Soal Dan Jawaban PreTest Farmasi Klinik Praktik Kerja Profesi Apoteker
Soal Dan Jawaban PreTest Farmasi Klinik Praktik Kerja Profesi Apoteker
Disusun oleh:
Suatu kejadian dapat disebut DRP bila memenuhi dua komponen berikut :
1. Kejadian yang tidak diinginkan
Kejadian ini dapat berupa keluhan medis, gejala, diagnosis penyakit, ketidakmampuan
(disability) atau sindrom, dapat merupakan efek dari kondisi psikologis, fisiologis,
sosiokultural atau ekonomi.
2. Hubungan antara kejadian tersebut dengan terapi obat
Bentuk hubungan ini dapat berupa konsekuensi dari terapi obat maupun kejadian yang
memerlukan terapi obat sebagai solusi maupun preventif.
Terlepasnya plak
arterosklerosis dari
salah satu arteri
koroner dan
kemudian
tersangkut di bagian
hilir sehingga
menyumbat aliran
darah
3. Sebutkan Mekanisme dari obat-obat yang dipakai pada terapi gagal jantung.
Sebutkan pula kontra indikasinya.
Inhibitor ACE : Menurunkan beban pada jantung dengan mencegah peningkatan
angiotensin II yang sering ditemukan pada gagal jantung, meningkatkan ekskresi
Na+ dan H2O
Diuretik : Menurunkan volume dalam sirkulasi maka edema kakan berkurang
Beta Bloker : Menurunkan kontraktilitas miokard, memblok efek perusakan dari
aktivitas simpatik yang berlebihan.
Digoksin : Meningkatkan kalsium intraseluler, dengan menghambat Na+/K+ -
ATPase membran yang berperan dalam pertukaran Na+/K+ melalui membran sel
otot.
Obat simpatomimetik : Menstimulasi adrenoseptor beta 1 pada jantung dan
meningkatkan kontraktitilitas dengan sedikit efek pada frekuensi, kerja pada
reseptor beta 2 menyebabkan vasodilatasi. Contoh : Dobutamin
4. Apabila anda ditugaskan memberikan konseling tentang kepatuhan minum
obat kepada pasien gagal jantung, materi apa saja yang harus anda
sampaikan ?
- Menjelaskan nama obat beserta indikasi, cara pemakaian, dan cara
penyimpanannya
- Menganjurkan pasien untuk membatasi aktivitas fisik, misal : tidak
melakukan olahraga berat.
- Menganjurkan pasien untuk makan cukup dengan gizi baik dan mengurangi
konsumsi garam
- Menganjurkan pasien untuk Menghentikan kebiasaan merokok (bila pasien
perokok)
- Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
C. GINJAL
1. Jelaskan fungsi ginjal
a. Menyaring/Membersihkan Darah
Bagian ginjal yang menjalankan fungsi ini adalah nefron.
b. Mengatur Volume Darah
Darah dapat mengatur jumlah cairan yang terlarut dalam darah sehingga
volume dipertahankan untuk selalu seimbang di dalam tubuh. Tanpa kontrol
dari ginjal ini, maka kemungkinan terburuk dalam tubuh akan terjadi, yaitu
tubuh menjadi kering karena kekurangan cairan tubuh atau tubuh tenggelam
karena kebanjiran akibat cairan dalam tubuh menumpuk tak terbuang.
c. Mendaur Ulang Air, Mineral, Glukosa, dan Gizi
Ginjal akan mempertahankan zat-zat penting yang ikut masuk ke dalam
nefron bersama cairan darah, lalu mengembalikannya ke peredaran darah.
Tapi ginjal tidak menyerap kembali zat-zat ini jika jumlahnya berlebih dalam
darah.
d. Mengatur Keseimbangan Kandungan Kimia Darah
Salah satu contoh fungsi pengatur ini adalah mengatur kadar garam dalam
darah. Garam cenderung mengikat air sehingga jika kadar dalam gula darah
berlebih mengakibatkan penumpukan cairan yang berlebihan dalam darah
dan rongga sela antarsel tubuh. ginjal akan mengeluarkan kadar garam yang
berlebih dalam darah agar seimbang kembali. Ginjal juga mengatur kadar
kalium dalam darah. Apabila kadar kalium dalam darah berkurang, maka
ginjal akan menyerap kembali kalium tersebut. Sebaliknya, jika jumlah
kalium berlebih ginjal akan membuangnya. Zat lain yang perlu dijaga
keseimbangannya adalah urea yang merupakan limbah pencernaan protein,
karena urea yang berlebih dapat mengakibatkan keracunan yang disebut
penyakit uremia.
e. Menjaga Darah agar Tidak Terlalu Asam
Ginjal berperan dalam menjaga pH darah agar tidak terlalu asam.
f. Penghasil Hormon
Hormon yang dihasilkan adalah hormon eritroprotein yang berfungsi untuk
merangsang peningkatan laju pembentukan sel darah merah oleh sumsum
tulang
4. Apa yang dimaksud laju filtrasi glomerulus dan apa hubungannya dengan
clerance serum kreatinin? Mengapa kreatinin digunakan untuk penentuan
fungsi ginjal?
