Anda di halaman 1dari 103

GAMBARAN PRAKTIK FIVE MOMENT CUCI TANGAN

PADA PERAWAT DI RSUD SOEWONDO KENDAL

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Ajar Skripsi

Oleh
INNAYA NURUL HUSNA
NIM. 22020111120007

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG, SEPTEMBER 2015

i
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
anugerah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi Penelitian yang
berjudul “ Gambaran Praktik Five Moment Cuci Tangan Perawat di RSUD
Soewondo Kendal ”.
Dalam penyusunan Skripsi Penelitian ini peneliti mendapatkan bimbingan,
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Peneliti menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Dr. Untung Sujianto, S.Kp.,M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
2. Ibu Sarah Ulliya, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua Program Studi S-1 Ilmu
Keperawatan Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro dan selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam pembuatan Proposal Penelitian.
3. Bapak Agus Santoso, S.Kp.,M.Kep selaku Penguji I yang telah memberikan
masukan dan arahan dalam perbaikan proposal penelitian ini.
4. Bapak M. Hasib Ardani, S.Kp.,M.Kes selaku Penguji II yang telah memberikan
masukan dan arahan dalam perbaikan proposal penelitian ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan yang telah
memberikan dorongan untuk terus belajar dan berkarya.
6. Kedua orang tua saya bapak Sriyono dan almarhum ibu saya ibu Endang
Riyanti, dan ibu kedua saya yang selalu mendukung dalam keadaan apapun .
7. Adik dan keluarga saya yang telah mendukung dalam keadaan apapun .
8. Teman-teman Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan, khususnya angkatan 2011.
9. Keluarga Brandic A11.1 yang saling mendukung satu sama lain.

vi
10. Teman seperjuangan dan seperantauan yang telah mendukung satu sama lain.
11. Staff Akademik dan Administrasi Jurusan Keperawatan yang telah memberikan
pelayanan dan fasilitas yang baik kepada saya.
Peneliti berharap Skripsi Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak terlepas dari kekurangannya.

Semarang, September 2015

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ I
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ………………………………… Ii
LEMBAR PLAGIARISME …………………………………………………… iii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... v
KATA PENGANTAR....................................................................................... vi
DAFTAR ISI..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori
1. Infeksi nosokomial
a. Definisi infeksi nosokomial………………………………...... 8
b. Faktor yang mempengaruhi infeksi nosokomial…………….. 8
c. Dampak infeksi nosocomial…………………………………. 10
d. Pencegahan infeksi nosocomial ……………………………... 10

2. Konsep cuci tangan


a. Definisi cuci tangan ................................................................. 12
b. Tujuan cuci tangan ................................................................... 13
c. Indikasi cuci tangan …………………………………………. 13
d. Moment cuci tangan ………………………………………….. 14
e. Faktor yang mempengaruhi cuci tangan……………………… 17
f. Keuntungan mencuci tangan …………………………………. 19
g. Teknik mencuci tangan ………………………………………. 19
h. Prosedur mencuci tangan …………………………………….. 21

3. Konsep perawat
a. Definisi Perawat....................................................................... 23
b. Peran perawat .......................................................................... 24

viii
c. Fungsi perawat……………………………………………….. 25

B. kerangka Teori...................................................................................... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Kerangka Konsep................................................................................. 29
B. Jenis dan Rancangan Penelitian............................................................ 29
C. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................ 30
D. Besar Sampel........................................................................................ 31
E. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 32
F. Variabel Penelitian, Definisi Operasional & Skala Pengukuran…….. 32
G. Alat Penelitian dan Pengumpulan Data................................................ 36
H. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data.......................................... 38
I. Etika Penelitian..................................................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN


a. Karakteristik responden …………………………………………….. 42
b. Praktik cuci tangan perawat ………………………………………... 43
c. Praktik cuci tangan tiap moment …………………………………… 44

BAB V PEMBAHASAN
a. Praktik cuci tangan ………………………………………………… 47
b. Moment cuci tangan sebelum kontak dengan pasien ……………… 51
c. Setelah kontak dengan lingkungan pasien ………………………….. 53
d. Setelah kontak dengan pasien ………………………………………. 54
e. Sebelum prosedur aseptic …………………………………………… 55
f. Setelah terkena cairan tubuh pasien …………………………………. 56
g. Keterbatasan penelitian ……………………………………………… 58

BAB VI KESIMPULAN ……………………………………………………. 59

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 62
LAMPIRAN………………………………………………………………....

ix
DAFTAR TABEL

Nomor
Judul Tabel Halaman
Tabel
3.1 Definisi Operasional, dan Skala Pegukuran 31
3.2 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian 34
4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 42
4.2 Distribusi frekuensi praktik cuci tangan 43
4.3 Distribusi silang praktik cuci tangan perawat 43
4.4 Dristibusi frekuensi jenis cairan yang di gunakan 44
4.5 Distribusi frekuensi five moment cuci tangan berdasarkan 44
tindakan cuci tangan
4.6 Distribusi frekuensi tindakan cuci tangan five moment 45
berdasarkan jenis cairan yang di gunakan

x
DAFTAR GAMBAR

Nomor
Judul Gambar Halaman
Gambar
2.1 Five moment 16
2.2 Prosedur cuci tangan 22
2.3 Kerangka teori 28
2.4 Kerangka konsep 29

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor
Judul Lampiran
Lampiran
1 Surat permohonan data awal
2 Surat perijinan data awal
3 Lembar Informed
4 Lembar Consent
5 Lembar observasi
6 Surat permohonan uji expert Ns Niken Safitri D.K., S.Kep.,M.Si.Med
7 Surat permohonan uji expertNs Retno S.Kep
8 Surat permohonan etical cliaren
9 Ethical Clearance
10 Lembar Konsultasi
11 Plan of Action
12 Permohonan Surat ijin uji reliabilitas
13 Surat ijin uji reliabilitas
14 Permohonan Surat ijin penelitian kesbangpolimnas
15 Surat ijin penelitian kesbangpolimnas
16 Permohonan Surat ijin penelitian RSUD Soewondo\
17 Surat ijin penelitian RSUD Soewondo
18 Rekapitulasi lembar observasi

xii
Jurusan Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
September 2015

Innaya Nurul Husna


Gambaran Praktik five moment cuci tangan pada perawat di Rsud Soewondo
Kendal
xiii hal + 64 hal + 4 gambar + 8 tabel + 18 lampiran

ABSTRAK
ABSTRACT

Five moments of hand washing is the act of one of the actions of sanitation
with clean hands and fingers with water or other liquids, which aims to clear the
pathogen causes Hais on five important moment that before contact with the patient,
before action aseptic, after contact with body fluids of patients , after patient contact
and after contact with patient surroundings.Pathogens cause Hais which have a high
frequency in hands, such as: Staphylococcus aureus surgery and is a major cause of
wound infections after pneumonia have a frequency about 10-78 % in nurse’s hands,
Pseudomonas spp is a pathogen cause the infection lower airway has a frequency
about 1-25% in nurse’s hands, fungus Candida sp approximately 23-81% and can
last for an hour in hand.2 The purpose of this study was to describe five moment of
hand hygiene practice in nurse in Soewondo Hospital Kendal. This study was taken
by simple random sampling. The total sample of this research was 37 respondents.
Data taken was used by observation sheet and data analysis was used computer
program. The results showed that there were 19 female respondents and 7 male
respondents. The majority respondents (78%) using a hand scrub while the remaining
(22%) using a hand wash. Hand washing behavior most often committed in moments
after exposured with body fluids and before performed aseptic task, while the
majority rare moment was after contact with patient suroundings (41 chances). 26
respondents who do hand wash as much as 11 respondents that was not wash their
hands.

Keywords: hand wash , hand scrub, HAis

Blibiography : 41 (2000 – 2014 )

xiii
Jurusan Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
September 2015

Innaya Nurul Husna


Gambaran Praktik five moment cuci tangan pada perawat di Rsud Soewondo
Kendal
xiii hal + 64 hal + 4 gambar + 8 tabel + 18 lampiran

ABSTRAK
Five moment cuci tangan merupakan tindakan salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan
lainnya, yang bertujuan untuk membersihkan pathogen penyebab Hais pada lima
moment penting yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum tindakan
aseptic,setelah kontak dengan cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien dan
setelah kontak dengan lingkungan pasien. Beberapa pathogen penyebab HAIs
memiliki frekuensi yang cukup tinggi ditangan, seperti : Staphylococcus aureus yang
merupakan penyebab utama dari infeksi luka paska operasi dan pneumonia memiliki
frekuensi sekitar 10 – 78 % ditangan, pseudomonas spp merupakan patogen penyebab
infeksi nafas bawah memiliki frekuensi sekitar 1 – 25 % ditangan, jamur candida sp
sekitar 23 – 81 % dan dapat bertahan selama satu jam di tangan(Kamf dkk 2009).
Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui Gambaran praktik five moment cuci
tangan pada perawat di Rumah Sakit Soewondo Kendal. Penelitian ini menggunakan
teknik pengambilan sampel simple random sampling. Total sampel dari penelitian ini
adalah 37 responden. Data diambil dengan menggunakan lembar observasi . analisa
data menggunakan excell. Hampir sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan 19 responden laki – laki 7 responden. Hampir sebagian besar responden
(78%) menggunakan hand scrub sebagai sarana mencuci tangan sedangkan sisanya
22 % menggunakan hand wash sebagai sarana mencuci tangan. Prilaku mencuci
tangan paling banyak dilakukan pada momen setelah terkena cairan tubuh pasien dan
sebelum melakukan prosedur aseptic sedangkan momen yang paling jarang dilakukan
yaitu setelah kontak dengan lingkungan pasien 41 peluang. Dari 26 responden yang
melakukan cuci tangan sebanyak 11 responden tidak melakukan cuci tangan.

Kata Kunci: hand wash, hand scrub, HAis

Daftar pustaka : 41 (2000 – 2014 )

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hospital Associated Infections ( HAIs ) merupakan infeksi yang didapatkan

pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit ( RS). HAIs masih menjadi

permasalahan di seluruh dunia. Angka kejadian HAIs di Indonesia belum

diketahui jumlahnya, namun terdapat data dari beberapa Negara di dunia seperti

United Kingdom ( UK) menujukan sekitar 300.000 pasien terkena HAIs, dan

sekitar 5.000 orang diantaranya meninggal dikarenakan infeksi tersebut. HAIs

menyebabkan leght of say ( LOS ), mortalitas dan biaya perawatan meningkat.

World Health Organization ( WHO ) menyatakan bahwa pada 7 juta orang yang

terkena HAIs terdapat peningkatan biaya perawatan sebesar 80 milyar dolar

Amerika. Central of Diases Control ( CDC ) mengestimasi biaya pengeluaran RS

meningkat menjadi 208 % dikarenakan infeksi tersebut.1

Kerugian disebabkan oleh HAIs memutuskan upaya untuk menekan angka

kejadian tersebut dengan cara menggunakan alat pelindung diri ( sarung tangan,

masker dll ), peralatan perawatan pasien yang harus steril, pengendalian

lingkungan serta tindakanterpenting dalam mengurangi HAIs yaitu dengan

menjaga kebersihan tangan atau hand hyigiene. Hand hyigiene wajib diterapkan

1
dan dipatuhi oleh tenaga kesehatan terlebih perawat dikarenakan 80% infeksi

disebarkan melalui tangan.1,8 Beberapa pathogen penyebab HAIs memiliki

frekuensi yang cukup tinggi ditangan, seperti : Staphylococcus aureus yang

merupakan penyebab utama dari infeksi luka paska operasi dan pneumonia

memiliki frekuensi sekitar 10 – 78 % ditangan, pseudomonas spp merupakan

patogen penyebab infeksi nafas bawah memiliki frekuensi sekitar 1 – 25 %

ditangan, jamur candida sp sekitar 23 – 81 % dan dapat bertahan selama satu jam

di tangan.2 Hal tersebut menujukan bahwa setiap petugas di rumah sakit harusnya

melakukan kebersihan tangan sebelum melakukan berbagai aktivitas, khusunya

pada pada five moment penting yaitu : sebelum kontak dengan pasien, sebelum

tindakan aseptic, setelah berisiko kontak dengan cairan tubuh, setelah kontak

dengan pasien , dan setelah berada di lingkungan pasien.1, 3

Tujuan mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien yaitu untuk

menghindarkan pasien dari paparan kotoran dan kuman yang dibawa oleh tenaga

kesehatan lain dari pasien lain sehingga pasien dapat terhindar dari kuman yang

dibawa oleh tenaga kesehatan lain dari kuman yang dapat memperparah penyakit

yang diderita. Mencuci tangan sesudah kontak dengan pasien bertujuan untuk

membersihkan tangan perawat atau tenaga kesehatan lain dari kuman yang

didapat ketika kontak dengan pasien ataupun dengan lingkungan disekitar pasien

yang beresiko terpajan kuman. Hal ini sangat berguna bagi perawat agar tidak

terkena infeksi dan mencegah penularan serta penyebaran kuman kepada orang

2
3

lain4 sehingga five moment cuci tangan haruslah diterapkan oleh tenaga kesehatan

khususnya perawat.

