jesper
101
SINERGI Vol. 8 No. 2, JUNI 2006: 99 – 112
102
Penguasaan terhadap Visi, Misi dan Nilai-Nilai Organisasi serta Implikasinya terhadap Kinerja Individu: … (Syafaruddin Alwi)
103
SINERGI Vol. 8 No. 2, JUNI 2006: 99 – 112
keahlian, pengetahuan dan kemampuan yang pilar itu merupakan “urusan” Top mana-
dimiliki. Kontribusi karyawan yang di- jemen. Akibatnya, prilaku kerja karyawan
landasi oleh kompetensi yang dapat diandal- terlepas dari arah strategis perusahaan.
kan dan komitmen yang tinggi adalah esen- Perilaku individu yang diperlukan,
sial bagi perusahaan karena kombinasi kom- terbentuk dari komitmen dan kontrol.
petensi dan komitmen mempengaruhi Komitmen bersumber dari nilai-nilai yang
kualitas individu dalam organisasi. Komit- dianut organisasi sedangkan kontrol
men diartikan sebagai sikap karyawan untuk bersumber dari tujuan. Visi terjabar dalam
tetap berada dalam organisasi dan terlibat tujuan sebagai hard system, dan dipandu
dalam upaya-upaya mencapai misi, nilai- oleh nilai-nilai sebagai soft system.
nilai dan tujuan perusahaan.
Visi, misi dan tujuan perusahaan Proses Transformasi
memerlukan dukungan individu-individu Salah satu dari ide-ide fundamental
yang memiliki kompetensi dan komitmen dalam organisasi pembelajar adalah meli-
yang tinggi. Komitmen ini dalam perspektif batkan semua karyawan atau pekerja dalam
ilmu perilaku, bersumber dari nilai-nilai proses-proses pada pekerjaannya, sesuatu
yang dikembangkan oleh organisasi me- yang juga akan meningkatkan motivasi
rupakan dasar terbentuknya budaya kerja mereka (Ostreaker, 1999: p 77).
yang diharapkan. Nilai-nilai itu merupakan Pembelajaran (Pedler et al. 1989),
prinsip-prinsip bisnis yang harus menjadi tidaklah sesederhana seperti ekstensif train-
landasan kerja bagi setiap individu yang ing yang sering dilakukan oleh organisasi
terlibat. Komitmen karyawan terhadap per- tetapi lebih terarah pada pemberian fasilitas
ubahan, integritas moral, pelayan prima, kepada semua anggota dan proses transfor-
prestasi, jelas diperlukan disamping kom- masi secara terus menerus diantara mereka.
petensi yang harus mereka miliki. Ini berarti learning proses dalam organisasi
berkaitan dengan sejauhmana manajemen
Misi dan Nilai-Nilai membangun kultur pembelajaran.
Misi (why does organization exist) Organisasi pembelajar (learning
menunjukkan apa yang harus diperbuat organization) mendorong setiap orang dalam
dalam vision frame yang telah dirumuskan. organisasi mulai dari rangking jabatan
Tujuan adalah target yang harus dicapai paling bawah sampai pada jabatan senior
dalam kurun waktu tertentu dalam konteks eksekutif terlibat dalam proses identifikasi
misi. Sedangkan nilai-nilai, merupakan dan penyelesaian masalah. Ini akan mem-
sumber disiplin perilaku baik individu mau- berdayakan organisasi untuk melakukan
pun organisasi dalam menjalankan misi dan eksperimen secara terus menerus, melaku-
mencapai tujuan organisasi. Nilai-nilai yang kan perubahan dan peningkatan guna men-
dikembangkan dalam organisasi akan men- capai tujuan-tujuan organisasi (De. Kluyver,
ciptakan komitmen Dengan demikian ke- 2000: p.139)). Pemikiran ini sejalan dengan
empatnya merupakan arah strategis organi- apa yang dikemukakan oleh Noe dan kawan-
sasi. Dalam berbagai kasus, kegagalan kawan.
