Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT
atas berkah, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat
yang berjudul “Dextrocardia” yang disusun dalam rangka memenuhi persyaratan
kepaniteraan di bagian Radiologi Rumah Sakit Dr. Slamet, Garut.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:

1. Dr. H Usep Saiful, Sp. Rad selaku konsulen pembimbing yang telah banyak
membimbing dan memberikan ilmu kepada penulis.

2. Orang tua, keluarga dan orang-orang terdekat yang tidak pernah berhenti
memberi kasih sayang, mendoakan, dan memberi dukungan baik moril dan
materil kepada penulis.

3. Bapak Rahmat Mulyadi dan Bapak Andri.

4. Dhita Larasati, Suhaimi, dan M Rifki Adli sebgai rekan kepaniteraan yang
telah memberikan dukungan, bantuan, dan kerja sama yang baik.

Penulis menyadari bahwa referat ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik serta saran. Semoga dengan adanya referat ini dapat
memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Garut, Mei 2011

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 3

BAB II DEXTROCARDIA 5

BAB III PEMERIKSAAN RADIOLOGI PADA DEXTROCARDIA 9

BAB KESIMPULAN 15

DAFTAR PUSTAKA 17

2
BAB I

PENDAHULUAN

Dekstrokardia merupakan anomali posisi jantung, yaitu jantung berada di


hemithoraks kanan dengan basis-apeks jantung mengarah ke kanan dan kaudal.
Malposisi ini disebabkan oleh jantung itu sendiri dan bukan karena kelainan
ekstrakardiak. Kelainan dekstrokardia harus dibedakan dengan dekstroposisi.
Dekstroposisi merupakan perubahan letak jantung ke kanan secara sekunder
karena penyebab ekstrakardiak seperti hipoplasia paru kanan, pasca pneumonektomi
kanan atau hernia diafragmatika. Dekstrokardia pada anak-anak dapat disebabkan
oleh berbagai hal, tetapi jika didapat pada orang dewasa maka penyebabnya sangat
terbatas seperti situs inversus totalis. Dengan adanya teknologi pencitraan yang makin
berkembang maka kelainan ini dapat dengan mudah dikenali oleh petugas medis.
Analisis dekstrokardia memerlukan pendekatan secara sistematik. Pendekatan
yang mudah dapat dilakukan menurut Van Praagh. Hal ini dilakukan dengan
mengevaluasi situs dimulai dari atrium ke ventrikel kemudian ke arteri besar. Analisis
meliputi situs viseroatrial, hubungan atrioventri-kular, morfologi ventrikel, situs
ventrikel, posisi ruang jantung, hubungan antara ventrikel dengan pembuluh darah
besar serta ada tidaknya defek septum dan stenosis pulmonal. Analisa dekstrokardia
juga memerlukan analisis putaran jantung sewaktu masa pembentukan jantung.
Perputaran bisa ke kanan (D looping) dan ke kiri (L looping). Perpaduan antara
ruang-ruang jantung dan perputaran jantung diperlukan untuk mengetahui jenis
dekstrokardia.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis dextrocardia meliputi:

 Computed tomography (CT) scan


 EKG - tes untuk memeriksa sistem listrik jantung
 USG jantung (ekokardiogram)
 X-ray

3
 Magnetic resonance imaging (MRI)

4
BAB II

DEXTROCARDIA

EMBRIOLOGI JANTUNG
Jantung terbentuk pada masa embrio usia tiga minggu sampai tujuh minggu
intrauterin. Sistem kardiovaskuler berasal dari mesoderm yang berkembang dari
ectoderm. Pada hari ke 18, terbentuk bulan sabit kardiovaskuler dan terbentuk celom
intra embrionik yang akan menjadi rongga berupa pericardium, pleura, dan peritoneu.
Pada hari ke-20 bulan sabit berkembang menjadi pipa jantung lurus. Hari berikutnya
terjadi perputaran (looping) jantung ke kanan. Pada minggu ketiga terjadi
pembentukan putaran D (D-looping) disempurnakan, pembentukan ventrikel,
sirkulasi mulai, dan penyekatan evolusi arkus aorta. Minggu kelima ventrikel terus
tumbuh dan ostium primum ditutupi jaringan dari bantalan endocardium. Pada
minggu keenam dan ketujuh terjadi penutupan konus (infundibuli). Hari ke-38-45
terjadi penutupan bagian sekat ventrikel, bisa juga pasca lahir melalui penutupan
spontan (Praagh, 1996).