Perawat yang merupakan salah satu petugas kesehatan memiliki resiko tinggi

menularkan pathogen melalui tangan, karena perawat memiliki peluang yang

besar berada pada five moment penting tersebut, sehingga kepatuhan mencuci

tangan perawat hendaknya ditingkatkan.9 Sebuah penelitian pada 40 rumah sakit

melaporkan kepatuhan tenaga kesehatan yang melakukan hand hygiene sebelum

dan setelah kepasien bervariasi antara 24 % sampai 89 % ( rata – rata 56,6 % ).4

Penelitian yang dilakukan oleh Rosa, Else Maria, Zulpahiyana di RS PKU

Muhammadiyah dengan judul Efektifitas Simulasi Hand Hyigiene Pada Handover

Keperawatan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Hand Hyigiene Perawat,

mengemukakan bahwa gambaran pelaksaan five moment hand hygiene sebanyak

30, 83 %. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak yang tidak

menyadari keharusan mencuci tangan sebelum bersentuhan dengan pasien.

Terlebih ketika perawat akan melakukan tindakan yang mengharuskan untuk

menggunakan handscoon.

Perawat merasa aman jika sudah menggunakan handscoon , sehingga

dianggap tidak perlu untuk melakukan hand hygiene lagi6,sedangkan untuk

frekuensi five moment setelah kontak dengan pasien sebesar 26,6 %. Peneliti

mengungkapkan bahwa perawat menganggap tidak perlu melakukann hand

3
4

hygiene jika hanya bersentuhan dengan pasien dalam waktu beberapa detik.

Perawat seringkali tidak melakukan hand hygiene setelah kontak dengan pasien

kemudian kontak lagi dengan pasien lainnya, benda lingkungan pasien dan untuk

melindungi lingkungan perawatan terhadap kontaminasi kuman dan potensi

penyebarannya3 dan yang terakhir five moment setelah melakukan tindakan

asepsis sebesar 7,5 %. Peneliti menerangkan bahwa contoh tindakan aseptic yaitu

segera setelah menyentuh bagian tubuh pasien yang berisiko infeksi. Contohnya :

sebelum melakukan oral hygiene pasien, meneteskan obat tetes mata,

pemeriksaan vagina atau rectal, pemeriksaan mulut, hidung,telingan dengan atau

menggunakan instrument, sebelum melakukan perawatan luka dan sebagainya.6

Menurut wawancara yang di lakukan dengan kepala ruang bedah , beliau

mengemukakan bahwa penerapan cuci tangan baru digencarkan pada awal bulan

September 2014. Selain itu, Kabid Keperawatan rumah sakit mengemukakan

bahwa sudah sering melakukan sosialisasi mengenai cuci tangan namun masih

banyak perawat yang belum patuh dalam melakukan cuci tangan terlebih dalam

menerapkan five moment cuci tangan. Rumah sakit melakukan monitoring five

moment cuci tangan dengan melakukan pengamatan yang dilakukan oleh setiap

kepala ruangan di masing masing bangsal dimana pengamatan tersebut dilakukan

setiap minggu dan mendapatkan hasil bahwa angka kepatuhan perawat dalam

melakukan five moment cuci tangan masih rendah. Hal itu dikarenakan banyak

perawat yang kurang menyadari keharusan untuk mencuci tangan sebelum kontak

4
5

dengan pasien serta banyak perawat yang tidak melakukan cuci tangan setelah

kontak dengan pasien terlebih jika perawat tersebut hanya beberapa detik kontak

dengan pasien, serta banyak perawat yang masih belum mengetahui tujuan cuci

tangan.

Menurut hasil wawancara yang di lakukan oleh ketua PPI RSUD dr

Soewondo kendal mengemukakan bahwa rendahnya ketaatan perawat dalam

melakukan cuci tangan khusunya menerapkan five moment cuci tangan disebakan

karena kurangnya fasilitas yang di sediakan oleh rumah sakit. Selain itu peneliti

juga melakukan observasi di salah satu ruangan rawat inap yang ada di rumah

sakit dr Soewondo Kendal dan didapatkan bahwa terdapat 2 perawat yang tidak

mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, 1 perawat yang melakukan cuci

tangan sebelum akan melakukan tindakan, namun saat akan melakukan tindakan

pada pasien lain secara bergantian perawat tidak melakukan cuci tangan. Perawat

juga mengatakan bahwa ketika melakukan tindakan secara berurutan pada dua

pasien atau lebih, perawat jarang melakukan cuci tangan meskipun sudah

disiapkan fasilitas cuci tangan .

B. Rumusan Masalah

Perilaku perawat merupakan hal yang dapat menyebabkan infeksi

nosokomial karena perawat setiap harinya melakukan kontak langsung dengan

pasien. Salah satu upaya dalam pencegahan infeksi nosokomial yang paling

5
6

penting adalah pelaksanaan five moment cuci tangan karena tangan merupakan

sumber penularan utama yang paling efisien untuk penularan infeksi .

Pelaksanaan mencuci tangan perawat yang kurang adekuat akan memindahkan

organisme-organisme bakteri pathogen secara langsung kepada hopes yang

menyebabkan infeksi nosokomial di semua jenis lingkungan pasien.

Di rumah sakit dr Soewondo Kendal praktik five moment cuci tangan pada

perawat masih rendah, hal tersebut dikarenakan banyak perawat yang masih

kurang menyadari keharusan untuk mencuci tangan terlebih sebelum kontak

dengan pasien serta banyak perawat yang tidak melakukan cuci tangan setelah

kontak dengan pasien terlebih jika perawat tersebut hanya beberapa detik kontak

dengan pasien. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah Bagaimana Gambaran praktik five moment cuci tangan pada perawat di

Rumah Sakit RSUD dr Soewondo Kendal .

6
7

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran praktik five moment cuci tangan pada

perawat di Rumah Sakit Soewondo Kendal.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi penerapan hand wash dan hand scrub pada setiap five

moment cuci tangan di Rumah Sakit Soewondo Kendal :

1. Sebelum kontak dengan pasien,

2. Sebelum tindakan aseptic,

3. Setelah berisiko kontak dengan cairan tubuh,

4. Setelah kontak dengan pasien dan

5. Setelah kontak di lingkungan pasien.

b.Mengidentifikasi penerapan five moment cuci tangan perawat di Rumah

Sakit Soewondo Kendal :

1. Sebelum kontak dengan pasien,

2. Sebelum tindakan aseptic,

3. Setelah berisiko kontak dengan cairan tubuh,

4. Setelah kontak dengan pasien dan

5. Setelah kontak di lingkungan pasien.

D. Manfaat Penelitian.

1. Bagi pihak Rumah Sakit sebagai masukan dalam rangka pencegahan Infeksi

Nosokomial di Rumah sakit dan juga sebagai masukan dalam rangka

7
8

peningkatan mutu pelayanan keperawatan khususnya praktik five moment

cuci tangan.

2. Bagi perawat, pelaksanaan five moment cuci tangan sangat penting dalam

rangka pencegahan infeksi Nosokomial.

3. Bagi pasien dapat mengurangi resiko terkena HAIs.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

Bab ini membahas mengenai konsep cuci tangan dan konsep perawat. Dalam

proses pencarian refrensi, peneliti menggunakan sumber dari buku, jurnal , e-book

dan artikel terkait.

1. Infeksi Nosokomial

a. Pengertian Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang diperoleh pasien setelah

dirawat di rumah sakit minimal 72 jam dan ketika masuk rumah sakit tidak

menunjukan tanda dan gejala infeksi tersebut.4,29

Infeksi nosokomial berasal dari bahasa Yunani, dari kata nosos yang

berarti penyakit dan komeo yang artinya merawat. Nosokomiom berarti

tempat untuk merawat / rumah sakit. Jadi dapat disimpulkan bahwa infeksi

nosokomial merupakan infeksi yang diperoleh pasien atau terjadi dirumah

sakit, ketika pasien dalam proses asuhan keperawatan dirumah sakit ,

ketika pasien dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit. 4

b. Faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial

Secara umur faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial

terdiri dari 2 bagian besar , yaitu 4,17 :

9
10

a) Faktor intrinsik

i. Umur

Bayi, balita, lansia.

ii. Jenis kelamin

Perempuan biasanya lebih rentan terserang infeksi.

iii. Kondisi umum penderita

Kondisi penderita ketika masuk rumah sakit.

iv. Risiko terapi

Penyakit yang menyertai penderita sehingga terjadi komplikasi.

b) Faktor ektrinsik

i. Petugas pelayanan medis

Dokter, perawat, ahli gizi, bidan, analis dan sebaginya

merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya infeksi

nosokomial.

ii. Peralatan dan material medis

Jarum, kateter, instrument, respirator, doek/kain, kassa, kapas

dan lain lain.

iii. Lingkungan

Lingkungan internal berupa seperti ruangan / bangsal

perawatan, kamar bersalin kamar bedah, sengakan lingkungan

ekternal adalah halaman rumah sakit, tempat pembuangan

sampah atau tempat pengolahan limbah sampah.

10
11

iv. Makanan/ minuman

Hidangan yang di sajikan stiap saat kepada pasien.

v. Penderita lain

Keberadaan penderita lain dalam satu tempat perawatan /

bangsal dapat merupakan sumber penularan.

vi. Pengunjung dan keluarga

Keberadaan pengunjung / keluarga dapat merupakan sumber

penularan.

c. Dampak infeksi nosokomial

Infeksi nosokomial memberikan dampak sebagai berikut :

a) Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat

menyebabkan cacat yang permanen serta kematian.

b) Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu

dengan meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan

dengan obat-obat mahal dan penggunaan pelayanan lainnya,

d. Pencegahan infeksi nosokomial

Terdapat beberapa prosedur dan tindakan pencegahan infeksi

nosokomial. Tindakan ini merupakan seperangkat tindakan yang

didesain untuk membantu meminimalkan resiko terpapar material

infeksius seperti darah dan cairan tubuh lain dari pasien kepada

tenaga kesehatan atau sebaliknya. Menurut Zarkasih, pencegahan

infeksi didasarkan pada asumsi bahwa seluruh komponen darah dan

11
12

cairan tubuh mempunyai potensi menimbulkan infeksi baik dari

pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya. Kunci pencegahan

infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip

pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan dengan

lima standar penerapan yaitu:

1. Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang. Mencuci

tangan merupakan metode yang paling efektif untuk mencegah

infeksi nosokomial, efektif mengurangi perpindahan

mikroorganisme karena bersentuhan .

2. Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak

dengan darah atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi;

pakaian khusus (apron), masker, sarung tangan, topi, pelindung

mata dan hidung yang digunakan dirumah sakit dan bertujuan

untuk mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari

pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel

darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.

3. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko

penularan penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar

oleh produk darah pasien. Terakit dengan hal ini, tempat sampah

khusus untuk alat tajam harus disediakan agar tidak menimbulkan

injuri pada tenaga kesehatan maupun pasien.

12
13

4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen

dengan prinsip yang benar. Tindakan ini merupakan tiga proses

untuk mengurangi resiko tranmisi infeksi dari instrumen dan alat

lain pada klien dan tenaga kesehatan .

5. Menjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaiman diketahui

aktivitas pelayanan kesehatan akan menghasilkan sampah rumah

tangga, sampah medis dan sampah berbahaya, yang memerlukan

manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga rumah

sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat.30

2. Konsep Cuci Tangan

a. Definisi cuci tangan

Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan

membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun

cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai

bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya.13 Mencuci

tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanik dari

kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air.14 Mencuci tangan

merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan

pengontrolan infeksi.15 WHO merekomendasikan cuci tangan sebagai

tindakan penting dalam pencegahan kejadian infeksi.3

Cuci tangan harus dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan

sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan

13
14

atau alat pelindung lain. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan atau

mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehinggan penyebaran

penyakit dapat di kurangi dan dilingkungan terjaga dari infeksi. Tangan

harus dicuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan. Cuci tangan

tidak dapat di gantikan oleh pemakaian sarung tangan.16

b. Tujuan cuci tangan

Menurut Susianti, 16 tujuan mencuci tangan yaitu untuk :

1) Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan

2) Mencegah infeksi silang (croos infeksion)

3) Menjaga kondisi steril

4) Melindungi diri dan pasien dari infeksi

5) Memberikan perasaan segar dan bersih

c. Indikasi cuci tangan


13, 17
WHO dan Schaffer mengungkapkan indikasi dari cuci tangan

yaitu :

1) Sebelum melakukan prosedur invasive misalnya : menyuntik,

pemasangan kateter, dan pemasangan alat bantu pernafasan

2) Sebelum melakukan asuhan keperawatan langsung

3) Sebelum dan sesudah merawat setiap jenis luka

4) Setelah tindakan tertentu tangan diduga tercemar dengan

mikroorganisme khususnya pada tindakan yang memungkinkan kontak

dengan darah, selaput lendir, cairan tubuh, sekresi atau ekreksi .

14
15

5) Setiap kontak dengan pasien – pasien di unit resiko tinggi .

6) Setelah melakukan asuhan keperawatan langsung maupun tidak

langsung pada pasien yang tidak infeksius.

7) Setelah kontak dengan benda – benda di samping pasien

8) Setelah sarung tangan di lepas

9) Setelah memegang peralatan

10) Sebelum dan sesudah mengambil spesimen

Pentingnya mencuci tangan bagi perawat atau tenaga kesehatan lain

yaitu untuk menghilangkan kotoran dan kuman yang melekat pada tangan

selain itu sebagai alat pelindung diri dari risiko tertular penyakit . Mencuci

tangan sebelum kontak dengan pasien yaitu untuk menghindarkan pasien

dari paparan kotoran dan kuman yang dibawa oleh tenaga kesehatan lain

dari pasien lain sehingga pasien dapat terhindar dari kuman yang dapat

memperparah penyakit yang diderita. Sedangkan mencuci tangan sesudah

kontak dengan pasien bertujuan untuk membersihkan tangan perawat atau

tenaga kesehatan lain dari kuman yang didapat ketika kontak dengan

pasien ataupun dengan lingkungan disekitar pasien yang beresiko terpajan

kuman. Hal ini sangat berguna bagi perawat agar tidak terkena infeksi dan

mencegah penularan serta penyebaran kuman kepada orang lain.18

d. Five Moment ( liat gambar 2.1 3)

Menurut WHO terdapat five Moment cuci tangan oleh petugas

kesehatan. Five moment cuci tangan tersebut meliputi 17 :

15
16

1) Sebelum kontak dengan pasien

Indikasi ini bertujuan memutus kejadian kontak terakhir dengan

lingkungan petugas kesehatan serta kontak selanjutnya dengan pasien.

Tindakan ini dilakukan dengan tujuan mencegah transmisi kuman dari

tangan perawat atau tenaga kesehatan lain ke pasien.

2) Sebelum prosedur aseptic

Tindakan ini dilakukan bertujuan untuk memutuskan kejadian kontak

dengan semua permukaan lingkungan petugas rumah sakit serta zona

pasien dan segala prosedur bersih/ aseptic termaksuk kontak langsung

atau tidak langsung dengan mukus membran, kulit yang tidak utuh

atau invasive. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah tranmisi kuman

ke pasien dan dari satu bagian tubuh kebagian tubuh lain pada pasien

yang sama .

3) Setelah terkena cairan tubuh pasien

Cuci tangan dilakukan segera setelah selesai melakukan tindakan

keperawatan ataupun selesai tindakan yang mengenai risiko terkena

cairan tubuh ataupun setelah selesai melepai sarung tangan. Indikasi

ini bertujuan memutus kejadian kontak dengan darah pasien. Tindakan

cuci setelah kontak dengan cairan tubuh pasien bertujuan unutk

melingdungi petugas kesehatan dari infeksi dengan kuman pasien dan

untuk melindungi lingkungan disekitar petugas kesehatan dari potensi

penyebaran kuman.

16
17

4) Setelah kontak dengan pasien

Indikasi tindakan ini bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan

dari potensialnya terkena infeksi oleh kuman dari pasien dan untuk

melindungi lingkungan sekitar petugas kesehatan dari kontaminasi

kuman dan potensial penyebaran.

5) Setelah kontak di lingkungan pasien

Setelah menyentuh benda benda di lingkungan sekitar pasien untuk

sementara dan khusus disediakan untuk pasien. Tindakan ini dilakukan

untuk memutus kejadian terakhir dengan benda di sekitar pasien dan

kontak selanjutnya dengan lingkungan di sekitar petugas kesehatan.

Tindakan cuci tangan setelah kontak dengan lingkungan pasien

dilakukan untuk melindunetugas kesehatan, melawan kolonial kuman

pasien yang mungkin terdapat pada permukaan / benda di lingkungan

sekitar pasien dan melindungi lingkungan disekitar petugas kesehatan

dari potensial penyebaran kuman.

17
18

( Gambar 2.1)

e. Faktor yang mempengaruhi cuci tangan

Faktor yang berpengaruh pada tindakan cuci tangan adalah tidak

tersedianya tempat cuci tangan, waktu yang digunakan untuk cuci tangan,

kondisi pasien, efek bahan cuci tangan terhadap kulit dan kurangnya

pengetahuan terhadap standar.19 Sementara itu dalam penelitian yang

dilakukan oleh Tohamik, mengemukakan bahwa kurang kesadaran

perawat dan fasilitas menyebabkan kurang patuhnya perawat untuk cuci

tangan. Kepatuhan juga di pengaruhi oleh tempat tugas20 .

Tingkat kepatuhan untuk melakukan KU (Kewaspadaan Universal),

dipengaruhi oleh faktor individu ( jenis kelamin, jenis pekerjaan, profesi ,

lama kerja dan tingkat pendidikan ), faktor psikososial (ketegangan dalam

suasana kerja, rasa takut dan persepsi terhadap resiko) dan faktor

organisasi manajemen ( adanya kesepakatan untuk membuat suasana

lingkungan kerja yang aman, adanya dukungan dari rekan kerja dan

18
19

adanya pelatihan ). Beberapa ahli mengemukaan kepatuhan di pengaruhi

oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang

mempengaruhi kepatuhan berupa tidak lain merupakan karakteristik

perawat itu sendiri. Karakteristik perawat merupakan ciri – ciri pribadi

yang dimiliki seseorang yang memiliki pekerjaan merawat klien sehat

maupun sakit . karakteristik perawat meliputi variable demografi ( umur,

jenis kelamin, ras, suku bangsa dan tingkat pendidikan ), kemampuan ,

persepsi dan motivasi. 21

Selain itu, menurut WHO dan beberapa penelitian mengemukakan

faktor – faktor yang mempengaruhi cuci tangan yaitu 8,22,23 :

1) Pengetahuan

Orang yang mempunyai pengetahuan baik cenderung lebih memiliki

prilaku cuci tangan yang baik. Namun begitu seseorang dengan

pengetahuan baik belum tentu memiliki kapatuhan cuci tangan yang

baik.8, 22, 23

2) Sikap

Sikap yang positif terhadap tindakan kesehatan tidak selalu terwujud

dalam suatu tindaka , namun tergantung pada situasi saat itu sikap akan

diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain.28

3) Status pekerjaan

Seseorang yang bekerja di kesehatan baik dokter, perawat, bidan,

apoteker, analis atau yang lainnya cenderung sering melakukan cuci

19
20

tangan sehingga merupakan suatu kebiasaan, berbeda dengan pekerja

lain yang jarang melakukan cuci tangan.23

4) Jenis kelamin

Lelaki cenderung malas menjaga kebersihan dalam berbagai aspek di

bandingkan oleh wanita.23

5) Mempunyai alergi dengan produk pembersih

Hal yang paling sering menyebabkan kontak alergi adalah bau wangi

dan bahan pengawet.

6) Ketersediaan sarana cuci tangan

Ketersediaan sarana yang terjangkau oleh perawat atau tenaga

kesehatan lain nya akan memudahkan dalam praktik cuci tangan itu

sendiri.23

f. Keuntungan cuci tangan

Cuci tangan akan memberikan keuntungan dapat mengurangi infeksi

nosokomial, jumlah kuman yang terbasmi lebih banyak sehingga tangan

lebih bersih dibandingkan dengan tidak mencuci tangan dari segi praktis,

ternyata lebih murah dari pada tidak mencuci tangan sehingga tidak dapat

menyebabkan infeksi nosocomial.25

g. Teknik mencuci tangan

Teknik cuci tangan terdapat dua tektik diantaranya menggukan hand

rub dan menggunakan sabun, dibawah ini adalah penjelasan mengenai

teknik cuci tangan tersebut 26, 23 :

20
21

1) Menggunakan handrub ( 20 – 30 detik )

Peneliti bersepakat mencuci tangan menggunakan produk berdasar

alkohol lebih efektif dalam mengatasi sebagian besar agen infeksi

ditangan dari apada cuci tangan menggunakan sabun dan air

mengalir. Manfaat cuci tangan berbahan alkohol adalah sangat mudah

digunakan. Seperti yang di kutip oleh ACSQH bahwa alkohol

tersebut memiliki26 :

a. Aktivitas anti mikroba yang sangat baik dalam mengatasi bekteri

positif ( gram – positif dan gram – negatif) , mycrobacterium

tubercolosis dan jamur).

b. Lebih sedikit dan / atau variabel aktivitas antmikroba dalam

mengatasi virus yang tdak tersembunyi ( kecuali notro virus )

c. Tidak mengatasi protozoa oocysts

d. Secara umum lebih baik untuk mengatasi aktivitas antimikroba

dalam mengatasi virus yang tersembunyi.

Efektifitas mencuci tangan dengan berbahan alkohol, berpengaruh

pada jumlah faktor yang terkandung seperti jenis alkohol yang

digunakan, konsentrasi alkohol, waktu kontak, jumlah produk

yang digunakan dan apakah tangan dalam keadaan basah ketika

menggunakan produk tersebut.