manajemen mengajak bawahan menjalankan Gambaran dari organisasi pem-
proses bisnis yang menjadi core compe- belajar ditandai antara lain dengan (Noe et
tence-nya perusahaan agar berperilaku all, 2000: p. 209)
sesuai dengan inspirasi ke-tiga pilar tersebut 1. Pembelajaran terus menerus. Para
(visi, misi dan nilai-nilai), disebabkan se- pekerja (employees), melakukan share
bagian besar karyawan menganggap pilar- learning satu sama lain dan mengguna-
104
Penguasaan terhadap Visi, Misi dan Nilai-Nilai Organisasi serta Implikasinya terhadap Kinerja Individu: … (Syafaruddin Alwi)
Umpan balik
Kompetensi
Visi,Misi Kualitas Kinerja
dan tujuan individu
komitmen
Nilai-nilai yang
dikembangkan
105
SINERGI Vol. 8 No. 2, JUNI 2006: 99 – 112
Kinerja dalam penelitian ini diarti- sangat penting. Oleh sebab itu, diagnosis
kan sebagai performance manajer yang ter- terhadap kekuatan dan kelemahan pilar-pilar
lihat pada performance yang terekam pada struktur, kultur, sistem penilaian dan kom-
dokumen performance appraissal dengan pensasi perlu dilakukan.
katagori prestasi tinggi, sedang dan rendah.
Penguasaan terhadap visi, misi dan METODE PENELITIAN
nilai-nilai semata tidaklah secara pasti men- Studi ini meneliti implikasi antara
dorong peningkatan kinerja individu tanpa variabel penguasaan terhadap visi, misi dan
dukungan faktor-faktur lain seperti fleksi- nilai-nilai dalam perusahaan terhadap
bilitas yang diciptakan melalui struktur kinerja level manajer. Penelitian ini terbatas
organisasi, dan kultur organisasi. Konsep para manajer mulai level outlet sampai ting-
struktur organisasi pada dasarnya bertumpu kat direksi Pringsewu Restaurant Group di
pada pemberian fasilitas bagi orang-orang Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogya-
dalam organisasi agar dapat memberikan karta.
kontribusi secara optimal terhadap proses Penelitian ini bersifat deskrip-
pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. tif/kualitatif dan metode yang digunakan
Oleh sebab itu, struktur organisasi haruslah dalam pengumpulan informasi melalui
bersifat purposeful dan goal- oriented be- dialog dengan para Direksi, para manajer
havior. dan penyebaran angket dengan pertanyaan
Perubahan struktur organisasi tidak tertutup dan terbuka terhadap 24 orang
bisa dilepaskan dari tujuan bagaimana manajer baik manajer yang berada di kantor
membuat organisasi itu menjadi lebih dina- Pusat maupun manajer outlet. Analisis di-
mis, mampu mendukung implementasi lakukan dengan menginterpretasikan data
strategi organisasi dan fleksibel menghadapi mengacu pada teori yang ada sesuai dengan
perubahan lingkungan bisnis dan tuntutan data di lapangan.
visi organisasi. Diagnosis organisasi ditujukan
Perubahan struktur organisasi untuk mengetahui sejauhmana pilar-pilar
merupakan bagian dari desain organisasi organisasi dalam kondisi yang cukup
yang erat kaitannya dengan dengan peruba- memiliki kekuatan untuk mendukung proses
han kultur organisasi. Oleh sebab itu, tidak bisnis yang dijalankan untuk mencapai
mudah melakukan perubahan struktur karena tujuan organisasi. Pilar pilar organisasi
perubahan harus diikuti dengan ke- serupa dengan tiang-tiang bangunan. Kalau
mungkinan perubahan nilai-nilai yang men- salah satu saja dari tiang bangunan lemah
dukungnya. Ini jelas tidak mudah. Selain itu, maka daya tunjangnya terhadap bangunan
testing terhadap efektivitas organisasi bukan itu akan tidak optimal. Dalam diagnosis ini,
terletak pada konsep struktur semata, tetapi analisis ditujukan pada: pendapat para
terletak pada pengujian pasar (tested in the manajer terhadap pilar-pilar, struktur organi-
market, not in the lab). Dengan demikian sasi, kultur, sistem penilaian dan reward.
