Anda di halaman 1dari 2

Di Kraton Yogyakarta diketahui ada

beragam jenis tombak yang bentuk


mata tombaknya bervariasi. Ada yang
bercabang 3, ada pula yang seperti
kudi, ada yang seperti cakra, dan ada
TOMBAK
pula yang berbentuk konvensional.
Diantara tombak-tombak pusaka
kagungan dalem yang dipandang
istimewa adalah Kangjeng Kyai Ageng
Plered.

Condroso adalah senjata tradisional


Yogyakarta ini berbentuk mirip tusuk
konde. Condroso ini dapat
mematikan, terutama merupakan
senjata tikam yang dipakai pada saat CONDROSO
lawan sedang dalam keadaan lengah.
Biasanya dikenakan oleh kaum
wanita yang ditugaskan sebagai
mata-mata (telik sandi).

Bandhil disebut juga dengan umban


pelempar batu. Ada 3 jenis Bandhil
yaitu : Brubuh, Jauh, dan Lepas.
Bandhil Brubuh pakai dalam
pertempuran jarak dekat. Bandhil BANDHIL
Jauh digunakan untuk jarak jauh
sedangkan Bandhil Lepas dapat
digunakan untuk jarak jauh atau jarak
dekat.

Thulup/tulup adalah sarana untuk


berburu. Tulup berbentuk bambu
kecil dan agak panjang. Cara
penggunaannya dengan meniup TULUP
lubang bambu, maka peluru yang
terbuat dari tanah liat atau buah kecil
akan melesat mengenai sasaran.
Di antara keris-keris pusaka Kraton
Yogyakarta yang menduduki tempat
terpenting adalah kanjeng Kyai Ageng
Kopek. Keris ini hanya boleh
dikenakan oleh sultan sendiri,
KERIS
lambang perannya sebagai pemimpin
rohani dan duniawi. Menurut tradisi
keris ini dibuat pada masa kerajaan
Demak dan pernah dimiliki oleh
Sunan Kalijaga.

Canggah merupakan salah satu


senjata tradisional Yogyakarta yang
berbentuk tombak tetapi memiliki
dua mata tombak (dwisula). Prinsip
kerja Canggah sama dengan tombak CANGGAH
pada umumnya, tetapi biasanya mata
tombak diarahkan ke leher lawan
sehingga bisa berfungsi sebagai
penjepit leher.

Wedhung adalah senjata tradisional


berbentuk seperti pisau tetapi
ukurannya lebih besar. Pemakaian
Wedhung sama dengan keris. Hanya
saja, kalau keris biasanya diselipkan
WEDHUNG
di belakang pinggang, namun senjata
Wedhung ini diselipkan di muka atau
ada juga yang menggunakannya di
samping badan.

Dalam bahasa jawa yang baku, kata


Paterm dipakai untuk menyebutkan
keris dengan bilah versi kecil, bisa
berbentuk lurus atau luk. Ada yang
menggunakan gendik naga, singa
atau kikik. Fungsi patrem sama PATREM
dengan keris yaitu untuk menyerang
musuh dalam jarak yang sangat
dekat.

Anda mungkin juga menyukai