Anda di halaman 1dari 159

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


PASCA STROKE NON HEMORAGIK DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN
MOBILITAS FISIK
( Di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I )

Oleh:

NI KADEK VICKY WULANDARI


NIM. P07120015118

KEMENTRIAN KESEHATAN R.I.


POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII
TAHUN 2018
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


PASCA STROKE NON HEMORAGIK DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN
MOBILITAS FISIK
( Di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I )

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Program D-III
Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar
Jurusan Keperawatan

Oleh :
NI KADEK VICKY WULANDARI
NIM. PO7120015118

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2018

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


PASCA STROKE NON HEMORAGIK DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN
MOBILITAS FISIK
( Di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I )

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama : Pembimbing Pendamping :

I Ketut Gama, SKM.M.Kes Ners. I Gusti Ketut Gede Ngurah, S.Kep.M.Kes


NIP. 196202221983091001 NIP. 196303241983091001

MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL :

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


PASCA STROKE NON HEMORAGIK DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN
MOBILITAS FISIK
( Di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I )

iii
TELAH DIUJIKAN DI HADAPAN TIM PENGUJI
PADA HARI : SENIN
TANGGAL : 21 MEI 2018

TIM PENGUJI :

1. Dr. Ns. Agus Sri Lestari, S.Kep.,M.Erg ( Ketua ) ( ....................)


NIP. 19640813198503000

2. Drs. I Wayan Mustika, S.Kep.Ns.M.Kes ( Anggota 1 ) ( ....................)


NIP. 196508111988031002

3. I Ketut Gama, SKM.M.Kes ( Anggota 2 ) ( ....................)


NIP. 196202221983091001

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

V.M. Endang S.P. Rahayu, SKp., M.Pd


NIP. 195812191985032005

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ni Kadek Vicky Wulandari

NIM : P07120015118

iv
Program Studi : DIII

Jurusan : Keperawatan

Tahun Akademik : 2018

Alamat : Banjar Dukuh, Desa Gelgel, Klungkung

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Tugas Akhir dengan judul Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Pasca Stroke Non Hemoragik Dengan Gangguan Mobilitas Fisik adalah benar

karya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang lain.

2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini bukan karya saya

sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia

menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Denpasar, Mei 2018


Yang membuat pernyataan

Meterai
60000

Ni Kadek Vicky Wulandari


P07120015118

v
DESCRIPTION OF NURSING CARE FOR POST STROKE NON
HAEMORRHAGIC PATIENTS WITH IMPAIRED PHYSICAL
MOBILITY IN WORK AREA OF SUKAWATI I
COMMUNITY HEALTH CARE

ABSTRACT

Stroke non hemorrhagic is blockage of blood vessels that causes the blood flow to
the brain is partially or completely halted. The prevalence of stroke in Indonesia
in 2013 by 12.1% as much as 2,137,941 people, with a population of about 250
million, meaning about 3.6 million stroke survivors in Indonesia, Stroke non
hemorrhagic 2.8 million, and the rest are hemorrhagic strokes. Stroke non
hemorrhagic causing impaired mobility due to physical damage to the central
nervous system regulates some voluntary movement that causes disruption
mobilization. This study aimed to describe nursing care in post-stroke patients
with impaired fulfillment of non hemorrhagic physical mobility. The method used
in scientific writing is descriptive method with case study approach on two stroke
non hemorrhagic patients post with impaired physical mobility. The results of
case studies show after being given nursing care during five visits the results
obtained in patients 1 and 2 patients showed increased muscle strength after non-
pharmacological therapy is given exercises range of motion advice to patients
and their families to be able to provide non-pharmacological measures range of
motion to improve muscle strength and prevent joint contractures.

Keywords : Stroke non haemprrhagic, Impaired physical

vi
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PASCA STROKE
NON HEMORAGIK DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
MOBILITAS FISIK
( Di Wilayah Kerja Upt Kesmas Sukawati I)

ABSTRAK

Stroke non hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan


aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Prevalensi stroke di
Indonesia tahun 2013 12,1% sebanyak 2.137.941 orang, dengan populasi sekitar
250 juta jiwa, berarti sekitar 3,6 juta penderita stroke di Indonesia, stroke non
hemoragik 2,8 juta jiwa dan sisanya adalah stroke hemoragik. Stroke non
hemoragik menyebabkan gangguan mobilitas fisik karena terjadi kerusakan pada
beberapa sistem saraf pusat meregulasi gerakan volunter yang menyebabkan
gangguan mobilisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan
keperawatan pada pasien pasca stroke non hemoragik dengan gangguan
pemenuhan mobilitas fisik. Metode yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini
adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus pada dua pasien pasca
stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik. Hasil studi kasus
menunjukkan setelah diberikan asuhan keperawatan selama lima kali kunjungan
didapatkan hasil pada pasien 1 dan pasien 2 menunjukkan peningkatan kekuatan
otot setelah diberikan terapi non farmakologi yaitu latihan range of motion. Saran
untuk pasien dan keluarga pasien agar mampu memberikan tindakan non
farmakologi range of motion untuk meningkatkan kekuatan otot dan mencegah
terjadinya kontraktur sendi.

Kata kunci : Stroke Non Hemoragik, Gangguan Mobilitas Fisik

vii
RINGKASAN PENELITIAN

Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pasca Stroke Non


Hemoragik Dengan Gangguan Pemenuhan Mobilitas Fisik
(Di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I)

Oleh : Ni Kadek Vicky Wulandari (P07120015118)

Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan
fokal (atau global) dengan gejala - gejala yang berlansung selama 24 jam atau
lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler (Sunaryo, 2016). Stroke umumnya diklasifikasikan menjadi dua
macam, yaitu iskemik dan hemoragik (perdarahan). Stroke iskemik terjadi akibat
adanya sumbatan pada lumen pembuluh darah otak dan memiliki prevalensi
tertinggi, yaitu 88% dari semua stroke dan sisanya adalah stroke hemoragik
(stroke perdarahan) yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak (Sari,
Agianto, & Wahid, 2015). Gangguan vaskularisasi otak ini memunculkan berbagai
manifestasi klinis seperti kesulitan berbicara, kesulitan berjalan dan
mengkoordinasikan bagian - bagian tubuh, sakit kepala, kelemahan otot wajah,
gangguan penglihatan, gangguan sensori, gangguan pada proses berpikir dan
hilangnya kontrol terhadap gerakan motorik yang secara umum dapat
dimanifestasikan dengan disfungsi motorik seperti hemiplegia (paralisis pada
salah satu sisi tubuh) atau hemiparesis (kelemahan yang terjadi pada satu sisi
tubuh). Komplikasi akibat imobilisasi menyebabkan 51% kematian pada 30 hari
pertama setelah terjadinya serangan stroke iskemik. Imobilitas juga dapat
menyebabkan kekakuan sendi (kontraktur), komplikasi ortopedik, atropi otot, dan
kelumpuhan saraf akibat penekanan yang lama (nerve pressure palsies). Diagnosa
keperawatan utama yang sesuai dengan masalah imobilisasi pada pasien stroke
adalah hambatan mobilitas fisik, didapatkan hasil 90% orang pasien stroke
menunjukkan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik (Sari et al., 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan
pada pasien pasca stroke non hemoragik dengan gangguan pemenuhan mobilitas
fisik di wilayah kerja UPT Kesmas Sukawati I. Jenis penelitian ini menggunakan

viii
metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini dilakukan dengan
teknik wawancara, observasi dan dokumentasi (WOD) yang dilakukan pada
tanggal 17 april 2018. Penelitian ini menggunakan subjek sebanyak 2 orang yang
telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Alat pengumpulan data yang
digunakan yaitu lembar studi dokumentasi range of motion (ROM) dan lembar
studi dokumentasi yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
Tahap pengkajian pada pasien TN. MJ di dapatkan data pasien mengeluh
kesemutan pada tubuh bagian kiri, pasien menggunakan tongkat saat melakukan
mobilisasi, TTV : 160/100mmHg, Nadi 89x/menit, Suhu : 36 oC, RR : 16x/menit.
Sedangkan pada pasien Tn. JR didapatkan hasil pasien mengeluh lemah pada
tangan dan kaki kiri, sulit untuk digerakkan, pasien mobilisasi menggunakan
tongkat , TTV : 140/90mmHg, Nadi: 82x/menit, Suhu : 36oC, RR : 18x/menit.
Diagnosa keperawatan pada pasien pasca stroke non hemoragik yang dirumuskan
pada pasien Tn. MJ dan Tn. JR adalah gangguan mobilitas fisik. Penyusunan
intervensi atau rencana keperawatan pada pasien Tn. MJ dan Tn. JR dengan
diagnosa gangguan mobilitas fisik yaitu monitor tanda tanda vital pasien sebelum
atau setelah latihan, konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan, bantu pasien untuk menggunakan tongkat, ajarkan
keluarga tentang teknik ambulasi, kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, latih
pasien dalam kebutuhan adls secara mandiri, dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi, berikan alat bantu jika perlu dan ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi. Latihan pada pasien gangguan mobilitas fisik diberikan latihan range of
motion guna untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien. Implementasi atau
pelaksanaan tindakan keperawatan dengan pemberikan latihan range of motion
pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik yang telah
dijalankan dari tanggal 17 April 2018 sampai 21 April 2018 dengan tindakan
sesuai dengan perencanaan. Evaluasi dari tindakan keperawatan dengan latihan
range of motion pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas
fisik didapatkan hasil sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
direncanakan yaitu terjadinya peningkatan kekuatan otot.

ix
Dalam penelitian ini ditemukan keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti
yaitu keterbatasan dalam mencari literatur terkini yang dapat mendukung karya
tulis ilmiah ini dan minimnya informasi yang dimiliki oleh pasien mengenai
tindakan non farmakologi yang dapat dilakukan dirumah untuk mengatasi
gangguan mobilitas fisik seperti latihan range of motion atau ROM. Sehingga
peneliti berharap agar pemberian pelayanan kesehatan khususnya pihak UPT
Kesmas untuk meperhatikan pemberian edukasi kepada pasien stroke non
hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik. Serta kepada kepada peneliti
selanjutnya diharapkan penelitian karya tulis ilmiah ini menjadi panduan untuk
melakukan penelitian selanjutnya.

x
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas

berkat asung kerta wara nugraha-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pasca Stroke

Non Hemoragik Dengan Gangguan Pemenuhan Mobilitas Fisik Di Wilayah Kerja

UPT Kesmas Sukawati I “ tepat pada waktunya dan sesuai dengan harapan.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesesaikan pendidikan D-III di Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar

Jurusan Keperawatan.

Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan bukanlah semata-mata atas

usaha sendiri melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk

itu melalui kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP.,MPH. selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Denpasar yang telah memberikan bimbingan secara tidak

langsung dalam pendidikan D-III di Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan

Keperawatan.
2. Ibu V.M. Endang S.P. Rahayu, S.Kp.,M.Pd selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Denpasar yang telah memberikan bimbingan secara tidak

langsung selama pendidikan di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Denpasar serta atas dukungan moral dan perhatian yang diberikan kepada

peneliti.
3. Bapak I Made Mertha, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Program studi D-III

keperawatan yang telah memberikan bimbingan secara tidak langsung selama

pendidikan di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar.

xi
4. Bapak dr. I Made Udayana, S.Ked selaku kepala UPT Kesmas Sukawati I yang

telah memberi izin dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat

terselesaikan.
5. Bapak I Ketut Gama, SKM.,M.Kes selaku pembimbing utama yang telah

banyak memberikan masukan, pengetahuan, dan bimbingan serta mengarahkan

peneliti dalam menyelesaikan Karya tulis Ilmiah ini.


6. Bapak Ners. I Gusti Ketut Gede Ngurah, S.Kep.M.Kes selaku pembimbing

pendamping yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dan masukan

dalam menyelesaikan penelitian ini.


7. Bapak dan Ibu pembimbing Mata Ajar Riset Keperawatan yang telah

memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dalam penyusunan usulan penelitan

Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan sesuai dengan harapan.


8. Ibu dan Kakak saya yang telah memberikan motivasi baik dari segi emosional

dan finansial sehingga penyusunan peneliti Karya Tulis Ilmiah ini dapat

diselesaikan sesuai dengan harapan.

Kemajuan senantiasa menyertai segala sisi kehidupan menuju ke arah yang

lebih baik, karenanya sumbang saran untuk perbaikan sangat peneliti harapkan.

Denpasar, Mei 2018

Peneliti

DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL…………………………………………………………….....i
KARYA TULIS ILMIAH......................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iii

xii
KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL :......................................................iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...........................................................v
ABSTRACT............................................................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
RINGKASAN PENELITIAN..............................................................................viii
KATA PENGANTAR.............................................................................................xi
DAFTAR ISI.........................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL..................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................6
C. Tujuan Studi Kasus...........................................................................................6
D. Manfaat Studi Kasus.........................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
A. Gangguan Mobilitas Fisik Pada Pasca Stroke Non Hemoragik........................8
1. Pengertian Mobilitas.........................................................................................8
2. Pengertian Gangguan Mobilitas........................................................................8
3. Jenis Mobilitas..................................................................................................9
4. Jenis Imobilitas...............................................................................................10
5. Etiologi............................................................................................................11
6. Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik..................................................11
7. Dampak Gangguan Mobilitas Fisik................................................................12
8. Manifestasi Klinis...........................................................................................16
9. Komplikasi......................................................................................................16
10. Gangguan Pemenuhan Mobilitas Fisik Pada Pasien Stroke Non Hemoragik.17
11. Penatalaksanaan Mobilitas Fisik Dengan Latihan Range Of Motion (ROM).18
B. Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik dengan Gangguan Mobilitas
Fisik.................................................................................................................23
1. Pengkajian Keperawatan.................................................................................23
2. Diagnosa Keperawatan...................................................................................30

xiii
3. Intervensi Keperawatan..................................................................................31
4. Implementasi Keperawatan.............................................................................45
5. Evaluasi Keperawatan.....................................................................................46
BAB III KERANGKA KONSEP...........................................................................47
A. Kerangka Konsep............................................................................................47
1. Pohon Masalah................................................................................................47
2. Alur Penelitian................................................................................................49
B. Definisi Operasional Variabel.........................................................................51
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................54
A. Jenis Penelitian................................................................................................54
B. Tempat Dan Waktu Penelitian.........................................................................54
C. Subjek Studi Kasus.........................................................................................55
D. Fokus Studi Kasus...........................................................................................55
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data..............................................................55
F. Metode Analisa Data.......................................................................................58
G. Etika Studi Kasus............................................................................................59
BAB V HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN......................................61
A. Hasil Studi Kasus............................................................................................61
B. Pembahasan.....................................................................................................84
C. Keterbatasan....................................................................................................92
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................93
A. Kesimpulan.....................................................................................................93
B. Saran...............................................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................96
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Gerakkan Range Of Motion (ROM)…………………….........……..19


Tabel 2 Intervensi Keperawatan Stroke Non Hemoragik………………........32
Tabel 3 Definisi Operasional...........................................................................51
Tabel 4 Analisa Data.......................................................................................63
Tabel 5 Diagnosa Keperawatan.......................................................................65
Tabel 6 Intervensi Keperawatan......................................................................66
Tabel 7 Implementasi Keperawatan................................................................70
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep Gambaran Asuhan Keperawatan........................48


Gambar 2 Alur Penelitian Asuhan Keperawatan...............................................50
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal kegiatan..............................................................................99


Lampiran 2 Realisasi anggaran biaya penelitian..............................................100
Lampiran 3 Lembar persetujuan setelah penejelasan.......................................101
Lampiran 4 Lembar permohonan menjadi responden.…………………........104
Lampiran 5 Lembar persetujuan responden.…………………………..…......105
Lampiran 6 Lembar observasi.………………………………….....................106
Lampiran 7 Asuhan keperawatan..……………………………………...........111
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut

Usia, batasan Lansia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Penduduk lansia di Indonesia sendiri mengalami peningkatan pada tahun 2010

tercatat 18,04 juta yang merupakan 7,59% dari total penduduk (Pusat Data dan

Informasi Kemenkes RI, 2012). Data lansia di Indonesia terjadi percepatan

peningkatan penduduk secara signifikan. Tercatat 7,18% (14,4 juta orang) di tahun

2000 dan diperkirakan akan menjadi 11,34% (28,8 juta orang) pada 2020

(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Menurut laporan data Demografi Penduduk

International yang dikeluarkan oleh Breau of The Census USA 1993 (dalam

Sunaryo, 2016), dilaporkan bahwa Indonesia pada tahun 1990-2025 akan

mempunyai kenaikan jumlah lansia sebesar 414%. Suatu angka paling tinggi di

seluruh dunia dibandingkan kenaikan jumlah lansia di negara-negara lain, seperti

Kenya adalah sebesar 347%, Brazil 255%, India 242%, China 220%, Jepang

129%, Jerman 66%, Swedia 33%. Sedangkan pertambahan lansia di Indonesia,

menurut ahli dari WHO yang berbicara dalam seminar lansia di Ansterdam,

Nederland tanggal 4 Desember 1999, adalah sebesar 400% antara 2000 – 2025

(Sunaryo, 2016).

Tantangan kesehatan utama bagi orang tua sebagian besar adalah penyakit

tidak menular karena pada lansia adanya proses degeneratif. Dampak dari kondisi

ini adalah dua sampai tiga kali lebih besar untuk orang tua di negara-negara

berpendapatan ekonomi rendah sampai menengah dibandingkan dengan orang di


negara berpendapatan ekonomi tinggi, di negara-negara termiskin, beban

kesehatan terbesar untuk orang tua yaitu dari penyakit seperti penyakit jantung,

stroke, gangguan pengelihatan, gangguan pendengaran dan dementia (Pusat Data

dan Informasi Kemenkes RI, 2012). Data World Health Organization (WHO)

tahun 2012 menunjukkan 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit

kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia. Lebih dari 3/4

kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di negara berkembang yang

berpenghasilan rendah sampai sedang. Dari seluruh kematian akibat penyakit

kardiovaskuler 7,4 juta (42,3%) di antaranya disebabkan oleh Penyakit Jantung

Koroner (PJK) dan 6,7 juta (38,3%) disebabkan oleh stroke (Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, 2014).

Pada penderita stroke terbanyak terdapat pada kelompok usia 56-65 tahun

dengan jumlah 51 penderita (30,54%), sedangkan stroke perdarahan terbanyak

pada kelompok usia 46-55 tahun dengan jumlah 13 kasus (35,14%). Insidensi

stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Setelah umur 55 tahun risiko

stroke iskemik meningkat 2 kali lipat tiap dekade. Semakin tua usia, maka

semakin besar pula terkena risiko stroke. Hal ini berkaitan dengan proses

degenerasi yang terjadi secara alamiah dan pada umumnya, yang orang usia lanjut

miliki (Nur Indahsari et al., 2013).

WHO (2010) menyatakan dikawasan Asia Tenggara 4,4 juta orang

mengalami stroke. Sementara stroke di Indonesia tahun 2013 12,1% sebanyak

2.137.941 orang. Dengan populasi sekitar 250 juta jiwa, berarti terdapat sekitar

3,6 juta penderita stroke di Indonesia, stroke non hemoragik 2,8 juta jiwa, dan

sisanya adalah stroke hemoragik (Kemenkes RI, 2014).


Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan

sebesar tujuh per mil dan yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan (nakes) atau

gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah

terdiagnosis oleh nakes. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi

di Sulawesi Utara (10,8%), diikuti DI Yogyakarta (10,3%), Bangka Belitung dan

DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil sedangkan Sumatera Barat 7,4 per mil.

Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di

Sulawesi Selatan (17,9%), DI Yogyakarta (16,9%), Sulawesi Tengah (16,6%),

diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil, Sumatera Barat sebesar 12,2 per mil,

sedangkan di Bali 8,6% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).

Prevalensi stroke di Bali pada tahun 2014 berdasarkan diagnosis tenaga

kesehatan di RSUD Buleleng sebanyak 146 orang, RSUD Negara sebanyak 111

orang, RSUD Tabanan sebanyak 49 orang, RSUD Wangaya 84 orang, RSUD

Gianyar sebanyak 273 orang, RSUD Klungkung sebanyak 184 orang dan RSUP

Sanglah sebanyak 16 orang, di UPT Kesmas Sukawati I pada tahun 2016

sebanyak 227 orang sedangkan bulan Januari – Agustus 2017 sebanyak 36 orang.

Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan

fokal (atau global) dengan gejala- gejala yang berlansung selama 24 jam atau

lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas

selain vaskuler (Sunaryo, 2016). Stroke umumnya diklasifikasikan menjadi dua

macam, yaitu iskemik dan hemoragik (perdarahan). Stroke iskemik terjadi akibat

adanya sumbatan pada lumen pembuluh darah otak dan memiliki prevalensi

tertinggi, yaitu 88% dari semua stroke dan sisanya adalah stroke hemoragik
(stroke perdarahan) yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak (Sari et al.,

2015).

Gangguan vaskularisasi otak ini memunculkan berbagai manifestasi klinis

seperti kesulitan berbicara, kesulitan berjalan dan mengkoordinasikan bagian-

bagian tubuh, sakit kepala, kelemahan otot wajah, gangguan penglihatan,

gangguan sensori, gangguan pada proses berpikir dan hilangnya kontrol terhadap

gerakan motorik yang secara umum dapat dimanifestasikan dengan disfungsi

motorik seperti hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh) atau hemiparesis

(kelemahan yang terjadi pada satu sisi tubuh). Komplikasi akibat imobilisasi

menyebabkan 51% kematian pada 30 hari pertama setelah terjadinya serangan

stroke iskemik. Imobilitas juga dapat menyebabkan kekakuan sendi (kontraktur),

komplikasi ortopedik, atropi otot, dan kelumpuhan saraf akibat penekanan yang

lama (nerve pressure palsies). Diagnosa keperawatan utama yang sesuai dengan

masalah imobilisasi pada pasien stroke adalah hambatan mobilitas fisik,

didapatkan hasil 90% orang pasien stroke menunjukkan masalah keperawatan

hambatan mobilitas fisik (Sari et al., 2015).

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik

yaitu dengan dilakukannya latihan ROM atau Range Of Motion. Latihan range of

motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses rehabilitasi

yang dinilai efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan

stroke (Rahayu, 2015). Latihan ini adalah salah satu bentuk intervensi

fundamental perawat yang dapat dilakukan untuk keberhasilan regimen terapeutik

bagi pasien dan dalam upaya pencegahan terjadinya kondisi cacat permanen pada

pasien pasca perawatan di rumah sakit sehingga dapat menurunkan tingkat


ketergantungan pasien pada keluarga. Lewis (2010) mengemukakan bahwa

sebaiknya latihan pada pasien stroke dilakukan beberapa kali dalam sehari untuk

mencegah komplikasi. Semakin dini proses rehabilitasi dimulai maka

kemungkinan pasien mengalami defisit kemampuan akan semakin kecil (Lip &

Lim, 2007). Oleh karena itu, untuk menilai latihan ROM aktif dan pasif dapat

meningkatkan mobilitas sendi sehingga mencegah terjadinya berbagai komplikasi

(Rahayu, 2015).

