Anda di halaman 1dari 108

PEDOMAN PELAKSANAAN

PAMSIMAS
DI TINGKAT MASYARAKAT
Desember 2006

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional


Departemen Pekerjaan Umum
Departemen Kesehatan

Departemen Dalam Negeri

The World Bank


DAFTAR ISI

Hal
A PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

B PROSES PEMILIHAN DESA/ KELURAHAN ..................................................... 2


1 SOSIALISASI PROYEK DI TINGKAT KABUPATEN ........................................ 3
2 SOSIALISASI PROYEK DI TINGKAT DESA/ KELURAHAN .............................. 6
3 PERNYATAAN MINAT MASYARAKAT ......................................................... 7
4 PENETAPAN DESA/ KELURAHAN SEBAGAI LOKASI KERJA PROYEK PAMSIMAS 9

C PROSES PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI PROYEK DI MASYARAKAT ............ 11


1 PROSES PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA MASYARAKAT
(RKM) I ............................................................................................... 12
1.1 Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi ......................................... 14
1.2 Pertemuan Pleno Desa untuk Membahas Hasil Identifikasi dan Analisis
Situasi ....................................................................................... 17
1.3 Pembentukan Tim Kerja Masyarakat (TKM) .................................... 19
1.4 Pemilihan Opsi untuk RKM I ......................................................... 21
1.5 Pertemuan Pembahasan Opsi RKM I .............................................. 22
1.6 Penyusunan RKM I ...................................................................... 24
1.7 Pertemuan Pembahasan RKM I ..................................................... 24
1.8 Pengajuan, Evaluasi, dan Persetujuan RKM I .................................. 26
1.9 Pencairan Dana, Proses Pembukuan, dan Pertanggungjawaban Dana 27
RKM ..........................................................................................
2 PELAKSANAAN COMMUNITY LED TOTAL SANITATION (CLTS) ..................... 33
3 IMPLEMENTASI RKM I ........................................................................... 34
3.1 Pelaksanaan Pelatihan di Tingkat Masyarakat ................................. 34
3.2 Pelaksanaan Konstruksi Sarana Air di Masyarakat dan Sekolah ......... 35
4 PROSES PENYUSUNAN RKM II ............................................................... 38
4.1 Pertemuan Perencanaan Kegiatan untuk RKM II ............................. 39
4.2 Penyusunan RKM II .................................................................... 40
4.3 Pertemuan Pembahasan RKM II .................................................... 40
4.4 Pengajuan, Evaluasi, dan Persetujuan RKM II ................................. 41
5 IMPLEMENTASI RKM II .......................................................................... 41
5.1 Pelatihan Tentang Perilaku Hidup Sehat/ Higienis (PHS) .................... 41
5.2 Pelaksanaan Kegiatan PHS di Masyarakat dan Sekolah ..................... 41

ii
5.3 Pembangunan Sarana Sanitasi untuk Sekolah ................................. 42
5.4 Penyiapan TKM sebagai Badan Pengelola ........................................ 42
5.5 Pelaksanaan Pelatihan Penguatan Badan Pengelola ........................... 43

D TAHAP PASCA PROYEK: PENGELOLAAN SARANA AIR, SANITASI DAN PROGRAM


KESEHATAN OLEH MASYARAKAT .................................................................. 44
1 Pertanggungjawaban pelaksanaan RKM ..................................................... 44
2 Serah Terima Aset ................................................................................. 44
3 Pengelolaan Kegiatan Pasca Proyek oleh Masyarakat ................................... 45

LAMPIRAN ....................................................................................................... 48

iii
PELAKSANAAN PROYEK PAMSIMAS
DI TINGKAT MASYARAKAT

A. PENDAHULUAN

Suatu program penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan akan efektif
dan berkelanjutan bila berbasis pada masyarakat melalui pelibatan seluruh
masyarakat (perempuan, laki-laki, kaya dan miskin) dan dilakukan melalui
pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat (demand
1
responsive approach) . Proyek yang tanggap terhadap kebutuhan berarti
bahwa proyek menyediakan sarana dan kegiatan-kegiatan yang masyarakat:
inginkan; bersedia untuk berkontribusi dan membiayai; dan dapat mengelola
dan memelihara. Untuk itu perlu dilakukan suatu usaha memberdayakan
masyarakat agar dapat berpartisipasi secara aktif dalam menyiapkan,
melaksanakan, mengoperasionalkan dan memelihara sarana yang telah
dibangun, serta melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan.

Tujuan dari penyusunan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Proyek PAMSIMAS di


Tingkat Masyarakat ini adalah sebagai panduan bagi para pelaksana proyek
di tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan Desa/ Kelurahan agar dapat
melakukan koordinasi, perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan
evaluasi dalam Proyek PAMSIMAS.

Petunjuk Teknis ini terdiri dari tiga bagian, yaitu :


1. Proses Pemilihan Lokasi
Bagian ini terutama akan menguraikan tentang bagaimana suatu lokasi
dipilih untuk mengikuti proyek PAMSIMAS, sehingga sejak awal dapat
dikatakan bahwa prakarsa/ inisiatif proyek berasal dari masyarakat.
2. Proses Perencanaan dan Implementasi Proyek di Masyarakat
Bagian kedua ini akan menjelaskan bagaimana suatu lokasi yang telah
terpilih untuk ikut serta dalam proyek PAMSIMAS melakukan kegiatannya
mulai dari tahap perencanaan yang dilakukan secara partisipatif oleh
masyarakat, serta tahap implementasinya.

1
Gross, Bruce. Van Wijk, Christine and Mukherjee, Nilanjana, 2001. Linking Sustainability With Demand, Gender, and
Poverty: A Study in Community-managed Water Supply Projects in 15 Countries; World Bank WSP and IRC International Water
and Sanitation Centre

1
3. Pengelolaan Sarana Air, Sanitasi, dan Program Kesehatan oleh Masyarakat
Bagian ketiga ini akan menjelaskan tentang bagaimana desa/ kelurahan
melaksanakan kegiatan-kegiatan pada tahap pasca proyek.

Ketiga bagian di atas adalah kegiatan yang saling berkaitan, dimana setelah
dilakukan pemilihan lokasi kemudian dilakukan proses perencanaan dan
implementasi proyek di lokasi yang bersangkutan, sampai akhirnya
memasuki tahap pasca proyek. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada
uraian selanjutnya.

B. PROSES PEMILIHAN LOKASI

Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana suatu lokasi dapat ikut serta
dalam proyek PAMSIMAS. Proses pemilihan lokasi dapat dilihat pada diagram
di bawah ini, sedangkan penjelasan untuk masing-masing kegiatannya
dijabarkan pada halaman berikutnya.

Sosialisasi Proyek ini dilaksanakan oleh TKK dan DPMU dengan peserta :
aparat dan perwakilan masyarakat desa/ kelurahan (baik laki-laki,
SOSIALISASI PROYEK perempuan, kaya, miskin) yang akan dilibatkan dalam proyek.
DI TINGKAT KABUPATEN Inti dari kegiatan ini adalah peserta dapat mengerti tentang proyek dan
mampu untuk melaksanakan Sosialisasi Proyek di tingkat desa/ kelurahan.
(2 MINGGU)

Sosialisasi Proyek ini dilaksanakan oleh aparat desa/ kelurahan dengan


SOSIALISASI PROYEK peserta masyarakat desa/ kelurahan yang akan dilibatkan dalam proyek.
Inti dari kegiatan ini adalah peserta dapat mengerti tentang proyek dan peran
DI TINGKAT DESA/ dan tanggungjawabnya bila ikutserta dalam proyek.
KELURAHAN (1 MINGGU)

Masyarakat melakukan pertemuan formal maupun informal, dari tingkat


dusun/ RW sampai desa/ kelurahan, untuk menentukan apakah akan ikut
PERNYATAAN MINAT serta dalam proyek atau tidak.
Minat masyarakat ini harus dibuat dalam Surat Pernyataan Minat
MASYARAKAT Keikutsertaan dalam PAMSIMAS (SPMKP).
(1 BULAN)

Desa/ kelurahan yang berninat (ditunjukkan dengan SPMKP) kemudian


PENETAPAN DESA/ ditetapkan sebagai desa/ kelurahan sasaran penerima proyek dalam daftar
KELURAHAN SEBAGAI pendek (short list) desa/ kelurahan oleh Tim Koordinasi Kabupaten.
LOKASI PROYEK (1 BULAN)

Gambar 1. Diagram Proses Pemilihan Lokasi Proyek PAMSIMAS

2
1. Sosialisasi Proyek di Tingkat Kabupaten

Proses pemilihan lokasi untuk Proyek PAMSIMAS dimulai dengan


Sosialisasi Proyek di tingkat kabupaten yang diselenggarakan oleh Tim
Koordinasi Kabupaten (TKK) dengan dibantu Project Management Unit
Kabupaten (DPMU). Kegiatan sosialisasi proyek ini dapat berbentuk
pertemuan atau melalui iklan di media cetak atau elektronik yang intinya
merupakan penginformasian tentang rincian proyek PAMSIMAS seluas
mungkin.

Pertemuan sosialisasi proyek diikuti oleh desa/ kelurahan yang ada di


wilayah kabupaten yang mungkin akan terlibat dalam proyek PAMSIMAS,
dimana TKK mengundang desa/ kelurahan tersebut untuk mengikuti
kegiatan ini.

Untuk menentukan desa/ kelurahan yang akan terlibat dalam proyek


PAMSIMAS, TKK membuat suatu daftar desa/ kelurahan dengan
menggunakan kriteria pada Tabel sebagai berikut.

Tabel 1. Kriteria Lokasi Proyek PAMSIMAS


No KRITERIA LOKASI SUMBER DATA
1 Indeks kemiskinan desa/ kelurahan yang tinggi BPS 2005
2 Desa/ kelurahan yang terbatas akses terhadap Potdes, PU,
air minum (rawan air) Dinkes
3 Desa/ kelurahan yang terbatas akses terhadap Potdes, PU,
sanitasi Dinkes
4 Desa/ kelurahan dengan prevalensi penyakit Dinkes/
diare/ terkait air yang tinggi Puskesmas
5 Desa/ kelurahan yang belum mendapatkan Bappeda, PU,
proyek sejenis (air minum & sanitasi) dalam 2 Dinkes
tahun terakhir

Apabila data untuk membuat daftar tersebut tidak tersedia, maka TKK
harus membentuk suatu tim survey yang bertugas mengunjungi desa/
kelurahan untuk memberi penilaian terhadap kondisi yang ada
berdasarkan kriteria di atas.

Berdasarkan daftar tersebut, TKK kemudian membuat rangking dengan


memberikan skor terhadap desa/ kelurahan yang bersangkutan agar
dapat menentukan prioritas desa/ kelurahan yang dipilih untuk ikut serta
dalam kegiatan pertemuan sosialisasi proyek.

3
Adapun cara untuk menghitung skor desa/ kelurahan dari daftar calon
lokasi proyek adalah sebagai berikut :

Skor Desa/ Kelurahan = Angka indeks kemiskinan (% penduduk


miskin) + Angka akses air minum (target akses air minum 100% - %
akses sekarang) + Angka akses sanitasi (target akses sanitasi 100% - %
akses sekarang) + Angka penyakit diare (% kejadian diare)

Di samping penilaian di atas, menurut PAMSIMAS Enviromental and Social


Safeguard, untuk desa/ kelurahan yang berasal dari daerah kawasan
lindung, yaitu daerah-daerah yang termasuk dalam kategori: (a) taman
nasional, (b) taman hutan, (c) kelestarian hewan liar, (d) daerah
perlindungan flora, (e) cagar alam, (f) hutan lindung, (g) daerah
kelestarian budaya nasional, (h) bangunan keagamaan/ tradisional, (i)
daerah kelautan, (j) garis pantai, (k) hutan bakau dan rawa-rawa, dan (l)
daerah kemiringan terjal (>40%), maka harus dilakukan pengkajian
dampak lingkungan lebih dahulu sesuai dengan Kep-39/MENLH/8/96
tentang jenis-jenis kegiatan usaha yang mensyaratkan penilaian dampak
lingkungan (AMDAL) untuk jaringan air bersih dan sanitasi yang
menjangkau masyarakat luas. Untuk melakukan hal ini TKK dapat
melibatkan Bapedalda kabupaten.

Jumlah desa/ kelurahan yang akan mengikuti pertemuan sosialisasi dapat


disesuaikan dengan jumlah desa calon penerima proyek yang ditargetkan,
dengan mempertimbangkan dua hal utama sebagai berikut:

1. Rangking desa/ kelurahan dalam Daftar Calon Lokasi Proyek, dimana


menunjukkan prioritas suatu desa/ kelurahan untuk memperoleh
bantuan dari proyek.

2. Lokasi desa/ kelurahan, dimana lokasi-lokasi yang dipilih sebaiknya


masih dalam satu wilayah kecamatan atau kecamatan yang
berdekatan agar menunjang efektivitas dan efisiensi proses
pendampingan kepada masyarakat.

Uraian tentang pelaksanaan sosialisasi proyek di Tingkat Kabupaten dapat


dilihat pada Tabel berikut.

4
Tabel 2. Pelaksanaan Sosialisasi Proyek di Tingkat Kabupaten
Tujuan a. Menjelaskan secara rinci tentang latar belakang dan
tujuan proyek;
b. Menjelaskan kriteria yang harus dipenuhi untuk dapat
terpilih sebagai lokasi proyek;
c. Menjelaskan tanggung jawab masyarakat berkaitan
dengan kontribusi masyarakat (berbentuk uang tunai
dan natura) dalam proyek;
d. Menjelaskan peran dan tanggung jawab masyarakat
berkaitan dengan perencanaan, implementasi, dan
pengelolaan proyek;
e. Menjelaskan bahwa Pemerintah Desa/ Kelurahan akan
bertanggungjawab untuk melakukan Sosialisasi Proyek
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Peserta Pertemuan ini harus dihadiri oleh:
o Kepala Desa/ Lurah (beserta aparat Desa/ Kelurahan bila
diperlukan)
o Perwakilan BPD Desa/ Dewan Kelurahan
o Pokja Kecamatan (Camat, Kaurbang, Kasi PMD,
Sanitarian, Kantor Cabang Dinas Pendidikan Nasional,
dst)
Selain itu sebaiknya dihadiri pula oleh:
o Tokoh Masyarakat/ Agama/ Adat dari Desa/ Kelurahan
yang bersangkutan
o LSM di kabupaten yang bersangkutan dan lembaga-
lembaga masyarakat lokal lainnya
Fasilitator/ Tim Koordinasi Kabupaten, dibantu oleh Project
Narasumber Management Unit Kabupaten (DPMU)
Bahan- o Gambaran umum proyek PAMSIMAS (Lampiran 1)
bahan o Komponen proyek (Lampiran 2)
o Gambar Struktur Organisasi Proyek (Lampiran 3)
o Gambar Diagram Proses Pemilihan Desa/ Kelurahan
(Lampiran 4)
o Kriteria lokasi (desa/ kelurahan) proyek PAMSIMAS

5
(Lampiran 5)
o Peran dan tanggung jawab masyarakat dalam proyek
(Lampiran 6)
o Mekanisme penyaluran dana (Lampiran 7)
o Format daftar hadir pertemuan sosialisasi (Lampiran 8)
Pelaporan TKK membuat Laporan tentang pelaksanaan Sosialisasi
Proyek, dilengkapi dengan notulensi acara pertemuan dan
daftar hadir peserta.

Pertemuan sosialiasi proyek ini dapat dilaksanakan di tingkat kabupaten


atau kecamatan tergantung pada kesepakatan dan disesuaikan dengan
kondisi yang ada, sebagai contoh apabila jumlah desa/ kelurahan yang
akan diundang di suatu kecamatan relatif banyak maka pertemuan
sebaiknya dilakukan di tingkat kecamatan untuk lebih menjamin
kehadiran peserta pertemuan.

2. Sosialisasi Proyek di Tingkat Desa/ Kelurahan

Penjelasan tentang rincian Proyek PAMSIMAS juga harus dilakukan


kepada seluruh anggota masyarakat di desa/ kelurahan melalui sosialisasi
proyek di tingkat desa/ kelurahan. Sosialisasi proyek ini dilakukan dalam
suatu pertemuan yang diselenggarakan oleh pemerintah desa/ kelurahan
dengan nara sumber dari DPMU dan Pokja Kecamatan. Selain berbentuk
pertemuan, penyebaran informasi tentang proyek juga dapat dilakukan
melalui berbagai media, seperti poster dan leaflet yang disebarkan di
seluruh wilayah desa/ kelurahan.

Uraian tentang pelaksanaan pertemuan Sosialisasi Proyek di Tingkat


Desa/ Kelurahan dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 3. Pelaksanaan Sosialisasi Proyek di Tingkat Desa/ Kelurahan


Tujuan a. Menjelaskan secara rinci tentang latar belakang dan
tujuan proyek;
b. Menjelaskan tanggung jawab masyarakat berkaitan
dengan kontribusi masyarakat (berbentuk uang tunai
dan natura) dalam proyek;
c. Menjelaskan peran dan tanggung jawab masyarakat

6
berkaitan dengan perencanaan, implementasi,
pengelolaan dan pemeliharaan sistem sarana yang
dibangun.
Peserta o Anggota masyarakat
o Tokoh masyarakat/ agama/ adat
o Kepala sekolah dan guru SD/ sederajat
Fasilitator/ Aparat Desa/ Kelurahan yang telah mengikuti Sosialisasi
Narasumber Proyek di kabupaten, dan dibantu oleh DPMU dan anggota
Pokja Kecamatan
Bahan- o Gambaran umum proyek PAMSIMAS (Lampiran 1)
bahan o Komponen proyek (Lampiran 2)
o Gambar Struktur Organisasi Proyek (Lampiran 3)
o Gambar Diagram Proses Pemilihan Desa/ Kelurahan
(Lampiran 4)
o Kriteria desa PAMSIMAS (Lampiran 5)
o Peran dan tanggung jawab pemerinbtah dan
masyarakat dalam PAMSIMAS (Lampiran 6)
o Mekanisme penyaluran dana (Lampiran 7)
o Format daftar hadir Sosialisasi Proyek (Lampiran 9)
Laporan Pemerintah Desa/ Kelurahan membuat Laporan tentang
pelaksanaan Sosialisasi Proyek, dilengkapi dengan
notulensi pertemuan, daftar hadir peserta, dan foto-foto.

3. Pernyataan Minat Masyarakat

Tahap terpenting dari pemilihan desa PAMSIMAS adalah pernyataan minat


masyarakat untuk ikut serta dalam PAMSIMAS, dimana hal ini dapat
menunjukkan adanya kebutuhan (demand) masyarakat terhadap
perbaikan sistem penyediaan air minum dan sanitasi. Untuk itu aparat
desa/ kelurahan dan perwakilan masyarakat lainnya harus memfasilitasi
musyawarah di antara anggota masyarakat untuk menyatakan minatnya.

Pertemuan musyawarah ini harus mampu menjangkau seluruh anggota


masyarakat di desa/ kelurahan, sehingga mungkin tidak cukup dilakukan
hanya satu kali di tingkat desa/ kelurahan. Kegiatan tersebut perlu juga
dilakukan di seluruh dusun/ RW atau mungkin dalam lingkup yang lebih

7
kecil lagi. Uraian tentang musyawarah untuk menyatakan minat
keikutsertaan dalam PAMSIMAS dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 4. Musyawarah untuk Pernyataan Minat Masyarakat


Tujuan o Menjelaskan kembali peran dan tanggung jawab
masyarakat dalam proyek, terutama berkaitan dengan
kontribusi uang tunai dan natura;
o Mendiskusikan Surat Pernyataan Minat Keikutsertaan
dalam PAMSIMAS.
Peserta Anggota masyarakat di desa/ kelurahan
Fasilitator o Aparat Desa/ Kelurahan dan Anggota BPD
Bahan o Peran dan tanggung jawab masyarakat dalam proyek
(Lampiran 6)
o Format Berita Acara Hasil Musyawarah Desa/ Kelurahan
(Lampiran 10)
o Format Surat Pernyataan Minat Keikutsertaan
PAMSIMAS (Lampiran 11)
Hasil o Keputusan bersama dari masyarakat mengenai
keinginan untuk ikut serta dalam PAMSIMAS, dengan
beberapa ketentuan antara lain harus berpartisipasi
penuh dalam keseluruhan kegiatan, menyediakan
kontribusi masyarakat sesuai ketentuan, ATAU
memutuskan untuk tidak ikut serta dalam proyek.
o Keputusan bersama untuk ikut serta dalam PAMSIMAS
dinyatakan dalam Berita Acara Pertemuan dengan
melampirkan Daftar Nama dan Tanda Tangan
seluruh Kepala Keluarga calon penerima proyek.
o Surat Pernyataan Minat Keikutsertaan PAMSIMAS
(SPMKP) yang ditandatangani oleh Kepala Desa,
Perwakilan Masyarakat, dan diketahui oleh Camat.
Pemerintah desa/ kelurahan mengirimkannya kepada
TKK tembusan DPMU.
Laporan Laporan pelaksanaan musyawarah ini harus dilengkapi
dengan Berita Acara Pertemuan, notulensi pertemuan,
daftar hadir peserta, dan foto-foto.