DEXTROCARDIA
Dekstrokardia merupakan anomali posisi jantung, yaitu jantung berada di
hemithoraks kanan dengan basis-apeks jantung mengarah ke kanan dan kaudal.
Malposisi ini disebabkan oleh jantung itu sendiri dan bukan karena kelainan
ekstrakardiak. Kelainan dekstrokardia harus dibedakan dengan dekstroposisi.
Dekstroposisi merupakan perubahan letak jantung ke kanan secara sekunder
karena penyebab ekstrakardiak seperti hipoplasia paru kanan, pasca pneumonektomi
kanan atau hernia diafragmatika. Dekstrokardia pada anak-anak dapat disebabkan
oleh berbagai hal, tetapi jika didapat pada orang dewasa maka penyebabnya sangat
terbatas seperti situs inversus totalis. Dengan adanya teknologi pencitraan yang makin
berkembang maka kelainan ini dapat dengan mudah dikenali oleh petugas medis.
Analisis dekstrokardia memerlukan pendekatan secara sistematik. Pendekatan
yang mudah dapat dilakukan menurut Van Praagh. Hal ini dilakukan dengan

5
mengevaluasi situs dimulai dari atrium ke ventrikel kemudian ke arteri besar. Analisis
meliputi situs viseroatrial, hubungan atrioventri-kular, morfologi ventrikel, situs
ventrikel, posisi ruang jantung, hubungan antara ventrikel dengan pembuluh darah
besar serta ada tidaknya defek septum dan stenosis pulmonal. Analisa dekstrokardia
juga memerlukan analisis putaran jantung sewaktu masa pembentukan jantung.
Perputaran bisa ke kanan (D looping)
dan ke kiri (L looping). Perpaduan
antara ruang-ruang jantung dan
perputaran jantung diperlukan untuk
mengetahui jenis dekstrokardia.
Dextrocardia tergolong
kelainan congenital atau bawaan.
Penyebabnya, alami dari dalam organ
vital tubuh atau faktor dari luar jantung.
Misalnya, desakan tumor ke rongga
dada yang membuat letak jantung
akhirnya miring ke kanan. Ada tiga jenis dextrocadia. Pertama, posisi jantung di
kanan, tapi tak disertai perubahan letak bilik atau serambi (posisi serambi dan bilik
seperti jantung normal). Pengidap dextrocardia tipe ini tanpa keluhan. Mereka bisa
hidup normal. Namun, ada yang patut diwaspadai untuk pasien dextrocardia tipe satu.
Yakni, sindrom kartagener. Pada kondisi tersebut, pasien akan sering mengalami
gangguan pernapasan. Mahrus menjelaskan, fungsi silia (bulu-bulu di saluran
pernapasan yang berperan membersihkan benda asing) tidak optimal. Akibatnya, silia
tak bisa mengeluarkan benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Hal itulah
yang menjadi penyebab infeksi.
Pada tipe kedua dextrocardia, letak serambi dan bilik jantung terbalik.
Maksudnya, letak bilik kanan di kiri jantung. Begitu juga posisi bilik kiri, di bagian
kanan jantung. Tipe kedua ini disebut situs inversus totalis. Disebut total karena yang
terbalik tak hanya jantung, namun liver, limpa, dan paru juga pindah ke sisi kanan
tubuh. Situs inversus totalis karena rotasi janin tak berlangsung normal pada trimester

6
pertama kehamilan. Ketidaknormalan tersebut diduga disebabkan perubahan sifat
materi genetik (mutasi) telur ibu. Mutasi tersebut mungkin berkaitan dengan infeksi
virus, bakteri, atau parasit. dextrocardia tipe kedua kerap diiringi oleh defect lain.
Misalnya, lubang pada sekat serambi jantung atau ASD (artrial septal defect), VSD
atau lubang pada sekat bilik jantung (ventrikel septal defect), ataupun tetralogy of
fallot.

Pada tipe ketiga dextrocardia, tak semua letak bilik atau serambi terbalik.
Misalnya, hanya bilik yang terbalik, sedangkan letak serambi tetap normal. Begitu
juga sebaliknya. Mahrus mengatakan, tipe ketiga lebih kompleks. Umumnya, tipe
ketiga diikuti oleh gejala tubuh membiru. Sebab, darah dari serambi kanan masuk ke
bilik kiri, lantas dipompa ke seluruh tubuh.

