Ulkus Kornea
Ulkus Kornea
Jawab
1. Penjelasan tentang ulkus
a) Definisi Ulkus : keadaan patologik pada kornea yang ditandai dengan adanya defek
kornea bergaung, infiltrat supuratif, dan diskontinuitas jaringan kornea biasanya dari
epitel sampai dengan stroma.
b) Perbedaan diagnosis ulkus kornea berdasarkan etiologi
Penyebab Bakteri Virus Jamur Bakteri
Pseudomonas Streptokokus
Faktor Tidak khas Tidak khas Tidak khas Trauma atau Tidak khas
pencetus kontak kornea
dengan tumbuh-
tumbuhan
Onset Cepat (2-3 hari) 7 hari 5 hari 10-14 hari 7 hari
Bentuk Sentral Sentral Sentral Sentral Marginal,
sentral
Warna Kuning/ eksudat Hijau/ kuning Abses Abu-abu putih, Infiltrat
Mukopurulen lesi satelit
Hipopion + + +/- + +
Dasar Nanah Nanah tenang Kotor Difus
hipopion
Sensibilitas N/ > N/ > Menurun Meningkat N
Perforasi mudah mudah jarang mudah negatif
Tepi Tidak tegas Batas epitel Indolen Tepi irreguler
dengan tegas dengan dengan seperti bulu/
permukaan yang dasar yang tepi yang filamen dengan
tidak rata/ kasar padat melipat infiltrat tampak
dikelilingi kering dan
stroma permukaan yang
kotor
Lain-lain Nekrosis stroma Tanda dan gejala
terjadi dengan yang timbul pada
cepat dan dapat periode inisial
flak inflamasi lebih ringan
pada endotel
1
c) Penegakan diagnosa pada kasus
Penyebab Diagnosa untuk mengarah pada
Ulkus kornea sentral suspect jamur
Anamnesis
Faktor Trauma atau kontak kornea
pencetus dengan bongkahan kecil tanah saat mencangkul
Onset Lambat, 10-14 hari
Kotoran mata Putih kekuning-kuningan
Pemeriksaan Oftalmologis
Bentuk Sentral
Tepi Tepi ireguler, tak tegas, dan permukaan yang kotor
Warna Abu-abu putih
Hipopion Hipopion (+), fluid level (-), terdapat hifa
Dasar Kotor
Sensibilitas Meningkat
d) Definisi hipopion
Hipopion didefinisikan sebagai pus yang steril yang terdapat pada bilik mata
depan, terlihat sebagai lapisan putih. Hipopion adalah nanah atau pus yang berada di
dalam bilik mata depan akibat peradangan hebat pada ulkus kornea yang telah
mencapai membran descement, endotel dan mencapai iris serta badan siliar lalu
menyebabkan radang iris dan badan siliar sehingga menimbulkan kekeruhan pada
bilik mata depan karena timbunan sel-sel radang.
Sumber :
Greenberg I. 2005. Greenberg’s Text Atlas of Emergency Medicine. USA. Lippincot
Williams and Walkins.
Sutphin, John E., M. Reza Dana, George J. Florakis, Kristin Hammersmith, James J.
Reidy, Marta Lopatynsky. 2008. External Disease and Cornea Section 8 2008-2009.
San Francisco : American Academy of Opthalmology.
Ilyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Vaughan D. 2010. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Ilyas, Sidarta. 2010. Pemeriksaan pada Mata. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta
3
Mekanisme proses peradangan terjadinya proses peradangan yang ditandai dengan
menyebabkan timbulnya gejala nyeri memicu ujung-ujung saraf
ekstravasasi cairan ke sensorik pada kornea terutama N.V cabang I yakni N.
jaringan ikat longgar Ophtalmica sebagai jalur aferen untuk meneruskan
pada palpebra rangsangan ke otak, kemudian diolah dan diterukan ke
N.VII yakni nervus fascialis sebagai saraf motorik
yang mempersarafi otot-otot orbicularis oculi untuk
terjadinya spasme terus menerus sehingga kelopak
mata sulit untuk dibuka. Ini juga sebagai mekanisme
pertahanan terhadap kondisi peradangan yang sudah
terjadi.
b) Medikamentosa
Terapi medikamentosa untuk kasus ini :
1) Fluconazole ED 1 tetes/jam OS
2) Timolol maleat 0,5% ED gtt 3x1 OS
3) Sulfat Atrophine 1% ED 2x1 OS
4) Artificial tears ED 4x1 OS
5) Asam Mefenamat tab 3x500 mg
6) Vitamin C tab 3x500 mg
c) Tindakan operatif
Pada ulkus kornea dilakukan tindakan operatif apabila dengan terapi
medikamentosa tidak sembuh.
Amnion Graft
4
a. Membran amnion adalah lapisan terdalam plasenta dan tersusun atas membran basalis
dan matriks stroma avaskuler. Membran basalis membran amnion mempunyai komponen
yang sama dengan konjungtiva
b. Indikasi untuk dilakukannya tindakan amnion graft pada pasien ulkus kornea adalah
impending corneal perforation, descemetokel, PED (persistent epithelial damage) dan
ulkus dalam (mengenai stroma).
c. Keuntungan dilakukannya tindakan amnion graft pada pasien ulkus kornea:
Sebagai jembatan (bridge) pada proses reepitelisasi.
Sebagai deposit obat-obatan.
Sebagai barier terhadap masuknya bakteri atau kuman
d. Prosedur amnion graft dilakukan pada pasien dengan ulkus kornea yang masih
diharapkan perbaikan visus, karena material amnion yang sifatnya tipis transparan, dapat
menutupi stroma yang rusak, diharapkan cepat terjadi epitelisasi, tanpa sikatrik.
e. Komplikasi amnion graft:
ptosis, buttonhole, trikiasis terjadi keratinisasi pada permukaan graft, penutupan mata
itdak sempurna, abses submukosa, dan defect epitel persisten ditandai dengan
ketidaksembuhan luka pad kornea.
f. Perbedaan amnion graft dengan flap conjunctiva
Flap Conjunctival
Flap Conjunctival dilakukan dengan cara melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus,
yang kemudian ditarik menutupi ulkus, dengan demikian nutrisi ulkus dapat diperbaiki,
dengan harapan cepat sembuh, kalau sudah sembuh, flap konjungtiva ini dapat
dilepaskan kembali. Tujuan dilakukan tindakan ini adalah agar tidak terjadi defek kornea
lebih lanjut, infeksi dan proses inflamasi yang lebih berat lagi
5
Prosedur Flap Conjunctival dilakukan pada ulkus dengan permukaan tidak stabil, tidak
berhasil dengan terapi mediamentosa, tidak diharapkan perbaikan visus, untuk menutup
sementara sebelum dilakukan keratoplasty.
Indikasi:
− Ulserasi, steril epitel dan stroma yang sifatnya kronik,( keratitis karena Herpes
simplek, kerusakan kornea karena trauma panas dan kimia, sicca, post infeksi ulkus,
dan keratopathy neutrophic.
− Luka kornea tertutup tapi tidak stabil
− Bullous keratopathy yang sangat nyeri
− Untuk menutup sementara pada pasien yang akan dilakukan pemasangan protese
mata.
