Makalah Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Paru Obstruksi Kronikdocx PDF
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Paru Obstruksi Kronikdocx PDF
PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atauchronic obstructie airway disease (COAD)
adalah istilah yang saling menggantikan. Gangguan progresit lambat kronis ditandai oleh
obstruksi saluran pernafasan yang menetap atau sedikit reversibel, tidak seperti obstruksi
kematian/tahun di Inggris. Prevalesinya adalah ≥ 600.000. Angka ini lebih tinggi di negara
maju, daerah perkotaan, kelompok masyarakat menengah ke bawah, dan pada manula
penderita PPOK sedang berat di negara-negara Asia Pasific mencapai 56,6 juta penderita
tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia, hal ini
disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor
resiko seperti faktor pejamu yang di duga berhubungan dengan kejadian PPOK semakin
banyaknya jumlah perokok kususnya pada kelompok usia muda, serta pencemaran udara di
dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di tempat kerja (http://www.depkes.go.id, selasa
01:03)
Data badan kesehatan dunia ( WHO ) menunjukkan bahwa pada tahun 1990 PPOK
menempati urutan ke 6 sebagai penyebab utama kematian di dunia sedangkan pada tahun
2002 telah menempati urutan ke 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (WHO,2002).
Di America Serikat di butuhkan dana sekitar 32 juta US$ dalam setahun dalam
menanggulangi penyakit ini ,dengan jumlah pasien sebanyak 16 juta orang dan lebih dari 100
ribu orang meninggal. Hasil survey penyakit tidak menular oleh direktorat jenderal PPM dan
Pl di 5 rumah sakit provinsi di Indonesia (jawa barat, jawa tengah, jawa timur, lampung dan
sumatra selatan) pada tahun 2004 , menunjukkan PPOK menempati urutan pertama
penyumbang angka kesakitan (35%), diikuti asma brokial (33%), kangker paru (30%) dan
lainya (2%) (depkes RI2004). Oleh karena itu penulis menulis makalah yang berjudul
“Asuhan keperawtan PPOK” diharapkan dengan makalah ini penulis dan pembaca dapat
mengetahui tentang penyakit PPOK, sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal
pencegahan PPOK.
Adapun beberapa rumusan masalah dalam makalah ini yaitu: konsep dan teori penyakit
A. Definisi
Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru-paru yang berlangsung lama dan di tandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran
udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu
kesatuan yang dikenal CPOD adalah asma bronkhial, bronkhitis kronis dan emfisema paru.
Penyakit ini sering di sebut dengan chronic Air flow Limitation(CAL) dan chronic obstructive
Penyakit paru obtruktif klinik (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan
untuk kelompok penyakit paru yang berlansung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran fatofisiologi utamanya. Bronkitis kronik, empisema
paru dan asma bronkial membentuk kesatuan yang disebut COPD, hubungan etiologi
sekuensial antara brongkitis kronik dan empisema tetapi tampaknya tidak ada hubungan
antara k-2 penyakit itu dengan asma, hubungan ini nyata sekali dengan etiologi, patogenesis
Penyakit paru-paru obtruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik atau menahun
(PPOM) yang ditandai dengan yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat
Oktober 2011).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penyakit paru obstruksi
menahun atau penyakit paru obstruksi kronis adalah suatu kumpulan penyakit paru yang
menahun yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara didalam saluran nafas yang tidak
sepenuhnya reversibel, bersifat progresif, dan biasanya disebabkan oleh proses inflamasi
paru. Tiga macam penyakit paru yaitu asma bronkial, bronkitis kronik, dan emfisema paru
B. Etiology
Ada 2 (dua) penyebab penyumbatan aliran udara pada penyakit emfisema, asma dan
a. Adanya bahan-bahan iritan menyebabkan peradangan pada alveoli. Jika suatu peradangan
Pada alveoli yang meradang, akan terkumpul sel-sel darah putih yang akan menghasilkan