tidak ada jaminan bahwa perubahan struktur
akan membuat organisasi lebih dinamis. Uji Validitas dan Reliabilitas
Tetapi upaya terhadap perubahan itu, harus Dalam penelitian ini uji validitas
ada, walaupun pada tingkat konsep. pertanyaan penelitian dengan mengacu pada
Dukungan kultur kerja, sistem tiga tingkat pemahaman yaitu deskripsi, in-
penilaian dan reward terhadap terciptanya terpretasi dan teori. Metode yang digunakan
komitmen individu terhadap visi, misi dan adalah Triangulasi guna mengurangi bias
nilai-nilai yang berlaku dalam organisasi dari suatu metode dan pengecekan ulang
106
Penguasaan terhadap Visi, Misi dan Nilai-Nilai Organisasi serta Implikasinya terhadap Kinerja Individu: … (Syafaruddin Alwi)
agar terhindar dari salah pengertian atas manajemen Pringsewu, tergolong efektif
jawaban responden. Dialog dengan setiap melalui proses pelibatan dalam penyusunan
responden dilakukan untuk mengkoreksi visi, misi dan nilai-nilai, workshop dan
jawaban-jawaban yang terekam pada angket serangkaian training-training bagi seluruh
sehingga diperoleh pengertian dan interpre- jajaran manajemen sehingga kualitas
tasi yang valid atas jawaban mereka. penguasaan para manajer terhadap hal itu
tergolong tinggi. Selama masa penelitian
DIAGNOSIS DAN PEMBAHASAN (observasi) 6 bulan (Januari sd Juni} pada
Penguasaan terhadap Visi, Misi dan Nilai tahun 2004, intensitas keterlibatan para
(VMN) manajer dalam perumusan visi, misi dan
Penguasaan terhadap VMN seba- nilai-nilai cukup tinggi sampai pada
gaimana telah diuraikan dimuka merupakan penyusunan action plan perusahaan.
faktor yang mendorong tumbuhnya komit-
men dan motivasi yang pada akhirnya akan Sruktur
mempengaruhi kinerja individu. Untuk mendukung tercapainya visi
dan terselenggaranya misi perusahaan secara
Tabel 1: Tingkat Penguasaan Terhadap VMN efektif diperlukan dukungan struktur organi-
sasi yang fleksibel dan struktur organisasi
Penguasaan Tinggi Sedang Rendah yang mampu menciptakan mekanisme kerja
62% 38% pengambilan keputusan yang cepat, jelas
Visi (Kinerja) -
(60%) (40%) kepada siapa bawahan bertanggung jawab
75% 25% atas tugas yang diembannya, dan kelancaran
Misi (Kinerja) -
(66%) (44%) proses komunikasi dalam organisasi.
66% 34% Struktur organisasi menunjukkan
Nilai Kinerja (55%) (45%) - hubungan pertanggungjawaban, hubungan
Sumber: Data primer komando, span of control dalam perusahaan.
Struktur organisasi karena itu berfungsi
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagai alat bagi terselenggaranya meka-
penguasaan VMN menunjukkan tingkat nisme kerja yang sehat. Tetapi seringkali
penguasaan yang rata-rata tinggi yaitu diatas struktur itu bersifat kaku, sehingga tidak
60%. Dalam hubungannya dengan kinerja, cocok untuk diterapkan pada suatu perusa-
menunjukkan bahwa pada tingkat penguasan haan pada bisnis tertentu.
terhadap VMN tinggi, kinerja manajer juga Manajemen Pringsewu group
menunjukkan kecenderungan tinggi. Dari menerapkan model struktur organisasi fung-
kelompok 62% responden yang penguasaan sional dan menganut asas desentralisasi pada
terhadap visi tinggi, 60% memiliki kinerja unit usaha kecuali pengelolaaan keuangan
tinggi, 40% dikategorikan sedang. Dari dan SDM. Tujuannya adalah agar secara
kelompok yang penguasaan terhadap misi taktis para manajer dapat mengembangkan
tinggi 66% memiliki kinerja tinggi. strategi bisnis dan lebih tanggap terhadap
Demikian juga dengan penguasaan terhadap kebutuhan konsumen sehingga mendorong
nilai-nilai. munculnya lebih banyak inisiatif tetapi tetap
Berdasarkan temuan tersebut, tunduk pada kewenangan manajemen pusat.
