Anda di halaman 1dari 11

PROJEK

Mata Kuliah :

DASAR –DASAR ILMU KIMIA

Dosen Pengampu :

MOONDRA ZUBIR, Ph.D

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Alika Haya Fahrunnisa (4182131014)

Cessya Noviandra Br.Tarigan (4182131002)

Cintia Fitriani Rumapea (4183331004)

Desti Yulrima Lubis (4183131053)

Kimia Dik A 2018

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perbedaan keelektronegatifan dua atom menimbulkan kepolaran senyawa. Adanya


perbedaan keelektronegatifan tersebut menyebabkan pasangan elektron ikatan lebih tertarik
kesalah satu unsur sehingga membentuk dipol. Adanya dipol inilah yang menyebabkan
senyawa menjadi polar. Pada ikatan kovalen H-H, gaya tarik menarik inti seimbang terhadap
pasangan elektron ikatan sehingga tidak terjadi pengkutuban atau kepolaran muatan. Ikatan
kovalen demikian disebut ikatan kovalen nonpolar. Pada senyawa HCl, pasangan elektron
milik bersama akan lebih dekat pada Cl karena daya tarik terhadap elektronnya lebih besar
dibandingkan H. Hal itu menyebabkan terjadinya polarisasi pada ikatan H-Cl. Atom Cl lebih
negatif daripada atom H, hal tersebut menyebabkan terjadinya ikatan kovalen polar.

Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron
pada unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut mempunyai nilai
keelektronegatifitas yang berbeda.

Senyawa nonpolar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar
elektron pada unsur-unsur yang membentuknya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan
mempunyai nilai elektronegatifitas yang sama atau hampir sama.

1.2 Tujuan
1. Menyelidiki kepolaran HCl,Asam Cuka,Air
2. Mengetahui kepolaran suatu senyawa berdasarkan struktur lewis
3. Mengetahui kepolaran beberapa molekul dan hubungannya dengan keelektro-
negatifannya.
4. Mengetahui kepolaran suatu senyawa berdasarkan kelarutannya dalam air.
5. Mengetahui ciri-ciri senyawa polar dan non polar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut non polar sedangkan
senyawa semi polar akan larut dalam pelarut semi polar serta senyawa yang bersifat polar
akan larut ke dalam pelarut polar. Suatu senyawa kompleks akan terbentuk antara suatu
kation atau logam dengan beberapa molekul netral atau ion donor elektron. Kation atau
logam tersebut berfungsi sebagai ion pusat sedangkan molekul netral atau ion donor elektron
berfungsi sebagai gugus pengeliling atau sering disebut ligan. Ikatan kovalen koordinasi
dalam senyawa kompleks ini terjadi karena donasi pasangan elektron dari ligan ke dalam
orbital kosong ion pusat. Pada umumnya, ion pusat memiliki orbital-orbital d yang masih
belum terisi penuh elektron sehingga dapat berfungsi sebagai akseptor pasangan elektron
tersebut. Pada umumnya, ion pusat memiliki orbital-orbital d yang tidak terisi penuh elektron
sehingga dapat berfungsi sebagai akseptor pasangan elektron tersebut. Ciri ini menyebabkan
beberapa sifat khas, meliputi warna yang unik, pembentukan senyawa paramagnetik, aktivitas
katalitik, dan terutama memiliki kecenderungan besar untuk untuk membentuk senyawa
kompleks. Proses penulisan ikatan senyawa yang digunakan pada penelitian ini adalah
struktur Lewis. Struktur Lewis adalah diagram yang menunjukkan ikatan-ikatan antar atom
dalam suatu molekul. Struktur Lewis digunakan untuk menggambarkan ikatan kovalen dan
ikatan kovalen koordinasi. Struktur Lewis dikembangkan oleh Gilbert N. Lewis, yang
menyatakan bahwa atom-atom bergabung untuk mencapai konfigurasi elektron yang lebih
stabil. Untuk menyusun struktur Lewis dari suatu atom atau unsur, dapat dengan cara
menuliskan simbol titik pada sekeliling atom. Setiap titik mewakili satu elektron yang
terdapat pada kulit valensi atom tersebut. Elektron yang terlibat dalam ikatan ini hanya
elektron-elektron yang terdapat pada kulit terluar dan jumlah total elektron yang terlibat
dalam pembentukan ikatan ini tidak mengalami perubahan (merupakan jumlah total elektron
valensi dari atom-atom yang berikatan).

Dalam sebuah studi mengenai pemahaman konseptual dari polaritas ikatan, polaritas
molekul, teori VSEPR, struktur Lewis dan struktur molekul, ditemukan bahwa mahasiswa tidak
dapat mengidentifikasi hubungan antara polaritas ikatan dan polaritas molekul, tidak dapat
menentukan apakah molekul adalah polar atau nonpolar, dan diasumsikan bahwa pasangan
elektron tunggal tidak memiliki efek pada geometri molekul dari molekul. Dalam sebuah
penelitian tentang ikatan kimia, Ünal et al. (2002) mengidentifikasi beberapa kesalahpahaman.
Siswa diasumsikan bahwa: (a) atom hidrogen berada di jarak yang sama satu sama lain dan
sudut ikatan 120o,(b) geometri dari molekul air adalah linear, (c) molekul karbondioksida adalah
polar, (d) ada tidak bisa menjadi ikatan hidrogen antara hidrogen dan atom belerang, (e) ikatan
kimia dalam hidrogen klorida adalah ikatan ion atau ikatan hidrogen, (f) panjang ikatan dan
sudut ikatan akan meningkat karena molekul-molekul bergerak terpisah satu sama lain dengan
peningkatan suhu.
Dalam penelitian lain mengenai ikatan kovalen, Ürek dan Tarhan (2005) melaporkan
bahwa siswa berpikir HCl adalah senyawa ionik, nitrogen menghasilkan molekul kovalen
dengan membentuk lima ikatan kimia, ikatan kovalen dibentuk dengan transfer elektron antara
dua nonlogam, molekul dengan nonpolar ikatan kovalen netral sedangkan ikatan kovalen polar
bermuatan, molekul dibentuk melalui ikatan kovalen atom identik, senyawa adalah entitas
terkecil yang terdiri dari atom berbeda yang terikat melalui ikatan ion, harus ada ikatan kovalen
ganda antara oksigen dan atom hidrogen dalam ion hidroksida. Kesalahpahaman tentang ikatan
kimia yang diidentifikasi oleh mahasiswa dalam sebuah studi oleh Özmen (2007) mencakup
gagasan bahwa dalam semua ikatan kovalen, elektron terbagi rata, elektron pasangan elektron
bebas pada semua atom yang tidak terlibat dalam ikatan kimia menentukan polaritas ikatan,
molekul geometri ditentukan oleh gaya tolak antara elektron ikatan dan bukan oleh pasangan
elektron yang tidak terikat, polaritas molekul disebabkan oleh elektron yang tidak terikat.

BAB III
EKSPERIMENTAL

3.1 ALAT DAN BAHAN

A.ALAT

No Nama Alat Ukuran Jumlah


1. Penggaris 30cm 1buah
2 Pipet Volume 5ml 1buah
3 Tisu - 1buah
4 Gelas Ukur 5ml 1buah
5 Beaker Glass 100ml 1buah

B. BAHAN

No Nama Bahan Rumus Konsentras Wujud Warna Jumlah


Kimia i
1 Air H2 O - cair bening 1mL
2 Asam Cuka C H3 C 0,1M cair bening 1 mL
OOH
3 Asam Klorida HCl 1M cair bening 1mL

3.2 PROSEDUR KERJA

1.Mengambil pipet volume pengganti buret dan statif klem

2.Memastikan bagian bawah pipet volume bagus, agar cairan dapat mengalir

3.Menuangkan cairan senyawa H 2 O, C H 3 COOH, HCl ke dalam gelas ukur secara


bergantian.

4.Mengisi secara pipt volume dengan senyawa air, asam cuka, asam klorida.

5.Menggosokkan penggaris ke rambut kering kira-kira 10-30 gosokan.

6.Mengalirkan zat cair dari pipet volume ke dalam gelas beaker dan mendekatkan dengan
penggaris yang sudah digosok pada aliran zat cair tersebut.
7.Mengamati yang terjadi pada aliran zat cair tersebut.

BAB IV

HASIL DISKUSI
No Senyawa Dibelokkan Tidak Dibelokkan
1 Air  -
2 Asam Cuka - 
3 Asam Klorida  -

Analisis data:

1.Air

Secara praktek: pada saat bagian atas pipet volume tidak ditekan atau dilepaskan, air
mengucur ke dalam gelas beaker dan didekatkan dengan penggaris yang plastik yang sudah
digosok pada rambut kering. Ternyata, membuat aliran air yang semula lurus kemudian
membelok ke arah medan listrik yang dihasilkan oleh penggaris.

Secara teori: aliran air akan mengalami pembelokkan,hal ini dikarenakan penggaris yang
digosokkan ke rambut menimbulkan aliran listrik statis dan karena air merupakan senyawa
polar yang mempunyai kutub positif dan kutub negatif.

2.Asam Cuka

Secara praktek: pada saat bagian atas pipet volum tidak ditekan atau dilepaskan, asam cuka
yang mengalir sewaktu didekatkan dengan penggaris yang telah digosokkan ke rambut kering
tidak mengalami pembelokkan atau reaksi apapun.

Secara teori: aliran asam cuka tidak akan mengalami pembelokkan, hal ini dikarenakan asam
cuka merupakan senyawa nonpolar yang tidak memiliki kutub positif maupun kutub negatif.

3.Asam Klorida

Secara praktek: pada saat bagian atas pipet volume tidak ditekan atau dilepaskan,asam
klorida yang mengalir sewaktu didekatkan dengan penggaris yang telah digosokkan ke
rambut kering mengalami pembelokkan.

Secara teori: aliran asam klorida akan mengalami pembelokkan, hal ini dikarenakan asam
klorida merupakan senyawa polar yang mempunyai kutub positif dan negatif yang saling
tarik menarik dengan listrik yang ada di penggaris.

-Air
-Asam Cuka

-Asam Klorida

BAB V

KESIMPULAN
1. Asam Klorida dan air merupakan senyawa polar dikarenakan mengalami
pembelokkan,sedangkan asam cuka merupakan senyawa nonpolar dikarenakan tidak
mengalami pembelokkan.
2. -Kepolaran HCl berdasarkan struktur lewis

Adanya Pasangan Elektron Bebas (PEB) menyebabkan HCl termasuk senyawa polar
-Kepolaran Air berdasarkan struktur lewis

Adanya Pasangan Elektron Bebas (PEB) menyebabkan Air termasuk senyawa polar
-Kepolaran Asam Cuka berdasarkan struktur lewis

3. Kepolaran berdasarkan keelektronegatifan, HCl dan Air antar unsur yang berikatan
memiliki keelektronegatifan yang berbeda sehingga bersifat polar. Sedangkan asam
cuka,unsur yang berikatan memiliki keelektronegatifan hampir sama atau sama
sehingga asam cuka bersifat nonopolar.

4. Ciri –ciri Senyawa Polar

 Dapat larut dalam air.

 Memiliki pasangan eketron bebas “bentuk tidak simteris”.

 Berakhir ganjil, kecuali BX3 dan PX5.

Contoh: H2O, HCl


Senyawa Non Polar

 Tidak dapat larut dalam air.

 Tidakn memiliki pasangan elektron bebas “bentuk simteris”.

 Berakhir genap.

DAFTAR PUSTAKA
Uce,Musa.,2015.,Constructing models in teaching of chemical bonds;ionic bond,covalent
bond,double and triple bonds,hydrogen bond and molecular geometry.,Doi 10(4):491-500

Setyati,A,W.,dkk.,Aktivitas Antioksidan Senyawa Non-Polar dan Polar dari Ekstrak


Makroalga Acanthophora muscoides dari Pantai Krakal Yogyakarta.,Jurnal Enggano 2(1):68-
77

Anda mungkin juga menyukai