Latihan ROM dikatakan dapat mencegah terjadinya penurunan fleksibilitas

sendi dan kekakuan sendi (Lewis, 2010). Pernyataan ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh (Tseng, C.-N., Chen C.C.-H, Wu, S.C& Lin, 2007) yang

mengungkapkan bahwa latihan Range of Motion (ROM) dapat meningkatkan

fleksibilitas dan luas gerak sendi pada pasien stroke. Latihan ROM dapat

menimbulkan rangsangan sehingga meningkatkan aktivitas dari kimiawi

neuromuskuler dan muskuler. Rangsangan melalui neuromuskuler akan

meningkatkan rangsangan pada serat saraf otot ekstremitas terutama saraf

parasimpatis yang merangsang untuk produksi aset ilcholin, sehingga

mengakibatkan kontraksi. Mekanisme melalui muskulus terutama otot polos

ekstremitas akan meningkatkan metabolisme pada mitokonderia untuk

menghasilkan ATP yang dimanfaatkan oleh otot ekstremitas sebagai energi untuk

kontraksi dan meningkatan tonus otot polos ekstremitas (Rahayu et al, 2015).

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan asuhan

keperawatan dengan pendekatan studi kasus tentang “Gambaran Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Pasca Stroke Non Hemoragik Dengan Gangguan

Pemenuhan Mobilitas Fisik di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I”.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan

masalah :

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien pasca stroke non hemoragik

dengan gangguan pemenuhan mobilitas fisik di wilayah kerja UPT Kesmas

Sukawati I ?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum Studi Kasus

Untuk mengetahui gambaran dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien dengan masalah keperawatan gangguan pemenuhan mobilitas fisik

pada pasien pasca stroke non hemoragik.

2. Tujuan Khusus Studi Kasus

Tujuan Khusus Studi Kasus ini adalah untuk :

a. Melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien pasca stroke non

hemoragik dengan gangguan pemenuhan mobilitas fisik.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien pasca

stoke non hemoagik dengan gangguan pemenuhan mobilitas fisik.

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien pasca stroke non hemoragik

dengan gangguan pemenuhan mobilitas fisik.

d. Mengobservasi implementasi keperawaan pada pasien pasca stroke non

hemoragik dengan gangguan pemenuhan mobilitas fisik.


e. Melaksanakan evaluasi hasil tindakan keperawatan pada pasien pasca stroke

non hemoragik dengan gangguan pemenuhan mobilitas fisik.

f. Mampu nelakukan analisis studi kasus pada pasien pasca stroke non

hemoragik dengan gangguan pemenuhan mobilitas fisik

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis

Sebagai refrensi bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian khususnya

mahasiswa Jurusan Keperawatan yang berhubungan dengan asuhan

keperawatan pada pasien pasca sroke non hemoragik dengan gangguan

pemenuhan mobilitas fisik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perkembangan Iptek Keperawatan


Mengembangkan ilmu pengetahuan tentang keperawatan khususnya pada

pengembangan perawatan komunitas dalam meningkatkan mutu dan kualitas

asuhan keperawatan pada pasien pasca stroke non hemoragik dengan

gangguan pemenuhan mobilitas fisik.


b. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan informasi bagi peneliti tentang asuhan

keperawatan pada pasien pasca stroke non hemoragik dengan gangguan

mobilitas fisik. Selain itu penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu cara

peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari institusi pendidikan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Mobilitas Fisik Pada Pasca Stroke Non Hemoragik

1. Pengertian Mobilitas

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak

secara mudah, bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun dengan bantuan

orang lain dan hanya dengan bantuan alat (Widuri, 2010).

Mobilitas adalah proses yang kompleks yang membutuhkan adanya

koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan sistem saraf (P. Potter, 2010)

Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan

dengan bebas (Kozier, 2010).

Jadi mobilitas atau mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak

secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

aktivitas guna mempertahankan kesehatannya untuk dapat melakukan aktivitas

sehari-hari secara mandiri.

2. Pengertian Gangguan Mobilitas

Gangguan Mobilitas atau Imobilitas merupakan keadaan di mana

seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu

pergerakan (aktivitas), misalnya trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai

fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya (Widuri, 2010).


Imobilitas atau gangguan mobilitas adalah keterbatasan fisik tubuh atau

satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurarif .A.H. dan Kusuma.

H, 2015).
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North

American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan

dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan

fisik. Individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan

fisik antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang mengalami penurunan

kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomic

akibat perubahan fisiologik (kehilangan fungsi motorik, klien dengan stroke, klien

penggunaa kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi), dan

pembatasan gerakan volunter, atau gangguan fungsi motorik dan rangka (Kozier,

Erb, & Snyder, 2010).

3. Jenis Mobilitas

a. Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara

penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan

peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik

volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan

batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh

gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilitas sebagian

ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :


1) Mobilitas sebagian temporer merupakan kemampun individu untuk bergerak

dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh

trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah adanya

dislokasi sendi dan tulang.


2) Mobilitas sebagian permanen merupakan kemampuan individu untuk

bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh

rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya terjadi hemiplegia karena


stroke, parapelgia karena cedera tulang belakang, poliomielitis karena

terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik (Widuri, 2010).

4. Jenis Imobilitas

a. Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan

tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada

pasien dengan hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di

daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk

mengurangi tekanan.
b. Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami

keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak

akibat suatu penyakit.


c. Imobilitas emosional, keadan ketika seseorang mengalami pembatasan secara

emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan

diri. Sebagai contoh, keadaan stres berat dapat disebabkan karena bedah

amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau

kehilangan sesuatu yang paling dicintai.


d. Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam

melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakit sehingga dapat

memengaruhi perannya dalam kehidupan social (Widuri, 2010).

5. Etiologi

Faktor penyebab terjadinya gangguan mobilitas fisik yaitu :

a. Penurunan kendali otot

b. Penurunan kekuatan otot

c. Kekakuan sendi

d. Kontraktur
e. Gangguan muskuloskletal

f. Gangguan neuromuskular

g. Keengganan melakukan pergerakan (Tim Pokja DPP PPNI, 2017)

6. Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik


Adapun tanda gejala pada gangguan mobilitas fisik yaitu :

a. Gejala dan Tanda Mayor

1) Subjektif

a) Mengeluh sulit menggerakkan ektremitas

2) Objektif

a) Kekuatan otot menurun

b) Rentang gerak (ROM) menurun.

b. Gejala dan Tanda Minor

1) Subjektif

a) Nyeri saat bergerak

b) Enggan melakukan pergerakan

c) Merasa cemas saat bergerak

2) Objektif

a) Sendi kaku

b) Gerakan tidak terkoordinasi

c) Gerak terbatas

d) Fisik lemah (Tim Pokja DPP PPNI, 2017).

7. Dampak Gangguan Mobilitas Fisik

Imobilitas dalam tubuh dapat memengaruhi sistem tubuh, seperti

perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,


gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan

sistem pernafasan, perubahan kardiovaskular, perubahan sistem muskuloskeletal,

perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil), dan perubahan

perilaku (Widuri, 2010).


a. Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,

mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam

tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada menurunnya basal metabolism rate

( BMR ) yang menyebabkan berkurangnya energi untuk perbaikan sel-sel tubuh,

sehingga dapat memengaruhi gangguan oksigenasi sel. Perubahan metabolisme

imobilitas dapat mengakibatkan proses anabolisme menurun dan katabolisme

meningkat. Keadaan ini dapat berisiko meningkatkan gangguan metabolisme.

Proses imobilitas dapat juga menyebabkan penurunan ekskresi urine dan

pengingkatan nitrogen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien yang mengalami

imobilitas pada hari kelima dan keenam. Beberapa dampak perubahan

metabolisme, di antaranya adalah pengurangan jumlah metablisme, atropi kelenjar

dan katabolisme protein, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, deminetralisasi

tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi, dan gangguan gastrointestinal.


b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari

imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi

protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Di

samping itu, berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskular ke interstisial

dapat menyebabkan edema sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit. Imobilitas juga dapat menyebabkan demineralisasi tulang akibat


menurunnya aktivitas otot, sedangkan meningkatnya demineralisasi tulang dapat

mengakibatkan reabsorbsi kalium.


c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi disebabkan oleh menurunnya pemasukan

protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat

sel menurun, di mana sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak, dan

oksigen dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas metabolisme.


d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal ini

disebabkan karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna,

sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan,

seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan

gangguan proses eliminasi.


e. Perubahan Sistem Pernapasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat

imobilitas, kadar haemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya

lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme terganggu. Terjadinya

penurunan kadar haemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliran oksigen dari

alveoli ke jaringan, sehingga mengakibatkan anemia. Penurunan ekspansi paru

dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh permukaan paru.


f. Perubahan Kardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas antara lain dapat berapa

hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan

trombus. Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunnya

kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tetap dan lama, refleks neurovaskular

akan menurun dan menyebabkan vasokontrriksi, kemudian darah terkumpul pada

vena bagian bawah sehingga aliran darah ke sistem sirkulasi pusat terhambat.

Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan karena imobilitas dengan posisi


horizontal. Dalam keadaan normal, darah yang terkumpul pada ekstermitas bawah

bergerak dan meningkatkan aliran vena kembali ke jantung dan akhirnya jantung

akan meningkatkan kerjanya. Terjadinya trombus juga disebabkan oleh vena statsi

yang merupakan hasil penurunan kontrasi muskular sehingga meningkatkan arus

balik vena.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Perubahan yang terjadi dalam sistem muskuloskeletal sebagai dampak dari

imobilitas adalah sebagai berkut:


1) Gangguan Muskular
Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas dapat menyebabkan

turunya kekuatan otot secara langsung. Menurunnya fungsi kapasitas otot ditandai

dengan menurunnya stabilitas. Kondisi berkurangnya massa otot dapat

menyebabkan atropi pada otot. Sebagai contoh, otot betis seseorang yang telah

dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil selain menunjukkan

tanda lemah atau lesu.


2) Gangguan Skeletal
Adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan skletal, misalnya

akan mudah terjadinya kontraktur sendi dan osteoporosis. Kontraktur merupakan

kondisi yang abnormal dengan kriteria adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan

atropi dan memendeknya otot. Terjadinya kontraktur dapat menyebabkan sendi

dalam kedudukan yang tidak berfungsi.


h. Perubahan Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas

kulit karena menurunannya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya

iskemia serta nekrosis jaringan superfisial dengan adanya luka dekubitus sebagai

akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan.
i. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urine yang

mungkin disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung

sehingga aliran darah renal dan urine berkurang.


j. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain lain timbulnya

rasa bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus

tidur dan menurunnya koping mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku tersebut

merupakan dampk imobilitas karena selama proses imobilitas seseorang akan

mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dan lain-lain (Widuri,

2010).

8. Manifestasi Klinis

a. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:


1) Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi

dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium.


2) Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung,

dan pembentukan thrombus.


3) Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah

beraktifitas.
4) Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit;

ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi).


5) Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran

perkemihan dan batu ginjal.


6) Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia

jaringan.
7) Neurosensori: sensori deprivation (Asmadi, 2008).
9. Komplikasi

Pada stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik jika tidak

ditangani dapat menyebabkan masalah, diantaranya:


a. Pembekuan darah
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan

cairan, pembengkaan selain itu juga menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah

bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalir ke paru.

b. Dekubitus
Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki

dan tumit bila memar ini tidak dirawat akan menjadi infeksi.
c. Pneumonia
Pasien stroke non hemoragik tidak bisa batuk dan menelan dengan

sempurna, hal ini menyebabkan cairan berkumpul di paru-paru dan selanjutnya

menimbulkan pneumonia.
d. Atrofi dan kekakuan sendi
Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan mobilisasi
Komplikasi lainnya yaitu:
a) Disritmia
b) Peningkatan tekanan intra cranial
c) Kontraktur
d) Gagal nafas
e) Kematian (saferi wijaya, 2013).

10. Gangguan Pemenuhan Mobilitas Fisik Pada Pasien Stroke Non


Hemoragik
Gangguan pemenuhan mobilitas fisik pada stroke non hemoragik

disebabkan oleh kerusakan pada beberapa sistem saraf pusat meregulasi gerakan

volunter yang menyebabkan gangguan kesejajaran tubuh, keseimbangan, dan

mobilisasi. Iskemia akibat stroke dapat merusak serebelum atau strip motoric

pada korteks serebral. Kerusakan pada serebelum menyebabkan masalah pada

keseimbangan dan gangguan motorik yang dihubungkan langsung dengan jumlah

kerusakan strip motorik. Misalnya seseorang dengan hemoragi serebral sisi kanan
disertai nekrosis telah merusak strip motorik kanan yang menyebabkan

hemiplegia sisi kiri (P. Potter, 2010).

11. Penatalaksanaan Mobilitas Fisik Dengan Latihan Range Of Motion


(ROM)
Range of motion atau ROM merupakan latihan gerakan sendi yang

memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien

menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara

aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan

untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan

menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa

otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2006).

Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan

bantuan perawat pada setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah pasien

semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu

melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien

tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total. Latihan ROM

aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam

melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi

normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan

cara menggunakan otot-ototnya secara aktif . Sendi yang digerakkan pada ROM

aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien

sendiri secara aktif (Suratun, 2008).

Gerakan Range of Motion (ROM) pada sendi di seluruh tubuh yaitu :


Tabel 1
Gerakan Range of Motion (ROM )

1 2 3
Leher
Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Menggerakkan dagu menempel ke Rentang 45°


dada.
Ekstensi Mengembalikan kepala keposisi Rentang 45°
tegak.
Hyperekstensi Menekuk kepala kebelakang sejauh Rentang 40-45°
mungkin.
Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh Rentang 40-45°
mungkin kearah setiap bahu.
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin Rentang 45°
dalam gerakan sirkuler.
Bahu
Ekstensi Mengembalikan lengan keposisi di Rentang 180°
samping tubuh.
Hiperekstensi Menggerakkan lengan kebelakang Rentang 45-60°
tubuh, siku tetap lurus.
Abduksi Menaikkan lengan posisi samping di Rentang 180°
atas kepala dengan telapak tangan
jauh dari kepala.
Adduksi Menurunkan lengan kesamping dan Rentang 320°
menyilang tubuh sejauh mungkin

Rotasi dalam Dengan siku fleksi, memutar bahu Rentang 90°


dengan menggerakkan lengan
sampai ibu jari menghadap ke dalam
dan ke belakang.
Fleksi Menaikkan lengan dari posisi di Rentang 180°
samping tubuh ke depan ke posisi di
atas kepala.
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakkan Rentang 90°
lengan sampai ibu jari ke atas dan
samping kepala.
Sirkumduksi Menggerakkan lengan dengan Rentang 360°
1 2 3
lingkaran penuh.
Siku
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan Rentang 150°
bahu bergerak kedepan sendi bahu
dan tangan sejajar bahu.
Ekstensi Meluruskan siku menurunkan Rentang 150°
tangan.
Lengan Bawah
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan Rentang 70-90°
sehingga telapak tangan menghadap
keatas.
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga Rentang 70-90°
telapak tangan menghadap ke
bawah.
Pergelangan Tangan
Fleksi Menggerakkan telapak tangan kesisi Rentang 80-90°
bagian dalam lengan bawah.
Ekstensi Menggerakkan jari – jari tangan Rentang 80-90°
sehingga jari – jari, tangan, lengan
bawah berada dalam arah yang
sama.
Hiperkesktensi Membawa permukaan tangan dorsal Rentang 89-90°
kebelakang sejauh mungkin.
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring Rentang 30°
ke ibu jari.

Jari – Jari Tangan


Fleksi Membuat genggaman. Rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari – jari tangan Rentang 90°
kebelakang sejuh mungkin.
Hiperekstensi Meregangkan jari – jari tangan Rentang 30-60°
kebelakang sejauh mungkin.
Abduksi Meregangkan jari – jari tangan yang Rentang 30°
satu dengan yang lain.

Adduksi Merapatkan kembali jari – jari Rentang 30°


tangan
Ibu Jari
1 2 3
Fleksi Menggerakkan ibu jari menyilang Rentang 90°
permukaan telapak tangan.
Ekstensi Menggerakkan ibu jari lurus Rentang 90°
menjauh dari tangan.
Abduksi Menjauhkan ibu jari kedepan tangan. Rentang 30°
Adduksi Menggerakkan ibu jari ke depan Rentang 30°
tangan.
Oposisi Menyentuh ibu jari ke setiap jari –
jari tangan pada tangan yang sama.
Panggul
Ekstensi Menggerakkan kembali kesamping Rentang 90-120°
tungkai yang lain.
Hiperekstensi Menggerakkan tungkai kebelakang Rentang 30-50°
tubuh.
Abduksi Menggerakkan tungkai kesamping Rentang 30-50°
tubuh.
Adduksi Menggerakkan tungkai kembali Rentang 30-50°
keposisi media dan melebihi jika
mungkin.
Rotasi dalam Memutar kaki dan tungkai kearah Rentang 90°
tungkai lain.
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai menjauhi Rentang 90°
tungkai lain.
Sirkumduksi Menggerakkan tungkai melingkar. -

Lutut
Fleksi Merakkan tumit kearah belakang Rentang 120-130°
paha.
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai. Rentang 120-130°

Mata Kaki
Dorsi fleksi Menggerakkan kaki sehingga jari – Rentang 20-30°
jari kaki menekuk keatas.
Plantar fleksi Menggerakkan kaki sehingga jari – Rentang 45-50°
jari kaki menekuk ke bawah.
Inversi Memutar telapak kaki kesamping Rentang 10°
dalam.
Eversi Memutar telapak kaki kesamping Rentang 10°
luar
1 2 3
Jari – Jari Kaki
Fleksi Menekukkan jari- jari ke bawah. Rentang 30-60°
Ekstensi Meluruskan jari – jari kaki. Rentang 30-60°
Sumber : Potter & Perry, Fundamental Keperawatan, 2006

B. Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik dengan Gangguan


Mobilitas Fisik

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah bagian dari setiap aktifitas yang dilakukan oleh perawat

dengan dan untuk pasien (Atkinson, 2008).

Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi dan dokumentasi

data (informasi) yang sistematis dan bersinambungan (Kozier et al., 2010).

Pada tahap ini, perawat wajib melakukan pengkajian atas permasalahan

yang ada. Yaitu tahapan di mana seorang perawat harus menggali informasi secara

terus menerus dari pasien maupun anggota keluarga yang dibina (Murwani,

Setyowati, & Riwidikdo, 2008). Menurut Bakri (2016) dalam proses pengkajian

dibutuhkan pendekatan agar pasien dan keluarga dapat secara terbuka

memberikan data-data yang dibutuhkan. Pendekatan yang digunakan dapat

disesuikan dengan kondisi pasien dan sosial budayanya. Selain itu, diperlukan

metode yang tepat bagi perawat untuk mendapatkan data pengkajian yang akurat

dan sesuai dengan keadaan pasien.

a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah proses pengumpulan informasi tentang status

kesehatan klien. Proses ini harus sistematis dan kontinu untuk mencegah
kehilangan data yang signifikan dan menggambarkan perubahan status kesehatan

klien (Kozier et al., 2010).


Metode pengumpulan data yang utama adalah observasi, wawancara, dan

pemeriksaan.

1) Observasi

Observasi adalah pengumpulan data dengan menggunakan indra.

Observasi adalah keterampilan yang disadari dan disengaja yang dikembangkan

melalui upaya dan dengan pendekatan yang terorganisasi. Walaupun perawat

melakukan observasi, terutama melalui penglihatan, sebagian besar indra

dilibatkan selama observasi yang cermat.

2) Wawancara

Wawancara adalah komunikasi yang direncanakan perbincangan dengan

suatu tujuan, misalnya, mendapatkan atau memberikan informasi,

mengidentifikasi masalah keprihatinan bersama, mengevaluasi perubahan,

mengajarkan, memberikan dukungan, atau memberikan konseling atau terapi.

Salah satu contoh wawancara, yaitu riwayat kesehatan keperawatan, yang

merupakan bagian pengkajian keperawatan saat masuk rumah sakit .

3) Pemeriksaan
Pemeriksaan menjadi hal yang harus dilakukan selanjutnya. Pemeriksaan

merupakan suatu proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh untuk menentukan ada

atau tidaknya penyakit. Pemeriksaan dapat berupa pemeriksaan fisik, laboratorium

atau rontgen. Pemeriksaan fiik terdiri dari empat prosedur yang digunakan yaitu

inspeksi, palpasi dan auskultasi pemeriksaan fisik dalat dilakukan secara head to

toe, pemeriksaan laboratorium secerti urinalisis, pemeriksaan darah dan kultur,


selanjutnya yaitu pemeriksaan hasil rotgen yang merupakan visualisasi bagian

tubuh dan fungsinya.


Setelah dilakukan pengumpulan data, maka akan mendapatkan data yang

diinginkan. Terdapat dua tipe data pada saat pengkajian yaitu data subjektif dan

data objektif. Data subjektif adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu

pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak dapat

ditentukan oleh perawat secara independen, tetapi melalui suatu interaksi atau

komunikasi. Data subjektif sering didapatkan dari riwayat keperawatan termasuk

persepsi pasien, perasaan, dan ide tentang status kesehatannya. Informasi yang

diberikan sumber lainnya, misalnya dari keluarga, konsultan, dan tenaga

kesehatan lainnya juga dapat sebagai data subjektif jika didasarkan pada pendapat

pasien (Arif Muttaqin, 2010).


Sedangkan data objetif adalah data yang diobservasi dan diukur. Informasi

tersebut biasanya diperoleh melalui “sense”: 2S (sight atau pengelihatan dan smell

atau penciuman) dan HT (hearing atau pendengaran dan touch atau taste ) selama

pemeriksaan fisik (Arif Muttaqin, 2010). Pengumpulan data menurut Muttaqin

meliputi:
1) Anamnesis
Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawatan merupakan hal

utama yang dilaksanakan perawat karena 80% diagnosis masalah pasien dapat

ditegakkan dari anamnesis. Pengkajian dengan melakukan anamnesis atau

wawancara untuk menggali masalah keperawatan lainnya yang dilaksanakan

perawat adalah mengkaji riwayat kesehatan pasien. Dalam wawancara awal,

perawat berusaha memperoleh gambaran umum status kesehatan pasien. Perawat

memperoleh data subjektif dari pasien mengenai awitan masalhnya dan bagimana

penangan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan
masalah kesehatan dapat memengaruhi perbaikan kesehatan (Arif Muttaqin,

2010).
a) Informasi Biografi
Informasi biografi meliputi tanggal lahir, alamat, jenis kelamin, usia, status

pekerjaan, status perkawinan, nama anggota keluarga terdekat atau orang terdekat

lainnya, agama, dan sumber asuransi kesehatan. Usia pasien dapat menunjukkan

tahap perkembangan baik pasien secara fisik maupun psikologis. Jenis kelamin

dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap

terjadinya masalah atau penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh

terhadap pengetahuan klien masalah atau penyakitnya (Arief Muttaqin, 2014)


b) Keluhan Utama
Pengkajian anamnesis keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang

gangguan terpenting yang dirasakan pasien sampai perlu pertolongan (Arif

Muttaqin, 2010).