8
Dalam menyatakan minatnya terhadap proyek, faktor sosial-budaya
dalam kehidupan masyarakat perdesaan/ kelurahan perlu diperhatikan,
seperti kebiasaan melakukan musyawarah antara keluarga atau kelompok
dalam situasi yang bersifat non-formal. Minat untuk ikut serta dalam
proyek harus merupakan keputusan dari masyarakat sendiri, sehingga
masyarakat perlu diberikan waktu yang cukup untuk bermusyawarah.

Pada kasus dimana kesepakatan tidak dapat diambil dalam satu kali
pertemuan, terutama apabila masih banyak hal yang perlu didiskusikan
dan dijelaskan, maka sebaiknya diberikan waktu lagi sampai masyarakat
benar-benar dapat mengambil keputusan. Hal ini memang membutuhkan
waktu, tetapi akan memberikan hasil yang baik karena keputusan yang
diambil betul-betul dipahami oleh masyarakat.

Namun batasan waktu untuk mendiskusikan tentang minat untuk ikut


serta dalam proyek tetap perlu diberikan, dimana masyarakat sudah
harus membuat keputusan paling lambat dalam waktu 1 bulan setelah
Sosialisasi Proyek tingkat desa dilakukan.

4. Penetapan Desa/ Kelurahan sebagai Lokasi Proyek PAMSIMAS

Berdasarkan Surat Pernyataan Minat Keikutsertaan PAMSIMAS (SPMKP)


dari desa/ kelurahan yang telah diterima, maka TKK dengan
mempertimbangkan prioritas desa/ kelurahan (dari hasil rangking) dan
lokasi desa/ kelurahan (pengelompokan wilayah desa/ kelurahan)
menentukan desa/ kelurahan yang akan dilibatkan dalam proyek
PAMSIMAS, dimana jumlahnya disesuaikan dengan target desa/ kelurahan
dalam satu tahun anggaran tertentu.

Daftar desa/ kelurahan yang ditetapkan untuk ikut serta dalam proyek
PAMSIMAS dilampirkan dalam Berita Acara Penetapan Desa/ Kelurahan
yang ditandatangani oleh Ketua TKK (Format dapat dilihat pada Lampiran
12), dan kemudian diumumkan oleh DPMU. Di samping itu, TKK juga
membuat Surat Keputusan tentang Penetapan Suatu Desa/ Kelurahan
sebagai Lokasi Proyek dan mengirimkannya kepada desa/ kelurahan yang
bersangkutan.

9
Pengumuman desa/ kelurahan yang menjadi lokasi PAMSIMAS dapat
dilakukan melalui suatu pertemuan yang dilakukan oleh TKK dengan
mengundang pemerintah desa/ kelurahan untuk mempresentasikan hasil
pemilihan lokasi dan mendiskusikan tindak lanjut di lokasi yang
bersangkutan. Selain itu Hasil Penetapan Lokasi PAMSIMAS tersebut
ditempel baik di kantor DPMU maupun di papan pengumuman kantor
Desa/ Kelurahan agar mudah dilihat oleh masyarakat luas.

10
C. PROSES PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI PROYEK DI
MASYARAKAT

Proses perencanaan dan implementasi proyek PAMSIMAS dapat dilihat pada


diagram di bawah ini, sedangkan penjelasan untuk masing-masing
kegiatannya diuraikan pada halaman selanjutnya.

Kegiatan ini meliputi : Identifikasi dan Analisis Situasi dengan MPA/PHAST,


1. PROSES PERENCANAAN DAN Pertemuan Pleno Desa/ kelurahan untuk Membahas Hasil Identifikasi dan
PENYUSUNAN RENCANA KERJA Analisis Situasi, Pembentukan Tim Kerja Masyarakat, Pemilihan Opsi untuk
MASYARAKAT (RKM) I RKM I, Pertemuan Pembahasan Opsi RKM I, Penyusunan RKM I, Pertemuan
Pembahasan RKM I, dan Pengajuan, Evaluasi dan Persetujuan RKM I.
(2 BULAN)
Kegiatan ini dilakukan untuk memicu peningkatan akses terhadap sarana
2. PELAKSANAAN COMMUNITY
sanitasi dan bebas dari buang air besar di sembarang tempat, praktek mencuci
LED TOTAL SANITATION (CLTS)
tangan, dan sebagainya. (Dapat dilakukan bersamaan dengan penyusunan
RKM I)

3. IMPLEMENTASI RKM I
Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas TKM dan masyarakat
3.1 PELAKSANAAN PELATIHAN DI
agar mampu dan terampil dalam mengimplementasikan kegiatan-kegiatan
TINGKAT MASYARAKAT
dalam RKM. (1 MINGGU)

3.2 PELAKSANAAN KONSTRUKSI Kegiatan ini dilakukan untuk membangun sarana air di masyarakat dan
SARANA AIR DI MASYARAKAT sekolah. (3 BULAN)
DAN SEKOLAH

Kegiatan ini meliputi : Pertemuan Perencanaan Kegiatan untuk RKM II,


4. PROSES PENYUSUNAN RKM II Penyusunan RKM II, Pertemuan Pembahasan RKM II, dan Pengajuan RKM
II, Evaluasi dan Persetujuan RKM II. (1,5 BULAN)

5. IMPLEMENTASI RKM II
Pelatihan PHS dilakukan untuk guru, tenaga kesehatan, dan unit kesehatan
5.1 PELATIHAN TENTANG
TKM. (1 MINGGU)
PERILAKU HIDUP SEHAT (PHS)

5.2 IMPLEMENTASI PROGRAM PHS Guru, tenaga kesehatan, dan unit kesehatan TKM melaksanaan kegiatan PHS
DI MASYARAKAT DAN SEKOLAH di masyarakat dan sekolah. (2 MINGGU)

5.3 PEMBANGUNAN SARANA Sarana sanitasi (jamban) dibangun di sekolah yang ada dalam lingkungan
SANITASI UNTUK SEKOLAH desa/ kelurahan dengan mempertimbangkan jenis dan jumlah desa/ kelurahan.
(1 BULAN)

5.4 PENYIAPAN TKM SEBAGAI Penyiapan TKM dari pelaksana proyek untuk berubah fungsi sebagai Badan
BADAN PENGELOLA Pengelola. (1 MINGGU)

5.5 PELAKSANAAN PELATIHAN Kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas Badan Pengelola agar dapat
PENGUATAN BADAN PENGELOLA menjaga keberlanjutan proyek. (1 MINGGU)

Gambar 2. Diagram Proses Perencanaan dan Implementasi Proyek PAMSIMAS

11
1. PROSES PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA
MASYARAKAT (RKM) I

Setelah desa/ kelurahan diumumkan sebagai penerima proyek pada tahun


anggaran tertentu dan ditetapkan dengan Surat Keputusan dari TKK,
maka masyarakat dapat memulai pelaksanaan proyek PAMSIMAS yang
diawali dengan proses perencanaan dan penyusunan Rencana Kerja
Masyarakat. Proses ini difasilitasi oleh Tim Fasilitator Masyarakat (TFM)
yang ditunjuk oleh DPMU untuk bekerja di suatu lokasi desa/ kelurahan.

Sebelum perencanaan masyarakat dilaksanakan perlu dilakukan dulu :


a. Pertemuan antara Kepala Desa/ Lurah, Aparat Desa/ Kelurahan, LKMD/
LMD/ BPD, tokoh masyarakat, dan TFM untuk membahas kemungkinan
adanya hambatan masyarakat dalam berpartisipasi pada proses
perencanaan, serta strategi untuk memecahkan masalah tersebut,
sehingga dapat memastikan bahwa perempuan dan laki-laki (baik dari
kelompok tidak mampu dan mampu) terlibat dalam setiap kegiatan
perencanaan proyek.
b. Koordinasi dan konsultasi oleh TFM dengan masyarakat untuk
menyusun jadwal kegiatan dalam proses perencanaan proyek di
masyarakat.

Proses perencanaan masyarakat menghasilkan Rencana Kerja Masyarakat


(RKM), dimana RKM adalah suatu dokumen yang merupakan hasil
perencanaan patisipatif oleh masyarakat berkaitan dengan komponen-
komponen kegiatan dalam PAMSIMAS, sehingga dokumen ini pada
dasarnya adalah proposal proyek.

RKM dalam proyek PAMSIMAS dibagi menjadi dua, yaitu :


1. Rencana Kerja Masyarakat (RKM) I
Dokumen ini mencakup rincian tentang rencana kegiatan: (a) pelatihan
di tingkat masyarakat dan (b) pembangunan sarana air minum di
masyarakat dan sekolah untuk daerah perdesaan ATAU pembangunan
sarana sanitasi umum untuk daerah pinggiran kota.

2. Rencana Kerja Masyarakat (RKM) II


Dokumen ini mencakup rincian tentang rencana kegiatan: (a) pelatihan
tentang perilaku hidup sehat/ higienis; (b) implementasi program PHS

12
di masyarakat dan sekolah; (c) pembangunan sarana sanitasi untuk
sekolah; dan (d) pelatihan penguatan TKM sebagai badan pengelola.

Proses perencanaan dan penyusunan Rencana Kerja Masyarakat I


dilakukan melalui langkah-langkah pada Gambar sebagai berikut dan
penjelasannya dapat dilihat pada halaman selanjutnya.

Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh TFM


1.1 Identifikasi Masalah dan menggunakan tools MPA dan PHAST untuk mengidentifikasi permasalahan
Analisis Situasi yang ada di masyarakat dan analisis situasinya.
(2 MINGGU)

Kegiatan ini berbentuk Pertemuan Pleno Masyarakat yang difasilitasi oleh


1.2 Pertemuan Pleno untuk TFM untuk mengulas hasil identifikasi masalah dan analisis situasinya dan
Membahas Hasil Identifikasi dan mengetahui tindak lanjut sebagai bahan masukan RKM.
Analisis Situasi (1 HARI)

Kegiatan ini difasilitasi oleh TFM untuk membentuk TKM yang merupakan
1.3 Pembentukan Tim Kerja lembaga pelaksana proyek di tingkat desa/ kelurahan, yang dibentuk secara
demokratis oleh masyarakat dengan mempertimbangkan kesetaraan sosial
Masyarakat (kaya/ miskin) dan gender (perempuan/ laki-laki).
(1 MINGGU)

Kegiatan ini merupakan tanggungjawab TKM dan dibantu oleh TFM,


dimana TKM memberikan penjelasan kepada kelompok-kelompok
1.4 Pemilihan Opsi untuk RKM I masyarakat tentang berbagai opsi yang dapat dipilih untuk RKM I.
(4 HARI)

Kegiatan ini berbentuk Pleno Masyarakat yang difasilitasi oleh TKM dibantu
1.5 Pertemuan Pembahasan Opsi TFM agar masyarakat dapat memberikan ulasan terhadap berbagai opsi
RKM I RKM I, serta mengambil keputusan untuk menentukan pilihannya.
(1 HARI)

Setelah masyarakat memutuskan pemilihan opsi pembangunan sarana dan


pelatihan, maka TKM bersama-sama dengan masyarakat dan dibantu oleh
1.6 Penyusunan RKM I TFM berkewajiban menyusun RKM I.
(1 BULAN)

Kegiatan ini berbentuk Pleno Masyarakat yang difasilitasi oleh TKM dibantu
1.7 Pertemuan Pembahasan TFM untuk memberikan penjelasan tentang Draf RKM, agar masyarakat
dapat memberikan ulasan terhadap RKM, dan menyetujui sebelum dikirim
RKM I kepada DPMU.
(1 HARI)

RKM I yang telah ditandatangani oleh TKM, dan diketahui oleh TFM dan
1.8 Pengajuan RKM I Kepala Desa, dikirim kepada DPMU untuk dievaluasi dan disetujui oleh
TKK.

Gambar 3. Diagram Proses Perencanaan dan Penyusunan RKM I

13
1.1 Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi
Proses identifikasi dan analisis situasi desa/ kelurahan terdiri dari
kegiatan-kegiatan diskusi menggunakan tools dari Methodology of
Participatory Assessment (MPA)2 dan Participatory Hygiene And
Sanitation Transformation (PHAST)3, yang dilakukan baik di
masyarakat maupun di sekolah. Kegiatan ini secara partisipatif
dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat baik perempuan, laki-
laki, kaya, miskin (termasuk masyarakat adat), sementara TFM
hanya memfasilitasi proses tersebut, seperti diuraikan pada Tabel
berikut ini.

Tabel 5. Tools MPA-PHAST untuk Identifikasi Masalah dan


Analisis Situasi
No Tools Keterangan
1 Inventaris Data Dilaksanakan bersama aparat desa/
Komunitas kelurahan memanfaatkan data monografi
desa/ kelurahan.
2 Klasifikasi Dilaksanakan melalui diskusi dengan
Kesejahteraan kelompok masyarakat campuran
(perempuan-laki-laki, kaya-miskin) dengan
mempertimbangkan keterwakilan semua
dusun/ RW. Digunakan untuk mengetahui
klasifikasi tingkat kesejahteraan yang ada
di masyarakat, dimana hasil klasifikasi
tersebut dapat digunakan untuk melihat
perbedaan akses, kontribusi, kontrol dan
manfaat dari air dan sanitasi di antara
kelompok masyarakat, serta untuk
menentukan peserta pertemuan (kelompok
terfokus) selanjutnya.
3 Pemetaan Sosial Mapping yang sudah dilakukan oleh proyek
lain yang sejenis perlu dipertimbangkan
sebagai referensi. Dilakukan oleh orang-

2
Rincian tentang tools MPA terdapat dalam Fieldbook MPA
3
Rincian tentang tools PHAST terdapat dalam Fieldbook PHAST

14
orang yang mewakili masyarakat
(perempuan, laki-laki, kaya-miskin, dan
mewakili semua dusun dalam desa/
kelurahan). Hasil pemetaan sosial ini
digunakan untuk merencanakan
pengembangan pelayanan sarana air atau
sanitasi yang diinginkan oleh masyarakat,
di samping itu peta juga digunakan untuk
menentukan lokasi diskusi kelompok
terfokus.
4 Perencanaan Untuk merencanakan lokasi transect walk
Transect Walk dan dan tempat diskusi kelompok terfokus
Diskusi Kelompok akan dilakukan.
Terfokus
5 Tinjauan Dilakukan jika ada badan pengelola, untuk
Pengelolaan Sarana menilai tentang pengelolaan dan
pengambilan keputusan, sejarah
partisipasi dalam pembangunan sarana,
penilaian pelatihan, pembagian kerja
berdasarkan gender dan waktu kerja, serta
pengelolaan keuangan.
6 Transect Walks
- Pengelolaan Sumber Air
(Penelusuran
Dilakukan oleh kelompok kecil yang terdiri
Wilayah)
dari badan pengelola dan anggota
masyarakat yang memperhatikan
keterwakilan gender. Melalui kegiatan ini
masyarakat dapat menilai kualitas dan
kuantitas air pada sumber air.

- Penilaian Tingkat Kualitas Kerja


Dilakukan seperti pada “Pengelolaan
Sumber Air”. Melalui kegiatan ini
masyarakat dapat mengetahui kualitas
rancangan, kualitas material, kualitas
pengerjaan, kondisi drainase sarana air,

15
serta kualitas konstruksi, operasional dan
pemeliharaan, dan penggunaan jamban
keluarga dan sekolah.

- Penilaian Pelayanan Sarana Air Bersih


Dilakukan seperti pada “Pengelolaan
Sumber Air”. Melalui kegiatan ini
masyarakat dapat mengidentifikasi tingkat
kepuasaan berkaitan dengan kuantitas air,
kualitas air, kesadaran terhadap
pemeriksaan kualitas air, sistem drainase,
kebocoran air pada titik air, dan perkiraan
ketersediaan air.
- Pertemuan dengan Masyarakat yang
Tidak Terlayani
Dilakukan untuk melihat sarana yang
akan diberikan untuk daerah yang belum
terlayani dan kemungkinan
pengembangan oleh masyarakat sendiri.

- Dapat dilakukan pemicuan terhadap


perilaku untuk tidak buang air besar
sembarangan
7 Efektivitas Dilakukan melalui diskusi kelompok
Penggunaan Sarana terfokus, dimana melalui kegiatan ini
Air Bersih masyarakat dapat mengetahui kebiasaan
penggunaan air bersih, serta proporsi
masyarakat yang menggunakan sarana air
yang aman.
8 Efektivitas Dilakukan melalui diskusi kelompok
Penggunaan Sarana terfokus, dimana melalui kegiatan ini
Sanitasi masyarakat dapat mengetahui kebiasaan
buang air besar, serta proporsi masyarakat
yang saat ini telah menggunakan sarana
jamban.

16
9 Hak Suara dan Dilakukan melalui diskusi kelompok
Pilihan dalam terfokus, untuk melihat hak bersuara dan
Pengambilan memilih (voice and choice) masyarakat
Keputusan dalam pengambilan keputusan untuk
pengadaan sarana air sebelumnya.
10 Alur Penularan Dilakukan melalui diskusi kelompok
Penyakit dan terfokus agar masyarakat dapat
Penghambatnya mengetahui bagaimana alur penularan
penyakit sampai ke manusia. Serta dapat
mengetahui cara memutuskan alur
penyakit tersebut, baik dengan kegiatan
fisik (pembangunan sarana), maupun non
fisik (perubahan perilaku).

Hasil identifikasi dan analisis situasi dengan menggunakan tools MPA


dan PHAST seperti diuraikan di atas dicatat dalam “Buku Catatan
Proses MPA & PHAST“ yang mencakup pula notulensi diskusi,
sehingga dapat dilihat bagaimana keaktifan masyarakat terutama
mereka yang selama ini terpinggirkan. Hasil tersebut dirangkum
dalam suatu laporan yang akan menjadi bagian dari dokumen RKM.

Pada tahap ini proyek PAMSIMAS sudah mulai melakukan proses


awal untuk memonitor dan mengevaluasi proyek, yang nantinya akan
menjadi bagian dari kegiatan Monitoring Keberlanjutan
(Sustainability Monitoring)4 PAMSIMAS, yaitu dengan menggunakan
data yang diperoleh dari proses MPA dan PHAST saat identifikasi dan
analisis situasi desa/ kelurahan sebagai data dasar (baseline data)
untuk melihat bagaimana dampak yang terjadi dan keberlanjutan
proyek dapat dicapai. Kegiatan ini disebut juga dengan Monitoring
Keberlanjutan Tahap I yang akan menjadi tanggung jawab TFM.

1.2 Pertemuan Pleno Desa/ Kelurahan untuk Membahas Hasil


Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi
Hasil identifikasi permasalahan desa/ kelurahan dengan
menggunakan tools MPA dan PHAST setelah dianalisis dan dirangkum
4
Proses kegiatan monitoring keberlanjutan secara lebih rinci bisa dilihat di “Buku Panduan Monitoring Keberlanjutan”

17
dalam sebuah laporan, kemudian disampaikan kepada masyarakat
melalui Pertemuan Pleno Desa/ Kelurahan. Pertemuan Pleno Desa/
Kelurahan untuk membahas hasil identifikasi masalah dan analisis
situasi seperti diuraikan pada Tabel sebagai berikut.

Tabel 6. Pelaksanaan Pertemuan Pleno Desa/ Kelurahan untuk


Membahas Hasil Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi
Tujuan o Masyarakat dapat memberikan ulasan tentang hasil
identifikasi dan analisis situasi untuk merencanakan
pengembangan dari proyek.
o Masyarakat mampu mengidentifikasi tindakan
lanjutan sebagai bahan pengambilan keputusan
dalam pemilihan jenis sarana air, dan perilaku hidup
sehat yang akan ditingkatkan, serta cara
melaksanakan kegiatan tersebut.
Peserta o Peserta mewakili semua dusun/ RW
o Peserta mewakili kelompok kaya-miskin, laki-laki-
perempuan, tua-muda, serta masyarakat adat bila
ada
o Peserta perempuan yang hadir minimal 30% dari
seluruh peserta pertemuan
Fasilitator o Perwakilan masyarakat (peserta diskusi perencanaan
menggunakan tools MPA sebelumnya), mewakili
dusun, perempuan-laki-laki, dan kaya-miskin
o Tim Fasilitator Masyarakat
o Tim DPMU (sebagai nara sumber)
Bahan o Peta Sosial
o Hasil-hasil proses tools MPA dan PHAST
Indikator o Peserta dapat mengulas kembali hasil diskusi
pelaksanaan sebelumnya dan menyetujuinya.
o Peserta yang hadir merupakan representasi seluruh
masyarakat desa/ kelurahan.
Laporan Laporan tentang pelaksanaan pertemuan ini dibuat oleh
TKM dan TFM untuk dilaporkan kepada DPMU, dimana
harus dilengkapi dengan notulensi pertemuan, daftar

18
hadir, dan foto-foto.

1.3 Pembentukan Tim Kerja Masyarakat (TKM)

Tim Kerja Masyarakat (TKM) merupakan lembaga pelaksana proyek


di tingkat desa/ kelurahan yang dibentuk atas persetujuan
masyarakat sendiri. Uraian tentang pelaksanaan pembentukan TKM
dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 7. Pelaksanaan Pembentukan Tim Kerja Masyarakat


Tujuan Masyarakat membentuk TKM, yang dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut :
o Masyarakat menyusun tata cara pemilihan anggota
TKM.
o Masyarakat mengusulkan calon anggota TKM sesuai
dengan kapasitasnya dan tanggungjawab dalam TKM
(pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan tinggi/
tidak, termasuk pekerjaan yang dibayar/ sukarela).
o Masyarakat memilih anggota TKM secara demokratis,
transparan, dan menjamin keterwakilan anggota TKM
dari seluruh wilayah desa/ kelurahan, kelompok
kaya/ miskin, laki-laki/ perempuan, dan tua/ muda
Peserta o Peserta mewakili kelompok kaya-miskin, laki-laki-
perempuan, tua-muda, serta masyarakat adat bila
ada
o Peserta perempuan yang hadir minimal 30% dari
seluruh peserta pertemuan
Fasilitator o Perwakilan masyarakat
o TFM
Bahan o Contoh Struktur Tim Kerja Masyarakat (Lampiran 13)
o Contoh uraian Tugas dan Tanggungjawab anggota
TKM (Lampiran 14)
o Surat Berita Acara Pembentukan TKM (Lampiran 15)
o Hasil temuan MPA terutama hasil diskusi tentang
“Tinjauan Pengelolaan Pelayanan” dan “Hak Suara
dan Pengambian keputusan”

19
Indikator o Peserta dapat memilih anggota TKM.
pelaksanaan o Peserta merupakan representasi seluruh masyarakat
desa/ kelurahan.
o Anggota TKM perempuan yang terpilih minimal 30%
dari seluruh anggota TKM.
Laporan Pelaksanaan pertemuan ini harus dilengkapi dengan
Berita Acara Pembentukan TKM, daftar hadir peserta, dan
foto-foto.

Proses Pembentukan TKM

1) Proses pembentukan TKM mengacu pada hasil diskusi identifikasi


masalah dan analisis situasi, sehingga dapat diketahui
“keberfungsian” dan “kinerja” lembaga/organisasi yang ada sesuai
dengan kriteria PAMSIMAS. Berdasarkan penilaian terhadap
kepengurusan dalam lembaga-lembaga tersebut, ditentukan
bentuk/struktur TKM sesuai dengan kriteria TKM PAMSIMAS yang
diatur dalam Pedoman Umum Pengelolaan PAMSIMAS.

2) Proses pembentukan TKM selanjutnya dilakukan secara


berjenjang, dimana pemilihan calon anggota TKM dimulai di tingkat
dusun/ RW, yaitu dengan menentukan anggota masyarakat dari
masing-masing dusun/ RW yang akan duduk dalam posisi TKM.
Pertemuan ini harus dihadiri oleh semua perwakilan keluarga/ rumah
dari dusun/ RW yang bersangkutan, sehingga anggota masyarakat
yang terpilih benar-benar merupakan representasi masyarakat yang
memperhatikan unsur-unsur dari masyarakat yaitu kaya dan miskin,
laki-laki dan perempuan, tua maupun muda. Hal yang paling penting
dalam proses ini adalah bahwa calon anggota TKM dari dusun/ RW
tersebut dibentuk melalui musyawarah dan disetujui oleh seluruh
anggota masyarakat. Orang-orang yang telah dipilih itu kemudian
ditentukan sebagai calon untuk menduduki posisi tertentu dalam
struktur TKM Desa/ Kelurahan.

Pertemuan pembentukan TKM dilanjutkan di tingkat desa/ kelurahan


dengan dihadiri oleh semua calon anggota TKM yang telah dipilih

20
sebelumnya. Pada pertemuan ini semua calon anggota TKM yang
merupakan representasi dari seluruh dusun di desa/ kelurahan
difasilitasi oleh aparat desa/ kelurahan dan TFM untuk membentuk
TKM sesuai dengan struktur yang dibutuhkan proyek.

Hasil pembentukan TKM dibuat dalam Surat Berita Acara


Pembentukan TKM yang disyahkan oleh Kepala Desa/ Lurah dan
diketahui oleh TFM. Pada surat tersebut harus dinyatakan bahwa
keanggotaan TKM telah dipilih secara demokratis dengan
mempertimbangkan kesetaraan sosial (kaya/ miskin) dan gender
(perempuan/ laki-laki), serta bahwa semua anggota TKM tidak
pernah terlibat dalam tindakan melanggar hukum (korupsi/penipuan)
di masa lalu dan konflik kepentingan dalam pelaksanaan proyek.
Surat ini kemudian dikirimkan oleh pemerintah desa/ kelurahan
kepada DPMU/ TKK untuk dibuatkan Surat Keputusan (SK) Bupati/
Walikota, sehingga TKM akan mempunyai legitimasi dan kekuatan
hukum dalam melaksanakan proyek PAMSIMAS.

1.4 Pemilihan Opsi untuk RKM I

Setelah melalui proses pertama masyarakat memahami tentang


permasalahan di desa/ kelurahannya, serta membentuk TKM, maka
TFM membantu masyarakat melanjutkan proses perencanaan secara
partisipatif untuk memilih opsi-opsi mengatasi permasalahan yang
dihadapinya.

1.4.1. Pemilihan Opsi Sarana Air Minum di Masyarakat


Setelah masyarakat mengetahui keadaan sarana air yang ada
saat ini, maka masyarakat dibantu TFM menentukan jenis
sarana air yang ingin dibangun, serta hal-hal yang harus
dilakukan dalam rangka membangun sarana air yang telah
dipilih. Pemilihan opsi tersebut mempertimbangkan antara
lain:
- topografi
- ketersediaan sumber air
- biaya konstruksi
- ketersediaan lahan untuk konstruksi

21
- biaya operasional dan pemeliharaan.
Di samping itu perlu juga dipertimbangkan keadaan aspek
lingkungan (alam dan budaya) yang akan dipengaruhi oleh
pembangunan sarana air tersebut.

1.4.2. Pemilihan Opsi Sarana Air di Sekolah

Jenis sarana air yang akan dibangun di sekolah merupakan


bagian dari sistem sarana air desa/ kelurahan. Anggota
masyarakat sekolah (kepala sekolah, guru, dan orangtua
siswa) dengan bantuan TFM dapat mengusulkan fasilitas air
lain seperti sarana cuci tangan untuk siswa.

1.4.3. Pemilihan Opsi Pelatihan Masyarakat

Setelah masyarakat memutuskan pemilihan jenis sarana air,


kemudian dibuat suatu rencana pelatihan. TFM membantu
masyarakat untuk mendiskusikan jenis pelatihan yang
dibutuhkan berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan
sarana air sesuai dengan opsi yang dipilih dan pengelolaan
administrasinya.

Proses pemilihan opsi ini merupakan tanggungjawab TKM dan


dibantu oleh TFM, dimana TKM memberikan penjelasan kepada
masyarakat tentang berbagai opsi yang dapat dipilih untuk
dimasukkan dalam RKM I. Proses ini dilakukan dalam pertemuan-
pertemuan informal dengan kelompok-kelompok masyarakat di
seluruh dusun/ RW, dimana dalam pertemuan tersebut yang
terpenting adalah masyarakat sadar bahwa mereka punya pilihan
dan paham dengan konsekuensi atas pilihan yang akan diambil. Alat
bantu untuk proses ini dapat menggunakan Informed Choice
Catalogue (ICC)5 untuk Sarana Air Minum.

Pada pemilihan opsi RKM I di lokasi kelurahan (daerah perkotaan),


jenis opsi dibagi menjadi dua yaitu:

5
Informed Choice Catalogue untuk Sarana Air Minum disediakan oleh Proyek PAMSIMAS

22
1. Opsi Sarana Sanitasi Komunal dengan menggunakan Informed
Choice Catalogue (ICC)6 untuk Sarana Sanitasi. Pemilihan opsi
tersebut mempertimbangkan antara lain: biaya konstruksi,
ketersediaan lahan untuk konstruksi, serta biaya operasional dan
pemeliharaan.
2. Opsi Pelatihan Masyarakat, dimana opsi ini mencakup jenis
pelatihan yang dibutuhkan berkaitan dengan pelaksanaan
pembangunan sarana sanitasi.

1.5 Pertemuan Pembahasan Opsi RKM I

Hasil pertemuan-pertemuan untuk membahas opsi Sarana Air (baik


di masyarakat dan sekolah), dan Pelatihan Masyarakat yang telah
dilakukan sebelumnya kemudian dibahas dalam pertemuan
pembahasan opsi RKM I. Proses Pertemuan Pembahasan Opsi RKM I
diuraikan pada Tabel sebagai berikut.

Tabel 8. Pelaksanaan Pertemuan Pembahasan Opsi RKM I


Tujuan o Masyarakat mampu memberikan ulasan terhadap
berbagai jenis pilihan sarana air atau sanitasi dan
kebutuhan pelatihan, serta mampu mengambil
keputusan untuk menentukan pilihannya.
o Masyarakat mampu memberikan ulasan serta
pengambilan keputusan tentang kontribusi yang
diperlukan untuk pembiayaan pembangunan sarana,
serta operasional dan pemeliharaannya.
Peserta o Peserta mewakili semua dusun
o Peserta mewakili kelompok kaya-miskin, laki-laki-
perempuan, tua-muda, serta masyarakat adat bila ada
o Peserta perempuan yang hadir minimal 30% dari
seluruh peserta pertemuan
o Kepala Sekolah, Guru
Fasilitator TKM dan TFM
Bahan o Peta Sosial dan Peta Sekolah yang telah dilengkapi
pilihan jenis sarana air untuk desa, atau pilihan jenis

6
Informed Choice Catalogue untuk Sarana Sanitasi disediakan oleh Proyek PAMSIMAS

23
sarana sanitasi untuk kelurahan.
o Berbagai jenis pilihan sarana air yang dapat menjadi
pilihan masyarakat agar terjadi kesinambungan dan
efektifitas penggunaan sarana (ICC Sarana Air Minum).
o Berbagai jenis pilihan sarana sanitasi yang dapat
menjadi pilihan masyarakat agar terjadi kesinambungan
dan efektifitas penggunaan sarana (ICC Sarana
Sanitasi).
o Informasi tentang perkiraan biaya yang diperlukan
untuk pembangunan sarana, serta biaya untuk
pemeliharaan dan operasional sarana.
o Berbagai jenis pilihan kegiatan pelatihan masyarakat.
Laporan Laporan tentang pelaksanaan pertemuan ini yang dibuat
oleh TKM dan TFM harus dilengkapi dengan notulensi
pertemuan, daftar hadir, dan foto-foto.

1.6 Penyusunan RKM I

Setelah masyarakat memutuskan pemilihan opsi sarana dan


pelatihan maka TKM bersama-sama dengan masyarakat dan dibantu
oleh TFM berkewajiban menyusun RKM I, yang antara lain
mencakup:
o Rancangan Rinci Kegiatan (RRK) tentang pembangunan sarana air
minum (untuk daerah perdesaan) di masyarakat dan sekolah atau
sarana sanitasi (untuk daerah pinggiran kota).
o Rancangan Rinci Kegiatan (RRK) tentang pelatihan bagi
masyarakat.
o Gambar teknis sarana air minum/ sanitasi.
o Rencana biaya pembangunan sarana air minum/ sanitasi.
o Rencana biaya operasional dan pemeliharaan.
o Rencana kontribusi masyarakat (mekanisme pengumpulan, jadwal
pengumpulan, penanggungjawab, dan cara penyimpanan
kontribusi).
o Rencana administrasi keuangan.
o Rencana pengadaan barang dan jasa.

24
Pada saat penyususnan RKM, TFM mendapatkan bantuan/dukungan
teknis dari kedua Konsultan Manajemen Kabupaten (KonKab WSS
dan HCD).

Proses Monitoring Keberlanjutan (dengan menggunakan MPA dan


PHAST) pada tahap ini juga dilakukan, yaitu untuk memonitor
bagaimana kualitas perencanaan masyarakat dibuat dalam RKM,
sebelum RKM tersebut diajukan kepada DPMU, sehingga proyek
diharapkan dapat berkelanjutan. Kegiatan ini disebut juga dengan
Monitoring Keberlanjutan Tahap II dan dilakukan oleh masyarakat
dibantu TFM, melalui verifikasi yang dilakukan oleh Process
Monitoring Consultant (PMC).

1.7 Pertemuan Pembahasan RKM I

Setelah TKM bersama masyarakat dengan bantuan TFM menyusun


RKM I, maka Draf RKM tersebut diinformasikan kepada masyarakat
melalui suatu pertemuan. Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat
dapat memberikan ulasan terhadap RKM yang telah disusun untuk
diperbaiki, dan disetujui sebelum dikirim kepada DPMU. Adapun
uraian tentang pertemuan pembahasan RKM I dapat dilihat pada
Tabel sebagai berikut.

Tabel 9. Pelaksanaan Pertemuan Pembahasan RKM I


Tujuan o Masyarakat mampu memberikan ulasan tentang
draf RKM I yang telah disusun, sehingga ada
persetujuan sebelum dikirim ke DPMU.
o Masyarakat mampu merumuskan tentang besarnya
iuran untuk operasional dan pemeliharaan sarana
air yang diputuskan secara adil, demokratis, dan
transparan.
o Masyarakat mampu menyusun aturan-aturan dan
pengorganisasian pengelolaan dalam implementasi
proyek maupun dalam operasional dan pemeliharaan.
Peserta o Peserta mewakili semua dusun/ RW
o Peserta mewakili kelompok kaya-miskin, laki-laki-
perempuan, tua-muda, serta masyarakat adat bila

25
ada
o Peserta perempuan yang hadir minimal 30% dari
seluruh peserta pertemuan
Fasilitator TKM dan TFM
Bahan o Peta Sosial yang telah dilengkapi tentang rencana
akses masyarakat (rumah tangga) yang akan
menggunakan sarana air dan sumber air yang
digunakan, atau sarana sanitasi untuk daerah peri-
urban
o Data MPA dan PHAST dari proses “Monitoring
Keberlanjutan” tahap I dan II
o Draf Dokumen RKM I, yang mencakup :
- Rancangan rinci tentang pembangunan sarana.
- Pembiayaan yang termasuk dalam RKM I.
- Rencana kontribusi masyarakat untuk
pembangunan sarana, serta operasional dan
pemeliharaannya.
Laporan Laporan tentang pelaksanaan pertemuan ini yang
dibuat oleh TKM dan TFM harus dilengkapi dengan
notulensi pertemuan, daftar hadir, dan foto-foto.

1.8 Pengajuan, Evaluasi, dan Persetujuan RKM I

RKM I yang telah disusun di desa/ kelurahan oleh masyarakat


kemudian diajukan oleh TKM (atas nama masyarakat desa/
kelurahan) kepada DPMU untuk kemudian dievaluasi7 oleh Tim
Evaluasi RKM. Pengajuan ini dapat dilakukan setelah dilakukannya
proses verifikasi terhadap dokumen RKM oleh Process Monitoring
Consultant (PMC). Proses evaluasi RKM I secara garis besar
mencakup :
o Proses perencanaan RKM I di masyarakat
o Kelengkapan dokumen RKM I8

7
Proses evaluasi RKM dapat dilihat pada “Panduan Pelaksanaan Proyek PAMSIMAS”
8
Outline Dokumen RKM dapat dilihat pada “Format RKM I dan II”

26
o Kualitas rancangan kegiatan dalam RKM I (sesuai dengan masing-
masing komponen proyek)
o Kewajaran harga yang diusulkan, untuk membandingkan dengan
harga dalam RKM I
o Pelaksanaan pengadaan sub kontraktor dan pemasok, untuk
melihat kompetensi perusahaan dan penawaran harga pemasok
dan/atau sub kontraktor dalam RKM I. Pengadaan Sub-kontraktor
dalam hal ini dapat dilakukan, apabila diperlukan pekerjaan-
pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh masyarakat, antara
lain i) pengeboran sumur dalam, ii) instalasi set generator
(genset) dan jaringan kelistrikan-nya, iii) instalasi pompa sumur
dalam, dan iv) pembuatan dan instalasi hydraulicram (dongki).
o Dampak lingkungan yang mungkin timbul dari pembangunan
proyek

Setelah evaluasi RKM I dilakukan, kemudian dibuat semacam Surat


Rekomendasi sebagai bahan pertimbangan DPMU untuk membuat
keputusan selanjutnya. Bila ada hal yang perlu diperbaiki pada RKM
I, maka dokumen RKM I tersebut akan dikembalikan kepada TKM
untuk diperbaiki sesuai dengan kajian yang dilakukan Tim Evaluasi.

Pada saat RKM I telah dinyatakan baik, DPMU menyiapkan surat


undangan (yang ditandatangani ketua TKK) dalam rangka
pembahasan RKM I untuk disampaikan kepada TKM, TFM, anggota
TKK, dan Konsultan Kabupaten. Dan apabila dari hasil pertemuan
(rapat kerja) ini TKK menyetujui RKM tersebut, maka TKK
mengesahkan RKM I dengan menerbitkan surat persetujuan terhadap
RKM I.

Tahap selanjutnya dari proses persetujuan RKM ini adalah


9
pembuatan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) yang sesungguhnya
merupakan semacam surat “kontrak” yang berkekuatan hukum
antara TKM (yang mewakili masyarakat desa/ kelurahan) dengan
DPMU (yang mewakili proyek PAMSIMAS) untuk melaksanakan
proyek di desa/ kelurahan yang bersangkutan. Dalam SPK tersebut
antara lain dijelaskan :
9
Format “Surat Perjanjian Kerjasama” dapat dilihat pada Buku Pedoman Pengelolaan Proyek PAMSIMAS

27
- pernyataan kesepakatan kedua belah pihak untuk melaksanakan
kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam SPK
- rincian tentang waktu pelaksanaan proyek di desa/ kelurahan
- rincian tentang total jumlah dana proyek (total dana untuk RKM
I ditambah dana 50 juta untuk RKM II), jumlah kontribusi
masyarakat, dan jadwal/ tahapan pengucuran dana yang
disepakati
- rincian tentang prosedur pengadaan (baik barang maupun jasa)

SPK tersebut menandai pula bahwa proyek PAMSIMAS secara efektif


dimulai di desa/ kelurahan yang bersangkutan.

1.9 Pencairan Dana, Proses Pembukuan, dan Pertanggungjawaban


Dana RKM

1.9.1 Pencairan Dana RKM

Dana untuk RKM dari sisi komposisi pembiayaan terdiri dari Dana
Masyarakat sebesar 20 % dan Dana Hibah Desa/ Kelurahan
sebesar 80%. Dana masyarakat merupakan penjumlahan dari
kontribusi masyarakat berbentuk uang tunai sebesar 4% dari nilai
total biaya proyek (yang diusulkan dalam RKM) dan kontribusi
berbentuk in kind (tenaga kerja, material lokal, dan sebagainya)
yang dihitung sebesar 16% dari total biaya proyek. Sedangkan
dana hibah adalah bantuan dana yang diberikan langsung kepada
masyarakat untuk membiayai kegiatan-kegiatan dalam RKM (baik
RKM I dan II) dengan komposisi 70% dari Bank Dunia dan 10%
APBD.

Secara khusus TKM diwajibkan membuka rekening atas nama


Rekening TKM PAMSIMAS Desa/ Kelurahan yang bersangkutan,
dan memberitahukan nomor rekeningnya, yang telah disetor dana
tunai sebesar 4%, kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Satker PAMSIMAS Kabupaten.

