Anda di halaman 1dari 10

Laporan praktikum 2 Hari, tanggal : Kamis, 29 Agustus 2019

Fisiologi Nutrisi Tempat : Laboratorium NTDK


Nama Dosen : Prof. Dr. Ir. Dewi Apri
Astuti MS
Nama Asisten : Kokom Komalasari,
S.Pt, M.Si
Darmawan
Annisa Rosmalia
Budi Setiadi H
Mohamad Ramdoni
Indri Agustiyani

PENGARUH RANGSANGAN FISIK dan KIMIA pada


GERAKAN OTOT dan SARAF

Kelompok 7/siang

Nama anggota:

Irfansyah D24180012
Fadhilatul Azwa Lubis D24180038
Adinda Putri Pusipita Sari D24180048
Novi Tri Ayuningsih D24180059
Muhammad Dimas Erlangga D24180100
Muhammad Iqbal Al Farisi D24180125

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sistem saraf merupakan suatu sistem organ yang terdiri dari sel-sel
neuron. Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (yang meliputi otak dan batang
spinal), dan sistem saraf perifer (yang meliputi saraf kranial, saraf spinal, dan
trunkus simpatikus). Sistem saraf pusat berguna sebagai pusat koordinasi
aktivitas-aktivitas yang harus dilaksanakan, sedangkan sistem saraf parifer
memberikan informasi kepada sistem saraf pusat tentang adanya stimulus yang
menyebabkan otot dan kelenjar melakukan respon. Mekanisme kerja saraf ialah
dengan mekanisme depolarisasi dan repolarisasi. Kedua mekanisme ini berkaitan
dengan transportasi ion menembus membran. Pada hewan tingkat tinggi
komunikasi intrasel yang kompleks dan amat cepat ditengahi oleh impuls-impuls
saraf. Neuron-neuron secara elektrik akan menghantarkan sinyal melalui bagian
saraf yang memanjang. Impuls dapat berupa gelombang-gelombang berjalan yang
berbentuk arus-arus ion. Transmisi sinyal antara neuron-neuron dan antara neuron
otot seringkali dimediasi secara kimiawi oleh neurontransmitter (Gunawan dan
Adi 2009). Menurut Frandson (1992), gerak merupakan salah satu contoh dari
respon yang dihasilkan oleh mekanisme kerja saraf. Salah satu respon yang tidak
disadari terhadap stimulus disebut refleks. Refleks secara sederhana dapat dibagi
menjadi dua yaitu, bagian afferent dan efferent.
Otak tersusun dari kumpulan neuron, dimana neuron merupakan sel saraf
panjang seperti kawat yang mengantarkan pesan-pesan listrik lewat sistem saraf
dan otak. Sel-sel pada suatu daerah otak menghubungkan bagian-bagian tubuh
yang lain secara kontinyu dan otomatis. Neuron ini mengirimkan sinyal dengan
menyebar secara terencana, semburan listrik terhentak-hentak yang mementuk
bunyi yang jelas yang timbul dari gelombang kegiatan neuron terkoordinasi,
dimana gelombang itu sebenarnya sedang mengubah bentuk otak dan membentuk
sirkuit otak menjadi pola-pola yang lama kelamaan akan menyebabkan embrio
yang lahir nanti mampu menangkap suara, sentuhan, dan gerakan (Purwanto et al
2009).
Otak sebagai sistem saraf pusat berperan dalam pengaturan kondisi tubuh
baik itu dari sistem respirasi, denyut jantung, pusat pendengaran, penglihatan dan
sebagainya. Oleh kerena itu kerusakan pada bagian otak akan membahayakan
individu tersebut karena berpengaruh pada sistem tubuhnya, seperti pada
percobaan yang akan dilakukan salah satunya perusakan pada serebelum yang
berfungsi dalam pergerakan tubuh, menjaga postur, dan orientasi spatial
(Sannjoyo 2012). Perusakan bagian otak ini nantinya akan menghasilkan respon
berbeda, sehingga melalui percobaan dapat dilihat pengaruh yang diberikan
kepada objek percobaan terhadap saraf dan ototnya.
Tujuan

Praktikum ini bertujuan mempelajari pengaruh fungsi bagian-bagian otak


katak dengan menghilangkan bagian otak serebrum dan serebelum dan mengamti
reaksi yang timbul. Praktikum ini juga bertujuan mempelajari pengaruh
rangsangan fisik dan kimiawi terhadap respon yang dihasilkan pada katak normal,
deserebrasi, dan katak spinal.