enzim-enzim (terutama neutrofil elastase), yang akan merusak jaringan penghubung di dalam
dinding alveoli. Merokok akan mengakibatkan kerusakan lebih lanjut pada pertahanan paru-
paru, yaitu dengan cara merusak sel-sel seperti rambut (silia) yang secara normal membawa
Tubuh menghasilkan, yang memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan alveoli
oleh neutrofil estalase. Ada suatu penyakit keturunan yang sangat jarang terjadi, dimana
seseorang tidak memiliki atau hanya memiliki sedikit alfa-1-antitripsin, sehingga emfisema
Faktor Predisposisi
adalah :
a. Kebiasaan merokok
b. Polusi udara
e. Umur
Pengaruh dari masing-masing faktor risiko terhadap terjadinya PPOK adalah saling
C. Patofisiologi
Penyempitan saluran pernafasan terjadi pada bronkitis kronik maupun pada emfisema
paru. Bila sudah timbul gejala sesak, biasanya sudah dapat dibuktikan adanya tanda-tanda
obstruksi. Pada bronkitis kronik sesak nafas terutama disebabkan karena perubahan pada
saluran pernafaasan kecil, yang diameternya kurang dari 2 mm, menjadi lebih sempit,
Penyempitan lumen terjadi juga oleh metaplasia sel goblet. Saluran pernafasan besar
juga berubah. Timbul terutama karena hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus, sehingga
saluran pernafasan lebih menyempit. Pada orang normal sewaktu terjadi ekspirasi maksimal,
tekanan yang menarik jaringan paru akan berkurang, sehingga saluran-saluran pernafasan
bagian bawah paru akan tertutup. Pada penderita emfisema paru dan bronchitis kronik,
saluran-saluran pernafasan tersebut akan lebih cepat dan lebih banyak tertutup. Akibat
cepatnya saluran pernafasan menutup serta dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan
ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang. Tergantung dari kerusakannya, dapat terjadi
alveoli dengan ventilasi kurang/ tidak ada, akan tetapi perfusi baik. sehingga penyebaran
udara pernafasan maupun aliran darah alveoli, tidak sama dan merata. Timbul hipoksia dan
sesak nafas. Lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
paru dan polisitemia. terjadi HT pulmonal, yang dalam jangka lama dapat timbulkan kor
pulmonal.
2011)
D. Manifestasi Klinis
a. Batuk produktif
Batuk produktif ini disebabkan oleh inflamasi dan produksi mukusyang berlebihan di saluran
nafas.
b. Dispnea
Terjadi secara bertahap dan biasanya disadari saat beraktivitas fisik. Berhubungan dengan
menurunnya fungsi paru-paru dan tidak selalu berhubungan dengan rendahnya kadar oksigen
di udara.
c. Batuk kronik
Batuk kronis umumnya diawali dengan batuk yang hanya terjadi pada pagi hari saja
kemudian berkembang menjadi batuk yang terjadi sepanjanghari. Batuk biasanya dengan
pengeluaran sputum dalam jumlah kecil(<60ml/hari) dan sputum biasanya jernih atau
d. Mengi
bernapas saja. Selain itu pasien juga mengalamikesulitan bernafas pada saat makan sehingga
nafsu makan berkurangdan pasien tidak mendapat asupan kalori yang cukup untuk mengganti
kalori yang terpakai. Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya berat badan pasien.
Pada kasus CPOD yang parah, tekanan arteri pulmonary meningkatdan ventrikel kanan tidak
berkontraksi dengan baik. Ketika jantung tidak mampu memompa cukup darah ke ginjal dan
hati akan timbul edema padakaki, kaki bagian bawah, dan telapak kaki. Kondisi ini juga
dapatmenyebabkan edema pada hati atau terjadinya penimbunan cairan pada abdomen
(acites)
Adapun manifestasi klinis yang terdapat pada tiga jenis penyakit yang tergolong
PPOM, yaitu:
1. Asma
Keterangan: jika terdapat skor empat atau lebih, maka pasien diperkirakan mengalami astma
berat. Selanjutnya pasien harus diobservasi untuk menentukan ada tidaknya respon dari terapi
2. Bronkhitis kronis
Manifestasi klinik:
a. Penampilan umum: cenderung over weight, sianosis akibat pengaruh sekunder polisitemia,
c. Pengkajian:
Batuk persisten, produksi sputum seperti kopi, dipsnea dalam beberapa keadaan, variable
wheezing pada saat exspirasi, serta seringnya infeksi pada sistem respirasi.
d. Jantung: pembesaran jantung, cor pulmonal, dan hematokrit lebih dari 60%.