Penyaluran dana masyarakat dilakukan dalam 3 tahap, sebagai


berikut:

28
o Tahap ke-1 sebesar 30% (20% Bank Dunia dan 10% APBD)
pada saat dana tunai (4%) sudah diisikan dalam rekening untuk
memulai kegiatan

o Tahap ke-2 pada saat pekerjaan fisik RKM I mencapai 25%

o Tahap ke-3 pada saat pekerjaan fisik RKM I mencapai 70%,


dimana dana Tahap ke-3 akan dipergunakan untuk membiayai
kegiatan dalam RKM II

Tahapan pencairan dana RKM (baik I dan II) dilakukan seperti


pada Tabel berikut :

Tabel 10. Komposisi dan Tahap Pencairan Dana RKM

KONTRIBUSI TOTAL
TAHAP MASYARAKAT DANA
RKM APBD APBN
PENCAIRAN PROYEK
DANA TUNAI NATURA DALAM
RKM

I 1 4% 16%* 10% 20% 50%

2 0% 0% 0% 32% 32%

II 3 0% 0% 0% 18% 18%

TOTAL 4% 16% 10% 70% 100%

* Kontribusi natura sebesar 16% dibuat pada Tahap 1 karena asumsi bahwa
kontribusi tersebut harus sudah dinyatakan siap untuk digunakan baik pada
Tahap 1, 2, dan 3.

Untuk penyaluran dana kepada masyarakat, Pejabat Pembuat


Komitmen (PPK) PAMSIMAS di tingkat Kabupaten mengajukan
Surat Perintah Pembayaran Langsung (SPP-LS) kepada Kepala
Satuan Kerja (Satker) sebagai Pengguna Anggaran (PA)/ Kuasa
PA dilengkapi dengan :
a. Dokumen Kontrak/ SPK asli yang mencantumkan nomor
rekening masyarakat;
b. Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan atau Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan (untuk pekerjaan yang belum selesai
100%);
c. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan (untuk pekerjaan yang
telah selesai 100%);

29
d. Berita Acara Pembayaran;
e. Kuitansi yang disetujui oleh PA/ Kuasa PA/ Pejabat yang
ditunjuk;
f. Ringkasan kontrak;
g. Bukti setoran awal di Rekening Masyarakat.

Informasi yang terdapat dalam SPP-LS sekurang-kurangnya


memuat: (a) Nomor dan Tanggal DIPA yang dibebankan, (b)
Nomor dan Tanggal Kontrak, (c) Jenis/lingkup pekerjaan, (d)
Jadwal penyelesaian pekerjaan, (e) Nilai pembayaran yang
diminta, (f) Identitas penerima pembayaran (Nama
orang/perusahaan, alamat, nomor rekening dan nama Bank),
serta (g) tanggal dan jatuh tempo pembayaran.

Untuk pencairan Lump Sum selain dana kepada masyarakat desa/


kelurahan, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) PAMSIMAS di
tingkat Propinsi dan Kabupaten mengajukan Surat Perintah
Pembayaran Langsung (SPP-LS) kepada Kepala Satuan Kerja
(Satker) sebagai Pengguna Anggaran (PA)/ Kuasa PA dilengkapi
dengan :
a. Dokumen Kontrak/ SPK asli yang mencantumkan nomor
rekening rekanan;
b. Surat Pernyataan PA/ Kuasa PA mengenai penatapan rekanan;
c. Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan atau Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan (untuk pekerjaan yang telah selesai
100%);
d. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan (untuk pekerjaan yang
telah selesai 100%);
e. Berita Acara Pembayaran;
f. Kuitansi yang disetujui oleh PA/ Kuasa PA/ Pejabat yang
ditunjuk;
g. Ringkasan kontrak.

Informasi yang terdapat dalam SPP-LS sekurang-kurangnya


memuat: (a) Nomor dan Tanggal DIPA yang dibebankan, (b)
Nomor dan Tanggal Kontrak, (c) Jenis/ lingkup pekerjaan, (d)
Jadwal penyelesaian pekerjaan, (e) Nilai pembayaran yang

30
diminta, (f) Identitas penerima pembayaran (Nama orang/
perusahaan, alamat, nomor rekening dan nama Bank), serta (g)
tanggal dan jatuh tempo pembayaran.

PA/ Kuasa PA melakukan pencatatan penerimaan SPP-LS dalam


buku pengawasan peneriaan SPP-LS dan menyerahkan tanda
terima SPP-LS serta melakukan pemeriksanaan terhadap :
a. kelengkapan berkas SPP-LS
b. keabsahan dokumen pendukung SPP-LS
c. ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh
keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu
anggaran
d. pencapaian tujuan/ sasaran kegiatan sesuai dengan spesifikasi
teknis yang telah ditetapkan dalam kontrak
e. kebenaran atas hak tagih, yang menyangkut pihak yang
ditunjuk untuk menerima pembayaran, nilai tagihan yang
harus dibayar (prestasi kerja yang harus dibayar sesuai
dengan spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak),
jadwal waktu pembayaran (yang tercantum dalam DIPA dan
spesifikasi teknis dalam kontrak)

PA/ Kuasa PA menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM)


rangkap 3 (tiga) yang dilaksanakan oleh Pejabat Penanda Tangan
SPM dimana :
a. lembar kesatu dan kedua disampaikan kepada KPPN
Pembayar, dan
b. lembar ketiga sebagai pada kantor satuan kerja yang
bersangkutan.

KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang


ditujukan kepada kantor cabang Bank Indonesia/ Bank
Pemerintah yang telah ditunjuk. Penerbitan SP2D paling lambat
dalam waktu 1 (satu) hari kerja sejak diterimanya SPM secara
lengkap. Apabila berkas SPM tidak memenuhi persyaratan,
pengembalian SPM dilakukan paling lambat 1 (satu) hari kerja
sejak diterimanya SPM.

31
Bank Indonesia/ Bank Pemerintah yang telah ditunjuk akan
mendebet dana pinjaman luar negeri dari Rekening Khusus dan
memasukkannya ke rekening TKM. Setelah TKM menerima
pencairan Tahap ke-1, saat itu pula harus menyelenggarakan
pencatatan/ pembukuan sesuai pedoman pembukuan TKM.

1.9.2 Proses Pembukuan Dana RKM


Proses pembukuan dana RKM oleh TKM menggunakan dua
kelompok pembukuan, yaitu Buku Inti dan Buku Pendukung.
Buku Inti terdiri atas:
a. Buku Kas dan Bank
Buku Kas merupakan buku yang diisi berdasarkan
pencatatan semua transaksi yang melalui kas TKM yang
dilakukan dengan menggunakan uang tunai. Buku kas
dapat dipergunakan untuk mengetahui posisi saldo TKM.
Sedangkan Buku Bank merupakan buku yang diisi
berdasarkan transaksi-transaksi yang dilakukan melalui
Bank (bukan tunai), misalnya pembayaran yang dilakukan
dengan Cek/ Bilyet Giro dan lain-lain.
b. Buku Besar
Buku Besar merupakan buku yang diisi berdasarkan
pencatatan atas semua transaksi yang terjadi setiap hari
baik transaksi tunai maupun transaksi melalui bank.

Sedangkan Buku Pendukung merupakan buku yang dibuat


untuk membantu pencatatan transaksi di luar transaksi Kas
dan Bank. Buku Pendukung terdiri atas dua buku, yaitu:
a. Buku Laporan Harian Fisik
Buku yang diisi berdasarkan pencatatan atas biaya-biaya
yang dikeluarkan oleh TKM dalam melaksanakan kegiatan
pembangunan fisik.
b. Buku Biaya lain-lain
Buku yang diisi berdasarkan pencatatan atas biaya-biaya
yang dikeluarkan oleh TKM dalam melaksanakan
kegiatannya di luar kegiatan pembangunan fisik.

1.9.3 Pertanggungjawaban Dana RKM

32
Secara administrasi, pertanggungjawaban pengelolaan Dana
Hibah Desa/ Kelurahan oleh TKM dilakukan secara periodik
dibawah bimbingan TFM yang mencakup:
a. Laporan pengelolaan keuangan kepada masyarakat dan
pengelola proyek (DPMU) secara periodik.
b. Laporan pembangunan fisik (sarana air minum dan sarana
sanitasi di sekolah), kegiatan pelatihan masyarakat, dan
program kesehatan kepada masyarakat dan pengelola proyek
(DPMU) secara periodik.

Laporan di atas disampaikan melalui suatu pertemuan di tingkat


desa/ kelurahan yang bertujuan untuk mempertanggungjawabkan
penggunaan dana RKM untuk kegiatan-kegiatan proyek, dimana
TKM dengan dibantu oleh TFM menjadi penyelenggara pertemuan
ini dan mengundang pemerintah desa/ kelurahan, perwakilan
seluruh anggota masyarakat, dan DPMU. Pertemuan ini dilakukan
setelah penggunaan dana suatu tahap selesai dan akan
mengajukan dana tahap berikutnya.

Mekanisme pertanggungjawaban dana ini dilakukan untuk


mendukung transparansi pelaksanaan proyek di masyarakat,
dimana penyelenggaraan kegiatan dilakukan secara terbuka dan
diketahui oleh seluruh unsur masyarakat. Di samping melalui
pertemuan masyarakat, hal tersebut harus didukung pula dengan
menyediakan media komunikasi dan informasi yang akurat dan
mudah diakses oleh masyarakat, seperti menyediakan Papan
Informasi.

2. PELAKSANAAN COMMUNITY LED TOTAL SANITATION (CLTS)

Fasilitator Masyarakat yang telah terlatih tentang CLTS10 melaksanakan


kegiatan ini dengan masyarakat untuk merubah perilaku hidup bersih dan
sehat, antara lain yaitu :
- Buang air besar pada tempatnya
- Membuang kotoran bayi/ balita pada tempatnya

10
Rincian tentang CLTS dapat dilihat pada Fieldbook CLTS

33
- Mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, membersihkan
kotoran bayi dan sebelum makan

Pada tahap awal pelaksanaan CLTS, masyarakat diberdayakan dalam


merencanakan, membuat aturan, dan mencari sumberdaya untuk
mencapai kondisi bebas 100% dari praktek buang air besar di sembarang
tempat, sehingga setiap rumah tangga dapat mengambil keputusan
sendiri untuk menentukan jenis jamban (baik pribadi maupun komunal)
yang akan mereka bangun. Dimana Pelaksanaannya sudah bisa dimulai
saat RKM I telah diajukan dan menunggu persetujuan dari TKK/ DPMU.

Fasilitator Masyarakat (dalam hal ini bisa juga dibantu oleh sanitarian,
petugas PMD Kecamatan, dan lain-lain) beserta TKM dapat bekerjasama
dengan natural leader yang ada di desa dalam melaksanakan CLTS. Hal
ini disebabkan natural leader biasanya muncul dari pelaksananaan
pendekatan CLTS, dan mereka dapat memainkan peranan penting dalam
replikasi dan penyebaran CLTS. Para natural leader tersebut diharapkan
mampu menggerakkan masyarakat untuk menyatukan sumberdaya yang
dimiliki untuk mencapai suatu kondisi dimana akses terhadap sarana
sanitasi telah menyeluruh, kemudian mendeklarasikan bahwa desa
mereka adalah desa yang telah bebas dari praktek buang air besar di
sembarang tempat.

Setelah kegiatan pemicuan ini dilakukan, masyarakat dibantu oleh TFM


melakukan monitoring terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan
dengan menggunakan metode partisipatif yang melibatkan seluruh
masyarakat, sehingga kondisi dimana akses terhadap sarana sanitasi
yang menyeluruh dapat dicapai oleh desa yang bersangkutan. Pada
awalnya monitoring dapat dilakukan secara harian untuk melihat
perkembangan pencapaian kondisi bebas 100% dari praktek buang air
besar di sembarang tempat, dimana hal ini juga bisa memberikan
rekomendasi apakah “pemicuan” harus dilakukan kembali. Temuan-
temuan penting dari pelaksanaan CLTS yang berkaitan dengan perilaku
masyarakat dalam hal kesehatan dan kebersihan, atau dalam hal ini
praktek buang air besar dan cuci tangan akan dijadikan masukan pada
proses perencanaan RKM II.

34
3. IMPLEMENTASI RKM I

3.1 Pelaksanaan Pelatihan di Tingkat Masyarakat

Untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam melaksanakan


kegiatan proyek dapat dicapai melalui pelaksanaan pelatihan yang
dilakukan oleh TFM, konsultan kabupaten, maupun pihak lain bila
dibutuhkan. Pelatihan untuk tahap pelaksanaan konstruksi air minum
untuk daerah perdesaan atau sanitasi untuk daerah peri-urban yang
diperlukan harus sesuai dengan kebutuhan TKM dan masyarakat, agar
mampu dan terampil dalam melakukan kegiatan yang tertuang di
dalam RKM I.

Materi pelatihan untuk masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan


RKM I antara lain adalah :
o Pengadaan barang dan jasa untuk pekerjaan konstruksi
o Konstruksi sarana air minum/ sanitasi
o Pembukuan dan pengelolaan keuangan proyek
o Pemberdayaan masyarakat/ kesetaraan gender
o Community Led Total Sanitation (CLTS)

Kegiatan pelatihan ini menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan


masyarakat tentang hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan
pembangunan sarana. Sementara ketrampilan masyarakat akan lebih
ditingkatkan pada saat pelaksanaan pembangunan konstruksi sarana
melalui kegiatan on the job training, dimana TFM mendampingi
sekaligus melatih masyarakat agar mampu secara swadaya
membangun sarananya. Usaha lain untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat dapat dilakukan dengan cara pendampingan secara terus
menerus oleh TFM selama proses pelaksanaan proyek.

3.2 Pelaksanaan Konstruksi Sarana Air Minum di Masyarakat dan


Sekolah

3.2.1 Persiapan Konstruksi Sarana Air Minum di Masyarakat dan


Sekolah

Pelaksanaan konstruksi dilaksanakan setelah pencairan dana dari


RKM I dan setelah dilaksanakan pelatihan bagi TKM dan

35
masyarakat yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan
konstruksi. Sebelum dilaksanakan pembangunan maka TKM dan
TFM perlu melakukan dulu persiapan yang meliputi antara lain :
1. Memeriksa kembali atau bila perlu merubah Jadwal
Pelaksanaan Konstruksi Sarana yang telah disusun di dalam
RKM I sebelumnya dengan kondisi terkini.
2. Memeriksa kembali terhadap saldo rekening TKM, untuk
memastikan bahwa kontribusi masyarakat berupa uang tunai
di rekening TKM yaitu minimal sebesar 4% dari kebutuhan
dana RKM I telah terkumpul.
3. Memeriksa dan mempersiapkan kontribusi masyarakat berupa
tenaga dan material (natura) yaitu minimal sebesar 16% dari
kebutuhan dana RKM I telah siap/ tersedia.

Pembangunan konstruksi sarana oleh masyarakat memanfaatkan


organisasi dan sumberdaya yang telah ditentukan sebelumnya,
yaitu TKM dan kontribusi masyarakat baik dalam bentuk uang
tunai maupun natura (tenaga kerja, material lokal, dan
sebagainya), serta melalui sumber pendanaan dari Rekening TKM
dimana penggunaannya dibukukan sesuai aturan yang ada. Pada
tahap ini TFM berkewajiban untuk mendampingi, memberikan
bimbingan teknis dan persetujuan terhadap kegiatan yang telah
dan sedang dilaksanakan.

Pelatihan agar masyarakat mampu dan terampil pada tahap


pelaksanaan pembangunan ini diperlukan sesuai dengan
kebutuhan TKM dan masyarakat. Sistem pelatihan yang sebaiknya
digunakan pada tahap ini adalah pelatihan sambil bekerja (on the
job training), yang bertujuan agar materi pelatihan lebih mudah
untuk diserap oleh masyarakat.

Pelatihan sambil bekerja (on the job training) tentang konstruksi


sarana air disesuaikan dengan kebutuhan TKM dan masyarakat,
dimana pelatihan ini dilakukan oleh Konsultan Kabupaten dan TFM
dan mencakup antara lain :
o Cara-cara membuat dan membaca gambar teknis

36
o Pengetahuan tentang spesifikasi teknis dan batasan-
batasannya
o Tata cara pengawasan pekerjaan (quality control) dan
perhitungan kemajuan pembangunan fisik
o Administrasi dan keuangan pelaksanaan pembangunan (serta
akuntabilitas dan transparansi)

3.2.2 Pelaksanaan Konstruksi Sarana Air di Masyarakat dan Sekolah

TKM dan masyarakat dengan dukungan TFM, secara terus


menerus melakukan monitoring kemajuan pembangunan selama
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, seperti pengadaan material/
bahan, kualitas pekerjaan, administrasi keuangan, dan
sebagainya, sehingga dapat segera diambil langkah-langkah bila
terjadi penyimpangan.

Kualitas pelaksanaan pekerjaan konstruksi merupakan salah satu


faktor yang akan menentukan kesinambungan dari sarana yang
telah dibangun, oleh karena itu pengendalian kualitas pekerjaan
merupakan fokus utama dalam pelaksanaan pembangunan
konstruksi sarana air bukannya pencapaian kuantitas atau
kemajuan fisik saja. Hal ini disebabkan pelaksana pembangunan
ini adalah masyarakat yang relatif kurang terampil dan dikelola
oleh TKM yang kemungkinan besar baru pertama kali mengelola
pelaksanaan konstruksi, sehingga untuk tetap menjaga kualitas
pelaksanaannya peran Konsultan Kabupaten dan TFM dalam
melakukan dukungan teknis, supervisi, dan pendampingan
terhadap masyarakat menjadi sangat penting.

3.2.3 Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa untuk Konstruksi


Sarana Air di Masyarakat dan Sekolah

Proses pelaksanaan kegiatan pembangunan konstruksi sarana air/


sanitasi semaksimal mungkin dapat dilaksanakan secara mandiri
oleh masyarakat sendiri. Untuk kegiatan yang memerlukan
keahlian dan atau peralatan khusus yang tidak dapat dilakukan
sendiri oleh masyarakat, dapat di-pihak ketiga-kan. Proses

37
pengadaan yang melibatkan pihak ketiga ini harus sesuai dengan
Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Bank Dunia.

Proses Pengadaan Barang dan Jasa tersebut dimulai dengan


mengumumkan rencana pengadaan barang dan jasa kepada
seluruh masyarakat dan pihak lain yang dipasang di papan
pengumuman di tempat-tempat umum oleh TKM selaku Panitia
Pengadaan. Pengumuman tersebut antara lain menjelaskan
tentang barang/ peralatan yang ingin diadakan seperti jenis,
kualitas, volume/ kuantitas, tempat dan jadwal pengirimannya.

Untuk pengadaan barang, material, dan peralatan bernilai


dibawah Rp. 15 juta harus mendapat penawaran dari 3 supplier
berbeda dengan kualitas yang sama dan harus memilih harga
yang termurah. Daftar barang dan peralatan yang ditawarkan
tersebut harus ditandatangani dan di cap oleh supplier.

Sedangkan untuk pengadaan barang dan peralatan bernilai lebih


dari Rp. 15 juta diperlukan proses pelelangan. TKM harus
melakukan survei awal terhadap supplier yang memiliki
pengalaman dalam pengadaan barang yang diinginkan dengan
mengumpulkan informasi tentang harga satuan dan sebagainya.
Untuk menjamin adanya keterbukaan maka proses lelang ini bisa
dilakukan dengan melibatkan masyarakat desa/ kelurahan,
dimana dari (minimal) 3 dokumen peserta lelang tentang
penawarannya yang telah dikirim dalam amplop tertutup
kemudian dibuka satu persatu di depan warga desa/ kelurahan.
Bila ada kecurigaan dalam proses lelang, maka harus segera
dilakukan klarifikasi. Pada saat ini, masyarakat desa/ kelurahan
memilih pemenang lelang dan TKM kemudian akan menyerahkan
kontrak dalam bentuk kesepakatan atas kualitas material, waktu
pengiriman, harga satuan dan besarnya. Pengadaan barang ini
secara rinci harus dibuat dalam suatu perjanjian resmi yang akan
menjadi dasar bagi setiap kegiatan pengadaan barang.

Sementara untuk pengadaan jasa maka dipersyaratkan untuk


mengkontrak sub kontraktor pekerjaan sipil atau pemberi jasa

38
yang terdekat11. Dimana TKM harus mengumpulkan informasi
sehubungan dengan keahlian atau kinerja pekerjaan kontraktor
atau pemberi jasa untuk menghindari pengeluaran banyak uang
untuk hasil yang kurang produktif. Pengadaan jasa ini juga
dilakukan melalui proses yang kurang lebih sama dengan
pengadaan barang.

Untuk melihat kesesuaian antara rencana konstruksi sarana air dan


kegiatan lain dalam RKM dengan realisasi kegiatannya maka dilakukan
Monitoring Keberlanjutan Tahap III dengan menggunakan MPA dan
PHAST, yang dilakukan oleh masyarakat dibantu TFM.

4. PROSES PENYUSUNAN RKM II

Proses penyusunan RKM II sudah dapat dimulai pada saat pembangunan


fisik mencapai 50% atau setelah pencairan dana tahap kedua akan
dikucurkan. Hal ini dikarenakan pencairan dana tahap ketiga proyek
(setelah pembangunan fisik dianggap 100% selesai) adalah untuk
membiayai kegiatan-kegiatan dalam RKM II. Adapun proses penyusunan
RKM II diuraikan sebagai berikut.