Gejala

Tidak ada gejala dextrocardia jika jantung normal. Kondisi yang mungkin termasuk
dextrocardia dapat menyebabkan gejala berikut:

 Kulit kebiruan
 Kesulitan bernapas
 Kegagalan untuk tumbuh dan bertambah berat badan
 Kelelahan
 Penyakit kuning (kulit dan mata kuning)
 Kulit pucat
 Infeksi paru-paru

Pengobatan

Dextrocardia lengkap tanpa cacat jantung tidak memerlukan pengobatan. Hal ini
penting, Namun, untuk membiarkan anak dengan penyedia layanan kesehatan tahu

7
hati adalah di sisi kanan dada. Pengobatan untuk kondisi yang mencakup dextrocardia
tergantung pada apakah bayi memiliki jantung lainnya atau masalah fisik selain
dextrocardia.

Jika terjadi cacat jantung berupa dextrocardia, bayi kemungkinan besar akan
dioperasi. Sedangkan sakit kritis bayi memerlukan pengobatan dengan obat-obatan
sebelum operasi. Obat-obat ini membantu bayi tumbuh lebih kuat sehingga
memungkinkan untuk dioperasi.

8
BAB III

PEMERIKSAAN RADIOLOGI PADA DEXTROCARDIA

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis dextrocardia meliputi:

 Computed tomography (CT) scan


 EKG - tes untuk memeriksa sistem listrik jantung
 USG jantung
 X-ray
 Magnetic resonance imaging (MRI)

1. CT Scan (Computerized Tomografi Scaning)

CT-Scan adalah pemeriksaan dengan alat X-Ray yang dikombinasikan dengan


komputer sehingga dapat melihat potongan organ dengan jelas.

CT Scan menunjukkan dextrocardia dan situs inversus dari limpa, hati dan lambung

9
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI adalah suatu alat canggih yang merupakan kombinasi dari magnet yang
dikendalikan oleh komputer sehingga dapat membuat pemeriksaan dengan arah
irisan atau potongan axial (melintang), sagital (memotong kanan kiri), coronal
(memotong depan belakang).

MRI merupakan pemeriksaan radiologi tanpa Sinar-X.

Coronal Cardiac MRI image of the patient showing the presence of the right
persistent superior vena, left superior vena cava and bridging inominate vein

10
3. USG (Ultra Sonografi)

USG merupakan suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi kelainan-kelainan


yang ada didalam rongga abdomen / perut / organ-organ tertentu dengan
menggunakan gelombang ultrasound.

Gelombang ultrasound terdiri dari suatu pengubah mekanik dari suatu medium
seperti udara. Pengubah mekanik itu melewati medium pada suatu kecepatan
tertentu menyebabkan getaran. Kecepatan partikel-pertikel tersebut bergetar
disebut frekuensi, diukur dalam putaran per menit atau hertz (Hz). Suara menjadi
tidak kedengaran oleh telinga manusia kira-kira di atas 20 kHz, atau 20 ribu
Hertz, dan itulah yang dikenal dengan ultrasound. Diagnostik imaging
menggunakan frekuensi yang jauh lebih tinggi, yaitu megahertz (MHz), atau
jutaan Hertz.

Frekuensi yang semakin tinggi menggunakan resolusi yang lebih baik. Yang
terakhir adalah kemampuan untuk membedakan dua objek yang berdekatan.
Meskipun demikian, dengan peningkatan frekuensi, lebih banyak sorotan
ultrasound yang terikat oleh target dan sorotan tersebut tidak dapat dipenetrasi
lebih jauh. Untuk alasan ini, frekuensi yang lebih tinggi (7,5 MHz) digunakan
untuk memberikan gambaran yang baik dan terperinci dari organ-organ
superfisial seperti prostat, testis, tiroid dan dada., dan frekuensi yang lebih rendah
(3,5 MHz) untuk pemeriksaan abdomen.

Ultrasonografi atau sonografi adalah penggunaan gelombang suara untuk


kepentingan radiologik, tidak menggunakan sinar-X atau radiasi yang lain, aman,
dan digunakan tanpa anestesi. Pada urologi pria, prostat dan testis dekat dengan
permukaan tubuh dan dapat dicitrakan dengan ultrasonografi untuk membantu
diagnosis dan untuk melakukan biopsi terhadap temuan abnormal.

11
USG dapat digunakan untuk mendeteksi dextrocardia sejak bayi di dalam
kandungan.

Dextrocardia with malposition of the stomach on the right side. The apex of the heart
(arrow) is on the same side as the stomach.

