Anda di halaman 1dari 11

TELAAH JURNAL

“Humidified High Flow Nasal Oxygen During Respiratory Failure in the Emergency
Department: Feasibility and Efficacy “

Oleh :

KELOMPOK L

Yuliana, S.Kep 1341312103


Wisfi Desriyanti , S.Kep 1341312107
Restu Budi Susilo, S.Kep 1341312100
Melda Yulinda, S.Kep 1341312025

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit penting dalam operasional suatu
rumah sakit, yaitu sebagai pintu masuk bagi setiap pelayanan yang beroperasi selama 24 jam
selain poliklinik umum dan spesialis yang hanya melayani pasien pada saat jam kerja. IGD
merupakan ujung tombak dalam pelayanan keperawatan rumah sakit. Dengan kompleksitas
kerja yang sedemikian rupa, maka perawat yang bertugas di ruangan ini dituntut untuk
memiliki kemampuan, keterampilan dan kecekatan yang lebih di banding dengan perawat
yang melayani pasien di ruang rawat, serta tentunya mampu untuk menjadi mitra bagi tenaga
kesehatan lainnya. Setiap perawat yang bertugas di ruang IGD wajib membekali diri dengan
ilmu pengetahuan, keterampilan, bahkan dianggap perlu mengikuti pelatihan-pelatihan yang
menunjang kemampuan perawat dalam menangani pasien secara cepat dan tepat sesuai
dengan kasus yang masuk ke IGD (Syaer, 2011).
Berbagai kasus kondisi penyakit dijumpai di ruang IGD. Kasus terbanyak yang
dikeluhkan oleh para pasien yang mengunjungi IGD adalah sesak napas./dispnea Salah satu
pertolongan pertama yang diberikan oleh petugas kesehatan IGD adalah terapi oksigen
(O’Disroll, dkk : 2008). Biasanya pemberian terapi oksigen ini disesuaikan dengan tingkat
distress pernapasan yang dialami oleh pasien, apakah bernapas tanpa bantuan (melalui nasal
kanul atau face mask) atau dengan bantuan napas yaitu melalui penggunaan ventilasi
mekanik invasif atau non-invasif (Bateman, et al : 1998). Pada pasien-pasien yang tidak
membutuhkan ventilasi mekanik, pemberian terapi oksigen konvensional dipilih sebagai
tindakan penatalaksanaan pertama.
Penggunaan terapi oksigen konvensional ini memiliki batas jumlah kebutuhan
oksigen maksimal yaitu 15 liter/i. Biasanya jumlah ini akan diberikan melalui face mask.
Pemberian oksigen tentunya diberikan tanpa memerhatikan nilai F1O2 yang harus diberikan
(Wettstein, et al :2005) dan toleransi oksigen pasien yang disebabkan oleh tekanan dan
kelembaban yang tidak cukup (Chgangques, et al: 2009).
Saat ini, terapi oksigen konvensional telah berkembang dan menjadi sebuah inovasi
baru, yaitu Heated Humidified High Flow Nasal Cannula Oxygen (HFNC). HFNC
merupakan sebuah jenis terapi oksigen yang mampu mengalirkan tekanan hingga 100% dan
kelembaban oksigen berada pada aliran maksimum yaitu 60l/i melalui lubang hidung atau
kanula di bawah suhu 370C serta tekanan dengan kondisi saturasi 100%. Penggunaan HFNC
ini telah banyak diperkenalkan pada departemen neonatal, dimana jumnlahnya meningkat
(Dani, et al: 2008). Akan tetapi, penggunaan pada orang dewasa masih terbatas (Kernick, et
al :2010). Parameter respirasi telah banyak dipakai di ruang ICU pada pasien dengan gagal
napas akut dan gagal jantung (Carratala, et al: 2011). Penggunaan HFNC pun dinilai cukup
terbukti pada pasien dengan post operasi jantung.
RSUP Dr. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit rujukan regional Sumatera
Tengah dengan berbagai kasus penyakit. Salah satu keluhan yang sering disampaikan pasien
adalah sesak napas. Biasanya pasien dengan keluhan ini akan langsung diterapi dengan
oksigen. Dalam hal ini, terapi oksigen yang sering diberikan di ruang IGD ini adalah terapi
oksigen konvensional, yaitu lewat nasal kanul atau face mask . Berdasarkan hasil observasi di
ruang IGD, belum terlihat adanya pengggunaan HFNC dalam penanganan kasus-kasus
pasien dengan gangguan pernapasan. Bertolak dari hal tersebut, maka dilakukanlah telaah
jurnal mengenai penggunaan HFNC pada pasien dengan gagal napas akut di ruang IGD.