MATERI DAN METODE

Materi

Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum “Pengaruh Rangsangan Fisik dan
Kimia pada Gerakan Otot dan Saraf ” yaitu papan kayu, stopwatch, tali, dan bak
berisi air dingin dan air panas.

Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan “Pengaruh Rangsangan Fisik dan
Kimia pada Gerakan Otot dan Saraf ” adalah Katak normal, katak deserebasi dan
katak spinal, laurtan H2SO4 10%, dan asam cuka.

Metode

Katak Normal
Katak yang masih hidup disiapkan dan diletakkan di atas papan kayu.
Percobaan katak normal tidak diberikan gangguan pada sistem saraf atau ototnya.
Percobaan terhadap indikator pembalikan tubuh dengan memberi sentuhan pada
katak hingga ia membalikkan posisi, indikator pengangkatan tubuh dengan
melempar katak di atas papan ke atas sedemikian rupa, indikato pemutaran tubuh
dengan memutar papan, indikator kelopak mata dengan memerhatikan lebar mata
yang terbuka, indikator bidang datar dengan melihat sudut antara papan dan tubuh
katak, indicator frekuensi nafas dan denyut jantung dihitung dalam 30 detik, serta
pengamatan terhadap pencubitan, perendaman air panas dan dingin serta H 2SO4
dan cuka. Setelah itu lakukan hal yang sam auntuk katak normal dengan
pengikatan tali pada kedua lengannya.

Katak Deserebrasi
Katak yang masih hidup disiapkan dan ditusuk bagian foramen oscipitale
(lobang satu garis yang menghubungkan kedua membran timpani) kearah atas
kira-kira 0,5 cm, lalu diletakkan di atas papan kayu. Indikator rangsangan yang
diberikan sama dengan katak normal. Indiaktor pembalikan tubuh dengan
memberi sentuhan pada katak hingga ia membalikkan posisi, indikator
pengangkatan tubuh dengan melempar katak di atas papan ke atas sedemikian
rupa, indikator pemutaran tubuh dengan memutar papan, indikator kelopak mata
dengan memerhatikan lebar mata yang terbuka, indikator bidang datar dengan
melihat sudut antara papan dan tubuh katak, indikator frekuensi nafas dan denyut
jantung dihitung dalam 30 detik, serta pengamatan terhadap pencubitan,
perendaman air panas dan dingin serta H2SO4 dan cuka. Setelah itu lakukan hal
yang sama untuk katak deserebrasi dengan pengikatan tali pada kedua lengannya.

Katak Spinal
Katak yang masih hidup disiapkan dan ditusuk bagian foramen oscipitale
(lobang satu garis yang menghubungkan kedua membran timpani) kearah atas
kira-kira 0,5 cm lalu kea rah dorsal (ke bawah) kira-kira 1-1,5 cm, kemudian
diletakkan di atas papan kayu. Indikator rangsangan yang diberikan sama dengan
katak normal. Indikator pembalikan tubuh dengan memberi sentuhan pada katak
hingga ia membalikkan posisi, indikator pengangkatan tubuh dengan melempar
katak di atas papan ke atas sedemikian rupa, indikator pemutaran tubuh dengan
memutar papan, indikator kelopak mata dengan memerhatikan lebar mata yang
terbuka, indicator bidang datar dengan melihat sudut antara papn dan tubuh katak,
indicator frekuensi nafas dan denyut jantung dihitung dalam 30 detik, serta
pengamatan terhadap pencubitan, perendaman air panas dan dingin serta H 2SO4
dan cuka. Setelah itu lakukan hal yang sama untuk katak spinal dengan
pengikatan tali pada kedua lengannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan percobaan, didapatkan data pengaruh rangsangan fisik dan


