Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Awan adalah massa terdiri dari tetesan air atau kristal beku tergantung di atmosfer di
atas permukaan bumi atau tubuh planet lain. Awan juga massa terlihat yang tertarik
oleh gravitasi, seperti massa materi dalam ruang yang disebut awan
antar bintang dan nebula. Awan dipelajari dalam ilmu awan atau fisika awan, suatu
cabang meteorologi.

Di Bumi substansi biasanya kondensasi uap air. Dengan bantuan partikel higroskopis
udara seperti debu dan garam dari laut, tetesan air kecil terbentuk pada ketinggian rendah
dan kristal es pada ketinggian tinggi bila udara didinginkan jadi jenuh oleh konvektif lokal
atau lebih besar mengangkat non-konvektif skala.

Pada beberapa soal, awan tinggi mungkin sebagian terdiri dari tetesan air superdingin.
Tetesan dan kristal biasanya sekitar 0,01 mm (0,00039 in) diameter. Paling umum dari
pemanasanmatahari di siang hari dari udara pada tingkat permukaan, angkat frontal yang
memaksa massa udara lebih hangat akan naik lebih keatas dan mengangkat orografik udara
di atas gunung. Ketika udara naik , mengembang sehingga tekanan berkurang.

Proses ini mengeluarkan energi yang menyebabkan udara dingin. Ketika dikelilingi
oleh milyaran tetesan lain atau kristal mereka menjadi terlihat sebagai awan. Dengan tidak
adanya inti kondensasi, udara menjadi jenuh dan pembentukan awan terhambat. dalam
awan padat memperlihatkan pantulan tinggi (70% sampai 95%) di seluruh awan terlihat
berbagai panjang gelombang, sehingga tampak putih, di atas.

Tetesan embun (titi-titik air) cenderung efisien menyebarkan cahaya, sehingga


intensitas radiasi matahari berkurang dengan kedalaman arah ke gas, maka warna abu-abu
atau bahkan gelap kadang-kadang tanpak di dasar awan. Awan tipis mungkin tampak telah
memperoleh warna dari lingkungan mereka atau latar belakang dan awan diterangi oleh
cahaya non-putih, seperti saat matahari terbit atau terbenam, mungkin tampak berwarna
sesuai. Awan terlihat lebih gelap di dekat-inframerah karena air menyerap radiasi matahari
pada saat- panjang gelombang.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan awan, serta bagaimana wujud, pertumbuhan,


serta penamaan awan?

2. Apa saja manfaat observasi awan dan bagaimana tahapan observasi awan?

3. Bagaimana cara menentukan jumlah awan serta apa metode yang dipakai?

4. Berdasarkan apa saja kajian jenis-jenis awan dan apa saja species-species
awan?

5. Bagaimana cara kita mengetahui ciri-ciri masing-masing awan berdasarkan


bentuk/wujud, fisis, dan jenis/spesies?

6. Apa saja istilah-istilah yang dipakai didalam pengamatan ketinggian awan dan
metode apa yang digunakan untuk menentukan tinggi dasar awan?

7. Bagaimana observasi awan pada malam hari?

8. Apakah yang dimaksud dengan awan konvektif, serta apakah penyebab


seringnya awan konvektif tersebut terbentuk?

9. Fenomena apa sajakah yang dapat ditimbulkan oleh awan konvektif, khususnya
awan cumulonimbus?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui yang dimaksud dengan awan, serta mengetahui wujud, pertumbuhan,


serta penamaan awan

2. Mengetahui manfaat observasi awan dan tahapan observasi awan

3. Mengetahui cara menentukan jumlah awan serta metode yang dipakai

4. Mengetahui kajian jenis-jenis awan dan species-species awan

5. Mengetahui ciri-ciri masing-masing awan berdasarkan bentuk/wujud, fisis, dan


jenis/spesies
2
6. Mengetahui istilah-istilah yang dipakai didalam pengamatan ketinggian awan dan
mengetahui metode yang digunakan untuk menentukan tinggi dasar awan

7. Mengetahui bagaimana observasi awan pada malam hari

8. Mengetahui apa yang dimaksud dengan awan konvektif dan jenis – jenisnya, serta
mengetahui penyebab terbentuknya

9. Mengetahui fenomena apa saja yang ditimbulkan oleh awan ganas cumulonimbus

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN AWAN

Di troposfer ada empat macam istilah, yaitu :


a. Fotometeor , merupakan partikel cahaya atau yang memancarkan cahaya
b. Litometeor, merupakan partikel-pertikel kering yang mengambang di udara
c. Elektrometeor, merupakan partikel yang mengandung muatan listrik, banyak
terdapat di awan Cb.
d. Hydrometeor. Merupakan partikel-partikel basah (air atau padat ) yang ada di
atmosfer atau di udara maupun di permukaan.
Dalam kaitannya dengan awan yang kita pelajari lebih cenderung pada Hydrometeor.
Hidrometeor merupakan salah satu fenomena cuaca yang berada di atmosfer yang
berhubungan dengan awan. Keberadaannya bias melayang di udara, turun bebas, naik, atau
mengendap di permukaan bumi. Contoh :
 Yang jauh dari permukaan berupa awan
 Yang dekat dengan permukaan berupa kabut dan mist
 Dan yang berada di permukaan berupa embun, salju, dan gletser
Dari berbagai sudut pandang, kita dapat mendefinisikan awan sebagai berikut :
 Awan adalah Hydrometeor yang jatuh di permukaan bumi.
 Awan adalah kumpulan dari partikel cair atau butir-butir salju atau campuran
keduanya yang mengambang di atmosfer pada tempat dan waktu tertentu
 Pada saat-saat tertentu , kabut yaitu uap air yang berada di suatu tempat dapat naik
dan akan menyebabkan atau membentuk awan stratus yang disebabkan oleh
pemanasan matahari sehingga arus naik menjadi cepat
Jadi secara umum, pengertian awan adalah kumpulan tetes-tetes air atau butir-butir es
atau kedua-duanya yang mengembang di atmosfer pada suatu tempat dan waktu tertentu.
Dalam pengamatan awan, aktivitas yang dilakukan meliputi melihat, menghitung,
mengevaluasi, mengestimasi, dan menyandi dengan alat bantu berupa atlas awan dan
buku-buku panduan.

4
Perawanan dalam berita synop dilaporkan dalam seksi 1 dan seksi 3, yaitu;
1. Nddff dan 8NhCLCMCH dalam seksi 1.
2. 56DLDMDH, 57CDaec, 8NsChshs, dan 80Chshs dalam seksi 3.

2.2 WUJUD AWAN

Wujud atau bentuk awan sangat tergantung dari hal-hal berikut ini:

1. Massa udara
Massa udara adalah sekelompok udara yang menghuni suatu daerah yang luas yang
memiliki suhu, kelembaban, dan kerapatan yang sama. Massa udara dibagi menjadi 2
yaitu :
 Massa udara labil : akan membentuk awan yang bertimbun-timbun, bergulung-
gulung, dilihat seperti menara atau bunga kol. misalnya awan Cu
 Massa udara yang stabil akan menyebabkan awan rata / datar, lembaran
misalnya awan Stratus.

2. Suhu awan
 Awan panas dengan suhu lebih besar dari 0oC contohnya awan Cu.
 Awan dingin dengan suhu lebih kecil dari 0oC contohnya awan Stratus.