3. Emfisema paru-paru
Manifestasi klinis:
a. Penampilan umum:
stadium akhir.
c. Pengkajian fisik
Pada auskultasi terdapat penurunan suara nafas meskipun dengan suara nafas dalam.
d. Pemeriksaan jantung
Tidak terjadi pembesaran jantung. Cor pulmonal timbul pada stadium akhir.
Hematokrit <60%.
e. Riwayat merokok
E. Penatalaksanaan
1. Therapy Pengobatan
a. Infus NaCl 0,9% 500/24jam parallel dengan aminopilin 1amp + bricasma 1 amp dalam 29cc
f. Pantozol 40 mg iv 1x/hari
4. Bronkodilator
Bronkodilator diresepkan untuk mendilatasi jalan nafas karena preperat ini melawan
baik edeama mukosa maupun spasme muscular dan membantu baik dalam mengurai.
yang berbeda. Bronkodilator mungkin diresepkan per oral, subkutan, intravena, per rectal dan
inhalasi. Medikasi inhalasi dapat diberikan melalui aerosol bertekanan nebulizer balon
termasuk takikardi, disritmia jantung, sdan perangsangan sistem saraf pusat. Metilxantin
dapat juga menyebabkan gangguan gastrointestinal seperti mual dan muntah. Karena efek
samping ini umum, dosis dapat disesuaikan dengan cermat sesuai dengan toleransi pasien dan
respon klinik.
5. Terapi Aerosol
6. Terapi ekserbasi akut. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi :
Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka digunakan
Augmentin (amoxilin dan asam klavuralat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya
seperti kotrimoksosal, amoksisilin atau doksisilin pada pasien yang mengalami eksaserbasi
akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu mempererat kenaikan peak flowrate.
Namun hanya dalam 7 – 10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder
7. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena hiperkapnia dan
Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4 x 0,25 – 0,5/hari dapat
Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran nafas tiap pasien, maka
sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif fungsi foal paru.
Fisioterapi.
10. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal nafas Tip II dengan PaO2
11. Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan terisolasi,
1. Fisioterapi
2. Rehabilitasi psikis
3. Rehabilitasi pekerjaan
G. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya PPOK dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Merubah pola hidup : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi dan polusi udara.
2. Pencegahan Penyakit Paru Pada Usia Lanjut.
Proses penuaan pada seseorang tidak bisa dihindari. Perubahan struktur anatomik maupun
fisiologik alami juga tidak dapat dihindari. Pencegahan terhadap timbulnya penyakit-penyakit
paru pada usia lanjut dilakukan pada prinsipnya dengan meningkatkan daya tahan tubuhnya
dengan memperbaiki keadaan gizi, menghilangkan hal-hal yang dapat menurunkan daya
tahan tubuh, misalnya menghentikan kebiasaan merokok, minum alkohol dan sebagainya.
meniadakan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya infeksi. Hal positif yang dapat
menghindari timbulnya pneumoni, tetapi sayangnya pada usia lanjut vaksinasi ini kurang
Sejak usia muda, bagi orang-orang yang beresiko tinggi terhadap timbulnya kelainan paru
Pemeriksaan faal paru, paling tidak setahun sekali. Sangat dianjurkan bagi mereka yang
beresiko tinggi tadi (perokok berat dan laki-laki) menghindari atau segera berhenti merokok.
http://maiabekti.blogspot.com/2011/11/makalah-asuhan-keperawatan-pada.html