kimiawi pada preparat karak normal, katak deserebrasi, dan katak spinal. Berikut
tabel hasil percobaan :
Tabel 1 Hasil pengamatan pengaruh rangsangan fisik dan kimiawi pada preparat
katak normal, katak deserebrasi, dan katak spinal.
Katak
Pengamatan Katak Normal Deserebrasi Katak Spinal
Penghambatan Tanpa Tanpa Tanpa
Diikat Diikat Diikat
diikat diikat diikat
Refleksi pada
pembalikan ++++ +++++ - + - -
tubuh
Reaksi
terhadap
+++++ +++++ +++ +++ - -
pengangkatan
tubuh
Reaksi
terhadap
+++++ +++++ ++ ++ + +
pemuturan
tubuh
Kondisi
+++++ +++++ +++++ ++++ ++ +++
kelopak mata
Sikap badan
terhadap +++++ +++++ +++ +++ ++ ++
bidang datar
Frekuensi
47 42 39 45 18 16
nafas
Denyut jantung 52 38 23 43 15 22
Pengamatan
Homo/
refleks Homo/ Homo/ Homo/ Homo/ Homo/
Kontra
sederhana Kontra Kontra Kontra Kontra Kontra
Pencubitan
sedang Homo Homo Homo Homo Homo Homo
pencubitan
kuat Homo Hete Hete Hete - Homo
perendaman
H₂SO₄ Homo Homo Homo Homo Homo Homo
Perendaman
cuka Homo Homo Homo Homo Homo Homo
Perlakuan
panas Homo Homo Homo Homo Homo Homo
Perlakuan
dingin - - Homo Homo - -

Keterangan
+++++ : Sangat cepat
++++ : Cepat
+++ : Sedang
++ : Lambat
+ : Lambat sekali
- : tidak ada respon
Pembahasan