3. Gerak udara
 Jika di atas angin lemah dan di bawah kuat, wujud / bentuk awan seperti
gambar di bawah ini:

Lemah

kuat

5
 Jika di atas angin kuat dan di bawah lemah, wujud / bentuk awan seperti
gambar di bawah ini:

kuat

Lemah

 Jika angin pada umumnya lemah, baik di atas maupun di bawah, wujud awan
akan seperti di bawah ini :

Lemah

2.3 PERTUMBUHAN AWAN

Berdasarkan pertumbuhannya awan dibagi menjadi tiga yaitu :


 High cloud (Ch) : Ci, Cc, Cs
 Medium cloud (Cm) : Ac, As, Ns
 Low cloud (Ch) : Sc, St, Cu, Cb

Pada daerah tropis, ketinggian awan dapat dilihat pada table berikut ini :

6
Level cloud Perkembangan awan Keterangan

High cloud (Ch) Ci, Cc, Cs : 6-18 km

Medium cloud (Cm) Ac,As, Ns : 2-8 km As Ns

Low cloud (Cl) Sc, St, Cu, Cb: surface- 2 Cu,Cb


km

Ket : Ns, As, Cu, Cb tidak tetap karena As, Cu, Cb kadang-kadang di lapisan tinggi dan Ns
berada di lapisan rendah.

Output pengamatan awan secara umum meliputi:


a. Surface , yakni alat radar cuaca (gambar awan) dan observasi (berita synop,
take off dan landing, kepelabuhanan, reset/hujan buatan).
b. Ship, yaitu berita Ships
c. Aircraft, yaitu berita Airep
d. Angkasa/satelit, yaitu citra awan.

Awan terletak pada lapisan Troposfer dengan ketinggian dasar awan yang berbeda-
beda tergantung pada tempatnya. Berdasarkan Base Cloud, WMO membagi lapisan awan
menjadi tiga tingkatan:

Figure Region / Area (km)


Level of Type of
No Number Middle High
Cloud Cloud Tropic
(sandi) latitude latitude
Ci 0
High Cloud
1 Cc 1 6-18 5-13 3-8
(CH)
Cs 2
Ac 3
Medium
2 As 4 2-8 2-7 2-4
Cloud (CM)
Ns 5

7
Sc 6
Low Cloud St 7 Surface Surface Surface
3
(CL) Cu 8 – 2 km – 2 km – 2 km
Cb 9

2.4 PENAMAAN AWAN

Penulisan nama awan:


- Huruf kapital / balok (CIRRUS, STRATUS)
- Sesuai singkatan yang telah ditentukan (Ci, Cb, Cc).

2.5 MANFAAT OBSERVASI AWAN

Tujuh manfaat atau tujuan observasi awan, yaitu:


1. Ruang lingkup global / regional
- Kewajiban: untuk melengkapi berita synop pada seksi 1 dan seksi 3
- Mengetahui daerah berawan dan tidak berawan/cover cloud
- Pertimbangan analisa cuaca  perkiraan (forecasting).

8
2. Ruang lingkup nasional (local)
- Pelayanan penerbangan (take off dan landing)
- Kemaritiman
- Hujan buatan
- Riset atau penelitian

2.6 TAHAPAN OBSERVASI AWAN

Menurut referensi WMO, tahapan observasi awan sebaiknya mengikuti urutan di


bawah ini :
1. Jumlah awan yang menutupi langit (N)
2. Jenis awan (C)
3. Tinggi dasar awan dan tinggi puncak awan (h)
4. Arah gerakan awan (D)
5. Sudut elevasi puncak awan (e)
6. Ditambah dengan Vc (kecepatan awan)

2.7 PENGAMATAN JUMLAH AWAN (N)


Jumlah awan (N) adalah luasan langit yang tertutup oleh awan tanpa melihat
jenisnya. Pengamatan jumlah awan diamati setiap jam pengamatan dengan satuannya okta
dan dengan akurasi ± 1/8 okta.
Untuk memperkirakan jumlah awan dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Kalau pengamat melihat langit di atas horizon, bentuknya seperti kubah yang sangat
besar, maka dalam bayangan pengamat, kubah langit tersebut dibagi menjadi empat bagian
(Quadran) dengan garis tengah saling tegak lurus. Lihat gambar di atas.

9
Q1 Q2

Q4 Q3

2. Tiap Quadran berarti 2/8 bagian langit, sehingga apabila seluruh langit tertutup awan,
berarti jumlah awan = 8/8

3. Bila seluruh langit tidak tertutup awan, maka jumlah awan dapat diperkirakan sebagai
berikut :
Misalnya : Q1 setengahnya tertutup awan, berarti 1/8 bagian langit
Q2 setengahnya juga tertutup awan berarti 1/8 bagian langit
Q3 tidak ada awan berarti 0
Q4 Seluruhnya tertutup awan berarti 2/8 bagian langit.
Maka jumlah awan yang menutupi langit seluruhnya = 1/8 + 1/8 + 0 + 2/8 = 4/8 bagian
atau 4 okta.

Klasifikasi jumlah awan (N) menurut WMO


N Defenisi Category Remarks
(okta)
0 Sky clear Fine 0 s/d 2 oktas = fine
1 1/8 of sky covered or less Fine
but not zero
2 2/8 of sky covered Fine
3 3/8 of sky covered Partly cloudy 3 s/d 5 oktas = Partly
4 4/8 of sky covered Partly cloudy cloudy
5 5/8 of sky covered Partly cloudy

10
6 6/8 of sky covered Cloudy 6 s/d 7 oktas = cloudy
7 7/8 of sky covered or more Cloudy
but not 8/8
8 8/8 of sky completely Overcast 8 oktas = OVC
covered no breaks

Dulu: N=0 → clear


N = 1 or ≠ 0 → slight cloudy
N = 2 s/d 5 → cloudy
N = 6 s/d 7 → very cloudy
N=8 → overcast
Penerbangan :
N=0 → clear
N = 1 s/d 2 → FEW
N = 3 s/d 4 → SCT
N = 5 s/d 7 → BKN
N=8 → OVC

2.8 METODE PENENTUAN JUMLAH AWAN (N)

1) Jumlah awan rendah (NCL) dapat ditentukan dengan cara menganggap jumlah awan
menengah (NCM) dan jumlah awan tinggi (NCH) tidak ada/diabaikan. Sedangkan untuk
menentukan NCM dengan cara menganggap NCL dan NCH tidakada/diabaikan. Demikian
juga untuk menentukan NCH, yakni dengan cara menganggap NCL dan NCM tidak
ada/diabaikan.
2) Observasi N pada malam hari dapat ditentukan dengan adanya cahaya bulan dan
bintang.
3) Pandangan semu atau tidak sebenarnya dapat terjadi apabila:
a) Kubah langit tertutup oleh awan tinggi (CH). Contohnya Cs terlihat As dan Cc
terlihat Ac. Ini hanya bisa dibedakan dengan tinggi dasar awan (h).
b) Awan-awan Cu kecil-kecil/Sc. Jika awan-awan ini berada di atas kita, maka dapat
ditentukan jumlahnya dan masih terdapat celah kosong. Akan tetapi, jika awan-awan

11
ini terletak sekian derajat dari kita, maka akan tampak langit tertutup dan tidak ada
celah kosong.
4) Contrail (Condentation Trails) yaitu jejak-jejak pengembunan. Terjadi dari bekas
lintasan pesawat atau terjadi jika keadaan atmosfer suhunya kecil dan kelembaban besar
di atas 30.000 feet. Jejak-jejak pengembunan seperti ini akan membentuk jumlah awan
tinggi = 1 oktas.

2.9 JENIS AWAN (C)

Awan dibedakan berdasarkan ketinggian dan jenisnya.


1) Berdasarkan ketinggian dasar awan, maka jenis awan terbagi tiga, yaitu:
a) Awan tinggi (CH) seperti Cirrus (Ci), Cirrocumulus (Cc), dan Cirrostratus (Cs).
b) Awan menengah (CM) seperti Altocumulus (Ac), Altostratus (As), dan
Nimbostratus (Ns).
c) Awan rendah (CL) seperti Stratus (St), Cumulus (Cu), Cumulunimbus Cb), dan
Stratocumulus (Sc).

2) Berdasarkan wujud atau fisiknya:


a) Berupa benang-benang halus atau mirip bulu-bulu ayam → Cirrus.
b) Bergulung-gulung, bertimbun-timbun mirip menara, dan puncaknya mirip bunga
kol → Cumulunimbus.
c) Berupa lembaran-lembaran rata dan datar → Stratus.
d) Tampak ada endapan/butir-butir air → Nimbus.

2.10 KAJIAN JENIS AWAN


1. Jenis awan berdasarkan tinggi dasar awan
a. High level cloud (Ch)
Ketinggiannya lebih besar dari 6000m atau lebih dari 20.000 feet. Suhu awan
ini cukup dingin, kurang dari -80 C. Komposisi utamanya terdiri dari kristal-
kristal es atau butir-butir salju, tipis dan berwarna putih. Pada saat matahari di
bawah horizon akan tampak berwarna-warni yang sangat indah
b. Medium level cloud (Cm)
12
Ketinggian jenis awan ini antara 2.000-8.000 meter atau 6.500-20.000 feet.
Awan ini lebih rendah dibandingkan high level cloud. Komposisi utamanya
terdiri dari tetes-tetes air dan jika suhunya cukup dingin maka bias bercampur
dengan butir-butir es dan hujan
c. Low level cloud (Cl)
Ketinggiannya kurang dari atau sama dengan 2000 meter atau kurang dari atau
sama dengan 6500 feet. Komposisi utamanya terdiri dari tetes-tetes air apabila
suhunya tinggi

2. Vertically Development cloud


Yang termasuk jenis ini adalah awn cumulus dan cumulus nimbus yang
pembentukannya melalui arus konveksi atau pengangkatan secara frontal. Ketinggian
pucak awan mendekati 12000 meter Atau lebih besar dari 39000 feet. Untuk awan Cb
ketinggiannya bias mencapai 15000 meter.

3. Kumpulan Awan yang tidak termasuk kelompok 1 dan 2


a. Awan yang terbentuk karena pengaruh keadaan benda-benda tersebut, misalnya :
pesawat  contrail
dataran tinggi atau gunung  awan orografik
b. Awan tambahan ,yang menempel pada induknya, contoh : awan mamatus (mamma),
arkus, inkus, dan lain-lain
1. Mammatus : awan tambahan yang berinduk pada dasar awan yang lain seperti Cb,
Cc, Ac, As, dan Sc. Jika awan ini berinduk pada awan Cb, biasanya terlihat setelah
bagian yang terburuk dari thunderstorm sudah lewat. Kadang-kadang awan ini
mirip seperti akan terjadi cuaca buruk, tapi tidak membahayakan dan bias
disalahartikan tornado atau angin putting beliung. Awan ini adalah bentuk
tambahan yang terdapat pada bagian awan yang terlihat seperti awan yang
menjulur sampai di permukaan.
2. Precipitans cloud : berisi bahan curahan hujan es atau salju yang dapat terjadi pada
awan-awan induk seperti Ac, As, Ns, Sc, St,Cu, Cb yang merupakan awan-awan
hujan
3. Virga Cloud : bentuk tambahan di bagian bawah awan berupa torehan yang berisi
air hujan dan menguap oleh karena itu tidak sampai ke permukaaan. Kadang-
kadang bentuknya menyerupai kail, bias terjadi pada awan menengah dan awan
13
rendah kecuali St dan Ns. Dilihat dari bentuknya, awn ini bias tumbuh secara
langsung tapi bisa juga terjadi dari awan lain yang buyar. Proses terbentuknya bisa
secara langsung maupun tidak langsung. Awan orografik dan konvektif tumbuh
secara langsung
4. Arcus : Bentuk awan tambahan pada bagian dasar awan yang bentuknya
melengkung atau menggulung seperti busur yang sedang direntang dan tepinya
seperti perca yang tebal. Terbentuk di dasar awan Cb dan Cu.
5. Incus : bentuk tambahan yang terdapat pada puncak Cb dan Cb cascelatus, pada
puncaknya mirip landasan dan tampak halus
6. Panus :bentuk awan tambahan yang biasa terdapat pada awan As, Ns, Cu, dan Cb.
Tempatnya di bagian bawah dan terkesan sebagai perpotongan awan utama
7. Pilus : bentuk awan tambahan yang tampak seperti tudung tipis, dan kecil yang
terdapat di puncak awan atau sedikit di bawah puncak awan yang terlihat seperti
ditembus oleh awan utama. Induknya adalah Cu dan Cb
8. Tuba : bentuk awan tambahan pada bagian bawah awan tampak seperti pilar atau
belalai atau kerucut yang bisa muncul atau timbul pada awan Cb
9. Velus : bentuk awan tambahan yang sering terlihat pada awan Cu dan Cb berupa
lembaran tebal pada badan atau tengah awan sehingga terkesan ditembus oleh awan
utama.

2.11 ISTILAH-ISTILAH AWAN YANG LAIN


Lapisan awan adalah awan dengan N lebih besar dari nol dengan h ( tinggi dasar
awan ) sama. Dapat berupa lembaran yang terputus, yang memiliki, bentuk dan formasi
yang sama.
Lapisan-lapisan awn adalah lebih dari satu lapisan awan ditandai dari perbedaan
bentuk, cirri-ciri, arah gerak dan tinggi dasar awan
Untuk lapisan awan yang berada lebih tinggi dari lapisan awan yang lain.
Kemungkinan dapat dilihat dari celah-celah atau bagian yang tipis dari lapisan awan yang
berada di bawahnya
Hshs adalah tinggi awan pada lapisan-lapisan tertentu menunjukkan tinggi dasar
awan C ( jenis awan).
Hshs dibagi 2, untuk awan konvektif atau orografik yaitu tinggi dasar awan dan
tinggi puncak (non Cl=1)
14
H adalah tinggi awan paling rendah sandinya 0-9.

2.12 SPECIES AWAN

1. Fibratus, awan terpisah pada awan tudung atau voil yang tipis, yang terdiri dari
serabut-serabut awan yang hamper lurus atau merupakan lengkungan-lengkungan yang
tidak teratur yang tidak berujung seperti kail atau berkas. Istilah ini digunakan untuk
awan-awan cirrus dan cirrostratus.
2. Uncinus, awan cirrus berbentuk koma dengan ujung seperti mata kail atau berkas dan
bagian atasnya tidak merupakan tonjolan yang bulat
3. Spissatus, Cirrus yang cukup tebal bagi penglihatan sehingga tampak keabu-abuan jika
dilihat kea rah matahari.
4. Castellatus, awan yang bagian atasnya merupakan tonjolan-tonjolan berbentuk
cumulus seperti menara-menara kecil yang beberapa daripadanya lebih panjang ukuran
vertikalnya dan umumnya dasarnya bersambung antara yang satu dengan yang lainnya
membentuk barisan. Bentuk ini akan tampak nyata sebagaimana yang dimaksud dalam
keterangan ini bila dilihat dari samping. Istilah ini digunakan bagi awan-awan yaitu
cirrus, cirrocumulus, altocumulus, dan stratocumulus.
5. Floccus, macam awan dimana tiap satuan awan merupakan berkas kecil yang tampak
seperti bentuk cumulus dengan bagian bawahnya kasar dan sering disertai padanya
virga. Istilah ini digunakan bagi awan-awan : cirrus, cirro cumulus dan cumulus.
6. Stratiformis, adalah lembaran atau lapisan awan merata. Istilah ini digunakan bagi
awan-awan: Altocumulus, stratocumulus, dan kadang-kadang Cirrocumulus.
7. Nebolusus, awan seperti tudung atau lapisan kabur dan tampak serba sama. Istilah ini
digunakan bagi awan-awan Cirrostratus dan Stratus.
8. Lenticularis, adalah awan yang berbentuk seperti lensa sering sangat lonjong dan
umumnya dengan garis batas yang nyata. Awan ini sering terjadi karena pengaruh
orografik dan juga tanpa pengaruh ini. Istilah ini digunakan bagi awan : Cirrocumulus,
Altocumulus dan Stratocumulus.
9. Fraktus, adalh awan dalam bentuk seperti benang kusut dan tampak kasar. Istilah ini
digunakan bagi awan stratus dan Cumulus.
10. Humilis, awan cumulus kecil dengan ukuran tinggi lebih pendek daripada lebar
dasarnya.
15
11. Mediocris, adalah awan cumulus dengan ukuran tinggi sedang dan ukuran tingginya
lebih panjang dari lebar dasarnya. Puncaknya berbentuk tonjolan kecil.
12. Congestus, adalah awan cumulus dengan perkembangan vertical ke atas yang jelas dan
tinggi, dengan puncaknya berbentuk bunga kol.
13. Calvus, awan Cumulusnimbus dimana puncaknya mulai kjehilangan bentuknya yang
seperti bungan kol, tetapi bel;um tampak adanya awan-awan bentuk cirrus. Bagian
puncaknya merupakan massa aawan putih disertai adanya jalur-jalur ke atas.
14. Capitalus, adalah awan Cumulus nimbus dengan bagian puncaknya tampak adanya
bagian-bagian awan Cirrus seperti serabut atau jalur-jalur yang sering berbentuk
seperti landasan atau anvil, jambul, atau vast dan mirip dengan rambut yang tidak
teratur. Awan ini umumnya disertai adanya shower atau badai Guntur, sering dengan
squall dan kadang-kadang hail, juga sering terjadi virga.

2.13 MENGENAL SETIAP JENIS AWAN

1. Cirrus (Ci), sebutan dari awan tipis, halus dan berserabut. Kata Cirro digunakan untuk
sebutan dari bentuk-bentuk awan yang selevel dengan cirrus, contohnya Ciroocumulus
dan cirrostratus.
a) Bentuk/wujudnya : terpisah-pisah, berserabut halus, berserat-serat
berupa jalur-jalur sempit dengan warna putih atau
sebagian besar putih dan tampak seperti bulu ayam.
b) Fisisnya : terdiri dari kristal-kristal es. Cirrus tebal atau cirrus
densus, mampu menghalangi datangnya sinar
matahari dan bulansehingga menimbulkan halo
(lingkaran seperti cincin, fenomena alam yang
terjadi sebagai proses kristal es dalam awan cirrus
yan membiaskan sinar matahari dan bulan.
c) Catatan : tipe awan ini umumnya berbentuk sederhana,
penyebarannya tidak tetap namun mudah dikenal
yaitu pada saat ada sinar/cahaya yang terang.Dan
tampak membentuk jalur-jalur yang rata. Mengingat
ketinggian, apabila tidak ada jenis awan lain maka

16
cuaca cerah. jika Ci dilihat pada posisi horison yaitu
pada saat matahari terbit dan terbenam maka
daerah tersebut tampak cahaya berwarna kuning
terang/merah dan hampir menutup seluruh langit di
atasnya.
d) Jenis/spesies
1) Ci Fibratus (CH=1), berbentuk benang atau mirip rambut halus rata atau
melengkung seperti mirip bulu ayam.
2) Ci Uncinus (CH=4), mirip bentuk kail atau koma atau puncaknya mirip
jambul.
3) Ci Densus (CH=2 dan CH=3), cukup tebal bagi penglihatan sehingga
tampak keabu-abuan jika dilihat ke arah matahari. Terbentuk dari sisa-sisa
landasan Cb yang terurai dank arena tebalnya kadang-kadang sulit
dibedakan dengan awan menengah As, bentuknya terpisah-pisah, massa
awan yang kusut dan biasanya tidak bertambah. Menyerupai perca-perca.
4) Ci Nothus (Ci palsu), awan ini terjadi karena puncak Cb yang terurai atau
pecah.

2. Cirrocumulus (Cc)
a) Bentuk/wujudnya : biasa berupa lensa atau perca-perca atau biji-bijian
yang pusarannya < 1o, tipis dan berwarna putih
tanpa bayangan, deretannya hampir teratur, mirip
sisik ikan. Awan ini sering terlihat seperti serpihan-
serpihan kecil atau massa-massa bulatan awan yang
sangat kecil. Jika susunannya serba sama atau
teratur, pelaut biasanya menyebutnya langit
Macharel.
b) Fisisnya : Sebagian besar terdiri dari kristal-kristal es dan
terdapat tetes-tetes air yang kelewat dingin(super
cooled droplets) yang sifatnya mudah membeku dan
mudah menjadi kristal-kriustal es. Pada umunya Cc
jarang sendiri, biasnya bercampur dengan awan Ci
atau Cs. Jika Cc sebagian besar lebih besar dari Cs

17
dan Ci, CH=9.

3. Cirrostratus (Cs)
a) Bentuk/wujudnya : berupa serabut dengan jalur-jalur yang tipis atau
cadar atau mirip kerudung, halus berwana keputih-
putihan dan mampu menutup sebagian atau seluruh
langit serta dapat menimbulhan HALO dengan
besaran sudut 22o.
b) Fisisnya : terdiri dari kristal-kristal es atau butir-butir es.
c) Jenis/spesies
1) Cs Nobulosus (CH=5 atau CH=6), menyerupai cadar yang halus atau
kerudung.
2) Cs Filocius (CH=8), terbentuk dari perkembangan Ci Densus yang lebar
atau menipis.
3) Cs Fibratus (CH=7), menutupi seluruh langit, sering menimbulkan halo.

4. Altocumulus (Ac)
a) Bentuk/wujudnya : Mirip dengan Cs, bulatan massa awannya lebih luas
berupa massa awan yang berbentuk bulatan atau
bergulung-gulung teratur dengan ukuran 1o < α < 5o
atau lebih besar dari Cirrocumulus. Lapisan atau
lembaran awan berwarna putih atau keabu-abuan
atau kedua-duanya sehingga terbentuk bayangan di
permukaan bumi jika terkena sinar matahari.
b) Fisisnya : terdiri dari tetes air yang kelewat dingin.
c) Catatan : - Ac dapat terjadi dari menebalnya awan Cc
kemudian merendah.
- Perubahan dari awan As atau Ns.
- Turbulensi vertikal sampai ke lapisan
menengah.
d) Jenis/spesies
1) Ac Translucidus (CM=3), massa awan yang berbentuk bulatan-bulatan
atau bergulung-gulung, tepinya bercahaya dari celah-celahnya, apabila

18
tidak ada awan tinggi maka langit biru tampak. Bulatannya 3o < α < 5o
2) Ac Opacus (CM=5), lapisan awan tebal dimana di dasarnya atau
bawahnya masih terdapat/tampak kerutan atau lekukan-lekukan/kantong-
kantong sehingga sinar bulan atau matahari tidak mampu menembusnya.
3) Ac Cumuloginitus (CM=6), terjadi dari bentangan Cumulus (atau Cb).
4) Ac Castellatus (CM=8), menjulang tinggi seperti tembok, benteng, castil,
atau menara dan mirip awan Cu.
5) Ac Lenticularis (CM=4), massa awan yang tipis, terpisah-pisah,
berbentuk seperti lensa dan kelihatan terus berubah.
6) Ac Pilus (CM=7), Keberadaanya di dekat atau di puncak awan Cu atau
Cb terlihat seolah-olah mengahalangi pertumbuhan induknya
7) Ac Percipitans (CM=9), menimbulkan hujan ringan, tidak kontinyu.

5. Altostratus (As)
a) Bentuk/wujudnya : berupa lembaran/lapisan atau jalur-jalur berwarna
keabu-abuan dan berserabut, mampu menutup
seluruh langit. Pada bagian-bagian awan yang tipis
masih dapat ditembus oleh sinar matahari kecuali
yans tebal.
b) Fisisnya : terdiri dari butiran-butiran air.
c) Catatan : - As dapat terjadi dari awan Ns yang menipis
atau dari Cs yang menebal kemudian merendah
sampai ke lapisan awan menengah.
- Pada umumnya As terbentuk merata akibat
adanya gerak udara secara vertikal yang naik
secara perlahan-lahan sampai lapisan
menegah.

6. Nimbostratus (Ns)
a) Bentuk/wujudnya : berupa lembaran/lapisan awan berwarna abu-abu
dan tampak gelap tidak teratur. Umumnya di daerah
lintang tinggi/sedang yang disertai dengan hujan

19
salju yang tidak continue. Karena ketebalannya
maka matahari tidak tampak di balik awan ini.
b) Fisisnya : pada umumnya terdiri dari titik-titik air untuk
daerah tropis sedangkan pada daerah lintang tinggi
mengandung butir-butir salju atau campuran
keduanya.
c) Catatan : Pada umumnya awan ini sendirian dasar awannya
tidak tampak, hujan terus-menerus tanpa Guntur.
Terdiri dari As yang menebal lalu merendah .

7. Stratocumulus (Sc)
a) Bentuk/wujudnya : berupa perca-perca atau lembaran-lembaran
berwarna abu-abu atau keputih-putihan atau
campuran keduanya. Terdiri dari massa awan yang
bulat, gumpalannya nampak mengumpul/terpisah,
dan elemen-elemennya tersusun secara teratur yang
besarnya sekitar 50.
b) Fisisnya : terdiri dari tetes-tetes air.ketebalandan bentuk
elemennya berubah demikian tingkat
transparansinya.
c) Jenis/spesies
1) Sc Translucidus (CL=5), mirip Ac translucidus yang membedakan tingkat
dasarnya.
2) Sc Opacus (mirip CL=5), mirip Ac Opacus.
3) Sc Undulatus. Bentuknya mirip Cl = 5, bentuknya bergelombang
4) Sc Veperalis, CL=4 bentuk lapisannya tebal tipis.
5) Sc Comuloginitus (CL=4), terjadi dari bentangan Cumulus.

8. Stratus (St)
a) Bentuk/wujudnya : berupa lembaran-lembaran atau lapisan-lapisan
berwarna abu-abu dengan dasar yang teratur. Jika
matahari masih terlihat dari balik awan ini maka
tepi awannya akan tampak jelas. Kadang-kadang

20
berbentuk pecah-pecah dan tampak kasar (frakto
stratus). Untuk stratus tebal mampu menutup sinar
matahari atau bulan.
b) Fisisnya : terdiri dari tetes-tetes air yang sangat kecil dan yang
cukup besar dapat menjadi tetes-tetes Drizzle atau
prisma-prisma es atau butir-butir salju.
c) Catatan : Umumnya berbentuk lapisan awan yang mirip kabut
berwarna abu-abu dengan tinggi dasar awan yang
rendah, hujan yang terjadi adalah gerimis atau
drizzle. Bisa juga terjadi dari awan Cumulus dengan
dasar yang rendah
Proses pembentukannya adanya proses pendinginan
pada atmosfer bagian bawah dekat permukaan, bisa
juga terbentuk dari Sc yang dasarnya merendah atau
kehilangan bentuk-bentuk. Awan stratus yang
tampak kasar disebut fractostratus.awan ini
merupakan awan tambahan yang terbentuk karena
pengaruh turbulensi yang disebabkanoleh
munculnya udara basah yang berasal dari endapan
yang turun dari Ac.
Stratus dapat terbentuk karena naiknya kabut secara
perlahan-lahan sebagai akibat dari adanya
pemanasan permukaan bumi atau meningkatnya
kecepatan angin permukaan.

9. Cumulus (Cu)
a) Bentuk/wujudnya : tampak terpisah-pisah, pada umumnya padat dengan
batas yang jelas. Pertumbuhan vertical atau tegak,
mirip menara atau gunung atau kubah dengan
puncaknya menyerupai bunga kol yang pada bagian-
bagian yang terkena sinar matahari akan tampak
putih kemilau sedangkan pada dasar tampak rata.
b) Fisisnya : terdiri dari tetes-tetes air, sedangkan butir-butir es

21
atau kristal-kristal es atau kristal-kristal salju biasa
tertutup pada bagian awal yang suhunya di bawah
0oC.
c) Jenis/spesies
1) Cu Humulis (CL=1), tampak sebagai Cu kecil-kecil, terbentuk pada saat-
saat angin timuran atau angin pasat dan ukuran tinggi lebih pendek dari
pada lebar dasarnya.
2) Cu Mediocris (CL=2), dengan ukuran tinggi sedang dan ukuran tingginya
lebih panjang dari lebar dasarnya. Puncaknya berbentuk tonjolan kecil.
3) Cu Congestus, mengalami perkembangan vertikal ke atas yang jelas dan
tinggi dengan puncaknya berbentuk bunga kol.

10. Cumulonimbus (Cb)


a) Bentuk/wujudnya : padat dengan perkembangan vertikal menjulang
tinggi, mirip gunung atau menara, bagian
puncaknya berserabut, tampak berjalur-jalur dan
hampir rata. Melebar mirip bentuk landasan.
b) Fisisnya : terdiri dari tetes-tetes air pada bagian bawah awan
dan tetes-tetes salju atau kristal-kristal es pada
bagian atas awan.
c) Catatan : menimbulkan kilat (lightining) dan guntur
(thundestorm), hujan lebat, angin kencang, bisa
menimbulkan hujan es.
Pada umumnya Cb terbentuk dari pertumbuhan
awan Cu yang aktif. CuTCuCb. Cb dapat terjadi
atau muncul dari perkembangan atau pertumbuhan
jenis awan yang lain. Pertumbuhan awan rendah Sc
atau pertumbuhan awan menengah As, Ns, dan Ac.

2.14 PENGAMATAN KETINGGIAN AWAN (h)


Istilah-istilah dalam ketinggian, yaitu
22
1. Elevasi, yaitu suatu ketinggian dari titik tetap yang diukur dari permukaan air laut.
2. Altitude, yaitu suatu ketinggian dari titik tidak tetap yang diukur dari permukaan air
laut.
3. Flight Level (FL), yaitu ketinggian yang diukur dari tekanan standar (1013,25 mb).
Ketinggi untuk suatu awan disebut hight cloud yang terdiri dari:
1. Base Cloud, yaitu ketinggi yang diukur dari permukaan sampai bagian terendah awan
dimana jenis awan harus dikenali/diketahui. Dalam synop, pengamatan base cloud
meliputi semua jenis awan (0 s/d 9)
2. Top Cloud, yaitu ketiinggian yang diukur dari permukaan sampai bagian teringgi awan
dimana jenis awan juga harus dikenali terlebih dahulu. Dalam synop, pengamatan top
cloud meliputi jenis awan Cu dan Cb (awan konvektif).

2.15 METODE PENENTUAN TINGGI DASAR AWAN (h)

a. Metode estimasi atau perkiraan.


Tabel Estimasi h Pada Cuaca Normal
Jenis Awan Height (feet)
No
(C) Base Top
1 St < 500 4000
2 Sc < 1000 - 3000 4000 – 8000
3 Cu 7000 – 15000 (puncak)
4 TCu 1000 – 3000 > 15000 – 29000 (puncak)
5 Cb > 29000 – 60000 (puncak)
6 Ac, Ns, As 8000 - 13000 11000 – 18000
7 Ci, Cc, Cs 20000 - 30000 21000 – 31000

b. Metode perhitungan secara adiabatik.


Adiabatik adalah proses perubahan suhu dari suatu parcel udara tanpa adanya
perubahan/penambahan energi dari luar.
Rumus :
T  Td
h x 100 m

23
Keterangan:
T = Suhu Bola Kering (oC) γ = Lapse Rate Adiab atik
Td = Suhu Titik Embun (oC)

Tabel Gamma 
No Keadaan Atmosfer RH (%)  (oC/100 m)
1 Udara kering 0 -1,0
2 Udara hampir kering 20 -0,9
3 Udara hampir kering 40 -0,8
4 Udara hamper basah 60 -0,7
5 Udara hampir basah 80 -0,6
6 Udara basah 100 -0,5

Ketentuan-ketentuan penggunaan rumus di atas:


a) Cuaca baik
b) Angin calm
c) Tidak ada turbulensi
d) Pagi/sore hari
e) Lingkungan datar.
c. Metode alat ukur atau alat bantu.
1. Persiapan
- Peralatan, yaitu balon pemandu dengan ukuran:
a. Kecil
 Berat balon ± 63 gram yang sudah diisi gas H2 + Filler
 Diameter balon yang sudah diisi gas 0,7 m
 Kecepatan naik balon 500 ft/menit (120 - 150 m/menit)
b. Besar
 Berat balon ± 2 kg yang sudah diisi gas H2 + Filler
 Diameter balon yang sudah diisi gas ± 1,8 m
 Kecepatan naik balon 1000 ft/menit.
- lain-lain: theodolite, gas H2, tali lilin, stopwatch, senter.

24
2. Pelaksanaan, cuaca harus fine, angin calm, tidak ada turbulensi, dan ada sasaran yaitu
awan.

2.16 OBSERVASI AWAN PADA MALAM HARI

No Awan (C) Angka Ada Bulan Tidak Ada Bulan


Sandi (Ada Bintang)
1 Cirrus 0 a) Tipis, a) Ci tipis, bintang
(Ci) - Ci mudah dikenali tampak terang.
- Sinar bulan tidak b) Ci padat, bintang
terpengaruh. tampak suram.
b) Tebal, Catatan:
- Dapat Jika waktu senja,
menimbulkan awan ini tampak
HALO kemerah-merahan.
2 Cirrocumulus 1 Jika melintasi bulan, tidak - Bintang tampak
(Cc) mengaburkan batas tepi suram.
bulan.
3 Cirrostratus 2 - Menimbulkan HALO - Menyebabkan
(Cs) - Tampak berwarna bintang –bintang
putih susu tampak kabur dan
- Bintang-bintang batas-batasnya
tampak kabur dan tidak terlihat jelas.
yang dekat dengan
bulan kemungkinan
tidak terlihat.
4 Alticumulus 3 - Jika melintasi bulan, - Bintang-bintang di
(Ac) bulan masih dapat kuadran tertentu
dilihat. tampak kemudian
- Batas-batas tepi awan menghilang dan
terlihat lebih tipis dari tampak kembali
pada tengahnya. seperti semula dan

25
terjadi secara
teratur.
- Jika di bawah ada
awan stratus,
bintang tidak
kelihatan.
5 Altostratus 4 1) Tipis, - Bintang tidak
(As) - Menimbulkan tampak
kekaburan pada - Dapat terjadi hujan
bulan dan ringan s/d sedang
gerakannya serba (Continuous)
sama.

2) Tebal,
- Bulan tidak
kelihatan
- Dapat terjadi hujan
ringan s/d sedang
(Continuous)
6 Nimbostratus 5 - Awan tidak tampak - Awan tidak
(Ns) terlebih jika ada hujan tampak atau sulit
- Hujannya continuous, dikenal.
sedang s/d lebat.
7 Stratocumulus 6 - Jika di atas awan ini - Jika awan ini
(Sc) tidak ada awan lain, sendirian, bintang
maka bulan kadang- tampak.
kadang tampak dan - Jika di atasnya ada
kadang-kadang hilang. jenis awan lain
- Pada batas-batas yang misalnya awan
tipis, bulan masih rata, maka bintang
tampak. tidak kelihatan.
- Jika di atasnya ada - Ciri khusus: Jika
jenis awan lain awan ini ada di

26
misalnya awan rata, kota besar, dasar
maka bulan tidak awan akan tampak
kelihatan. oleh pancaran
lampu kota.
8 Stratus 7 a) Tipis, a) St rata,
(St) - Bulan masih - Bintang tidak
kelihatan dan tampak
mampu - Dapat
memantulkan menimbulkan
cahaya dari kota drizzle ringan.
besar yang ada di b) St tidak rata,
bawahnya. - Bintang-bintang
- Dapat menimbulkan masih tampak.
drizzle ringan. Catatan:
b) Tebal, - Terjadi dari As
- Bulan tidak tampak yang merendah
- Dapat menimbulkan - Dapat juga terjadi
drizzle sedang s/d dari kabut yang
lebat. terangkat ke atas.
9 Cumulus 8 - Mudah dikenali - Bintang tidak
(Cu) karena memiliki ciri- kelihatan jika
ciri khusus: tertutup awan ini.
2) Batas-batas tepi - Dapat
awan jelas menimbulkan
3) Tumbuh vertikal terjadi shower
4) Dapat (hujan tiba-tiba).
menimbulkan
shower.
10 Cumulunimbus 9 - Mudah dikenali - Jika menutup
(Cb) karena ciri-ciri kuadran tertentu,
khususnya: bintang tidak
2) Wujud/fisiknya kelihatan.
3) Hujannya lebat

27
4) Dapat
menimbulkan
petir, angin
kencang dan
kadang-kadang
hujan es/hail.
- Bulan akan terlihat - Bintang-bintang
suram jika atmosfer tampak samar-
berkabut. samar
Kabut - Jika kabut tebal, bulan - Lampu atau cahaya
tidak kelihatan. kota tampak
kekuning-
kuningan.

2.16 TABEL AWAN HUJAN

Jenis Awan (C)


No. Hydrometer Ket.
Ac As Ns Sc St Cu Cb
1 Rain + + + + - + +
2 Shower - - - - - + +
+ = Yes
3 Drizzle - - - - + - -
- = No
4 Hail/rambun - - - - - + +
5 Salju - + - - - - +

2.18 AWAN KONVEKTIF


Yang dimaksud dengan awan – awan konvektif ialah awan – awan yang
pertumbuhannya menjulang tinggi vertikal ke atas, seperti awan Cumulus Congestus dan
Cumulonimbus (Cb). Awan cumulus congestus adalah awan cumulus yang pertumbuhan
vertikalnya belum cukup tinggi seperti awan cumulonimbus, sehingga belum terbentuk
puncak yang berwarna putih. Tinggi dasar awan pada awan cumulus congestus berkisar

28
antara 300 - 600 meter, serta tinggi puncaknya mencapai 1,5 – 5 kilometer. Awan cumulus
congestus yang berwarna kehitam-hitaman dapat menimbulkan hujan deras.

Source: Foto koleksi pribadi

Awan Cumulonimbus (Cb) adalah awan cumulus yang sangat besar dan menjulang
sangat tinggi sebagai awan hujan yang disertai dengan angin kencang dan petir. Tinggi
dasar awan cumulonimbus antara 100 - 600 meter, sedangkan puncaknya dapat mencapai
ketinggian 15 kilometer (ketinggian puncak tropopause) dan membentuk suatu landasan di
puncaknya (anvil). Di dalam awan cumulonimbus dapat terjadi batu es, guruh, kilat, hujan
deras dan kadang-kadang terjadi angin ribut (puting beliung).
Awan cumulonimbus dapat muncul di suatu wilayah dengan insolasi matahari yang
diterima maksimum (berlebih), sehingga dalam kondisi ini tekanan rendah terjadi dan akan
terjadi perpindahan sejumlah massa udara ke tempat yang bertekanan rendah tersebut.
Biasanya terlihat berupa angin berputar kecil dengan kecepatan tidak begitu tinggi dan
hanya mampu menerbangkan benda-benda ringan ke udara, seperti kertas, daun kering,
sampah plastik, debu dan pasir.
Dalam proses pembentukannya, awan cumulonimbus mengalami tiga fase
pertumbuhan, yaitu:

1. Fase Tumbuh

Awan calon cumulonimbus akan terlihat tumbuh pesat, terutama komponen


vertikalnya karena seluruh gerakan atau arus dalam pertumbuhan awan bergerak ke
atas (updraft) sehingga semakin besar dan dapat menjulang tinggi hingga lebih dari

29
10 kilometer. Substansi awan ini, semuanya berupa butiran air sampai di ketinggian
5 kilometer, dan butiran air akan bercampur dengan kristal – kristal es sampai
puncaknya.

2. Fase Matang (Mature Stage)

Fase ini tercapai jika puncak awan cumulonimbus sudah membentuk landasan
dengan bagian atas berbentuk datar, karena awan padat ini mendapat tekanan dari
lapisan di atas tropopause, yang suhunya mulai stabil dan panas. Pada fase ini
substansinya berupa aiar di bagian bawah, bagian tengah berupa butiran air
bercampur kristal kristal es, dan pada bagian puncak semuanya berupa kristal -
kristal es. Pada fase peralihan antara fase matang menjadi fase punah, angin puting
beliung seringkali terjadi, yakni fase dimana saat badan awan cumulonimbus sarat
dengan gerakan massa udara yang konvektif dan turbulen. Pada fase ini terjadi
gerakan massa udara yang naik ke puncak awan (updraft), bersamaan dengan itu
terjadi pula gerakan massa udara yang turun menunju dasar awan (downdraft).
Hujan deras diikuti angin kencang pun turun pada akhir fase ini dikarenakan oleh
arus udara yang turun sangat kuat.

3. Fase Pelenyapan (dissipasi), ditandai dengan adanya arus udara ke bawah yang
lemah di seluruh bagian awan. Fase ini ditandai dengan intensitas hujan yang
makin menurun.

30
Fenomena cuaca yang sering terjadi belakangan ini di wilayah Pondok Betung –
Tangerang beberapa diantarnya adalah terbentuknya awan – awan konvektif besar yang
menjulang ke atas. Hal ini ialah dampak dari pemanasan permukaan bumi oleh radiasai
matahari yang tidak merata, yang mengakibatkan massa udara panas dan massa udara
dingin bersinggungan atau bertemu di wilayah yang sempit serta menyebabkan turbulensi
udara, sehingga awan-awan konvektif dapat terbentuk dengan periode tumbuh yang cukup
pesat.

Wilayah Tangerang (khususkan ke Pondok Betung) cenderung tertutup awan konvektif


tebal di siang hingga malam hari. Source: Terra Satellite NOAA, 8 April 2012

2.19 FENOMENA YANG DITIMBULKAN OLEH AWAN CUMULUSNIMBUS

Adapun fenomena yang ditimbulkan akibat pertumbuhan awan cumulonimbus (Cb)


antara lain :
1. Petir dan Guruh (Lightning and Thunder)
Fenomena yang kesannya paling menakutkan dari thunderstorm tentu saja
petir dan guruh. Petir terjadi karena adanya perbedaan muatan antara bagian atas
dan bagian bawah awan cumulonimbus. Ada berbagai macam teori mengenai
pembentukan petir ini. Salah satunya adalah adanya kristal - kristal es dan tetes -
tetes air dalam awan yang suhunya berbeda, lalu menimbulkan perbedaan muatan
listrik di dalam awan tersebut.

31
Ketika arus yang dihasilkan oleh perbedaan muatan ini cukup besar, maka
muatan ini akan dilepaskan ke udara, ke awan lain, ke struktur terdekat ataupun ke
tanah (discharge). Pelepasan muatan listrik inilah yang disebut petir.
Petir adalah lompatan bunga api raksasa antara dua massa yang mempunyai
perbedaan medan listrik. Energi dari pelepasan muatan itu sangat besar sehingga
menimbulkan rentetan cahaya, panas dan bunyi yang sangat kuat yaitu guntur atau
halilintar. Karena sangat kuatnya petir tersebut menyambar, tubuh awan akan
terlihat terang, sebagai akibat udara yang terbelah.
Listrik dari petir tersebut memiliki tegangan lebih dari 50.000 KV, dengan
temperaturnya dapat lebih panas dari permukaan matahari. Dikarenakan oleh
panasnya inilah, udara yang dilalui petir akan memuai dengan cepat, kemudian
memampat kembali dengan cepat. Proses inilah yang menimbulkan suara guruh.
Petir dapat menyambar dari awan ke awan, dari awan ke udara bebas, juga bisa
menyambar ke permukaan bumi. Perlu diingat bahwa petir tidak hanya bersumber
dari awan, bumi sendiri juga bisa men-discharge listrik ke awan, yang dikenal
sebagai sambaran balik. Dan karena muatannya yang besar, sambaran petir bisa
sangat berbahaya. Tubuh manusia bisa terbakar oleh sambarannya, meski
periodenya kurang dari 0.5 detik. Selain berbahaya bagi manusia, petir juga dapat
merusak jaringan komunikasi.

2. Gusty
Thunderstorm juga menghasilkan aliran udara ke bawah (downdraft) yang
sangat kuat. Aliran ini seringkali menimbulkan gusty, terutama di area hujan.
Gusty berupa angin kencang yang berputar - putar. Di batas tertentu (gust front),
aliran ini akan berputar vertikal ke atas membentuk vorteks vertikal. Gusty
seringkali disalah artikan sebagai puting beliung. Padahal, puting beliung dan gusty
adalah fenomena yang sama sekali berbeda, meskipun sama-sama merupakan fitur
dari thunderstorm.
Gusty sangat berbahaya bagi struktur-struktur yang tidak terlalu kuat, misalnya
atap rumah, baliho, papan reklame, juga pohon-pohon besar sekalipun. Hempasan
anginnya yang sangat kuat juga bisa merobohkan tower - tower listrik dan jaringan
telekomunikasi.

32
3. Puting Beliung
Puting beliung terjadi karena adanya updraft yang sangat kuat di bagian
depan (front). Angin puting beliung berasal dari jenis awan Cb bersel tunggal yang
dekat dengan permukaan bumi. Puting beliung dapat juga berasal dari awan Cb
multi sel, dan pertumbuhannya secara vertical dengan luasan area horizontalnya
sekitar 3 – 5 km dan kejadiannya singkat berkisar antara 3 - 5 menit atau bisa juga
10 menit tapi jarang, jadi wajar kalau peristiwa ini hanya bersifat lokal dan tidak
merata.
Kita ketahui bahwa bahan bakar putting beliung adalah udara lembab.
Ketika udara lembab sudah tidak tersedia di bawah, namun updraft terus terjadi,
maka angin tersebut akan menghisap apapun, dan hal ini jelas terlihat terutama jika
yang dihisapnya berupa debu. Isapan puting beliung ini berpilin karena
adanya vortisitas (putaran akibat adanya perbedaan kecepatan). Di lintang tinggi,
vortisitasnya bisa sangat kuat akibat dari pengaruh gaya coriolis yang besar,
sehingga angin berpilin yang ditimbulkan bisa sangat besar dan kuat, dan dikenal
dengan sebutan tornado. Sedangkan di Indonesia yang terletak di daerah tropis,
gaya coriolisnya kecil, maka angin berpilin yang timbul juga tidak terlalu besar,
yang dikenal dengan nama puting beliung.
Timbulnya puting beliung merupakan akibat dari adanya perbedaan tekanan
yang sangat besar dalam satu area tertutup yang relatif kecil), dengan tekanan
rendah berada di bagian dalam. Perbedaan tekanan ini akan menimbulkan angin,
dan apabila terdapat perbedaan kecepatan angin dalam arah horizontal (horizontal
shear), maka timbulah vortisitas.

(a) (b)
(a) Tornado di lintang tinggi dengan putaran yang sangat kuat dan radius yang lebih besar.
(b) Puting beliung dengan putaran yang lebih kecil di daerah tropis.
33
Shear horizontal yang kuat timbul dari adanya perbedaan tekanan yang
besar dan tidak merata yang diakibatkan oleh pemanasan yang sangat kuat.
Umumnya pemanasan yang kuat terjadi di daratan pada siang hari, terutama di
daerah perkotaan. Makin panas dan kering suatu wilayah, makin besar
kemungkinan terjadinya. Jika sebuah super cell melewati daerah perkotaan yang
kering dan panas, besar kemungkinan timbulnya angin puting beliung.
Kekuatan angin puting beliung yang cukup kencang dan berputar ini yang
membuat angin bersifat destruktif dan sangat merusak terhadap benda-benda yang
dilaluinya, seperti bangunan, dan pepohonan.

4. Presipitasi (Hujan)
Awan Cumulonimbus tentu akan menghasilkan presipitasi, baik yang
mencapai permukaan bumi (hujan, salju, hail) maupun yang tidak mencapai
permukaan bumi (virga). Di Indonesia, presipitasi yang dihasilkan dalam bentuk
cair (hujan), karena suhu di sebaian besar wilayah di Indonesia yangterletak daerah
tropis ini, cukup panas sehingga kristal – kristal es yang terdapat di dalam awan
akan mencair ketika turun ke permukaan. Hujan paling lebat akan terjadi di pusat
awan badai tersebu, yaitu daerah dengan ketebalan awan maksimum. Hujan lebat
yang ditimbulkan ini tentu dapat menyebabkan banjir di daaerah tersebut dan
memberikan kerugian bagi warganya.

34
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

- Awan adalah massa terdiri dari tetesan air atau kristal beku tergantung
di atmosfer di atas permukaan bumi atau tubuh planet lain. Awan juga massa
terlihat yang tertarik oleh gravitasi, seperti massa materi dalam ruang yang
disebut awan antar bintang dan nebula. Awan dipelajari dalam ilmu awan
atau fisika awan, suatu cabang meteorologi.

- Awan sendiri mempunyai wujud yang berdasarkan dari massa udara, suhu
awan, dan gerak udara. Pertumbuhan awan juga dibagi atas High Cloud,
Medium Cloud, dan Low Cloud.

- Didalam Observasi Meteorologi, awan sendiri mempunyai sandi untuk


pelaporannya, dari sini kita mengetahui istilah-istilah dalam pengamatan awan
sampai metode-metode atau tahapan observasi. Banyaknya jenis-jenis awan
dapat dibedakan berdasarkan jenis, ketinggian, fisis, dll.

- Awan – awan konvektif yang sering terbentuk secara pesat terjadi akibat
adanya insolasi (pemanasan permukaan bumi) yang sangat kuat di pagi dan
siang hari, sehingga pengumpulan panas terjadi di sore hari dan menyebabkan
pembentukan awan – awan konvektif dengan pesat.

- Awan konvektif sepeerti awan cumulonimbus, menimbulkan berbagai


fenomena cuaca diantaranya petir atau kilat, hujan deras, angin kencang, dan
sebagainya.

35
DAFTAR PUSTAKA

- Tj. H. K, Bayong. 2008. Meteorologi Terapan. Bandung: Penerbit ITB.

- www.bmkg.go.id

- www.lapanrs.com/terra-satellite

- www.meteo.itb.ac.id

- Wirjohamidjojo, Drs.Soerjadi (2006). Meteorologi Praktik. Badan Meteorologi


dan Geofisika (BMG). Jakarta.

- http://www.google.com/wikipedia/awan

36

Anda mungkin juga menyukai