Laju Filtrasi Glomerulus : : jumlah cairan yang difiltrasi ke dalam kapsula
Bowman per satuan waktu . Rata-rata LFG adalah : 125 ml/menit atau 180
liter/hari perhitungan LFG berdasarkan Klirens serum kreatinin. Kreatinin darah
meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu kreatinin dianggap lebih
sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan uji
dengan kadar nitrogen urea darah (BUN).
5. Bagaimana memperoleh nilai clearance serum kreatinin
Rumus Cockroft dan Gault
( )
7. Apa yang dimaksud dengan obat yang bersifat nefrotoksik dan sebutkan
obat-obat yang dimaksud.
obat yang bersifat meracuni atau mengganggu fungsi ginjal.
Yang bersifat nefrotoksik antara lain obat-obatan antinyeri, antirematik, dan
antibiotik. Obat-obat ini bukan tidak boleh digunakan , namun harus selalu dalam
pengawasan dokter.
8. Bagaimana prinsip umum penggunaan obat pada gagal ginjal
Mengembalikan fungsi ginjal seperti sebelumnya dan mencegah kerusakan ginjal
yang lebih parah yaitu dengan penentuan dosis obat, pengaturan elektrolit, nutrisi
dan protein, mengurangi asupan sodium.
9. Apabila anda ditugaskan menjawab pertanyaan dokter “ Berapa dosis obat
digoksin yang harus saya berikan kepada pasien X?” Apa yang harus
dilakukan ?
- Harus Mengetahui nama, umur, BB, luas permukaan pasien
- Harus Mengetahui kondisi pasien dan obat-obat yang telah digunakan beserta
penyakit lain yang mungkin diderita pasien melalui PMR pasien
- Menghitung dosis digoksin
D. HATI
3. Konsep patofisiologis/problem medik apa saja yang terjadi pada pasien dengan gangguan
fungsi hati? Jelaskan penyebabnya masing-masing!
Jawaban:
- Perlemakan hati; terjadi bila penimbunan lemak melebihi 5% dari berat hati atau mengenai
lebih dari separuh jaringan se hati. Perlemakan hati ini sering berpotensi menjadi penyebab
kerusakan hati dan sirosis hati. Kelainan ini dapat timbul karena mengkonsumsi alkohol
berlebihan, ang disebut ASH (Alcoholic Steatohepatitis), maupun bukan karena alkohol
disebut NASH (Non-Alcoholic Steatohepatitis).
- Asites; pengumpulan cairan di dalam rongga perut. Penyebabnya alkoholisme, bisa juga
terjadi pada penyakit non-hati seperti kanker, gagal jantung, gagal ginjal, tuberkulosis. Pada
penderita penyakit hati, cairan merembes dari permukaan hati dan usus. Hal ini dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1) hipertensi portal; 2) menurunnya kemampuan pembuluh
darah untuk menahan cairan; 3) tertahannya cairan oleh ginjal; 4) perubahan dalam berbagai
hormon dan bahan kimia yang mengatur cairan tubuh
- Kegagalan hati; suatu keadaan dimana terjadi penurunan/kemunduran fungsi hati yang
sangat berat. Penyebab: 1) hepatitis virus, 2) sirosis, 3) kerusakan hati karena alkohol atau
obat
- Abses hati; 1) Abses amuba hati yang disebabkan oleh Enthamuba histolitica, umumnya
ditemukan di negara berkembang, kawasan tropis dan subtropik akibat sanitasi lingkungan
yang buruk, 2) Abses pirogenik hati, jarang ditemukan, namun lebih sering ditemukan di
negara maju
- Karsinoma (Kanker) Hati; faktor predisposisi karsinomat hati adalah penyakit hati kronik
(penyakit hati alkoholik, defisiensi α1, antitripsin, hemokromatosis dan tirosinemia) karena
menyebabkan DNA hepatosit lebih rentan terhadap perubahan genetik. Hilangnya inaktivasi
atau mutasi gen p53. Selain itu, faktor hormonal (seperti pemberian jangka panjang steroid
androgen, terpapar torium dioksida atau vinil klorida), dan bahkan pajanan estrogen dalam
bentuk kontrasepsi oral.
- Sirosis; entitas patologi yang berkaitan dengan suatu spektrum manifestasi klinis yang khas;
1) sirosis alkoholik, dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah porta. Paling
sering disebabkan oleh alkoholisme kronis, 2) sirosis kriptogenik dan pascavirus. Dimana
terdapat pita jaringan parut yang lebar akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi
sebelumnya, 3) sirosis biliaris, dimana terjadi pembentukan jaringan parut dalam hati di
sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat cidera pada obstruksi sistem bilier
intra hati atau ekstrahepatik yang kronis dan infeksi (kolangitis). Sirosis hepatik biliaris
primer berkaitan dengan penyakit autoimun, sirosis hepatik biliaris sekunder terjadi akibat
sumbatan jangka panjang duktus ekstrahepatik yang lebih besar, 4) sirosis kardiak terjadi
akibat gagal jantung kongestif sisi kiri-kanan yang berat dan memanjang, 5) sirosis
metabolik, keturunan dan terkait obat. Terjadi akibat kelainan metabolit dan pemakaian obat-
obatan.
4. Mengapa tidak dapat dilakukan penyesuaian dosis obat secara terbilang pada pasien
dengan gangguan fungsi hati?
Jawaban: karena pada umumnya penyakit hati disebabkan oleh virus, amuba dan atau
gangguan metabolisme akibat alkohol, sehingga tidak dapat dilakukan penyesuaian dosis obat
secara terbilang pada pasien dengan gangguan fungsi hati
5. Apa yang dimaksud dengan obat yang bersifat hepatotoksik dan sebutkan obat-obat yang
dimaksud yang engkau ketahui.
Jawaban: Obat yang bersifat hepatotoksik maksudnya adalah obat yang bersifat toksik atau
beracun atau dapat membahayakan fungsi hati. Obat-obat yang bersifat hepatotoksik
diantaranya adalah asetaminofen, allopurinol, amiodaron, asam aminosalisilat, dapson,
eritromisin, etanol, gliburid, isoniazid, ketokonazol, lovastatin, metotreksat, metildopa,
inhibitor monoamin oksidase, nevirapin, niasin, nifedipin, nitrofurantoin, fenazopiridin,
phenytoin, propyltiourasil, rifampin, salisilat, sulfonamida, telitromisin, tetrasiklin, asam
valproat, verapamil, warfarin, zidovudin
6. Bagaimana prinsip umum penggunaan obat pada pasien dengan gangguan fungsi hati?
Jawaban: Prinsip umum penggunaan obat pada pasien dengan gangguan fungsi hati adalah
dengan interferon dan turunannya, antibiotik untuk mencegah berkembang penyakit yang lain
7. Apabila anda ditugaskan untuk mengikuti visite medis terjadwal besok. Apa yang akan
anda lakukan hari ini?
- mempelajari riwayat pasien melalui PMR
- mempelajari kasus penyakit hati dan komplikasi serta penggunaan obatnya
E. PASIEN ANAK
1. Coba ceritakan bagaimana farmakokinetik obat pada anak-anak
Absorpsi
Pada saluran pencernaan, ada dua faktor yang mempengaruhi absorpsi obat, yaitu
difusi pasif yang dipengaruhi pH dan waktu pengosongan lambung. Pada bayi
prematur, kedua proses tersebut berbeda, pH lambung meningkat dikarenakan sekresi
asam yang belum matang. Sedangkan normalnya pada bayi normal, rentang pH
lambung dari 6 hingga 8 saat kelahiran tetapi turun 1-3 selama 24 jam. Pada bayi
prematur, waktu pengosongan lambung terjadi secara lambat. Obat dengan absorpsi
terbatas pada dewasa dapat diabsorbsi secara efisien pada bayi prematur dikarenakan
waktu kontak dengan mukosa saluran pencernaan yang lebih panjang.
Absorbsi obat pada daerah intramuskular telah dipelajari pada bayi prematur.
Perbedaan relatif massa otot, perfusi yang belum sempurna dibandingkan dengan
anak yang umurnya lebih tua dan dewasa dapat mempengaruhi absorbsi obat pada
daerah intramuskular. Efek net pada faktor-faktor ini terhadap absorbsi obat sulit
untuk diprediksi; fenobarbital telah dilaporkan dapat diabsorbsi secara cepat,
sedangkan diazepam lebih lambat. Oleh karena itu, dosis intramuskular jarang
digunakan pada neonatal keuali darurat atau saat jalur intravena tidak dapat
digunakan.