Setiap keluhan utama harus ditanyakan sedetil-setilnya kepada pasien dan

semuanya dituliskan pada riwayat penyakit sekarang. Pada umunya, beberapa hal

yang harus diungkapkan pada setiap gejala adalah lama timbulnya (surasi), lokasi

penjalarannya. Pasien diminta untuk menjelaskan keluhan-keluhannya dari gejala

awal sampai sekarang (Arif Muttaqin, 2010).


(1) Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami

sebelumnya. Menurut (Arif Muttaqin, 2010) hal-hal yang perlu dikaji meliputi:
(a) Pengobatan yang lalu dan riwayat alergi.
Ada beberapa obat yang diminum oleh pasien pada masa lalu yang masih

relevan, seperti pemakaian obat kortikosteroid. Catat adanya efek samping yang

terjadi di masa lalu. Selain itu juga harus menanyakan alergi obat dan reaksi alergi

seperti apa yang timbul.


(b) Riwayat keluarga.
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga.

Apabila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga

ditanyakan. Hal ini ditanyakan karena banyak penyakit menurun dalam keluarga.
(c) Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya. Seperti

kebiasaan sosial, kebiasaan merokok dan sebagainya yang memengaruhi

kesehatan.
(d) Status perkawinan dan kondisi kehidupan.
Tanyakan mengenai status perkawinan pasien dan tanyakan dengan hati-

hati menganai kepuasan dari kehidupannya yang sekarang. Tanyakan mengenai

kondisi kesehatan pasangannya dan setiap anak-anaknya. Pertanyaan mengenai

rencana kehidupan pasien adalah penting terutama untuk penyakit kronis, di mana

pasien harus mengetahui bantuan sosial apa yang tersedia dan apakah pasien dapat

mengaturnya di rumah (misalnya beberapa langkah yang dibutuhkan untuk

mecapai rumah).
Setiap pengkajian riwayat harus dapat diadaptasikan sesuai kebutuhan unik

seorang pasien. Setiap pola merupakan suatu rangkaian perilaku yang membantu

perawat mengumpulkan, mengorganiasikan, dan memilah-milah data (P. A. Potter,

1996).
Adapun pola-pola fungsional gordon terdiri dari :
a) Persepsi-kesehatan-pola manajemen-kesehatan
Menggambarkan pola pemahaman pasien dan keluarga tentang kesehtaan

dan kesejahteraan dan bagaimana kesehatan mereka diatur.


b) Pola metabolic - nutrisi
Menggambarkan konsumsi relative terhadap kebuthan metabolic dan

suplai gizi, meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut,

kuku, dan membrane mukosa, suhu tubuh, tinggi dan berat badan.
c) Pola eliminasi
Menggambarkan pola ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan kulit),

termasuk pola individu sehari-hari, perubahan atau gangguan, dan metabolisme

yang digunakan untuk menggalikan ekskresi.


d) Pola aktivitas - olahraga
Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang, dan

rekreasi, termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan kualitas olahraga, dan

faktor-faktor yang memengaruhi pola aktivitas (seperti otot-saraf, respirasi, dan

sirkulasi).
e) Pola tidur - istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan relaksasi dan setiap bantuan

untuk merubah pola tersebut


f) Pola persepsi - kognitif
Mengambarkan pola persepsi-sensori dan pola kognitif, meliputi

keadekuatan bentuk sensori (pengelihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan,

dan penghidu).
g) Pola persepsi-diri-konsep-diri
Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri,

kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan.

h) Pola hubungan peran


Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan meliputi persepsi

terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidupan saat ini.
i) Pola reproduksi - seksualitas
Menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas, termasuk

status reproduksi wanita.


j) Pola koping - toleransi stress
Menggambarkan pola koping umum, dan keefektifan keterampilan koping

dalam mentoleransi stress.


k) Pola nilai - kepercayaan
Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk

kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan keputusan gaya hidup (Gordon

1987 dalam Potter, 1996).


2) Pemeriksaan fisik
Menurut Muttaqin (2010) pemeriksaan fisik dengan pendekatan per sistem

dimulai dari kepala ke ujung kaki atau head to toe dapat lebih mudah dilakukan

pada kondisi klinik. Pada pemeriksaan fisik diperlukan empat modalitas dasar

yang digunakan yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.


Setelah pemeriksaan fisik terdapat pemeriksaan tambahan mengenai

pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengkaji tingkat kesehatan umum

seseorang dan pengukuran tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, respirasi, nadi)

(P. A. Potter, 1996).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons

pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik

yang berlangsung aktual maupun potensial. Tujuan diagnosis keperawatan adalah

untuk mengidentifikasi respons pasien individu, keluarga, komunitas terhadap

situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja DPP PPNI, 2016).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien stroke non hemoragik

yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan penurnan kekuatan otot ditandai

dengan mengeluh susah menggerakkan ekstermitas, rentang gerak (ROM)

menurun. (Tim Pokja DPP PPNI, 2016).


Adapun diagnosa yang mungkin muncul pada pasien stroke non

hemoragik:

a. Gangguan menelan berhubungan dengan penurunan fungsi nerfus vagus atau

hilangnya refluks muntah

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi nerfus

hipoglosus.

c. Nyeri akut
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan

keseimbangan dan koordinasi, spastisitas dan cedera otak.

e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gejala sisa stroke

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hemiparesis/hemiplegia,

penurunan mobilitas.

g. Resiko jatuh berhubungan dengan perubahan ketajaman penglihatan

h. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi otot

facial/oral

i. Resiko ketidakefektifakn perfusi jaringan otak berhubungan dnegan

penurunan aliran darah ke otak (aterosklerosis, embolisme) (Nurarif .A.H.

dan Kusuma. H, 2015).

3. Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan merupakan fase dari proses keperawatan yang penuh

pertimbangan dan sistematis serta mencakup pembuatan keputusan untuk

menyelesaikan masalah (Kozier et al., 2010). Menurut McCloskey & Bulecheck

(2000), intervensi keperawatan adalah setiap tindakan berdasarkan penilaian klinis

dan pengetahuan, yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil pada pasien

(Kozier et al., 2010).


Berikut merupakan intervensi dari stroke non hemoragik:
Tabel 2
Intervensi Keperawatan Stroke Non Hemoragik

1 2 3 4
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Gangguan NOC NIC
1. Pencegahan aspirasi Aspiration precaution
menelan
2. Status menelan : 1. Memantau tingakat
Batasan
tindakan pribadi kesadaran, refleks batuk,
karakteristik:
1. Gangguan fase untuk mencegah refleks muntah, dan
esofagus pengeluaran cairan kemampuan menelan
1 2 3 4
2. Abnormalitas dan partikel padat ke 2. Monitor status paru
pada fase dalam paru menjaga atau
3. Status menelan : fase
esofagus pada mempertahankan jalan
esofagus: penyaluran
pemeriksaan nafas
cairan atau partikel 3. Posisi tegak 90 derajat
menelan
3. Pernafasan bau padat dari faring ke atau sejauh mungkin
4. Jauhan manset trakea
asam lambung
4. Bruksisme 4. Status menelan: fase meningkat
5. Nyeri 5. Menyuapkan makanan
oral : persiapan,
epigastrik, dalam jumlah kecil
penahanan, dan
6. Hindari makan, jika
nyeri ulu hati
pergerakan cairan
6. Menolak residu tinggi tempat
atau partikel padat ke
makan “pewarna” dalam tabung
7. Hematemesis arah posterior mulut.
pengisi NG
8. Hiperekstensi 5. Status menelan : fase
7. Penawaran makanan
kepala faring: penyaluran
atau caiaran yang dapat
(misalnya cairan atau partikel
dibentuk menjadi bolus
membukuk padat dari mulut ke
sebelum menelan
pada saat atau esofagus 8. Potong makanan
Kriteria Hasil:
setelah makan) menjadi potongan-
1. Dapat
9. Bangun malam
potongan kecil
mempertahankan
karena mimpi
buruk makanan dalam mulut
10.Batuk malam 2. Kemampuan menelan
hari adekuat
11. Terlihat bukti 3. Pengirim bolus ke
kesulitan hipofaring selaras
menelan dengan refleks
(misalnya menelan
4. Kemampuan untuk
statis makanan
mengosongkan
pada rongga
rongga mulut
mulut,
5. Mampu mengontrol
batuk/tersedak)
mual muntah
Faktor yang
6. Imobilisasi
berhubungan:
konsekuensi :
1. Akalsia
1 2 3 4
2. Defek anatomi fisiologis
didapat
3. Paralisis
serebral
4. Gangguan saraf
kranial
5. Keterlambatan
perkembangan
6. Abnormalitas
orofaring
7. Prematuritas
8. Trauma, cedera
kepala
traumatik
2 Ketidakseimbang NOC NIC
1. Nutritional status : Nutrition Management
an Nutrisi kurang
1. Kaji adanya alergi
food and fluid
dari kebutuhan
2. Intake makanan
tubuh 3. Nutritional status: 2. Kolaborasi dengan ahli
Batasan
nutrient intake gizi untuk menentukan
karakteristik: 4. Weight control
jumlah kalor dan nutrisi
1. Ketidak Kriteria hasil:
1. Adanya peningkatan yang dibutuhkan pasien
mampuan
3. Anjurkan pasien untuk
berat badan
memakan
2. Berat badan ideal meningkatkan intake Fe
makanan 4. Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan tinggi
2. Tonus otot
meningkatkan protein
badan
menurun
3. Mampu dan vitamin C
3. Mengeluh
5. Berikan substansi gula
mengidentifikasi
gangguan 6. Yakinkan diet yang
kebutuhan nutrisi
sensasi rasa dimakan mengandung
4. Tidak adan tanda-
4. Kelemahan
tingg serat untuk
tanda malnutrisi
otot
5. Menunjukkan mencegah konstipasi
pengunyah 7. Berikan makanan yang
peningkatan fungsi
5. Kelemahan
terpilih ( yang sudah
pengecap dari
otot untuk
dikonsultasikan dengan
menelan
menelan
6. Tidak terjadi ahli gizi)
Faktor-faktor
8. Ajarkan pasien
penurunan berat
1 2 3 4
yang badan yang berarti bagaimana membuat
berhubungan catatan makanan harian
1. Faktor 9. Monitor jumlah nutrisi
biologis dan kandungan kalori
2. Faktor 10.Berikan informasi
ekonomi tentang kebutuhan
3. Ketidakmamp
nutrisi
uan untuk 11. Kaji kemampuan pasien
mengabsorbsi untuk mendapatkan
nutrien nutrisi yang dibutuhkan
4. Ketidak Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
mampuan
normal
untuk
2. Monitor adanya
mencerna
penurunan berat badan
makanan 3. Monitor tipe dan jumlah
5. Ketidak
aktivitas yang biasa
mampuan
dilakukan
menelan 4. Monitor interaksi anak
makanan atau orang tua selama
6. Faktor
makan
psikologis 5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
7. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor mual dan
muntah
10. Monitor kadar
albumin, total
protein,Hb dan kadar Ht
11. Monitor pertumbungan
dan perkembangan
1 2 3 4
12. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
13. Monitor kalori dan
intae nutrisi
14. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
15. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet.
3 Nyeri akut NOC NIC
Batasan 1. Pain level Pain Management
2. Pain control 1. Lakukan pengkajian
karakteristik
3. Comfort level
1. Perubahan nyeri secara
Kriteria hasil:
selera makan 1. Mampu mengontrol komperhensif termasuk
2. Perubahan
nyeri (tahu penyebab lokasi, karakteristik,
tekanan darah
nyeri, mampu durasi, frekuensi,
3. Perubahan
menggunakan tehnik kualitas dan faktor
frekuensi
nonfarmakologi untuk presipitasi
jantung
2. Observasi reaksi
4. Perubahan mengurangi nyeri,
nonverbal dari
frekuensi mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa ketidaknyamanan
pernafasan
3. Gunakan tenik
5. Laporan nyeri berkurang
komunikasi terapeutik
isyarat dengan manajemen
6. Diaforesis untuk mengetahui
nyeri
7. Perilaku
3. Mampu mengenali pengalaman nyeri pasien
distraksi 4. Kaji kultur yang
nyeri ( skala,
(misalnya mempengaruhi respon
intensitas, frekuensi
5. Evaluasi pengalaman
berjalan
dan tanda nyeri)
nyeri masa lampau
mondar-mandi 4. Menyatakan rasa
6. Evaluasi bersama pasien
mencari orang nyaman setelah nyeri
dan tim kesehatan lain
lain dan atau berkurang
1 2 3 4
aktivitas lain, tentang ketidakefektifan
aktivitas yang kontrol nyeri asa lampau
7. Bantu pasien dan
berulang
8. Mengekspresi keluarga untuk mencari
kan perilaku dan menemukan
9. Masker wajah
dukungan
10.Sikap
8. Kontrol lingkungan
melindungi
yang dapat
area nyeri
mempengaruhi nyeri
11. Fokus
seperti suhu ruangan,
menyempit
12.Indikasi nyeri pencahayaan dan
yang dapat kebisingan
9. Kurangi faktor
diamati
13.Perubahann presipitasi nyeri
10.Pilih dan lakukan
posisi untuk
penanganan nyeri
menghindari
(farmakologi, non
nyeri
14.Sikap tubuh farmakologi dan
melindungi interpersonal)
15.Dilatasi pupil 11. Kaji tipe dan sumber
16.Melaporkan
nyeri untuk menentukan
nyeri secara
intervensi
verbal 12.Ajarkan tentang teknik
17.Gangguan
non farmakologi
tidur 13.Berikan analgetik untuk
Faktor yang
mengurangi nyeri
berhubungan 14.Evaluasi keefektifan
1. Agen cedera
kontrol nyeri
(misalnya 15.Tingkatkan istirahat
16.Kolaborasikan dengan
biologis, kimia,
dokter jika ada keluhan
fisik,
dan tindakan nyeri tidak
psikologis)
berhasil
4. Gangguan NOC: NIC :
1. Joint Movement : Exercise therapy :
mobilitas fisik
Batasan Active ambulation
1 2 3 4
Karakteristik: 2. Mobility level 1. Monitoring vital sign
1.Kesulitan 3. Self care : ADLs
sebelum atau sesudah
4. Transfer
membolak balik
latihan dan lihat respon
performance
posisi
Kreteria Hasil : pasien saat latihan
2.Perubahan cara
1. Klien meningkat 2. Konsultasikan dengan
berjalan
dalam aktivitas fisik terapi fisik tentang
3.Keterbatasan
2. Mengerti tujuan dari
rencana ambulasi sesuai
kemampuan
peningkatan mobilitas
dengan kebutuhan
melakukan 3. Membervalisasikan
3. Bantu klien untuk
keterampilan perasaan dalam
menggunakan tongkat
motorik halus peningkatan kekuatan
saat berjalan dan cegah
4.Keterbatasan
dan kemmapuan
terhadap cedera
kemampuan
berpindah 4. Ajarkan pasien atau
melakukan 4.Memperagakan
tenaga kesehatan lain
keterampian penggunaan akat
tentang teknik ambulasi.
5.Bantu untuk mobilisasi
motorik kasar 5. Kaji kemampuan pasien
5.Keterbatasan
dalam mobilisasi
rentang 6. Latihan pasien dalam
pergerakan pemenuhan kebutuhan
sendi adls secara mandiri
Faktor yang
sesuai kemampuan
berhubungan 7. Dampingi dan bantu
1. Penurunan
pasien saat mobilisasi
kendali otot
dan bantu penuhi
2. Gangguan
kebutuhan adls
neuromoskular
8. Berikan alat bantu jika
3. Penurunan
klien memerlukan
kekuatan otot
9. Ajarkan pasien
4. Kurang
bagaimana merubah
pengetahuan
posisi dan berikan
tentang aktivitas
bantuan jika diperlukan
fisik
5. Keengganan
memulai
pergerakan
5. Defisit perawatan Noc : Nic :
1 2 3 4
diri 1. Sefl care status Self care assistance :
2. Self care : dressing
dressing / grooming
3. Activity tolerance
4. Fatigue level 1. Pantau tingkat kekuatan
Kriteria hasil:
dan toleransi aktivitas
1. Mampu melakukan
2. Pantau peningkatan dan
tugas fisik yang
penurunan kemampuan
paling mendasar dan
untuk berpakaian dan
aktivitas perawatan
melakukan perawatan
diri secara mandiri
rambut
dengan atau tanpa alat
3. Pertimbangkan usia
bantu
2. Mampu menganakan pasien ketika
pakaian dengan atau mempromosikan
tanpa alat bantu aktivitas perawatan diri
3. Mampu
4. Sediakan pakaian pasien
mempertahankan
pada tempat yang
kebersihan pribadi
mudah di jangkau
dan penampilan yang
5. Dukung kemandirian
rapih secara mandiri
dalam berpakaian,
dengan atau tanpa alat
berhias, bantu pasien
bantu
jika diperlukan
4. Perawatan diri
6. Perawatan diri
eliminasi: mampu
eliminasi:
melakukan aktivitas
Membantu pasien ke
eliminasi
5. Mampu duduk dan toilet
turun dari kloset 7. Menyediakan privasi
6. Membersihkan diri
selama eliminasi
setelah eliminasi
8. Perawatan diri makan:
7. Perawatan diri
Memonitor pasien
makan : kemampuan
kemampuan untuk
menyiapkan makan
menelan
padat atau cairan
9. Identifikasi diet yang
secara aman dari
diresepkan
1 2 3 4
mulut ke lambung 10. Mengatur nampan
8. Mampu makan secara
makanan dan meja
mandiri
menarik
9. Perawatan diri
11. Ciptakan lingkungan
mandi : mampu untuk
yang menyenangkan
membersihkan tubuh
selama waktu makan
secara mandiri dengan
12. Pastikan posisi pasien
atau tanpa alat bantu
10. Mampu untuk yang tepat untuk
mempertahankan memfasilitas
kebersihan dan mengunyah dan
penampilan yang rapi menelan
secara mandiri dengan 13. Memberikan bantuan
atau tanpa alat bantu fisik, sesuai kebutuhan
11. Mampu untuk
14. Perawatan diri mandi :
merawat mulut dan
Menyediakan artikel
gigi secara mandiri
pribadi yang diinginkan
dengan atau tanpa alat
( sikat gigi, sabun,
bantu
sampo, lotion, dan
12. Mampu
produk aromaterapi)
mempertahankan
15. Memfasilitasi mandi
mobilitas yang
pasien
diperlukan untuk
16. Memantau integritas
kamar mandi dan
kulit pasien
menyediakan
17. Menjaga kebersihan
perlengkapan mandi
13. Mengungkapkan ritual
secara verbal
kepuasan tentang
kebersihan tubuh dan
hygine oral.
6. Resiko kerusakan NOC NIC:
1. Tissue integrity : skin Pressure Management
intagritas kulit
1. Anjurkan pasien untuk
and muccous
2. Membranes menggunakan pakaian
1 2 3 4
3. Hemodyalis akses longgar
Kriteria hasil : 2. Hindari kerutan pada
1. Integritas kulit bisa
tempat tidur
dipertahankan 3. Jaga kebersihan kulit
2. Perfusi jaringan baik
agar tetap bersih dan
3. Mampu melindungi
kering
kulit dan
4. Mobilisasi pasien (ubah
mempertahankan
posisi pasien setiap 2
kelembaban kulit dan
jam sekali)
perawatan alami 5. Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada
daerah yang tertekan
6. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien.
7 Resiko Jatuh NOC NIC
Faktor resiko: Fall prevention
1. Trauma Risk For
Fisiologis
1. Mengidentifikasi defisit
2. Injury risk for
1. Gangguan
kognitif atau fisik pasien
Kriteria Hasil :
keseimbangan
yang dapat
1. Keseimbangan :
2. Gangguan
meningkatkan potensi
kemampuan untuk
mobilitas fisik
jatuhdalam lingkungan
mempertahankan
tertentu
ekulibrium
2. Mengidentifikasi
2. Gerakan
perilaku dan faktor yang
terkoordinasi
mempengaruhi risiko
kemampuan otot
jatuh
untuk bekerja sama
3. Mengidentifikasi
secara volunter untuk
karakteristik lingkungan
melakukan gerakan
yang dapat
yang bertujuan
meningkatkan potensi
3. Perilaku
untuk jatuh
pencegahan jatuh :
4. Sarankan perubhana
tindakan individu atau
dalam gaya berjalan
pemberi asuhan untuk
kepada pasien
meminimalkan faktor
1 2 3 4
resiko yang dapat 5. Mendorong pasien
memicu jatuh untuk menggunakan
dilingkungan individu tongkat atau alat
4. Kejadian jatuh : pembantu berjalan
tidak ada kejadian 6. Kunci roda dari kursi
jatuh roda, tempat tidur atau
5. pengetahuan : brankar selama transfer
keamanan pribadi. pasien
6. Pelanggaran 7. Tempat artikel mudah
perlindungan tingkat dijangkau dari pasien
kebingungan akut 8. Ajarkan pasien
7. Tingkat agitasi bagaimana jatuh untuk
8. Komunitas meminimalkan cedera
pengendalian risiko :
kekerasan
9. Komunitas
tingkat kekerasan
10.Gerakan
terkoordinasi
11. Kecenderungan
12. risiko pelarian untuk
kawin
13.Kejadian terjun
Keparahan cedera
fisik
4. Kerusakan NOC NIC
1. Beri satu kalimat
komunikasi 1. Komunikasi ekspresif
simpel setiap bertemu,
verbal ( kesulitan bicara)
jika diperlukan
Batasan ekspresi pesan verbal
2. Konsultasikan dengan
karakteristik dan atau non verbal
dokter kebutuhan
1. Tidak dapat yang bermakna
terapi wicara
2. Mampu
bicara 3. Dorong pasien untuk
1 2 3 4
2. Kesulitan memanajemen berkomunikasi secara
mengekspresik kemampuan fisik perlahan dan untuk
an pikiran yang dimiliki mengulangi
3. Mampu
secara verbal permintaan
3. Pelo mengkomunikasikan 4. Dengarkan dengan
4. Sulit bicara
kebutuhan dengan penuh perhatian
5. Bicara dengan
5. Beri anjuran kepada
lingkungan sosial
kesulitan
pasien dan keluarga
Faktor yang
tentang penggunaan
berhubungan:
1. Perubahan alat bantu bicara
6. Berikan pujian positif,
sistem saraf
jika diperlukan
pusat
7. Anjurkan kunjungan
2. Penurunan
keluarga secara teratur
sirkulasi ke
untuk memberi
otak
3. Hambatan stimulus komunikasi
fisik
4. Pelemahan
sistem
muskuloskelet
al
9 Perfusi Perifer NOC: NIC :
1. Circulation status Peripheral Sensastion
. Tidak Efektif
2. Tissue perfusion :
Batasan Management
cerebral (managemen sensasi
Karakteristik:
Kriteria Hasil :
1. Perubahan perifer)
Mendemonstrasikan
fungsi motorik 1. Monitor adanya
status sirkulasi yang
2. Perubahan
daerah tertentu yang
ditandai dengan:
tekanan darah
1. Berkomunikasi hanya peka terhadap
diekstermitas
dengan jelas dan panas/
3. Nyeri
sesuai dengan dingin/tajam/tumpulM
ekstermitas
Faktor yang kemampuan onitor adanya paretese
2. Menunjukkan
berhubungan : 2. Instruksikan
1. Kurang perhatian, konsentasi
keluarga untuk
1 2 3 4
pengetahuan dan orientasi mengobservasi kulit
3. Memproses
tetang faktor jika ada isis atau
informasi
pemberat laserasi
4. Membuat keputusan
(misalnya : 3. Gunakan sarung
dengan benar
merokok, gaya 5. Menunjukan fungsi tangan untuk proteksi
hidup monoton, sensori motori cranial 4. Batasi gerak pada
trauma, obesitas, yang utuh : tingkat kepala, leher dan
asupan garam, kesadaran membaik, punggung
imobilitas). tidak ada gerakan 5. Monitor
2. Kurang
gerakan involunter kemampuan BAB
pengetahuan
6. Kolaborasi
tentang proses
pemberian analgetik
penyakit.
7. Monitor adanya
tromboplebitis
8. Diskusikan
mengenai penyebab
perubahan sensasi
Sumber : Nurarif, A.H & Hardhi , Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nic
Noc, 2015
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi pengumpulan

data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan

tindakan, serta menilai data yang baru. Pada proses keperawatan, implementasi

adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan.