Keratoplasti
Keratoplasti adalah tindakan operasi berupa transplantasi kornea. Indikasi adalah setiap
kelainan atau kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan serta
beberapa kriteria yaitu :
kemunduran visus yang cukup mengganggu pekerjaan penderita
kelainan kornea yang mengganggu mental penderita
kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia
Kontraindikasi tindakan keratoplasti:
1. Tidak terdapat proyeksi sinar
2. Xerosis dan tidak terdapatnya lapisan air mata
Kontraindikasi relatif :
1. TIO yang tinggi
2. Kelainan retina yang luas
3. Kelainan pada saraf optik
Keratoplasti akan gagal pada :
1. Keratitis neuroparalitik
2. Sikatrik kornea akibat lepra
3. Parut kornea akibat luka bakar kimia basa
Jenis keratoplasti :
1. Keratoplasti menembus
Pada operasi ini, sebagian kornea donor dalam keseluruhan tebalnya dipotong dan
dipindahkan kepada kornea penerima, setelah diambil bagian yang sama.
2. Keratoplasti lamelar
Pada operasi ini, hanya bagian yang mempunyai kelainan yang diangkat, jadi kornea
yang diganti hanya sebagian tebalnya saja. Pada tindakan ini, endotel resipien tetap
tinggal.
3. Keratoplasti mushroom ( Franseschetti)
Pada operasi ini, transplantasi berbentuk jamur. Kombinasi daripada keratoplasti
lamelar yang lebar dan keratoplasti yang menembus yang lebih kecil. Tindakan ini
menyebabkan terlalu banyak trauma pada kornea sehingga sekarang sudah
ditinggalkan.
Sumber:
6
Ilyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Vaughan D. 2010. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Sutphin, John E., M. Reza Dana, George J. Florakis, Kristin Hammersmith, James J.
Reidy, Marta Lopatynsky. 2008. External Disease and Cornea Section 8 2008-2009.
San Francisco : American Academy of Opthalmology.
Wijana, Nana. 1993. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Abadi Tegal
Winarto. 2001. Management Ulkus Komea Bacterial, dalam Temu Ilmiah
Penanganan Ulkus Kornea Secara Optimal. Semarang.
4. Kedaruratan mata
Kedaruratan mata adalah setiap keadaan yang mengancam tajam penglihatan seseorang,
berupa penurunan tajam penglihatan sampai terjadi kebutaan.
a) Trauma mata meliputi :
Trauma tumpul bola mata
Trauma tembus bola mata
Trauma kimia (asam dan basa)
Trauma radiasi
Trauma termal
b) Glaukoma akut
c) Neuropati toksik alkoholik
d) Oklusi arteri vena sentral
e) Ablasio retina
Sumber:
Ilyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Wijana, Nana. 1993. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Abadi Tegal
Gejala klinis :
Nyeri hebat pada mata yang terjadi mendadak
Mata merah
Penglihatan kabur yang mendadak
Penglihatan halo (pelangi)
Sakit kepala
7
Mual
Muntah
Pemeriksaan Slit-Lamp
Peningkatan TIO mendadak
Kongesti pembuluh darah konjungtiva
Bilik mata depan dangkal
Edema kornea
Iridoplegi
Pupil berdilatasi sedang
Terapi :
Prinsip penatalaksanaan Glaukoma akut adalah menurunkan TIO sesegera mungkin,
utamakan dengan medikamentosa tapi kita juga harus punya dasar perhitungan dalam
menatalaksana penurunan TIO sehingga hasil yang kita harapkan dapat tercapai dengan tepat
dalam waktu yang diinginkan.
1. Agen hiperosmotik, seperti : gliserin
2. Carbonic anhidrase inhibitor, seperti : asetazolamide oral 3x500 mg
3. Beta blocker, seperti : timolol 0,5% ED gtt 2x1
4. Setelah TIO dapat dikontrol, harus dilakukan iridektomi perifer untuk membentuk
hubungan permanen antara kamera anterior dan posterior.
5. Apabila TIO tidak dapat dikontrol melalui medikamentosa, maka diindikasikan
tindakan sklerostomi laser holmium atau trabekulektomi berat. Perlu dilakukan
pemberian manitol intravena praoperasi untuk menurunkan TIO sebesar mungkin.
8
Sumber:
Ilyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Vaughan D. 2010. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Wijana, Nana. 1993. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Abadi Tegal