Otak dalah bagian tubuh yang penting untuk makhluk hidup. Fungsi otak
penting sebagai pusat sistem saraf kebanyakan makhluk hidup lainnya. Pada
manusia, bagian-bagian otak di antaranya terdiri dari otak besar, otak kecil, otak
depan, otak tengah dan otak belakang. Ada juga istilah otak kanan dan otak kiri
untuk membagi bagian otak tergantung pada kemampuan individu.Otak terbentuk
dari dua jenis sel yakni glia dan neuron. Fungsi glia pada otak untuk melindungi
neuron, sementara fungsi neuron pada otak yaitu membawa informasi yang
dikenal sebagai potensi aksi yang berkomunikasi lewat neurotransmiter.Pada
manusia, fungsi otak manusia sebagai struktur pusat pengaturan saraf manusia.
Otak mengatur dan mengontrol sebagian besar gerakan dan perilaku organ tubuh
makhluk hidup termasuk sejumlah fungsi vital tubuh seperti pernafasan,
pencernaan, keseimbangan tubuh, cairan tubuh, suhu tubuh, detak jantung.Fungsi
otak pada manusia juga penting dalam hal-hal emosional seperti perasaan, pikiran,
persepsi, emosi hingga, pengenalan, pembelajaran hingga daya ingat manusia.
Kapasitas daya otak juga mempengaruhi tingkat kecerdasan dan ketanggapan dari
tiap orang (Cerika Rismayanti, 2013).
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan atau gerakan sadar atau
sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada
bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima
rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang
berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat
area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik.Serebrum pada
amphibi terdiri atas sepasang hemispermiun serebri. Pada serebrum
memungkinkan terjadinya aktivitas-aktivitas yang kompleks, misalnya pembiakan
dan macam-macam gerak (Santoso.Putra, 2009).
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran koordinasi yang
penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada informasi somatosensori yang
diterima, inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan output. Cerebellum terdiri
dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang menerima dan menyampaikan
informasi ke bagian lain dari sistem saraf pusat. Cerebellum merupakan pusat
koordinasi untuk keseimbangan dan tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot-otot
volunter secara optional. Bagian-bagian dari cerebellum adalah lobus anterior,
lobus medialis, dan lobus fluccolonodularis (Timang et al 2010).
Medula spinalis merupakan lanjutan dari medula oblongata yang masuk ke
dalam kanalis vertebralis. Pada amphibi, medulla spinalis mengalami pembesaran
di bagian servikalis. Medula spinalis berfungsi menghantarkan impuls sensori dari
saraf perifer ke otak dan menyampaikan impuls motorik dari penampang
melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar bewarna putih, sedangkan
bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan bewarna kelabu. Pada bagian putih
terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf membentuk saraf (urat
saraf). Urat saraf yang membawa impuls ke otak merupakan saluran asenden dan
yang membawa impuls yang berupa perintah dari otak merupakan saluran
desenden (Omar 2011.)
Medula oblongata adalah Sumsum lanjutan berfungsi menghantar impuls
yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum lanjutan juga
mempengaruhi refleks fisiologi seperti detak jantung (pusat pengatur percepatan
dan penghambat denyut jantung) , tekanan darah (pusat pengaturan penyempitan
dan pelebaran pembuluh darah), volume dan kecepatan respirasi, gerak alat
pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.Selain itu, sumsum lanjutan juga
mengatur gerak refleks yang lain ( Hill. Richard W,2012).
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar namun, ada pula yang terjadi
tanpa disadari yaitu gerak refleks. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan
tanggapannya terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan
kontrol dari otak. Gerak refleks dapat dikatakan terjadi tanpa dipengaruhi
kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Pada gerak refleks, impuls melalui
jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang,
kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh saraf
penghubung tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf
motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini
disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila
saraf penghubung berada di dalam otak, dan refleks sumsum tulang belakang bila
set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang. Refleks
merupakan suatu jalur saraf sederhana, dimana stimulus akan disampaikan baik ke
otak maupun ke saraf eferen sebagai pemegang kendali otot-otot yang terpengaruh
oleh stimulus, dengan demikian, tanpa adanya interveransi dari otak, otot dapat
berkontraksi sebagai respon dari stimulus. Tidak adanya intervensi dari otak,
membuat refleks dapat terjadi secara cepat di luar kendali (Putri 2015).
Hasil percobaan praktikum “Pengaruh Rangsangan Fisik dan Kimia pada
Gerakan Otot dan Saraf” yaitu pada tabel 1. Katak normal memiliki gerak reflek
yang lebih lugas dan gerak reaksi yang responsif. Untuk kemiringan tubuh juga
dalam batas normal yaitu 45’. Untuk reaksi dalam gerak refflek semuanya adalah
homolateral. Tapi pada perlakuan tidak di ikat dengan pencubitan kuat rekasi dari
katak normal tanpa ikatan adalah heterolateral. Selanjutnya, untuk frekuensi nafas
dan denyut nadi pada katak normal yang di ikat lebih tinggi dengan nilai 47 dan
52 sedangkan katak yang tidak diikat adalah 42 dan 38. Menurut Iskandar T
(1998) Katak dewasa bernapas dengan menggunakan tiga organ pernapasan, yaitu
permukaan kulit tubuhnya, permukaan rongga mulut dan paru-paru. Sehingga
penggunaan tali untuk mengikat mempengaruhi respon dari katak itu sendiri.
Selanjutnya untuk katak yang mengalami perlakuan perusakan serebrum
atau katak deserebrasi. Mengalami reaksi terhadap pemutaran tubuh lebih lamban
daripada katak normal. Namun, dengan kondisi kelopak mata yang masih baik
tapi mengalami sikap badan yang menurun terhadap bidang datar. Sesuai dengan
Menurut Thomas (2002), serebrum bertanggung jawab dalam proses belajar,
kecerdasan, kesadaran. Untuk respon terhadap pencubitan pada tabel 1. Terlihat
hanya pencubitan kuat yang memiliki respon hetelateral. Ini di sebabkan untuk
cubitan kuat maka akan terjadi gerak reflek katak akan melakukan gerak refles
yang berlawanan dengan arah rangsangan (HETEROLATERAL). Karena Gerak
refleks ialah gerakan pintas ke sumsum tulang belakang dengan Ciri refleks
adalah respon yang terjadi berlangsung dengan cepat dan tidak disadari. Sehingga
menggunakan lintasan terpendek gerak refleks (Isnaeni,wiwi.2006). Sedangkan
untuk tanggapan dari cubitan kecil hanya berupa kejangan karena bukan termasuk
reflek.
Katak Spinalis yaitu katak yang mengalami perlakuan di rusaknya medula
spinalisnya. Mengalami penurunan yang sangat signifikan dari pada katak normal
dan katak deerbrasi. Dilihat dari tabel 1 mulai dari tidak adanya reaksi dari
perlakuan pemutaran tubuh dan pembalikan tubuh. Kemudian Kondisi kelopak
mata yang redup dan badan yang tidak tegap terhadap bidang datar serta frekuensi
nafas dan denyut jantung yang rendah yaitu 15 dan 22. Karena menurut pearce
(1989) mengalami kerusakan medula spinalis dan sereberum berarti sudah hilang
kesadarannya dan fungsi pernafasannya.
Praktikum ini juga masih memiliki kesalahan yaitu masih ada katak yang
bergerak secara sehat pada saat kerusakan serebrum. kesalahan pada paktikum
adalah kurangnya ketelitian, jarum penusuk otak yang diguanakan untuk
mengorek otak serebellum sehingga hanya terjadi kerusakan parsial dan medula
oblongata kurang dalam dimasukan sehingga bagian otak medula oblongata tidak
rusak secara sempurna dan sudah hilangnya kepekaan katak akibat perlakuan yang
sama serta shock yang dialami katak akibat perusakan juga mempengaruhi hasil.