implikasi penguasaan terhadap visi, misi dan Bentuk struktur model fungsional
nilai-nilai, sangat signifikan. Proses ini cocok dengan perusahaan yang lebih
transformasi visi kedalam action plan yang kecil dan tidak terlalu kompleks sifatnya.
mana penulis banyak terlibat di lingkungan Untuk perusahaan seperti Pringsewu bentuk
107
SINERGI Vol. 8 No. 2, JUNI 2006: 99 – 112
ini cocok, tetapi dalam implementasinya konflik perintah serta ketidakjelasan tang-
banyak terjadi kelemahan yang perlu diper- gung jawab.
baiki. Sebenarnya dilihat dari susunan ja-
Secara teoritik harus disadari oleh batan dalam struktur, tidak sepenuhnya
Direksi bahwa struktur organisasi fungsional fungsional, tetapi gabungan antara fung-
memiliki kekuatan dan kelemahan tertentu. sional dan lini. Ciri struktur fungsional,
Kekuatannya, antara lain, fleksibel dan setelah Direksi, ada wakil-wakil Direksi
memberikan ruang gerak yang lebih leluasa setiap fungsi misalnya, marketing, produksi,
bagi bawahan untuk bertindak sesuai dengan keuangan dan sebagainya. Ciri dari struktur
fungsi yang menjadi tanggung jawabnya. lini yang sifat komandonya adalah garis
Bentuk fungsional ini harus diikuti dengan lurus. Dengan kata lain Direktur –Direktur
pendelegasian wewenang yang lebih luas hanya bertanggung jawab kepada satu
kepada bawahan untuk mengambil kepu- atasan. Kalau dalam prakteknya bersifat
tusan fungsional maka sudah tentu akan membuat
Sedangkan kelemahannya adalah: mekanisme pengambilan keputusan atau
struktur dengan bentuk ini, seringkali me- pemberian perintah secara potensial akan
nimbulkan dualisme perintah, karena ba- menimbulkan konflik atau dualisme perin-
wahan tidak hanya memiliki satu atasan. tah, karena ada Direksi dan ada Wakil
Oleh sebab itu, bentuk fungsional seringkali Direksi.
menimbulkan perbenturan wewenang dan Hasil survey terhadap responden
menunjukkan indikasi sebagai berikut:
Tingkat konflik
Variabel Tinggi Sedang Rendah
Berbenturan wewenang (25%) (33%) (42%)
Ketidakjelasan tanggung jawab (29%) (20%) (51%)
Konflik kerja antar bagian (26%) (29%) (45%)
Pendelegasian keputusan tidak fleksibel (29%) (31%) (40%)
Sumber: data primer
108
Penguasaan terhadap Visi, Misi dan Nilai-Nilai Organisasi serta Implikasinya terhadap Kinerja Individu: … (Syafaruddin Alwi)
Tabel 4
109
SINERGI Vol. 8 No. 2, JUNI 2006: 99 – 112
110
Penguasaan terhadap Visi, Misi dan Nilai-Nilai Organisasi serta Implikasinya terhadap Kinerja Individu: … (Syafaruddin Alwi)
REFERENSI
Cramer Kathryn D. (2002), When Faster Harder Smarter is Not Enough, McGraw-Hill Inc.
De Kluyver Cornelis D. (2000), Strategic Thinking, An Executive Perspective, Prentice Hall,
Inc. New Jersey.
Gates Bill (2000), The Speed of Thought, Alih bahasa Alex Tri Kuncoro, Gramedia Jakarta.
Joiner Brian L. (1995), Fourth Generation management: The New Business Consciousness.
McGraw-Hill, Inc.
Jackson David, (2000), Becoming Dynamic. Macmillan Press LTD London.
Kaye Beverly L (1998), Up Is Not the Only Way. Davies-Black Publishing, California.
Kunde Jesper (2000), Corporate Religion. Prentice Hall, London.
Mary F. Cook (1995), The Future of Workplace learning and Performance. The Human
Resource Yearbook, Chris Agryris:, Prentice Hall, New Jersey.
Maria C. Ostreaker (1999), Jurnal of Workplace Learning Volume 11, Number 2 pp 73-77,
MCB University Press.
111
SINERGI Vol. 8 No. 2, JUNI 2006: 99 – 112
112