Absorpsi perkutan dapat meningkat secara signifikan pada bayi baru lahir dikarenakan
barier epidermis (stratum korneum) yang belum berkembang sepenuhnya dan
peningkatan hidrasi kulit. Peningkatan permeabilitas dapat menghasilkan efek toksik
setelah penggunaan topikal dari penggunaan sabun dan bedak heksaklorofen, salep
asam salisilat, dan kapas beralkohol.
Distribusi
Distribusi obat ditentukan berdasarkan sifat fisikokimia obat itu sendiri dan faktor
fisiologi spesifik apsien. Beberapa faktor fisiologi yang penting seperti volume
ekstraselular dan jumlah air tubuh, ikatan protein plasma dengan obat, dan konsisi
patologis yang memodifikasi fungsi fisiologi. Jumlah air tubuh diestimasi 94% pada
fetus, 85% pada bayi prematur, 78% pada bayi normal, dan 60% pada orang dewasa.
Volume cairan ekstraseluler juga berbeda antara bayi prematur dengan anak yang
berumur lebi tua dan dewasa. Volume cairan ekstraseluler pada 50% dari bobot badan
bayi prematur, 35% untuk bayi berumur 4-6 bulan, 25% pada balita 1 tahun, dan 19%
pada orang dewasa. Volume distribusi gentamisin adalah 1.48 L/kg pada neonatal dan
0.2 L/kg pada orang dewasa. Penilitian menunjukkan volume distribusi tobramisin
terbesar pada kebanyakan bayi prematur dan menurun dengan peningkatan umur
kelahiran dan bobot lahir dari bayi.
Ikatan obat dengan protein plasma juga menurun pada bayi baru lahir dikarenakan
penurunan konsentrasi protein plasma, kapasitas ikatan protein yang lebih rendah,
penurunan afinitas protein unuk ikatan obat, dan kompetisi pada beberapa daerah
ikatan seperti komponen endogen (misal bilirubin). Ikatan protein plasma pada
beberapa obat (termasuk fenobarbital, salisilat, dan fenitoin) jauh lebih keil pada
neonatal dibandingkan pada orang dewasa. Penurunan ikatan plasma beberapa obat
dapat meningkatkan volume distribusi. Oleh karena itu, bayi prematur memerlukan
loading dose yang lebih besar dibandingkan anak yang berumur lebih tua dan pada
orang dewasa untuk mencapai konsentrasi serum terapeutik untuk beberapa obat
seperti fenobarbilat dan fenitoin.
Konsekuensi peningkatan konsentrasi dari obat bebas atau tidak terikat dalam serum
dan jaringan perlu diperhatikan. Farmakologi dan efek toksik berhubungan langsung
dengan konsentrasi obat bebas dalam tubuh. Peningkatan konsentrasi obat bebas
merupakan hasil langsung dari penurunan ikatan protein plasma dan secara tidak
langsung dari pemindahan obat dari daerah ikatan. Peningkatan angka mortalitas dari
pengembangan kerniketerus sekunder akibat pemindahan bilirubin oleh sulfisoksazol
pada neonatal telah didokumentasi dengan baik. Bagaimana pun juga, akibat obat
yang terikat pada protein plasma tidak dapat dieliminasi oleh ginjal, peningkatan
konsesntrasi obat bebas dapat meningkatkan klirensnya. Jumlah lemak tubuh menurun
secara signifikan pada neonatal dibandingkan engan dewasa yang mempengaruhi
terapi obat. Beberapa obat mudah larut lemak didistribusi kurang luas pada bayi
dibandingkan pada orang dewasa. Volume distribusi diazepam 1.4-1.8 L/kg pada
neonatal dan dari 2.2-2.6 L/kg pada orang dewasa. Pada beberapa tahun ini, jumlah
ibu menyusui bayinya meningkat. Oleh karena itu, beberapa obat yang didistribusi
pada air susu dapat memberikan masalah pada bayinya. Akademi Pediatrik Amerika
merekomendasikan bromokriptin, siklofosfamid, siklosporin, doksorubisin,
ergotamin, litium, metrotreksat, fenindion dan semua obat abuse seperti amfematin,
kokain, heroin, marijuana dan fensiklidin atau PCP dikontraindikasikan selama
menyusui. Catatan untuk rekomendasi ini berdasarkan data yang terbatas; obat lain
yang berada lama pada ibu dapat berefek toksik pada sulfasalazin, dan asam 5-
aminosalisilat berhubungan dengan efek samping pada bayi. Beberapa obat yang
meningkatkan resiko harus dihindari oleh ibu selama kehamilan dan menyusui.