B. Tujuan
Untuk menentukan feasibility dan efficacy penggunaan HFNC pada pasien dengan gagal
napas akut di ruang IGD.
.
C. Manfaat
1. Bagi Pasien
Untuk membantu mengurangi sesak napas pada pasien dengan gagal napas akut yang
datang ke IGD
2. Bagi Keperawatan
Tersedianya atau semakin bertambahnya Evidence Based Practice (EBP) terhadap terapi
oksigen terbaru sebagai perluasan atau pengembangan kompetensi terutama dalam
lingkup keperawatan gawat darurat
3. Bagi Instansi Terkait/ IGD
Untuk mempercepat penanganan kesehatan pada pasien dengan gangguan system
respirasi terutama gagal napas akut di IGD dan untuk mengurangi pertambahan jumlah
pasien di ruang rawat intensif, semi intensif atau ruang rawat
BAB II
TELAAH JURNAL

Judul : Humidified High Flow Nasal Oxygen During Respiratory Failure in the
Emergency Department: Feasibility and Efficacy
Penulis : Hugo Lenglet MD, Benjamin Sztrymf MD, Christophe Leroy MD,Patrick
Brun MD, Didier Dreyfuss MD, and Jean-Damien Ricard MD PhD
Publikasi : The Respiratory Care Journal Volume 57 No.11 November 2012
Penelaah : Kelompok L
Tanggal Telaah : 10 September 2014

A. Depkripsi Jurnal
1. Tujuan Utama penelitian
Sesak napas (Dispnea) merupakan salah satu keluhan umum yang dijumpai pada pasien-
pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat. Terapi oksigen menjadi pilihan utama
penatalaksanaan masalah ini. Saat ini, terapi oksigen konvensional yang biasa diberikan
pada pasien-pasien IGD dengan keluhan dispnea telah berkembang dan dikenal dengan
nama HFNC (Humidified High Flow Nasal Cannul).

Tujuan dari penelitian adalah untuk menentukan apakah penggunaan HFNC dapat
memungkinkan untuk dilakukan di Instalasi Gawat Darurat dan bagaimana manfaatnya
terutama untuk pasien-pasien dengan gagal napas akut..

2. Hasil Penelitian
HFNC mempunyai hubungan yang signifikan dengan penurunan dispnea pada skala Borg
(p<0,001) dan skal Analog Visual (p<0,01). HFNC dinilai mempunyai toleransi yang
baik dan tidak ada terjadi KTD selama pemberian HFNC pada pasien dengan gagal napas
akut. Dimana terjadi perubahan ke arah fisiologis terutama pada frekuensi napas dan
saturasi oksigen pasien yang mengalami gagal napas akut, yaitu berada dalam rentang
normal setelah pemberian HFNC. Sebanyak 76% tenaga kesehatan setuju dengan
penggunaan HFNC di IGD sebagai pembanding terapi oksigen konvensional.
3. Kesimpulan Penelitian
HFNC dinilai sangat toleran, lebih nyaman, dan tidak sulit untuk digunakan dibanding
dengan terapi oksigen konvensional lewat face mask. Hal ini disebabkan karena HFNC
mampu untuk menurunkan dispnea serta mampu untuk meningkatkan oksigenasi. HFNC
dapat dijadikan sebagai penatalaksanaan/terapi lini pertama pada pasien dengan gagal
napas akut di ruang Instalasi Gawat Darurat.