Dibawah ini adalah penjelasan bagaimana cara mencuci tangan dengan

menggunakan handrub 26 :

21
22

a) Tuangkan handrub secukupnya pada telapak tangan yang kering.

b) Menggosokan tangan secara bersamaan sehingga seluruh bagian

tangan terkena handrub dan juga jari – jari, ibu jari dan area antara

jari.

c) Setelah itu lanjutkan menggosok tangan hingga handrub menguap

dan tangan kering

2) Menggunakan sabun ( 40 – 60 detik )

Sabun merupakan suatu roduk pembersih yang mengandung

penghancur asam lemak dan sosium / potassium hidroksida yang

tersedia pada berbagai macam produk seperti sabun batang, bahan

cair dan sebagainya. Kemampuan membersihkan mereka dapat

ditunjukan pada bahan pembersih seperti hasil dalam menghilangkan

kotoran, tanah dan organisme lain dari tangan. Berikut ini adalah cara

mencuci tangan dengan menggunakan sabun 22, 26 :

a) Basahi tangan dengan air mengalir ,

b) Kemudian tuangkan sabun secukupnya ke telapak tangan.

c) Gosok tangan secara bersamaan minimal 15 detik sehingga

seluruh bagian tangan terkena sabun dan juga jari – jari , ibu jari

dan area antara jari.

d) Basuh tangan sampai bersih dengan menggunakan air mengalir

lalu keringkan dengan handuk.

22
23

h. Prosedur cuci tangan ( liat pada gambar 2.2 )

Terdapat 6 langkah cuci tangan yang baik dan benar menurut WHO 27:

1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai

air yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua

telapak tangan secara lembut.

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.

3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih

4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

6. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara

memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian

tangan dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai

handuk atau tisu.

23
24

( Gambar 2.2 )

3. Konsep perawat

a. Definisi perawat

Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang

didefinisikan sebagai fungsi professional keperawatan . Fungsi professional

yaitu membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang

bersifat segera. Itu merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui

kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya.10

Tugas utama perawat adalah memberikan asuhan keperawatan pada

klien. Fokus orientasi ini telah memberi asuhan keperawatan pada klien.

24
25

Fokus orientasi ini telah memberi implikasi yang sangat besar. Perawat

yang berorientasi untuk member asuhan keperawatan kepada klien.

Keperawatan merupakan suatu profesi yang mengabdi kepada mausia

dan kemanusiaan, mendahulukan kepentingan kesehatan masyarakat d atas

kepentingan sendiri, suatu bentuk pelayanan / asuhan yang bersifat

humanistik, mengunakan pendekatan holistik, dilaksanakan berdasarkan

ilmu dan kiat keperawatan berpegang pada standar pelayanan / asuhan

keperawatan serta menggunakan kode etik keperawatan sebagai tuntutan

utama dalam melaksanakan pelayanan / asuhan keperawatan . Perawat

sebagai tenaga professional yang mempunyai kemampuan baik intelektual ,

teknis, maupun interpersonal dan moral yang bertanggung jawab dan

berwenang melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan 11

b. Peran perawat

Perawat memiliki peran dan fungsinya masing – masing . Berikut ini

peran dan fungsi yang di miliki oleh perawat12 :

1) Peran perawat

Perawat merupakan seperangkat tingkah laku yang di harapkan oleh

orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu

sistem. Peran perawat di pengaruhi oleh keadaan social baik dari dalam

maupun luar profesi keperawatan dan bersifat konstan.

Menurut Doheny beberapa elemen peran perawat professional ,

meliputi :

25
26

a) Sebagai pemberi asuhan keperawatan

b) Sebagai pembela dan melindungi klien

c) Sebagai pemberi bimbingan / konseling

d) Sebagai pendidik klien

e) Sebagai anggota tim kesehatan yang di tuntut untuk dapat bekerja

sama dengan tenaga kesehatan lain .

f) Sebagai kordinator agar dapat memanfaatkan sumber sumber dan

potensi klien

g) Sebagai sumber informasi sehingga dapat membantu dalam

memecahkan suatu permasalahan .

c. Fungsi perawat

Fungsi perawat adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai

dengan perannya. Fungsi dapat berubah sesuai dengan keadaan ke keadaan

yang lain. Ruang lingkup keperawatan semakin berkembang dengan fokus

manusia tetap sebagai sentral pelayanan keperawatan. Bentuk asuhan

keperawatan yang menyeluruh dan utuh, dilandasi keyakinan tentang

manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang unik dan utuh.

Fungsi perawat mencakup :

1) Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,

dimana perawat dalam melakukan tugasnya dilakukan secara sendiri

26
27

dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk memenuhi

kebutuhan dasar manusia.

2) Fungsi dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan

atau instruksi dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang

diberikan. Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat

umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

3) Fungsi interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling

ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat

terbentuk apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam

pemberian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat di atasi dengan tim

perawat saja melainkan juga dengan dokter ataupun lainnya.

27
28

B. Kerangka Teori

Memberikan asuhan
Perawat
keperawatan pada klien

Upaya pencegahan HAIs / infeksi

Faktor yang mempengaruhi nosokomial : praktik mencuci tangan Risiko peningkatan HAIs /
cuci tangan : 5 momen ( sebelum kontak degan infeksi nosokomial
pasien, sebelum melakukan tindaan
- Usia aseptic,setelah terkena cairan tubuh
- Jenis kelamin pasien, setelah bersentuhan dengan
- Ketersediaan Fasilitas pasien dan setelah kontak di
cuci tangan lingkungan pasien )

Tujuan cuci tangan :

1) Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan


2) Mencegah infeksi silang (croos infeksion)
3) Menjaga kondisi steril
4) Melindungi diri dan pasien dari infeksi
5) Memberikan perasaan segar dan bersih

Keterangan :

: Menyebabkan

: Terdapat

: Melakukan

28
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Fokus Peneliti

GAMBARAN PRAKTIK FIVE MOMENT CUCI TANGAN PERAWAT


- Sebelum kontak dengan pasien
- Sebelum tindakan aseptic
- Sesudah terkena cairan tubuh pasien
- Setelah bersentuhan dengan pasien
- Setela kontak dengan lingkungan pasien

( Gambar 2.4 fokus peneliti )

B. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis penelitian kuantitatif dan

menggunakan metode pendekatan deskritif observasional.31,32 Metode ini

merupakan suatu metode penelitian dengan tujuan untuk membuat gambaran

tentang suatu keadaan secara objektif dengan cara pengamat mengambil bagian

dalam pengamatan langsung terhadap aktivitas yang akan diteliti.31 Penelitian ini

dilakukan dengan mengamati langsung objek penelitian dan mengisi lembar

observasi yang sudah disediakan.

29
30

C. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/ subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.33 Menurut Dr.

Siswojo , definisi populasi adalah sejumlah kasus yang memenuhi kriteria

yang ditentukan peneliti.33 Populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah 214

perawat di Rumah sakit Soewondo Kendal.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah / keseluruan dan

krakteristik objek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi, sehingga

dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan elemen – elemen populasi yang

dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya.24, 32

a. Kriteria Sampel

Sampel penelitian ini adalah praktik 5 momen cuci tangan yang dilakukan

perawat RSUD Soewondo Kendal, yang memenuhi kriteria eklusi dan

inklusi melakukan cuci tangan sebelum Sebelum kontak dengan pasien,

Sebelum prosedur aseptik, Setelah terkena cairan tubuh pasien, Setelah

kontak dengan pasien , Setelah kontak di lingkungan pasien.

30
31

6) Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi merupakan kriteria yang layak diteliti yaitu

karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target dan

terjangkau yang akan di teliti.32 Momen cuci tangan yang dilakukan

oleh perawat di RSUD Soewondo, Kendal yang memiliki Kriteria

inklusi sebagai berikut :

a) Perawat yang bekerja pada shif pagi dan siang

b) Perawat yang mau menjadi responden

c) Perawat yang pernah mengikuti pelatihan / diberikan informasi

mengenai five moment

7) Kriteria Ekslusi

Kriteria Ekslusi adalah kriteria yang tidak layak diteliti yaitu

menghilangkan / mengeluarkan subyek yang memenuhi criteria

inklusi dan studi karena berbagai sebab yang menyertai.32

a) Perawat yang tidak berangkat dikarenakan ijin ataupun pindah

tugas

b. Besar Sampel

Teknik pengambilan sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

simple random sampling. Teknik yang digunakan merupakan teknik

penentuan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria

penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah yang diperoleh

terpenuhi.24,32 Peneliti menggunakan rumus Suharsimi Ari Kunto dimana

31
32

jika populasinya kurang dari 100 sebaliknya diambil semua, jika populasi

lebih besar atau lebih dari 100 orang bisa diambil 10 – 15 % atau 20 – 25

% atau lebih.37 RSUD Soewondo Kendal memiliki jumlah perawat

sebanyak 148 , sehingga peneliti mengambil 25 % x 148 = 37 perawat.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap RSUD dr Soewondo Kendal.

waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015.

E. Variable Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel dalam penelitian ini adalah Gambaran praktik five moment cuci

tangan pada perawat di Rumah Sakit Soewondo Kendal. Suatu variabel perlu

untuk pertama kali dibuat prosedur atau definisi operasional sebelum variabel

dapat dinilai yang menguraikan bagaimana pengukuran dan penjelasan mengenai

sebuah variabel tersebut.32

32
33

Tabel 3.1 Definisi Operasional Gambaran penerapan 5 momen cuci tangan pada

perawat di Rumah Sakit Kendal

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Ukur

Praktik five a. Praktik a. Menggun jumlah tindakan cuci tangan yang di lakukn Nominal
moment five akan jmlh tindakan yang di lakukan x 100 %
cuci tangan moment lembar
pada cuci observasi
perawat tangan checklist
merupaka yang
n suatu berisi 5
prosedur kriteria
tindakan yaitu
mencuci jenis
tangan kelamin, ,
dengan metode
mengguna yang di
kan sabun gunakan (
dan air hand
mengalir wash,
ataupun hand
mengguna scrub),
kan hand dan
rub pada prosedur
five cuci
moment tangan ( 5
penting momen
diantarany cuci
a : tangan )
Sebelum
kontak
dengan
pasien,
sebelum
melakukia
n tindakan
aseptic,
setelah
kontak
dengan
pasien

33
34

,setelah
terkena
cairan
tubuh
pasien dan
setelah
berada di
lingkunga
n pasien .

34
35

F. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

1. Alat Penelitian

Pada Penelitian ini menggunakan lembar observasi sebagai alat penelitian

yang diisi oleh peneliti dengan menggunakan lembar check list ( √).

a. Lembar Observasi Peluang Cuci Tangan

Lembar observasi peluang cuci tangan perawat di ruang rawat inap

RSUD Soewondo Kendal adalah lembar observasi dari WHO (

Measuring Hand Hygiene Adherence : Ovrcoming the Challenges )33

yang didesain untuk petugas kesehatan. Lembar observasi ini menilai

peluang cuci tangan 5 momen dan tindakan yang dilakukan dalam

mencuci tangan. Peluang cuci tangan yang dinilai dalam lembar

observasi adalah :

1) Sebelum kontak dengan pasien ,

2) Sebelum tindakan aseptik

3) Setelah kontak dengan cairan dan tubuh pasien ,

4) Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien dan

5) Setelah kontak dengan pasien .

Sedangkan tindakan cuci tangan yang dinilai meliputi :

1) Mencuci tangan mengunakan hand rub,

2) Mencuci tangan menggunakan air dan sabun

3) Tidak melakukan cuci tangan.


36

Bentuk lembar observasi yaitu daftar pengecek subyek pengamatan ,

Pengamat memberikan tanda ceklist (√) pada daftar yang telah

disediakan.

b. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Pada sebuah penelitian alat ukur yang paling penting untuk

melakukan uji validitas dan uji reabilitas agar instrument dapat

diterima sesuai standar dan ketentuan sehingga data yang di

kumpulkan adalah data valid dan reliabel 33.

1) Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir – butir

dalam suatu daftar ( konstruk ) pertanyaan dalam mendefinisikan

suatu variabel. Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana

ketetapan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

alat ukurnya.34

Lembar observasi gambaran penerapan 5 momen cuci tangan

perawat dalam penelitian ini sudah dilakukan uji validitas

menggunakan uji ekspert . Uji ekspert dilakukan dengan meminta

bantuan oleh Dosen Jurusan Keperawatan Universitas

Diponegoro, yaitu ibu Ns Niken Safitri D.K., S.Kep.,M.Si.Med

dan Ibu Retno salah satu pengurus PPI dari RSUD Tugurejo

Semarang sebagai konsultan mengenai instrumen penelitian. Hasil

dari uji expert menghasilkan penambahan jenis tindakan apa saja

yang akan diteliti pada setiap momen cuci tangan.


37

2) Uji reliabilitas

Uji reliabilitas ( keandalan ) adalah adanya kesamaan hasil apabila

pengukuan dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu

yang berbeda.34 Uji reliabilitas dilakukan di RSUD Ungaran ,

karena rumah sakit tersebut memiliki tipe yang sama dengan

RSUD Soewondo Kendal, yaitu tipe B. Pada penerapan uji

reliabilitas, peneliti akan mengambil sampel kecil sejumlah 5

responden. Uji reliabilitas, peneliti dibantu oleh 1 observer lain

yang merupakan mahasiswa PSIK FK Undip semester 8 yaitu

Rossie Anita Sari dimana sebelumnya sudah dilakukan persamaan

persepsi.

2. Cara Pengumpulan data

a. Peneliti melakukan studi pendahuluan di Rumah Sakit Soewondo

Kendal .

b. Peneliti meminta ijin kepada pihak RSUD Soewondo Kendal untuk

mencari tahu tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan five moment

cuci tangan , fasilitas cuci tangan yang di sediakan di Rumah Sakit

Sowondo Kendal serta jumlah pasien yang mengalami inos dalam satu

tahun terakhir .

c. Setelah proposal disetujui oleh dosen pembimbing dan dosen penguji,

peneliti mengajukan perijinan kepada pihak RSUD Soewondo Kendal

sebagai tempat dilakukannya penelitian ini.


38

d. Setelah mendapatkan perijinan, peneliti menemui kepala ruang di

setiap ruang rawat inap, untuk meminta ijin untuk melakukan

penelitian di ruangannya kemudian menjelaskan kepada setiap kepala

ruang mengenai tujuan , manfaat serta cara pengambilan data. Setelah

dirasa sudah jelas peneliti meminta kepada kepala ruang untuk

menjelaskan kepada anak buahnya mengenai penelitian yang akan

dilakukan.

e. Peneliti menjelaskan kembali baik perawat yang dinas pagi dan siang

mengenai tujuan, manfaat penelitian dan cara pengambilan sampel .

f. Peneliti kemudian melakukan observasi praktik five moment cuci

tangan pada perawat dengan mengisi lebar observasi yang sudah

dibuat sebelumnya.

G. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Teknik pengolahan data

a. Editing

Editing dalam penelitian ini bertujuan pengecekan kembali atau

meneliti ulang apakah isian lembar observasi telah terisi lengkap.

b. Coding

Tahap ini untuk memberikan kode pada setiap poin subyek yang

diobservasi. Coding berfungsi untuk mempermudah pada saat proses

analisis data serta mempercepat proses memasukan data.


39

Table 3.2 Kode Data Penelitian

DATA
Jenis kelamin
Laki – laki : 0
Perempuan 1

Indikasi
Sebelum kontak dengan pasien : 1
Sebelum prosedur aseptic : 2
Setelah terkena cairan tubuh pasien : 3
Setelah kontak dengan pasien : 4
Setelah berada di lingkungan pasien : 5

Tindakan :
Hand rub : 1
Air dan Sabun : 2
Tidak melakukan : 3
c. Data entry

Data entry yaitu memasukan data ke dalam kategori tertentu untuk

dilakukan analisis data dengan menggunakan bantuan komputer.

d. Tabulating

Tabulating adalah langkah memasukan data data hasil penelitian ke

dalam tabel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

e. Cleaning

Clening adalah mengecek kembali data yang sudah

dimasukan. Peneliti memeriksa kembali apakah terjadi kesalahan

atau tidak yang kemungkinan kesalahan terjadi ketika memasukkan

data ke dalam komputer.


40

2. Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah penelitian selesai. Peneliti menggunakan

statistik deskriptif (analisa univariat) untuk membuat gambaran

sistematis data yang faktual dan akurat mengenai fakta fenomena yang

diteliti. Hasil datanya disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dengan

persentase.24

H. Etika penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin dari Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro dan Direktur RSUD dr Soewondo Kendal .

Pertimbangan etik dalam penelitian ini yaitu 34 :

1. Prinsip Manfaat

a. Autonomy

Peneliti memberikan lembar informed consent sebelum pengambilan

data dilakukan. Semua perawat yang bekerja di RSUD Soewondo

Kendal bersedia untuk menjadi responden dengan menandatangani

lembar persetujuan yang telah disiapkan oleh peneliti.

b. Tanpa nama ( Anonimy )

Menjelaskan bentuk alat ukur, dengan menjaga kerahasiaan identitas

responden maka peneliti tidak mencantumkan nama responden pada

lembar pengumpulan data, lembar tersebut cukup diberi kode tertentu .

c. Kerahasiaan ( confidentiality )

Menjelaskan masalah – masalah responden yang harus dirahasiakan

dalam penelitian . kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan


41

dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

dilaporkan pada hasil riset.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini bertujuan untuk memaparkan praktek cuci tangan perawat di

ruang rawat inap RSUD Soewondo Kendal yang meliputi indikasi cuci tangan,

tindakan mencuci tangan yang dilakukan dan media cuci tangan yang digunakan.

Objek penelitian ini adalah perawat yang melakukan praktik five moment.

Penelitian ini didukung dengan data karakteristik responden yaitu jenis kelamin.

Dari 37 perawat yang diberikan informed consent.

A. Karakteristik Responden ( jenis kelamin )

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin yang
Melakukan Praktik Five Moment di Ruang Rawat Inap Rsud Soewondo
Kendal Pada Bulan Agustus 2015 (N = 37 )
No Jenis kelamin Frekuensi %
1 Laki - laki 12 32.5%
2 Perempuan 25 67,5 %
Total 37 100%

Tabel 4.1 diketahui bahwa responden perempuan lebih banyak dibanding dengan
responden laki – laki dengan jumlah responden perempuan sejumlah 25
responden.

42
43

B. Praktik Cuci Tangan Perawat

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Praktik Cuci Tangan Yang Dilakukan Perawat di Ruang
Rawat Inap RSUD Soewondo Kendal Bulan Agustus 2015 ( N = 37 )
No Tindakan cuci tangan Frekuensi ( n ) %

1 Cuci tangan 26 70.3 %


2 Tidak cuci tangan 11 26.7 %

Total 37 100 %

Tabel 4.2 menunjukan bahwa lebih banyak perawat yang melakukan cuci

tangan dibanding dengan tidak melakukan cuci tangan yaitu 70.3 % atau 26

responden.

Tabel 4.3
Distribusi Silang Praktik Cuci Tangan Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD
Soewondo Kendal Berdasarkan Jenis Kelamin Bulan Agustus 2015 ( N = 37)
No Tindakan
Jenis kelamin Cuci tangan Tidak cuci tangan Total tindakan

f % F % f %

1 Laki – laki 7 62.5 5 37.5 12 100


2 Perempuan 19 76.2 6 23.8 21 100

Total 26 70.3 11 29.7 37 100

Tabel 4.3 menunjukan bahwa responden perempuan lebih sering melakukan

cuci tangan saat sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan

dengan presentase sebanyak 76.2 % sebanyak 19 responden.


44

Tabel 4.4
Dristibusi Frekuensi Jenis Cairan yang di Gunakan Perawat di Ruang Rawat
Inap RSUD Soewondo Kendal Bulan Agustus 2015 (N =272)
No Jumlah responden Jenis cairan yang Frekuensi (n) %
digunakan
1 14 Hand Scrub 79 32 %

2 12 Hand wash 193 78 %

Total 26 272 100 %

Dari tabel 4.4 Menunjukan bahwa dari 272 kegiatan sebanyak 14 perawat
menggunakan hand scrub untuk membersihkan tangannya dibandingkan
dengan menggunakan hand wash.
45

C. Praktik cuci tangan perawat tiap moment

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Five Moment Cuci Tangan Berdasarkan Tindakan Cuci Tangan Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD
Soewondo Kendal, Bulan Agustus 2015 ( N = 371)
No Indikasi Tindakan

Melakukan (n) % Tidak melakukan % Total( n ) %

1 Sebelum kontak 54 62 33 38 87 100


dengan pasien

2 Setelah kontak di 41 63.1 24 36.9 65 100


lingkungan pasien

3 Setelah kontak 67 79.7 17 20.23 84 100


dengan pasien

4 Sebelum prosedur 53 80.31 13 19.69 66 100


aseptic

5 Setelah terkena cairan 57 77 12 17.3 69 100


tubuh pasien
Total 272 73.51 99 26.96 371 1100
46

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa perilaku cuci tangan setelah kontak dengan pasien lebih banyak di lakukan dari 87 tindakan cuci

tangan setelah kontak dengan pasien, sebanyak 67 tindakan (79.7) dilakukan dengan cuci tangan dan sebanyak 33 tindakan tidak

dilakukan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien. Tindakan keperawatan yang paling jarang dilakukan cuci tangan adalah

setelah kontak dengan lingkungan pasien sebanyak 41 tindakan.


47

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Tindakan Cuci Tangan Five Moment Berdasarkan Jenis Cairan yang di Gunakan Cuci Tangan oleh Perawat
di Ruang Rawat Inap RSUD Soewondo Kendal, Bulan Agustus 2015 ( N = 272 )
Jenis cairan yang digunakan
No Indikasi Hand % ket Hand % ket Total %
wash scrub
1 Sblm kontak dngn psien 28 52 Mengukur RR 26 48 Memindahkan pasien 54 100
Mengukur suhu dari kursi roda
Mengukur HR Mengukur sihu badan
2 Setelah kntak dngn 15 36.5 Mengganti sprei 26 63.5 Menyentuh meja 41 100
psien pasien samping pasien
Menyentuh Menyentuh loker
peralatan pasien pasien
3 Stlh kntk dgn psien 12 18 Memindahkan 55 82 Mengukur sihu badan 67 100
pasien dari kursi Mengukur RR
roda Mengukur suhu
Mengukur RR Mengukur HR
4 Sblm prsdur aseptic 13 24.5 Oral hygiene 40 70.5 Oral hygiene 53 100
Menyuntik Menyuntik
pasien.iv.ic.im pasien.iv.ic.im
Memasang alat Mengambil spesimen
bantu pernapasan darah
5 Stlh trkena cairan tbuh 11 19.3 Membuang urine 46 80.7 Memasang infuse 57 100
pasien Memberikan obat Mengambil sampel
melalui ngt darah
Memasang ngt
Total 79 29.05 193 70.95 272 100
48

Tabel 4.6 menunjukan bahwa dari 272 tindakan keperawatan yang dilakukan perawat, mencuci tangan dengan hand scrub paling

sering dilakukan oleh perawat 193 ( 70,95 %) kali dibandingkan dengan menggunakan hand wash 79 ( 29.05 %).
BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas mengenai praktik cuci tangan yang dilakukan oleh

perawat diruang rawat inap RSUD Soewondo Kendal pada bulan Agustus 2015.

Praktik cuci tangan sendiri terdiri dari gambaran mengenai praktik cuci tangan

perawat secara umum dan juga praktik five moment cuci tangan

A. Praktik Cuci Tangan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa praktik cuci tangan perawat di

RSUD Soewondo kendal yaitu 70.3% namun dalam praktik berdasarkan moment

momen cuci tangan menunjukan presentase 73.51 % ( 272 peluang cuci tangan).

Petugas pelayanan medis ( perawat) merupakan faktor ektrinsik yang dapat

mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial ( Hais)4. Penyebaran pathogen dapat

terjadi karena aktivitas yang dilakukan perawat sebelum dan sesudah berinterasi

serta sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan. Infeksi yang terjadi

dapat menyebabkan lamanya perawatan serta dapat memperparah kondisi pasien,

dalam praktiknya cuci tangan berdasarkan moment cuci tangan di RSUD

Soewondo mencapai presentase (73.51%) hal tersebut menunjukan bahwa

banyaknya perawat yang mulai sadar akan pentingnya menerapkan praktik five

moment. Banyaknya perawat yang sadar akan pentingnya mencuci tangan

dikarenakan RSUD Soewondo sering melakukan sosialisasi mengenai five

moment. Praktik cuci tangan paling banyak dilakukan oleh responden perempuan

49
50

dibanding laki – laki yaitu sebanyak 19 responden ( 76.2%) perempuan

melakukan cuci tangan. Hal tersebut terjadi karena jumlah responden perempuan

lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden laki – laki sehingga tidak

dapat disimpulkan bahwa praktik cuci tangan responden perempuan lebih baik

dibanding dengan responden laki – laki. Namun demikian, perempuan memang

lebih menjaga kebersihan dibandingkan dengan laki – laki23.

Hasil penelitian lain menunjukan bahwa hand scrub lebih banyak

digunakan responden sebagai sarana mencuci tangan dengan responden sejumlah

14 responden. Hand scrub lebih sering digunakan oleh responden pada tindakan

keperawatan seperti mengukur HR, RR, mengganti linen , menyentuh loker

pasien, mengukur suhu badan , menyentuh meja pasien. Hand wash lebih sering

digunakan saat setelah melakukan tindakan keperawatan seperti setelah

melakukan oral hygiene, setelah merawat ataupun membersihkan luka, setelah

mengambil specimen darah, setelah memasang cateter, infus, maupun NGT,

membuang urine serta setelah memberikan makanan maupun obat obatan melalui

selang NGT.

Responden lebih banyak memilih menggunakan hand scrub dibanding

dengan hand wash dikarenakan hand scrub lebih praktis dan efektif dalam

aplikasi penerapannya dan hanya membutuhkan waktu 20- 30 detik untuk

pengeringan, sedangkan penggunaan sabun membutuhkan waktu 60 – 90 detik.

Tangan yang basah dapat menumbuhkan dan menyebabkan mikroorganisme


38
dibandingkan dengan tangan yang kering . Hal tersebut didukung dengan

penelitian Idayanti, presentase rata – rata penurunan jumlah kolongi dengan


51

metode hand washing mencapai 57,8 % dan hand scrub mencapai 97,8 %.

Meskipun hand scrub lebih ungggul dalam penggunaannya, terdapat beberapa

kelemahan hand scrub diantaranya yaitu biaya mendapatkan alkohol lebih mahal

dibandingkan dengan menggunakan sabun pencuci tangan, mengurangi

kelembaban tangan serta tidak dapat membersihkan kondisi tangan yang kotor

karena cairan , debu atau kotoran lain39.

Menurut WHO praktik cuci tangan dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya yaitu Pengetahuan, Sikap, jenis kelamin, ketersediaan sarana

cuci tangan8,22,23 hal tersebut sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rosita40 mengungkapkan bahwa sikap dapat mempengaruhi praktik cuci tangan.

Pengetahuan dapat mempengaruhi praktik cuci tangan seseorang. Hal tersebut

dapat terjadi karena kurangnya informasi yang didapatkan oleh perawat mengenai

five moment dan infeksi nosokomial23. Hal tersebut didukung dengna penelitian

yang dilakukan oleh inayatul dkk bahwa pengetahuan mengenai five moment dan

infeksi nosokomial masih rendah yaitu 50 %. Kurangnya pengetahuan perawat di

RSUD Soewondo terhadap five moment dikarenakan sedikitnya informasi yang

didapatkan. Hasil wawancara dari satu orang perawat didapatkan bahwa rumah

sakit hanya melakukan sosialisasi pada saat setelah dilakukan apel pagi, jarang

dilakuaknnya evaluasi oleh rumah sakit dan jarangnya diadakan pelatihan

pelatihan serta jarang mengirimkan beberapa perawat untuk mengikuti seminar

mengenai five moment maupun infeksi nosokomial.

Program lain yang dapat dilakukan selain mengadakan sosialisasi yaitu

dengan mengadakan evaluasi mengenai praktik five moment di setiap bulannya,


52

melakukan edukasi mengenai cuci tangan dengan diadakannya pelatihan serta

seminar mengenai praktik five moment serta infeksi nosokomial dan melakukann

monitoring mengenai sarana dan prasarana mengenai cuci tangan. Selain itu,

dapat pula dengan menempelkan poster didekat wastafel maupun didekat hand

scrub , maupun standing banner yang diletakan di depan ruangan perawat.

Penelitian yang dilakukan oleh joko jamaludin dkk42 mengungkapkan bahwa

sosialisasi serta silakukannya evaluasi sangat efektif sebagai program edukasi cuci

tangan bagi perawat.

Sarana mencuci tangan juga merupakan faktor yang dapat mempengarui

perilaku cuci tangan seperti yang diungkapkan oleh WHO8 bahwa ketersediaan

sarana mencuci tangan menjadi bagian terpenting dalam upaya pencegahan infeksi

nosokomial. Apabila tidak terdapat sarana mencuci tangan maka mencuci tangan

tidak dapat diterapkan dengan baik sedangkan adanya sarana mencuci tangan

belum tentu menjamin praktik cuci tanga yang baik, dalam praktiknya sendiri

sarana fasilitas mencuci tangan di Rumah Sakit Soewondo Kendal cukup baik.

Sarana mencuci tangan hand wash terdapat di ruang perawat serta sabun mencuci

tangan terletak di dinding dekat wastafel dan dilengkapi dengan air mengalir dan

handuk guna mengeringkan tangan setelah selesai mencuci tangan, serta beberapa

handrub berada di depan ruangan pasien.


53

B. Moment mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien

Peluang mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien merupakan

urutan ke tiga setelah Setelah kontak dengan pasien dan setelah terkena cairan

tubuh pasien. Terdapat 371 peluang mencuci tangan sebelum kontak dengan

pasien hanya 54 prilaku cuci tangan ( 62 %) yang dilakukan oleh perawat baik

menggunakan hand scrub maupun hand wash. Mencuci tangan sebelum kontak

dengan pasien bertujuan memutus kejadian kontak terakhir dengan lingkungan

sekitar pasien dan kontak dengan pasien lain serta untuk menghindarkan pasien

dari paparan kotoran dan kuman yang dibawa oleh tenaga kesehatan lain dari

pasien lain sehingga pasien dapat terhindar dari kuman yang dibawa oleh tenaga

kesehatan lain dari kuman yang dapat memperparah penyakit yang diderita4.

Cukup banyaknya peluang mencuci tangan pada moment sebelum kontak

dengan pasien tidak di imbangi dengan tingginya peluang mencuci tangan yang

dilakukan. Pentingnya mencuci tangan pada momen ini yaitu untuk melindungi

pasien dari tercemarnya penyebaran patogen penyebab infeksi nosokomial kepada

pasien lain yang dapat menyebabkan infeksi baru sehingga memperlama waktu

perawatan pasien, serta dapat memperparah kondisi pasien.

Praktek mencuci tangan pada momen sebelum kontak dengan pasien

merupakan urutan yang paling banyak tidak dilakukan oleh perawat ( 33 peluang /

38 %) dibandingkan dengan moment lain. Hal ini dapat terjadi karena responden

kurang sadar terhadap keselamatan pasien. Hal tersebut didukung dengan

penelitian dari Rosa dkk bahwa sebanyak 30 % perawat tidak menyadari


54

keharusan untuk mencuci tangan terlebih ketika sebelum kontak dengan pasien6.

Hal tersebut didukung oleh penelitian dari saranggih40 bahwa pengetahuan

mencuci tangan dapat mempengaruhi praktek mencuci tangan perawat itu sendiri.

Sehingga perlu ditingkatkan kembali agar seluruh responden dapat melakukan

cuci tangan pada moment sebelum kontak dengan pasien.

Penggunaan hand wash sebagai sarana mencuci tangan menepati urutan

tinggi yaitu 52 %. Hal ini terjadi karena penempatan hand rub kurang strategis

sehingga perawat sulit menjangkau untuk Sehingga beberapa perawat lebih

memilih menggunakan hand wash untuk membersihkan tangan mereka saat

sebelum kontak dengan pasien. Kesadaran perawat akan pentingnya menjaga

kebersihan tangan juga sangat mendukung akan prilaku cuci tangan41. Center for

disease control ang prevention41 mengungkapkan bahwa sikap seseorang dapat

mempengaruhi praktik cuci tangan meskipun terdapat faktor lain yang

mempengaruhinya.

C. Setelah kontak dengan lingkungan pasien

Peluang mencuci tangan setelah kontak dengan lingkungan pasien

menempati urutan terakhir. Terdapat 371 peluang mencuci tangan setelah kontak

dengan pasien hanya 41 peluang mencuci tangan (63%) yang dilakukan baik

menggunakan hand rub maupun hand wash. Indikasi mencuci tangan setelah

kontak dengan lingkungan pasien bertujuan untuk memutus kejadian kontak

terakhir dengan obyek sekitar dan permukaan sekitar pasien ( tanpa menyentuh

pasien ). Tindakan mencuci tangan setelah kontak dengan lingkungan pasien

bertujuan untuk melindungi perawat melawan kuman kolonisasi kuman pasien


55

yang mungkin terdapat pada permukaan maupun obyek lingkungan sekitar pasien

dari kontaminasi kuman dan potensial penyebaran kuman8,27.

Praktik cuci tangan perawat setelah kontak dengan lingkungan pasien

masih rendah yaitu 63.1 %. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya informasi

mengenai cuci tangan setelah kontak dengan lingkungan pasien selain itu,

kurangnya kesadaran perawat akan pentingnya mencuci tangan. Perawat

beranggapan tidak perlu mencuci tangan karena menganggap tangan mereka

masih bersih karena tidak bersentuhan dengan pasien. Sesuai dengan literatur

mengungkapkan bahwa pengetahuan mempengaruhi prilaku seseorang28. Hal

tersebut didukung oleh anggapan perawat di RSUD Soewondo Kendal bahwa

tidak mengetahui manfaat mencuci tangan pada moment setelah kontak dengan

lingkungan pasien, serta mereka beranggapan baha tidak harus mencuci tangan

pada moment setelah kontak dengan lingkungan pasien karena merasa bahwa

tangan mereka masih bersih karena tidak bersentuhan dengan pasien .

Sax et al43 mengungkapkan hand rub lebih praktis dan efektif, nyatanya

dalam momen ini praktik cuci tangan perawat masih rendah. WHO22,27

mengungkapkan ketersediaan sarana mencuci tangan mempengaruhi praktik

mencuci tangan, dalam penelitian ini sarana cuci tangan yang disediakan oleh

rumah sakit dirasa cukup baik dimana setiap ruang rawat inap tersedia wastafel

sebagai sarana mencuci tangan. Terdapat sabun di sebelah wastafel dan handuk

yang tertempel di dinding sebelah wastafel sehingga mempermudah perawat

untuk menjangkaunya. Selain wastafel disediakan juga beberapa hand scrub yang
56

diletakan didepan ruangan pasien. Namun nyatanya, ketersediaaan sarana cuci

tangan juga belum mampu praktik cuci tangan secara maksimal.

