0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
54 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas berbagai senjata tradisional Kraton Yogyakarta seperti tombak, condroso, bandhil, tulup, keris, canggah, wedhung, dan patrem. Senjata-senjata tersebut memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda untuk digunakan dalam berbagai jarak tempur dan keperluan seperti berburu.
Dokumen tersebut membahas berbagai senjata tradisional Kraton Yogyakarta seperti tombak, condroso, bandhil, tulup, keris, canggah, wedhung, dan patrem. Senjata-senjata tersebut memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda untuk digunakan dalam berbagai jarak tempur dan keperluan seperti berburu.
Dokumen tersebut membahas berbagai senjata tradisional Kraton Yogyakarta seperti tombak, condroso, bandhil, tulup, keris, canggah, wedhung, dan patrem. Senjata-senjata tersebut memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda untuk digunakan dalam berbagai jarak tempur dan keperluan seperti berburu.
mata tombaknya bervariasi. Ada yang bercabang 3, ada pula yang seperti kudi, ada yang seperti cakra, dan ada TOMBAK pula yang berbentuk konvensional. Diantara tombak-tombak pusaka kagungan dalem yang dipandang istimewa adalah Kangjeng Kyai Ageng Plered.
Condroso adalah senjata tradisional
Yogyakarta ini berbentuk mirip tusuk konde. Condroso ini dapat mematikan, terutama merupakan senjata tikam yang dipakai pada saat CONDROSO lawan sedang dalam keadaan lengah. Biasanya dikenakan oleh kaum wanita yang ditugaskan sebagai mata-mata (telik sandi).
Bandhil disebut juga dengan umban
pelempar batu. Ada 3 jenis Bandhil yaitu : Brubuh, Jauh, dan Lepas. Bandhil Brubuh pakai dalam pertempuran jarak dekat. Bandhil BANDHIL Jauh digunakan untuk jarak jauh sedangkan Bandhil Lepas dapat digunakan untuk jarak jauh atau jarak dekat.
Thulup/tulup adalah sarana untuk
berburu. Tulup berbentuk bambu kecil dan agak panjang. Cara penggunaannya dengan meniup TULUP lubang bambu, maka peluru yang terbuat dari tanah liat atau buah kecil akan melesat mengenai sasaran. Di antara keris-keris pusaka Kraton Yogyakarta yang menduduki tempat terpenting adalah kanjeng Kyai Ageng Kopek. Keris ini hanya boleh dikenakan oleh sultan sendiri, KERIS lambang perannya sebagai pemimpin rohani dan duniawi. Menurut tradisi keris ini dibuat pada masa kerajaan Demak dan pernah dimiliki oleh Sunan Kalijaga.
Canggah merupakan salah satu
senjata tradisional Yogyakarta yang berbentuk tombak tetapi memiliki dua mata tombak (dwisula). Prinsip kerja Canggah sama dengan tombak CANGGAH pada umumnya, tetapi biasanya mata tombak diarahkan ke leher lawan sehingga bisa berfungsi sebagai penjepit leher.
Wedhung adalah senjata tradisional
berbentuk seperti pisau tetapi ukurannya lebih besar. Pemakaian Wedhung sama dengan keris. Hanya saja, kalau keris biasanya diselipkan WEDHUNG di belakang pinggang, namun senjata Wedhung ini diselipkan di muka atau ada juga yang menggunakannya di samping badan.
Dalam bahasa jawa yang baku, kata
Paterm dipakai untuk menyebutkan keris dengan bilah versi kecil, bisa berbentuk lurus atau luk. Ada yang menggunakan gendik naga, singa atau kikik. Fungsi patrem sama PATREM dengan keris yaitu untuk menyerang musuh dalam jarak yang sangat dekat.