4.1 Pertemuan Perencanaan Kegiatan dalam RKM II

4.1.1Kegiatan Perilaku Hidup Sehat/ Higienis (PHS) di masyarakat


dan sekolah

Hasil tool PHAST (Alur Penularan Penyakit dan Penghambatnya)


dan temuan-temuan yang diperoleh dari kegiatan CLTS yang
telah dilakukan dapat mengetahui berbagai perilaku tidak sehat
yang masih terjadi di masyarakat, sehingga kemudian dapat
didiskusikan oleh masyarakat dengan difasilitasi TFM cara untuk
merubah dan meningkatkannya. Usaha-usaha untuk
meningkatkan perilaku tersebut dituangkan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan peningkatan PHS yang akan dimasukkan ke

11
Pengadaan Sub-kontraktor dalam hal ini dapat dilakukan, apabila
diperlukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh masyarakat,
antara lain i) pengeboran sumur dalam, ii) instalasi set generator (genset)
dan jaringan kelistrikan-nya, iii) instalasi pompa sumur dalam, dan iv)
pembuatan dan instalasi hydraulicram (dongki).

39
dalam RKM II. Salah satu bentuk kegiatan yang harus ada
dalam peningkatan PHS ini adalah praktek cuci tangan.

4.1.2 Kegiatan Pelatihan tentang Perilaku Hidup Sehat/ Higienis (PHS)

Setelah masyarakat memutuskan kegiatan peningkatan PHS,


maka dirancang rencana pelatihan untuk menunjang
pelaksanaan kegiatan tersebut baik di sekolah maupun di
masyarakat. Sehingga masyarakat dengan bantuan TFM
mendiskusikan jenis pelatihan yang dibutuhkan oleh guru,
tenaga kesehatan, dan unit kesehatan TKM sebagai pelaksana
kegiatan usaha peningkatan PHS.

4.1.3 Jenis Sarana Sanitasi di Sekolah

Pada pertemuan ini juga disepakati dengan pihak sekolah dan


masyarakat tentang jenis dan jumlah sarana sanitasi yang akan
dibangun di sekolah.

4.1.4 Kegiatan Pelatihan Pelatihan Penguatan Badan Pengelola

RKM II juga akan mendanai pelatihan bagi Badan Pengelola


sebagai suatu organisasi yang akan menjaga keberlanjutan
sarana dan melanjutkan program kesehatan pada tahap pasca
proyek. Untuk itu perlu dirancang suatu kegiatan pelatihan
untuk memperkuat Badan Pengelola dalam melaksanakan tugas
dan tanggungjawabnya.

Adapun topik pelatihan yang dapat dijadikan pilihan kegiatan


pelatihan bagi Badan Pengelola antara lain adalah :
• Peningkatan kapasitas individu dan institusi
- Manajemen konflik
- Kepemimpinan dalam organisasi
- Manajemen keuangan untuk operasional dan
pemeliharaan
• Peningkatan sarana air
- Pelestarian sumber air
- Pengembangan sarana air
- Penentuan biaya dan iuran air
• Peningkatan sarana sanitasi

40
- Pelatihan pembuatan jamban yang sesuai dengan opsi
sarana sanitasi setempat
• Peningkatan kesehatan masyarakat
- Kebersihan diri (personal hygiene)
- Pencegahan penyakit-penyakit berbasis air dan
lingkungan (disamping diare)
• Pelatihan lainnya
- Usaha-usaha ekonomi produktif berbasis air
- Monitoring Keberlanjutan

4.2 Penyusunan RKM II

Setelah masyarakat memutuskan kegiatan PHS di masyarakat dan


sekolah, kegiatan pelatihan tentang PHS bagi pelaksana kegiatan PHS
masyarakat dan sekolah, kegiatan pembangunan sarana sanitasi di
sekolah, serta pelatihan penguatan Badan Pengelola, maka TKM
bersama-sama dengan masyarakat dan dibantu oleh fasilitator
berkewajiban menyusun RKM II. Proses ini kurang lebih sama dengan
proses penyusunan RKM I.

4.3 Pertemuan Pembahasan RKM II

Sama halnya dengan pertemuan pembahasan RKM I, pertemuan


pembahasan RKM II juga dilakukan agar masyarakat bisa memberikan
ulasan tentang draf RKM II yang telah disusun oleh TKM bersama
perwakilan masyarakat, sehingga ada perbaikan sebelum dikirim
kepada DPMU. Proses ini kurang lebih sama dengan proses
pembahasan RKM I.

4.4 Pengajuan, Evaluasi, dan Persetujuan RKM II

RKM II yang telah disusun di desa/ kelurahan oleh masyarakat


diajukan ke DPMU untuk dievaluasi. Apabila RKM II dinyatakan layak
dan bisa dilaksanakan, dana proyek kemudian dikucurkan langsung
kepada rekening TKM. Proses ini kurang lebih sama dengan proses
pengajuan dan evaluasi RKM I, sedangkan untuk persetujuan RKM II
cukup dilakukan oleh DPMU dengan melihat pada kegiatan-kegiatan
yang diusulkan untuk didanai oleh RKM II (sebesar Rp. 50 juta). Hal ini

41
disebabkan karena dana RKM II tersebut telah disetujui oleh TKK
(pada proses persetujuan RKM I) untuk dikucurkan setelah kegiatan
RKM I selesai dilaksanakan.

5. IMPLEMENTASI RKM II

5.1 Pelatihan Tentang Perilaku Hidup Sehat (PHS)

Sebelum program PHS diimplementasikan maka dilakukan terlebih


dahulu pelatihan untuk guru, tenaga kesehatan, dan unit kesehatan
dalam TKM. Pelatihan ini dilakukan oleh TFM dan dibantu oleh nara
sumber dari berbagai pihak yang terkait, dimana kegiatan ini bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan guru, tenaga
kesehatan, dan unit kesehatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan peningkatan PHS.

5.2 Pelaksanaan Kegiatan PHS di Masyarakat dan Sekolah

5.2.1 Kegiatan PHS di Masyarakat


Pelaksanaan kegiatan peningkatan PHS di masyarakat
dikoordinir oleh TKM dengan dibantu TFM, dimana pelaksanaan
kegiatan PHS dilakukan oleh individu atau lembaga terkait baik
di dalam maupun dari luar desa. Pelaksanaan kegiatan ini
menggunakan metode partisipatori sesuai dengan kegiatan
yang diusulkan dalam RKM II. Materi kegiatan ini dapat
dikembangkan oleh TFM bekerjasama dengan lintas program.

5.2.2 Kegiatan PHS di Sekolah


Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan PHS di sekolah harus saling
mengisi dengan usaha kesehatan di masyarakat, dimana
kegiatan ini dilaksanakan oleh guru sekolah dibantu oleh TFM
dan tenaga kesehatan. Materi kegiatan ini dapat
dikembangkan oleh TFM bekerjasama dengan lintas program.

5.3 Pembangunan Sarana Sanitasi untuk Sekolah

Pelaksanaan konstruksi sarana sanitasi sekolah dilaksanakan setelah


pencairan dana dari RKM II, dan setelah dilaksanakan pelatihan bagi
TKM dan masyarakat yang berkaitan dengan pelaksanaan

42
pembangunan konstruksi sarana sanitasi. Pada tahap ini TFM
mendampingi, memberikan bimbingan teknis dan persetujuan
terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Sarana sanitasi di sekolah
sebaiknya mempertimbangkan tipe jamban yang memenuhi syarat
kesehatan dan jumlahnya cukup untuk siswa dan guru sesuai dengan
standar yang ada di Departemen Pendidikan Nasional.

5.4 Penyiapan TKM sebagai Badan Pengelola

Pada tahap implementasi RKM II ini juga dipersiapkan perubahan


tugas dan tanggung jawab TKM yang tadinya sebagai organisasi
pelaksana proyek menjadi suatu organisasi yang akan mengoperasikan
dan memelihara sarana yang telah terbangun, serta sebagai pihak
yang akan melanjutkan usaha-usaha peningkatan kesehatan di
masyarakat. Seperti halnya pada TKM, bentuk organisasi Badan
Pengelola dapat pula disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
(apabila ingin berbeda dengan TKM), namun tetap harus
mengakomodasi hal-hal yang bisa menunjang kesinambungan proyek.
Pada saat ini juga disiapkan pula surat keputusan tentang
pengangkatan Badan Pengelola yang ditandatangani oleh Kepala Desa/
Lurah.

Secara umum tugas dan tanggungjawab dari Badan Pengelola adalah


sebagai berikut :
1. Merealisasikan kegiatan yang tertuang dalam RKM yang berkaitan
dengan tahap pasca konstruksi.
2. Mengelola pemakaian air sesuai kesepakatan masyarakat.
3. Menetapkan penentuan tarif/ iuran air untuk pengoperasian dan
pemeliharaan sesuai dengan kesepakatan masyarakat.
4. Menghimpun dan mengadministrasikan iuran untuk pengoperasian
dan pemeliharaan sarana air.
5. Mengorganisir masyarakat untuk pemeliharaan dan perbaikan
sarana.
6. Mengorganisasi kegiatan pelestarian sumber air, termasuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kelestarian
sumber air.

43
7. Mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan pendanaan atau
pengembangan sarana di masa datang.
8. Mengorganisir kegiatan peningkatan Perilaku Hidup Sehat di
masyarakat dan sekolah.
9. Menyelenggarakan administrasi organisasi dan administrasi
keuangan pengelolaan sarana air.
10. Menyelenggarakan rapat, menyusun pelaporan, dan
pertanggungjawaban pengurus Badan Pengelola dalam rangka
menunjang akuntabilitas dan transparansi.
11. Mengkoordinasi monitoring terhadap peningkatan dalam
penggunaan dan keberfungsian sarana air dan sanitasi yang telah
dibangun, serta mengidentifikasi resiko yang berkaitan dengan
keberlanjutan sarana.
12. Mengembangkan jaringan kerja dengan pihak-pihak lain (baik
pemerintah maupun swasta) untuk peningkatan kapasitas
masyarakat dan kelembagaan, peningkatan kesehatan, serta
keberlanjutan sarana yang telah terbangun.

5.5 Pelaksanaan Pelatihan Penguatan Badan Pengelola


Peningkatan kapasitas bagi TKM sebagai Badan Pengelola sangat
diperlukan dalam rangka menjamin terwujudnya kesinambungan
proyek. Untuk itu TFM dan individu atau lembaga terkait baik dari
dalam maupun luar desa/ kelurahan perlu terlibat dalam pelatihan
untuk penguatan Badan Pengelola tersebut.

D. TAHAP PASCA PROYEK : PENGELOLAAN SARANA AIR MINUM,


SANITASI DAN PROGRAM KESEHATAN OLEH MASYARAKAT

1. Pertanggungjawaban pelaksanaan RKM

Pertanggungjawaban ini adalah pertanggungjawaban akhir dari TKM


terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam RKM dan penggunaan
dananya. Untuk itu TKM (dibantu aparat desa) harus mengundang
masyarakat dalam rangka penyampaian pertanggungjawaban tersebut.
Di samping Laporan pelaksanaan kegiatan RKM, TKM juga harus
membuat Laporan Pertanggungjawaban Dana yang dilengkapi dengan

44
surat Berita Acara Pertanggungjawaban Dana (Format terlampir pada
Lampiran 16) yang ditandatangani oleh Ketua TKM dan Konsultan
Kabupaten. Laporan ini kemudian disampaikan kepada DPMU dan TKK,
sebagai laporan akhir mengenai penggunaan dana pada keseluruhan
dana RKM.

2. Serah Terima Pengelolaan Aset

Setelah TKM melakukan pertemuan pertanggungjawaban pelaksanaan


RKM, dimana pembangunan sarana (baik air maupun sanitasi) dan
pelaksanaan program lain dalam RKM sudah selesai dan dinyatakan
layak dimanfaatkan untuk masyarakat oleh TKK dan DPMU, maka
dibuat Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Pekerjaan (SP4).
SP4 tersebut ditandatangani oleh Ketua DPMU dan Ketua TKM.
Kemudian PMU Kabupaten melaporkannya kepada Bupati
(ditembuskan kepada Tim Koordinasi Kabupaten) berkaitan dengan
penyelesaian pekerjaan proyek.

Setelah itu, Bupati secara resmi menyerahkan sarana yang telah


dibangun kepada masyarakat sebagai aset masyarakat dengan
membuat surat Berita Acara Penyerahan Pengelolaan Sarana (Format
terlampir pada Lampiran 18). Untuk selanjutnya masyarakat
mengoperasikan dan memelihara sarana yang telah terbangun, serta
meneruskan kegiatan peningkatan Perilaku Hidup Sehat/ Higienis
(PHS) baik di masyarakat dan di sekolah. Pada tahap ini, meskipun
proyek di suatu lokasi sudah dianggap selesai namun masih tetap
diperlukan pembinaan kepada masyarakat untuk menjamin
keberlanjutan proyek. Untuk itu, TKK dan DPMU, melalui Pokja
Kecamatan dan TFM masih perlu mendampingi masyarakat dalam
melakukan pengelolaan sarana dan melanjutkan kegiatan-kegiatan
lainnya.

3. Pengelolaan Kegiatan Pasca Proyek oleh Masyarakat

Kegiatan pada tahap pasca proyek untuk konstruksi (sarana air minum
atau sanitasi) adalah pengelolaan dan pemeliharaan sarana yang telah
dibangun melalui proyek, disamping berlanjutnya program kesehatan
oleh masyarakat, seperti pencapaian akses 100% masyarakat

45
terhadap sarana sanitasi yang aman dan terbebas dari praktek buang
air besar di tempat terbuka, dan praktek cuci tangan.

Pada tahap ini, berfungsinya Badan Pengelola untuk operasional dan


pemeliharaan menjadi penting peranannya untuk keberlanjutan proyek
sarana air dan sanitasi. Badan Pengelola berfungsi setelah surat
keputusan dari Pemerintah Desa/ Kelurahan (yang ditandatangani oleh
Kepala Desa/ Lurah), sehingga SK Bupati untuk TKM tidak lagi berlaku.
Badan Pengelola juga sudah harus memiliki aturan-aturan organisasi
dan operasional sarana. Aturan tersebut disusun dan diputuskan
bersama-sama secara musyawarah antar anggota Badan Pengelola
dengan masyarakat agar semua pihak dapat mengetahui dan
mematuhinya.

Peningkatan kapasitas bagi Badan Pengelola pada tahap pasca proyek


tetap dibutuhkan mengingat perannya terhadap keberlanjutan proyek.
Sehingga pelatihan lanjutan untuk memperkuat kapasitas mereka
masih perlu diberikan dan tentunya disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat. Di samping pelatihan, penguatan kapasitas Badan
Pengelola juga bisa dicapai dengan peningkatan jaringan kerja bagi
Badan Pengelola, karena pada Tahap pasca proyek ini TFM sudah tidak
lagi berada di desa/ kelurahan yang bersangkutan secara intensif
seperti pada saat perencanaan dan implementasi proyek. Hal ini antara
lain dapat dicapai dengan :
o mendorong pembentukan kelembagaan lintas desa/ kelurahan,
yang berbentuk aliansi kerja dari beberapa Badan Pengelola di
tingkat Kabupaten (atau bahkan propinsi). Hal ini dapat difasilitasi
oleh DPMU, dimana lembaga lintas desa/ kelurahan dibentuk
berdasarkan kesepakatan antar desa/ kelurahan dengan struktur
organisasi dan mekanisme pembentukan yang sesuai kebutuhan
semua desa/ kelurahan.
o mendorong pembuatan jaringan bagi Badan pengelola dengan
seluruh stakeholder proyek PAMSIMAS, dimana hal ini bisa
ditempuh dengan cara DPMU memfasilitasi Badan Pengelola agar
memperoleh akses terhadap berbagai pihak untuk tetap

46
mendukung programnya meskipun proyek PAMSIMAS sudah
selesai.
o mendorong pembentukan jaringan kerja bagi Badan Pengelola
dengan pihak-pihak lain di luar proyek, sebagai contoh LSM lokal
untuk mendukung kegiatan dan meningkatkan kapasitasnya. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara DPMU menciptakan akses Badan
Pengelola dengan LSM yang mempunyai visi dan misi yang sama
dengan PAMSIMAS.

Sedangkan untuk membiayai operasional dan pemeliharaan sarana yang


telah dibangun maka dibutuhkan dana yang bersumber dari masyarakat
dalam bentuk iuran, dimana iuran air seharusnya dihitung berdasarkan
kebutuhan operasional dan pemeliharaan sarana, serta rencana
pengembangan sarana di masa datang. Mekanisme pendanaan sarana ini
seperti halnya proses di masyarakat lainnya ditentukan pula melalui
keputusan bersama. Sehingga secara singkat dapat dikatakan bahwa
keterlibatan masyarakat (baik laki-laki dan perempuan, kaya atau miskin)
dalam operasional dan pemeliharaan sangat diperlukan untuk
keberlanjutan sarana.

Setelah 1 tahun konstruksi air selesai dibangun dan dimanfaatkan oleh


masyarakat, Monitoring Keberlanjutan Tahap IV dilakukan untuk
mengetahui bagaimana dampak dari kegiatan yang dilakukan oleh TKM
dan masyarakat melalui RKM, berkaitan dengan sarana yang telah
dibangun dan promosi kesehatan (bebas dari praktek buang air besar
sembarangan, cuci tangan, dan program kesehatan lainnya) melalui
PAMSIMAS. Kegiatan ini dilakukan secara mandiri oleh masyarakat
dengan melibatkan TFM bila memang diperlukan. Monitoring
Keberlanjutan pada tahap ini juga dapat membantu masyarakat untuk
melakukan identifikasi kemungkinan yang akan terjadi pada sistem sarana
mereka sehingga dapat diambil langkah pencegahan sehingga dampak
proyek PAMSIMAS akan selalu berkelanjutan.

47
LAMPIRAN

48
LAMPIRAN 1.

Gambaran Umum Proyek PAMSIMAS

Tujuan program nasional ini secara keseluruhan adalah meningkatkan akses masyarakat
miskin perdesaan dan peri-urban terhadap air minum dan sanitasi serta praktek perilaku
hidup sehat dengan membangun model penyediaan prasarana dan sarana air minum dan
sanitasi yang berbasis masyarakat yang berkelanjutan dan mampu diadaptasi oleh
masyarakat.

Program ini akan menjadi model untuk direplikasi, diperluas (”scaling-up”) dan
diarusutamakan (”mainstreaming”) di daerah lain, dalam upaya mencapai target MDG.

Tujuan Khusus Proyek:


1. Untuk meningkatkan praktek hidup sehat di masyarakat;
2. Untuk meningkatkan akses terhadap sarana air dan sanitasi yang berkelanjutan;
3. Untuk meningkatkan kapasitas lokal (baik pemerintah lokal maupun masyarakat)
untuk mengarusutamakan dan menyebarluaskan model program air bersih dan sanitasi
yang berbasis masyarakat;
4. Untuk meningkatkan efektifitas dan keberlanjutan jangka panjang dari infrastruktur
sarana air bersih dan sanitasi yang berbasis masyarakat; dan
5. Untuk mengarahkan peningkatan dari prakarsa pembangunan ekonomi desa/
kelurahan dalam mendukung operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang telah
dibangun.

49
LAMPIRAN 2.

Komponen Proyek PAMSIMAS

Komponen 1 Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan, yang


membiayai pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan lokal untuk
mengarusutamakan dan menyebarluaskan pendekatan PAMSIMAS terhadap peningkatan
air, sanitasi, dan kesehatan.

Komponen 2 mendukung kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan sanitasi dan perilaku


sehat, termasuk penyebaran CLTS, kesehatan dan sanitasi sekolah, dan promosi sanitasi/
kesehatan.

Komponen 3 menyediakan dana hibah untuk penyiapan dan implementasi sarana air di
desa dan sarana sanitasi sekolah.

Komponen 4 menyediakan Dana Hibah untuk Inovasi Pembangunan dan Insentif bagi
desa/ kelurahan dan untuk memotivasi kabupaten-kabupaten dalam mengarusutamakan
dan menyebarluaskan PAMSIMAS.

Komponen 5 mendukung bantuan teknis dan manajemen proyek yang efektif dan efisien.

50
LAMPIRAN 3.

STRUKTUR ORGANISASI DALAM PROYEK PAMSIMAS

51
LAMPIRAN 4.

Diagram Proses Pemilihan Lokasi Proyek PAMSIMAS

Roadshow ini dilaksanakan oleh TKK dibantu DPMU dengan peserta :


ROAD SHOW aparat dan perwakilan masyarakat desa/ kelurahan (baik laki-laki,
perempuan, kaya, miskin) yang akan dilibatkan dalam proyek.
DI TINGKAT KABUPATEN
Inti dari kegiatan ini adalah peserta dapat mengerti tentang proyek dan
mampu untuk melaksanakan roadshow di tingkat desa/ kelurahan.

