Anda di halaman 1dari 3

HAI PEMUDA, PERTANIAN

Oleh : Siti Hartati

Hai Pemuda!
Aku ingin bertanya,
Dalam tubuhmu mengalir darah juang
Kau digadang-gadang sebagi agen perubahan
Lalu apakah Kau sanggup mengabdikan diri tanpa jam kerja
Apa kau sanggup hidup sederhana dan dipandang sebelah mata
Apakah kau rela kulitmu legam terbakar matahari?
Apakah kau bisa tetap berdiri tegap di bawah guyuran hujan dan petir menyambar?
Apakah kau siap?

Hai pemuda!
Aku tahu, sebagian darimu pasti menjawab tidak
Aku tahu bahkan diriku mungkin tak sanggup
Namun sadarkah?
Selama ini orang-orang berjiwa besar itu ada di sekeliling kita
Mereka ada untuk KITA
Bukan hanya untuk diri mereka dan keluarga
Tapi untuk KITA semu rakyat Indonesia
Agar bangsa ini tetap hidup
Agar kita tak mati kelaparan

Sayang seribu sayang


Jasa sucinya seringkali diremehkan
Perjuangan gigihnya kadang tak dihargai
Bahkan caci-maki terlontar dari mulut-mulut tak tahu diri

Hai Pemuda!
Kini kau tahu siapa mereka
Semua orang tahu peranmu sangat berharga
Apakah kau masih mau diam saja?
Saat melihat mereka tertindas dan disia-siakan begitu saja
Hidup dan mati suatu bangsa ada di tangan mereka
Apakah kau masih kuasa
Melihat mereka menangis karena lahan kian menipis?
Tangisannya bukan hanya untuk dirinya
Air matanya jatuh karena memikirkan kita,
Esok rakyat akan makan apa?

Hai Pemuda!
HIDUP RAKYAT INDONESIA!
HIDUP PERTANIAN INDONESIA!
Itu yang kau ucap dan teriakkan
Kau tahu?
Itu takkan mengubah apa-apa tanpa tindakan nyata
Jiwa mudamu masih kuat untuk membela
Kehadiranmu adalah harapan bangsa
Jika kau tak sanggup menjadi mereka, petani Indonesia
Setidaknya kau lahir sebagai generasi penerus bangsa
Ambil peran dan laksanakan!
Untuk memperjuangkan hak mereka
Untuk mensejahterakan kehidupan mereka
Orang yang telah menyediakan pangan bagi kita.

NASIHAT DARI SEORANG PETANI


Oleh : Siti Hartati

Teringat nasihat lama


Seorang pernah berkata, Wahai Pemuda!
Darahmu adalah darah juang
Darah untuk memperjuangkan hak rakyat
Untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat
Untuk menjadikan bangsamu bermartabat dan hebat

Sesekali kau harus berkaca agar sadar


Peran dan tanggung jawabmu tersemat kuat di pundak
Sesekali kau harus tahu diri agar tak tak hanya diri sendiri yang kau pikiri
Kau ini generasi kebanggan dan harapan negri
Sesekali kau harus melihat ke bawah
Sedikit meredak ambisi
Menata niat agar lebih berarti
Bahwa hidupmu bukanlah tentang siapa yang paling memiliki
Namun tentang siapa yang mau berbagi
Bukan hanya ulasan teori, tapi tentang sebuah aksi
Bukan hanya mempelajari tapi juga melayani tanpa pamrih
Bukan hanya simpati namun jua empati dan ketulusan hati

Kau perlu
Sesekali kau harus berbincang
Agar kau terbayang apa yang harus kau perjuangkan
Sesekali kau harus membaur
Sedikit menurunkan gengsi dan ego
Agar kau sadar kau adalah pembelajar
Pembelajar yang tak cukup berkutat dengan buku-bukumu saja
Pembelajar yang tak hanya belajar
Tapi pembelajar sejati yang siap mengabdi
Agar kau tahu bahwa
Jadi agen perubahan tak cukup hanya berbekal teori
Kau butuh amunisi
Sering-seringlah berdiskusi!
Agar kau bisa menghargai
Agar kau bisa memahami kami
Kami, para petani.

AKU ANAK PETANI


Oleh : Siti Hartati

Aku anak petani yang berambisi


Ambisi yang bukan hanya sekedar ambisi tanpa visi dan misi
Sebuah mimpi yang kupanjatkan setiap hari pada Sang Ilahi
Aku menulis ini, sebagai pengingat untuk masa nanti

Sebelum menjadi pemerintah negeri ini


Izinkan seorang pemuda penuh mimpi ini untuk berbagi
Bukan tentang orang lain
Tentu tentang diriku sendiri
Anak seorang Petani
Hidup bertahun-tahun melihat dengan mata kepala sendiri
Mirisnya nasib petani
Dipandang sebelah mata oleh sebagian mereka yang duduk di kursi tinggi
Kekayaan yang hanya titipan membuat buta untuk berbuat semena-mena
Apa mereka lupa, nasi yang terhidang di meja itu siapa yang menanamnya?

Apakah akan terus begini?


Petani menangis di negeri agraris
Lahan kian menipis
Segalanya serba sulit?

Apakah karena kami petani?


Sehingga keringat kami tak dihargai?
Apakah karena kami petani?
Hidup dibawah garis kemiskinan
Padahal kami menyediakan pangan untuk negeri.

Anda mungkin juga menyukai