4. Chest X-Ray
Chest x-ray merupakan pemeriksaan x-ray yang digunakan untuk melihat dinding
dada, struktur tulang iga dan diafragma serta organ-organ dalam seperti jalan
napas, paru, jantung dan arteri besar/aorta. Chest x-ray juga merupakan modalitas
untuk melihat/mendiagnosa keadaan patologis seperti pneumonia dan gagal
jantung kongestif. Pemeriksaan x-ray sendiri merupakan pemeriksaan dengan
menggunakan tabung pemancar gelombang x-ray menembus objek (pasien) dan
ditangkap oleh detektor/film di sisi lain. Jaringan padat seperti tulang akan
memberikan warna putih (karena menyerap gelombang x-ray) sedangkan jaringan
lunak memberikan warna lebih gelap/hitam (karena melewatkan gelombang).
Untuk memaksimalkan hasil (distorsi minimal dll) maka jarak antara tabung
pemancar dan detektor/film dibuat sejauh 6 kaki. Pemeriksaan pada orang dewasa
digunakan gelombang dengan dosis 0,06 mSv (Sv=Sievert).

12
Pemeriksaan ini merupakan teknik non invasif, di mana pasien cukup disuruh
berdiri di depan mesin sambil menahan napas (inspirasi maksimal). Gambar
diambil pada dua proyeksi, yaitu PA (posteroanterior) atau AP (anteroposterior)
dan lateral (LAT). Selain itu dapat juga digunakan proyeksi lain, seperti obliq
atau dekubitus. Umumnya yang digunakan adalah proyeksi PA dan LAT,
sedangkan proyeksi AP digunakan pada keadaan khusus seperti pasien yang tidak
bisa bangun dari tempat tidur.

Keuntungan dari pemeriksaan ini adalah tidak ada residu radiasi di tubuh, tidak
ada efek samping, serta cepat dan murah (cocok digunakan untuk situasi darurat).
Pemeriksaan ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dengan usia kandungan di
bawah enam bulan.

Gambaran x-ray foto thorax PA memperlihatkan jantung berada di sebelah kiri, pada
gambar berikut juga diperlihatkan keadaan situs inversus.

13
Dextrocardia dengan situs solitus (orientasi isi perut normal), merupakan penyakit
jantung bawaan. Lesi sering lebih kompleks dan seringkali memerlukan koreksi
bedah.

14
(A) Electrocardiogram showing dextrocardia with tall R waves in lead V1 and absent R in
V6. (B) Chest radiograph showing dextrocardia (white arrow) with gastric bubble under
right diaphragm (green arrow). (C) High-resolution CT of chest showing bronchiectasis. (D)
High-resolution CT of the abdomen showing situs inversus with spleen on right side (red
arrow) and liver on the left (orange arrow).

15
BAB IV

KESIMPULAN

Dextrocardia terkadang tidak menimbulkan gejala apabila kondisi jantung penderita


baik sehingga sering ditemukan secara tidak sengaja melalui pemeriksaan rutin.
Namun apabila menimbulkan gejala biasanya berupa :

 Kulit kebiruan
 Kesulitan bernapas
 Kegagalan untuk tumbuh dan bertambah berat badan
 Kelelahan
 Penyakit kuning (kulit dan mata kuning)
 Kulit pucat
 Infeksi paru-paru

Diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


penunjang berupa pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosis dextrocardia meliputi:

 Computed tomography (CT) scan


 EKG - tes untuk memeriksa sistem listrik jantung
 USG jantung
 X-ray
 Magnetic resonance imaging (MRI)

Pemeriksaan X ray sudah cukup untuk menegakkan diagnosis dextrocardia dengan


atau tanpa situs inversus. Namununtuk melihat lebih jelas mengenai posisi atrium dan
ventrikel dapat dilakukan ct scan dan usg jantung.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://radiopaedia.org/articles/dextrocardia diunduh tanggal 01 Oktober 2012

http://www.ajronline.org/content/193/4/1107.full diunduh tanggal 29 September 2012

http://www.ijav.org/2011/ijav_2011_086-089.pdf diunduh tanggal 01 Oktober 2012

http://www.scribd.com/doc/89843523/dextrocardia diunduh tanggal 29 Oktober 2012

Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik Ed. Kedua. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI

Tiong, Diana dan Yudistira Panji Santosa. Laporan Kasus : Asimptomatik Situs
Inversus dengan Dekstrokardia. Majalah Kedokteran Indonesia, Volum: 61, Nomor:
1, Januari 2011

http://www.ipej.org/1001/doshi.htm diunduh tanggal 01 Oktober 2012

https://www.sonoworld.com/Fetus/page.aspx?id=61 diunduh tanggal 01 Oktober


2012

17

Anda mungkin juga menyukai