Berdasarkan terminology NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan

mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus

yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi (atau program keperawatan).

Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk


intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap

implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons klien terhadap

tindakan tersebut (Kozier, 2010).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Evaluasi

adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari

evaluasi menentukan menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri,

dilanjutkan, atau diubah. Evaluasi berjalan kontinu, evaluasi yang dilakukan

ketika atau segera setelah mengimplementasikan program keperawatan

memungkinkan perawat segera memodifikasi intervensi. Evaluasi yang dilakukan

pada interval tertentu (misalnya, satu kali seminggu untuk klien perawatan

dirumah) menunjukan tingkat kemajuan untuk mencapai tujuan dan

memungkinkan perawat untuk memperbaiki kekurangan dan memodifikasi

rencana asuhan sesuai kebutuhan (Kozier, 2010).


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan suatu hubungan antara konsep satu

dengan lainnya dari masalah yang ingin diteliti yang menghubungkan atau

menjelaskan secara rinci tentang suatu topik yang akan dibahas (Setiadi,2013).

1. Pohon Masalah
Stroke non hemoragik disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor yang tidak

dapat di ubah seperti jenis kelamin, usia dan keturunan. Faktor kedua yaitu

hipertensi, penyakit jantung, kolesterol tinggi, obesitas, diabetes melitus,

polisetemia dan stress emosional. Faktor ketiga ialah kebiasaan hidup seperti

merokok, peminum alkohol, obat-obatan terlarang dan aktivitas yang tidak sehat

(Nurarif .A.H. dan Kusuma. H, 2015). Stroke non hemoragik dapat terjadi karena

plak ateriosklerosis sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah yang

menyebabkan berkurangnya aliran darah pada jaringan otak, trombosis otak,

aterosklerosis, dan emboli serebral, karena berkurangnya aliran darah ke otak

maka terjadi kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak sehingga

menyebabkan hemiparase atau plegi kanan & kiri dan terjadi hambatan mobilitas

fisik (Mutaqqin, 2011). Dampak dari hambatan mobilitas fisik yaitu perubahan

metabolisme, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan pengubahan zat

gizi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan sistem pernapasan, perubahan

kardiovaskular, perubahan sistem muskuloskeletal, perubahan sistem integumen,

perubahan eliminasi, perubahan (Widuri,2010).


Adapun kerangka konsep dari penelitian ini dapat diterangkan dengan

skema yang tertera pada gambar 1 di bawah ini :


Faktor yang tidak Faktor yang dapat di ubah : Kebiasaan Hidup
bisa di rubah : 1. Hipertensi 1. Merokok
1. Jenis kelamin 2. Penyakit jantung 2. Peminum alkohol
2. Usia 3. Kolesterol tinggi 3. Obat-obatan
3. Keturunan 4. Obesitas terlarang
5. Diabetes Melitus 4. Aktivitas yang
6. Polisetemia tidak sehat
7. Stress emosional
STROKE NON HEMORAGIK

Proses metabolisme dalam otak


terganggu

Penurunan Suplai darah dan O2


keotak

Disfungsi N.XI (assesoris)

Dampak dari Hambatan Mobilitas


Penurunan fungsi motorik dan Fisik:
1. Perubahan metabolisme
muskuloskeletal
2. Ketidak seimbangan cairan
3. Gangguan pengubahan zat gizi
4. Gangguan fungsi
Kelemahan pada satu/ keempat gastrointestinal
anggota gerak 5. Perubahan sistem pernafasan
6. Perubahan kardiovaskular
7. Perubahan sistem
Hemiparase/plegi kanan&kiri muskuloskeletal
8. Perubahan sistem integumen
9. Perubahan eliminasi
Hambatan Mobilitas Fisik 10. Perubahan perilaku

Gambar 1 Kerangka Konsep Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pasca


Stroke Non Hemoragik dengan Gangguan Pemenuhan Mobilitas Fisik.

2. Alur Penelitian
Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yaitu tahap pertama pengkajian.

Pengkajian merupakan proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan

untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini dan waktu

sebelumnya, serta untuk menentukan pola persepsi pasien saat ini dan waktu

sebelumnya (Carpenito-Moyet, 2007). Tahap kedua yaitu diagnosa keperawatan


yang merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons pasien terhadap masalah

kesehatan atau proses yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun

potensial (PPN, 2016). Tahap ketiga yaitu intervensi atau perencanaan merupakan

proses yang terdiri dari tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan bagi pasien dan

merencanakan intervensi keperawatan (Andarmoyo, 2013). Tahap yang keempat

yaitu pelaksanaan atau implementasi keperawatan, yang mana pada tahap ini lebih

menekankan pada menyelesaikan atau melakukan suatu tindakan yang sudah

direncanakan terlebih dahulu pada intervensi atau perencanaan (Potter & Perry,

2006). Dan tahap yang terakhir yaitu tahap evaluasi, pada tahap evaluasi adalah

aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi

menentukan menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri,

dilanjutkan, atau diubah. Evaluasi berjalan kontinu, evaluasi yang dilakukan

ketika atau segera setelah mengimplementasikan program keperawatan

memungkinkan perawat segera memodifikasi intervensi. Evaluasi yang dilakukan

pada interval tertentu (misalnya, satu kali seminggu untuk klien perawatn

dirumah) menunjukan tingkat kemajuan untuk mencapai tujuan dan

memungkinkan perawat untuk memperbaiki kekurangan dan memodifikasi

rencana asuhan sesuai kebutuhan (Kozier, 2010).

Penelitian ini dilakukan dari pengkajian, diagnosa, intervensi, mplementasi

dan evaluasi.

Pengkajian Diagnosa Intervensi

Evaluasi Implementasi
Keterangan

: Diteliti

: Tidak Diteliti

: Alur Pikir

Sumber : Nurarif, A.H & Hardhi , Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nic-
Noc, 2015

Gambar 2 Alur Penelitian Asuhan Keperawatan

B. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah yang

akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).

Tabel 3
Definisi Operasional Asuhan Keperawatan Pada Pasca Stroke Non Hemoragik
dengan Gangguan Pemenuhan Mobilitas Fisik

No. Variabel Sub Definisi Alat Skala Sumber


Variabel Operasional Ukur Data Data
1 2 3 4 5 6 7
1. Gangguan Upaya pasien Lembar Nominal Primer
Mobilitas melakukan observasi -Ya
-Tidak
Fisik mobilisasi
dengan latihan
Range Of
Motion atau
ROM untuk
mencegah
terjadinya
penurunan
fleksibilitas
sendi dan
kekakuan sendi.
2. Asuhan 1.Pengkajian Proses Format Primer
Keperawat pengumpulan pengkajian dan
an Stroke data baik data asuhan skunder
Non subjektif dan keperawatan
Hemoragik data objektif
dengan serta riwayat
gangguan kesehatan pasien
mobilitas untuk
fisik menentukan

status kesehatan
pada pasien
stroke non
hemoragik
dengan
gangguan
mobilitas fisik.
2. Diagnosa Masalah Standar Primer
keperawatan Diagnosa dan
yang didapat keperawatan Sekunde
setelah Indonesia r
dilakukan tahun 2016
pengkajian data
adalah gangguan
mobilitas fisik
3. Intervensi Rencana NIC dan Primer
keperawatan NOC dan
yang ditetapkan sekunder
untuk mencapai
tujuan dan
mengatasi
masalah
keperawatan
gangguan
mobiitas fisik
4.Implemen- Tindakan NIC dan Primer
tasi keperawtatan NOC dan
yang dilakukan sekunder
sesuai dengan
perencanaan
yang sudah
ditetapkan
5. Evaluasi Penilaian pasien Format Primer
setelah Evaluasi dan
diberikan sekunder
asuhan
keperawatan,
melihat tingkat
keberhasilan
yang telah
dicapai sesuai
dengan kriteria
hasil.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam karya tulis ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif pada

penelitian ini, peneliti menggunakan model penelitian deskriptif yang

menggambarkan penelitian studi kasus. Penelitian deskriptif merupakan salah satu

penelitian yang memaparkan berbagai fenomena yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lainnya, yang

dilakukan secara holistik (Setiadi, 2013). Penelitian ini menggunakan desain

observasional dimana penelitian hanya bertujuan untuk melakukan pengamatan

dan non eksperimental. Karya tulis ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu

dalam pengumpulan dan penyajian data berupa uraian tertulis maupun lisan yang

diperoleh dari subyek penelitian serta perilaku yang diamati di kehidupan sehari –

hari. Rancangan penelitian adalah studi kasus dimana penelitian dilakukan

terhadap suatu permasalahan yang terdiri dari dua kasus kemudian dianalisis

secara mendalam dan dilaporkan secara naratif.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilakukan di tempat tinggal pasien Tn. MJ dan Tn. JR

dengan gangguan pemenuhan mobilitas fisik di wilayah kerja UPT Kesmas

Sukawati I pada 17 – 21 April 2018. Lamanya penelitian telah disesuaikan dengan

instruksi medikasi subjek penelitian dari tim medis di UPT Kesmas Sukawati I

yaitu selama 5x kunjungan.


C. Subjek Studi Kasus

Karya tulis ini menggunakan subjek studi kasus dengan kriteria inklusi pasien

pasca stroke non hemoragik dengan gangguan pemenuhan mobilitas fisik yang

bersedia menjadi responden di wilayah UPT Kesmas Sukawati I, yang

memberikan asuhan keperawatan terhadap gangguan mobilitas yang dirasakan

oleh pasien tersebut serta salah satu anggota keluarga yang dominan mendampingi

masing – masing pasien.. Adapun kriteria eksklusi dalam karya tulis ini adalah

pasien yang tidak bersedia menjadi responden dan pasien pasca stroke non

hemoragik dengan gangguan kognitif.

D. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus merupakan kajian utama dari masalah yang akan

dijadikan acuan studi kasus. Fokus studi kasus pada penelitian ini adalah

pemberian asuhan keperawatan pada pasien pasca stroke non hemoragik dengan

gangguan pemenuhan mobilitas fisik.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subyek dan

proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2013).
Metode pengumpulan dalam karya tulis ini merupakan wawancara,

observasi, dan pengukuran.


Metode wawancara merupakan bentuk komunikasi langsung antara

peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab

kepada pasien, keluarga dan tenaga kesehatan yang dilakukan untuk memperoleh

data subyektif tentang masalah keperawatan yang dihadapi pasien. Pada penelitian
ini peneliti menggunakan metode wawancara tak berstruktur, sebab pertanyaan-

pertanyaan dapat dijawab secara bebas sesuai dengan keluhan pasien (Gulo,

2002).
Metode observasi merupakan metode pengumpulan data dimana peneliti

atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana mengamati secara langsung

perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data tentang kesehatan dan

perawatan.Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indera

lainnya seperi sentuhan, pendengaran dan penciuman. Pada penelitian ini

menggunakan metode observasi partisipan, dimana masing-masing pihak, baik

pengamat maupun yang diamati, menyadari perananya (Gulo, 2002).


Metode pengukuran merupakan metode mengukur menggunakan skala

ukur. Pengukuran yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu utnuk mengukur

kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik

dengan menggunakan lembar observasi Range Of Motion (ROM).

Adapun alur pengumpulan data yaitu :

1. Tahap persiapan.
a. Melaksanakan seminar prosposal dan melakukan perbaikan sesuai dengan

arahan dari pembimbing.


b. Mendapat persetujuan dari pembimbing untuk melaksanakan pengambilan

data.
c. Mengajukan izin mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Denpasar melalui bidang pendidikan Poltekkes

Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan.


d. Mengajukan izin penelitian kepada Direktur Politeknik Kesehatan Denpasar

secara kolektif.
e. Mengajukan izin penelitian kepada Badan Penanaman Modal dan Perizinan

Provinsi Bali.
f. Mengajukan izin penelitian kepada Badan Kesbanglinmas Kabupaten Gianyar.
g. Membawa tembusan izin penelitian kepada Dinas Kesehatan Kabupaten

Gianyar.
h. Membawa tembusan izin penelitian kepada UPT Kesmas Sukawati I.
i. Membawa tembusan surat izin penelitian kepada Kelian Dinas di Wilayah

Kerja UPT Kesmas Sukawati 1 Gianyar.


j. Menetapkan peneliti pendamping (enumerator) yakni Kelian Dinas di Wilayah

Kerja UPT Kesmas Sukawati 1 Gianyar.


k. Mahasiswa mencari kasus melalui buku register di UPT Kesmas Sukawati I

gianyar, masing-masing mahasiswa mencari 2 pasien dengan masalah yang

sama untuk dijadikan pasien.


2. Tahap pelaksanaan
a. Melakukan pendekatan secara informal kepada pasien yang akan diteliti.
b. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dengan memberikan informasi

bahwa semua data pribadi akan dirahasiakan.


c. Memberikan lembar persetujuan kepada responden, apabila responden

bersedia untuk diteliti maka responden harus menandatangani lembar

persetujuan dan jika pasien tidak bersedia, peneliti tidak memaksa dan

menghormati hak pasien.


d. Setelah pasien menandatangani lembar persetujuan, maka peneliti akan

melakukan indentifikasi terhadap proses keperawatan (pengkajian, rumusan

diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan

dan evaluasi) pada responden yang telah dijadikan pasien.


3. Tahap akhir
a. Mahasiswa memeriksa kesenjangan yang muncul dilapangan selama

pelaksanaan studi kasus dan menyusun pembahasan dengan teknik reduksi

data dan triangulasi data.


b. Mahasiswa wajib memberikan kesimpulan dan saran serta rekomendasi yang

aplikatif sesuai hasil pembahasan.


c. Setelah proses hasil pembimbing selesai mahasiswa mendaftarkan diri pada

Kordinator KTI untuk dapat melaksanakan ujian KTI.


F. Metode Analisa Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

analisis data kualitatif. Metode ini merupakan proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan

pengukuran melalui cara mengorganisasikan data ke dalam kategori (Lapau,

2012). Adapun tiga komponen dalam analisis kualitatif adalah sebagai berikut :
1. Reduksi data yaitu memilih dan memusatkan perhatian peneliti dalam hal ini

adalah gangguan mobilitas fisik yang dirasakan oleh pasien stroke non

hemoragik, serta jalannya terapi nonfarmakologis sebagai bentuk asuhan

keperawatan untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik yang diperoleh pasien

dari tim medis.


2. Penyajian data yaitu menguraikan seluruh data yang dikaji oleh peneliti

secara naratif dan rinci mengenai karakteristik gangguan mobilitas fisik, serta

bagaimana jalannya asuhan keperawatan yang diperoleh pasien terkait dengan

gangguan mobilitas fisik yang dirasakan sebagai dampak dari stroke non

hemoragik.
3. Verifikasi dan penarikan kesimpulan dilakukan setelah data direduksi dan

disajikan. Kesimpulan penelitian ini berupa bagaimana gangguan mobilitas

fisik yang dialami pasien stroke non hemoragik sebelum dan setelah

diberikan asuhan keperawatan serta bagaimana gambaran jalannya asuhan

keperawatan yang diperoleh pasien untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik

akibat stroke non hemoragik di wilayah Kerja UPT Kesmas 1 Sukawati.

G. Etika Studi Kasus

Etika dalam penelitian ini dapat berupa :

1. Informed consent
Informed Consent atau persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian

merupakan suatu bentuk persetujuan subyek penelitian setelah mendapat

penjelasan tentang perlakuan dan dampak yang timbul dari penelitian yang

dilakukan. Informed consent dimulai dengan pernyataan dari salah satu pihak

(peneliti) untuk mengikat dirinya atau menawarkan suatu perjanjian yang disebut

dengan penawaran. Kemudian diikuti dengan pernyataan dari pihak lain (subjek

penelitian) untuk menerima penawaran tersebut atau disebut penerimaan.

Informed consent merupakan suatu upaya untuk perlindungan hak asasi manusia

(subjek penelitian) dalam hubungan peneliti dan pasien yaitu hak atas informasi

yang dikaitkan dengan hak untuk menentukan nasib sendiri (Wasis, 2008).

2. Anonimity (tanpa nama)

Peneliti memberikan jaminan kepada subjek penelitian dengan tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan

hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang sudah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu

yang akan dilaporkan pada hasil riset.


BAB V

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

Hasil merupakan pencarian, pemahaman atau pengertian subjektif. Hasil

menunjuk pada apa yang disampaikan oleh data yang dikumpulkan (Raco, 2010).

Hasil studi kasus menuangkan data yang diperoleh dari kegiatan yang telah

dilakukan pada subjek penelitian sesuai dengan fokus studi kasus dan terdiri dari

proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan

evaluasi pada 2 pasien penderita Stroke Non Hemoragik dengan Gangguan

Mobilitas Fisik di wilayah kerja UPT Kesmas Sukawati I tahun 2018.


1. Pengkajian
a. Pasien 1
Pasien 1 yaitu Tn. MJ, berjenis kelamin laki-laki, berusia 65 tahun,

pendidikan terakhir SD, status menikah, beragama Hindu, seorang petani, suku

Indonesia, beralamat di Br. Tengah, Sukawati, pengkajian pada tanggal 17 April

2018, dan sumber informasi ini diperoleh dari buku register pasien di UPT

Kesmas Sukawati I dan pasien. Hasil observasi partisipatif pada Tn. MJ dengan

diagnosa medis Stroke Non Hemoragik, peneliti telah mendokumentasikan hasil

pengkajian berupa pasien mengeluh lemah pada tubuh bagian kiri dengan

kekuatan otot dan kesemutan pada tangan kiri. Pasien memiliki riwayat
5555 3333
Hipertensi 5555 3333 sehingga pasien diberikan terapi farmokologi yaitu

captropil.
Hasil pemeriksaan fisik yang telah didapatkan adalah tingkat kesadaran

compos mentis, GCS : E4V5M6, tanda - tanda vital : TD : 160/100 mmHg, Nadi

88x/menit, suhu : 36oC, RR : 16x/menit. Hasil pemeriksaan secara head to toe

dimulai dari kepala dan leher : bentuk kepala simetris, warna rambut hitam dn
terdapat uban, kepala kurang bersih, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, tidak

ada pembersaran kelenjar jugularis dan typoid pada leher. Bagian mata : bentuk

mata simetris, konjungtva merah muda, kelopak mata tidak terdapat edema, tidak

terdapat massa. Bagian hidung : bentuk simetris, tidak terdapat polip, tidak

terdapat massa. Bagian telinga : bentuk simetris, tidak ada lesi, tampak cukup

bersih, tidak ada benjolan dan nyeri tekan. Bagian mulut : mukosa bibir lembab,

gigi kuning, terdapat gigi yang tanggal, tidak terdapat karies gigi, tidak ada massa

dan nyeri tekan. Bagian thorak : bentuk simetris, pergerakan dada simetris, tidak

ada nyeri tekan, terdengar suara vestikuler, tidak terdapat suara abnormal. Bagian

Abdomen : bentuk simetris, terdengar bising usus 12x/menit. Bagian genetalia

tidak terkaji. Bagian ekstremitas didapatkan hasil pada ektremitas atas kanan :

pergerakan normal, tidak ada fraktur, tidak ada edema, tidak ada lesi, tidak ada

atropi. Ektremitas atas kiri : pergerakan lemah, kekuatan otot lemah, tidak ada

edema, tidak ada atropi. Ekstremitas bawah kanan : pergerakan normal, tidak ada

fraktur, tidak ada edema dan tidak ada lesi. Ektremitas kiri : tampak lemah, susah

untuk digerakkan, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, reflek (+) tampak atropi
kekuatan otot
Hasil 5555 3333 pengkajian pola kebutuhan dasar aktivitas dan
5555 3333
latihan di dapatkan hasil pasien mengambil makan dan minum dibantu oleh

keluarga, makan dan minum secara mandiri, mandi di bantu oleh keluarga,

toileting dibantu oleh alat atau tongkat, pasien mobilisasi dengan tongkat,

berpindah dan ambulasi menggunakan alat.

2. Pasien 2
Pasien 2 yaitu Tn. JR, berjenis kelamin laki-laki, usia 62 tahun, status

menikah, beragama Hindu, pendidikan SMP, pekerjaan pedagang, suku Indonesia,

beralamat di Br. Tengah, Sukawati, pengkajian dilakukan pada tanggal 17 April


2018, dan sumber informasi didapatkan dari buku register pasien di UPT Kesmas

Sukawati I, pasien dan keluarga pasien. Hasil observasi partisipatif pada Tn. JR

dengan diagnosa medis stroke non hemoragik + hipertensi + diabetes mellitus,

peneliti telah mendokumentasikan hasil pengkajian berupa pasien mengeluh


lemah pada tubuh bagian kiri dengan kekuatan otot
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus sehingga pasien

menjalani terapi farmakologi berupa caprtopil dan lantus.