Metabolisme
Metabolisme obat secara signifikan berlangsung lebih lambat pada bayi dibandingkan
dengan anak yang lebih tua dan orang dewasa. Terdapat perbedaan penting dalam
pematangan beberapa jalur metabolisme pada bayi prematur. Contohnya pada bayi,
jalur sulfas yang berkembang baik, tetapi jalur glukorunidasi belum berkembang.
Walaupun metabolisme asetaminofen dengan glukorunidase masih belum sempurna
jika dibandingkan dengan orang dewasa, tetapi secara parsial masih dapat
dikompensasi oleh jalur sulfas. Penyebab sindrom gray baby oleh kloramfenikol pada
bayi baru lahir adalah penurunan metabolisme kloramfenikol oleh glukoronil
transferase menjadi metabolit glukoronid tidak aktif. Jalur metabolisme berhubungan
dengan umur dan dapat membutuhkan waktu bulanan hingga tahunan untuk
berkembang sempurna. Oleh karena itu, peningkatan klirens berlangsung hingga umur
1 tahun.
Eliminasi
Obat dan metabolitnya utamanya dieliminasi oleh ginjal. Kecepatan filtrasi
glomerulus bisa rendah (0.6-0.8 mL/menit tiap 1.73 m2) pada bayi preterm dan
sekitar 2-4 mL/menit tiap 1.73 m2 pada bayi term. Proses filtrasi glomerulus, sekresi
tubulus, dan reabsorpsi tubulus menentukan efikasi eksresi renal. Proses-proses
tersebut dapat membutuhkan waktu beberapa minggu hingga 1 tahun setelah kelahiran
untuk berkembang sepenuhnya.
Penelitian pada bayi menunjukkan klires tobramisin setelah minggu kelahiran pertama
meningkat dengan meningkatnya umur. Pada bayi hingga 1 bulan, umur setelah
kelahiran juga berkorelasi langsung dengan klirens aminoglikosida. Oleh karena itu,
bayi prematur memerlukan dosis harian yang lebih kecil oba yang dieliminasi melalui
ginjal selama minggu pertama kelahiran dan dosis dapat ditingkatkan seiring dengan
umur.
Dikarenakan eliminasi renal yang belum matan, kloramfenikol suksinat dapat
terakumulasi pada tubuh bayi prematur. Walaupun kloramfenikol suksinat tidak aktif,
akumulasi ini menjadi penyebab peningkatan bioavailabilitas kloramfenikol pada bayi
prematur jika dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Data ini mengindikasikan
bahwa toksisitas yang berhubungan dengan dosis merupakan hasil dari belum
berkembangnya jalur glukoronidasi.
2. Bagaimana pendapat anda apabila dokter RSUD Kota Bandung menulis resep obat “off
label” untuk pasien anak?
Off label merupakan obat-obat dengan indikasi yang tidak disetujui atau tidak disetujui dalam
3. Apabila anda ditugaskan memberikan konseling tentang kepatuhan minum obat kepada
orang tua anak yang sakit, materi apa saja yang harus anda sampaikan?
Jawaban:
Materi yang akan disampaikan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, indikasi & kontra
indikasi, takaran pemakaian (dosis), cara pemakaian (regimen dosis), interaksi obat, lama
pemakaian, mengenali hasil pemakaian apabila positif dan mengatasi apabila hasil pekin
negatif, cara penyimpanan dan pembuangan, peringatan (side effects, adverse effects, dan
interactions), interaksi dengan obat lain, interaksi dengan makanan-minum.
F. LABORATORIUM
1. Apa artinya seorang pasien laki-laki dengan hasil pemeriksaan laboratorium sbb:
a. SGOT = 355 U/L SGPT = 30 U/L
b. Albumin serum = 2,1 g/dl
c. Creatinin serum = 3,2 mg/dl
d. Hb = 7 gr/dl
Coba terangkan arti angka tersebut dan apa kira-kira penyakitnya?
SGOT dan SGPT menunjukkan kadar enzim transaminase, kenaikan kadar SGOT dapat
menunjukkan adana kelainan atau kekacauan fungsi hati yang aktual. Nilai albumin serum
rendah menunjukkan bahwa kemampuan sel hati yang berkurang. Begitu juga dengan nilai
Hb yang rendah yang mengindikasikan adanya kelainan fungsi hepar. Berdasarkan data
laboratorium, pasien laki-laki ini mengalami gangguan fungsi hati, namun tidak dapat
dipastikan penyebabnya karena tidak ada data diagnosis dari dokter yang mendukung.
Soal-soal Pre-Test Apoteker
Instalasi Farmasi RSUD Kota Bandung