D. Setelah kontak dengan pasien

Peluang mencuci tangan pada momen setelah kontak dengan pasien

menempati urutan pertam. Terdapat 371 peluang mencuci tangan hanya 67

peluang ( 79.7%) yang dilakukan baik menggunakan hand rub maupun hand

wash. Mencuci tangan setelah kontak dengan pasien bertujuan untuk memutus

kejadian kontak dengan kulit pasien dan atau pakaian pasien dan selanjutnya

kontak dengan perawat ataupun pasien lainnya yang dibawa oleh tenaga kesehatan

khusnya prawat. Tindakan ini bertujuan untuk melindungi perawat dari kolonisasi

lingkungan sekitar pasien dari kontaminasi kuman dan potensial penyebaran8.

Praktik mencuci tangan setelah kontak dengan pasien cukup tinggi

79,7 % hal tersebut menunjukan bahwa kewaspadaan perawat akan resiko

penyebaran kuman dari pasien karena dengan mencuci tangan setelah kontak

dengan pasien dapat melindungi perawat sendiri infeksi ke luar ruangan

perawatan pasien. Pengetahuan perawat akan praktik cuci tangan sudah cukup

baik, hal tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan bahwa pengetahuan dan

sikap dapat mempengaruhi prilaku32. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian

Saragih dan Rumapea40 yang mengungkapkan bahwa pengetahuan mempengaruhi

dalam praktik cuci tangan.

Penggunaan hand scrub sebagai media mencuci tangan pada

moment setelah kontak dengan pasien cukup tinggi dan menempati urutan kedua
57

setelah sebelum melakukan prosedur aseptic 82 %. Hal ini dapat terjadi karena

penempatan hand scrub cukup strategis sehingga mudah dijangkau oleh perawat

dimana hand scrub diletakan didepan ruangan pasien. Hal tersebut juga didukung

oleh WHO27 yang mengatakan bahwa adanya sarana cuci tangan memepengaruhi

praktik cuci tangan.

E. Sebelum prosedur aseptic

Peluang mencuci tangan pada momen sebelum prosedur mencucitangan

menempati urutang kedua. Dari 371 peluang mencuci tangan sebanyak 53 peluang

atau sekitar 80.31% peluang mencuci tangan yang dilakukan. Indikasi mencuci

tangan sebelum kontak dengan pasien yaitu untuk mengurangi terjadinya resiko

infeksi.

Praktik mencuci tangan sebelum melakukan prosedr aseptic menmpati

urutan kedua. Hal ini terjadi karena perawat memahami resiko apa yang akan

terjadi kepada pasien jika mereka tidak melakukan cuci tangan sebelum

melakukan tindakan aseptic. Selain itu, pemahaman perawat mengenai jenis

tindakan aseptic juga cuckup baik mereka mengetahui tindakan sebelum aseptic

yaitu sebelum melakukan oral hygiene pasien, meneteskan obat tetes mata,

pemeriksaan vagina atau rectal, pemeriksaan mulut, hidung, telinga dengan atau

menggunakan instrument, sebelum melakukan perawatan luka dan sebagainya6 ,

pemahaman perawat akan pentingnya mencuci tangan sudah baik. Hal tersebut

didukung oleh Notoadmojo yang mengemukakan bahwa pengetahuan

mempengaruhi prilakuk seseorang .


58

Penggunaan hand scrub sebagai media mencuci tangan pada moment

sebelum prosedur aseptik sangat tingggi yaitu 80.7 % hal tersebut dikarenakan

penempatan hand scrub yang cukup strategis sehingga perawat dengan mudah

dapat menjangkaunya karena selain di letakan didepan ruang pasien hand scrub

juga diletakan ditroli untuk merawat luka sehingga dapat memudahkan perawat

untuk menggunakan hand scrub sebelum melakukan prosedur aseptic. Hal

tersebut didukung dengan WHO8,27 yang mengemukakan bahwa ketersediaan

sarana mencuci tangan mempengaruhi prilaku mencuci tangan seseorang.

F. Setelah terkena cairan tubuh pasien

Peluang mencuci tangan pada momen setelah terkena cairan tubuh pasien

menempati urutan pertama baik menggunakan hand scrub maupun hand wash.

Dalam penelitian ini pemenuhan mencuci tangan yang tinggi dikarenakan peluang

kontak dengan cairan tubuh pasien juga tinggi. Indikasi mencuci tangan setelah

kontak dengan cairan tubuh pasien yaitu untuk memutus kejadian kontak langsung

dengan darah ataupun cairan tubuh pasien lainnya. Tindakan mencuci tangan

setelah terkena cairan tubuh pasien bertujuan untuk melindungi perawat dari

kolonisasi tau infeksi dengan kuman pasien dan untuk melindungi lingkungan

sekitar perawat dan pasien lain dari kontaminasi kuman dan potensial

penyebaran22.

Tingginya praktik cuci tangan setelah terkena cairan tubuh pasien

dikarenakan perawat mengetahui pentingnya mencuci tangan setelah kontak

dengan pasien dikarenakan mereka tidak ingin tertular infeksi yang didapat dari
59

pasien tersebut. Perawat mengerti apa saja yng termaksud cairan tubuh pasien

sehingga peluang mencuci tangan cukup tinggi. Hal tersebut didukung dengan

penelitian yang dilakukan oleh jamaludin dkk yaitu perilaku mencuci tangan

perawat pada saat setelah kontak dengan cairan tubuh pasien sangat tinggi 90,6 %
42
. Praktik cuci tangan petugas kesehatan cenderung tinggi karena petugas

kesehatan paham resiko infeksi yang akan terjadi terlebih setelah kontak dengan

cairan tubuh pasien.

Perilaku mencuci tangan dapat dipengaruhi oleh pengetahuan yang

dimiliki28. Perawat di RSUD Soewondo Kendal dalam praktiknya mengetahui

resiko infeksi yang akan terjadi dan juga mengerti manfaat dari mencuci tangan

pada momen mencuci tangan setelah kontak dengan cairan tubuh pasien.

G. Keterbatasan penelitian

1. Penelitian ini menggunakan metode observasi, dalam penelitian ini

keterbatasan dalam penelitian menggunakan metode observasi yaitu

peneliti cenderung melakukan subyektifitas pada responden selain itu

responden yang diteliti akan sering melakukan cuci tangan saat

mengetahui dirinya sedang di observasi sehingga menimbulkan hasil

yang tidak wajar.

2. Waktu yang disediakan oleh pihak rumah sakit sangat terbatas dimana

rumah sakit hanya memberikan waktu satu bulan untuk melakukan

penelitian.
BAB VI

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang sudah

dijelaskan pada BAB sebelumnya dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :

1. Presentase cuci tangan pada perawat di ruang rawat inap Rsud Soewondo

pada bulan agustus 2015 yaitu mencapai presentase 73.51 %.

2. Untuk penerapan hand wash dan hand srcub pada setiap moment cuci

tangan didapatkan :

a. Pada moment sebelum kontak dengan pasien responden lebih banyak

menggunakan hand wash dengan presentase 52 %,

b. Pada momen Setelah kontak dengn pasien responden lebih sering

memilih menggunakan hand scrub dengan presentase mencapai

63.5%,

c. Pada moment Setelah kontak dengan pasien responden lebih banyak

menggunakan hand scrub dengan presentase 82 %,

d. Pada moment Sebelum prosedur aseptic responden lebih sering

menggunakan hand scrub dengan presentase sebanyak 70.5%

e. dan pada moment Setelah terkena cairan tubuh pasien responden lebih

banyak menggunakan hand scrub dibanding dengan hand wash

dengan presentase 80.7 %.

60
61

Sehingga bisa disimpulkan bahwa hampir sebagian besar responden (78%)

menggunakan hand scrub sebagai sarana mencuci tangan sedangkan

sisanya 22 % menggunakan hand wash sebagai sarana mencuci tangan.

3. Untuk penerapan five moment cuci tangan perawat di dapatkan hasil :

a. Prilaku mencuci tangan paling banyak dilakukan pada momen setelah

terkena cairan tubuh pasien dan sebelum melakukan prosedur aseptic

77 %

b. Setelah kontak dengan pasien yaitu 20.3 % sedangkan momen yang

paling jarang dilakukan yaitu sebelum kontak dengan pasien yaitu 38

%, dan setelah kontak dengan lingkungan pasien 36,9 %.

B. Saran

1.Bagi perawat

Hasil penelitian ini diharapkan bahwa dapat menjadi acuan bagi perawat

dalam . Kewaspadaan mengenai infeksi nosokomial dengan pratik cuci

tangan di setiap moment cuci tangan. Diharapkan perawat dapat lebih

waspada mengenai infeksi nosokomial sehingga perawat dan pasien

dapat terhindar dari penyebaran pathogen penyebab infeksi itu sendiri.

2.Bagi keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai acuan dan masukan bagi perawat

untuk menjadi bahasan praktik cuci tangan sebagai upaya pencegahan

infeksi nosokomialdan dapat menghindari pasien dan perawat sendiri

dari resiko terinfeksi.


62

3.Bagi Institusi Rumah Sakit

a. Tim pencegahan infeksi bisa lebih menggalakan sosialisasi dan

pelatihan mengenai pentingnya pemenuhan cuci tangan dalam

setiap 5 momen cuci tangan dan juga bisa memberikan media yang

tepat untuk memberikan informasi mengenai pentingnya

melakukan cuci tangan. Poster mengenai cuci tangan dapat di

tempel di ruang tunggu perawat, dan ditempat tempatr strategis

lainnya.

b. Perlunya dilakukan evaluasi rutin setiap bulan guna memantau

tingkat kepatuhan perawat dalam menerapkan five moment guna

mencegah penyebaran infeksi nosokomial. Selain itu perlu di

adakannya pelatihan dan seminar secara rutin guna menambah

wawasan perawat pengenai pencegahan infeksi nosokomial, serta

monitoring mengenai sarana dan prasarana mengenai cuci tangan.

4. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan lebih baik lagi dan perlu diketahui

mengenai pengatahuan perawat mengenai manfaat mencuci tangangan

pada five momen cuci tangan.

5.Bagi Tenaga Kesehatan lain

Diharapkan menjadi acuan dan kewaspadaan tenaga kesehatan lain

mengenai infeksi nosokomial dimana tenaga kesehatan lain ( dokter,

bidan, fisioterapi, ahli gizi, analis ) juga mempunyai andil dalam

terjadina inos dikarenakan interaksi yang mereka lakukan kepasien.