Hasil pemeriksaan fisik yang telah didapatkan dari observasi partisipatif

yaitu tingkat kesadaran compos mentis, GCS : E4V5N6, tanda – tanda vital : TD :

140/90 mmHg, Nadi : 86x/menit, suhu : 36 oC, RR : 18x/menit. Hasil pemeriksaan


5555 4444
head to toe didapatkan hasil yaitu pada bagian 5555 4444 kepala dan

leher : bentuk kepala normocephal, rambut berwarna hitam dan terdapat uban,

kulit kepala cukup bersih, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada

pembesaran kelenjar jugularis dan typoid pada leher. Bagian mata : bentuk

simetris, konjungtiva merah muda, kelopak mata tidak terdapat edema, tidak

terdapat massa. Bagian hidung : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak terdapat

massa. Bagian telinga : bentuk simetris, tidak ada lesi, tampak cukup bersih, tidak

ada massa, tidak ada nyeri tekan. Bagian mulut : mukosa bibir lembab, gigi

kuning, terdapat gigi yang tanggal, tidak ada karies gigi, tidak ada massa dan

nyeri tekan. Bagian thorak : bentuk payudara simetris, tidak ada benjolan, tidak

terdapat suara tambahan. Bagian abdomen : bentuk simetris, bising usus normal,

terdengar suara timpani, tidak ada nyeri tekan. Bagian genetalia tidak terkaji.

Bagian ektremitas yaitu didapatkan hasil ektremitas atas kanan : pergerakan

normal, kekuatan otot normal, tidak ada fraktur, tidak ada edema, tidak ada lesi,

tidak ada tropi. Ektremitas atas kiri : pergerakan lemah, tidak tampak atropi pada

tangan kiri, tampak sulit untuk


bergerak, kekuatan otot
Hasil pola kebutuhan dasar aktivitas dan latihan di dapatkan hasil pasien

mengambil makan dan minum dibantu oleh keluarga, makan dan minum secara

mandiri, mandi di bantu oleh keluarga, toileting dibantu oleh alat atau tongkat,

pasien mobilisasi dengan tongkat, berpindah dan ambulasi menggunakan alat.


2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa 5555 4444 keperawatan yang telah dirumuskan pada


5555 4444

pasien 1 yakni Tn. MJ dan pasien 2 yakni Tn. JR berdasarkan pada analisa data

adalah sebagai berikut :

Tabel 4
Analisa Data Pasien 1 Tn. MJ dan Pasien 2 Tn. JR dengan Gangguan Mobilitas
Fisik di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati

1 2 3 4
Masalah
Pasien Data (Sign/Symptom) Interpretasi (Etiologi)
(Problem)
Pasie I DS : Pasien mengatakan Stroke Non Hemoragik Gangguan
Mobilitas
Tn. MJ lemah pada tubuh
Fisik
Proses Metabolisme
bagian kiri dan
dalam otak terganggu
kesemutan
Penurunan suplai darah
DO : Pasien tampak sulit
dan O2 ke otak
menggerakkan
Disfungsi N.XI
ektremitas kiri,
(assesoris)

Penurunan fungsi
motorik dan
kekuatan otot muskuloskeletal
5555 3333
5555 3333 Kelemahan pada satu/
keempat anggota gerak

Hemiparase

Gangguan Mobilitas
Fisik
1 2 3 4

Pasien 2 DS : Pasien mengatakan Stroke Non Hemoragik Gangguan


Tn. JR lemah pada kaki Mobilitas
Proses Metabolisme
dan tangan bagian Fisik
dalam otak terganggu
kiri
DO : Pasien tampak sulit
Penurunan suplai darah
menggerakkan dan O2 ke otak
ektremitas kiri,
kekuatan otot Disfungsi N.XI
5555 4444 (assesoris)
5555 4444
Penurunan fungsi
motorik dan
muskuloskeletal

Kelemahan pada satu/


keempat anggota gerak

Hemiparase

Gangguan Mobilitas
Fisik

Setelah dilakukan analisis data, maka didapatkan diagnosa keperawatan

sebagai berikut :

Tabel 5
Diagnosa Keperawatan Pasien 1 Tn. MJ dan Pasien 2 Tn. JR dengan Gangguan
Mobilitas Fisik di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati

Pasien Diagnosa Keperawatan


1 2
Tn. MJ Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparase
ditandai dengan pasien mengeluh sulit menggerakan tangan dan
kaki kiri, lemah pada tangan dan kaki kiri, pasien tampak lemah,
pasien tampak mobilisasi dibantu dengan tongkat, aktivitas
dibantu sebagian dengan alat (tongkat) dan dibantu oleh
keluarga, kekuatan otot 5555 3333
5555 3333

Tn. JR Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparase


ditandai dengan pasin mengeluh lemah pada tangan dan kaki kiri,
pasien tampak sulit menggerakkan kaki dan tangan kirinya,
pasien menggunakan alat bantu berupa tongkat untuk melakukan
aktivitas sehari-hari, kekuatan otot 5555 4444
5555 4444

3. Perencanaan atau Intervensi

Hasil observasi partisipatif yang dilakukan pada Pasien 1 Tn. MJ dan

Pasien 2 Tn.JR dengan diagnosa medis stroke non hemoragik didapatkan rencana

asuhan keperawatan sebagai berikut :

Tabel 6
Rencana Keperawatan Pada Pasien 1 Tn. MJ dan Pasien Tn.JR dengan Gangguan
Mobilitas Fisik di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I Tahun 2018

1 2 3 4
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Pasien Intervensi
Keperawatan Hasil
Tn. MJ Gangguan mobilitas Setelah dilakukan NIC :
fisik berhubungan asuhan keperawatan Exercise therapy :
hemaparase ditandai selama 5x kunjungan a. Monitor vital
dengan pasien diharapkan pasien sign sebelum
mengeluh sulit menunjukkan atau sesudah
1 2 3 4
menggerakan tangan peningkatan dalam latihan dan lihat
dan kaki kiri, lemah mobilitas fisik dengan respon pasien
pada tangan dan kaki kriteria hasil NOC : saat latihan
kiri, pasien tampak 1. Pasien meningkat b. Konsultasikan
mobilisasi dibantu dalam aktivitas fisik dengan terapi
dengan tongkat, 2. Mengerti tujuan dari fisik tentang
aktivitas dibantu peningkatan rencana
sebagian dengan alat mobilitas fisik ambulasi sesuai
(tongkat) dan 3. Memverbalisasikan dengan
dibantu oleh perasaan dalam kebutuhan
keluarga, kekuatan peningkatan c. Bantu pasien
otot kekuatan otot dan untuk
5555 3333 kemampuan menggunakan
5555 3333
berpindah tongkat saat
4. Mengalami berjalan dan
peningkatan cegah terhadap
kekuatan otot cedera
d. Ajarkan pasien
atau tenaga
kesehatan lain
tentang teknik
ambulasi
e. Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
f. Latih pasien
dalam
pemenuhan adls
secara mandiri
g. Dampingi dn
bantu pasien saat
mobilisasi dan
1 2 3 4
bantu penuhi
kebutuhan adls
h. Berikan alat
bantu jika pasien
memerlukan
i. Ajarkan pasien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan.
Tn. JR Gangguan mobilitas Setelah dilakukan NIC :
fisik berhubungan asuhan keperawatan Exercise therapy :
hemaparase ditandai selama 5x kunjungan 1. Monitor vital
dengan pasien diharapkan pasien sign sebelum
mengeluh sulit menunjukkan atau sesudah
menggerakan tangan peningkatan dalam latihan dan lihat
dan kaki kiri, lemah mobilitas fisik dengan respon pasien
pada tangan dan kaki kriteria hasil NOC : saat latihan
kiri, pasien tampak 1. Pasien meningkat 2. Konsultasikan
mobilisasi dibantu dalam aktivitas fisik dengan terapi
dengan tongkat, 2. Mengerti tujuan dari fisik tentang
aktivitas dibantu peningkatan rencana
sebagian dengan alat mobilitas fisik ambulasi sesuai
(tongkat) dan 3. Memverbalisasikan dengan
dibantu oleh perasaan dalam kebutuhan
keluarga, kekuatan peningkatan 3. Bantu pasien
otot kekuatan otot dan untuk
5555 4444 kemampuan menggunakan
5555 4444
berpindah tongkat saat
4. Mengalami berjalan dan
peningkatan cegah terhadap
1 2 3 4
kekuatan otot cedera
4. Ajarkan pasien
atau tenaga
kesehatan lain
tentang teknik
ambulasi
5. Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
6. Latih pasien
dalam
pemenuhan adls
secara mandiri
7. Dampingi dn
bantu pasien saat
mobilisasi dan
bantu penuhi
kebutuhan adls
8. Berikan alat
bantu jika pasien
memerlukan
9. Ajarkan pasien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan.
4. Pelaksanaan atau Implementasi

Implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada pasien 1 dan pasien 2 dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Implementasi keperawatan pada pasien 1 yakni Tn. MJ

Tabel 7
Implementasi Keperawatan yang Dilaksanakan pada Pasien 1 Tn. MJ pada Tanggal 17 April s/d 21 April 2018
di Banjar Tengah, Sukawati, Gianyar.

1 2 3 4 5
Kunjungan Jam Diagnosa
Implementasi Evaluasi Formatif
Ke - Kunjungan Keperawatan
Kunjungan 1 14.00 Gangguan Melakukan pengkajian kepada pasien Pasien mengeluh lemah pada tubuh
Selasa, 17 April
Mobilitas Fisik gangguan mobilitas fisik secara bagian kiri, sulit untuk digerakan,
2018
komprehensif termasuk pola aktivitas pasien tampak menggunakan tongkat
latihan pasien dan kekuatan otot saat mobilisasi, kekuatan otot
pasien 5555 3333
5555 3333
14.15 Mengecek Tanda- tanda vital pasien TD : 160/100 mmHg, Nadi : 89x/menit,
suhu : 36oC, RR : 16x/menit
14.30 Membantu pasien menggunakan Pasien tampak sudah dapat
tongkat saat berjalan dan cegah menggunakan tongkat dan pasien
terhadap cedera tampak berhati-hati saat mobilisasi
menggunakan tongkat
15.00 Menganjurkan pasien untuk latihan Pasien tampak melakukan latihan ROM
1 2 3 4 5
ROM guna meningkatkan kekuatan dipandu oleh peneliti, pasien tampak
otot pasien belum mampu melakukan ROM secara
aktif dari sendi leher sampai sendi jari-
jari kaki.
15.35 Mengobservasi perasaan pasien Pasien mengatakan setelah latihan
setelah latihan merasa baik
15.40 Memotivasi pasien untuk melakukan Pasien mengatakan mengerti.
latihn ROM 2x sehari
16.10 Membantu pasien dalam toileting Pasien mengatakan terbantu
Kunjungan 2 14.00 Gangguan Mengkaji keluhan pasien Pasien mengeluh lemah pada tubuh
Rabu, 18 April
mobilitas fisik bagian kiri terutama pada kaki dan
2018
kesemutan dan kekuatan otot
5555 3333
5555 3333
14.30 Mengkaji kemampuan mobilisasi Pasien bergerak menggunakan tongkat,
pasien pasien melakukan aktvitas
menggunakan tongkat
15.10 Mengecek tanda-tanda vital pasien TD : 150/100mmHg, Nadi : 82x/menit,
Suhu : 35oC, RR : 18x/menit
15.20 Membantu pasien dalam memenuhi Pasien mengatakan terbantu
kebutuhan aktivitas pasien
15.40 Menganjurkan pasien melakukan Pasien melakukan latihan ROM, pasien
latihan ROM mampu melakukan pada sendi leher,
1 2 3 4 5
pada tangan belum dapat di lakukan
dan pada kaki belum dapat dilakukan
karena masih lemah
16.10 Mengobservasi perasaan pasien Pasien mengatakan baik setelah latihan
16.20 Memberikan edukasi kepada pasien Pasien dan keluarga pasien mengerti
dan keluarga pasien untuk melakukan
latihan ROM minimal 2x sehari
16.40 Mengajarkan teknik ambulasi saat Keluarga pasien mengatakan mengerti
berjalan kepada keluarga pasien untuk
mencegah terjadinya jatuh atau cedera
Kunjungan 3 14.00 Mengkaji keluhan pasien Pasien mengatakan lemah pada tubuh
Kamis, 19 April
bagian kiri terutama pada kaki kiri
2018
14.10 Mengobservasi ttv pasien TD : 130/ 100mmHg, Nadi : 84x/menit,
Suhu : 36oC, RR : 16x/menit
14.20 Mengajarkan pasien terapi non Pasien mampu melakukan ROM pada
farmakologi yaitu latihan ROM sendi leher, sendi bahu, sendi siku dan
pada jari-jari tangan dan kaki, pada
panggul, lutut dan pergelangan kaki
pasien belum mampu melakukannya.
15.00 Mengobservasi perasaan pasien Pasien mengatakan baik setelah latihan
setelah diberikan latihan dan mengatakan berasa lebih kuat otot
1 2 3 4 5
tangannya dari sebelumnya
15.20 Mengedukasi pasien dan keluarga Pasien dan keluatga pasien mengatakan
pasien untuk melakukan dan mengerti
pentingnya melakukan latihan ROM
minimal 2x sehari
Kunjungan 4 14.00 Mengkaji keluhan pasien Pasien mengatakan lebih kuat ototnya
Jumat, 20 April
dibandingkan kemarin pada tangan dan
2018
kaki dan kekuatan otot pasien
5555 4444
5555 4444
14.10 Mengecek tanda tanda vital pasien TD 140/90 mmHg, Nadi : 84x/menit,
suhu : 36oC, RR : 16x/menit
14.30 Menganjurkan pasien untuk Pasien mampu melakukan latihan
melakukan latihan ROM ROM, pasien mampu bergerak pada
leher, bahu, siku, pergelangan tangan
dan jari-jari tangan
15.15 Mengobsevasi perasaan pasien setelah Pasien mengatakan lebih baik dari
latihan sebelumnya, pasien mengatakan
ototnya lebih kuat dari sebelumnya
15.30 Mengedukasi pasien untuk tetap Pasien mengtakan mengerti
melakukan latihan ROM minimal 2x
sehari
Kunjungan 5 14.00 Mengkaji keluhan pasien Pasien mengatakan lemahnya sudah
1 2 3 4 5
Sabtu, 21 April berkurang, pasien tampak lebih kuat,
2018 pasien terkadang menggunakan tongkat
14.30 Mengecek tanda tanda vital pasien TD : 130/90 mmHg, Nadi : 84x/menit,
Suhu : 36oC, RR : 16x/menit
14.40 Menganjurkan pasien untuk Pasien mampu melakukan ROM dari
melakukan terapi non farmakologi leher, bahu, siku, pergelangan tangan,
dengan latihan ROM panggul, lutut, pergelangan kaki dan
jari jari kaki.
15.20 Mengobservasi perasaan pasien Pasien mengatakan perasaanya baik
setalah latihan setelah latihan, tangan dan kaki pasien
lebih baik dari sebelumnya
15.40 Mengedukasi pasien untuk tetap Pasien mengatakan mengerti
melakukan latihan ROM minimal 2x
sehari
15.50 Mengevaluasi keefektifan terapi non Pasien mengatakan lebih kuat dari
farmakologi yaitu latihan ROM sebelumnya, pasien sudah mampu
melakukan ROM dari leher, bahu, siku,
pergelangan tanan, jari-jari tangan,
panggul, lutut, pergelangan kaki dan
jari-jari kaki, kekuatan otot pasien
5555 4444
5555 4444
1 2 3 4 5

b. Implementasi keperawatan pada pasien Tn. JR

Tabel 8
Implementasi Keperawatan yang Dilaksanakan pada pasien 2 Tn. JR pada Tanggal 17 April s/d 21 April 2018
di Banjar Tengah, Sukawati, Gianyar.

1 2 3 4 5
Kunjungan Jam Diagnosa
Implementasi Evaluasi Formatif
Ke - Kunjungan Keperawatan
Kunjungan 1 17.00 Gangguan Melakukan pengkajian kepada pasien Pasien mengeluh lemah pada tubuh
Selasa, 17 April
Mobilitas Fisik gangguan mobilitas fisik secara bagian kiri, sulit untuk digerakan,
2018
komprehensif termasuk pola aktivitas pasien tampak menggunakan tongkat
latihan pasien dan kekuatan otot saat mobilisasi, aktivitas pasien dibantu
pasien dnegan tongkat, kekuatan otot
5555 4444
5555 4444
17.15 Mengecek Tanda- tanda vital pasien TD : 140/90 mmHg, Nadi : 82x/menit,
suhu : 36oC, RR : 18x/menit
1 2 3 4 5
17.30 Membantu pasien menggunakan Pasien tampak sudah dapat
tongkat saat berjalan dan cegah menggunakan tongkat
terhadap cedera
18.00 Menganjurkan pasien untuk latihan Pasien tampak melakukan latihan ROM
ROM guna meningkatkan kekuatan dipandu oleh peneliti, pasien tampak
otot pasien belum mampu melakukan ROM secara
keseluruhan, pasien dapat melakukan
ROM leher, jari-jari tangan saja.
18.35 Mengobservasi perasaan pasien Pasien mengatakan setelah latihan
setelah latihan merasa baik
18.40 Memotivasi pasien untuk melakukan Pasien mengatakan mengerti.
latihn ROM 2x sehari
19.10 Membantu pasien dalam makan dan Pasien mengatakan terbantu
minum
Kunjungan 2 17.00 Gangguan Mengkaji keluhan pasien Pasien mengeluh lemah pada tubuh
Rabu, 18 April
mobilitas fisik bagian kiri terutama pada kaki dan
2018
kesemutan dan kekuatan otot
5555 4444
5555 4444
17.30 Mengkaji kemampuan mobilisasi Pasien bergerak menggunakan tongkat,
pasien pasien melakukan aktvitas
menggunakan tongkat
18.10 Mengecek tanda-tanda vital pasien TD : 140/90mmHg, Nadi : 82x/menit,
1 2 3 4 5
Suhu : 36oC, RR : 16x/menit
18.20 Membantu pasien dalam memenuhi Pasien mengatakan terbantu
kebutuhan aktivitas pasien
18.40 Menganjurkan pasien melakukan Pasien melakukan latihan ROM, pasien
latihan ROM mampu melakukan pada sendi leher,
sedikit pada bahu dan siku, sendi jari-
jari tangan, pasien belum dapat
melakukan pada panggul, lutut,
pergelangan kaki, dan jari-jari kaki
19.10 Mengobservasi perasaan pasien Pasien mengatakan baik setelah latihan
19.20 Memberikan edukasi kepada pasien Pasien dan keluarga pasien mengerti
dan keluarga pasien untuk melakukan
latihan ROM minimal 2x sehari
19.40 Mengajarkan teknik ambulasi saat Keluarga pasien mengatakan mengerti
berjalan kepada keluarga pasien untuk
mencegah terjadinya jatuh atau cedera
Kunjungan 3 17.00 Mengkaji keluhan pasien Pasien mengatakan lemah pada tubuh
Kamis, 19 April
bagian kiri terutama pada kaki kiri
2018
17.10 Mengobservasi ttv pasien TD : 130/ 90 mmHg, Nadi : 82x/menit,
Suhu : 36oC, RR : 18x/menit
17.20 Mengajarkan pasien terapi non Pasien mampu melakukan ROM pada
farmakologi yaitu latihan ROM sendi leher, sendi bahu, sendi siku dan
1 2 3 4 5
pada jari-jari tangan dan kaki, pada
panggul, lutut dan pergelangan kaki
pasien belum mampu melakukannya.
18.00 Mengobservasi perasaan pasien Pasien mengatakan baik setelah latihan
setelah diberikan latihan dan mengatakan berasa lebih kuat otot
tangannya dari sebelumnya
18.20 Mengedukasi pasien dan keluarga Pasien dan keluarga pasien mengatakan
pasien untuk melakukan dan mengerti
pentingnya melakukan latihan ROM
minimal 2x sehari
Kunjungan 4 17.00 Mengkaji keluhan pasien Pasien mengatakan lebih kuat ototnya
Jumat, 20 April
dibandingkan kemarin pada tangan dan
2018
kaki dan kekuatan otot pasien
5555 5555
5555 4444
17.10 Mengecek tanda tanda vital pasien TD 120/80 mmHg, Nadi : 82x/menit,
suhu : 36oC, RR : 18x/menit
17.30 Menganjurkan pasien untuk Pasien mampu melakukan latihan
melakukan latihan ROM ROM, pasien mampu bergerak pada
leher, bahu, siku, pergelangan tangan
dan jari-jari tangan dan panggul, lutut,
pergelangan kaki dan jari-jari kaki.
1 2 3 4 5
18.15 Mengobsevasi perasaan pasien setelah Pasien mengatakan lebih baik dari
latihan sebelumnya, pasien mengatakan
ototnya lebih kuat dari sebelumnya
18.30 Mengedukasi pasien untuk tetap Pasien mengatakan mengerti
melakukan latihan ROM minimal 2x
sehari
Kunjungan 5 17.00 Mengkaji keluhan pasien Pasien mengatakan lemahnya sudah
Sabtu, 21 April
berkurang, pasien tampak lebih kuat,
2018
pasien terkadang menggunakan tongkat
17.30 Mengecek tanda tanda vital pasien TD : 130/90 mmHg, Nadi : 84x/menit,
Suhu : 36oC, RR : 16x/menit
17.40 Menganjurkan pasien untuk Pasien mampu melakukan ROM dari
melakukan terapi non farmakologi leher, bahu, siku, pergelangan tangan,
dengan latihan ROM panggul, lutut, pergelangan kaki dan
jari jari kaki.
18.20 Mengobservasi perasaan pasien Pasien mengatakan perasaanya baik
setalah latihan setelah latihan, tangan dan kaki pasien
lebih baik dari sebelumnya
18.40 Mengedukasi pasien untuk tetap Pasien mengatakan mengerti
melakukan latihan ROM minimal 2x
sehari dan melakukan mobilitas fisik
18.50 Mengevaluasi keefektifan terapi non Pasien mengatakan lebih kuat dari
1 2 3 4 5
farmakologi yaitu latihan ROM sebelumnya, pasien sudah mampu
melakukan ROM dari leher, bahu, siku,
pergelangan tanan, jari-jari tangan,
panggul, lutut, pergelangan kaki dan
jari-jari kaki, kekuatan otot pasien
5555 5555
5555 4444
5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan yang didapatkan setelah dilakukan tindakan pada

pasien 1 dan pasien 2, yaitu :

a. Evaluasi Pasien 1

Hasil observasi partisipatif pada pasien 1 dengan diagnosa medis stroke

non hemoragik pada bagian lembar evaluasi, peneliti telah mendokumentasikan

hasil evaluasi berupa : Subjektif = pasien mengatakan sekarang lebih kuat dari

sebelumnya, pasien mengatakan mengerti dari tujuan peningkatan mobilitas fisik,

Objektif = TTV : TD : 130/90mmHg, Nadi : 84x/menit, suhu : 36 oC, RR :

16x/menit, pasien tampak lebih kuat, kekuatan otot 5555 4444 Assesment =
5555 4444
Tujuan tercapai, masalah teratasi, Planing = lanjutkan terapi minimal tiap 2 kali

sehari

b. Evaluasi Pasien 2

Hasil observasi partisipatif pada pasien Tn. JR dengan diagnosa medis

stroke non hemoragik pada bagian lembar evaluasi, peneliti telah

mendokumentasikan hasil evaluasi berupa : Subjektif = pasien mengatakan lebih

kuat dari sebelumnya, pasien mengatakan mengerti akan pentingnya melakukan

mobilitas fisik. Objektif = hasil ttv : TD : 130/90 mmHg, Nadi : 82x/menit, Suhu :

36oC, RR : 18x/menit, pasien tampak lebih kuat dari sebelumnya, kekuatan otot

5555 5555 , Assesment = Tujuan tercapai, masalah teratasi, Planing =


5555 4444

lanjutkan terapi tiap 2 kali sehari


B. Pembahasan
Pada tahap ini merupakan tahap menguraikan tentang hasil temuan studi

kasus dengan teori yang terkait. Studi kasus ini menguraikan kesesuaian dan

kesenjangan yang terdapat pada 2 asuhan keperawatan pada Tn. MJ dan Tn.JR

Stroke Non Hemoragik dengan Gangguan Mobilitas Fisik dengan konsep teori

yang ada.

1. Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, pada pasien Tn. MJ

memiliki riwayat hipertensi sedangkan Tn. JR memiliki riwayat hipertensi dan

diabetes melitus, hal tersebut sesuai dengan teori (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H,

2015) faktor penyebab stroke non hemoragik yaitu faktor yang tidak dapat

dirubah seperti jenis kelamin yang mana pria lebih sering ditemukan menderita

stroke dibandingkan wanita dan usia, faktor yang dapat diubah yaitu hipertensi,

penyakit jantung, kolesterol tinggi, obesitas, diabetes melitus, polisetemia dan

stress emosional, faktor kebiasaan hidup seperti merokok, peminum alkohol, obat-

obatan terlarang dan aktivitas yang tidak sehat. Dilihat dari segi usia dimana

pasien Tn. MJ berusia 65 tahun dan Tn. JR berusia 62 tahun hal ini juga

menunjukkan bahwa semakin tinggi usia semakin tinggi pula resiko terkena stroke

hal ini berkaitan dengan proses degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alamiah

pada orang-orang lanjut usia, pembuluh darah lebih kaku karena adanya plak

(Nurarif .A.H. dan Kusuma. H, 2015).

Hasil pengkajian data pasien Tn. MJ dan Tn. JR didapatkan bahwa kedua

pasien berjenis kelamin laki-laki, dimana menurut (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H,

2015) laki-laki lebih(Handayani, 2012) sering ditemukan menderita stroke


dibandingkan wanita. Wanita biasanya mendapat serangan yang lebih rendah pada

masa dewasa daripada lakilaki. Pola serangan ini berhubngan dengan

perlindungan oleh hormon seksual wanita. Perbandingan serangan stroke antara

laki-laki dan wanita akan terstimasi dengan baik ketika pada masa menupouse

wanita (Handayani, 2012).

Ditinjau dari hasil tanda gejala pasien, pasien Tn. MJ mengeluh lemah

pada tubuh bagian kiri dan sulit untuk digerakkan sedangkan pada Tn. JR

mengeluh lemah pada tubuh kiri, hal ini sudah sesuai dengan teori dimana tanda

gejala gangguan stroke non hemoragik yaitu kelemahan pada setengah badan,

tiba-tiba cedel hilang rasa peka, pelo, gangguan bicara, gangguan penglihatan,

mulut mencong, gangguan daya ingat, nyeri kepala hebat dan vertigo (Nurarif

.A.H. dan Kusuma. H, 2015). Stroke non hemoragik disebabkan oleh kerusakan

pada beberapa sistem saraf pusat meregulasi gerakan volunter yang menyebabkan

gangguan kesejajaran tubuh, keseimbangan, dan mobilisasi. Iskemia akibat stroke

dapat merusak serebelum atau strip motoric pada korteks serebral. Kerusakan

pada serebelum menyebabkan masalah pada keseimbangan dan gangguan motorik

yang dihubungkan langsung dengan jumlah kerusakan strip motorik. Misalnya

seseorang dengan hemoragi serebral sisi kanan disertai nekrosis telah merusak

strip motorik kanan yang menyebabkan hemiplegia sisi kiri (P. Potter, 2010).
2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan dari diagnosa medis stroke non hemoragik adalah

gangguan menelan, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, nyeri

akut, gangguan mobilitas fsik, defisit perawatan diri, kerusakan integritas kulit,

resiko jatuh, hambatan komunikasi verbal dan resiko ketidakefektifan perfusi

jaringan otak (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H, 2015). Diagnosa yang ditemukan

pada pasien Tn. MJ yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan

hemiparase ditandai dengan pasien mengeluh sulit menggerakan tangan dan kaki

kiri, lemah pada tangan dan kaki kiri, pasien tampak lemah, pasien tampak

mobilisasi dibantu dengan tongkat, aktivitas dibantu sebagian dengan alat

(tongkat) dan dibantu oleh keluarga, kekuatan otot sedangkan pada pasien Tn. JR

didapatkan diagnosa gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparase

ditandai dengan pasien mengeluh lemah pada tangan dan kaki kiri, pasien tampak

sulit menggerakkan kaki dan tangan kirinya, pasien menggunakan alat bantu

berupa tongkat untuk melakukan aktivitas sehari-hari, kekuatan otot

5555 4444 Diagnosa yang muncul pada pasien Tn. MJ dan Tn.
5555 4444

JR yaitu gangguan mobilitas fisik. Hal tersebut sudah sesuai dengan teori menurut

SDKI DPP PPNI (2016) dan Nurarif & Kusuma (2015). Diagnosa lainnya tidak

muncul karena tanda gejala dan batasan karakteristiknya tidak dikeluhkan oleh

pasien. Gangguan menelan memiliki batasan karakteristik gaangguan fase

esofagus, abnormalitas pada fase esofagus, pernafasan bau asam, bruksisme, nyeri

epigastrik, menolak makan, hematemesis, odinofagia, abnormalitas fase oral,

tersedak sebelum menelan, batuk sebelum menelan, makanan jatuh dari mulut,

muntah sebelum menelan, bibir tidak menutup rapat, kurang mengunyah, kurang
kerja lidah untuk membentuk lobus, makan lama dengan konsumsi sedikit, refluks

sedikit, piecemeal deglutition dan sialorea. Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh memiliki batasan karakteristik kram abdomen, nyeri

abdomen, menghindari makan, berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan

ideal, kerapuhan kapiler, diare, kehilangan rambut berlebihan, bising usus

hiperaktif, kurang makanan dan kurang minat pada makanan. Diagnosa nyeri akut

memiliki batasan karakteristik perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi

jantung, laporan isyarat, diaforesis, perilaku distraksi, mengekspresikan perilaku

gelisah, merengek, menangis, sikap melindungi area nyeri dan dilatasi pupil.

Diagnosa defisit perawatan diri memiliki batasan karakteristik ketidakmampuaan

mengenakan pakaian, ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan

mengeringkan tubuh dan ketidakmampuan melakukan elimination hygine.

Diagnosa kerusakan integritas kulit memiliki batasan karakteristik perubahan

pigmentasi, perubahan turgor, penurunan imunologi, penurunan sirkulasi,

gangguan metabolik, gangguan sensasi dan tonjolan tulang. Diagnosa risiko jatuh

memiliki batasan karakteristik penurunan kesadaran, riwayat jatuh, tinggal sendiri,

prosthesis ektremitas bawah, lingkungan yang tidak terorganisasi, ruangan redup,

sulit melihat dan gangguan keseimbangan. Diagnosa hambatan komunikasi verbal

memiliki batasan karakteristik tidak ada kontak mata, tidak dapat bicara, kesulitan

mengekspresikan pikiran secara verbal, kesulitan menyusun kalimat, tidak bicara,

dispnea, pelo, sulit bicara, gagap, defisit penglihatan total, bicara dengan kesulitan

dan menolak bicara. Diagnoa risiko ketidakefektifan perfusi jarinan otak memiliki

batasan karakteristik massa tromboplastin parsial abnormal, atrerosklerosis

aerotik, diseksi arteri, tumor otak, stenosis karotid, aneurisme serebri,


koagulopati, kardiomiopati dilatasi, embolisme, trauma kepala,

hiperkolesterolemia dan neoplasma otak (Nurarif & Kusuma, 2015). Berdasarkan

batasan karakteristik yang didapatkan dari kedua pasien tersebut data penunjang

menunjukkan dominan pada diagnosa gangguan mobilitas fisik

3. Intervensi
Intervensi keperawatan pada pasien Tn. MJ dan Tn. JR adalah sebagai

berikut:

a. Monitor vital sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon pasien saat

latihan

b. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan

kebutuhan

c. Bantu pasien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap

cedera

d. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi

e. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

f. Latih pasien dalam pemenuhan adls secara mandiri

g. Dampingi dn bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan adls

h. Berikan alat bantu jika pasien memerlukan

i. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika

diperlukan.

Berdasarkan teori Nurarif & Kusuma (2015), perencanaan yang dilakukan

sudah sesuai dengan teori yang ada. salah satu latihan atau terapi non farmakologi

yang dilakukan adalah latihan range of motion (ROM). Menurut penelitian dari

(Ariyanti, 2013) latihan ROM dapat peningkatan kekuatan otot dapat

mengaktifkan gerakan volunter, dimana gerakan volunter terjadi adanya transfer


impuls elektrik dari girus presentalis ke korda spinalis melalui neurotransmiter

yang mencapai ke otot dan menstimulasi otot sehingga menyebabkan pergerakan.

Hal ini menunjukkan adanya perbaikan dari kerusakan girus presentalis akibat

iskemik otak (Perry & Potter, 2010, hlm.473). Hal tersebut dibuktikan dengan

adanya suatu peningkatan kekuatan otot yang diperoleh dari latihan active asistive

range of motion, yang terprogram 2 kali sehari yang bertujuan untuk menjaga

kelenturan otot-otot dan persendian (Suratun, 2008).

4. Implementasi

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan (Kozier, 2010). Tindakan implementasi yang diberikan pada

pasien Tn. MJ dan Tn. JR sudah sesuai dengan teori yang sudah ada. Pelaksanaan

tindakan keperawatan didokumentasikan dengan mengisi hari, tanggal, dan waktu

pelaksanaan, diagnosa yang telah didapatkan, kemudian perencanaan yang telah

dibuat serta respon klien pada tiap tindakan yang telah dilakukan. Tahap

pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan selama 5 kali kunjungan terhitung

dari tanggal 17 April 2018 sampai dengan 21 April 2018.

Kunjungan pertama pada pasien Tn. MJ dan Tn. JR melakukan pengkajian

secara komperhensif termasuk pola aktivitas, latihan pasien dan kekuatan otot

pasien. Tindakan selanjutnya yaitu memonitor vital sign pasien sebelum latihan

dimana ini bertujuan untuk mengetahui keadaan pasien apakah memungkinkan

untuk dilakukan latihan, tindakan selanjutnya yaitu membantu pasien dalam

mobilisasi menggunakan alat dan mencegah terjadinya jatuh, dimana tindakan ini

bertujuan untuk melatih pasien agar mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-

hari dan mengawasi agar dalam melakukan aktivitas dengan menggunakan


tongkat agar tidak terjadi cedera. Tindakan selanjutnya yaitu dengan memberikan

latihan range of motion atau ROM dimana pada latihan ini pasien dipandu oleh

peneliti, dimulai dari mengatur posisi duduk atau tidur, dan dimulai dari sendir

leher dengan gerakan fleksi, ektrensi, hyperekstensi, fleksi lateral dan rotasi, pada

sendi bahu dengan gerakan fleksi, ektrensi, hiperekstensi, abduksi, adduksi, rotasi

dalam, rotasi luar dan sirkunduksi, pada sendi siku dengan gerakan fleksi dan

ektensi, pada lengan bawah dengan gerakkan supinasi dan pronasi, pada sendi

pergelangan tangan dengan gerakkan fleksi, ektrensi, hiperektensi dan abduksi,

pada jari-jari tangan dengan gerakan fleksi, ektensi, hiperekstensi, abduksi dan

adduksi, pada ibu jari dengan gerakkan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi dan

oposisi, pada panggul dengan gerakkan ektensi, hiperekstensi, abduksi, adduksi,

rotasi dalam, rotasi luar dan sirkumduksi, pada lutut dengan gerakkan fleksi dan

ektensi, pada mata kaki dengan gerakkan dorsi fleksi, plantar fleksi, inversi dan

eversi dan pada jari-jari kaki dengan gerakkan fleksi dan ektensi. Respon dari

kedua pasien dibuat dengan evaluasi sumatif ( subjektif, objektif, assesment dan

planning). Pada kunjungan kedua sampai kunjungan kelima dilakukan tindakan

yang sama dan didapatkan respon peningkatan kekuatan otot pada kedua pasien

dan peningkatan pada latihan ROM dimana pada pertama kali kunjungan pasien

Tn. MJ belum dapat melakukan ROM dan pada hari kelima pasien Tn. MJ dapat

melakukan ROM dari sendi leher sampai jari- jari kaki, sedangkan pada pasien

Tn. JR mengalami peningkatan dalam pergerakkan dimana pasien telah dapat

melakukan pergerakkan ROM dari sendi leher sampai jari-jari kaki. Berdasarkan

penelitian Mawarti dan Farid, 2012 yang berjudul Pengaruh Latihan Rom (Range

Of Motion) Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Dengan


Hemiparase bahwa ada pengaruh latihan ROM pasif 2x sehari terhadap

peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke dengan hemiparise (Adha, 2017).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan

yang ditarik dari evaluasi menentukan menentukan apakah intervensi keperawatan

harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah. Hasil evaluasi pada pasien Tn. MJ yaitu :

Subjektif = pasien mengatakan sekarang lebih kuat dari sebelumnya, pasien

mengatakan mengerti dari tujuan peningkatan mobilitas fisik, Objektif = TTV :

TD : 130/90mmHg, Nadi : 84x/menit, suhu : 36oC, RR : 16x/menit, pasien tampak

lebih kuat, kekuatan otot Assesment = Tujuan tercapai, masalah teratasi, Planing

= lanjutkan terapi minimal tiap 2 kali sehari. Sedangkan pada pasien Tn. JR

didapatkan hasil evaluasi yaitu : Subjektif = pasien mengatakan lebih kuat dari

sebelumnya, pasien mengatakan mengerti akan pentingnya melakukan mobilitas

fisik. Objektif = hasil ttv : TD : 130/90 mmHg, Nadi : 82x/menit, Suhu : 36 oC, RR

: 18x/menit, pasien tampak lebih kuat dari sebelumnya, kekuatan otot Assesment

= Tujuan tercapai, masalah 5555 5555 teratasi, Planing = lanjutkan


5555 4444

terapi tiap 2 kali sehari. Berdasarkan evaluasi dari kedua pasien sudah sesuai

dengan kriteria hasil menurut Nurarif & Kusuma (2015) yaitu pasien meningkat

dalam aktivitas fisik, mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas,

memverbalisasikan perasaan dalam peningkatan kekuatan otot dan mempragakan

penggunaan alat.

C. Keterbatasan

Selama proses penelitian, peneliti ini keterbatasan yang mungkin

mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan tersebut antara lain :Keterbatasan


literatur Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini peneliti mendapatkan

keterbatasan literatur dimana peneliti kesulitan mencari literatur yang terkini

sesuai dengan karya tulis ilmiah dan minimnya informasi yang dimiliki oleh

pasien mengenai tindakan non farmakologi yang dapat dilakukan di rumah untuk

meningkatkan kekuatan otot seperti latihan range of motion atau ROM.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian asuhan keperawatan

stroke non hemoragik dengan gangguan pemenuhan mobilitas fisik di wilayah

kerja UPT Kesmas Sukawati I sebagai berikut :

1. Tahap pengkajian pada pasien TN. MJ di dapatkan data pasien mengeluh

kesemutan pada tubuh bagian kiri, kekuatan otot 5555 3333 pasien
5555 3333

menggunakan tongkat saat melakukan mobilisasi, TTV : 160/100mmHg, Nadi

89x/menit, Suhu : 36oC, RR : 16x/menit. Sedangkan pada pasien Tn. JR

didapatkan hasil pasien mengeluh lemah pada tangan dan kaki kiri, sulit untuk

digerakkan, pasien mobilisasi menggunakan tongkat, kekuatan otot pasien :

5555 4444 TTV : 140/90mmHg, Nadi: 82x/menit, Suhu : 36oC, RR :


5555 4444

18x/menit.

2. Tahap Diagnosa keperawatan pada pasien pasca stroke non hemoragik yang

dirumuskan pada pasien Tn. MJ dan Tn. JR adalah gangguan mobilitas fisik.

3. Tahap penyusunan intervensi atau rencana keperawatan pada pasien Tn. MJ

dan Tn. JR dengan diagnosa gangguan mobilitas fisik yaitu monitor tanda

tanda vital pasien sebelum atau setelah latihan, konsultasikan dengan terapi

fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan, bantu pasien untuk

menggunakan tongkat, ajarkan keluarga tentang teknik ambulasi, kaji

kemampuan pasien dalam mobilisasi, latih pasien dalam kebutuhan adls secara

mandiri, dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi, berikan alat bantu jika

perlu dan ajarkan pasien bagaimana merubah posisi. Latihan pada pasien
gangguan mobilitas fisik diberikan latihan range of motion guna untuk

meningkatkan kekuatan otot pada pasien.

4. Tahap implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan dengan

pemberikan latihan range of motion pada pasien stroke non hemoragik dengan

gangguan mobilitas fisik yang telah dijalankan dari tanggal 17 April 2018

sampai 21 April 2018 dengan tindakan sesuai dengan perencanaan.

5. Tahap evaluasi dari tindakan keperawatan dengan latihan range of motion pada

pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik didapatkan hasil

sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah direncanakan yaitu terjadinya

peningkatan kekuatan otot.

B. Saran

1. Bagi Manajemen Perpustakaan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Denpasar

Kepada Perpustakaan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar

diharapkan terus memperbaharui literatur terkini, sehingga peneliti selanjutnya

mendapat literatur secara mudah dan terbaru.

2. Bagi UPT Kesmas Sukawati I

Kepada UPT Kesmas Sukawati I diharapkan lebih memberikan edukasi

mengenai penanganan non farmakologi terhadap pasien yang mengalami

gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke non hemoragik

3. Bagi peneliti selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian yang peneliti

dapatkan dapat menjadi panduan pada peneliti selanjutnya dalam melakukan

penelitian, dan diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggambil penelitian


karya tulis ilmiah stroke non hemoragik dengan masalah keperawatan selain

gangguan mobilitas fisik.

4. Bagi Pasien

Kepada pasien diharapkan selalu memperhatikan edukasi maupun saran

dari tenaga kesehatan untuk rutin melakukan kontrol kepada fasilitas kesehatan

dan secara rutin melakukan latihan sesuai dengan anjuran fasilitas kesehatan

seperti UPT Kesmas Sukawati I.


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.

Adha, S. A. (2017). Program studi d-iii keperawatan padang jurusan keperawatan


tahun 2017

Ariyanti, D. (2013). Efektivitas Active Asistive Range of Motion Terhadap


Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke Non Hemoragik. Karya
Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan, 1(3), 1–8. Retrieved from
http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/e-
journal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/113

Asmadi. (2008). Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.

Atkinson, leslie D. & M. E. M. (2008). Understanding the nursing process :


fundamental of care planning (4th ed.). bloomington: pergamon press 1990.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013, 1–384. https://doi.org/1
Desember 2013

Bakri, M. H. (2016). Asuhan Keperawatan Keluarga. yogyakarta: PT Pustaka


Baru.

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Widiarsana Indonesia.

Handayani, F. (2012). Angka Kejadian Serangan Stroke Pada Wanita Lebih


Rendah Daripada Laki-Laki. Keperawatan Medikal Bedah, 1(1), 75–79.

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di


Indonesia. Jakarta: Mitra Bestari.

Kozier, Erb, B., & Snyder. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses & Praktik. jakarta: EGC.

Lapau, B. (2012). Metode Penelitian Kesehatan Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,


Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Lewis, S. (2010). Medical Surgical Nursing. United states america.

Lip, G. Y., & Lim, H. S. (2007). Atrial fibrillation and stroke prevention. Lancet
Neurol, 6(11), 981–993. https://doi.org/10.1016/S1474-4422(07)70264-8

Murwani, A., Setyowati, S., & Riwidikdo, H. (2008). Asuhan Keperawatan


Keluarga. yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Muttaqin, A. (2010). Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinik. (S.


Carolina, Ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, A. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. jakarta: Salemba Medika.

Nur Indahsari, P., Agusman, F. M., Indah Ekowati, S., Program Sarjana, A., Karya
Husada Semarang, S., & Program Sarjana, D. (2013). Hubungan Perubahan
Fungsi Fisik Terhadap Kebutuhan Aktivitas Hidup Seharihari (Ahs) Pada
Lansia Dengan Stroke (Studi Pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang).
Mei, 1(1), 2432.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA (2nd ed.). Jogjakarta: Mediaction Publishing.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis


(3rd ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Potter, P. (2010). Fundamental Keperawatan. In Raphita Ervina (Ed.), 3 (7th ed.).


Singapura: Elsevier.

Potter, P. A. (1996). Pengkajian Kesehatan. (M. Ester, Ed.) (3rd ed.). Jakarta:
EGC.

Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. (2012). Penyakit TIdak Menular. Buletin
Jendela Data Dan Informasi Kesehatan. https://doi.org/ISSN 2088-270X

Raco, D. J. R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan


Keunggulannya. (J. B. Soedarmanta, Ed.). jakarta: PT Gramedia.

Rahayu, K. I. N. (2015). Pengaruh Pemberian Latihan Range Of Motion (Rom)


Terhadap Kemampuan Motorik Pada Pasien Post Stroke Di Rsud Gambiran
the influence of range of motion exercise to motor capability of post-stroke
patient at the gambiran hospital. jurnal keperawatan, 6(2), 102–107.

Saferi wijaya, A. (2013). KMB2 Keperawatan Medikal Bedah (2nd ed.).


yogyakarta: Pertama.

Sari, S. H., Agianto, & Wahid, A. (2015). Batasan Karakteristik dan Faktor Yang
Berhubungan (Etiologi) Diagnosa Keperawatan: Hambatan Mobilitas Fisik
Pada Pasien Stroke. Universitas Lambung Mangkurat, 3(1), 12–21.
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan (2nd ed.).
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sunaryo, D. (2016). Asuhan keperawatan Gerontik. yogyakarta: Cv. andi oppset.

Suratun. (2008). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal Seri Asuhan


Keperawatan. Jakarta.

Tim Pokja DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tseng, C.-N., Chen C.C.-H, Wu, S.C& Lin, L.-C. (2007). Effect of a range of
motion exercise programe.

Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. (Eko Karyuni & M.
Ester, Eds.). Jakarta: EGC.

Widuri, H. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia (Aspek Mobilitas dan Istirahat


Tidur). (Sujono Riyadi, Ed.). yogyakarta: Gosyen Publishing.
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PASCA STROKE NON


HEMORAGIK DENGAN GANGGUAN PEMENUHA MOBILITAS FISIK
( Di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I )

No Kegiatan Februari 2018 Maret 2018 April 2018 Mei 2018


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Revisi Proposal
4 Pengurusan Izin Penelitian
5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan Data
7 Analisis Data
8 Penyusunan Laporan
9 Sidang Hasil Penelitian
10 Revisi Laporan
11 Pengumpulan KTI
Lampiran 2

REALISASI ANGGARAN BIAYA PENELITIAN GAMBARAN ASUHAN


KEPERAWATAN PADA PASIEN PASCA STROKE NON
HEMORAGIK DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
MOBILITAS FISIK

( Di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I )

Alokasi dana dalam penelitian ini direncanakan sebagai berikut:

No Keterangan Biaya
A Tahap Persiapan
Penyusunan Proposal Rp. 100.000
Penggandaan Proposal Rp. 300.000
Revisi Proposal Rp. 100.000
B Tahap Pelaksanaan
Transportasi dan Akomodasi Penelitian Rp. 200.000
Pengurusan Izin Penelitian Rp. 100.000
C Tahap Akhir
Penyusunan Laporan Rp. 400.000
Penggandaan Laporan Rp. 300.000
Revisi Laporan Rp. 100.000
Total biaya Rp. 1.600.000

Lampiran 3

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT)
SEBAGAI PESERTA PENELITIAN
Yang terhormat Bapak/ Ibu/Saudara/Adik, Kami meminta kesediannya untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Keikutsertaan dari penelitian ini bersifat
sukarela/tidak memaksa. Mohon untuk dibaca penjelasan dibawah dengan
seksama dan disilahkan bertanya bila ada yang belum dimengerti.

Judul Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pasca


Stroke Non Hemoragik Dengan Gangguan Mobilitas
Fisik Di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I Tahun
2018
Peneliti Utama Ni Kadek Vicky Wulandari
Institusi Poltekkes Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan
Peneliti Lain -
Lokasi Penelitian Di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I
Sumber pendanaan Swadana

Penelitian ini bertujuan untuk Menggambarkan asuhan keperawatan pasien pasca


Stroke Non Hemoragik dengan gangguan pemenuhan mobilitas fisik di wilayah
kerja UPT kesmas Sukawati I tahun 2018. Jumlah peserta sebanyak dua orang
dengan syaratnya yaitu pasien sudah bersedia menjadi responden, pasien yang
berumur antara 61-70 tahun, dan peserta yang tidak termasuk syarat yaitu pasien
yang tidak kooperatif dan pasien yang mengalami penyakit. Pada penelitian ini
tiak ada perlakuan yang akan diberikan kepada peserta.

Kepesertaan dalam penelitian ini tidak secara langsung memberikan manfaat


kepada peserta penelitian. Tetapi dapat memberi gambaran informasi yang lebih
banyak tentang asuhan keperawatan pasien pasca stroke non hemoragik dengan
gangguan mobilitas fisik.

Atas kesedian berpartisipasi dalam penelitian ini maka akan diberikan imbalan
sebagai pengganti waktu yang diluangkan untuk penelitian ini. Kompensasi lain
yaitu peneliti akan menanggung biaya perawatan yang diberikan selama menjadi
peserta penelitian ini. Peneliti menjamin kerahasiaan semua data peserta
penelitian ini dengan menyimpannya dengan baik dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian.

Kepesertaan Bapak/Ibu/Saudara/Adik pada penelitian ini bersifat sukarela.


Bapak/Ibu/Saudara/Adik dapat menolak untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan pada penelitian atau menghentikan kepesertaan dari penelitian kapan saja
tanpa ada sanksi. Keputusan Bapak/Ibu/Saudara/Adik untuk berhenti sebagai
peserta peneltian tidak akan mempengaruhi mutu dan akses/ kelanjutan
pengobatan yang akan diberikan.

Jika setuju untuk menjadi peserta peneltian ini, Bapak/Ibu/Saudara/Adik diminta


untuk menandatangani formulir ‘Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed
Consent) Sebagai *Peserta Penelitian/ *Wali’ setelah Bapak/Ibu/Saudara/Adik
benar-benar memahami tentang penelitian ini. Bapak/Ibu/Saudara/Adik akan
diberi Salinan persetujuan yang sudah ditanda tangani ini.
Bila selama berlangsungnya penelitian terdapat perkembangan baru yang dapat
mempengaruhi keputusan Bapak/Ibu/Saudara/Adik untuk kelanjutan kepesertaan
dalam penelitian, peneliti akan menyampaikan hal ini kepada
Bapak/Ibu/Saudara/Adik
Bila ada pertanyaan yang perlu disampaikan kepada peneliti, silakan hubungi
peneliti :
Ni Kadek Vicky Wulandari dengan no HP 08123680370

Tanda tangan Bapak/Ibu/Saudara/Adik dibawah ini menunjukkan bahwa


Bapak/Ibu/Saudara/Adik telah membaca, telah memahami dan telah mendapat
kesempatan untuk bertanya kepada peneliti tentang penelitian ini dan menyetujui
untuk menjadi peserta *penelitian/Wali.

Peserta/ Subyek Penelitian,

__________________________________
.............................................
Tanggal (wajib diisi) :/ /

Peneliti

__________________________________ __________________
Tanda Tangan dan Nama Tanggal
Tanda tangan saksi diperlukan pada formulir Consent ini hanya bila
Peserta Penelitian memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, tetapi
tidak dapat membaca/ tidak dapat bicara atau buta
Wali dari peserta penelitian tidak dapat membaca/ tidak dapat bicara atau
buta
Komisi Etik secara spesifik mengharuskan tanda tangan saksi pada penelitian
ini (misalnya untuk penelitian resiko tinggi dan atau prosedur penelitian
invasive)

Catatan:
Saksi harus merupakan keluarga peserta penelitian, tidak boleh anggota tim
penelitian.

Saksi:
Saya menyatakan bahwa informasi pada formulir penjelasan telah dijelaskan
dengan benar dan dimengerti oleh peserta penelitian atau walinya dan persetujuan
untuk menjadi peserta penelitian diberikan secara sukarela.

___________________________________________________
__________________
Nama dan Tanda tangan saksi
Tanggal
(Jika tidak diperlukan tanda tangan saksi, bagian tanda tangan saksi ini
dibiarkan kosong)

* coret yang tidak perlu

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT)
SEBAGAI PESERTA PENELITIAN
Yang terhormat Bapak/ Ibu/Saudara/Adik, Kami meminta kesediannya untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Keikutsertaan dari penelitian ini bersifat
sukarela/tidak memaksa. Mohon untuk dibaca penjelasan dibawah dengan
seksama dan disilahkan bertanya bila ada yang belum dimengerti.

Judul Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pasca


Stroke Non Hemoragik Dengan Gangguan Mobilitas
Fisik Di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I Tahun
2018
Peneliti Utama Ni Kadek Vicky Wulandari
Institusi Poltekkes Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan
Peneliti Lain -
Lokasi Penelitian Di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I
Sumber pendanaan Swadana

Penelitian ini bertujuan untuk Menggambarkan asuhan keperawatan pasien pasca


Stroke Non Hemoragik dengan gangguan pemenuhan mobilitas fisik di wilayah
kerja UPT kesmas Sukawati I tahun 2018. Jumlah peserta sebanyak dua orang
dengan syaratnya yaitu pasien sudah bersedia menjadi responden, pasien yang
berumur antara 61-70 tahun, dan peserta yang tidak termasuk syarat yaitu pasien
yang tidak kooperatif dan pasien yang mengalami penyakit. Pada penelitian ini
tiak ada perlakuan yang akan diberikan kepada peserta.

Kepesertaan dalam penelitian ini tidak secara langsung memberikan manfaat


kepada peserta penelitian. Tetapi dapat memberi gambaran informasi yang lebih
banyak tentang asuhan keperawatan pasien pasca stroke non hemoragik dengan
gangguan mobilitas fisik.

Atas kesedian berpartisipasi dalam penelitian ini maka akan diberikan imbalan
sebagai pengganti waktu yang diluangkan untuk penelitian ini. Kompensasi lain
yaitu peneliti akan menanggung biaya perawatan yang diberikan selama menjadi
peserta penelitian ini. Peneliti menjamin kerahasiaan semua data peserta
penelitian ini dengan menyimpannya dengan baik dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian.

Kepesertaan Bapak/Ibu/Saudara/Adik pada penelitian ini bersifat sukarela.


Bapak/Ibu/Saudara/Adik dapat menolak untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan pada penelitian atau menghentikan kepesertaan dari penelitian kapan saja
tanpa ada sanksi. Keputusan Bapak/Ibu/Saudara/Adik untuk berhenti sebagai
peserta peneltian tidak akan mempengaruhi mutu dan akses/ kelanjutan
pengobatan yang akan diberikan.
Lampiran 4

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth : Saudara/i Calon Responden
Di -
Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I

Dengan hormat,
Saya mahasiswa D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar semester VI
bermaksud akan melakukan penelitian tentang “Gambaran Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Pasca Stroke Non Hemoragik dengan Gangguan
Pemenuhan Mobilitas Fisik Tahun 2018”, sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan mata kuliah karya tulis ilmiah pada program studi DIII
Keperawatan Jurusan Keperawatan di Politeknik Kesehatan Denpasar. Berkaitan
dengan hal tersebut diatas, saya mohon kesediaan bapak/ibu/saudara untuk
menjadi responden yang merupakan sumber informasi bagi penelitian ini.
Demikian permohonan ini saya sampaikan dan atas partisipasinya saya ucapkan
terima kasih.

Denpasar, 2018
Peneliti

Ni Kadek Vicky Wulandari


NIM : P07120015118
Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Judul Penelitian : Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pasca


Stroke Non Hemoragik dengan Gangguan Mobilitas
Fisik Di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I
Tahun 2018
Peneliti : Ni Kadek Vicky Wulandari
NIM : P07120015118
Pembimbing : 1. I Ketut Gama, SKM.M.Kes
2. Ners. I Gusti Ketut Gede Ngurah, S.Kep.M.Kes

Saya telah diminta dalam memberikan persetujuan untuk berperan serta


dalam penelitian “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pasca Stroke
Non Hemoragik Dengan Gangguan Pemenuhan Mobilitas Fisik Tahun 2018”.
Gangguan pemenuhan mobilitas fisik akan diukur oleh peneliti dan saya mengerti
bahwa catatan atau data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan. Kerahasiaan
ini akan dijamin selegal mungkin, semua berkas yang dicantumkan identitas
subjek penelitian akan digunakan dalam data.
Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya
bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Sukawati, Mei 2018


Responden

(………………………………………)

98
Lampiran 6
Lembar Observasi

99
Nama responden : Tn. MJ

1 2 3 4 5 6
Keterangan Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 Hari Ke 5
Gerakan Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Leher
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Hypereks- √ √ √ √ √
tensi
Fleksi lateral √ √ √ √ √
Rotasi √ √ √ √ √
Bahu
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Hipereks- √ √ √ √ √
tensi
Abduksi √ √ √ √ √
Adduksi √ √ √ √ √
Rotasi √ √ √ √ √
dalam
Rotasi luar √ √ √ √ √
Sirkumduksi √ √ √ √ √
Siku
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Lengan Bawah
Supinasi √ √ √ √ √
Pronasi √ √ √ √ √
Pergelangan Tangan
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Hiperkesk- √ √ √ √ √
tensi
Abduksi √ √ √ √ √
Jari – Jari Tangan
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Hipereks- √ √ √ √ √
tensi
Abduksi √ √ √ √ √
Adduksi √ √ √ √ √

100
1 2 3 4 5 6
Ibu Jari
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Abduksi √ √ √ √ √
Adduksi √ √ √ √ √
Oposisi √ √ √ √ √
Panggul
Ekstensi √ √ √ √ √
Hipereks- √ √ √ √ √
tensi
Abduksi √ √ √ √ √
Adduksi √ √ √ √ √
Rotasi √ √ √ √ √
dalam
Rotasi luar √ √ √ √ √
Sirkum- √ √ √ √ √
duksi
Lutut
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Mata Kaki
Dorsi fleksi √ √ √ √ √
Plantar √ √ √ √ √
fleksi
Inversi √ √ √ √ √
Eversi √ √ √ √
Jari – Jari Kaki
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √

Nama responden : Tn. JR

1 2 3 4 5 6
Keterangan Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 Hari Ke 5
Gerakan Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Leher
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Hypereks- √ √ √

101
1 2 3 4 5 6
tensi
Fleksi √ √ √ √ √
lateral
Rotasi √ √ √ √ √
Bahu
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Hipereks- √ √ √ √ √
tensi
Abduksi √ √ √ √ √
Adduksi √ √ √ √ √
Rotasi √ √ √ √ √
dalam
Rotasi luar √ √ √ √ √
Sirkum- √ √ √ √ √
duksi
Siku
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Lengan Bawah
Supinasi √ √ √ √ √
Pronasi √ √ √ √ √
Pergelangan Tangan
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Hiperek- √ √ √ √ √
stensi
Abduksi √ √ √ √ √
Jari – Jari Tangan
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Hiperek- √ √ √ √ √
stensi
Abduksi √ √ √ √ √
Adduksi √ √ √ √ √
Ibu Jari
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Abduksi √ √ √ √ √
Adduksi √ √ √ √ √
Oposisi √ √ √ √ √
Panggul

102
1 2 3 4 5 6
Ekstensi √ √ √ √ √
Hiperek- √ √ √ √ √
stensi
Abduksi √ √ √ √ √
Adduksi √ √ √ √ √
Rotasi √ √ √ √ √
dalam
Rotasi luar √ √ √ √ √
Sirkum- √ √ √ √ √
duksi
Lutut
Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √
Mata Kaki
Dorsi fleksi √ √ √ √ √
Plantar √ √ √ √ √
fleksi
Inversi √ √ √ √ √
Eversi √ √ √ √ √

Jari – Jari Kaki


Fleksi √ √ √ √ √
Ekstensi √ √ √ √ √

Lampiran 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PASCA STROKE


NON HEMORAGIK DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN MOBILITAS FISIK
(Di Wilayah Kerja Upt Kesmas Sukawati I)

1. Pengkajian
Pasien 1
Pengkajian Asuhan Keperawatan pada Tn. MJ dengan stroke non
hemoragik dengan gangguan pemenuhan mobilitas fisik dilakukan pada
tanggal 17 April 2018 di rumah kediaman Tn.MJ yang beralamat di Banjar
Tengah, Desa Ketewel, Kecamatan Gianyar.

103
Tanggal Pengkajian : 17 April 2018
Jam : 14.00 Wita
1. Data Dasar
a. Identitas Pasien
1) Nama : Tn. MJ
2) Jenis Kelamin : Laki-Laki
3) Usia : 65 tahun
4) Status Perkawinan : Menikah
5) Agama : Hindu
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : Petani
8) Suku Bangsa : Indonesia
9) Alamat : Banjar Tengah, Desa Ketewel, Sukawati I
10) Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragik
b. Identitas Penanggung Jawab
1) Nama : Tn. WD
2) Usia : 42 Tahun
3) Hub. Dengan pasien : Anak
4) Pekerjaan : Pemahat dan Pengukir
5) Alamat : Banjar Tengah, Desa Ketewel, Sukawati

Pasien 2
Pengkajian Asuhan Keperawatan pada Tn. MJ dan Tn. JR dengan stroke
non hemoragik dengan gangguan pemenuhan mobilitas fisik dilakukan pada
tanggal 17 April 2018 di rumah kediaman Tn.MJ dan Tn. JR yang beralamat
di Banjar Tengah, Desa Ketewel, Kecamatan Gianyar.
Tanggal Pengkajian : 17 April 2018
Jam : 17.00 Wita
1. Data Dasar
c. Identitas Pasien
1) Nama : Tn. JR
2) Jenis Kelamin : Laki-Laki
3) Usia : 62 tahun
4) Status Perkawinan : Menikah
5) Agama : Hindu
6) Pendidikan : SMP
7) Pekerjaan : Pedagang
8) Suku Bangsa : Indonesia
9) Alamat : Banjar Tengah, Desa Ketewel, Sukawati I
10) Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragik + HT + DM
d. Identitas Penanggung Jawab
1) Nama : Ny. RN
2) Usia : 38 Tahun
3) Hub. Dengan pasien : Anak
4) Pekerjaan : Pedagang
5) Alamat : Banjar Tengah, Desa Ketewel, Sukawati

104
2. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini

Keterangan Pasien 1 Pasien 2


1) Keluhan Utama Pasien mengeluh lemah Pasien mengeluh lemah
pada tubuh sisi kiri pada tubuh bagian kiri
2) Perjalanan Pasien mangatakan pada Pasien mengatakan
Penyakit saat ini tahun 2003 saat pasien memiliki riwayat
sedang di sawah tiba tiba penyakit Diabetes
tubuh sisi kiri pasien Mellitus dan Hipertensi,
lemah dan mulutnya pada tahun 2016 pasien
mencong (pelo) sehingga di rawat karena tiba-tiba
pasien segera di bawa ke pasien sewaktu bangun
RSUP Sanglah dan dari tidur pasien lemah,
dirawat ±2 Minggu dan kesemutan dan pelo,
pada tahun 2014 pasien sehingga pasien di rawat
mengalami kejadian di RSUD Sanjiwani
stroke berulang dengan selama ± 1minggu dan
keluhan yaitu tiba tiba pasien rutin kontrol
lemah pada tubuh bagian kesehatannya di UPT
kiri dan kesemutan, Kesmas Sukawati I
mulut pelo sehingga
pasien segera di bawa ke
RSUD Wangaya pasien
dirawat selama ± 1
minggu dan pada saat ini
pasien mengeluh
kesemutan dan lemah
pada tubuh bagian kiri,
pasien rutin kontrol
kesehatannya di UPT
Kesmas Sukawati I
karena pasien takut jika

105
kejadian tersebut
berulang kembali.
3) Upaya yang Pasien mengatakan Pasien mengatakan
dilakukan untuk untuk mengatasinya untuk mengatasinya
mengatasinya yaitu dengan rutin dengan latihan dan
kontrol kesehatannya ke minum obat secara
puskesmas. teratur.

b. Status Kesehatan Masa Lalu

Keterangan Pasien 1 Pasien 2


1) Penyakit yang Pasien mengatakan Pasien mengatakan
pernah dialami mengalami sakit stroke memiliki riwayat DM
dan tidak pernah dan Hipertensi sebelum
mengalami selain mengalami penyakit
penyakit tersebut stroke
2) Pernah dirawat Pasien mengatakan pada Pasien mengatakan
tahun 2003 di rawat di hanya pernah dirawat 1x
RSUP Sanglah karena di RSUD Sanjiwani
stroke dan tahu 2014 di karena stroke pada tahun
rawat di RSUD 2016
Wangaya karena stroke
berulang.
3) Alergi Pasien mengatakan Pasien mengatakan tidak
tidak memiliki alergi memiliki alergi makanan,
makanan, minuman, minuman, obat atau yang
obat atau yang lain-lain lain-lain
4) Kebiasaan Pasien mengatakan Pasien mengatakan tidak
memiliki kebiasaan memiliki kebiasaan
minum kopi 1x sehari meminum kopi,
merokok, atau kebiasaan
yang dapat
mempengaruhi
kesehatannya.
5) Riwayat penyakit Pasien mengatakan Pasien mengatakan

106
keluarga keluarga pasien tidak keluarga pasien tidak
memiliki penyakit yang memiliki penyakit yang
sama seperti dirinya. sama seperti dirinya.

c. Pola Kebutuhan Dasar

Keterangan Pasien 1 Pasien 2


1) Aktivit Kemampuan 0 1 2 3 4 Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri Perawatan Diri
as dan Makan/Minum √ Makan/Minum √
Mandi √ Mandi √
Latiha Toileting √ Toileting √
n Berpakaian √ Berpakaian √
Mobilisasi √ Mobilisasi √
Berpindah √ Berpindah √
Ambulasi √ Ambulasi √
Keterangan : Keterangan :
0 : Mandiri 0 : Mandiri
1 : alat bantu 1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain 2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat 3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total 4 : tergantung total
Keterangan : Keterangan :
Pasien makan dan minum Pasien makan dan minum
secara mandiri, mandi di bantu secara mandiri, mandi di bantu
oleh alat dan terkadang dibantu oleh alat dan terkadang dibantu
oleh keluarga, toileting dibantu oleh keluarga, toileting dibantu
oleh alat, pasien mobilisasi, oleh alat, pasien mobilisasi,
berpindah dan ambulasi berpindah dan ambulasi
menggunakan alat bantu. menggunakan alat bantu.
5555 3333 5555 4444
5555 3333 5555 4444

d. Pengkajian Fisik

Keterangan Pasien 1 Pasien 2


Keadaan Umum 1) Tingkat kesadaran : 1) Tingkat kesadaran :
Komposmentis Komposmentis

2) GCS : E4V5M6 2) GCS : E4V5M6

107
3) Tanda – tanda vital : 3) Tanda – tanda vital :

Nadi : 88x/menit Nadi : 86x/menit


TD : 160/100mmHg TD : 140/90mmHg
Suhu : 36oC Suhu : 36oC
RR : 16x/menit RR : 18x/menit
Kepala dan leher 1) Inspeksi 1) Inspeksi

Bentuk kepala simetris, Bentuk kepala simetris,


warna rambut hitam dan warna rambut hitam dan
terdapat uban, kepala terdapat uban, kepala
kurang bersih kurang bersih
2) Palpasi 2) Palpasi

Tidak ada massa, tidak ada Tidak ada massa, tidak


nyeri tekan, tidak ada ada nyeri tekan, tidak
pembesaran kelenjar ada pembesaran kelenjar
jugularis dan typoid pada jugularis dan typoid pada
leher leher
Mata 1) Inspeksi 1) Inspeksi

Bentuk mata simetris, Bentuk mata simetris,


konjungtiva merah konjungtiva merah
muda, kelopak mata muda, kelopak mata
tidak terdapat edema tidak terdapat edema
2) Palpasi 2) Palpasi

Tidak terdapat massa Tidak terdapat massa


Hidung 1) Inspeksi 1) Inspeksi

Bentuk simetris, polip Bentuk simetris, polip


(-). (-).
2) Palpasi 2) Palpasi

Tidak terdapat massa Tidak terdapat massa


Telinga 1) Inspeksi 1) Inspeksi

108
Bentuk simetris, tidak Bentuk simetris, tidak
ada lesi, tampak cukup ada lesi, tampak cukup
bersih bersih
2) Palpasi 2) Palpasi

Tidak ada benjolan dan Tidak ada benjolan


nyeri tekan dan nyeri tekan
Mulut 1) Inspeksi 1) Inspeksi

Mukosa bibir lembab, Mukosa bibir lembab,


gigi kuning, terdapat gigi kuning, terdapat
gigi yang tanggal, tidak gigi yang tanggal,
terdapat karies gigi. tidak terdapat karies
2) Palpasi gigi.
2) Palpasi
Tidak ada massa dan
nyeri tekan Tidak ada massa dan
nyeri tekan
Thorak 1) Inspeksi 1) Inspeksi
Bentuk simetris,
Bentuk simetris,
pergerakan dada simetris
pergerakan dada 2) Palpasi
simetris. Tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi
2) Palpasi Terdengar suara vesikuler
4) Auskultasi
Tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi Tidak terdengar suara

nafas tambahan
Terdengar suara
vestikuler
4) Auskultasi

Tidak terdapat suara


abnormal
Abdomen 1) Inspeksi 1) Inspeksi
Bentuk simetris Bentuk simetris
2) Auskultasi 2) Auskultasi
Terdengar bising usus 12 Terdengar bising usus 12

109
kali/menit kali/menit
3) Perkusi 3) Perkusi
Terdengar suara timpani Terdengar suara timpani
4) Palpasi 4) Palpasi

Tidak ada nyeri tekan, tidak Tidak ada nyeri tekan,

ada pembesaran hati/lever. tidak ada pembesaran

hati/lever.
Genetalia Tidak terkaji Tidak terkaji
Muskuloskeletal a) Inspeksi a) Inspeksi

(1) Atas (1) Atas

(a) Kanan : pergerakan normal, (a) Kanan : pergerakan


tidak ada fraktur, tidak ada normal, tidak ada fraktur,
edema, tidak ada lesi, tidak tidak ada edema, tidak
ada atropi. ada lesi, tidak ada atropi.

(b) Kiri : pergerakan lemah, (b) Kiri : pergerakan lemah,


tidak ada fraktur, tidak ada tidak ada fraktur, tidak
edema, tampak atropi pada ada edema, tampak
tangan bagian kiri. atropi pada tangan
bagian kiri.
(2) Bawah
(2) Bawah
Kanan : pergerakan normal,
tidak ada fraktur, tidak ada Kanan : pergerakan
edema dan tidak ada lesi. normal, tidak ada fraktur,
Kiri : Tampak lemah, susah tidak ada edema dan
untuk di gerakkan, edema tidak ada lesi.
(-) , atropi (+). Kiri : Tampak lemah,
b) Palpasi susah untuk di gerakkan,
edema (-) , atropi (+).
(1) Atas
b) Palpasi
Kanan : Nyeri tekan (-),
(1) Atas
edema (-).

110
Kiri :Nyeri tekan (-), edema Kanan : Nyeri tekan (-),
(-) edema (-).
(2) Bawah Kiri :Nyeri tekan (-),
edema (-)
Kanan : Nyeri tekan (-),
(2) Bawah
reflek (+)
Kanan : Nyeri tekan (-),
Kiri : Nyeri tekan (-), reflek
reflek (+)
(+)
Kiri : Nyeri tekan (-),
Kekuatan otot
reflek (+)
5555 3333
5555 3333 Kekuatan otot
5555 4444
5555 4444

e. Pemeriksaan Penunjang

Keterangan Pasien 1 Pasien 2


Pemeriksaan radiologi Hasil pemeriksaan : CT CT scan kepala pot axial
scan kepala dan OML – verteks, tebal
Pemeriksaan CT Scan 5, 10mm, tanpa injeksi
kepala irisan axial sejajar kontras.
OM-Line tanpa dan Tampak perselubungan
dengan kontras : pada sinus maksilaris,
- Tak tampak lesi ethmoidalis, spenoid
hypodense maupun pons dan cerebellum tak
hyperdense pada tampak lesi.
brain parenchyme Tak tampak lesi hipo/ iso
/ hiperdens pada
- Sulci dan gyri
parenkim cerebri sist.
tampak normal
Ventricle dan sisterna tak
- Tissue tampak kelainan.
interhemusphere, Struktur midline tak
fissure sylvius, dan deviasi. Sulsi dan giri
cistem basalis normal. Kalvaria intak.

111
tampak normal Kesan : tak tampak
kelainan pada parenkim
- Sistem ventrikel
cerebeli/cerebri saat ini
tampak normal
sinusitis maksilaris,
- Tak tampak ethmoid dan sphenoid.
kalsifikasi
abnormal

- Pons,
megencephalon
dan cerebellum
tidak tampak
kelainan.

- Orbita, sinus
maxilaris,
ethmoidalis,
sphenoidalis,
frontalis, mastoid
kanan dan kiri
tampak normal.

- Calvaria tak
tampak kelainan

Kesan : saat ini tak


tampak gambaran intra
cerebral infarction
maupun haemorrhage.
Adanya acute cerebral
infarction belum dapat
disingkirkan.

2. Diagnosa Keperawatan

112
Pasien Diagnosa Keperawatan
Pasien 1 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparase ditandai
dengan pasien mengeluh sulit menggerakan tangan dan kaki kiri,
lemah pada tangan dan kaki kiri, pasien tampak lemah, pasien
tampak mobilisasi dibantu dengan tongkat, aktivitas
dibantu sebagian dengan alat (tongkat) dan dibantu oleh keluarga,
kekuatan otot :
5555 3333
5555 3333
Pasien 2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparase ditandai
dengan pasin mengeluh lemah pada tangan dan kaki kiri, pasien
tampak sulit menggerakkan kaki dan tangan kirinya, pasien
menggunakan alat bantu berupa tongkat untuk melakukan aktivitas
sehari-hari, kekuatan otot :
5555 4444
5555 4444

3. Perencanaan

Pasien Dx. Tujuan NOC NIC


Keperawatan

113
Pasien 1 I Setelah dilakukan 1. Monitor vital sign sebelum
asuhan keperawatan dan sesudah latihan.

selama 5x kunjungan 2. Konsultasikan denganterapi


diharapkan pasien fisik tentang rencana
ambulasi sesuai dengan
menunjukkan
kebutuhan.
peningkatan dalam
3. Bantu klien untuk
mobilitas fisik dengan
menggunakan tongkat saat
kriteria hasil : berjalan dan cegah terhadap
1. Klien meningkat cedera.
dalam aktivitas fisik 4. Ajarkan pasien atau tenaga
kesehatan lain tentang teknik
2. Mengerti Tujuan ambulasi
dari peningkatan
5. Kaji kemampuan pasien
mobilitas dalam mobilisasi

3. Memverbalisasikan 6. Latih pasien dalam


pemenuhan kebutuhan adls
perasaan dalam
secara mandiri
peningkatan
kekuatan otot dan 7. Dampingi dan bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
kemampuan penuhi kebutuhan adls
berpindah
8. Berikan bantuan jika
4. Mengalami membutuhkan

peningkatan pada 9. Ajarkan pasien merubah


kekuatan otot posisi dan berikan bantuan
jika di perlukan

Pasien 2 I Setelah dilakukan 1. Monitor vital sign sebelum


asuhan keperawatan dan sesudah latihan.

selama 5x kunjungan 2. Konsultasikan denganterapi


diharapkan pasien fisik tentang rencana

114
menunjukkan ambulasi sesuai dengan
peningkatan dalam kebutuhan.

mobilitas fisik dengan 3. Bantu klien untuk


kriteria hasil : menggunakan tongkat saat
berjalan dan cegah terhadap
1. Klien meningkat
cedera.
dalam aktivitas fisik
4. Ajarkan pasien atau tenaga
2. Mengerti Tujuan kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
dari peningkatan
mobilitas 5. Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
3. Memverbalisasikan
6. Latih pasien dalam
perasaan dalam pemenuhan kebutuhan adls
peningkatan secara mandiri
kekuatan otot dan 7. Dampingi dan bantu pasien
kemampuan saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan adls
berpindah
8. Berikan bantuan jika
4. Mengalami membutuhkan
peningkatan pada
9. Ajarkan pasien merubah
kekuatan otot
posisi dan berikan bantuan
jika di perlukan

4. Implementasi
Kunjungan Jam Dx
Implementasi Evaluasi Formatif
Ke -
1 2 3 4 5
Kunjungan 14.00 Gangguan Melakukan Pasien mengeluh lemah

115
1 Mobilitas pengkajian kepada pada tubuh bagian kiri,
Selasa, 17
Fisik pasien gangguan sulit untuk digerakan,
April 2018
mobilitas fisik pasien tampak
secara menggunakan tongkat
komprehensif saat mobilisasi,
termasuk pola kekuatan otot
aktivitas latihan 5555 3333
5555 3333
pasien dan
kekuatan otot
pasien
14.15 Mengecek Tanda- TD : 160/100 mmHg,
tanda vital pasien Nadi : 89x/menit, suhu :
36oC, RR : 16x/menit
14.30 Membantu pasien Pasien tampak sudah
menggunakan dapat menggunakan
tongkat saat tongkat dan pasien
berjalan dan cegah tampak berhati-hati saat
terhadap cedera mobilisasi
menggunakan tongkat
15.00 Menganjurkan Pasien tampak
pasien untuk melakukan latihan
latihan ROM guna ROM dipandu oleh
meningkatkan peneliti, pasien tampak
kekuatan otot belum mampu
pasien melakukan ROM secara
aktif dari sendi leher
sampai sendi jari-jari
kaki.
15.35 Mengobservasi Pasien mengatakan
perasaan pasien setelah latihan merasa
setelah latihan baik
15.40 Memotivasi pasien Pasien mengatakan
untuk melakukan mengerti.
latihn ROM 2x

116
sehari
16.10 Membantu pasien Pasien mengatakan
dalam toileting terbantu
Kunjungan 14.00 Gangguan Mengkaji keluhan Pasien mengeluh lemah
2 mobilitas pasien pada tubuh bagian kiri
Rabu, 18
fisik terutama pada kaki dan
April 2018
kesemutan dan
kekuatan otot
5555 3333
5555 3333
14.30 Mengkaji Pasien bergerak
kemampuan menggunakan tongkat,
mobilisasi pasien pasien melakukan
aktvitas menggunakan
tongkat
15.10 Mengecek tanda- TD : 150/100mmHg,
tanda vital pasien Nadi : 82x/menit,
Suhu : 35oC, RR :
18x/menit
15.20 Membantu pasien Pasien mengatakan
dalam memenuhi terbantu
kebutuhan aktivitas
pasien
15.40 Menganjurkan Pasien melakukan
pasien melakukan latihan ROM, pasien
latihan ROM mampu melakukan
pada sendi leher, pada
tangan belum dapat di
lakukan dan pada kaki
belum dapat dilakukan
karena masih lemah
16.10 Mengobservasi Pasien mengatakan baik
perasaan pasien setelah latihan
16.20 Memberikan Pasien dan keluarga
edukasi kepada pasien mengerti

117
pasien dan keluarga
pasien untuk
melakukan latihan
ROM minimal 2x
sehari
16.40 Mengajarkan Keluarga pasien
teknik ambulasi mengatakan mengerti
saat berjalan
kepada keluarga
pasien untuk
mencegah
terjadinya jatuh
atau cedera
Kunjungan 14.00 Mengkaji keluhan Pasien mengatakan
3 pasien lemah pada tubuh
Kamis, 19
bagian kiri terutama
April 2018
pada kaki kiri
14.10 Mengobservasi ttv TD : 130/ 100mmHg,
pasien Nadi : 84x/menit,
Suhu : 36oC, RR :
16x/menit
14.20 Mengajarkan Pasien mampu
pasien terapi non melakukan ROM pada
farmakologi yaitu sendi leher, sendi bahu,
latihan ROM sendi siku dan pada
jari-jari tangan dan
kaki, pada panggul,
lutut dan pergelangan
kaki pasien belum
mampu melakukannya.
15.00 Mengobservasi Pasien mengatakan baik
perasaan pasien setelah latihan dan
setelah diberikan mengatakan berasa
latihan lebih kuat otot

118
tangannya dari
sebelumnya
15.20 Mengedukasi Pasien dan keluatga
pasien dan keluarga pasien mengatakan
pasien untuk mengerti
melakukan dan
pentingnya
melakukan latihan
ROM minimal 2x
sehari
Kunjungan 14.00 Mengkaji keluhan Pasien mengatakan
4 pasien lebih kuat ototnya
Jumat, 20
dibandingkan kemarin
April 2018
pada tangan dan kaki
dan kekuatan otot
pasien
5555 4444
5555 4444
14.10 Mengecek tanda TD 140/90 mmHg,
tanda vital pasien Nadi : 84x/menit, suhu :
36oC, RR : 16x/menit
14.30 Menganjurkan Pasien mampu
pasien untuk melakukan latihan
melakukan latihan ROM, pasien mampu
ROM bergerak pada leher,
bahu, siku, pergelangan
tangan dan jari-jari
tangan
15.15 Mengobsevasi Pasien mengatakan
perasaan pasien lebih baik dari
setelah latihan sebelumnya, pasien
mengatakan ototnya
lebih kuat dari
sebelumnya
15.30 Mengedukasi Pasien mengtakan

119
pasien untuk tetap mengerti
melakukan latihan
ROM minimal 2x
sehari
Kunjungan 14.00 Mengkaji keluhan Pasien mengatakan
5 pasien lemahnya sudah
Sabtu, 21
berkurang, pasien
April 2018
tampak lebih kuat,
pasien terkadang
menggunakan tongkat
14.30 Mengecek tanda TD : 130/90 mmHg,
tanda vital pasien Nadi : 84x/menit,
Suhu : 36oC, RR :
16x/menit
14.40 Menganjurkan Pasien mampu
pasien untuk melakukan ROM dari
melakukan terapi leher, bahu, siku,
non farmakologi pergelangan tangan,
dengan latihan panggul, lutut,
ROM pergelangan kaki dan
jari jari kaki.
15.20 Mengobservasi Pasien mengatakan
perasaan pasien perasaanya baik setelah
setalah latihan latihan, tangan dan kaki
pasien lebih baik dari
sebelumnya
15.40 Mengedukasi Pasien mengatakan
pasien untuk tetap mengerti
melakukan latihan
ROM minimal 2x
sehari
15.50 Mengevaluasi Pasien mengatakan
keefektifan terapi lebih kuat dari
non farmakologi sebelumnya, pasien

120
yaitu latihan ROM sudah mampu
melakukan ROM dari
leher, bahu, siku,
pergelangan tanan, jari-
jari tangan, panggul,
lutut, pergelangan kaki
dan jari-jari kaki,
kekuatan otot pasien
5555 4444
5555 4444

c. Implementasi keperawatan pada pasien Tn. JR

Kunjungan Jam Dx. Evaluasi


Implementasi
Ke - Formatif
1 2 3 4 5
Kunjungan 1 17.00 Gangguan Melakukan Pasien mengeluh
Selasa, 17 April
Mobilitas pengkajian kepada lemah pada tubuh
2018
Fisik pasien gangguan bagian kiri, sulit
mobilitas fisik secara untuk digerakan,
komprehensif pasien tampak
termasuk pola menggunakan
aktivitas latihan tongkat saat
pasien dan kekuatan mobilisasi,
otot pasien aktivitas pasien
dibantu dnegan
tongkat, kekuatan
otot
5555 4444
5555 4444
17.15 Mengecek Tanda- TD : 140/90
tanda vital pasien mmHg, Nadi :
82x/menit, suhu :
36oC, RR :

121
18x/menit
17.30 Membantu pasien Pasien tampak
menggunakan sudah dapat
tongkat saat berjalan menggunakan
dan cegah terhadap tongkat
cedera
18.00 Menganjurkan Pasien tampak
pasien untuk latihan melakukan latihan
ROM guna ROM dipandu
meningkatkan oleh peneliti,
kekuatan otot pasien pasien tampak
belum mampu
melakukan ROM
secara
keseluruhan,
pasien dapat
melakukan ROM
leher, jari-jari
tangan saja.
18.35 Mengobservasi Pasien
perasaan pasien mengatakan
setelah latihan setelah latihan
merasa baik
18.40 Memotivasi pasien Pasien
untuk melakukan mengatakan
latihn ROM 2x mengerti.
sehari
19.10 Membantu pasien Pasien
dalam makan dan mengatakan
minum terbantu
Kunjungan 2 17.00 Gangguan Mengkaji keluhan Pasien mengeluh
Rabu, 18 April
mobilitas pasien lemah pada tubuh
2018
fisik bagian kiri
terutama pada

122
kaki dan
kesemutan dan
kekuatan otot
5555 4444
5555 4444
17.30 Mengkaji Pasien bergerak
kemampuan menggunakan
mobilisasi pasien tongkat, pasien
melakukan
aktvitas
menggunakan
tongkat
18.10 Mengecek tanda- TD :
tanda vital pasien 140/90mmHg,
Nadi : 82x/menit,
Suhu : 36oC, RR :
16x/menit
18.20 Membantu pasien Pasien
dalam memenuhi mengatakan
kebutuhan aktivitas terbantu
pasien
18.40 Menganjurkan Pasien melakukan
pasien melakukan latihan ROM,
latihan ROM pasien mampu
melakukan pada
sendi leher,
sedikit pada bahu
dan siku, sendi
jari-jari tangan,
pasien belum
dapat melakukan
pada panggul,
lutut, pergelangan
kaki, dan jari-jari

123
kaki
19.10 Mengobservasi Pasien
perasaan pasien mengatakan baik
setelah latihan
19.20 Memberikan edukasi Pasien dan
kepada pasien dan keluarga pasien
keluarga pasien mengerti
untuk melakukan
latihan ROM
minimal 2x sehari
19.40 Mengajarkan teknik Keluarga pasien
ambulasi saat mengatakan
berjalan kepada mengerti
keluarga pasien
untuk mencegah
terjadinya jatuh atau
cedera
Kunjungan 3 17.00 Mengkaji keluhan Pasien
Kamis, 19 April
pasien mengatakan
2018
lemah pada tubuh
bagian kiri
terutama pada
kaki kiri
17.10 Mengobservasi ttv TD : 130/ 90
pasien mmHg, Nadi :
82x/menit, Suhu :
36oC, RR :
18x/menit
17.20 Mengajarkan pasien Pasien mampu
terapi non melakukan ROM
farmakologi yaitu pada sendi leher,
latihan ROM sendi bahu, sendi
siku dan pada
jari-jari tangan

124
dan kaki, pada
panggul, lutut dan
pergelangan kaki
pasien belum
mampu
melakukannya.
18.00 Mengobservasi Pasien
perasaan pasien mengatakan baik
setelah diberikan setelah latihan
latihan dan mengatakan
berasa lebih kuat
otot tangannya
dari sebelumnya
18.20 Mengedukasi pasien Pasien dan
dan keluarga pasien keluarga pasien
untuk melakukan mengatakan
dan pentingnya mengerti
melakukan latihan
ROM minimal 2x
sehari
Kunjungan 4 17.00 Mengkaji keluhan Pasien
Jumat, 20 April
pasien mengatakan lebih
2018
kuat ototnya
dibandingkan
kemarin pada
tangan dan kaki
dan kekuatan otot
pasien
5555 5555
5555 4444
17.10 Mengecek tanda TD 120/80
tanda vital pasien mmHg, Nadi :
82x/menit, suhu :
36oC, RR :

125
18x/menit
17.30 Menganjurkan Pasien mampu
pasien untuk melakukan latihan
melakukan latihan ROM, pasien
ROM mampu bergerak
pada leher, bahu,
siku, pergelangan
tangan dan jari-
jari tangan dan
panggul, lutut,
pergelangan kaki
dan jari-jari kaki.
18.15 Mengobsevasi Pasien
perasaan pasien mengatakan lebih
setelah latihan baik dari
sebelumnya,
pasien
mengatakan
ototnya lebih kuat
dari sebelumnya
18.30 Mengedukasi pasien Pasien
untuk tetap mengatakan
melakukan latihan mengerti
ROM minimal 2x
sehari
Kunjungan 5 17.00 Mengkaji keluhan Pasien
Sabtu, 21 April
pasien mengatakan
2018
lemahnya sudah
berkurang, pasien
tampak lebih
kuat, pasien
terkadang
menggunakan

126
tongkat
17.30 Mengecek tanda TD : 130/90
tanda vital pasien mmHg, Nadi :
84x/menit, Suhu :
36oC, RR :
16x/menit
17.40 Menganjurkan Pasien mampu
pasien untuk melakukan ROM
melakukan terapi dari leher, bahu,
non farmakologi siku, pergelangan
dengan latihan ROM tangan, panggul,
lutut, pergelangan
kaki dan jari jari
kaki.
18.20 Mengobservasi Pasien
perasaan pasien mengatakan
setalah latihan perasaanya baik
setelah latihan,
tangan dan kaki
pasien lebih baik
dari sebelumnya
18.40 Mengedukasi pasien Pasien
untuk tetap mengatakan
melakukan latihan mengerti
ROM minimal 2x
sehari dan
melakukan mobilitas
fisik
18.50 Mengevaluasi Pasien
keefektifan terapi mengatakan lebih
non farmakologi kuat dari
yaitu latihan ROM sebelumnya,
pasien sudah
mampu

127
melakukan ROM
dari leher, bahu,
siku, pergelangan
tanan, jari-jari
tangan, panggul,
lutut, pergelangan
kaki dan jari-jari
kaki, kekuatan
otot pasien
5555 5555
5555 4444

4. Evaluasi

Hari/Tgl Jam No.Dx Evaluasi Ttd


Pasien 1 Pasien 2
Sabtu, 21 Px. 1 I S: S:

April 15.30 - Pasien mengatakan - Pasien mengatakan

2018 telah mengerti tujuan telah mengerti tujuan

Px. 2 dari peningkatan dari peningkatan

18.00 mobilitas fisi mobilitas fisi

- Pasien mengatakan - Pasien mengatakan

sekarang lebih kuat sekarang lebih kuat

dalam melakukan dalam melakukan

pergerakan pergerakan

O: O:

- Pasien tampak - Pasien tampak dapat

dapat memperagakan

memperagakan penggunaan alat

penggunaan alat bantu seperti tongkat

128
bantu seperti secara mandiri

tongkat secara - Pasien dapat

mandiri melakukan aktivitas

- Pasien dapat secara mandiri

melakukan - Kekuatan otot

aktivitas secara pasien meningkat


mandiri
dari
- Kekuatan otot
5555 4444
5555 4444
pasien
Menjadi
meningkat dari
5555 5555
5555 3333 5555 4444
- TTV :
5555 3333
Menjadi TD 130/90 mmHg,

5555 4444 Nadi : 82x/menit,


5555 4444
- TTV : Suhu: 36oC

- TD 130/90 RR : 18x/menit

mmHg, A : Masalah teratasi

Nadi : 84x/menit, P : Berikan latihan

Suhu: 36oC, ROM 2 kali sehari

RR : 16x/menit

A : Masalah teratasi

P : Berikan latihan ROM

2 kali sehari

129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142

Anda mungkin juga menyukai