B. Telaah jurnal
1. Fokus Utama Penelitian
Berdasarkan bagian pendahuluan di atas di ketahui bahwa dispnea merupakan salah
satu keluhan umum yang biasanya terjadi pada pasien-pasien IGD. Terapi oksigen
menjadi sebuah pilihan utama dalam menanggulangi masalah tersebut. Saat ini, terapi
oksigen konvensional lewat nasal kanul dan face mask telah berkembang dan dikenal
dengan nama HFNC. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di sebuah RS
pendidikan di Prancis, didapatkan hasil bahwa HFNC dinilai sangat toleran dan mudah
untuk digunakan, khususnya untuk mengurangi dispnea pada pasien-pasien dengan gagal
napas akut.
2. Ulasan
Terapi oksigen merupakan terapi kolaborasi yang selalu diberikan pada pasien-
pasien dengan keluhan sesak napas/dispnea. Terapi oksigen diberikan dengan tujuan
untuk mengurangi gejala sesak napas yang dialami oleh pasien. Berdasarkan hasil
observasi, ditemui bahwa hampir seluruh pasien dengan keluhan sesak napas diberikan
terapi oksigen secara konvensional, yaitu lewat nasal kanul atau lewat face mask.
Penggunaan terapi oksigen ini, tentunya memiliki nilai batas. Penggunaan nasal kanul
hanya mampu diberikan 3-4 liter/i, sedangkan aliran oksigen maksimal untuk
penggunaan face mask adalah 15 liter/i. Penggunaan terapi oksigen konvensional ini
tentunya tidak bisa diberikan secara terus-menerus jika kondisi status respirasi pasien
menurun. Biasanya, petugas kesehatan yang ada di IGD akan mengirimkan pasien ke unit
intensive atau semi intensif untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Untuk mencegah hal tersebut, saat ini terapi oksigen konvensional telah
berkembang. Terapi oksigen tersebut adalah HFNC (Humidified High Flow Nasal
Cannul). HFNC terdiri dari tabung oksigen dengan FiO2 yang sudah disetting (0,21-1,0),
dimana mampu untuk mengalirkan udara/oksigen hingga 60 liter/I, sehingga tekanan
menjadi maksimal dimana udara bertekanan dan lembab. Campuran udara akan mengalir
melawati kontak aliran gas hingga suhu berada 370C yang terdiri dari 44 mgH2O per liter
untuk pasien melewati kedua lubang hidungnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bulan November 2012,
diperoleh hasil bahwa HFNC mampu untuk mengurangi dispnea dan mampu untuk
meningkatkan oksigenasi pada pasien dengan gagal napas akut yang datang ke IGD.
HFNC dinilai sangat toleran, lebih nyaman dan mudah untuk digunakan. Hal ini tentunya
disebabkan oleh beberapa faktor. Aliran gas yang tinggi akan menghambat ruang mati
nasofaring dan mampu untuk meningkatkan oksigenasi lewat kandungan oksigen alveoli
terbanyak. Selain itu, aliran gas yang tinggi mampu untuk mengurangi sumbatan udara
melalui pemberian oksigen yang disesuaikan dengan kebutuhan dan aliran oksigen yang
pada akhirnya dapat mengurangi dilusi oksigen. Peningkatan oksigenasi mungkin
disebabkan oleh saluran respirasi yang mengalami hipoksemia ter-blunt dan adanya
penurunan sensasi dispnea. Penurunan hambatan resistensi inspirasi nasofaringeal
mungkin bisa berasal dari penggunaan aliran oksigen yang tinggi dan penurunan usaha
napas (Dysart, et al :2009). Penggunaan aliran oksigen yang tinggi juga berhubungan
dengan tekanan positif yang diberikan, dimana akan berkontribusi pada tekanan
pengembangan paru. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa HFNC mampu
mengurangi jumlah gas metabolik yang terkondisi dan meningkatkan mekanisme jalan
napas paru lewat reologi aliran gas inspirasi.

3. Kelebihan
Pada bagian pembahasan, telah dijelaskan bahwa HFNC ini selain dinilai mudah untuk
digunakan, alat ini juga mampu untuk memberikan rasa nyaman pada pasien selama
terapi. Hal ini terlihat bahwa pasien yang sedang diterapi dengan HFNC diperbolehkan
untuk berbicara dan minum (intake oral). Hal ini disebabkan karena wajah pasien tidak
disungkup dengan mask.
4. Kekurangan
Adapun kekurangan dari jurnal ini adalah kurangnya paparan tentang bagaimana
prosedur penggunaan HFNC dan apa-apa saja kontra indikasi dari penggunaan HFNC
tersebut. Selain itu, penjelasan tentang bagaimana HFNC bekerja masih kurang belum
dijelaskan, sehingga infomasi tentang penggunaan alat ini masih belum sempurna. Akan
tetapi, secara umum ditemukan bahwa penggunaan HFNC hampir mirip dengan
ventilator mekanik jenis CPAP. Meskipun HFNC mampu memberikan aliran udara
melebihi 40 liter/i, tingkat tersebut masih belum memenuhi tuntutan aliran inspirasi tinggi
dari pasien dengan dispnea berat. Kemampuan aliran maksimal HFNC hanya sekitar
setengahnya. Oleh karena itu, jika HFNC tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan
inspirasi, terapi oksigen pun dilanjutkan dengan penggunaan CPAP yang telah dirancang
untuk menyediakan aliran tekanan inspirasi yang lebih tinggi.

5. Mekanisme Kerja
HFNC bekerja dengan mempertahankan aliran FiO2 . Dalam hal ini, untuk memastikan
konsistensi hantaran oksigen, setting HFNC harus disesuaikan dengan kebutuhan inspirasi
pasien dan/atau tingkat distres pernapasan. HFNC akan membantu untuk memberikan
proporsi ventilasi maksimal yang berperan dalam pertukaran gas. HFNC akan
meningkatkan aliran CO2 dengan meningkatkan aliran hingga 8 liter/i tanpa mengubah
tekanan trakea. Selain itu, HFNC juga akan mengurangi restensi/obstruksi jalan napas atas
dengan mengganti 50% restensi jalan napas total dan berkontribusi dalam memberikan
bantuan usaha napas. Tekanan positif akan membantu proses pengembangan paru dan
menurunkan gangguan dalam ventilasi dan perfusi yang terjadi di paru.
6. Gambar Humidified High Flow Nasal Cannul (HFNC)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan telaah jurnal di atas, diperoleh hasil bahwa HFNC dinilai sangat efektif
untuk mengurangi dispnea pada pasien dengan gagal napas akut di IGD serta dapat dijadikan
sebagai penatalaksanaan/terapi lini pertama untuk mengurangi kejadian dispnea pada pasien-
pasien dengan gagal napas akut di Instalasi Gawat Darurat.

B. Saran
Dengan adanya pembahasaan telaah jurnal ini, diharapkan penggunaan alat HFNC bisa
dijadikan sebagai terobosan terbaru bagi para tenaga kesehatan yang menangani pasien-
pasien dengan gangguan system respirasi. Tepatnya, alat ini hendaknya bisa diaplikasikan di
Instalasi Gawat Darurat.
DAFTAR PUSTAKA

Lenglet, et al. Humidified High Flow Nasal Oxygen During Respiratory Failure in the
Emergency Department: Feasibility and Efficacy. Respiratory Care. November 2012. Vol 57
No 11
Hau Lee, et. Al. Use of High Flow Nasal Cannula in Critically Ill Infants, Children, and Adults:
A Critical Review of The Literature. Intensive Care Med. 2013. 39:247–257

Anda mungkin juga menyukai