SIMPULAN

Otak merupakan organ penting pada katak dan pada makhluk hidup
umumnya. Karena otak berfungsi mengatur segala gerakan dan perilaku organ
tubuh. Untuk Cereberum berfungsi sebagai kesadaran dari makhluk hidup serta
medula spinalis berfungsi pada bagian pernafasan makhluk hidup. Serta gerak
reflek yang merupakan tanggapan dari rangsangan yang bersifat cepat
DAFTAR PUSTAKA

Cerika Rismayanti.2013. Mengembangkan keterampilan gerak dasar Sebagai


stimulasi motorik bagi anak taman Kanak-kanak melalui aktivitas jasmani.
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia.9(1):64-72
Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta (ID): Gajah Mada
University Press.
Gunawan, Adi MS. 2009. Mekanisme penghantaran dalam neuron
(neurontransmisi). Integral. 7(1): 21-29.
Hill, Richard W. 2012. Animal Physiology Third Edition. U.S.A:Sinauer
Associates.
Iskandar, T. 1998. Amphibia Jawa dan Bali. Puslitbang Biologi, Bogor.
Isnaeni,wiwi.2006.Fisiologi Hewan.Kanisius:Yogyakarta
Omar SA. 2011. Iktiologi. Makasar (ID): Universitas Hasanuddin Makasar Press.
Purwanto,Setiyo, Ranita Widyaswati, Nuryati. 2009. Manfaat senam otak dalam
mengatasi kecemasan dan stres pada anak sekolah. Jurnal Kesehatan. 2(1):
81-90.
Putri Ni’matul Laili. 2015. Rancangan Bangun Electrical Stimulator Berbasis
Mikrokontroler Sebagai Pengganti Palu Refleks [skrikps]. Surabaya (ID):
Universitas Airlangga.
Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta
Santoso, Putra. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang : Universitas Andalas
Sonjaya H. 2012. Dasar Fisiologi Ternak. Bogor (ID) : IPB Press.
Timang Y, Siti RA, Muhammad RA, Rispa. 2010. Sistem Sirkulasi dan Jantung.
Makasar (ID): Universitas Hasanuddin Makasar Press.
Thomas,Armstrong. 2002. 7 Kinds Of Smart : Menemukan dan Meningkatkan
Kecerdasan Berdasarkan Teori Multiple Intelligences. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai