Oleh:
Oleh :
NI KADEK VICKY WULANDARI
NIM. PO7120015118
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL :
iii
TELAH DIUJIKAN DI HADAPAN TIM PENGUJI
PADA HARI : SENIN
TANGGAL : 21 MEI 2018
TIM PENGUJI :
MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
NIM : P07120015118
iv
Program Studi : DIII
Jurusan : Keperawatan
Pasca Stroke Non Hemoragik Dengan Gangguan Mobilitas Fisik adalah benar
2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini bukan karya saya
sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia
mestinya.
Meterai
60000
v
DESCRIPTION OF NURSING CARE FOR POST STROKE NON
HAEMORRHAGIC PATIENTS WITH IMPAIRED PHYSICAL
MOBILITY IN WORK AREA OF SUKAWATI I
COMMUNITY HEALTH CARE
ABSTRACT
Stroke non hemorrhagic is blockage of blood vessels that causes the blood flow to
the brain is partially or completely halted. The prevalence of stroke in Indonesia
in 2013 by 12.1% as much as 2,137,941 people, with a population of about 250
million, meaning about 3.6 million stroke survivors in Indonesia, Stroke non
hemorrhagic 2.8 million, and the rest are hemorrhagic strokes. Stroke non
hemorrhagic causing impaired mobility due to physical damage to the central
nervous system regulates some voluntary movement that causes disruption
mobilization. This study aimed to describe nursing care in post-stroke patients
with impaired fulfillment of non hemorrhagic physical mobility. The method used
in scientific writing is descriptive method with case study approach on two stroke
non hemorrhagic patients post with impaired physical mobility. The results of
case studies show after being given nursing care during five visits the results
obtained in patients 1 and 2 patients showed increased muscle strength after non-
pharmacological therapy is given exercises range of motion advice to patients
and their families to be able to provide non-pharmacological measures range of
motion to improve muscle strength and prevent joint contractures.
vi
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PASCA STROKE
NON HEMORAGIK DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
MOBILITAS FISIK
( Di Wilayah Kerja Upt Kesmas Sukawati I)
ABSTRAK
vii
RINGKASAN PENELITIAN
Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan
fokal (atau global) dengan gejala - gejala yang berlansung selama 24 jam atau
lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler (Sunaryo, 2016). Stroke umumnya diklasifikasikan menjadi dua
macam, yaitu iskemik dan hemoragik (perdarahan). Stroke iskemik terjadi akibat
adanya sumbatan pada lumen pembuluh darah otak dan memiliki prevalensi
tertinggi, yaitu 88% dari semua stroke dan sisanya adalah stroke hemoragik
(stroke perdarahan) yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak (Sari,
Agianto, & Wahid, 2015). Gangguan vaskularisasi otak ini memunculkan berbagai
manifestasi klinis seperti kesulitan berbicara, kesulitan berjalan dan
mengkoordinasikan bagian - bagian tubuh, sakit kepala, kelemahan otot wajah,
gangguan penglihatan, gangguan sensori, gangguan pada proses berpikir dan
hilangnya kontrol terhadap gerakan motorik yang secara umum dapat
dimanifestasikan dengan disfungsi motorik seperti hemiplegia (paralisis pada
salah satu sisi tubuh) atau hemiparesis (kelemahan yang terjadi pada satu sisi
tubuh). Komplikasi akibat imobilisasi menyebabkan 51% kematian pada 30 hari
pertama setelah terjadinya serangan stroke iskemik. Imobilitas juga dapat
menyebabkan kekakuan sendi (kontraktur), komplikasi ortopedik, atropi otot, dan
kelumpuhan saraf akibat penekanan yang lama (nerve pressure palsies). Diagnosa
keperawatan utama yang sesuai dengan masalah imobilisasi pada pasien stroke
adalah hambatan mobilitas fisik, didapatkan hasil 90% orang pasien stroke
menunjukkan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik (Sari et al., 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan
pada pasien pasca stroke non hemoragik dengan gangguan pemenuhan mobilitas
fisik di wilayah kerja UPT Kesmas Sukawati I. Jenis penelitian ini menggunakan
viii
metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini dilakukan dengan
teknik wawancara, observasi dan dokumentasi (WOD) yang dilakukan pada
tanggal 17 april 2018. Penelitian ini menggunakan subjek sebanyak 2 orang yang
telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Alat pengumpulan data yang
digunakan yaitu lembar studi dokumentasi range of motion (ROM) dan lembar
studi dokumentasi yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
Tahap pengkajian pada pasien TN. MJ di dapatkan data pasien mengeluh
kesemutan pada tubuh bagian kiri, pasien menggunakan tongkat saat melakukan
mobilisasi, TTV : 160/100mmHg, Nadi 89x/menit, Suhu : 36 oC, RR : 16x/menit.
Sedangkan pada pasien Tn. JR didapatkan hasil pasien mengeluh lemah pada
tangan dan kaki kiri, sulit untuk digerakkan, pasien mobilisasi menggunakan
tongkat , TTV : 140/90mmHg, Nadi: 82x/menit, Suhu : 36oC, RR : 18x/menit.
Diagnosa keperawatan pada pasien pasca stroke non hemoragik yang dirumuskan
pada pasien Tn. MJ dan Tn. JR adalah gangguan mobilitas fisik. Penyusunan
intervensi atau rencana keperawatan pada pasien Tn. MJ dan Tn. JR dengan
diagnosa gangguan mobilitas fisik yaitu monitor tanda tanda vital pasien sebelum
atau setelah latihan, konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan, bantu pasien untuk menggunakan tongkat, ajarkan
keluarga tentang teknik ambulasi, kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, latih
pasien dalam kebutuhan adls secara mandiri, dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi, berikan alat bantu jika perlu dan ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi. Latihan pada pasien gangguan mobilitas fisik diberikan latihan range of
motion guna untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien. Implementasi atau
pelaksanaan tindakan keperawatan dengan pemberikan latihan range of motion
pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik yang telah
dijalankan dari tanggal 17 April 2018 sampai 21 April 2018 dengan tindakan
sesuai dengan perencanaan. Evaluasi dari tindakan keperawatan dengan latihan
range of motion pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas
fisik didapatkan hasil sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
direncanakan yaitu terjadinya peningkatan kekuatan otot.
ix
Dalam penelitian ini ditemukan keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti
yaitu keterbatasan dalam mencari literatur terkini yang dapat mendukung karya
tulis ilmiah ini dan minimnya informasi yang dimiliki oleh pasien mengenai
tindakan non farmakologi yang dapat dilakukan dirumah untuk mengatasi
gangguan mobilitas fisik seperti latihan range of motion atau ROM. Sehingga
peneliti berharap agar pemberian pelayanan kesehatan khususnya pihak UPT
Kesmas untuk meperhatikan pemberian edukasi kepada pasien stroke non
hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik. Serta kepada kepada peneliti
selanjutnya diharapkan penelitian karya tulis ilmiah ini menjadi panduan untuk
melakukan penelitian selanjutnya.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas
berkat asung kerta wara nugraha-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pasca Stroke
UPT Kesmas Sukawati I “ tepat pada waktunya dan sesuai dengan harapan.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
Jurusan Keperawatan.
usaha sendiri melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk
Keperawatan.
2. Ibu V.M. Endang S.P. Rahayu, S.Kp.,M.Pd selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Denpasar serta atas dukungan moral dan perhatian yang diberikan kepada
peneliti.
3. Bapak I Made Mertha, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Program studi D-III
xi
4. Bapak dr. I Made Udayana, S.Ked selaku kepala UPT Kesmas Sukawati I yang
telah memberi izin dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat
terselesaikan.
5. Bapak I Ketut Gama, SKM.,M.Kes selaku pembimbing utama yang telah
dan finansial sehingga penyusunan peneliti Karya Tulis Ilmiah ini dapat
lebih baik, karenanya sumbang saran untuk perbaikan sangat peneliti harapkan.
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL…………………………………………………………….....i
KARYA TULIS ILMIAH......................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iii
xii
KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL :......................................................iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...........................................................v
ABSTRACT............................................................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
RINGKASAN PENELITIAN..............................................................................viii
KATA PENGANTAR.............................................................................................xi
DAFTAR ISI.........................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL..................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................6
C. Tujuan Studi Kasus...........................................................................................6
D. Manfaat Studi Kasus.........................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
A. Gangguan Mobilitas Fisik Pada Pasca Stroke Non Hemoragik........................8
1. Pengertian Mobilitas.........................................................................................8
2. Pengertian Gangguan Mobilitas........................................................................8
3. Jenis Mobilitas..................................................................................................9
4. Jenis Imobilitas...............................................................................................10
5. Etiologi............................................................................................................11
6. Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik..................................................11
7. Dampak Gangguan Mobilitas Fisik................................................................12
8. Manifestasi Klinis...........................................................................................16
9. Komplikasi......................................................................................................16
10. Gangguan Pemenuhan Mobilitas Fisik Pada Pasien Stroke Non Hemoragik.17
11. Penatalaksanaan Mobilitas Fisik Dengan Latihan Range Of Motion (ROM).18
B. Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik dengan Gangguan Mobilitas
Fisik.................................................................................................................23
1. Pengkajian Keperawatan.................................................................................23
2. Diagnosa Keperawatan...................................................................................30
xiii
3. Intervensi Keperawatan..................................................................................31
4. Implementasi Keperawatan.............................................................................45
5. Evaluasi Keperawatan.....................................................................................46
BAB III KERANGKA KONSEP...........................................................................47
A. Kerangka Konsep............................................................................................47
1. Pohon Masalah................................................................................................47
2. Alur Penelitian................................................................................................49
B. Definisi Operasional Variabel.........................................................................51
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................54
A. Jenis Penelitian................................................................................................54
B. Tempat Dan Waktu Penelitian.........................................................................54
C. Subjek Studi Kasus.........................................................................................55
D. Fokus Studi Kasus...........................................................................................55
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data..............................................................55
F. Metode Analisa Data.......................................................................................58
G. Etika Studi Kasus............................................................................................59
BAB V HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN......................................61
A. Hasil Studi Kasus............................................................................................61
B. Pembahasan.....................................................................................................84
C. Keterbatasan....................................................................................................92
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................93
A. Kesimpulan.....................................................................................................93
B. Saran...............................................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................96
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia, batasan Lansia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
tercatat 18,04 juta yang merupakan 7,59% dari total penduduk (Pusat Data dan
peningkatan penduduk secara signifikan. Tercatat 7,18% (14,4 juta orang) di tahun
2000 dan diperkirakan akan menjadi 11,34% (28,8 juta orang) pada 2020
International yang dikeluarkan oleh Breau of The Census USA 1993 (dalam
mempunyai kenaikan jumlah lansia sebesar 414%. Suatu angka paling tinggi di
Kenya adalah sebesar 347%, Brazil 255%, India 242%, China 220%, Jepang
menurut ahli dari WHO yang berbicara dalam seminar lansia di Ansterdam,
Nederland tanggal 4 Desember 1999, adalah sebesar 400% antara 2000 – 2025
(Sunaryo, 2016).
Tantangan kesehatan utama bagi orang tua sebagian besar adalah penyakit
tidak menular karena pada lansia adanya proses degeneratif. Dampak dari kondisi
ini adalah dua sampai tiga kali lebih besar untuk orang tua di negara-negara
kesehatan terbesar untuk orang tua yaitu dari penyakit seperti penyakit jantung,
dan Informasi Kemenkes RI, 2012). Data World Health Organization (WHO)
tahun 2012 menunjukkan 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit
kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia. Lebih dari 3/4
Koroner (PJK) dan 6,7 juta (38,3%) disebabkan oleh stroke (Badan Penelitian dan
Pada penderita stroke terbanyak terdapat pada kelompok usia 56-65 tahun
pada kelompok usia 46-55 tahun dengan jumlah 13 kasus (35,14%). Insidensi
stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Setelah umur 55 tahun risiko
stroke iskemik meningkat 2 kali lipat tiap dekade. Semakin tua usia, maka
semakin besar pula terkena risiko stroke. Hal ini berkaitan dengan proses
degenerasi yang terjadi secara alamiah dan pada umumnya, yang orang usia lanjut
2.137.941 orang. Dengan populasi sekitar 250 juta jiwa, berarti terdapat sekitar
3,6 juta penderita stroke di Indonesia, stroke non hemoragik 2,8 juta jiwa, dan
sebesar tujuh per mil dan yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan (nakes) atau
gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah
DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil sedangkan Sumatera Barat 7,4 per mil.
diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil, Sumatera Barat sebesar 12,2 per mil,
kesehatan di RSUD Buleleng sebanyak 146 orang, RSUD Negara sebanyak 111
Gianyar sebanyak 273 orang, RSUD Klungkung sebanyak 184 orang dan RSUP
sebanyak 227 orang sedangkan bulan Januari – Agustus 2017 sebanyak 36 orang.
Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan
fokal (atau global) dengan gejala- gejala yang berlansung selama 24 jam atau
lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
macam, yaitu iskemik dan hemoragik (perdarahan). Stroke iskemik terjadi akibat
adanya sumbatan pada lumen pembuluh darah otak dan memiliki prevalensi
tertinggi, yaitu 88% dari semua stroke dan sisanya adalah stroke hemoragik
(stroke perdarahan) yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak (Sari et al.,
2015).
gangguan sensori, gangguan pada proses berpikir dan hilangnya kontrol terhadap
motorik seperti hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh) atau hemiparesis
(kelemahan yang terjadi pada satu sisi tubuh). Komplikasi akibat imobilisasi
komplikasi ortopedik, atropi otot, dan kelumpuhan saraf akibat penekanan yang
lama (nerve pressure palsies). Diagnosa keperawatan utama yang sesuai dengan
yaitu dengan dilakukannya latihan ROM atau Range Of Motion. Latihan range of
motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses rehabilitasi
yang dinilai efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan
stroke (Rahayu, 2015). Latihan ini adalah salah satu bentuk intervensi
bagi pasien dan dalam upaya pencegahan terjadinya kondisi cacat permanen pada
sebaiknya latihan pada pasien stroke dilakukan beberapa kali dalam sehari untuk
kemungkinan pasien mengalami defisit kemampuan akan semakin kecil (Lip &
Lim, 2007). Oleh karena itu, untuk menilai latihan ROM aktif dan pasif dapat
(Rahayu, 2015).
sendi dan kekakuan sendi (Lewis, 2010). Pernyataan ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Tseng, C.-N., Chen C.C.-H, Wu, S.C& Lin, 2007) yang
fleksibilitas dan luas gerak sendi pada pasien stroke. Latihan ROM dapat
menghasilkan ATP yang dimanfaatkan oleh otot ekstremitas sebagai energi untuk
kontraksi dan meningkatan tonus otot polos ekstremitas (Rahayu et al, 2015).
masalah :
Sukawati I ?
f. Mampu nelakukan analisis studi kasus pada pasien pasca stroke non
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
mobilitas fisik. Selain itu penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu cara
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Mobilitas
secara mudah, bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu untuk
koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan sistem saraf (P. Potter, 2010)
secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu
pergerakan (aktivitas), misalnya trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai
satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurarif .A.H. dan Kusuma.
H, 2015).
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North
fisik antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang mengalami penurunan
kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomic
akibat perubahan fisiologik (kehilangan fungsi motorik, klien dengan stroke, klien
penggunaa kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi), dan
pembatasan gerakan volunter, atau gangguan fungsi motorik dan rangka (Kozier,
3. Jenis Mobilitas
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilitas sebagian
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh
4. Jenis Imobilitas
mengurangi tekanan.
b. Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak
diri. Sebagai contoh, keadaan stres berat dapat disebabkan karena bedah
5. Etiologi
c. Kekakuan sendi
d. Kontraktur
e. Gangguan muskuloskletal
f. Gangguan neuromuskular
1) Subjektif
2) Objektif
1) Subjektif
2) Objektif
a) Sendi kaku
c) Gerak terbatas
perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil), dan perubahan
tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada menurunnya basal metabolism rate
pengingkatan nitrogen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien yang mengalami
protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat
sel menurun, di mana sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak, dan
seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan
kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tetap dan lama, refleks neurovaskular
vena bagian bawah sehingga aliran darah ke sistem sirkulasi pusat terhambat.
bergerak dan meningkatkan aliran vena kembali ke jantung dan akhirnya jantung
akan meningkatkan kerjanya. Terjadinya trombus juga disebabkan oleh vena statsi
balik vena.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Perubahan yang terjadi dalam sistem muskuloskeletal sebagai dampak dari
turunya kekuatan otot secara langsung. Menurunnya fungsi kapasitas otot ditandai
menyebabkan atropi pada otot. Sebagai contoh, otot betis seseorang yang telah
dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil selain menunjukkan
kondisi yang abnormal dengan kriteria adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan
iskemia serta nekrosis jaringan superfisial dengan adanya luka dekubitus sebagai
akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan.
i. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urine yang
2010).
8. Manifestasi Klinis
beraktifitas.
4) Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat,
jaringan.
7) Neurosensori: sensori deprivation (Asmadi, 2008).
9. Komplikasi
Pada stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik jika tidak
cairan, pembengkaan selain itu juga menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah
b. Dekubitus
Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki
dan tumit bila memar ini tidak dirawat akan menjadi infeksi.
c. Pneumonia
Pasien stroke non hemoragik tidak bisa batuk dan menelan dengan
menimbulkan pneumonia.
d. Atrofi dan kekakuan sendi
Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan mobilisasi
Komplikasi lainnya yaitu:
a) Disritmia
b) Peningkatan tekanan intra cranial
c) Kontraktur
d) Gagal nafas
e) Kematian (saferi wijaya, 2013).
disebabkan oleh kerusakan pada beberapa sistem saraf pusat meregulasi gerakan
mobilisasi. Iskemia akibat stroke dapat merusak serebelum atau strip motoric
kerusakan strip motorik. Misalnya seseorang dengan hemoragi serebral sisi kanan
disertai nekrosis telah merusak strip motorik kanan yang menyebabkan
aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan
bantuan perawat pada setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah pasien
semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu
melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien
tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total. Latihan ROM
melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi
normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
cara menggunakan otot-ototnya secara aktif . Sendi yang digerakkan pada ROM
aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien
1 2 3
Leher
Gerakan Penjelasan Rentang
Lutut
Fleksi Merakkan tumit kearah belakang Rentang 120-130°
paha.
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai. Rentang 120-130°
Mata Kaki
Dorsi fleksi Menggerakkan kaki sehingga jari – Rentang 20-30°
jari kaki menekuk keatas.
Plantar fleksi Menggerakkan kaki sehingga jari – Rentang 45-50°
jari kaki menekuk ke bawah.
Inversi Memutar telapak kaki kesamping Rentang 10°
dalam.
Eversi Memutar telapak kaki kesamping Rentang 10°
luar
1 2 3
Jari – Jari Kaki
Fleksi Menekukkan jari- jari ke bawah. Rentang 30-60°
Ekstensi Meluruskan jari – jari kaki. Rentang 30-60°
Sumber : Potter & Perry, Fundamental Keperawatan, 2006
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah bagian dari setiap aktifitas yang dilakukan oleh perawat
yang ada. Yaitu tahapan di mana seorang perawat harus menggali informasi secara
terus menerus dari pasien maupun anggota keluarga yang dibina (Murwani,
Setyowati, & Riwidikdo, 2008). Menurut Bakri (2016) dalam proses pengkajian
disesuikan dengan kondisi pasien dan sosial budayanya. Selain itu, diperlukan
metode yang tepat bagi perawat untuk mendapatkan data pengkajian yang akurat
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah proses pengumpulan informasi tentang status
kesehatan klien. Proses ini harus sistematis dan kontinu untuk mencegah
kehilangan data yang signifikan dan menggambarkan perubahan status kesehatan
pemeriksaan.
1) Observasi
2) Wawancara
3) Pemeriksaan
Pemeriksaan menjadi hal yang harus dilakukan selanjutnya. Pemeriksaan
merupakan suatu proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh untuk menentukan ada
atau rontgen. Pemeriksaan fiik terdiri dari empat prosedur yang digunakan yaitu
inspeksi, palpasi dan auskultasi pemeriksaan fisik dalat dilakukan secara head to
diinginkan. Terdapat dua tipe data pada saat pengkajian yaitu data subjektif dan
data objektif. Data subjektif adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak dapat
ditentukan oleh perawat secara independen, tetapi melalui suatu interaksi atau
persepsi pasien, perasaan, dan ide tentang status kesehatannya. Informasi yang
kesehatan lainnya juga dapat sebagai data subjektif jika didasarkan pada pendapat
tersebut biasanya diperoleh melalui “sense”: 2S (sight atau pengelihatan dan smell
atau penciuman) dan HT (hearing atau pendengaran dan touch atau taste ) selama
meliputi:
1) Anamnesis
Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawatan merupakan hal
utama yang dilaksanakan perawat karena 80% diagnosis masalah pasien dapat
memperoleh data subjektif dari pasien mengenai awitan masalhnya dan bagimana
penangan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan
masalah kesehatan dapat memengaruhi perbaikan kesehatan (Arif Muttaqin,
2010).
a) Informasi Biografi
Informasi biografi meliputi tanggal lahir, alamat, jenis kelamin, usia, status
pekerjaan, status perkawinan, nama anggota keluarga terdekat atau orang terdekat
lainnya, agama, dan sumber asuransi kesehatan. Usia pasien dapat menunjukkan
tahap perkembangan baik pasien secara fisik maupun psikologis. Jenis kelamin
dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
Muttaqin, 2010).
semuanya dituliskan pada riwayat penyakit sekarang. Pada umunya, beberapa hal
yang harus diungkapkan pada setiap gejala adalah lama timbulnya (surasi), lokasi
sebelumnya. Menurut (Arif Muttaqin, 2010) hal-hal yang perlu dikaji meliputi:
(a) Pengobatan yang lalu dan riwayat alergi.
Ada beberapa obat yang diminum oleh pasien pada masa lalu yang masih
relevan, seperti pemakaian obat kortikosteroid. Catat adanya efek samping yang
terjadi di masa lalu. Selain itu juga harus menanyakan alergi obat dan reaksi alergi
Apabila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga
ditanyakan. Hal ini ditanyakan karena banyak penyakit menurun dalam keluarga.
(c) Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya. Seperti
kesehatan.
(d) Status perkawinan dan kondisi kehidupan.
Tanyakan mengenai status perkawinan pasien dan tanyakan dengan hati-
rencana kehidupan pasien adalah penting terutama untuk penyakit kronis, di mana
pasien harus mengetahui bantuan sosial apa yang tersedia dan apakah pasien dapat
mecapai rumah).
Setiap pengkajian riwayat harus dapat diadaptasikan sesuai kebutuhan unik
seorang pasien. Setiap pola merupakan suatu rangkaian perilaku yang membantu
1996).
Adapun pola-pola fungsional gordon terdiri dari :
a) Persepsi-kesehatan-pola manajemen-kesehatan
Menggambarkan pola pemahaman pasien dan keluarga tentang kesehtaan
suplai gizi, meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut,
kuku, dan membrane mukosa, suhu tubuh, tinggi dan berat badan.
c) Pola eliminasi
Menggambarkan pola ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan kulit),
rekreasi, termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan kualitas olahraga, dan
sirkulasi).
e) Pola tidur - istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan relaksasi dan setiap bantuan
dan penghidu).
g) Pola persepsi-diri-konsep-diri
Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri,
terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidupan saat ini.
i) Pola reproduksi - seksualitas
Menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas, termasuk
dimulai dari kepala ke ujung kaki atau head to toe dapat lebih mudah dilakukan
pada kondisi klinik. Pada pemeriksaan fisik diperlukan empat modalitas dasar
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengkaji tingkat kesehatan umum
seseorang dan pengukuran tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, respirasi, nadi)
2. Diagnosa Keperawatan
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja DPP PPNI, 2016).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien stroke non hemoragik
hemoragik:
hipoglosus.
c. Nyeri akut
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan
penurunan mobilitas.
facial/oral
3. Intervensi Keperawatan
dan pengetahuan, yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil pada pasien
1 2 3 4
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Gangguan NOC NIC
1. Pencegahan aspirasi Aspiration precaution
menelan
2. Status menelan : 1. Memantau tingakat
Batasan
tindakan pribadi kesadaran, refleks batuk,
karakteristik:
1. Gangguan fase untuk mencegah refleks muntah, dan
esofagus pengeluaran cairan kemampuan menelan
1 2 3 4
2. Abnormalitas dan partikel padat ke 2. Monitor status paru
pada fase dalam paru menjaga atau
3. Status menelan : fase
esofagus pada mempertahankan jalan
esofagus: penyaluran
pemeriksaan nafas
cairan atau partikel 3. Posisi tegak 90 derajat
menelan
3. Pernafasan bau padat dari faring ke atau sejauh mungkin
4. Jauhan manset trakea
asam lambung
4. Bruksisme 4. Status menelan: fase meningkat
5. Nyeri 5. Menyuapkan makanan
oral : persiapan,
epigastrik, dalam jumlah kecil
penahanan, dan
6. Hindari makan, jika
nyeri ulu hati
pergerakan cairan
6. Menolak residu tinggi tempat
atau partikel padat ke
makan “pewarna” dalam tabung
7. Hematemesis arah posterior mulut.
pengisi NG
8. Hiperekstensi 5. Status menelan : fase
7. Penawaran makanan
kepala faring: penyaluran
atau caiaran yang dapat
(misalnya cairan atau partikel
dibentuk menjadi bolus
membukuk padat dari mulut ke
sebelum menelan
pada saat atau esofagus 8. Potong makanan
Kriteria Hasil:
setelah makan) menjadi potongan-
1. Dapat
9. Bangun malam
potongan kecil
mempertahankan
karena mimpi
buruk makanan dalam mulut
10.Batuk malam 2. Kemampuan menelan
hari adekuat
11. Terlihat bukti 3. Pengirim bolus ke
kesulitan hipofaring selaras
menelan dengan refleks
(misalnya menelan
4. Kemampuan untuk
statis makanan
mengosongkan
pada rongga
rongga mulut
mulut,
5. Mampu mengontrol
batuk/tersedak)
mual muntah
Faktor yang
6. Imobilisasi
berhubungan:
konsekuensi :
1. Akalsia
1 2 3 4
2. Defek anatomi fisiologis
didapat
3. Paralisis
serebral
4. Gangguan saraf
kranial
5. Keterlambatan
perkembangan
6. Abnormalitas
orofaring
7. Prematuritas
8. Trauma, cedera
kepala
traumatik
2 Ketidakseimbang NOC NIC
1. Nutritional status : Nutrition Management
an Nutrisi kurang
1. Kaji adanya alergi
food and fluid
dari kebutuhan
2. Intake makanan
tubuh 3. Nutritional status: 2. Kolaborasi dengan ahli
Batasan
nutrient intake gizi untuk menentukan
karakteristik: 4. Weight control
jumlah kalor dan nutrisi
1. Ketidak Kriteria hasil:
1. Adanya peningkatan yang dibutuhkan pasien
mampuan
3. Anjurkan pasien untuk
berat badan
memakan
2. Berat badan ideal meningkatkan intake Fe
makanan 4. Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan tinggi
2. Tonus otot
meningkatkan protein
badan
menurun
3. Mampu dan vitamin C
3. Mengeluh
5. Berikan substansi gula
mengidentifikasi
gangguan 6. Yakinkan diet yang
kebutuhan nutrisi
sensasi rasa dimakan mengandung
4. Tidak adan tanda-
4. Kelemahan
tingg serat untuk
tanda malnutrisi
otot
5. Menunjukkan mencegah konstipasi
pengunyah 7. Berikan makanan yang
peningkatan fungsi
5. Kelemahan
terpilih ( yang sudah
pengecap dari
otot untuk
dikonsultasikan dengan
menelan
menelan
6. Tidak terjadi ahli gizi)
Faktor-faktor
8. Ajarkan pasien
penurunan berat
1 2 3 4
yang badan yang berarti bagaimana membuat
berhubungan catatan makanan harian
1. Faktor 9. Monitor jumlah nutrisi
biologis dan kandungan kalori
2. Faktor 10.Berikan informasi
ekonomi tentang kebutuhan
3. Ketidakmamp
nutrisi
uan untuk 11. Kaji kemampuan pasien
mengabsorbsi untuk mendapatkan
nutrien nutrisi yang dibutuhkan
4. Ketidak Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
mampuan
normal
untuk
2. Monitor adanya
mencerna
penurunan berat badan
makanan 3. Monitor tipe dan jumlah
5. Ketidak
aktivitas yang biasa
mampuan
dilakukan
menelan 4. Monitor interaksi anak
makanan atau orang tua selama
6. Faktor
makan
psikologis 5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
7. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor mual dan
muntah
10. Monitor kadar
albumin, total
protein,Hb dan kadar Ht
11. Monitor pertumbungan
dan perkembangan
1 2 3 4
12. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
13. Monitor kalori dan
intae nutrisi
14. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
15. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet.
3 Nyeri akut NOC NIC
Batasan 1. Pain level Pain Management
2. Pain control 1. Lakukan pengkajian
karakteristik
3. Comfort level
1. Perubahan nyeri secara
Kriteria hasil:
selera makan 1. Mampu mengontrol komperhensif termasuk
2. Perubahan
nyeri (tahu penyebab lokasi, karakteristik,
tekanan darah
nyeri, mampu durasi, frekuensi,
3. Perubahan
menggunakan tehnik kualitas dan faktor
frekuensi
nonfarmakologi untuk presipitasi
jantung
2. Observasi reaksi
4. Perubahan mengurangi nyeri,
nonverbal dari
frekuensi mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa ketidaknyamanan
pernafasan
3. Gunakan tenik
5. Laporan nyeri berkurang
komunikasi terapeutik
isyarat dengan manajemen
6. Diaforesis untuk mengetahui
nyeri
7. Perilaku
3. Mampu mengenali pengalaman nyeri pasien
distraksi 4. Kaji kultur yang
nyeri ( skala,
(misalnya mempengaruhi respon
intensitas, frekuensi
5. Evaluasi pengalaman
berjalan
dan tanda nyeri)
nyeri masa lampau
mondar-mandi 4. Menyatakan rasa
6. Evaluasi bersama pasien
mencari orang nyaman setelah nyeri
dan tim kesehatan lain
lain dan atau berkurang
1 2 3 4
aktivitas lain, tentang ketidakefektifan
aktivitas yang kontrol nyeri asa lampau
7. Bantu pasien dan
berulang
8. Mengekspresi keluarga untuk mencari
kan perilaku dan menemukan
9. Masker wajah
dukungan
10.Sikap
8. Kontrol lingkungan
melindungi
yang dapat
area nyeri
mempengaruhi nyeri
11. Fokus
seperti suhu ruangan,
menyempit
12.Indikasi nyeri pencahayaan dan
yang dapat kebisingan
9. Kurangi faktor
diamati
13.Perubahann presipitasi nyeri
10.Pilih dan lakukan
posisi untuk
penanganan nyeri
menghindari
(farmakologi, non
nyeri
14.Sikap tubuh farmakologi dan
melindungi interpersonal)
15.Dilatasi pupil 11. Kaji tipe dan sumber
16.Melaporkan
nyeri untuk menentukan
nyeri secara
intervensi
verbal 12.Ajarkan tentang teknik
17.Gangguan
non farmakologi
tidur 13.Berikan analgetik untuk
Faktor yang
mengurangi nyeri
berhubungan 14.Evaluasi keefektifan
1. Agen cedera
kontrol nyeri
(misalnya 15.Tingkatkan istirahat
16.Kolaborasikan dengan
biologis, kimia,
dokter jika ada keluhan
fisik,
dan tindakan nyeri tidak
psikologis)
berhasil
4. Gangguan NOC: NIC :
1. Joint Movement : Exercise therapy :
mobilitas fisik
Batasan Active ambulation
1 2 3 4
Karakteristik: 2. Mobility level 1. Monitoring vital sign
1.Kesulitan 3. Self care : ADLs
sebelum atau sesudah
4. Transfer
membolak balik
latihan dan lihat respon
performance
posisi
Kreteria Hasil : pasien saat latihan
2.Perubahan cara
1. Klien meningkat 2. Konsultasikan dengan
berjalan
dalam aktivitas fisik terapi fisik tentang
3.Keterbatasan
2. Mengerti tujuan dari
rencana ambulasi sesuai
kemampuan
peningkatan mobilitas
dengan kebutuhan
melakukan 3. Membervalisasikan
3. Bantu klien untuk
keterampilan perasaan dalam
menggunakan tongkat
motorik halus peningkatan kekuatan
saat berjalan dan cegah
4.Keterbatasan
dan kemmapuan
terhadap cedera
kemampuan
berpindah 4. Ajarkan pasien atau
melakukan 4.Memperagakan
tenaga kesehatan lain
keterampian penggunaan akat
tentang teknik ambulasi.
5.Bantu untuk mobilisasi
motorik kasar 5. Kaji kemampuan pasien
5.Keterbatasan
dalam mobilisasi
rentang 6. Latihan pasien dalam
pergerakan pemenuhan kebutuhan
sendi adls secara mandiri
Faktor yang
sesuai kemampuan
berhubungan 7. Dampingi dan bantu
1. Penurunan
pasien saat mobilisasi
kendali otot
dan bantu penuhi
2. Gangguan
kebutuhan adls
neuromoskular
8. Berikan alat bantu jika
3. Penurunan
klien memerlukan
kekuatan otot
9. Ajarkan pasien
4. Kurang
bagaimana merubah
pengetahuan
posisi dan berikan
tentang aktivitas
bantuan jika diperlukan
fisik
5. Keengganan
memulai
pergerakan
5. Defisit perawatan Noc : Nic :
1 2 3 4
diri 1. Sefl care status Self care assistance :
2. Self care : dressing
dressing / grooming
3. Activity tolerance
4. Fatigue level 1. Pantau tingkat kekuatan
Kriteria hasil:
dan toleransi aktivitas
1. Mampu melakukan
2. Pantau peningkatan dan
tugas fisik yang
penurunan kemampuan
paling mendasar dan
untuk berpakaian dan
aktivitas perawatan
melakukan perawatan
diri secara mandiri
rambut
dengan atau tanpa alat
3. Pertimbangkan usia
bantu
2. Mampu menganakan pasien ketika
pakaian dengan atau mempromosikan
tanpa alat bantu aktivitas perawatan diri
3. Mampu
4. Sediakan pakaian pasien
mempertahankan
pada tempat yang
kebersihan pribadi
mudah di jangkau
dan penampilan yang
5. Dukung kemandirian
rapih secara mandiri
dalam berpakaian,
dengan atau tanpa alat
berhias, bantu pasien
bantu
jika diperlukan
4. Perawatan diri
6. Perawatan diri
eliminasi: mampu
eliminasi:
melakukan aktivitas
Membantu pasien ke
eliminasi
5. Mampu duduk dan toilet
turun dari kloset 7. Menyediakan privasi
6. Membersihkan diri
selama eliminasi
setelah eliminasi
8. Perawatan diri makan:
7. Perawatan diri
Memonitor pasien
makan : kemampuan
kemampuan untuk
menyiapkan makan
menelan
padat atau cairan
9. Identifikasi diet yang
secara aman dari
diresepkan
1 2 3 4
mulut ke lambung 10. Mengatur nampan
8. Mampu makan secara
makanan dan meja
mandiri
menarik
9. Perawatan diri
11. Ciptakan lingkungan
mandi : mampu untuk
yang menyenangkan
membersihkan tubuh
selama waktu makan
secara mandiri dengan
12. Pastikan posisi pasien
atau tanpa alat bantu
10. Mampu untuk yang tepat untuk
mempertahankan memfasilitas
kebersihan dan mengunyah dan
penampilan yang rapi menelan
secara mandiri dengan 13. Memberikan bantuan
atau tanpa alat bantu fisik, sesuai kebutuhan
11. Mampu untuk
14. Perawatan diri mandi :
merawat mulut dan
Menyediakan artikel
gigi secara mandiri
pribadi yang diinginkan
dengan atau tanpa alat
( sikat gigi, sabun,
bantu
sampo, lotion, dan
12. Mampu
produk aromaterapi)
mempertahankan
15. Memfasilitasi mandi
mobilitas yang
pasien
diperlukan untuk
16. Memantau integritas
kamar mandi dan
kulit pasien
menyediakan
17. Menjaga kebersihan
perlengkapan mandi
13. Mengungkapkan ritual
secara verbal
kepuasan tentang
kebersihan tubuh dan
hygine oral.
6. Resiko kerusakan NOC NIC:
1. Tissue integrity : skin Pressure Management
intagritas kulit
1. Anjurkan pasien untuk
and muccous
2. Membranes menggunakan pakaian
1 2 3 4
3. Hemodyalis akses longgar
Kriteria hasil : 2. Hindari kerutan pada
1. Integritas kulit bisa
tempat tidur
dipertahankan 3. Jaga kebersihan kulit
2. Perfusi jaringan baik
agar tetap bersih dan
3. Mampu melindungi
kering
kulit dan
4. Mobilisasi pasien (ubah
mempertahankan
posisi pasien setiap 2
kelembaban kulit dan
jam sekali)
perawatan alami 5. Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada
daerah yang tertekan
6. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien.
7 Resiko Jatuh NOC NIC
Faktor resiko: Fall prevention
1. Trauma Risk For
Fisiologis
1. Mengidentifikasi defisit
2. Injury risk for
1. Gangguan
kognitif atau fisik pasien
Kriteria Hasil :
keseimbangan
yang dapat
1. Keseimbangan :
2. Gangguan
meningkatkan potensi
kemampuan untuk
mobilitas fisik
jatuhdalam lingkungan
mempertahankan
tertentu
ekulibrium
2. Mengidentifikasi
2. Gerakan
perilaku dan faktor yang
terkoordinasi
mempengaruhi risiko
kemampuan otot
jatuh
untuk bekerja sama
3. Mengidentifikasi
secara volunter untuk
karakteristik lingkungan
melakukan gerakan
yang dapat
yang bertujuan
meningkatkan potensi
3. Perilaku
untuk jatuh
pencegahan jatuh :
4. Sarankan perubhana
tindakan individu atau
dalam gaya berjalan
pemberi asuhan untuk
kepada pasien
meminimalkan faktor
1 2 3 4
resiko yang dapat 5. Mendorong pasien
memicu jatuh untuk menggunakan
dilingkungan individu tongkat atau alat
4. Kejadian jatuh : pembantu berjalan
tidak ada kejadian 6. Kunci roda dari kursi
jatuh roda, tempat tidur atau
5. pengetahuan : brankar selama transfer
keamanan pribadi. pasien
6. Pelanggaran 7. Tempat artikel mudah
perlindungan tingkat dijangkau dari pasien
kebingungan akut 8. Ajarkan pasien
7. Tingkat agitasi bagaimana jatuh untuk
8. Komunitas meminimalkan cedera
pengendalian risiko :
kekerasan
9. Komunitas
tingkat kekerasan
10.Gerakan
terkoordinasi
11. Kecenderungan
12. risiko pelarian untuk
kawin
13.Kejadian terjun
Keparahan cedera
fisik
4. Kerusakan NOC NIC
1. Beri satu kalimat
komunikasi 1. Komunikasi ekspresif
simpel setiap bertemu,
verbal ( kesulitan bicara)
jika diperlukan
Batasan ekspresi pesan verbal
2. Konsultasikan dengan
karakteristik dan atau non verbal
dokter kebutuhan
1. Tidak dapat yang bermakna
terapi wicara
2. Mampu
bicara 3. Dorong pasien untuk
1 2 3 4
2. Kesulitan memanajemen berkomunikasi secara
mengekspresik kemampuan fisik perlahan dan untuk
an pikiran yang dimiliki mengulangi
3. Mampu
secara verbal permintaan
3. Pelo mengkomunikasikan 4. Dengarkan dengan
4. Sulit bicara
kebutuhan dengan penuh perhatian
5. Bicara dengan
5. Beri anjuran kepada
lingkungan sosial
kesulitan
pasien dan keluarga
Faktor yang
tentang penggunaan
berhubungan:
1. Perubahan alat bantu bicara
6. Berikan pujian positif,
sistem saraf
jika diperlukan
pusat
7. Anjurkan kunjungan
2. Penurunan
keluarga secara teratur
sirkulasi ke
untuk memberi
otak
3. Hambatan stimulus komunikasi
fisik
4. Pelemahan
sistem
muskuloskelet
al
9 Perfusi Perifer NOC: NIC :
1. Circulation status Peripheral Sensastion
. Tidak Efektif
2. Tissue perfusion :
Batasan Management
cerebral (managemen sensasi
Karakteristik:
Kriteria Hasil :
1. Perubahan perifer)
Mendemonstrasikan
fungsi motorik 1. Monitor adanya
status sirkulasi yang
2. Perubahan
daerah tertentu yang
ditandai dengan:
tekanan darah
1. Berkomunikasi hanya peka terhadap
diekstermitas
dengan jelas dan panas/
3. Nyeri
sesuai dengan dingin/tajam/tumpulM
ekstermitas
Faktor yang kemampuan onitor adanya paretese
2. Menunjukkan
berhubungan : 2. Instruksikan
1. Kurang perhatian, konsentasi
keluarga untuk
1 2 3 4
pengetahuan dan orientasi mengobservasi kulit
3. Memproses
tetang faktor jika ada isis atau
informasi
pemberat laserasi
4. Membuat keputusan
(misalnya : 3. Gunakan sarung
dengan benar
merokok, gaya 5. Menunjukan fungsi tangan untuk proteksi
hidup monoton, sensori motori cranial 4. Batasi gerak pada
trauma, obesitas, yang utuh : tingkat kepala, leher dan
asupan garam, kesadaran membaik, punggung
imobilitas). tidak ada gerakan 5. Monitor
2. Kurang
gerakan involunter kemampuan BAB
pengetahuan
6. Kolaborasi
tentang proses
pemberian analgetik
penyakit.
7. Monitor adanya
tromboplebitis
8. Diskusikan
mengenai penyebab
perubahan sensasi
Sumber : Nurarif, A.H & Hardhi , Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nic
Noc, 2015
4. Implementasi Keperawatan
tindakan, serta menilai data yang baru. Pada proses keperawatan, implementasi
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Evaluasi
adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari
pada interval tertentu (misalnya, satu kali seminggu untuk klien perawatan
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
dengan lainnya dari masalah yang ingin diteliti yang menghubungkan atau
menjelaskan secara rinci tentang suatu topik yang akan dibahas (Setiadi,2013).
1. Pohon Masalah
Stroke non hemoragik disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor yang tidak
dapat di ubah seperti jenis kelamin, usia dan keturunan. Faktor kedua yaitu
polisetemia dan stress emosional. Faktor ketiga ialah kebiasaan hidup seperti
merokok, peminum alkohol, obat-obatan terlarang dan aktivitas yang tidak sehat
(Nurarif .A.H. dan Kusuma. H, 2015). Stroke non hemoragik dapat terjadi karena
maka terjadi kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak sehingga
menyebabkan hemiparase atau plegi kanan & kiri dan terjadi hambatan mobilitas
fisik (Mutaqqin, 2011). Dampak dari hambatan mobilitas fisik yaitu perubahan
2. Alur Penelitian
Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yaitu tahap pertama pengkajian.
untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini dan waktu
sebelumnya, serta untuk menentukan pola persepsi pasien saat ini dan waktu
kesehatan atau proses yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial (PPN, 2016). Tahap ketiga yaitu intervensi atau perencanaan merupakan
proses yang terdiri dari tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan bagi pasien dan
yaitu pelaksanaan atau implementasi keperawatan, yang mana pada tahap ini lebih
direncanakan terlebih dahulu pada intervensi atau perencanaan (Potter & Perry,
2006). Dan tahap yang terakhir yaitu tahap evaluasi, pada tahap evaluasi adalah
aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
pada interval tertentu (misalnya, satu kali seminggu untuk klien perawatn
dan evaluasi.
Evaluasi Implementasi
Keterangan
: Diteliti
: Tidak Diteliti
: Alur Pikir
Sumber : Nurarif, A.H & Hardhi , Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nic-
Noc, 2015
Tabel 3
Definisi Operasional Asuhan Keperawatan Pada Pasca Stroke Non Hemoragik
dengan Gangguan Pemenuhan Mobilitas Fisik
status kesehatan
pada pasien
stroke non
hemoragik
dengan
gangguan
mobilitas fisik.
2. Diagnosa Masalah Standar Primer
keperawatan Diagnosa dan
yang didapat keperawatan Sekunde
setelah Indonesia r
dilakukan tahun 2016
pengkajian data
adalah gangguan
mobilitas fisik
3. Intervensi Rencana NIC dan Primer
keperawatan NOC dan
yang ditetapkan sekunder
untuk mencapai
tujuan dan
mengatasi
masalah
keperawatan
gangguan
mobiitas fisik
4.Implemen- Tindakan NIC dan Primer
tasi keperawtatan NOC dan
yang dilakukan sekunder
sesuai dengan
perencanaan
yang sudah
ditetapkan
5. Evaluasi Penilaian pasien Format Primer
setelah Evaluasi dan
diberikan sekunder
asuhan
keperawatan,
melihat tingkat
keberhasilan
yang telah
dicapai sesuai
dengan kriteria
hasil.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam karya tulis ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif pada
dan non eksperimental. Karya tulis ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu
dalam pengumpulan dan penyajian data berupa uraian tertulis maupun lisan yang
diperoleh dari subyek penelitian serta perilaku yang diamati di kehidupan sehari –
terhadap suatu permasalahan yang terdiri dari dua kasus kemudian dianalisis
instruksi medikasi subjek penelitian dari tim medis di UPT Kesmas Sukawati I
Karya tulis ini menggunakan subjek studi kasus dengan kriteria inklusi pasien
pasca stroke non hemoragik dengan gangguan pemenuhan mobilitas fisik yang
oleh pasien tersebut serta salah satu anggota keluarga yang dominan mendampingi
masing – masing pasien.. Adapun kriteria eksklusi dalam karya tulis ini adalah
pasien yang tidak bersedia menjadi responden dan pasien pasca stroke non
Fokus studi kasus merupakan kajian utama dari masalah yang akan
dijadikan acuan studi kasus. Fokus studi kasus pada penelitian ini adalah
pemberian asuhan keperawatan pada pasien pasca stroke non hemoragik dengan
(Nursalam, 2013).
Metode pengumpulan dalam karya tulis ini merupakan wawancara,
kepada pasien, keluarga dan tenaga kesehatan yang dilakukan untuk memperoleh
data subyektif tentang masalah keperawatan yang dihadapi pasien. Pada penelitian
ini peneliti menggunakan metode wawancara tak berstruktur, sebab pertanyaan-
pertanyaan dapat dijawab secara bebas sesuai dengan keluhan pasien (Gulo,
2002).
Metode observasi merupakan metode pengumpulan data dimana peneliti
perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data tentang kesehatan dan
ukur. Pengukuran yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu utnuk mengukur
kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik
1. Tahap persiapan.
a. Melaksanakan seminar prosposal dan melakukan perbaikan sesuai dengan
data.
c. Mengajukan izin mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan Keperawatan
secara kolektif.
e. Mengajukan izin penelitian kepada Badan Penanaman Modal dan Perizinan
Provinsi Bali.
f. Mengajukan izin penelitian kepada Badan Kesbanglinmas Kabupaten Gianyar.
g. Membawa tembusan izin penelitian kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Gianyar.
h. Membawa tembusan izin penelitian kepada UPT Kesmas Sukawati I.
i. Membawa tembusan surat izin penelitian kepada Kelian Dinas di Wilayah
persetujuan dan jika pasien tidak bersedia, peneliti tidak memaksa dan
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
analisis data kualitatif. Metode ini merupakan proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan
2012). Adapun tiga komponen dalam analisis kualitatif adalah sebagai berikut :
1. Reduksi data yaitu memilih dan memusatkan perhatian peneliti dalam hal ini
adalah gangguan mobilitas fisik yang dirasakan oleh pasien stroke non
secara naratif dan rinci mengenai karakteristik gangguan mobilitas fisik, serta
gangguan mobilitas fisik yang dirasakan sebagai dampak dari stroke non
hemoragik.
3. Verifikasi dan penarikan kesimpulan dilakukan setelah data direduksi dan
fisik yang dialami pasien stroke non hemoragik sebelum dan setelah
1. Informed consent
Informed Consent atau persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian
penjelasan tentang perlakuan dan dampak yang timbul dari penelitian yang
dilakukan. Informed consent dimulai dengan pernyataan dari salah satu pihak
(peneliti) untuk mengikat dirinya atau menawarkan suatu perjanjian yang disebut
dengan penawaran. Kemudian diikuti dengan pernyataan dari pihak lain (subjek
Informed consent merupakan suatu upaya untuk perlindungan hak asasi manusia
(subjek penelitian) dalam hubungan peneliti dan pasien yaitu hak atas informasi
yang dikaitkan dengan hak untuk menentukan nasib sendiri (Wasis, 2008).
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
menunjuk pada apa yang disampaikan oleh data yang dikumpulkan (Raco, 2010).
Hasil studi kasus menuangkan data yang diperoleh dari kegiatan yang telah
dilakukan pada subjek penelitian sesuai dengan fokus studi kasus dan terdiri dari
pendidikan terakhir SD, status menikah, beragama Hindu, seorang petani, suku
2018, dan sumber informasi ini diperoleh dari buku register pasien di UPT
Kesmas Sukawati I dan pasien. Hasil observasi partisipatif pada Tn. MJ dengan
pengkajian berupa pasien mengeluh lemah pada tubuh bagian kiri dengan
kekuatan otot dan kesemutan pada tangan kiri. Pasien memiliki riwayat
5555 3333
Hipertensi 5555 3333 sehingga pasien diberikan terapi farmokologi yaitu
captropil.
Hasil pemeriksaan fisik yang telah didapatkan adalah tingkat kesadaran
compos mentis, GCS : E4V5M6, tanda - tanda vital : TD : 160/100 mmHg, Nadi
dimulai dari kepala dan leher : bentuk kepala simetris, warna rambut hitam dn
terdapat uban, kepala kurang bersih, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pembersaran kelenjar jugularis dan typoid pada leher. Bagian mata : bentuk
mata simetris, konjungtva merah muda, kelopak mata tidak terdapat edema, tidak
terdapat massa. Bagian hidung : bentuk simetris, tidak terdapat polip, tidak
terdapat massa. Bagian telinga : bentuk simetris, tidak ada lesi, tampak cukup
bersih, tidak ada benjolan dan nyeri tekan. Bagian mulut : mukosa bibir lembab,
gigi kuning, terdapat gigi yang tanggal, tidak terdapat karies gigi, tidak ada massa
dan nyeri tekan. Bagian thorak : bentuk simetris, pergerakan dada simetris, tidak
ada nyeri tekan, terdengar suara vestikuler, tidak terdapat suara abnormal. Bagian
tidak terkaji. Bagian ekstremitas didapatkan hasil pada ektremitas atas kanan :
pergerakan normal, tidak ada fraktur, tidak ada edema, tidak ada lesi, tidak ada
atropi. Ektremitas atas kiri : pergerakan lemah, kekuatan otot lemah, tidak ada
edema, tidak ada atropi. Ekstremitas bawah kanan : pergerakan normal, tidak ada
fraktur, tidak ada edema dan tidak ada lesi. Ektremitas kiri : tampak lemah, susah
untuk digerakkan, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, reflek (+) tampak atropi
kekuatan otot
Hasil 5555 3333 pengkajian pola kebutuhan dasar aktivitas dan
5555 3333
latihan di dapatkan hasil pasien mengambil makan dan minum dibantu oleh
keluarga, makan dan minum secara mandiri, mandi di bantu oleh keluarga,
toileting dibantu oleh alat atau tongkat, pasien mobilisasi dengan tongkat,
2. Pasien 2
Pasien 2 yaitu Tn. JR, berjenis kelamin laki-laki, usia 62 tahun, status
Sukawati I, pasien dan keluarga pasien. Hasil observasi partisipatif pada Tn. JR
yaitu tingkat kesadaran compos mentis, GCS : E4V5N6, tanda – tanda vital : TD :
leher : bentuk kepala normocephal, rambut berwarna hitam dan terdapat uban,
kulit kepala cukup bersih, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran kelenjar jugularis dan typoid pada leher. Bagian mata : bentuk
simetris, konjungtiva merah muda, kelopak mata tidak terdapat edema, tidak
terdapat massa. Bagian hidung : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak terdapat
massa. Bagian telinga : bentuk simetris, tidak ada lesi, tampak cukup bersih, tidak
ada massa, tidak ada nyeri tekan. Bagian mulut : mukosa bibir lembab, gigi
kuning, terdapat gigi yang tanggal, tidak ada karies gigi, tidak ada massa dan
nyeri tekan. Bagian thorak : bentuk payudara simetris, tidak ada benjolan, tidak
terdapat suara tambahan. Bagian abdomen : bentuk simetris, bising usus normal,
terdengar suara timpani, tidak ada nyeri tekan. Bagian genetalia tidak terkaji.
normal, kekuatan otot normal, tidak ada fraktur, tidak ada edema, tidak ada lesi,
tidak ada tropi. Ektremitas atas kiri : pergerakan lemah, tidak tampak atropi pada
mengambil makan dan minum dibantu oleh keluarga, makan dan minum secara
mandiri, mandi di bantu oleh keluarga, toileting dibantu oleh alat atau tongkat,
pasien 1 yakni Tn. MJ dan pasien 2 yakni Tn. JR berdasarkan pada analisa data
Tabel 4
Analisa Data Pasien 1 Tn. MJ dan Pasien 2 Tn. JR dengan Gangguan Mobilitas
Fisik di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati
1 2 3 4
Masalah
Pasien Data (Sign/Symptom) Interpretasi (Etiologi)
(Problem)
Pasie I DS : Pasien mengatakan Stroke Non Hemoragik Gangguan
Mobilitas
Tn. MJ lemah pada tubuh
Fisik
Proses Metabolisme
bagian kiri dan
dalam otak terganggu
kesemutan
Penurunan suplai darah
DO : Pasien tampak sulit
dan O2 ke otak
menggerakkan
Disfungsi N.XI
ektremitas kiri,
(assesoris)
Penurunan fungsi
motorik dan
kekuatan otot muskuloskeletal
5555 3333
5555 3333 Kelemahan pada satu/
keempat anggota gerak
Hemiparase
Gangguan Mobilitas
Fisik
1 2 3 4
Hemiparase
Gangguan Mobilitas
Fisik
sebagai berikut :
Tabel 5
Diagnosa Keperawatan Pasien 1 Tn. MJ dan Pasien 2 Tn. JR dengan Gangguan
Mobilitas Fisik di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati
Pasien 2 Tn.JR dengan diagnosa medis stroke non hemoragik didapatkan rencana
Tabel 6
Rencana Keperawatan Pada Pasien 1 Tn. MJ dan Pasien Tn.JR dengan Gangguan
Mobilitas Fisik di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I Tahun 2018
1 2 3 4
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Pasien Intervensi
Keperawatan Hasil
Tn. MJ Gangguan mobilitas Setelah dilakukan NIC :
fisik berhubungan asuhan keperawatan Exercise therapy :
hemaparase ditandai selama 5x kunjungan a. Monitor vital
dengan pasien diharapkan pasien sign sebelum
mengeluh sulit menunjukkan atau sesudah
1 2 3 4
menggerakan tangan peningkatan dalam latihan dan lihat
dan kaki kiri, lemah mobilitas fisik dengan respon pasien
pada tangan dan kaki kriteria hasil NOC : saat latihan
kiri, pasien tampak 1. Pasien meningkat b. Konsultasikan
mobilisasi dibantu dalam aktivitas fisik dengan terapi
dengan tongkat, 2. Mengerti tujuan dari fisik tentang
aktivitas dibantu peningkatan rencana
sebagian dengan alat mobilitas fisik ambulasi sesuai
(tongkat) dan 3. Memverbalisasikan dengan
dibantu oleh perasaan dalam kebutuhan
keluarga, kekuatan peningkatan c. Bantu pasien
otot kekuatan otot dan untuk
5555 3333 kemampuan menggunakan
5555 3333
berpindah tongkat saat
4. Mengalami berjalan dan
peningkatan cegah terhadap
kekuatan otot cedera
d. Ajarkan pasien
atau tenaga
kesehatan lain
tentang teknik
ambulasi
e. Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
f. Latih pasien
dalam
pemenuhan adls
secara mandiri
g. Dampingi dn
bantu pasien saat
mobilisasi dan
1 2 3 4
bantu penuhi
kebutuhan adls
h. Berikan alat
bantu jika pasien
memerlukan
i. Ajarkan pasien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan.
Tn. JR Gangguan mobilitas Setelah dilakukan NIC :
fisik berhubungan asuhan keperawatan Exercise therapy :
hemaparase ditandai selama 5x kunjungan 1. Monitor vital
dengan pasien diharapkan pasien sign sebelum
mengeluh sulit menunjukkan atau sesudah
menggerakan tangan peningkatan dalam latihan dan lihat
dan kaki kiri, lemah mobilitas fisik dengan respon pasien
pada tangan dan kaki kriteria hasil NOC : saat latihan
kiri, pasien tampak 1. Pasien meningkat 2. Konsultasikan
mobilisasi dibantu dalam aktivitas fisik dengan terapi
dengan tongkat, 2. Mengerti tujuan dari fisik tentang
aktivitas dibantu peningkatan rencana
sebagian dengan alat mobilitas fisik ambulasi sesuai
(tongkat) dan 3. Memverbalisasikan dengan
dibantu oleh perasaan dalam kebutuhan
keluarga, kekuatan peningkatan 3. Bantu pasien
otot kekuatan otot dan untuk
5555 4444 kemampuan menggunakan
5555 4444
berpindah tongkat saat
4. Mengalami berjalan dan
peningkatan cegah terhadap
1 2 3 4
kekuatan otot cedera
4. Ajarkan pasien
atau tenaga
kesehatan lain
tentang teknik
ambulasi
5. Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
6. Latih pasien
dalam
pemenuhan adls
secara mandiri
7. Dampingi dn
bantu pasien saat
mobilisasi dan
bantu penuhi
kebutuhan adls
8. Berikan alat
bantu jika pasien
memerlukan
9. Ajarkan pasien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan.
4. Pelaksanaan atau Implementasi
Implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada pasien 1 dan pasien 2 dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Implementasi keperawatan pada pasien 1 yakni Tn. MJ
Tabel 7
Implementasi Keperawatan yang Dilaksanakan pada Pasien 1 Tn. MJ pada Tanggal 17 April s/d 21 April 2018
di Banjar Tengah, Sukawati, Gianyar.
1 2 3 4 5
Kunjungan Jam Diagnosa
Implementasi Evaluasi Formatif
Ke - Kunjungan Keperawatan
Kunjungan 1 14.00 Gangguan Melakukan pengkajian kepada pasien Pasien mengeluh lemah pada tubuh
Selasa, 17 April
Mobilitas Fisik gangguan mobilitas fisik secara bagian kiri, sulit untuk digerakan,
2018
komprehensif termasuk pola aktivitas pasien tampak menggunakan tongkat
latihan pasien dan kekuatan otot saat mobilisasi, kekuatan otot
pasien 5555 3333
5555 3333
14.15 Mengecek Tanda- tanda vital pasien TD : 160/100 mmHg, Nadi : 89x/menit,
suhu : 36oC, RR : 16x/menit
14.30 Membantu pasien menggunakan Pasien tampak sudah dapat
tongkat saat berjalan dan cegah menggunakan tongkat dan pasien
terhadap cedera tampak berhati-hati saat mobilisasi
menggunakan tongkat
15.00 Menganjurkan pasien untuk latihan Pasien tampak melakukan latihan ROM
1 2 3 4 5
ROM guna meningkatkan kekuatan dipandu oleh peneliti, pasien tampak
otot pasien belum mampu melakukan ROM secara
aktif dari sendi leher sampai sendi jari-
jari kaki.
15.35 Mengobservasi perasaan pasien Pasien mengatakan setelah latihan
setelah latihan merasa baik
15.40 Memotivasi pasien untuk melakukan Pasien mengatakan mengerti.
latihn ROM 2x sehari
16.10 Membantu pasien dalam toileting Pasien mengatakan terbantu
Kunjungan 2 14.00 Gangguan Mengkaji keluhan pasien Pasien mengeluh lemah pada tubuh
Rabu, 18 April
mobilitas fisik bagian kiri terutama pada kaki dan
2018
kesemutan dan kekuatan otot
5555 3333
5555 3333
14.30 Mengkaji kemampuan mobilisasi Pasien bergerak menggunakan tongkat,
pasien pasien melakukan aktvitas
menggunakan tongkat
15.10 Mengecek tanda-tanda vital pasien TD : 150/100mmHg, Nadi : 82x/menit,
Suhu : 35oC, RR : 18x/menit
15.20 Membantu pasien dalam memenuhi Pasien mengatakan terbantu
kebutuhan aktivitas pasien
15.40 Menganjurkan pasien melakukan Pasien melakukan latihan ROM, pasien
latihan ROM mampu melakukan pada sendi leher,
1 2 3 4 5
pada tangan belum dapat di lakukan
dan pada kaki belum dapat dilakukan
karena masih lemah
16.10 Mengobservasi perasaan pasien Pasien mengatakan baik setelah latihan
16.20 Memberikan edukasi kepada pasien Pasien dan keluarga pasien mengerti
dan keluarga pasien untuk melakukan
latihan ROM minimal 2x sehari
16.40 Mengajarkan teknik ambulasi saat Keluarga pasien mengatakan mengerti
berjalan kepada keluarga pasien untuk
mencegah terjadinya jatuh atau cedera
Kunjungan 3 14.00 Mengkaji keluhan pasien Pasien mengatakan lemah pada tubuh
Kamis, 19 April
bagian kiri terutama pada kaki kiri
2018
14.10 Mengobservasi ttv pasien TD : 130/ 100mmHg, Nadi : 84x/menit,
Suhu : 36oC, RR : 16x/menit
14.20 Mengajarkan pasien terapi non Pasien mampu melakukan ROM pada
farmakologi yaitu latihan ROM sendi leher, sendi bahu, sendi siku dan
pada jari-jari tangan dan kaki, pada
panggul, lutut dan pergelangan kaki
pasien belum mampu melakukannya.
15.00 Mengobservasi perasaan pasien Pasien mengatakan baik setelah latihan
setelah diberikan latihan dan mengatakan berasa lebih kuat otot
1 2 3 4 5
tangannya dari sebelumnya
15.20 Mengedukasi pasien dan keluarga Pasien dan keluatga pasien mengatakan
pasien untuk melakukan dan mengerti
pentingnya melakukan latihan ROM
minimal 2x sehari
Kunjungan 4 14.00 Mengkaji keluhan pasien Pasien mengatakan lebih kuat ototnya
Jumat, 20 April
dibandingkan kemarin pada tangan dan
2018
kaki dan kekuatan otot pasien
5555 4444
5555 4444
14.10 Mengecek tanda tanda vital pasien TD 140/90 mmHg, Nadi : 84x/menit,
suhu : 36oC, RR : 16x/menit
14.30 Menganjurkan pasien untuk Pasien mampu melakukan latihan
melakukan latihan ROM ROM, pasien mampu bergerak pada
leher, bahu, siku, pergelangan tangan
dan jari-jari tangan
15.15 Mengobsevasi perasaan pasien setelah Pasien mengatakan lebih baik dari
latihan sebelumnya, pasien mengatakan
ototnya lebih kuat dari sebelumnya
15.30 Mengedukasi pasien untuk tetap Pasien mengtakan mengerti
melakukan latihan ROM minimal 2x
sehari
Kunjungan 5 14.00 Mengkaji keluhan pasien Pasien mengatakan lemahnya sudah
1 2 3 4 5
Sabtu, 21 April berkurang, pasien tampak lebih kuat,
2018 pasien terkadang menggunakan tongkat
14.30 Mengecek tanda tanda vital pasien TD : 130/90 mmHg, Nadi : 84x/menit,
Suhu : 36oC, RR : 16x/menit
14.40 Menganjurkan pasien untuk Pasien mampu melakukan ROM dari
melakukan terapi non farmakologi leher, bahu, siku, pergelangan tangan,
dengan latihan ROM panggul, lutut, pergelangan kaki dan
jari jari kaki.
15.20 Mengobservasi perasaan pasien Pasien mengatakan perasaanya baik
setalah latihan setelah latihan, tangan dan kaki pasien
lebih baik dari sebelumnya
15.40 Mengedukasi pasien untuk tetap Pasien mengatakan mengerti
melakukan latihan ROM minimal 2x
sehari
15.50 Mengevaluasi keefektifan terapi non Pasien mengatakan lebih kuat dari
farmakologi yaitu latihan ROM sebelumnya, pasien sudah mampu
melakukan ROM dari leher, bahu, siku,
pergelangan tanan, jari-jari tangan,
panggul, lutut, pergelangan kaki dan
jari-jari kaki, kekuatan otot pasien
5555 4444
5555 4444
1 2 3 4 5
Tabel 8
Implementasi Keperawatan yang Dilaksanakan pada pasien 2 Tn. JR pada Tanggal 17 April s/d 21 April 2018
di Banjar Tengah, Sukawati, Gianyar.
1 2 3 4 5
Kunjungan Jam Diagnosa
Implementasi Evaluasi Formatif
Ke - Kunjungan Keperawatan
Kunjungan 1 17.00 Gangguan Melakukan pengkajian kepada pasien Pasien mengeluh lemah pada tubuh
Selasa, 17 April
Mobilitas Fisik gangguan mobilitas fisik secara bagian kiri, sulit untuk digerakan,
2018
komprehensif termasuk pola aktivitas pasien tampak menggunakan tongkat
latihan pasien dan kekuatan otot saat mobilisasi, aktivitas pasien dibantu
pasien dnegan tongkat, kekuatan otot
5555 4444
5555 4444
17.15 Mengecek Tanda- tanda vital pasien TD : 140/90 mmHg, Nadi : 82x/menit,
suhu : 36oC, RR : 18x/menit
1 2 3 4 5
17.30 Membantu pasien menggunakan Pasien tampak sudah dapat
tongkat saat berjalan dan cegah menggunakan tongkat
terhadap cedera
18.00 Menganjurkan pasien untuk latihan Pasien tampak melakukan latihan ROM
ROM guna meningkatkan kekuatan dipandu oleh peneliti, pasien tampak
otot pasien belum mampu melakukan ROM secara
keseluruhan, pasien dapat melakukan
ROM leher, jari-jari tangan saja.
18.35 Mengobservasi perasaan pasien Pasien mengatakan setelah latihan
setelah latihan merasa baik
18.40 Memotivasi pasien untuk melakukan Pasien mengatakan mengerti.
latihn ROM 2x sehari
19.10 Membantu pasien dalam makan dan Pasien mengatakan terbantu
minum
Kunjungan 2 17.00 Gangguan Mengkaji keluhan pasien Pasien mengeluh lemah pada tubuh
Rabu, 18 April
mobilitas fisik bagian kiri terutama pada kaki dan
2018
kesemutan dan kekuatan otot
5555 4444
5555 4444
17.30 Mengkaji kemampuan mobilisasi Pasien bergerak menggunakan tongkat,
pasien pasien melakukan aktvitas
menggunakan tongkat
18.10 Mengecek tanda-tanda vital pasien TD : 140/90mmHg, Nadi : 82x/menit,
1 2 3 4 5
Suhu : 36oC, RR : 16x/menit
18.20 Membantu pasien dalam memenuhi Pasien mengatakan terbantu
kebutuhan aktivitas pasien
18.40 Menganjurkan pasien melakukan Pasien melakukan latihan ROM, pasien
latihan ROM mampu melakukan pada sendi leher,
sedikit pada bahu dan siku, sendi jari-
jari tangan, pasien belum dapat
melakukan pada panggul, lutut,
pergelangan kaki, dan jari-jari kaki
19.10 Mengobservasi perasaan pasien Pasien mengatakan baik setelah latihan
19.20 Memberikan edukasi kepada pasien Pasien dan keluarga pasien mengerti
dan keluarga pasien untuk melakukan
latihan ROM minimal 2x sehari
19.40 Mengajarkan teknik ambulasi saat Keluarga pasien mengatakan mengerti
berjalan kepada keluarga pasien untuk
mencegah terjadinya jatuh atau cedera
Kunjungan 3 17.00 Mengkaji keluhan pasien Pasien mengatakan lemah pada tubuh
Kamis, 19 April
bagian kiri terutama pada kaki kiri
2018
17.10 Mengobservasi ttv pasien TD : 130/ 90 mmHg, Nadi : 82x/menit,
Suhu : 36oC, RR : 18x/menit
17.20 Mengajarkan pasien terapi non Pasien mampu melakukan ROM pada
farmakologi yaitu latihan ROM sendi leher, sendi bahu, sendi siku dan
1 2 3 4 5
pada jari-jari tangan dan kaki, pada
panggul, lutut dan pergelangan kaki
pasien belum mampu melakukannya.
18.00 Mengobservasi perasaan pasien Pasien mengatakan baik setelah latihan
setelah diberikan latihan dan mengatakan berasa lebih kuat otot
tangannya dari sebelumnya
18.20 Mengedukasi pasien dan keluarga Pasien dan keluarga pasien mengatakan
pasien untuk melakukan dan mengerti
pentingnya melakukan latihan ROM
minimal 2x sehari
Kunjungan 4 17.00 Mengkaji keluhan pasien Pasien mengatakan lebih kuat ototnya
Jumat, 20 April
dibandingkan kemarin pada tangan dan
2018
kaki dan kekuatan otot pasien
5555 5555
5555 4444
17.10 Mengecek tanda tanda vital pasien TD 120/80 mmHg, Nadi : 82x/menit,
suhu : 36oC, RR : 18x/menit
17.30 Menganjurkan pasien untuk Pasien mampu melakukan latihan
melakukan latihan ROM ROM, pasien mampu bergerak pada
leher, bahu, siku, pergelangan tangan
dan jari-jari tangan dan panggul, lutut,
pergelangan kaki dan jari-jari kaki.
1 2 3 4 5
18.15 Mengobsevasi perasaan pasien setelah Pasien mengatakan lebih baik dari
latihan sebelumnya, pasien mengatakan
ototnya lebih kuat dari sebelumnya
18.30 Mengedukasi pasien untuk tetap Pasien mengatakan mengerti
melakukan latihan ROM minimal 2x
sehari
Kunjungan 5 17.00 Mengkaji keluhan pasien Pasien mengatakan lemahnya sudah
Sabtu, 21 April
berkurang, pasien tampak lebih kuat,
2018
pasien terkadang menggunakan tongkat
17.30 Mengecek tanda tanda vital pasien TD : 130/90 mmHg, Nadi : 84x/menit,
Suhu : 36oC, RR : 16x/menit
17.40 Menganjurkan pasien untuk Pasien mampu melakukan ROM dari
melakukan terapi non farmakologi leher, bahu, siku, pergelangan tangan,
dengan latihan ROM panggul, lutut, pergelangan kaki dan
jari jari kaki.
18.20 Mengobservasi perasaan pasien Pasien mengatakan perasaanya baik
setalah latihan setelah latihan, tangan dan kaki pasien
lebih baik dari sebelumnya
18.40 Mengedukasi pasien untuk tetap Pasien mengatakan mengerti
melakukan latihan ROM minimal 2x
sehari dan melakukan mobilitas fisik
18.50 Mengevaluasi keefektifan terapi non Pasien mengatakan lebih kuat dari
1 2 3 4 5
farmakologi yaitu latihan ROM sebelumnya, pasien sudah mampu
melakukan ROM dari leher, bahu, siku,
pergelangan tanan, jari-jari tangan,
panggul, lutut, pergelangan kaki dan
jari-jari kaki, kekuatan otot pasien
5555 5555
5555 4444
5. Evaluasi
a. Evaluasi Pasien 1
hasil evaluasi berupa : Subjektif = pasien mengatakan sekarang lebih kuat dari
16x/menit, pasien tampak lebih kuat, kekuatan otot 5555 4444 Assesment =
5555 4444
Tujuan tercapai, masalah teratasi, Planing = lanjutkan terapi minimal tiap 2 kali
sehari
b. Evaluasi Pasien 2
mobilitas fisik. Objektif = hasil ttv : TD : 130/90 mmHg, Nadi : 82x/menit, Suhu :
36oC, RR : 18x/menit, pasien tampak lebih kuat dari sebelumnya, kekuatan otot
kasus dengan teori yang terkait. Studi kasus ini menguraikan kesesuaian dan
kesenjangan yang terdapat pada 2 asuhan keperawatan pada Tn. MJ dan Tn.JR
Stroke Non Hemoragik dengan Gangguan Mobilitas Fisik dengan konsep teori
yang ada.
1. Pengkajian
diabetes melitus, hal tersebut sesuai dengan teori (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H,
2015) faktor penyebab stroke non hemoragik yaitu faktor yang tidak dapat
dirubah seperti jenis kelamin yang mana pria lebih sering ditemukan menderita
stroke dibandingkan wanita dan usia, faktor yang dapat diubah yaitu hipertensi,
stress emosional, faktor kebiasaan hidup seperti merokok, peminum alkohol, obat-
obatan terlarang dan aktivitas yang tidak sehat. Dilihat dari segi usia dimana
pasien Tn. MJ berusia 65 tahun dan Tn. JR berusia 62 tahun hal ini juga
menunjukkan bahwa semakin tinggi usia semakin tinggi pula resiko terkena stroke
hal ini berkaitan dengan proses degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alamiah
pada orang-orang lanjut usia, pembuluh darah lebih kaku karena adanya plak
Hasil pengkajian data pasien Tn. MJ dan Tn. JR didapatkan bahwa kedua
pasien berjenis kelamin laki-laki, dimana menurut (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H,
laki-laki dan wanita akan terstimasi dengan baik ketika pada masa menupouse
Ditinjau dari hasil tanda gejala pasien, pasien Tn. MJ mengeluh lemah
pada tubuh bagian kiri dan sulit untuk digerakkan sedangkan pada Tn. JR
mengeluh lemah pada tubuh kiri, hal ini sudah sesuai dengan teori dimana tanda
gejala gangguan stroke non hemoragik yaitu kelemahan pada setengah badan,
tiba-tiba cedel hilang rasa peka, pelo, gangguan bicara, gangguan penglihatan,
mulut mencong, gangguan daya ingat, nyeri kepala hebat dan vertigo (Nurarif
.A.H. dan Kusuma. H, 2015). Stroke non hemoragik disebabkan oleh kerusakan
pada beberapa sistem saraf pusat meregulasi gerakan volunter yang menyebabkan
dapat merusak serebelum atau strip motoric pada korteks serebral. Kerusakan
seseorang dengan hemoragi serebral sisi kanan disertai nekrosis telah merusak
strip motorik kanan yang menyebabkan hemiplegia sisi kiri (P. Potter, 2010).
2. Diagnosa
akut, gangguan mobilitas fsik, defisit perawatan diri, kerusakan integritas kulit,
jaringan otak (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H, 2015). Diagnosa yang ditemukan
hemiparase ditandai dengan pasien mengeluh sulit menggerakan tangan dan kaki
kiri, lemah pada tangan dan kaki kiri, pasien tampak lemah, pasien tampak
(tongkat) dan dibantu oleh keluarga, kekuatan otot sedangkan pada pasien Tn. JR
ditandai dengan pasien mengeluh lemah pada tangan dan kaki kiri, pasien tampak
sulit menggerakkan kaki dan tangan kirinya, pasien menggunakan alat bantu
5555 4444 Diagnosa yang muncul pada pasien Tn. MJ dan Tn.
5555 4444
JR yaitu gangguan mobilitas fisik. Hal tersebut sudah sesuai dengan teori menurut
SDKI DPP PPNI (2016) dan Nurarif & Kusuma (2015). Diagnosa lainnya tidak
muncul karena tanda gejala dan batasan karakteristiknya tidak dikeluhkan oleh
esofagus, abnormalitas pada fase esofagus, pernafasan bau asam, bruksisme, nyeri
tersedak sebelum menelan, batuk sebelum menelan, makanan jatuh dari mulut,
muntah sebelum menelan, bibir tidak menutup rapat, kurang mengunyah, kurang
kerja lidah untuk membentuk lobus, makan lama dengan konsumsi sedikit, refluks
kurang dari kebutuhan tubuh memiliki batasan karakteristik kram abdomen, nyeri
abdomen, menghindari makan, berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan
hiperaktif, kurang makanan dan kurang minat pada makanan. Diagnosa nyeri akut
gelisah, merengek, menangis, sikap melindungi area nyeri dan dilatasi pupil.
gangguan metabolik, gangguan sensasi dan tonjolan tulang. Diagnosa risiko jatuh
memiliki batasan karakteristik tidak ada kontak mata, tidak dapat bicara, kesulitan
dispnea, pelo, sulit bicara, gagap, defisit penglihatan total, bicara dengan kesulitan
dan menolak bicara. Diagnoa risiko ketidakefektifan perfusi jarinan otak memiliki
batasan karakteristik yang didapatkan dari kedua pasien tersebut data penunjang
3. Intervensi
Intervensi keperawatan pada pasien Tn. MJ dan Tn. JR adalah sebagai
berikut:
a. Monitor vital sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon pasien saat
latihan
kebutuhan
c. Bantu pasien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap
cedera
g. Dampingi dn bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan adls
diperlukan.
sudah sesuai dengan teori yang ada. salah satu latihan atau terapi non farmakologi
yang dilakukan adalah latihan range of motion (ROM). Menurut penelitian dari
Hal ini menunjukkan adanya perbaikan dari kerusakan girus presentalis akibat
iskemik otak (Perry & Potter, 2010, hlm.473). Hal tersebut dibuktikan dengan
adanya suatu peningkatan kekuatan otot yang diperoleh dari latihan active asistive
range of motion, yang terprogram 2 kali sehari yang bertujuan untuk menjaga
4. Implementasi
yang telah ditetapkan (Kozier, 2010). Tindakan implementasi yang diberikan pada
pasien Tn. MJ dan Tn. JR sudah sesuai dengan teori yang sudah ada. Pelaksanaan
dibuat serta respon klien pada tiap tindakan yang telah dilakukan. Tahap
secara komperhensif termasuk pola aktivitas, latihan pasien dan kekuatan otot
pasien. Tindakan selanjutnya yaitu memonitor vital sign pasien sebelum latihan
mobilisasi menggunakan alat dan mencegah terjadinya jatuh, dimana tindakan ini
bertujuan untuk melatih pasien agar mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-
latihan range of motion atau ROM dimana pada latihan ini pasien dipandu oleh
peneliti, dimulai dari mengatur posisi duduk atau tidur, dan dimulai dari sendir
leher dengan gerakan fleksi, ektrensi, hyperekstensi, fleksi lateral dan rotasi, pada
sendi bahu dengan gerakan fleksi, ektrensi, hiperekstensi, abduksi, adduksi, rotasi
dalam, rotasi luar dan sirkunduksi, pada sendi siku dengan gerakan fleksi dan
ektensi, pada lengan bawah dengan gerakkan supinasi dan pronasi, pada sendi
pada jari-jari tangan dengan gerakan fleksi, ektensi, hiperekstensi, abduksi dan
adduksi, pada ibu jari dengan gerakkan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi dan
rotasi dalam, rotasi luar dan sirkumduksi, pada lutut dengan gerakkan fleksi dan
ektensi, pada mata kaki dengan gerakkan dorsi fleksi, plantar fleksi, inversi dan
eversi dan pada jari-jari kaki dengan gerakkan fleksi dan ektensi. Respon dari
kedua pasien dibuat dengan evaluasi sumatif ( subjektif, objektif, assesment dan
yang sama dan didapatkan respon peningkatan kekuatan otot pada kedua pasien
dan peningkatan pada latihan ROM dimana pada pertama kali kunjungan pasien
Tn. MJ belum dapat melakukan ROM dan pada hari kelima pasien Tn. MJ dapat
melakukan ROM dari sendi leher sampai jari- jari kaki, sedangkan pada pasien
melakukan pergerakkan ROM dari sendi leher sampai jari-jari kaki. Berdasarkan
penelitian Mawarti dan Farid, 2012 yang berjudul Pengaruh Latihan Rom (Range
peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke dengan hemiparise (Adha, 2017).
5. Evaluasi
harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah. Hasil evaluasi pada pasien Tn. MJ yaitu :
lebih kuat, kekuatan otot Assesment = Tujuan tercapai, masalah teratasi, Planing
= lanjutkan terapi minimal tiap 2 kali sehari. Sedangkan pada pasien Tn. JR
didapatkan hasil evaluasi yaitu : Subjektif = pasien mengatakan lebih kuat dari
fisik. Objektif = hasil ttv : TD : 130/90 mmHg, Nadi : 82x/menit, Suhu : 36 oC, RR
: 18x/menit, pasien tampak lebih kuat dari sebelumnya, kekuatan otot Assesment
terapi tiap 2 kali sehari. Berdasarkan evaluasi dari kedua pasien sudah sesuai
dengan kriteria hasil menurut Nurarif & Kusuma (2015) yaitu pasien meningkat
penggunaan alat.
C. Keterbatasan
sesuai dengan karya tulis ilmiah dan minimnya informasi yang dimiliki oleh
pasien mengenai tindakan non farmakologi yang dapat dilakukan di rumah untuk
A. Kesimpulan
kesemutan pada tubuh bagian kiri, kekuatan otot 5555 3333 pasien
5555 3333
didapatkan hasil pasien mengeluh lemah pada tangan dan kaki kiri, sulit untuk
18x/menit.
2. Tahap Diagnosa keperawatan pada pasien pasca stroke non hemoragik yang
dirumuskan pada pasien Tn. MJ dan Tn. JR adalah gangguan mobilitas fisik.
dan Tn. JR dengan diagnosa gangguan mobilitas fisik yaitu monitor tanda
tanda vital pasien sebelum atau setelah latihan, konsultasikan dengan terapi
fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan, bantu pasien untuk
kemampuan pasien dalam mobilisasi, latih pasien dalam kebutuhan adls secara
mandiri, dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi, berikan alat bantu jika
perlu dan ajarkan pasien bagaimana merubah posisi. Latihan pada pasien
gangguan mobilitas fisik diberikan latihan range of motion guna untuk
pemberikan latihan range of motion pada pasien stroke non hemoragik dengan
gangguan mobilitas fisik yang telah dijalankan dari tanggal 17 April 2018
5. Tahap evaluasi dari tindakan keperawatan dengan latihan range of motion pada
pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik didapatkan hasil
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah direncanakan yaitu terjadinya
B. Saran
Denpasar
4. Bagi Pasien
dari tenaga kesehatan untuk rutin melakukan kontrol kepada fasilitas kesehatan
dan secara rutin melakukan latihan sesuai dengan anjuran fasilitas kesehatan
Asmadi. (2008). Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.
Asmadi. (2008). Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.
Kozier, Erb, B., & Snyder. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses & Praktik. jakarta: EGC.
Lip, G. Y., & Lim, H. S. (2007). Atrial fibrillation and stroke prevention. Lancet
Neurol, 6(11), 981–993. https://doi.org/10.1016/S1474-4422(07)70264-8
Nur Indahsari, P., Agusman, F. M., Indah Ekowati, S., Program Sarjana, A., Karya
Husada Semarang, S., & Program Sarjana, D. (2013). Hubungan Perubahan
Fungsi Fisik Terhadap Kebutuhan Aktivitas Hidup Seharihari (Ahs) Pada
Lansia Dengan Stroke (Studi Pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang).
Mei, 1(1), 2432.
Potter, P. A. (1996). Pengkajian Kesehatan. (M. Ester, Ed.) (3rd ed.). Jakarta:
EGC.
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. (2012). Penyakit TIdak Menular. Buletin
Jendela Data Dan Informasi Kesehatan. https://doi.org/ISSN 2088-270X
Sari, S. H., Agianto, & Wahid, A. (2015). Batasan Karakteristik dan Faktor Yang
Berhubungan (Etiologi) Diagnosa Keperawatan: Hambatan Mobilitas Fisik
Pada Pasien Stroke. Universitas Lambung Mangkurat, 3(1), 12–21.
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan (2nd ed.).
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tseng, C.-N., Chen C.C.-H, Wu, S.C& Lin, L.-C. (2007). Effect of a range of
motion exercise programe.
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. (Eko Karyuni & M.
Ester, Eds.). Jakarta: EGC.
No Keterangan Biaya
A Tahap Persiapan
Penyusunan Proposal Rp. 100.000
Penggandaan Proposal Rp. 300.000
Revisi Proposal Rp. 100.000
B Tahap Pelaksanaan
Transportasi dan Akomodasi Penelitian Rp. 200.000
Pengurusan Izin Penelitian Rp. 100.000
C Tahap Akhir
Penyusunan Laporan Rp. 400.000
Penggandaan Laporan Rp. 300.000
Revisi Laporan Rp. 100.000
Total biaya Rp. 1.600.000
Lampiran 3
Atas kesedian berpartisipasi dalam penelitian ini maka akan diberikan imbalan
sebagai pengganti waktu yang diluangkan untuk penelitian ini. Kompensasi lain
yaitu peneliti akan menanggung biaya perawatan yang diberikan selama menjadi
peserta penelitian ini. Peneliti menjamin kerahasiaan semua data peserta
penelitian ini dengan menyimpannya dengan baik dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian.
__________________________________
.............................................
Tanggal (wajib diisi) :/ /
Peneliti
__________________________________ __________________
Tanda Tangan dan Nama Tanggal
Tanda tangan saksi diperlukan pada formulir Consent ini hanya bila
Peserta Penelitian memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, tetapi
tidak dapat membaca/ tidak dapat bicara atau buta
Wali dari peserta penelitian tidak dapat membaca/ tidak dapat bicara atau
buta
Komisi Etik secara spesifik mengharuskan tanda tangan saksi pada penelitian
ini (misalnya untuk penelitian resiko tinggi dan atau prosedur penelitian
invasive)
Catatan:
Saksi harus merupakan keluarga peserta penelitian, tidak boleh anggota tim
penelitian.
Saksi:
Saya menyatakan bahwa informasi pada formulir penjelasan telah dijelaskan
dengan benar dan dimengerti oleh peserta penelitian atau walinya dan persetujuan
untuk menjadi peserta penelitian diberikan secara sukarela.
___________________________________________________
__________________
Nama dan Tanda tangan saksi
Tanggal
(Jika tidak diperlukan tanda tangan saksi, bagian tanda tangan saksi ini
dibiarkan kosong)
Atas kesedian berpartisipasi dalam penelitian ini maka akan diberikan imbalan
sebagai pengganti waktu yang diluangkan untuk penelitian ini. Kompensasi lain
yaitu peneliti akan menanggung biaya perawatan yang diberikan selama menjadi
peserta penelitian ini. Peneliti menjamin kerahasiaan semua data peserta
penelitian ini dengan menyimpannya dengan baik dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian.
Kepada
Yth : Saudara/i Calon Responden
Di -
Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I
Dengan hormat,
Saya mahasiswa D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar semester VI
bermaksud akan melakukan penelitian tentang “Gambaran Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Pasca Stroke Non Hemoragik dengan Gangguan
Pemenuhan Mobilitas Fisik Tahun 2018”, sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan mata kuliah karya tulis ilmiah pada program studi DIII
Keperawatan Jurusan Keperawatan di Politeknik Kesehatan Denpasar. Berkaitan
dengan hal tersebut diatas, saya mohon kesediaan bapak/ibu/saudara untuk
menjadi responden yang merupakan sumber informasi bagi penelitian ini.
Demikian permohonan ini saya sampaikan dan atas partisipasinya saya ucapkan
terima kasih.
Denpasar, 2018
Peneliti
(………………………………………)
98
Lampiran 6
Lembar Observasi
99
Nama responden : Tn. MJ
1 2 3 4 5 6
Keterangan Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 Hari Ke 5
Gerakan Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Leher
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Hypereks- √ √ √ √ √
tensi
Fleksi lateral √ √ √ √ √
Rotasi √ √ √ √ √
Bahu
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Hipereks- √ √ √ √ √
tensi
Abduksi √ √ √ √ √
Adduksi √ √ √ √ √
Rotasi √ √ √ √ √
dalam
Rotasi luar √ √ √ √ √
Sirkumduksi √ √ √ √ √
Siku
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Lengan Bawah
Supinasi √ √ √ √ √
Pronasi √ √ √ √ √
Pergelangan Tangan
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Hiperkesk- √ √ √ √ √
tensi
Abduksi √ √ √ √ √
Jari – Jari Tangan
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Hipereks- √ √ √ √ √
tensi
Abduksi √ √ √ √ √
Adduksi √ √ √ √ √
100
1 2 3 4 5 6
Ibu Jari
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Abduksi √ √ √ √ √
Adduksi √ √ √ √ √
Oposisi √ √ √ √ √
Panggul
Ekstensi √ √ √ √ √
Hipereks- √ √ √ √ √
tensi
Abduksi √ √ √ √ √
Adduksi √ √ √ √ √
Rotasi √ √ √ √ √
dalam
Rotasi luar √ √ √ √ √
Sirkum- √ √ √ √ √
duksi
Lutut
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Mata Kaki
Dorsi fleksi √ √ √ √ √
Plantar √ √ √ √ √
fleksi
Inversi √ √ √ √ √
Eversi √ √ √ √
Jari – Jari Kaki
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
1 2 3 4 5 6
Keterangan Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 Hari Ke 5
Gerakan Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Leher
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Hypereks- √ √ √
101
1 2 3 4 5 6
tensi
Fleksi √ √ √ √ √
lateral
Rotasi √ √ √ √ √
Bahu
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Hipereks- √ √ √ √ √
tensi
Abduksi √ √ √ √ √
Adduksi √ √ √ √ √
Rotasi √ √ √ √ √
dalam
Rotasi luar √ √ √ √ √
Sirkum- √ √ √ √ √
duksi
Siku
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Lengan Bawah
Supinasi √ √ √ √ √
Pronasi √ √ √ √ √
Pergelangan Tangan
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Hiperek- √ √ √ √ √
stensi
Abduksi √ √ √ √ √
Jari – Jari Tangan
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Hiperek- √ √ √ √ √
stensi
Abduksi √ √ √ √ √
Adduksi √ √ √ √ √
Ibu Jari
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Abduksi √ √ √ √ √
Adduksi √ √ √ √ √
Oposisi √ √ √ √ √
Panggul
102
1 2 3 4 5 6
Ekstensi √ √ √ √ √
Hiperek- √ √ √ √ √
stensi
Abduksi √ √ √ √ √
Adduksi √ √ √ √ √
Rotasi √ √ √ √ √
dalam
Rotasi luar √ √ √ √ √
Sirkum- √ √ √ √ √
duksi
Lutut
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Mata Kaki
Dorsi fleksi √ √ √ √ √
Plantar √ √ √ √ √
fleksi
Inversi √ √ √ √ √
Eversi √ √ √ √ √
Lampiran 7
1. Pengkajian
Pasien 1
Pengkajian Asuhan Keperawatan pada Tn. MJ dengan stroke non
hemoragik dengan gangguan pemenuhan mobilitas fisik dilakukan pada
tanggal 17 April 2018 di rumah kediaman Tn.MJ yang beralamat di Banjar
Tengah, Desa Ketewel, Kecamatan Gianyar.
103
Tanggal Pengkajian : 17 April 2018
Jam : 14.00 Wita
1. Data Dasar
a. Identitas Pasien
1) Nama : Tn. MJ
2) Jenis Kelamin : Laki-Laki
3) Usia : 65 tahun
4) Status Perkawinan : Menikah
5) Agama : Hindu
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : Petani
8) Suku Bangsa : Indonesia
9) Alamat : Banjar Tengah, Desa Ketewel, Sukawati I
10) Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragik
b. Identitas Penanggung Jawab
1) Nama : Tn. WD
2) Usia : 42 Tahun
3) Hub. Dengan pasien : Anak
4) Pekerjaan : Pemahat dan Pengukir
5) Alamat : Banjar Tengah, Desa Ketewel, Sukawati
Pasien 2
Pengkajian Asuhan Keperawatan pada Tn. MJ dan Tn. JR dengan stroke
non hemoragik dengan gangguan pemenuhan mobilitas fisik dilakukan pada
tanggal 17 April 2018 di rumah kediaman Tn.MJ dan Tn. JR yang beralamat
di Banjar Tengah, Desa Ketewel, Kecamatan Gianyar.
Tanggal Pengkajian : 17 April 2018
Jam : 17.00 Wita
1. Data Dasar
c. Identitas Pasien
1) Nama : Tn. JR
2) Jenis Kelamin : Laki-Laki
3) Usia : 62 tahun
4) Status Perkawinan : Menikah
5) Agama : Hindu
6) Pendidikan : SMP
7) Pekerjaan : Pedagang
8) Suku Bangsa : Indonesia
9) Alamat : Banjar Tengah, Desa Ketewel, Sukawati I
10) Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragik + HT + DM
d. Identitas Penanggung Jawab
1) Nama : Ny. RN
2) Usia : 38 Tahun
3) Hub. Dengan pasien : Anak
4) Pekerjaan : Pedagang
5) Alamat : Banjar Tengah, Desa Ketewel, Sukawati
104
2. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
105
kejadian tersebut
berulang kembali.
3) Upaya yang Pasien mengatakan Pasien mengatakan
dilakukan untuk untuk mengatasinya untuk mengatasinya
mengatasinya yaitu dengan rutin dengan latihan dan
kontrol kesehatannya ke minum obat secara
puskesmas. teratur.
106
keluarga keluarga pasien tidak keluarga pasien tidak
memiliki penyakit yang memiliki penyakit yang
sama seperti dirinya. sama seperti dirinya.
d. Pengkajian Fisik
107
3) Tanda – tanda vital : 3) Tanda – tanda vital :
108
Bentuk simetris, tidak Bentuk simetris, tidak
ada lesi, tampak cukup ada lesi, tampak cukup
bersih bersih
2) Palpasi 2) Palpasi
nafas tambahan
Terdengar suara
vestikuler
4) Auskultasi
109
kali/menit kali/menit
3) Perkusi 3) Perkusi
Terdengar suara timpani Terdengar suara timpani
4) Palpasi 4) Palpasi
hati/lever.
Genetalia Tidak terkaji Tidak terkaji
Muskuloskeletal a) Inspeksi a) Inspeksi
110
Kiri :Nyeri tekan (-), edema Kanan : Nyeri tekan (-),
(-) edema (-).
(2) Bawah Kiri :Nyeri tekan (-),
edema (-)
Kanan : Nyeri tekan (-),
(2) Bawah
reflek (+)
Kanan : Nyeri tekan (-),
Kiri : Nyeri tekan (-), reflek
reflek (+)
(+)
Kiri : Nyeri tekan (-),
Kekuatan otot
reflek (+)
5555 3333
5555 3333 Kekuatan otot
5555 4444
5555 4444
e. Pemeriksaan Penunjang
111
tampak normal Kesan : tak tampak
kelainan pada parenkim
- Sistem ventrikel
cerebeli/cerebri saat ini
tampak normal
sinusitis maksilaris,
- Tak tampak ethmoid dan sphenoid.
kalsifikasi
abnormal
- Pons,
megencephalon
dan cerebellum
tidak tampak
kelainan.
- Orbita, sinus
maxilaris,
ethmoidalis,
sphenoidalis,
frontalis, mastoid
kanan dan kiri
tampak normal.
- Calvaria tak
tampak kelainan
2. Diagnosa Keperawatan
112
Pasien Diagnosa Keperawatan
Pasien 1 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparase ditandai
dengan pasien mengeluh sulit menggerakan tangan dan kaki kiri,
lemah pada tangan dan kaki kiri, pasien tampak lemah, pasien
tampak mobilisasi dibantu dengan tongkat, aktivitas
dibantu sebagian dengan alat (tongkat) dan dibantu oleh keluarga,
kekuatan otot :
5555 3333
5555 3333
Pasien 2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparase ditandai
dengan pasin mengeluh lemah pada tangan dan kaki kiri, pasien
tampak sulit menggerakkan kaki dan tangan kirinya, pasien
menggunakan alat bantu berupa tongkat untuk melakukan aktivitas
sehari-hari, kekuatan otot :
5555 4444
5555 4444
3. Perencanaan
113
Pasien 1 I Setelah dilakukan 1. Monitor vital sign sebelum
asuhan keperawatan dan sesudah latihan.
114
menunjukkan ambulasi sesuai dengan
peningkatan dalam kebutuhan.
4. Implementasi
Kunjungan Jam Dx
Implementasi Evaluasi Formatif
Ke -
1 2 3 4 5
Kunjungan 14.00 Gangguan Melakukan Pasien mengeluh lemah
115
1 Mobilitas pengkajian kepada pada tubuh bagian kiri,
Selasa, 17
Fisik pasien gangguan sulit untuk digerakan,
April 2018
mobilitas fisik pasien tampak
secara menggunakan tongkat
komprehensif saat mobilisasi,
termasuk pola kekuatan otot
aktivitas latihan 5555 3333
5555 3333
pasien dan
kekuatan otot
pasien
14.15 Mengecek Tanda- TD : 160/100 mmHg,
tanda vital pasien Nadi : 89x/menit, suhu :
36oC, RR : 16x/menit
14.30 Membantu pasien Pasien tampak sudah
menggunakan dapat menggunakan
tongkat saat tongkat dan pasien
berjalan dan cegah tampak berhati-hati saat
terhadap cedera mobilisasi
menggunakan tongkat
15.00 Menganjurkan Pasien tampak
pasien untuk melakukan latihan
latihan ROM guna ROM dipandu oleh
meningkatkan peneliti, pasien tampak
kekuatan otot belum mampu
pasien melakukan ROM secara
aktif dari sendi leher
sampai sendi jari-jari
kaki.
15.35 Mengobservasi Pasien mengatakan
perasaan pasien setelah latihan merasa
setelah latihan baik
15.40 Memotivasi pasien Pasien mengatakan
untuk melakukan mengerti.
latihn ROM 2x
116
sehari
16.10 Membantu pasien Pasien mengatakan
dalam toileting terbantu
Kunjungan 14.00 Gangguan Mengkaji keluhan Pasien mengeluh lemah
2 mobilitas pasien pada tubuh bagian kiri
Rabu, 18
fisik terutama pada kaki dan
April 2018
kesemutan dan
kekuatan otot
5555 3333
5555 3333
14.30 Mengkaji Pasien bergerak
kemampuan menggunakan tongkat,
mobilisasi pasien pasien melakukan
aktvitas menggunakan
tongkat
15.10 Mengecek tanda- TD : 150/100mmHg,
tanda vital pasien Nadi : 82x/menit,
Suhu : 35oC, RR :
18x/menit
15.20 Membantu pasien Pasien mengatakan
dalam memenuhi terbantu
kebutuhan aktivitas
pasien
15.40 Menganjurkan Pasien melakukan
pasien melakukan latihan ROM, pasien
latihan ROM mampu melakukan
pada sendi leher, pada
tangan belum dapat di
lakukan dan pada kaki
belum dapat dilakukan
karena masih lemah
16.10 Mengobservasi Pasien mengatakan baik
perasaan pasien setelah latihan
16.20 Memberikan Pasien dan keluarga
edukasi kepada pasien mengerti
117
pasien dan keluarga
pasien untuk
melakukan latihan
ROM minimal 2x
sehari
16.40 Mengajarkan Keluarga pasien
teknik ambulasi mengatakan mengerti
saat berjalan
kepada keluarga
pasien untuk
mencegah
terjadinya jatuh
atau cedera
Kunjungan 14.00 Mengkaji keluhan Pasien mengatakan
3 pasien lemah pada tubuh
Kamis, 19
bagian kiri terutama
April 2018
pada kaki kiri
14.10 Mengobservasi ttv TD : 130/ 100mmHg,
pasien Nadi : 84x/menit,
Suhu : 36oC, RR :
16x/menit
14.20 Mengajarkan Pasien mampu
pasien terapi non melakukan ROM pada
farmakologi yaitu sendi leher, sendi bahu,
latihan ROM sendi siku dan pada
jari-jari tangan dan
kaki, pada panggul,
lutut dan pergelangan
kaki pasien belum
mampu melakukannya.
15.00 Mengobservasi Pasien mengatakan baik
perasaan pasien setelah latihan dan
setelah diberikan mengatakan berasa
latihan lebih kuat otot
118
tangannya dari
sebelumnya
15.20 Mengedukasi Pasien dan keluatga
pasien dan keluarga pasien mengatakan
pasien untuk mengerti
melakukan dan
pentingnya
melakukan latihan
ROM minimal 2x
sehari
Kunjungan 14.00 Mengkaji keluhan Pasien mengatakan
4 pasien lebih kuat ototnya
Jumat, 20
dibandingkan kemarin
April 2018
pada tangan dan kaki
dan kekuatan otot
pasien
5555 4444
5555 4444
14.10 Mengecek tanda TD 140/90 mmHg,
tanda vital pasien Nadi : 84x/menit, suhu :
36oC, RR : 16x/menit
14.30 Menganjurkan Pasien mampu
pasien untuk melakukan latihan
melakukan latihan ROM, pasien mampu
ROM bergerak pada leher,
bahu, siku, pergelangan
tangan dan jari-jari
tangan
15.15 Mengobsevasi Pasien mengatakan
perasaan pasien lebih baik dari
setelah latihan sebelumnya, pasien
mengatakan ototnya
lebih kuat dari
sebelumnya
15.30 Mengedukasi Pasien mengtakan
119
pasien untuk tetap mengerti
melakukan latihan
ROM minimal 2x
sehari
Kunjungan 14.00 Mengkaji keluhan Pasien mengatakan
5 pasien lemahnya sudah
Sabtu, 21
berkurang, pasien
April 2018
tampak lebih kuat,
pasien terkadang
menggunakan tongkat
14.30 Mengecek tanda TD : 130/90 mmHg,
tanda vital pasien Nadi : 84x/menit,
Suhu : 36oC, RR :
16x/menit
14.40 Menganjurkan Pasien mampu
pasien untuk melakukan ROM dari
melakukan terapi leher, bahu, siku,
non farmakologi pergelangan tangan,
dengan latihan panggul, lutut,
ROM pergelangan kaki dan
jari jari kaki.
15.20 Mengobservasi Pasien mengatakan
perasaan pasien perasaanya baik setelah
setalah latihan latihan, tangan dan kaki
pasien lebih baik dari
sebelumnya
15.40 Mengedukasi Pasien mengatakan
pasien untuk tetap mengerti
melakukan latihan
ROM minimal 2x
sehari
15.50 Mengevaluasi Pasien mengatakan
keefektifan terapi lebih kuat dari
non farmakologi sebelumnya, pasien
120
yaitu latihan ROM sudah mampu
melakukan ROM dari
leher, bahu, siku,
pergelangan tanan, jari-
jari tangan, panggul,
lutut, pergelangan kaki
dan jari-jari kaki,
kekuatan otot pasien
5555 4444
5555 4444
121
18x/menit
17.30 Membantu pasien Pasien tampak
menggunakan sudah dapat
tongkat saat berjalan menggunakan
dan cegah terhadap tongkat
cedera
18.00 Menganjurkan Pasien tampak
pasien untuk latihan melakukan latihan
ROM guna ROM dipandu
meningkatkan oleh peneliti,
kekuatan otot pasien pasien tampak
belum mampu
melakukan ROM
secara
keseluruhan,
pasien dapat
melakukan ROM
leher, jari-jari
tangan saja.
18.35 Mengobservasi Pasien
perasaan pasien mengatakan
setelah latihan setelah latihan
merasa baik
18.40 Memotivasi pasien Pasien
untuk melakukan mengatakan
latihn ROM 2x mengerti.
sehari
19.10 Membantu pasien Pasien
dalam makan dan mengatakan
minum terbantu
Kunjungan 2 17.00 Gangguan Mengkaji keluhan Pasien mengeluh
Rabu, 18 April
mobilitas pasien lemah pada tubuh
2018
fisik bagian kiri
terutama pada
122
kaki dan
kesemutan dan
kekuatan otot
5555 4444
5555 4444
17.30 Mengkaji Pasien bergerak
kemampuan menggunakan
mobilisasi pasien tongkat, pasien
melakukan
aktvitas
menggunakan
tongkat
18.10 Mengecek tanda- TD :
tanda vital pasien 140/90mmHg,
Nadi : 82x/menit,
Suhu : 36oC, RR :
16x/menit
18.20 Membantu pasien Pasien
dalam memenuhi mengatakan
kebutuhan aktivitas terbantu
pasien
18.40 Menganjurkan Pasien melakukan
pasien melakukan latihan ROM,
latihan ROM pasien mampu
melakukan pada
sendi leher,
sedikit pada bahu
dan siku, sendi
jari-jari tangan,
pasien belum
dapat melakukan
pada panggul,
lutut, pergelangan
kaki, dan jari-jari
123
kaki
19.10 Mengobservasi Pasien
perasaan pasien mengatakan baik
setelah latihan
19.20 Memberikan edukasi Pasien dan
kepada pasien dan keluarga pasien
keluarga pasien mengerti
untuk melakukan
latihan ROM
minimal 2x sehari
19.40 Mengajarkan teknik Keluarga pasien
ambulasi saat mengatakan
berjalan kepada mengerti
keluarga pasien
untuk mencegah
terjadinya jatuh atau
cedera
Kunjungan 3 17.00 Mengkaji keluhan Pasien
Kamis, 19 April
pasien mengatakan
2018
lemah pada tubuh
bagian kiri
terutama pada
kaki kiri
17.10 Mengobservasi ttv TD : 130/ 90
pasien mmHg, Nadi :
82x/menit, Suhu :
36oC, RR :
18x/menit
17.20 Mengajarkan pasien Pasien mampu
terapi non melakukan ROM
farmakologi yaitu pada sendi leher,
latihan ROM sendi bahu, sendi
siku dan pada
jari-jari tangan
124
dan kaki, pada
panggul, lutut dan
pergelangan kaki
pasien belum
mampu
melakukannya.
18.00 Mengobservasi Pasien
perasaan pasien mengatakan baik
setelah diberikan setelah latihan
latihan dan mengatakan
berasa lebih kuat
otot tangannya
dari sebelumnya
18.20 Mengedukasi pasien Pasien dan
dan keluarga pasien keluarga pasien
untuk melakukan mengatakan
dan pentingnya mengerti
melakukan latihan
ROM minimal 2x
sehari
Kunjungan 4 17.00 Mengkaji keluhan Pasien
Jumat, 20 April
pasien mengatakan lebih
2018
kuat ototnya
dibandingkan
kemarin pada
tangan dan kaki
dan kekuatan otot
pasien
5555 5555
5555 4444
17.10 Mengecek tanda TD 120/80
tanda vital pasien mmHg, Nadi :
82x/menit, suhu :
36oC, RR :
125
18x/menit
17.30 Menganjurkan Pasien mampu
pasien untuk melakukan latihan
melakukan latihan ROM, pasien
ROM mampu bergerak
pada leher, bahu,
siku, pergelangan
tangan dan jari-
jari tangan dan
panggul, lutut,
pergelangan kaki
dan jari-jari kaki.
18.15 Mengobsevasi Pasien
perasaan pasien mengatakan lebih
setelah latihan baik dari
sebelumnya,
pasien
mengatakan
ototnya lebih kuat
dari sebelumnya
18.30 Mengedukasi pasien Pasien
untuk tetap mengatakan
melakukan latihan mengerti
ROM minimal 2x
sehari
Kunjungan 5 17.00 Mengkaji keluhan Pasien
Sabtu, 21 April
pasien mengatakan
2018
lemahnya sudah
berkurang, pasien
tampak lebih
kuat, pasien
terkadang
menggunakan
126
tongkat
17.30 Mengecek tanda TD : 130/90
tanda vital pasien mmHg, Nadi :
84x/menit, Suhu :
36oC, RR :
16x/menit
17.40 Menganjurkan Pasien mampu
pasien untuk melakukan ROM
melakukan terapi dari leher, bahu,
non farmakologi siku, pergelangan
dengan latihan ROM tangan, panggul,
lutut, pergelangan
kaki dan jari jari
kaki.
18.20 Mengobservasi Pasien
perasaan pasien mengatakan
setalah latihan perasaanya baik
setelah latihan,
tangan dan kaki
pasien lebih baik
dari sebelumnya
18.40 Mengedukasi pasien Pasien
untuk tetap mengatakan
melakukan latihan mengerti
ROM minimal 2x
sehari dan
melakukan mobilitas
fisik
18.50 Mengevaluasi Pasien
keefektifan terapi mengatakan lebih
non farmakologi kuat dari
yaitu latihan ROM sebelumnya,
pasien sudah
mampu
127
melakukan ROM
dari leher, bahu,
siku, pergelangan
tanan, jari-jari
tangan, panggul,
lutut, pergelangan
kaki dan jari-jari
kaki, kekuatan
otot pasien
5555 5555
5555 4444
4. Evaluasi
pergerakan pergerakan
O: O:
dapat memperagakan
128
bantu seperti secara mandiri
- TD 130/90 RR : 18x/menit
RR : 16x/menit
A : Masalah teratasi
2 kali sehari
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142