63

Daftar pustaka

1. Keevil, Bill. Reducing HAIs in ICUs with copper touch surfaces .


University of Southptom ; 2011
2. Kampf, Gunter., Loffler, Haraland., & Gastmeier, Petra. Hand Hygiene for
the Prevention of Nosocomial Infections . 2009.; vol.8, hh. 649-655.
3. World Health Organization. A Guide to the Implementation of the WHO
Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategy ; 2009.
4. Darmadi . Infeksi Nasokomial : problematika dan pengendaliannya .
Jakarta : Salemba Medika ; 2008.
5. Artika Dewi . Perbedaan Angka Kepatuhan Cuci Tangan Petugas
Kesehatan di RSUP Dr Karyadi Semarang. Skripsi . jurusan keperawatan .
Undip ; 2011.
6. Rosa, Else Maria , Zulpahiyana . Efektifitas Simulasi Hand Hyigiene Pada
Handover Keperawatan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Hand Hyigiene
Perawat .
7. Shimokura G, Weber D, Miller W, Wurtzel H, Alter M . Factors
associated with personal protection equipment use and hand hygiene
among hemodialysis staff. Am J Infect Control. 2006 ;34:100-7.
8. WHO.Improved Hand Hygiene to prevent Health Care Associated
Infections .2007( May) : 1 -4
9. Idayanti. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat Terhadap Penerapan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya
Pencegahan Infeksi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru ; 2008.
http://repository.usu.ac.id . Dibuka 27 Oktober 2014.
10. Hidayat AA . Pengantar Konsep Dasar Keperawatan . Jakarta : Salemba
Medika ; 2004 .
11. Kusanto . Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional .
Editor ; Monica Ester .Jakarta : EGC ; 2004 .
64

12. Sumiajun . Konsepdasar Menuju Keperawatan Profesional . Cetakan


pertama. Jakarta : Trans Info Media ; 2010.
13. Schaffer, Garzon, Heroux, Korniewicz. Pencegahan Infeksi dan Praktik
yang Aman. Jakarta : EGC ; 2000.
14. Tietjen L, Bossemeyer D, Mchintosh N . Paduan pencegahan infeksi untuk
fasilitas pelayanan kesehatan dengan sumber daya terbatas. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2004 .
15. Potter PA, Perry AG. Fundamental Keperawatan : Konsep , proses, dan
Praktik . 4th ed. Jakarta : EGC ; 2005.
16. Susianti , Maria. Keterampilan Keperawatan Dasar .Jakarta : Erlangga
Medical series ; 2008.
17. WHO .. Penerapan Kewaspadaan Standar di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan . Jakarta ; 2008 .
18. Idayanti. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat Terhadap Penerapan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya
Pencegahan Infeksi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru ; 2008.
http://repository.usu.ac.id . Dibuka 27 Oktober 2014.
19. Lankfork, Zembover, Trick et al . Observational Study Of Hand Washing
Practices Of Healthcare Workers. 2003
20. Tohamik. Nosocomial Infections In Adult Intensive Care Units. Lancet.
2003 ;42(1): 112-3
21. Spiritia, Y. Infeksi Nosokomial dan Kewaspadaan Universal. Jakarta :
Yayasan Spirita; 2006.
22. WHO.Hand Hygiene : Why, How & When ? Geneva :2009.
23. Wandel D De, Maes L , Labeau S Vereecken C, Blot S. Behavioral
Determinants of Hand Hygiene Compliance in Intensive Care Units . Am J
Crit Care .2010 : 19 (3)
24. Sugiono . Metode Penelitian Pendidikan ( pendekatan kuantitatif,
kualitatif, dan R&D ).Bandung: Alfabeta ; 2013.
65

25. Nuryati E . Hubungan Kepatuhan Perawat melakukan cuci tangan dan


kejadian infeksi nosokomial di ruang ICU dan ICU RS awal bros
Tanggerang 2013 . 2013 ; 13

26. Australian Comission On Safety and Quality in Healthcare.Prevention


and Control of Infection in Healthcare.Canberra : Australian
Groverment : 2010.
27. WHO. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care . WHO : 2009

28. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. .Jakarta:


Rineka Cipta ; 2003.
29. Napitupulu, J. S. Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial oleh Perawat di
Rumah Sakit Sundari Medan. Skripsi. Fak Keperawatan. USU; 2009.
30. http://doktersehat.com/infeksi-nosokomial-penyebab-dan
pencegahannya/#ixzz21je46fD1 diakses 30 oktober 2014
31. Setiadi. konsep & Penulisan Riset Keperawatan . 2nd ed . Yogyakarta :
Graha ilmu ; 2013.
32. Notoadmojo S . Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta ;
2012.
33. Sugiyono . Statistika Untuk Penelitian . Bandung : Alphabeta ; 2007.
34. Nursalam . Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan : Pedoman Skripsi , Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan . Jakarta : Salemba Medika ; 2003.
35. Riyanto , A . Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan . Yogyakarta :
Nuha Medika ; 2010.
36. Kelana , K, Darma . Metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisa Data . Jakarta : Trans Info Media ; 2011.
37. Arikunto , Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik .
Jakarta : Rineka Cipta ; 2010 .
38. Meadow.Sir Roy , Newell.Simonj. Lecture Notes : Pediatrika, Erlangga,
Jakarta : 2005.
39. Nsw Health Indonesian.cec8285/06 [ doh-7680].
66

40. Saranggih R,Rumphea N. Hubungan kharakteristik perawat dengan tingkat


kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di rumah sakit Colombia asia
medan. E-jurnal Univ Darma Agung Medan.2010.
41. Center for disease control and prevention. Guideline for hand hygiene in
health-care setting recommendations of the healthcare infections control
practices.Atlanta;2002.
LAMPIRAN
LEMBAR INFORMED

SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth. Calon Responden Penelitian
Di Kendal

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Innaya Nurul Husna

NIM : 22020111120007

Telp : 085789936604

Adalah mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro Semarang yang akan melakukan penelitian denganjudul “ Gambaran

Penerapan Five Moment Cuci Tangan Pada Perawat di RSUD Soewondo

Kendal ’’

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penerapan five moment di

RSUD Soewondo Kendal. Penelitian ini tidak berakibat buruk bagi responden.

Informasi yang diberikan Kn dirahasiakan dan hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian.
Bila saudara / i bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, maka

saya mohon kesediaanya untuk mendatangani lembar persetujuan menjadi

responden. Peran saudara/ i merupakan sumbangan yang berarti dalam

perkembangan ilmu pengetahuan.

Demikian permohonan ijin ini saya ajukan, atas perhatian dan kesediaan

saudara / i, saya mengucapkan terima kasih.

Semarang, Agustus 2015

Peneliti

Innaya Nurul Husna


LEMBAR CONSENT

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, nama ( inisial ) :

Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh

mahasiswa jurusan Keperawatan FK UNDIP Semarang atas nama Innaya Nurul

Husna dengan judul penelitian “ Gambaran Praktik Five Moment Cuci

Tangan Pada Perawat di RSUD Soewondo Kendal’’

Demikian, secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya

bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Kendal, …. 2015

Responden

………………..

( Tandatangan responden )

Tanpa ditulis nama


Form Observasi

Tanggal :

Jam :

Nama perawat ( inisial ) :

Observer (inisial ) :

Ruangan :

Jenis kelamin :

No Tindakan Kebersihan tangan / cuci tangan Keterangan

Ya Tidak
Hw HS
Sebelum kontak dengan pasien

1 Mengukur suhu
badan
2 Mengukur tekanan
darah
3 Mengukur HR
4 Mengukur RR
5 Memindahkan
pasien dari tempat
tidur ke kursi roda
6 Memindahkan
pasien dari kursi
roda ke tempat tidur
7 Memandikan pasien
8 Menyentuh urine
bag pasien
Setelah kontak dengan lingkungan pasien

9 Mengganti sprei
pasien
10 Menyentuh meja
samping pasien
11 Menyentuh loker
pasien
12 Menyentuh peralatan
pasien
Setelah kontak dengan pasien
14 Mengukur suhu
badan
15 Mengukur tekanan
darah
16 Mengukur HR
17 Mengukur RR
18 Memindahkan
pasien dari tempat
tidur ke kursi roda
19 Memindahkan
pasien dari kursi
roda ke tempat tidur
20 Memandikan pasien
21 Menyentuh urine
bag pasien
Sebelum melakukan tindakan aseptic
22 Merawat
/membersihkan luka
23 Memasang infuse
24 Memasang NGT
25 Memasang cateter
26 Menyuntik pasien (
IV, IM , IC )
27 Mengambil
spesimen darah
28 Memasang alat
bantu pernapasan
29 Memberikan obat /
makanan melalui
NGT
30 Suction
31 Oral hygiene
Setelah terkena cairan tubuh pasien
33 Oral hygiene
34 Merawat
/membersihkan luka
35 Mengambil
spesimen darah
36 Memasang cateter
37 Memasang infuse
38 Memasang NGT
39 Memberikan obat /
makanan melalui
NGT
40 Membuang urine
pasien
41 Memasang alat
bantu pernapasan
Total jumlah tindakan cuci tangan yang di lakukan
jumlah tindakan yang di lakukan x 100 %
Rekapitulasi praktik 5 moment cuci tangan

A B C
jenis tdk tdk tdk
responden kelamin HS Hw melakukan total HS Hw melakukan total HS Hw melakukan total
1 1 2 2 2 2 2 2
2 0 4 2 6 2 1 3 4 2 6
3 0 4 2 6 1 1 2 3 1 4
4 1 4 4 3 3 4 4
5 0 2 2 4 2 2 4 4
6 1 4 4 2 2 4 4
7 0 1 1 2 2 2 2
8 0 4 4 2 2 2 1 3
9 1 2 2 2 2 2 2
10 1 2 2 2 1 1 2 2
11 0 2 2 2 2 2
12 1 1 2 1 1 2 3 1 1
13 1 4 4 2 2 4 4 4
14 1 4 2 1 3 2 2 2
15 1 4 1 1 1 1 1 2
16 1 1 1 2 1 1 2 2
17 0 2 2 1 1 2 2
18 0 2 2 1 1 2 2
19 0 2 2 1 1 1 1
20 1 2 2 2 2 2 2
21 1 2 2 2 1 3 2 2
22 1 2 2 4 1 1 4 4
23 1 2 2 1 2 3 3 3
24 1 1 1 1 1 1 1
25 1 1 1 1 1 2 1 1
26 1 1 1 1 1 1 1
27 0 4 1 4 1 1 1 1
28 1 2 2 2 2 2 2
29 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2
30 1 1 2 1 1 1 1
31 0 1 1 1 1 2 2
32 1 1 1 1 1 1 1
33 1 1 1 2 2 2 2
34 1 2 2 1 1 1 1
35 1 1 1 1 1 1 1
36 1 1 1 1 1 2 2
37 0 2 2 2 2 1 1 2
TOTAL 28 26 33 87 15 26 24 65 12 55 17 84
D e
tdk tdk
HS Hw melakukan total HS Hw melakukan total
2 2 2 2
2 2 2 2
2 1 3 2 1 3
1 1 1 1 2
1 1 2 2 2 4
2 2 2 2
2 2 2 2
2 1 3 2 1 3
2 2 2 2
1 1 1 1
3 3 3 1 3
2 2 1 1
1 1 2 2
1 1 2 1 2
2 1 3 3 1 3
3 3 3 3
1 1 1 1
2 2 2 2
1 1 1 1 2
3 3 3 3
1 1 2 1 1 2
2 2 2 2
1 1 1 1 2
2 2 1 1
3 3 2 2
1 1 1 1
1 1 1 1
2 2 2 2
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
2 2 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
3 1 1
1 1 1 1 2
13 40 13 66 11 46 12 69
Jenis cairan yang digunakan

Hs Hw tidak melakukan
26 /87 x 100 % = 29 , 8
A 28 / 87 x 100 % = 32,5 % % 33 / 87 x 100 % = 37.9 %
B 15 / 65 x 100 % = 23 % 26 / 65 x 100 % = 40 % 24 /65 x 100 % = 37 %
12/ 84 x 100 % = 14.28 55 / 84 x 100 % = 65.47
C % % 17 x 84x 100 % = 20.23 %
40 / 68 x 100 % = 58.82
D 13/ 66 x 100 % = 33.9 % % 13 / 66 x 100 % = 19.68 %
E 11/69 x 100 % = 16.6 46 / 69 x 100 % = 66.6% 12 / 69 x 100 % = 17.39 %
total 79 193 272

perilaku cuci tangan 5 momen

YA TIDAK TOTAL
A 54 / 87 X 100 % = 62. % 33 / 87 x 100 % = 38 % 87
24 / 65 x 100 % = 36.9
B 41 / 65 x 100 % = 63.1 % % 65
C 67 / 84 x 100% = 79.7 % 17/84 x 100% = 20.23 % 84
13 / 66x 100% = 19.69
D 53 / 66x 100 % = 80.31 % % 66
12 / 69 x 100 % = 10.6
E 57 / 69 x 100 % = 89.4 % % 69
total 272 99 371
praktik cuci tangan berdasarkan jenis kelamin

no jenis kelamin Hw Hs tidak total


1 laki- laki 73 8 41 114
2 perempuan 128 71 58 257
total 271 79 99 371

Anda mungkin juga menyukai