Roadshow ini dilaksanakan oleh aparat desa/ kelurahan dengan peserta


ROAD SHOW masyarakat desa/ kelurahan yang akan dilibatkan dalam proyek.
DI TINGKAT DESA/ Inti dari kegiatan ini adalah peserta dapat mengerti tentang proyek dan peran
KELURAHAN dan tanggungjawabnya bila ikutserta dalam proyek.

Masyarakat melakukan pertemuan formal maupun informal, dari tingkat


dusun sampai desa/ kelurahan, untuk menentukan apakah akan ikut serta
dalam proyek atau tidak.
PERNYATAAN MINAT
MASYARAKAT Minat masyarakat ini harus dibuat dalam Surat Pernyataan Minat
Keikutsertaan dalam PAMSIMAS (SPMKP).

Desa/ kelurahan yang berninat (ditunjukkan dengan SPMKP) kemudian


PENETAPAN DESA/ ditetapkan sebagai desa/ kelurahan sasaran penerima proyek dalam daftar
KELURAHAN SEBAGAI pendek (short list) desa/ kelurahan oleh Tim Koordinasi Kabupaten
LOKASI KERJA PROYEK

52
LAMPIRAN 5.

KRITERIA LOKASI SASARAN PROYEK PAMSIMAS

No KRITERIA LOKASI
1 Adanya kontribusi masyarakat berupa:
- Natura (material lokal, tenaga kerja, dan lain-lain) sebesar 16%
- Dana tunai sebesar 4% dari total biaya proyek
2 Kesanggupan masyarakat untuk:
- membiayai operasional dan pemeliharaan
- membayar/ mengumpulkan iuran
3 Indeks Kemiskinan yang tinggi di Desa/ Kelurahan
4 Desa/ Kelurahan yang terbatas akses terhadap air minum
5 Desa/ Kelurahan yang terbatas akses terhadap sarana sanitasi
6 Desa/ Kelurahan dengan prevalensi penyakit terkait air (diare) yang tinggi
7 Desa/ Kelurahan yang belum mendapatkan proyek sejenis (air minum & sanitasi)
dalam 2 tahun terakhir

53
LAMPIRAN 6.

PERSYARATAN KEIKUTSERTAAN DALAM PROYEK PAMSIMAS


(PERAN DAN TANGGUNGJAWAB MASYARAKAT)

1. Bantuan diterima berdasarkan pada keinginan, kemauan dan kebutuhan nyata seluruh
lapisan masyarakat desa/ kelurahan.
2. Bantuan hanya akan digunakan untuk pengadaan sarana air bersih, sanitasi dan
pengembangan perilaku hidup sehat di sekolah dan masyarakat.
3. Masyarakat dibantu oleh Tim Fasilitator Masyarakat akan berpartisipasi dalam
membuat Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM).
4. Masyarakat akan membentuk Tim Kerja Masyarakat secara partisipatif dan
perwakilan yang duduk di dalamnya mencerminkan kesetaraan gender dan sosial.
5. Masyarakat akan berpartisipasi penuh dalam seluruh tahapan proyek, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pemeliharaan dan keberlanjutan proyek.
6. Menyediakan kontribusi sebesar 16% berupa natura (material dan atau tenaga) dan
4% berupa uang tunai dari total biaya proyek.
7. Membayar iuran untuk operasional dan pemeliharaan sarana yang telah dibangun
serta menunjang kegiatan lainnya.
8. Mengelola dana secara terbuka dan diketahui oleh seluruh masyarakat.
9. Bersedia menerima pembatalan apabila dalam jangka waktu yang telah ditetapkan
saat dinyatakan sebagai desa terpilih, tidak dapat merealisasikan kontribusi
sebagaimana tercantum pada butir 6, dan menghasilkan RKM sebagaimana tercantum
pada butir 3.

54
LAMPIRAN 7.

Mekanisme Penyaluran Dana Proyek PAMSIMAS

REPLENISHMENT
BANK DUNIA
PUSAT

Draft Permohonan Permohonan


Penarikan Dana Penarikan
Dana Didukung
Didukung FMR FMR Konsolidasi
konsoli-dasi: financial,
Procurement &
Physical Progress Dirjen
Perbendaharaan
CPMU Departemen
BANK INDONESIA
Keuangan REIMBURSEMENT
IFR =
Implementation Peraturan
Dirjen
and Financial Perbendaharaan Satker/PPK
ReportFMR:
APBD Propinsi :
PROP

Finance,
Procurement,
Physical Progress
- Tim Koordinasi Prop
PPMU - PPMU
- Adm. Umum PPK
Pamsimas Prop

KPPN Satker/PPK
APBD Kab./Kota :
SP2D
- Tim Koordinasi Kab/Kota
DPMU Ka Satker - DPMU
SPM-LS - Adm. Umum PPK
PPK SPP-LSFMR
UP/TUP
UP/TUPSub Pamsimas Kab/Kota
Comp.
KAB/KOTA

* BANK LOKAL
(REKENING
MASYARAKAT)
Invoice

MASYARAKAT

*disarankan bank lokal sama dengan bank operasional KPPN

55
Lanjutan ...

Mekanisme Penyaluran Dana Proyek PAMSIMAS

PUSAT
JKT

PROPINSI

APBD

PENDANAAN
SK
SK PD
PD
K
DANA O
Masyarakat MASYARAKAT DIPA APBD DIPA APBN N
4% 10% 70% S
16%
Bupati/Menteri?
Bupati
Ka. Satker A Ka. Satker A

KABUPATEN/KOTA
Rekening
OMS

PELAKS. FISIK : 40 / 40 / 20

56
LAMPIRAN 8.

DAFTAR HADIR PERTEMUAN SOSIALISASI PROYEK


DI TINGKAT KABUPATEN

No Nama L/P Jabatan Alamat Tanda Tangan

................................,.............

Ketua TKKabupaten Ketua PMU


Kabupaten ..................... Kabupaten ........................

(.............................) (...................................)

57
LAMPIRAN 9.

DAFTAR HADIR SOSIALISASI PROYEK DI TINGKAT DESA/ KELURAHAN

No Nama L/P Alamat Tanda Tangan

..................,..........................

Kepala Desa/ Lurah ............. Ketua DPMU


Kecamatan ..................... Kabupaten ........................

(.............................) (...................................)

58
LAMPIRAN 10.

BERITA ACARA HASIL MUSYAWARAH DESA/ KELURAHAN

Kami telah melakukan musyawarah desa/ kelurahan yang diselenggarakan pada :

Peserta
No Tanggal Tempat
Perempuan Laki-laki
1.
2.
3.
4.
5.
...

Secara keseluruhan hasil musyawarah desa/ kelurahan dapat disimpulkan bahwa


masyarakat sepakat untuk ikut serta dalam proyek PAMSIMAS.

Demikian Berita Acara ini dibuat untuk digunakan seperlunya.

Mengetahui:

Kepala Desa/ Lurah Ketua BPD


Desa/ Kelurahan …………………

…………………………… ………………………..

59
LAMPIRAN 11.

SURAT PERNYATAAN MINAT KEIKUTSERTAAN PAMSIMAS

Propinsi : ………………………… Kabupaten/Kota : ............…………….


Kecamatan : ………………………… Desa/Kelurahan : ………………….…

No : …………………………
Tanggal : …………………………

Yang bertanda tangan di bawah ini

1. Nama : ……………………………………………………………………………
Jabatan: Kepala Desa/Lurah ……............….., Kecamatan ………………..…
Kabupaten/Kota ………………………........………………………….…
Alamat: ...…………………………………………………………………………..
...................................................................................................................................
2. Nama : .………………………………………………………………………...…
Bertindak selaku wakil masyarakat Desa/Kelurahan …..............……….................
Alamat : …………………………………………………………………………….
.........………………………….................………………………………………….

Dengan ini kami menyatakan berminat untuk ikut serta dan sanggup memenuhi kontribusi
sesuai dengan ketentuan proyek PAMSIMAS yang berlaku.

Surat pernyataan ini kami buat sebenar-benarnya atas dasar persetujuan seluruh lapisan
masyarakat desa kami yang kami adakan pada hari……….., tanggal.……, bulan….....….,
tahun…….., di Desa/Kelurahan …………….., sesuai dengan persetujuan masyarakat
yang tertuang dalam Berita Acara Hasil Musyawarah Desa.

Kepala Desa/ Lurah Wakil Masyarakat


Desa/Kelurahan ………………. Desa/Kelurahan ….…………

…………………………… ………………………..
Tanda tangan dan Cap Tanda Tangan

Mengetahui,
Camat
Kecamatan* ……………………

………………………………...
Tanda Tangan dan Cap
*Menyesuaikan dengan kondisi setempat

60
LAMPIRAN 12.

BERITA ACARA PENETAPAN LOKASI

Pada hari ini ……...., tanggal ……..……....……...................…., di …………..………….

Telah dilaksanakan penetapan lokasi proyek PAMSIMAS yang didasarkan atas Surat
Pernyataan Minat Keikutsertaan PAMSIMAS (SPMKP) yang diterima oleh Tim
Koordinasi Kabupaten, berisi tentang :
1. Kesiapan kontribusi masyarakat berupa :
- Natura (material lokal, tenaga kerja, dan lain-lain) sebesar minimal 16% dari
total biaya proyek
- Uang tunai sebesar minimal 4% dari total biaya proyek
2. Kesanggupan masyarakat untuk :
- melaksanakan operasional dan pemeliharaan sarana terbangun
- membiayai (mengumpulkan iuran) operasional dan pemeliharaan sarana
terbangun
Dan dengan mempertimbangkan kriteria desa/ kelurahan antara lain :
1. Angka indeks kemiskinan
2. Angka akses air minum
3. Angka akses sanitasi
4. Angka kejadian penyakit diare
5. Tidak ada proyek sejenis dalam 2 tahun terakhir

Lokasi desa/ kelurahan yang dilibatkan dalam proyek PAMSIMAS di kabupaten


..................... dapat dilihat pada daftar terlampir.

Demikian Berita Acara ini dibuat untuk digunakan seperlunya.

…………,………………………
Ketua Tim Koordinasi Kabupaten

…………………………………

Anggota:
1. …………………
2. …………………
3. …………………
4. …………………
5. …………………

61
Lampiran Berita Acara Penetapan Lokasi

Daftar Lokasi Proyek PAMSIMAS


Tahun Anggaran : ……………………..
Kabupaten/ Kota : ………………….….

No. Nama Desa/ Kelurahan Kecamatan Keterangan

…………,………………………
Ketua TK Kabupaten ………..……

..............................................

62
LAMPIRAN 13.

TIM KERJA MASYARAKAT (TKM)

Sejalan dengan konsep dan pendekatan proyek PAMSIMAS yang menempatkan masyarakat

sebagai pelaksana proyek di tingkat masyarakat, maka perlu dibentuk suatu organisasi masyarakat

yang disebut Tim Kerja Masyarakat (TKM) yang terdiri dari anggota masyarakat yang dipilih dari

desa/ kelurahan bersangkutan secara demokratis dengan memperhatikan kesetaraan gender

(minimal jumlah perempuan 30% dari total jumlah anggota TKM) dan sosial (adannya

keseimbangan antara anggota masyarakat kaya dan miskin).

Struktur Organisasi
Struktur organisasi dari TKM dapat disusun sesuai dengan berbagai aspek kultural dan
tradisi setempat, namun secara garis besar struktur TKM dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

STRUKTUR ORGANISASI TIM KERJA MASYARAKAT

Penasehat Ketua

Wakil Ketua

Sekretaris

Unit Pengelola Unit Kerja Teknis Unit Kerja Kesehatan


Keuangan/Bendahara Air Bersih & Sanitasi Masyarakat &
(UPK) (UKT) Sekolah
(UKK)

63
LAMPIRAN 14.
TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB TKM

Tugas dan tanggungjawab anggota-anggota TKM adalah sebagai berikut :

- Penasehat
Penasehat TKM merupakan orang yang dihormati oleh masyarakat setempat yang
bertugas untuk memberikan masukan kepada pelaksanaan proyek di desa/ kelurahan yang
bersangkutan, yang mencakup antara lain :
o Memberikan masukkan untuk perencanaan yang diusulkan oleh masyarakat.
o Memberi wawasan terhadap setiap kegiatan yang akan dilaksanakan oleh proyek.
o Memberi masukkan kepada TKM dalam setiap pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan pengelolaan proyek.

- Ketua
Ketua yang dipilih adalah orang yang dianggap mampu untuk memimpin dalam
pelaksanaan kegiatan proyek yang mencakup antara lain:
o Menyusun, melaksanakan, dan mempertanggungjawabkan RKM.
o Memimpin setiap pertemuan yang diselenggarakan oleh TKM.
o Memeriksa dan menyetujui pengajuan pencairan dan pengeluaran dana yang diajukan
oleh Unit Pengelola Keuangan/ Bendahara.
o Melakukan pengawasan terhadap setiap kegiatan yang dilakukan.
o Bertanggung jawab melaporkan hasil kemajuan kegiatan yang telah dilaksanakan
kepada masyarakat, serta mengirimkan laporan tersebut kepada DPMU setiap bulan.

- Wakil Ketua
Wakil ketua adalah orang yang bertugas membantu ketua dalam pelaksanaan kegiatan
proyek yang mencakup antara lain :
o Membantu ketua dalam melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap semua kegiatan.
o Membantu ketua dalam menyusun laporan bulanan berdasarkan data yang telah
dikumpulkan oleh masing-masing unit.
o Mewakili ketua apabila ketua TKM berhalangan.

64
- Sekretaris

Sekretaris adalah orang yang bertugas untuk antara lain:


o Menjalankan operasional administrasi kegiatan proyek.
o Menyusun laporan bulanan berdasarkan data yang telah dikumpulkan oleh masing-
masing unit.

- Unit Kerja Teknis :

• Menyiapkan dan melaksanakan pembuatan RKM (terutama yang menyangkut bidang


teknis);
• Membantu dalam pelaksanaan desain sarana air bersih masyarakat dan sanitasi
institusi;
• Membelanjakan material dan peralatan yang dibutuhkan untuk pembangunan
konstruksi sarana air bersih masyarakat dan sarana sanitasi institusi;
• Mengorganisir tukang untuk pelaksanaan konstruksi proyek;
• Mengorganisir tenaga gotong royong dalam pembangunan konstruksi proyek;
• Mengawasi jalannya pelaksanaan konstruksi sarana air bersih dan sanitasi;
• Mengoperasikan, memelihara, dan memperbaiki sarana air bersih dan sanitasi;
• Membantu masyarakat yang ingin membangun sarana sanitasi pribadi;
• Memonitor pelayanan air bersih pada masyarakat;
• Membuat laporan kondisi dan pelayanan sarana air bersih;
• Melakukan tender secara terbuka bagi pekerjaan yang memerlukan bantuan pihak
ketiga;
• Mengorganisir pengumpulan material dan atau tenaga kerja sejumlah 16% dari total
biaya proyek.

Unit Pengelola Keuangan (Bendahara) :


• Mengorganisir terkumpulnya kontribusi masyarakat dalam bentuk tunai sebesar 4%
dari biaya proyek;
• Bersama unit teknis membelanjakan dan membayar kebutuhan material untuk
kontruksi;
• Membayar tenaga tukang/ ahli yang disewa untuk pembangunan;
• Membuat catatan pembukuan seluruh pengeluaran;
• Membuat laporan keuangan bulanan;
• Melaksanakan pekerjaan administrasi proyek sebagaimana diperlukan;

65
Unit Kerja Kesehatan :
• Menyiapkan dan melaksanakan pembuatan RKM II yang menyangkut perubahan
perilaku hidup bersih dan peningkatan kesehatan masyarakat;
• Melaksanakan promosi kesehatan dan sanitasi pada masyarakat;
• Memonitor dan membuat laporan tentang pelaksanaan program promosi kesehatan
dan sanitasi yang dilaksanakan di desa/ kelurahan dan juga di sekolah;
• Bekerjasama dengan guru sekolah dalam upaya PHBS;
• Memonitor kualitas air dan lingkungan.

66
LAMPIRAN 15.

BERITA ACARA PEMBENTUKAN TKM

Pada hari ini ……………..., tanggal ……..……………., di desa/ kelurahan


…………..…………. telah dilaksanakan Pemilihan dan Pembentukan Tim Kerja
Masyarakat (TKM) untuk melaksanakan kegiatan Rencana Kerja Masyarakat (RKM)
bersama dengan masyarakat, dengan susunan anggota TKM terdiri dari:
Ketua : ……………………………………… (L/P)
Wakil Ketua : ……………………………………… (L/P)
Sekretaris : ……………………………………… (L/P)
Ketua UPK : ……………………………………… (L/P)
Anggota : ……………………………………… (L/P)
……………………………………… (L/P)
……………………………………… (L/P)
Ketua UKT : …………………………………….... (L/P)
Anggota : ……………………………………… (L/P)
……………………………………… (L/P)
……………………………………… (L/P)
Ketua UKK : ……………………………………… (L/P)
Anggota : ……………………………………… (L/P)
……………………………………… (L/P)
……………………………………… (L/P)

Susunan Keanggotaan Tim Kerja Masyarakat ini telah dipilih secara demokratis dengan
mempertimbangkan kesetaraan sosial (kaya/ miskin) dan gender (perempuan/ laki-laki).
Dan menyatakan bahwa semua anggota TKM tidak pernah terlibat dalam tindakan
melanggar hukum (korupsi/penipuan) di masa lalu dan konflik kepentingan dalam
pelaksanaan proyek.
Demikian Berita Acara ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Mengetahui,

Kepala Desa/ Lurah Koordinator TFM Ketua TKM

……………… ………………….. ………………….

67
LAMPIRAN 16.

BERITA ACARA
PERTANGGUNG JAWABAN DANA

Hari ini ……………….. Tanggal …………….. Bulan ……………. Tahun ......... Kami
yang bertanda tangan dibawah ini, telah melakukan peninjauan lapangan dan pemeriksaan
administrasi keuangan : Desa/ Kelurahan ………………….. Kecamatan ………………..
Kabupaten …………………………….. dengan hasil :

TKM telah melaksanakan pembangunan sub proyek, hasil telah diperiksa Konsultan
Kabupaten dan dinilai sesuai rencana proyek yang tercantum pada Surat Perjanjian
Kerjasama (SPK) Nomor ………………………..

Arsip administrasi pada saat pemeriksaan sudah memenuhi persyaratan dengan status
penerimaan dan pengeluaran sebagai berikut :

1. Jumlah dana yang telah terserap : Rp. …………………...


a. Jumlah dana yang telah digunakan : Rp. …………………...
b. Saldo rekening di BRI Unit : Rp. ……………………
c. Saldo Kas di desa : Rp. ……………………

2. Jumlah dana yang belum terserap : Rp. …………………...


Jumlah : Rp. …………………….

Demikian Berita Acara ini kami buat dalam keadaan sehat dan tanpa ada unsur paksaan
dari pihak manapun, untuk dipergunakan seperlunya dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.

Ketua TKM Konsultan Kabupaten


Desa ………………

( ) ( )

68
LAMPIRAN 17.

SURAT PERNYATAAN
PENYELESAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
PROYEK PAMSIMAS

No. :
Tanggal :

Yang bertanda tangan dibawah ini kami :


I. Nama :
Jabatan : Ketua TKM Desa/ Kelurahan ……………
Kecamatan……………………
Kabupaten………………….
Alamat :
Selanjutnya disebut Pihak Pertama

II. Nama :
Jabatan : Ketua PMU Kabupaten
Kabupaten :…………………….. Propinsi ……………………..
Alamat :
Selanjutnya disebut Pihak Kedua

Berdasarkan Surat Perjanjian Kerjasama Proyek PAMSIMAS …………….. (Jenis Pekerjaan), di


Desa/ Kelurahan …………….. Kecamatan ……………………. Kabupaten .………………
………..No. …………………… Tanggal …………………… Pihak kesatu telah melaksanakan
dan menyelesaikan pekerjaan dibawah ini sepenuhnya (100%)
Jenis Pekerjaan : ……………………………………………………………………..
……………………………………………………………………..
……………………………………………………………………..
……………………………………………………………………..
……………………………………………………………………..
……………………………………………………………………..
Jumlah Bantuan : Rp. ……………………………( ……………………………… )

Demikian surat pernyataan ini, untuk dipergunakan seperlunya dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.

Pihak Pertama Pihak Kedua


Ketua TKM Ketua PMU Kabupaten

(…….………………..) (…………………………….)

69
LAMPIRAN 18.

BERITA ACARA PENYERAHAN SARANA


PROYEK PAMSIMAS

Pada hari ………………, tanggal ………………., di ………….., dengan telah selesainya


pembangunan Sarana Air Bersih berupa …………….. sebanyak …… unit ATAU sarana
Sanitasi Komunal berupa …… sebanyak …… unit di desa/ kelurahan …………, maka
sarana tersebut diserahkan sebagai aset desa/ kelurahan dan dikelola secara berkelanjutan
untuk masyarakat.

Pengelolaan sarana dilakukan oleh masyarakat melalui Badan Pengelola Desa/ Kelurahan
yang dibentuk dan dipilih oleh masyarakat.

Demikian Berita Acara ini dibuat untuk digunakan seperlunya.

……………, ………………..

Yang Menerima Yang Menyerahkan


Badan Pengelola Desa/ Kelurahan ................... Bupati Kabupaten .......................

…….……………………….. ……………………………

70
LAMPIRAN 19.

Jadwal Pelaksanaan Proyek PAMSIMAS di Tingkat Masyarakat


Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4 Bulan ke-5 Bulan ke-6 Bulan ke-7 Bulan ke-8 Bulan ke-9 Bulan ke-10 Bulan ke-11 Bulan ke-12
No. Kegiatan Durasi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Proses Pemilihan Lokasi
a Road Show di Kabupaten/Kecamatan 2 minggu
b Road Show di Desa/Kelurahan 1 minggu
c Pernyataan Minat Masyarakat 1 bulan
d Pemilihan desa/ kelurahan sebagai lokasi kerja Proyek 1 bulan

2 Proses Perencanaan dan Implementasi Proyek di Masyarakat


a Proses perencanaan dan penyusunan RKM I 2 bulan
b Proses evaluasi dan persetujuan RKM I oleh TKK 1 bulan
c Pelaksanaan CLTS SPB*
d Implementasi RKM I
c.1 Pelaksanaan Pelatihan di Tingkat Masyarakat 1 minggu
c.2 Pelaksanaan Konstruksi Sarana Air di Masyarakat dan Sekolah 3 bulan
d Proses penyusunan RKM II 1,5 bulan
e Implementasi RKM II
e.1 Pelatihan tentang PHS 1 minggu
e.2 Implementasi program PHS di masyarakat dan sekolah 2 minggu
e.3 Pembangunan sarana sanitasi untuk sekolah 1 bulan
e.4 Penyiapan TKM sebagai Badan Pengelola 1 minggu
e.5 Pelaksanaan Pelatihan Penguatan 1 minggu
f Pengelolaan SAB/S dan Program Kesehatan
*SPB: Selama Proyek Berlangsung

71
LAMPIRAN

FORMAT RENCANA KERJA MASYARAKAT I


PROGRAM PAMSIMAS

Dokumen RKM I terdiri dari :


- Halaman sampul
- Surat pengantar
- Bagian Pertama RKM I
- Bagian Kedua RKM I
- Lampiran

HALAMAN SAMPUL
Halaman sampul berisi : Judul, nama Desa, Kecamatan, Kabupaten, dan Propinsi, serta
tahun penyusunan RKM I.

SURAT PENGANTAR
Surat pengantar memuat tentang maksud disusun dan diajukannya RKM I, yang
ditandatangani oleh Ketua TKM, Sekretaris TKM, dan Koordinator TFM, serta diketahui
oleh Kepala Desa.

BAGIAN PERTAMA

1.1 PENDAHULUAN
Pada bagian ini dijelaskan secara singkat tentang proses terpilihnya desa sebagai lokasi
proyek, proses perencanaan kegiatan oleh masyarakat, dan latar belakang diusulkannya
pembangunan sarana air minum di desa.

1.2 TUJUAN
Dalam bab ini diuraikan tujuan yang hendak dicapai oleh masyarakat berkaitan dengan
tujuan Proyek PAMSIMAS.
1.3 RENCANA KEGIATAN

Berdasarkan rincian kegiatan pada Bagian Kedua RKM, jelaskan secara singkat
kegiatan yang direncanakan tentang :
• Pembangunan sarana air minum di masyarakat dan sekolah
• Kegiatan pelatihan masyarakat

Agar uraian tersebut lebih jelas dapat menggunakan tabel seperti dibawah ini.

A. Pembangunan Sarana Air Minum di Masyarakat dan Sekolah

1. Rencana Pembangunan Sarana Air Minum


Jenis Sarana Air Jenis Sarana Air Jenis Pekerjaan Volume Kegiatan
yang Ada Minum yang Konstruksi Satuan Jumlah
Sekarang Direncanakan

2. Rencana Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Sarana Air Minum


Nama Jumlah KK Miskin Jumlah KK Jumlah KK Kaya Jumlah Total
Dusun Menengah
Akses Rencana Akses Rencana Akses Rencana Akses Rencana
saat ini akses saat ini akses saat ini akses saat ini akses
B. Rencana Kegiatan Pelatihan untuk Masyarakat
Jenis Peserta Pelatihan Tempat Penyelenggara
Pelatihan Pelatihan Pelatihan
Perem- Laki-laki Jumlah
puan

1.4 RENCANA BIAYA


1. Untuk menyusun rencana biaya masing-masing jenis kegiatan dapat menggunakan
format “Rincian Biaya” terlampir yang dapat dimodifikasi.
2. Berdasarkan perhitungan rencana biaya seperti di atas, agar dibuat rekapitulasi biaya
dengan menggunakan format “Total Pembiayaan” seperti terlampir.

1.5 KONTRIBUSI MASYARAKAT


1. Kontribusi Uang Tunai
Kontribusi dalam bentuk uang tunai dibuktikan dengan daftar keluarga yang
memberikan kontribusi tersebut. Format “Daftar Kontribusi Tunai” seperti contoh
terlampir.
2. Kontribusi In-kind
Kontribusi dalam bentuk in-kind dibuktikan dengan menggunakan format “Daftar
Kesanggupan Kontribusi In-kind“ seperti contoh terlampir.

1.6 JADWAL KEGIATAN


Rencana kegiatan yang diusulkan disusun dalam suatu jadwal pelaksanaan kegiatan.
Format “Jadwal Pelaksanaan Kegiatan” seperti contoh terlampir.
1.7 USULAN SUB KONTRAKTOR
TKM dengan dibantu oleh TFM akan memilih kontraktor/ pemasok untuk diusulkan
sebagai pelaksana bagian pekerjaan yang tidak mampu dikerjakan oleh masyarakat
sendiri dengan mensyaratkan adanya: penawaran harga dan pengalaman kerja di bidang
yang sejenis dengan yang akan dilaksanakannya. Calon-calon pemasok/ sub kontraktor
tersebut diajukan berdasarkan persyaratan yang ada kepada DPMU untuk dievaluasi
oleh Tim Evaluasi RKM.

1.8 STRUKTUR ORGANISASI TKM


Gambarkan struktur TKM, dilengkapi dengan nama, jenis kelamin, serta tugas dan
tanggungjawabnya.

BAGIAN KEDUA

2.1 RANCANGAN RINCI KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


a. Analisis Kebutuhan Pelatihan
Uraikan tentang ketersedian tenaga di desa yang mempunyai pengalaman dalam
bidang pengorganisasian, keuangan, dan pelaksanaan pembangunan sarana air.
Analisis penilaian kebutuhan pelatihan mengacu pada tool MPA ”Penilaian
Pelatihan - akses dan penggunaannya”.
Uraikan pula jenis pelatihan yang direncanakan berkaitan dengan rencana
pembangunan sarana air minum di masyarakat dan sekolah.
b. Jenis Pelatihan
Uraikan jenis pelatihan, serta keterangan tentang waktu dan lama pelatihan, peserta
pelatihan (termasuk cara menentukan peserta pelatihan), dan penyelenggara
pelatihan.
c. Rencana Biaya Pelatihan
Berdasarkan atas jenis pelatihan di atas, maka disusun rencana biaya dengan
menggunakan format terlampir.
d. Rencana Pelaksanaan
Uraikan tentang rencana pelaksanaan pelatihan berdasarkan jenis pelatihan yaitu
apakah dengan sistem kelas dan on the job training, dan apakah dikelola sendiri
oleh TKM atau dipihakketigakan.
2.2 RANCANGAN RINCI KEGIATAN PEMBANGUNAN SARANA AIR MINUM DI
MASYARAKAT DAN SEKOLAH
a. Analisis Situasi Penggunaan Air di Masyarakat
Uraikan tentang jenis sarana air yang selama ini dipakai oleh masyarakat, kebiasaan
penggunaan air untuk kebutuhan sehari-hari baik pada musim hujan dan kemarau,
cakupan pelayanan sarana air yang ada, kuantitas serta kualitas airnya.
b. Kriteria Desain Pembangunan Sarana Air Minum
Uraikan tentang kriteria desain pembangunan sarana air minum, yang meliputi
kebutuhan air pada 15 tahun yang akan datang disesuaikan dengan proyeksi
penduduk, pemenuhan kebutuhan air sebanyak 60 liter per hari per orang, cakupan
penduduk yang mendapat pelayanan air minum.
c. Analisis Kebutuhan Air
Analisis kebutuhan air dengan memperhitungkan jumlah penduduk, tingkat pelayanan
sarana, jenis sarana air minum yang dapat dipilih, kebutuhan dalam rumah tangga,
kebutuhan maksimal tiap hari, serta kebutuhan pada jam puncak.
d. Jenis Sarana Air Minum dan Tingkat Pelayanan yang Diinginkan Masyarakat
Uraikan tentang jenis sarana air minum yang ingin dibangun, ditinjau dari segi biaya
konstruksi, biaya operasional dan pemeliharaan, serta kemampuan teknis masyarakat
untuk operasional dan pemeliharaan.
e. Detailed Engineering Design (Rincian Desain Teknis)
• Perencanaan tentang tingkat pelayanan sarana air minum yang akan dibangun,
sebagai contoh : kran umum atau sambungan rumah untuk sistem perpipaan.
• Perencanaan tentang tingkat cakupan sarana yang mempertimbangkan penerima
manfaat sesuai tingkat kesejahteraannya (miskin, menengah, kaya).
• Perencanaan hidrolis rinci, seperti : peletakan pipa, penentuan dimensi dan jenis
pipa, gradien/ kemiringan hidrolis, titik-titik yang mengalami tekanan air paling
besar dalam sistem perpipaan, dan sebagainya.
• Perhitungan kapasitas pompa dan kebutuhan energinya, apabila digunakan untuk
sistem perpipaan non gravitasi.
• Gambar teknik rinci dari sistem sarana yang akan dibangun, termasuk komponen-
komponen utamanya, seperti : bangunan penangkap/ perlindungan mata air,
pengolahan air, pipa transmisi dan distribusi, bak reservoar, hidran/ kran umum,
sambungan rumah, dan sebagainya.
• Spesifikasi teknis dari material dan peralatan yang dibutuhkan.
• Penempatan sistem sarana seperti : hydran/ kran umum dan sebagainya.
f. Rencana Biaya
• Rincian biaya yang disusun untuk pembangunan sarana dalam RKM bersumber
pada data dari DED. Selain itu, penyusunan rincian biaya tersebut harus
didasarkan pada harga dasar atau harga setempat dari paling tidak tiga
pembanding. Dalam perincian biaya tersebut harus dapat dipisahkan asal sumber
pendanaan seperti : Dana hibah desa (Pemerintah dan Bank Dunia) dan Kontribusi
masyarakat (uang tunai dan in-kind), serta juga pajak yang menjadi tanggung
jawab pelaksanaan. Untuk menyusun rincian biaya dapat menggunakan Format
terlampir.
• Komposisi pendanaan dirinci berdasarkan: sumber dana, jumlah dana, dan
persentase, serta keterangan lain.
• Tahapan pencairan dana dilaksanakan sesuai dengan tahapan yang tercantum
dalam Pedoman Pengelolaan Proyek PAMSIMAS.
g. Rencana Pelaksanaan
Uraikan tentang cara melaksanakan pembangunan sarana air minum berdasarkan jenis
pekerjaan, serta prosedur pengadaan barang dan jasa.

2.3 TATA CARA PENGUMPULAN KONTRIBUSI


Kontribusi dapat dikumpulkan sesuai dengan karakteristik mata pencaharian dari
masyarakat desa yang bersangkutan. Dimana untuk pengumpulan kontribusi uang tunai
dapat dilakukan antara lain dengan cara :
• Mengumpulkan hasil bumi (pertanian) kepada anggota TKM untuk kemudian dijual
kepada pedagang.
• Mengumpulkan uang tunai dengan cara diangsur agar tidak memberatkan.

2.4 RENCANA OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN


Setelah sarana air minum selesai dibangun, masyarakat secara swadaya akan melakukan
kegiatan operasional dan pemeliharaan (O&P), serta pengembangan terhadap sarana
yang ada. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut maka dibutuhkan suatu perencanaan
biaya (pendanaan) dan suatu organisasi/ badan pengelola untuk pengoperasian dan
pemeliharaan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
2.4.1 Pendanaan
• Sumber dana O&P berasal dari masyarakat berupa iuran penggunaan air yang
ditentukan berdasarkan kesepakatan masyarakat melalui musyawarah desa.
• Kebutuhan biaya O&P didasarkan atas biaya riil untuk kegiatan O&P, dimana
cara perhitungan untuk menentukan Iuran Penggunaan Air dapat dilihat pada
Buku Petunjuk Teknis Penyediaan Sarana Air Minum. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam menghitung biaya tersebut antara lain adalah :
⎯ Biaya penggantian komponen yang rusak, seperti : kran pada kran umum,
ventilasi udara, kerekan timba sumur, pompa tangan, pompa listrik, genset,
dan sebagainya sesuai dengan sarana yang dibangun;
⎯ Biaya perbaikan sarana, seperti : pipa yang bocor, lantai sumur yang retak,
bak penampung yang bocor, dan sebagainya;
⎯ Pembelian bahan bakar bila sistem menggunakan energi, seperti : solar,
listrik, dan sebagainya;
⎯ Pembelian bahan pengolahan air, seperti : kaporit, tawas, dan sebagainya;
⎯ Honorarium anggota Badan Pengelola;
⎯ Cadangan uang tunai untuk mengantisipasi apabila terjadi kerusakan, dan
juga pengembangan sarana di masa datang.

2.4.2 Badan Pengelola


• Agar pelaksanaan O&P dapat berjalan lancar maka diperlukan suatu
organisasi untuk mengelola sarana air minum yang telah dibangun, yang
disebut dengan Badan Pengelola.
• Badan Pengelola pada dasarnya adalah TKM yang pada saat pelaksanaan
proyek berfungsi sebagai pengelola proyek di masyarakat yang kemudian
berubah fungsi untuk mengoperasionalkan dan memelihara sarana.
• Pelaksanaan O&P ini harus dilengkapi dengan aturan yang disesuaikan dengan
kondisi setempat yang disusun dan diputuskan bersama-sama secara
musyawarah oleh masyarakat.
2.5 DAMPAK LINGKUNGAN
Uraian tentang analisis terhadap dampak lingkungan dan cara penanggulangan dampak
dari kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan. Dimana dalam perencanaan ini
sudah harus mempertimbangkan perencanaan drainase untuk air buangan, jarak sumber
air dengan sumber pencemar (seperti : resapan cubluk maupun septik tank ataupun
kandang hewan), perlindungan terhadap sumber air, dan sebagainya.

2.6 RENCANA MONITORING DAN EVALUASI YANG PARTISIPATIF DAN


MEKANISME PELAPORAN KEGIATAN PROYEK
Pada prinsipnya proses monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan proyek PAMSIMAS
dilaksanakan secara partisipatif oleh masyarakat, dimana dalam RKM I hal yang perlu
dimonitor adalah kegiatan-kegiatan pada tahap perencanaan dan pelaksanaan.
Sedangkan pelaporan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam RKM I merupakan
tanggungjawab TKM kepada masyarakat. Pelaporan tersebut dapat disampaikan dalam
forum pertemuan TKM dan Masyarakat, dan informasinya diberikan pada Papan
Informasi Proyek yang ada di desa.

LAMPIRAN RKM I
1. Peta Lokasi Proyek;
2. Peta Sosial;
3. Status tanah yang akan digunakan sebagai lokasi pembangunan;
4. Pernyataan tersedianya dana kontribusi masyarakat (4% tunai) dari Bank dimana TKM
membuka rekening;
5. Pernyataan dan bukti kontribusi masyarakat (in cash 4% dan in kind 16%).
Kegiatan : ....................................
RINCIAN BIAYA
RENCANA KERJA MASYARAKAT I
(Format dapat dimodifikasi)

No Kegiatan Rincian Unit Volume Unit Jumlah Sumber Dana Sasaran Lokasi Pelaksana
Pokok Kegiatan Satuan Kegiatan Cost Biaya Hibah Kontribusi
TOTAL PEMBIAYAAN RKM I

Sumber Dana
Total
Kegiatan Hibah Kontribusi

a. Pembangunan Sarana Air Minum di Masyarakat


dan Sekolah 215.000.000
b. Pelatihan Masyarakat dan Dana Operasional TKM 10.000.000
Total 225.000.000

Mengetahui,
Fasilitator Masyarakat Ketua TKM

(...................................) (………………………)
DAFTAR KONTRIBUSI (UANG TUNAI)
DESA ............................. KEC ..................................

No Nama Alamat Jenis Besarnya Tanda


kelamin kontribusi tangan/cap
(Rp) jempol
DAFTAR KESANGGUPAN KONTRIBUSI IN-KIND
DESA ............................ KEC ...............................

No Nama Alamat Jenis Jenis Volume Satuan Waktu Kontribusi Tanda


kelamin kontribusi tangan/cap
jempol
JADWAL KEGIATAN PROYEK PAMSIMAS
TAHUN ANGGARAN .........................................

Kabupaten : ..................................
Kecamatan : ..................................
Desa : ..................................

URAIAN UNIT VOLUME BULAN


PEKERJAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

Mengetahui,
Fasilitator Masyarakat Ketua Tim Kerja Masyarakat

(………………….) (…………………….)
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI
PROYEK PAMSIMAS

I. Ringkasan Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi

1. Jumlah penduduk, tingkat kesejahteraan, dan akses penggunaan sarana air bersih dan
sanitasi

Jumlah Rumah tangga yang mempunyai akses


Dusun
Penduduk Rumah Tangga (kk) Sarana air minum Sarana sanitasi
1.
2.
3.
4.
5.
Total

2. Identifikasi masalah dan analisis situasi

Potensi yang
Penyebab
Siapa yang Pemecahan dimiliki untuk
Masalah Dimana terjadinya
terkena masalah masalah pemecahan
masalah
masalah
II. Lampiran

1. Ringkasan pelaksanaan kegiatan identifikasi masalah dan analisis situasi


menggunakan MPA dan PHAST

Waktu Jumlah peserta


Jenis Lokasi Kelompok
Tanggal Laki-
Mulai Selesai kegiatan kegiatan diskusi Perempuan Total
laki

3. Lembar catatan dan skoring MPA dan PHAST


LAMPIRAN

RENCANA KERJA MASYARAKAT II


PROGRAM PAMSIMAS

Dokumen RKM II terdiri dari :


- Halaman sampul
- Surat pengantar
- Bagian Pertama RKM II (Ringkasan RKM II)
- Bagian Kedua RKM II (Rincian RKM II)
- Lampiran

HALAMAN SAMPUL
Halaman sampul berisi : Judul, nama Desa, Kecamatan, Kabupaten, dan Propinsi, serta
tahun penyusunan RKM II.

SURAT PENGANTAR
Surat pengantar memuat tentang maksud disusun dan diajukannya RKM II, yang
ditandatangani oleh Ketua TKM, Sekretaris TKM, dan Koordinator TFM, serta diketahui
oleh Kepala Desa.

BAGIAN PERTAMA
1.1 PENDAHULUAN
Pada bagian ini dijelaskan secara singkat tentang latar belakang diusulkannya
pembangunan sanitasi di sekolah dan program kesehatan di desa tersebut, serta proses
perencanaan kegiatan oleh masyarakat.

1.2 TUJUAN
Dalam bab ini diuraikan tujuan yang hendak dicapai oleh masyarakat berkaitan
dengan tujuan Proyek PAMSIMAS.
1.3 RENCANA KEGIATAN
Berdasarkan rincian kegiatan dijelaskan secara singkat kegiatan yang direncanakan
tentang :
• Kegiatan pembangunan sarana sanitasi di sekolah
• Kegiatan peningkatan perilaku hidup sehat di masyarakat dan sekolah
• Kegiatan pelatihan masyarakat
Agar uraian tersebut lebih jelas dapat menggunakan tabel seperti dibawah ini.

A. Rencana Pembangunan Sarana Sanitasi di Sekolah

Jenis sarana Jumlah yang Jenis sarana sanitasi Jumlah sarana


sanitasi yang ada ada sekarang yang akan dibangun sanitasi yang
sekarang akan dibangun

B. Rencana Kegiatan Peningkatan Perilaku Hidup Sehat

B. 1. Masyarakat

Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan Sasaran Kegiatan Pelaksana


Kegiatan
B. 2. Sekolah

Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan Sasaran Kegiatan Pelaksana


Kegiatan

C. Rencana Kegiatan Pelatihan Masyarakat

Jenis Peserta Pelatihan Tempat Penyelenggara


Pelatihan Pelatihan Pelatihan
Perem- Laki-laki Jumlah
puan
1.4 RENCANA BIAYA
1. Untuk menyusun rencana biaya masing-masing jenis kegiatan dapat menggunakan
format “Rincian Biaya” terlampir.
2. Berdasarkan perhitungan rencana biaya seperti di atas, agar dibuat rekapitulasi biaya
dengan menggunakan format “Total Pembiayaan” seperti terlampir.

1.5 JADWAL KEGIATAN


Rencana kegiatan yang diusulkan disusun dalam suatu jadwal pelaksanaan kegiatan.
Format “Jadwal Pelaksanaan Kegiatan” seperti contoh terlampir.

1.6 USULAN SUB KONTRAKTOR


TKM dengan dibantu oleh TFM akan memilih kontraktor/ pemasok untuk diusulkan
sebagai pelaksana bagian pekerjaan yang tidak mampu dikerjakan oleh masyarakat
sendiri dengan mensyaratkan adanya: penawaran harga dan pengalaman kerja di
bidang yang sejenis dengan yang akan dilaksanakannya. Calon-calon pemasok/ sub
kontraktor tersebut diajukan berdasarkan persyaratan yang ada kepada DPMU untuk
dievaluasi oleh Tim Evaluasi RKM.

BAGIAN KEDUA

2.1 RANCANGAN RINCI PEMBANGUNAN SARANA SANITASI DI SEKOLAH


a. Analisis Jenis Sarana Sanitasi Sekolah yang Ada
Berdasar atas proses identifikasi dan analisis situasi, diuraikan tentang jenis,
jumlah dan kualitas sarana sanitasi di sekolah.
b. Pemilihan Jenis Sarana Sanitasi Yang Akan Dibangun Di Sekolah
Uraikan tentang keinginan masyarakat tentang jenis sarana sanitasi yang akan
dibangun di sekolah dalam rangka menyediakan akses terhadap sarana sanitasi
bagi siswa-siswi sekolah di desanya.
c. Rincian Biaya
Uraikan rincian biaya pembangunan sarana sanitasi di sekolah, dengan
menggunakan format yang ada.
d. Rencana Pelaksanaan
Uraikan tentang rencana pelaksanaan pembangunan sarana sanitasi di sekolah
dalam rangka menyediakan akses bagi semua anggota masyarakat sekolah.

2.2 RANCANGAN RINCI KEGIATAN PENINGKATAN PERILAKU HIDUP


SEHAT
a. Analisis Kebutuhan Peningkatan PHS di Masyarakat dan di Sekolah
• Dalam menyusun rencana kegiatan ini harus dipisahkan antara kegiatan di
masyarakat dan di sekolah, akan tetapi tetap harus ada keterkaitan di antara
kedua kegiatan tersebut.
• Dalam menganalisis permasalahan menunjukkan ada hubungan antara
masalah kesehatan dengan masalah penyediaan air minum dan masalah
sanitasi.
• Dalam menganalisis masalah kesehatan dan sanitasi yang dilaksanakan oleh
masyarakat dan dibantu oleh TFM, sebaiknya melibatkan juga tenaga dari
Puskesmas, kantor cabang Dinas Pendidikan Nasional, dan kantor
Pengembangan Masyarakat di Desa untuk menjamin kesinambungan
program ini setelah pasca proyek.
b. Rencana Kegiatan Peningkatan PHS di Masyarakat dan Sekolah
Uraikan dengan jelas jenis kegiatan di masyarakat dan sekolah tentang: rincian
kegiatan, volume kegiatan, sasaran, cara melaksanakan, waktu pelaksanaan, alat
bantu yang dibutuhkan dan pembiayaannya.
c. Rencana Biaya
Berdasarkan rencana kegiatan tersebut disusun suatu rencana biaya dengan
menggunakan format terlampir.
d. Metoda Pelaksanaan
Berdasarkan atas rencana kegiatan peningkatan PHS dan rencana biaya tersebut
maka disusun rencana pelaksanaannya, sehingga ada pengorganisasian yang
jelas tentang cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.3 RANCANGAN RINCI KEGIATAN PELATIHAN TENTANG PHS
a. Analisis Kebutuhan Pelatihan
Uraikan pula jenis pelatihan yang direncanakan berkaitan dengan pelaksanaan
peningkatan PHS di masyarakat dan sekolah.
b. Jenis Pelatihan
Uraikan jenis pelatihan, lamanya pelatihan, peserta pelatihan, dan penyelenggara
pelatihan.
c. Rencana Biaya Pelatihan
Berdasar atas opsi/ jenis pelatihan tersebut, disusun rencana biaya dengan
menggunakan format terlampir.
d. Rencana Pelaksanaan
Diuraikan tentang rencana pelaksanaan pelatihan apakah dikelola sendiri atau
diserahkan kepada pihak ketiga.

2.4 RANCANGAN RINCI KEGIATAN PELATIHAN UNTUK BADAN


PENGELOLA
a. Analisis Kebutuhan Pelatihan
Uraikan jenis pelatihan yang direncanakan berkaitan pelatihan bagi Badan
Pengelola untuk pengelolaan dan pemeliharaan sarana yang telah dibangun.
b. Jenis Pelatihan
Uraikan jenis pelatihan, lamanya pelatihan, peserta pelatihan, dan penyelenggara
pelatihan.
c. Rencana Biaya Pelatihan
Berdasar atas opsi/ jenis pelatihan tersebut, disusun rencana biaya dengan
menggunakan format terlampir.
d. Rencana Pelaksanaan
Diuraikan tentang rencana pelaksanaan pelatihan apakah dikelola sendiri atau
diserahkan kepada pihak ketiga.

2.4 RENCANA MONITORING DAN EVALUASI YANG PARTISIPATIF DAN


MEKANISME PELAPORAN KEGIATAN PROYEK
Seperti pada RKM I, proses monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan RKM II juga
dilaksanakan secara partisipatif oleh masyarakat. Pelaporan kegiatan yang telah
dilaksanakan dalam RKM II merupakan tanggungjawab TKM kepada masyarakat.
Pelaporan tersebut dapat disampaikan dalam forum pertemuan TKM dan Masyarakat,
dan informasinya diberikan pada Papan Informasi Proyek yang ada di desa.

LAMPIRAN :
1. Peta Sekolah di Lokasi Proyek;
2. Peta Sosial;
Program: ....................................
RINCIAN BIAYA
RENCANA KERJA MASYARAKAT II
(Format dapat dimodifikasi)

No Kegiatan Rincian Unit Volume Unit Jumlah Sumber Dana Sasaran Lokasi Pelaksana
Pokok Kegiatan Satuan Kegiatan Cost Biaya Hibah Kontribusi
TOTAL PEMBIAYAAN RKM II

Sumber Dana
Keterangan
Kegiatan Hibah Kontribusi

a. Pelatihan Masyarakat 10.000.000


b. Kegiatan Peningkatan Perilaku Hidup Sehat: 25.000.000
b.1. Kegiatan di Masyarakat ..................
b.2. Kegiatan di Sekolah .................
c. Kegiatan Pembangunan Sarana Sanitasi/ Jamban 15.000.000
dan Cuci Tangan di Sekolah
Total 50.000.000

Mengetahui :
Fasilitator Masyarakat Ketua TKM

(..........................................) (………………………)
JADWAL KEGIATAN PROYEK PAMSIMAS

TAHUN ANGGARAN .........................................

Kabupaten : ..................................
Kecamatan : ..................................
Desa : ..................................

URAIAN UNIT VOLUME BULAN


PEKERJAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

Mengetahui:
Fasilitator Masyarakat Ketua Tim Kerja Masyarakat

(………………….) (…………………….)
PANDUAN PROSES EVALUASI
RENCANA KERJA MASYARAKAT
PROGRAM NASIONAL PAMSIMAS
Desember 2006

C:\upload\pedoman_masyarakat\2. Buku Pedoman Pelaksanaan PAMSIMAS di Tingkat Masyarakat\d. Panduan_EVALUASI_RKM.doc


PROSES EVALUASI RENCANA KERJA MASYARAKAT

A. PENDAHULUAN

Panduan ini berisi tentang bagaimana Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dalam
proyek PAMSIMAS yang telah disusun oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh
Tim Fasilitator Masyarakat (TFM) kemudian dikaji dan dievaluasi sebelum
dinyatakan layak untuk didanai dan dilaksanakan dalam proyek.

Tujuan dari disusunnya Panduan ini adalah agar pihak pelaksana proyek di
kabupaten atau dalam hal ini Tim Koordinasi Kabupaten (TKK) dan Unit
Manajemen Proyek Kabupaten (District Project Management Unit/ DPMU)
dapat mengetahui prosedur evaluasi RKM dalam proyek PAMSIMAS. Sebelum
diuraikan bagaimana proses evaluasi dilakukan, dalam penjelasan berikut
terlebih dahulu akan dibahas tentang Tim Evaluasi RKM yang akan berperan
dalam proses evaluasi tersebut.

B. PROSES EVALUASI RKM

1. PEMBENTUKAN TIM EVALUASI RKM

Kuasa Pengguna Anggaran satker PAMSIMAS dinas yang menangani ke-


Cipta Karya-an Kabupaten (KPA) harus membentuk suatu Tim Evaluasi
RKM dalam rangka pelaksanaan evaluasi RKM (baik RKM I maupun II). Tim
Evaluasi RKM ini seperti halnya pada Tim Teknis lainnya dalam PAMSIMAS
harus terdiri dari orang-orang yang berasal dari Dinas yang menangani ke-
Cipta Karya-an, Dinas Kesehatan, dan Dinas/ Kantor PMD, serta Badan
Pengendalian Lingkungan Daerah (Bapedalda) bila diperlukan.

Anggota Tim minimal harus terdiri dari 5 orang, dengan susunan tim terdiri
atas seorang Ketua, seorang Sekretaris, dan tiga orang anggota. Adapun
tugas pokok dari Tim Evaluasi RKM antara lain adalah :
• Melakukan evaluasi dan survey terhadap:
- Proses perencanaan di masyarakat
- Kelengkapan dokumen RKM

1
- Kualitas rancangan kegiatan dalam RKM (sesuai dengan masing-masing
komponen proyek)
- Kewajaran harga yang diusulkan, untuk membandingkan dengan harga
dalam RKM
- Pelaksanaan pengadaan sub kontraktor dan pemasok, untuk melihat
kompetensi perusahaan dan penawaran harga pemasok/sub kontraktor
dalam RKM
- Dampak lingkungan yang mungkin timbul dari proyek
• Membuat Berita Acara Hasil Evaluasi RKM
• Membuat Laporan Hasil Evaluasi RKM kepada TKK

2. EVALUASI TERHADAP RKM

Rencana Kerja Masyarakat (RKM) yang telah disusun oleh masyarakat


dengan difasilitasi oleh TFM akan diverifikasi oleh Process Monitoring
Consultant (PMC), untuk kemudian dapat diajukan kepada DPMU. DPMU
selanjutnya akan menyerahkan RKM yang telah diverifikasi (oleh PMC)
untuk dievaluasi oleh Tim Evaluasi RKM, yang telah dibentuk oleh TKK.
Sesuai dengan tugas pokok dari Tim maka proses evaluasi dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Evaluasi terhadap proses perencanaan di masyarakat


Seperti telah diuraikan pada Petunjuk Teknis Pelaksanaan Proyek di
Tingkat Masyarakat, dimana proses perencanaan di masyarakat harus
dilakukan secara partisipatif oleh seluruh komponen masyarakat. Maka
evaluasi berkaitan dengan hal ini dilakukan dengan melihat bukti-bukti
pelaksanaan proses perencanaan yang dilampirkan pada RKM, yang
dapat ditunjukkan dengan: Laporan Kegiatan MPA/PHAST, Daftar Hadir
Pertemuan Masyarakat, foto-foto, dan lain-lain.

b. Evaluasi terhadap kelengkapan dokumen RKM


Evaluasi ini dilakukan dengan melihat pada kelengkapan dokumen RKM
sehingga RKM dapat dinyatakan sah karena sudah sesuai dengan
persyaratan dari proyek.

2
c. Evaluasi terhadap kualitas rancangan kegiatan dalam RKM
Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan yang
direncanakan dalam RKM sudah sesuai dengan kegiatan dari masing-
masing komponen proyek.

d. Evaluasi terhadap kewajaran harga dalam RKM


Harga dalam RKM yang diajukan oleh TKM untuk didanai proyek
sebelum mendapat persetujuan, akan dinilai dan dianalisa terlebih
dahulu oleh Tim Evaluasi, dengan cara survey ke minimal tiga pemasok
setempat.
Dalam proses evaluasi RKM ini perlu ditentukan indikator penilaian
terhadap kewajaran harga sebagai berikut:
1. Harga-harga yang ditawarkan oleh TKM dianggap wajar dengan
membandingkan harga pasar dimana tidak melebihi perbedaan harga
satuannya sebesar 5%.
2. Volume pekerjaan yang ditawarkan harus sesuai dengan volume
pekerjaan yang ditujukan dalam Detailed Engineering Design (DED).
3. Item-item pekerjaan yang ditawarkan dalam RKM harus sama
dengan gambar dan spesifikasi dalam DED.
Hasil evaluasi terhadap kewajaran harga dalam RKM ini apabila disetujui
kemudian dimuat dalam Berita Acara Persetujuan Evaluasi Penawaran
Harga.

e. Evaluasi terhadap pelaksanaan pengadaan sub kontraktor1 dan pemasok


Evaluasi ini hanya dilakukan untuk melihat kompetensi perusahaan dan
penawaran harga sub kontraktor/ pemasok dalam RKM. Adapun
indikator penilaian RKM terhadap kewajaran sub kontraktor/ pemasok
yang diusulkan oleh TKM untuk menentukan rangking (bukan untuk
menggugurkan pemilihan) adalah:

1
Pengadaan Sub-kontraktor dalam hal ini dapat dilakukan, apabila diperlukan
pekerjaan-pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh masyarakat, antara lain
i) pengeboran sumur dalam, ii) instalasi set generator (genset) dan jaringan
kelistrikan-nya, iii) instalasi pompa sumur dalam, dan iv) pembuatan dan
instalasi hydraulicram (dongki).

3
1. Perusahaan yang diajukan berbadan hukum yang dikuatkan dengan
adanya bukti Akta Notaris.
2. Perusahaan yang diajukan TKM memiliki kemampuan dan
pengalaman kerja yang sesuai dengan pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Kemampuan sub kontrak/ pemasok dapat dilihat dari
pengalaman sebelumnya, misalnya selama 3 tahun terakhir tetap
bergerak dibidang yang sama. Apabila calon perusahaan tidak
memiliki kemampuan dan pengalaman yang memadai, maka
diragukan kemampuannya untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
3. Sumber daya yang dimiliki pada umumnya dapat dilihat dari
ketersedian peralatan, tenaga ahli, dan kemampuan keuangan dari
calon kontraktor/ pemasok.
4. Perusahaan tersebut tidak mempunyai catatan pengalaman (track
record) yang tidak baik di masyarakat setempat atau sekitarnya;
misalnya pernah meninggalkan pekerjaan pada waktu pelaksanaan
masih berjalan.
5. Pemilik perusahaan tidak berkoalisi dengan TKM dan DPMU, serta
tidak mempunyai keterkaitan hubungan keluarga.
6. Bagi pemasok, harus memiliki surat penunjukan sebagai distributor/
supplier.
Untuk melaksanakan evaluasi ini dapat digunakan dengan format
terlampir.

f. Evaluasi dampak lingkungan yang mungkin timbul dari proyek

Evaluasi ini dapat dilakukan dengan melihat rencana Pelestarian


Lingkungan dalam dokumen RKM, dimana memuat kegiatan-kegiatan
yang berusaha untuk menjaga dampak pembangunan sarana terhadap
lingkungan, seperti pelestarian sumber air, sarana pembuangan limbah
air, dan lain-lain.

g. Membuat Berita Acara Hasil Evaluasi RKM


Hasil kajian dan evaluasi terhadap RKM oleh Tim Evaluasi dituangkan
dalam suatu Surat Berita Acara Hasil Evaluasi RKM yang isinya berkaitan

4
dengan persetujuan terhadap RKM atau masih dibutuhkan revisi pada
RKM.

h. Membuat Laporan Hasil Evaluasi RKM kepada TKK


Hal terakhir yang harus dilakukan oleh Tim Evaluasi adalah membuat
laporan tentang pelaksanaan kegiatan evaluasi terhadap suatu RKM
untuk disahkan oleh TKK dan DPMU. Rekomendasi yang dapat diberikan
oleh Tim adalah bahwa suatu RKM layak untuk diterima dalam proyek
dan bisa melanjutkan proses dalam proyek selanjutnya atau RKM
tersebut harus direvisi apabila masih terdapat kesalahan dan dilengkapi
apabila masih ditemukan kekurangan dari dokumen RKM.

5
LAMPIRAN 1.
PEDOMAN EVALUASI RKM

1. Kelengkapan Dokumen RKM, Proses Perencanaan, dan Kualitas Rancangan


Kegiatan dalam RKM

Kelengkapan
No. Hal yang Dievaluasi
Ada Tidak ada

1. Gambaran Umum desa yang menguraikan


tentang aspek geografis, demografi, sosial
ekonomi, dan hasil analisis situasi hasil
perencanaan dengan metoda MPA-PHAST

2. Rencana Kegiatan Pelatihan (menguraikan


tentang tenaga terampil yang ada saat ini dan
kebutuhan pelatihan yang dibutuhkan dalam
melaksanakan kegiatan pembangunan sarana
air, sanitasi, kesehatan, dan administrasi
proyek).

3. Rencana Kegiatan Bidang Kesehatan


(menguraikan tentang masalah kesehatan saat
ini dan program kesehatan yang akan
dilaksanakan baik di masyarakat maupun
sekolah).

4. Rencana Kegiatan Sarana Sanitasi


(menguraikan tentang akses sarana sanitasi
saat ini dan uraian metoda untuk
pengembangannya melalui CLTS).

5. Rencana Kegiatan Sarana Air Bersih


(menguraikan tentang akses pelayanan air
saat ini dan yang akan datang dan jumlah
sarana air bersih yang akan dibangun).
6. Rencana Kegiatan Manajemen Proyek
(Administrasi), yang menguraikan tentang
kegiatan operasional TKM.

7. Rencana anggaran/ biaya.

8. Lampiran

6
2. Kewajaran Harga
No. Kegiatan Lengkap Tidak
Lengkap
1. Tabel perbandingan harga terhadap minimal 3 toko
2. Analisa kewajaran harga dari data butir 1.
3. Berita Acara Persetujuan Evaluasi Kewajaran Harga.
4. Laporan Hasil Evaluasi Tim Evaluasi.

3. Perusahaan Sub Kontraktor/ Pemasok

No BIODATA & PENGALAMAN PERUSAHAAN Lengkap Tidak Lengkap


1. Bentuk, nama alamat dan No. Telp. Perusahaan

2. Nama, jabatan, alamat dan No. Telp. Penanggung


jawab perusahaan (tidak berstatus pegawai negeri
Sipil/ABRI)*

3. Daftar Rekanan Mampu Pemerintah Setempat


(DRM). Lampirkan satu lembar copinya. **

4. Sub Bidang Pekerjaan dalam DRM/TDR (klasifikasi


dan kualifikasi)

5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)**

6. Tanggal dan Nomor Pembayaran Pajak Terakhir


(Berlaku s/d ......)

7. Nomor dan tanggal Akte Pendirian dan Nama


Notaris.**

8. Nomor dan tanggal Akte Pendiri dan Nama


Notaris.**

9. Nomor dan tanggal Surat ijin Usaha Jasa Konstruksi


(SIUJUK) dan atas nama siapa.**

10. Jumlah Modal yang disetor


Jumlah Modal Kerja/Usaha
Jumlah Kekayaan Bersih ****

11. Jumlah Tenaga Inti (Full time) dan tenaga lain (Part
time)

12. Peralatan pokok yang dimiliki Perusahaan

7
13. Pengalaman Perusahaan dalam 3 tahun terakhir,
sebutkan bidang usahanya. *****

14. Garansi Barang yang di pasok (sebutkan lamanya).

Catatan:
* Nama penanggung jawab perusahaan tidak cacat di masyarakat dan tidak masuk dalam daftar hitam
** Dokumen ini harus ada dan jelas serta masih berlaku
*** Sub bidang pekerjaan harus sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan
**** Jumlah kekayaan bersih minimal 20% terhadap nilai kontrak
***** Pengalaman pekerjaan dengan pekerjaan yang sejenis/setara minimal satu pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai