Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN DISKUSI REFLEKSI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KEKURANGAN VOLUME


CAIRAN PADA NY. M (G3P1A1) DENGAN HIPEREMESIS
GRAVIDARUM (HEG) DI RUANG PARIKESIT RS K.R.M.T
WONGSONEGORO

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2A

1. GHOFUR HARIYONO (P1337420919021)


2. ANGGRAENI BETI DWI L (P1337420919095)
3. BELLA FRISKA (P1337420919025)
4. ENDANG JUNAELA (P1337420919014)
5. HAJRAHWATI (P1337420919114)
6. IFFAH HANIFAH (P1337420919045)
7. RIZKA EKA PUTRI P (P1337420919044)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


DAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2019
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN KEKURANGAN VOLUME CAIRAN PADA


NY. M (G3P1A1) DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM (HEG) DI
RUANG PARIKESIT RS K.R.M.T WONGSONEGORO

Latar Belakang : Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah berlebihan yang


terjadi pada wanita hamil sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
kadar elektrolit, penurunan berat badan, dehidrasi, ketosis dan kekurangan nutrisi.
Hiperemesis gravidarum dapat mempengaruhi keadaan umum, berat badan makin
menurun, dan dehidrasi yang berakibat kekurangan volume cairan dan dapat
menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat bayi lahir rendah,
kelahiran premature, serta malformasi pada bayi baru lahir. Hiperemesis
gravidarum memberikan dampak psikologis, sosial, dan spiritual.
Tujuan : Melaksanakan asuhan keperawatan gangguan kekurangan volume cairan
pada pada Ny.M (G3P1A1) dengan Hiperemesis Gravidarum di Ruang Parikesit
RS K.R.M.T Wongsonegoro.
Metode : Studi ini menggunakan metode deskriptif dengan desain studi kasus.
Subjek studi kasus gangguan kekurangan volume cairan pada Ny.M (G3P1A1)
dengan Hiperemesis Gravidarum.
Hasil : Evaluasi tindakan yang telah dilakukan oleh perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan, Ny.M mengatakan sudah tidak mual muntah dan nafsu
makan membaik.
Kesimpulan : Kekurangan volume cairan pada Ny.M sudah teratasi dan
kebutuhan nutrisi sudah terpenuhi.

Kata kunci : Hiperemesis Gravidarum, Kekurangan Volume Cairan

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
ABSTRAK ……………………………………………………………………... 2
DAFTAR ISI………………………………………………….………………… 3
BAB 1 PENDAHULUAN
a. Latar Belakang………………………………………………………….. 4
b. Tujuan ...............………………………………………………………... 6
c. Manfaat ...............………………………………………………………. 6
d. Web of Causation……………………………………………………….. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9
BAB III METODE PENULISAN
A. Rancangan Solusi yang Ditawarkan........................................................ 20
B. Target dan Luaran .................................................................................. 20
C. Prosedur Pelaksanaan ............................................................................. 21
BAB IV LAPORAN KASUS............................................................................. 23
BAB V PEMBAHASAN
a. Analisis Kasus......................................................................................... 33
b. Analisis Intervensi.................................................................................. 35
BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan……………………………………………………………... 40
b. Saran……………………………………………………………………. 40
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 42

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa kehamilan tergolong dalam keadaan yang beresiko karena kehamilan
bersifat tidak menentu. Kehamilan yang awalnya normal secara tiba-tiba dapat
mengalami komplikasi. Salah satu komplikasi dalam kehamilan adalah
hiperemesis gravidarum. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya komplikasi hiperemesis gravidarum adalah
pemeriksaan kehamilan pengawasan sebelum lahir yang mempunyai peranan
sangat penting dalam mencapai kehamilan persalinan yang sehat untuk ibu dan
janin (Kundarti, Rahayu, & Utami, 2017).
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang lebih dari 10 kali
dalam 24 jam atau setiap saat pada wanita hamil sampai mengganggu
pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk dan dapat
terjadi dehidrasi (Nurarif, 2015).
Mual muntah pada kehamilan merupakan gejala paling awal, paling
umum, dan paling menyebabkan stress yang dikaitkan dengan selama masa
kehamilan. Keadaan hiperemesis gravidarum yang sangat patologis jauh lebih
jarang terjadi dibandingkan mual muntah secara logis. Diperkirakan
hiperemesis gravidarum yang sangat patologis terjadi dalam 1/500 kehamilan
(Kundarti et al., 2017).
Mual dan muntah merupakan gangguan yang umum dialami oleh 50%
wanita hamil dan biasanya paling parah pada trimester 1 kehamilan. Muntah
terjadi ketika pusat muntah di medulla atau zona pemicu komoreseptor yang
terletak di dinding lateral ventrikel keempat yang terstimulasi. Etiologi muntah
belum terbukti, namun menurut perkiraan kondisi ini dapat disebabkan oleh
kadar HCG (Hormon Chorionic Gonadotropin) sirkulasi. Sebagian wanita
hamil mengalami gejala mual muntah sering muncul pada saat bangun tidur
(morning sickness). Sebagian yang lain gejala mual muntah terus berlanjut
sepanjang hari (Kundarti et al., 2017).

4
Beberapa wanita hamil mengalami mual muntah selama kehamilan. Gejala
ini dimulai pada bulan pertama kehamilan dan belanjut sampai bulan ketiga
atau keempat. Mual dan muntah selama kehamilan disebabkan oleh perubahan
pada system endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh
peningkatan fluktuasi kadar HCG khususnya karena periode mual dan muntah
gestasional yang paling umum adalah usia 12-16 minggu pertama yang pada
saat itu HCG mencapai kadar tertingginya (Kundarti et al., 2017).
Berdasarkan Data dan Informasi Kemenkes RI, jumlah ibu hamil di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2017 tercatat 590.984 orang. Sedangkan menurut
WHO, di Indonesia kurang lebih terdapat 48.000 kasus hiperemesis
gravidarum per tahunnya. Hiperemesis gravidarum yang terjadi selama
kehamilan sangat berdampak buruk bagi ibu hamil terutama sat ibu hamil
sampai mengalami kekuarangan volume cairan. Selain berdampak buruk bagi
ibu hamil, hiperemesis gravidarum juga berdampak buruk bagi janin.
Pada ibu hamil, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan penurunan
berat badan, dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat keluarnya
asam hidroklorida dalam muntah dan hipokalemia. Sedangkan dampak
hiperemesis gravidarum bagi janin yaitu janin akan kekurangan nutrisi yanga
dapat menyebabkan BBLR, bayi lahir cacat, mengalami latar belakang mental,
dan sebagainya. Pada janin dengan ibu yang mengalami hiperemesis
gravidarum berkepanjangan dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat
bahkan kematian janin (Wulandari Agustina, 2018).
Akibat dari kekurangan cairan yang tidak segera ditangani dan terus
berlanjut, maka pasien dapat mengalami syok dan dapat menghambat tumbuh
kembang janin. Oleh karena itu, hiperemesis gravidarum yang terjadi pada ibu
hamil perlu mendapat penanganan segera terutama apanila pasien sampai
mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan, dan dapat mengalami komplikasi
yang ditimbulkan untuk ibu dan bayi semakin banyak. Prinsip penatalaksanaan
hiperemesis gravidarum meliputi rehidrasi untuk menggantikan cairan yang
hilang dengan pemberian cairan infus, pemberian obat melalui intravena untuk

5
mengurangi mual muntah, koreksi dehidrasi dan pemberian vitamin dan kalori
yang adekuat untuk memperhankan nutrisi dan cairannya (Ramadani, 2016).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menjadikan kasus
tersebut sebagai laporan kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Kekurangan Volume Cairan pada Ny. M (G3P1A1) Dengan Hiperemesis
Gravidarum (HEG) Di Ruang Parikesit RS K.R.M.T Wongsonegoro”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan kekurangan volume cairan pada
Ny. M (G3P1A1) dengan Hiperemesis Gravidarum (HEG) di ruang Parikesit
RS K.R.M.T Wongsonegoro”.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian kekurangan volume cairan pada Ny. M
(G3P1A1) dengan Hiperemesis Gravidarum.
b. Dapat melaksanakan diagnosis keperawatan kekurangan volume cairan
pada Ny. M (G3P1A1) dengan Hiperemesis Gravidarum.
c. Dapat melaksanakan perencanaan untuk mengatasi kekurangan volume
cairan pada Ny. M (G3P1A1) dengan Hiperemesis Gravidarum.
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk
mengatasi kekurangan volume cairan pada Ny. M (G3P1A1) dengan
Hiperemesis Gravidarum.
e. Dapat melaksanakan evaluasi masalah keperawatan kekurangan volume
cairan pada Ny. M (G3P1A1) dengan Hiperemesis Gravidarum.

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini diharapkan memberikan sumbangan untuk
meningkatkan pengetahuan terutama dalam pengelolaan klien ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum.

6
2. Manfaat Praktis
a. Peningkatan pelayanan kesehatan
Hasil penulisan ini diharapkan memberikan kontribusi dalam
meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan khususnya bagi
klien ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum
b. Peningkatan kesehatan masyarakat
Hasil penulisan ini diharapkan memberikan kontribusi dalam
peningkatan status kesehatan melalui upaya promotif khususnya bagi
klien ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum.

7
D. WEB OF CAUSATION

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kekurangan Volume Cairan


a) Definisi
Kekurangan volume cairan merupakan Penurunan cairan intravaskuler,
interstisial, dan/ atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan
cairan saat tanpa perubahan pada natrium. (Amin & Hardhi, 2015).
Kekurangan volume Ekstraseluler atau Hipovolemia (FVD) adalah
kehilangan cairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air
dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume isotonik sering kali
diistilahkan dehidrasi yang seharusnya dipakai untuk kondisi kehilangan air
murni yang relatif mengakibatkan hypernatremia.
b) Etiologi
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain :
- Umur: Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia
akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat
badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau
jantung.
- Iklim: Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan
tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang
beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.
- Stress : Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume
darah

9
- Diet : Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan
lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun
padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan
sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
- Kondisi Sakit : Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi
keseimbangan cairan dan elektrolit
c) Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi akibat hilangnya cairan tubuh dan
lebih cepat terjadi jika disatukan dengan penurunan masukan cairan.
Kekurangan volume cairan mungkin terjadi akibat masukan yang tidak
adekuat jika penurunan masukan berlangsung lama.
d) Manifestasi klinik
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia,
mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung pada
jenis kehilangan cairan. hipovolemia dapat disertai dengan ketidak
seimbangan asam basa, osmolar atau elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat
menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat
berupa peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan frekwensi
jantung, inotropik [kontraksi jantung] dan tahanan vaskuler), rasa haus,
pelepasan hormon antideuritik [ADH], dan pelepasan aldosteron. Kondisi
hipovolemia yang lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut.
e) Komplikasi
- Kehilangan GI abnormal : muntah, penghisapan NG, diare, drainase
intestinal
- Kehilangan kulit abnormal : diaforesis berlebihan sekunder terhadap
demam atau latihan, luka bakar, fibrosis sistik

10
- Kehilangan ginjal abnormal : terapi diuretik, diabetes insipidus,
diuresis osmotik (bentuk poliurik), insufisiensi adrenal, diuresis
osmotik (DM takterkontrol, pasca penggunaan zat kontras
- Spasium ketiga atau perpindahan cairan plasma ke interstisial :
peritonitis, obtruksi usus, luka bakar, acites
- Hemorragia
- Perubahan masukan : koma, kekurangan cairan.

B. Hyperemesis Gravidarum
a) Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak
terkendali selama masa kehamilan, yang menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi mutrisi, dan kehilangan
berat badan (Khumaira, 2012).
Hiperemesis gravidarum adalah mual yang terjadi sampai umur
kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan dimunim dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan
umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan
terdapat aseton dalam urin (Joseph, 2011).
Jadi, hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan mual dan
muntah yang berlebihan pada seorang wanita hamil sehingga aktivitas
terganggu dan menyebabkan keadaan memburuk serta dehidrasi.
b) Etiologi
Menurut Amin & Hardhi (2015) dalam Amru sofian (2012), menyatakan:
1) Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan
kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.
2) Faktor organik, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabolic
3) Faktor psikologik: kerekatan rumah tangga, kehilangan pekerjaan,
rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung
jawab, dll.

11
4) Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes dll.
Menurut Zulyina & Siti (2013) dalam Mansjoer (2005), menyatakan
penyebab hyperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak
ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak
ditemukan kelainan biokimia. Penulis sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi
1) Pramigravida
2) Mola Hidatidosa
3) Kehamilan ganda
b. Faktor Organik
1) Masuknya vili korealis dalam sirkulasi maternal
2) Perubahan metabolik karena hamil
3) Alergi sebagai salah satu respons jaringan ibu terhadap anak.
c. Faktor psikologis seperti
1) Rumah tangga yang retak
2) Kehilangan pekerjaan
3) Takut terhadap kehamilan dan persalinan
4) Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai
ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup.
c) Patofisiologi
Menurut Mitayani (2012), menyatakan Secara fisiologis rasa mual
terjadi akibat kadar ekstrogen yang meningkat dalam darah sehingga
mempengaruhi sistem pencernaan, tetapi mual dan muntah yang terjadi
terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia,
hipokloremia, serta penurunan klorida urin yang selanjutnya
menyebabkan hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke
jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik. Pemakaian cadangan
karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna,
sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang

12
berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar.
Selaput lendir esofagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-
Weiss), sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal.
Menurut Zuyina & Siti (2013) dalam Mansjoer (2005),
menyatakan perasaan mual akibat kadar ekstrogen meningkat.
1) Mual dan muntah terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi
2) Penurunan klorida urin
3) Terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan
dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik.
4) Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi
lemak tidak sempurna sehingga menyebabkan terjadinya ketosis.
5) Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya
menambah frekuensi muntah dan merusak hepar.
6) Selaput lendir esofagus dan lambung dapat robek (Sindrom Mallory-
Weiss) sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal.
d) Manifestasi Klinik
Menurut Amin & Hardhi (2015), dalam Amru sofian (2012), menyatakan
ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan:
1) Tingkat 1 (ringan): mual muntah terus menerus, lemah, tidak mau
makan, berat badan turun dan rasa nyeri di epigastrium, nadi 100
x/menit, tekanan darah, turgor kulit kurang, lidah kering, mata cekung.
2) Tingkat 2 (sedang): mual dan muntah yang hebat menyebabkan
keadaan umum lebih parah, lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah
kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi),
ikterus ringan, berat badan menurun, mata cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi dan dapat pula terjadi nafas
berbau aseton.
3) Tingkat 3 (berat) : keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun,
somnolen sampai koma, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi berat, suhu
badan naik dan tensi turun sekali, ikterus dan dapat berakibat fatal yaitu
nistagmus, diplopia, dan perubahan mental.

13
e) Komplikasi
Menurut Proverawati (2011) komplikasi hiperemesis gravidarum adalah :
1) Dehidrasi berat
2) Takikardi
3) Suhu meningkat
4) Alkolosis
5) Kelaparan
6) Gangguan emosional
7) Menarik diri dan depresi
f) Pemeriksaan Penunjang
1) USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi
janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin,
melokalisasi plasenta
2) Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN
3) Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH
(Amin & Hardhi, 2015)
g) Penatalaksanaan
Menurut Amin & Hardhi (2015), menyatakan Pada pasien dengan
hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dilakukan rawat inap
dirumah sakit dan dilakukan penanganan yaitu :
1) Medica mentosa
Harus diingat untuk tidak memberikan obat-obatan yang bersifat
teratogenik. Obat-obatan yang dapat diberikan diantaranya suplemen
multivitamin, antistamin, dopamine antagonis, serotonin antagonis, dan
kortikosteroid. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6
seperti pyridoxine (vitamin B6). Pemberian pyridoxine cukup efektif
dalam mengatasi keluhan mual dan muntah. Anti histamine yang
dianjurkan adalah doxylamine dan dipendyramine. Pemberian anti
histamine bertujuan untuk menghambat secara langsung kerja histamine
pada reseptor H1 dan secara tidak langsung mempengaruhi system
vestibular, menurunkan rangsangan dipusat muntah. Selama terjadi mual

14
dan muntah, reseptor dopamine dilambung berperan dalam menghambat
motilitas lambung. Oleh karena itu diberikan obat dopamine antagonis.
Dopamine antagonis yang dianjurkan diantaranya prochlorperazine, dan
metoclopiramide.
Prochlorperazin dan prometazine bekerja pada reseptor D2 untuk
menimbulkan efek antiemetic. Sementara itu metoclopiramide bekerja
disentral dan perifer. Obat ini menimbulkan efek antiemetic dengan cara
meningkatkan kekuatan spincter esophagus bagian bawah dan
menurunkan transit time pada saluran cerna. Pemberian serotonin
antagonis yang dianjurkan adalah ondansetron. Ondansetron biasanya
diberikan pada pasien
hiperemesis gravidarum yang tidak membaik setelah diberikan obat-
obatan yang lain. Sementara itu pemberian kortikosteroid masih
controversial karena diakatan pemberian pada kehamilan trimester
pertama dapat meningkatkan resiko bayi lahir dengan cacat bawaan.
2) Terapi nutrisi
Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi
tergantung pada derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan
penerimaan penderita terhadap rencana pemberian makanan.
3) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah, dan
memiliki peredaran udara yang baik. Biasanya dengan isolasi saja gejala-
gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
4) Terapi psikologi
Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan. Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan dan persalinan
karena itu merupakan proses fisiologis, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik lainnya yang melatar belakangi
penyakit ini. Jelaskan juga bahwa mual dan muntah adalah gejala yang
normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia
kehamilan 4 bulan.

15
5) Cairan parenteral
Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah
mekanisme kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi
uterus. Selama terjadi gngguan hemodinamik, uterus termasuk organ non
vital sehingga pasokan darah kurang. Pada kasus hiperemesis
gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi termasuk dalam dehidrasi karena
kehilangan cairan (pure dehydration)
6) Terapi alternatif
a) Vitamin B6
Peranan vitamin B6 untuk mengatasi hiperemesis masih
kontroversi. Dosis vitamin B6 yang cukup efektif berkisar 12,5
sampai 25 mg perhari tiap 8 jam. Defisiensi vitamin B6 akan
menyebabkan kadar serotonin rendah sehingga saraf panca indera
akan semakin sensitif yang menyebabkan ibu muda mual dan
muntah. Pada wanita hamil terjadi peningkatan kynurenik dan
santurenic acid di urin.
b) Jahe (zingiber offcinale)
Pemberian dosis harian 250 mg sebanyak 4 kali perhari lebih baik
hasilnya dibandingkan plasebo pada wanita dengan hiperemesis
gravidarum.

C. Terapi Akupressure
a) Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya
menjadi buruk karena terjadi dehidrasi.
Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan
muntah/tumpah yang berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap
saat, sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari.

16
b) Penyebab
Penyebab Hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti.
Beberapa faktor yang telah ditemukan yaitu :
1. Faktor presdisposisi yang sering dikemukakan adalah primi gravida,
mola hidatidosa dan kehamilan ganda, kelainan faktor endokrin juga
memberikan pengaruh seperti diabetes melitus dan hipertiroid.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolic akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan, ini merupakan faktor organik.
3. Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4. Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah
tangga retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan. Takut terhadap tanggug jawab sebagai ibu.
c) Tanda dan Gejala
Hiperemesis Gravidarum, menurut berat ringannya dapat dibagi kedalam
3 (tiga) tingkatan, yaitu :
1) TingkatnIm
Mual terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa
nyeri pda epigastrium, nadi meningkat sekitar 100/menit, tekanan darah
sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidang mengering dan mata
cekung.
2) TingkatnII
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lemah mengurang,
lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-
kadang naik dan mata sedikit ikteris, berat badan turun dan mata menjadi
cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton
tercium dalam hawa pernafasan karena mempunyai aroma yang khas dan
dapat pula ditemukan dalam kencing.
3) TingkatnIII

17
Keadaan umum lebih parah, muntah keadaan umum lebih parah, muntah
henti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan
cepat, suhu meningkat tensi menurun, komplikasi fatal terjadi pada
susunan syaraf yang dikenal sebagai ensefalopati werniele, dengan gejala :
nistagmus, dipolpia dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat
sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks, timbulnya
ikterus menunjukkan adanya payah hati.
d) Komplikasi
Dehidrasi berat, ikterik, takikardia, suhu meningkat, alkalosis, kelaparan
gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan
keluarga, menarik diri dan depresi.
e) Penatalaksanaan
1) Diet Hiperemesis Gravidarum
Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti
persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur
memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup. Syaratnya
antara lain :
- Karbohidrat tinggi, lemak rendah, dan protein sedang
- Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan
disesuaikan
dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
- Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan
diberikan sering dalam porsi kecil
- Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan
pada makan malam dan selingan malam
- Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien
Macam-macambDiet:
1) Diet Hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis
gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong

18
bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak
diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada
diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak
diberikan dalam waktu lama.
2) DietbHiperemesisbII
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet
diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan
makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan
dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini
dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
3) Diet Hiperemesis III
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum
ringan. Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh
diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi
kebutuhan energi dan semua zat gizi.
Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
Roti panggang, biskuit, crackers, buah segar dan sari buah, minuman
botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer. Makanan
yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan
yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam.
Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung
zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga
tidakbdianjurkan.

19
BAB III

METODE PENULISAN

A. Rancangan Solusi yang Ditawarkan


Rancangan yang digunakan yaitu menggunakan studi kasus (case study).
Case study adalah metode yang digunakan untuk memahami individu yang
dilakukan secara integrative dan menyeluruh, dengan tujuan mendapatkan
pemahaman yang mendalam mengenai kondisi individu tersebut beserta masalah
yang dihadapinya dengan tujuan untuk menyelesaikan permasalahan dan
memporeleh perkembangan diri yang baik (Rahardjo & Gudnanto, 2010). Studi
kasus merupakan rancangan penelitian yang mencangkup pengkajian satu unit
penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas,
atau institusi.
Studi kasus dalam Diskusi Refleksi Kasus yaitu studi kasus dengan cara
menerapkan hasil penelitian berupa akupresure merupakan perkembangan terapi
pijat yang berlangsung seiring dengan perkembangan ilmu akupuntur karena
teknik pijat akupresure adalah turunan dari ilmu akupuntur. Dilakukan untuk
mengurangi masalah mual dan muntah pada pasien HEG di ruang Parikesit RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro.
Secara skematis rancangan studi kasus ini sebagai berikut :
O1 X O2

Keterangan :
O1 : pengukuran mual dan muntah sebelum intervensi
X : tindakan akupresure
O2 : pengukuran mual dan muntah setelah intervensi

B. Target dan Luaran


Luaran pada studi kasus ini adalah penurunan mual dan muntah pada
pasien dengan HEG setelah dilakukan akupresure dengan kriteria hasil sebagai
berikut) :

20
NOC : Kontrol mual dan muntah (1618)
Skala target outcome : dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5
Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang-kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Secara konsisten menunjukkan
Target pada studi kasus ini yaitu sebagai berikut :
a. Pasien kooperatif
b. Pasien dengan diagnosa keperawatan mual dan muntah
c. Pasien dengan HEG
d. Pasien menyetujui inform consent

C. Prosedur Pelaksanaan
Teknik Akupressure Memijat Titik Meridian Perikardium P6 (Titik Nei Guan)

Titik akupresure ini untuk merelaksasikan otot dan secara positif mempengaruhi
jantung dan peredaran darah. Bagaimana cara menemukannya ?
1. Hadapkan telapak tangan kiri ke atas agak ditekuk
2. Lihat ada lipatan pergelangan tanagan. Dari lipatan ini ukur 3 jari. Letak titik
P6 (Nei Guan) adalah pada titik putung antara sisi telunjuk kanan dengan garis
tengah-tengah lengan bawah (arah meridian perikardium, garis merah)
3. Tekan titik tersebut secara ritmik, lakukan selama 2 menit dengan sekurang-
kurangnya 8 x 8 pijatan
4. Dengan cara yang sama, lakukan untuk tangan kanan
Indikasi : Menurunkan tekanan darah, mual muntah, mengurangi nyeri, stress.

21
Memijat Titik Meridian Lambung Lb-36 Atau Titik Zu San Li

Bagaimana cara menemukannya ?


1. Raba di bawah tulang temputung kiri, antara tulang tempurung dan tulang
kering terdapat lekukan dimana dengan tangan kanan ukur dari lekukan ini 4
jari ke bawah.
2. Tepat pada garis batas kelingking kiri, ukur ke arah luar sekitar 2 cm dari
tulang kering. Disitulah letak titik Lb-36 atau titik Zu San Li
Indikasi : Pusing, sakit kepala, gangguan pencernaan, sakit lambung, sakit perut,
tidak dapat tidur, mual muntah, menurunkan tekanan darah

22
BAB IV
LAPORAN KASUS KELOLAAN

Tanggal Pengkajian/Jam :Senin, 12 Agustus 2019 Ruang/RS : Parikesit/ RSWN


A. BIODATA
1. Biodata Pasien
a. Nama : Ny. M
b. Umur : 29 tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
e. Tanggal Masuk : 12 Agustus 2019
f. Diagnosa Medis : hiperemesis gravidarum
g. Nomor Register : 315677
2. Biodata Penanggungjawab
a. Nama : Tn. B
b. Umur : 33 tahun
c. Alamat : Tlogomulyo, Pedurungan
d. Pendidikan : SMP
e. Pekerjaan : Swasta
f. Hubungan dengan klien : Suami
B. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan mual muntah, lemas dan pusing.
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang
Klien saat ini G3P1A1 mengatakan mual muntah lebih dari 10 kali,
berwarna kuning. Setiap kali makan atau minum klien merasa mual
muntah. Klien juga merasa nyeri di ulu hati. Klien tampak lemas dan
merasa pusing. Sebelumnya klien sudah diperiksa ke Puskesmas dan
diminta untuk langsung ke IGD RS. Pada tanggal 12 Agustus 2019
klien masuk dipindahkan ke ruang Parikesit di RS Wongsonegoro.

23
2. Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah dirawat di RS karena asma dan gastritis pada tahun 2013.
Klien pernah menjalani operasi SC pada tahun 2017. Klien tidak
memiliki penyakit hipertensi, DM, stroke, ataupun jantung.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, asma, stroke dll.
D. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL
1. Pola manajemen dan persepsi kesehatan
Klien mengatakan jika ia atau keluarganya sakit biasanya diperiksakan
ke Puskesmas. Setelah itu baru diperiksakan ke RS jika sakitnya tidak
kunjung sembuh. Klien mengatakan bahwa kesehatan itu memang
penting. Ny. M juga memeriksakan kehamilannya di Puskesmas atau
bidan yang terdekat.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
a. Sebelum sakit, pola makan klien tidak teratur. Klien biasanya
makan nasi, sayur, dan lauk pauk seadanya. Sejak trimester I
klien sering mual muntah. Klien hanya makan sedikit-sedikit
dengan diselingi makanan ringan. Sebelum sakit, klien juga sering
minum air putih, kira-kira 6 gelas dalam sehari atau tergantung
Ny. M ketika merasa haus. Klien suka memakan makanan yang
asam-asam. Klien juga tidak memiliki pantangan/ alergi, gigi
palsu, atau kesulitan dalam menelan.
b. Setelah sakit, klien mengatakan merasa mual dan muntah saat
dimasuki makanan atau minuman. Nafsu makan menurun setiap
kali makan hanya habis 2-3 sendok makan.
3. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit, klien BAB nya normal 1 kali sehari. Sedangkan
untuk BAK nya klien sering buang air kecil, dengan warna jernih,
bau khas.

24
b. Setelah sakit, klien belum BAB. Sedangkan untuk BAK nya 2 kali
sehari, berwarna kuning pekat, dan bau khas.
4. Pola istirahat dan tidur
a. Sebelum sakit, klien tidur dari jam 21.00 sampai jam 4.00 WIB.
Jumlah tidurnya 7 jam, klien tidak mengalami kesulitan dalam
tidur.
b. Setelah sakit, klien terkadang bangun pada saat malam hari.
Namun klien dapat tertidur kembali setelah itu.
5. Pola aktifitas dan latihan
Selama di RS klien dibantu oleh suaminya, Ny. M lebih banyak tidur
dan duduk di tempat tidurnya.
6. Pola peran dan hubungan
Klien memiliki hubungan yang baik dengan suami dan keluarganya,
suaminya tampak menunggui Ny. M selama di RS. Klien juga menjadi
ibu rumah tangga ketika di rumah.
7. Pola persepsi kognitif dan sensori
Klien ketika dirawat di rumah sakit ia sadar penuh, komunikasinya
masih baik, klien mampu menjawab pertanyaan denga baik, dan jelas.
Ny. M juga mengatakan tidak ada keluhan pada penglihatan dan
pendengarannya.
8. Pola persepsi diri/konsep diri
Body image : klien mampu menerima keadaan saat ini meskipun
sedikit cemas
Identitas diri : klien adalah seorang istri yang telah memiliki anak
perempuan berusia 3.5 tahun. Klien menikah pada usia 26 tahun dan
telah menjalani rumah tangga selama 4 tahun.
Harga diri : klien sedikit cemas dengan keadaannya
Ideal diri : klien yakin bahwa semuanya sudah diatur oleh Allah
SWT.
Peran diri : klien adalah seorang istri yang memiliki anak dan
sekaligus sebagai ibu rumah tangga.

25
9. Pola seksual dan reproduksi
Usia menarche klien yaitu pada umur 11 tahun, dengan siklus haid 28
hari, dan lama haid 5 hari. HPHT klien pada tanggal 9 Mei 2019. Klien
sedang hamil anak ketiga dan klien memiliki riwayat reproduksi yang
kurang baik yaitu pernah aborsi 1 kali dengan dilakukan kuretase pada
tahun 2016 pada saat usia kehamilan 5 minggu. Kemudian menjalani
SC 1 kali pada anak yang kedua dengan faktor penyulit KPD pada
tahun 2017.
10. Pola mekanisme koping
Klien terbuka terhadap masalah penyakitnya, ia merasa bebannya
sedikit berkurang dengan cara bercerita dengan orang terdekat atau
keluarganya. Klien juga menerima terhadap sakitnya karena Ny. M
percaya semuanya sudah diatur oleh Allah SWT, sehingga ia hanya
bisa berdoa dan berusaha agar sembuh
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien melaksanakan ibadah dengan baik dan selalu berdoa demi
kesehatannya.
E. PEMERIKSAAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kesadaran : composmentis
GCS : E4V5M6
2. Tanda-tanda Vital
TD : 117/82 mmHg
RR : 20 x/menit
T : 36.5°C
N : 88 x/menit
3. Head to Toe
a. Kepala : bentuk normal, warna rambut hitam dan sedikit rontok,
tidak terdapat uban, tidak ada bekas luka.

26
b. Mata : mata normal, konjungtiva tidak anemis, mata cekung, sclera
jernih, tidak ada pendarahan subkonjungtiva, tidak ada edema
palpebra, fungsi penglihatan baik.
c. Hidung : tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada penumpukan
secret, tidak ada epistaksis, fungsi pembau baik.
d. Mulut : tidak ada sianosis, gusi tidak berdarah, bibir kering, tidak
ada stomatitis, tidak ada luka pada mulut, tidak terdapat pembesaran
tonsil.
e. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan,
tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.
f. Dada : bentuk dada simetris, pergerakan dada saat ekspirasi dan
inspirasi simetris.
g. Abdomen : tidak ada bekas luka, nyeri pada ulu hati
h. Genetalia : bersih, tidak ada perdarahan
i. Anus : kebersihan daerah anus bersih, tidak ada luka, tidak ada
tanda infeksi, tidak ada benjolan.
j. Integumen : kulit tampak bersih, tidak ada edema

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tanggal : 12 Agustus 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.5 g/dl 11.7 – 15.5
Hematokrit 36.40 35 – 47
Jumlah leukosit 6.7 /uL 3.6 – 11.0
Jumlah trombosit 187 /uL 150 – 400
KIMIA KLINIK
GDS 80 Mg/dl 70 – 110
IMUNOLOGI
HBsAg Kualitatif Negatif negatif

27
G. PROGRAM TERAPI
Tanggal : 12 Agustus 2019
Infus KAEN 3B + Ondansetron 8 mg drip
Inj. Ondansetron 4 mg/12 jam
Sucralfat syr 1 cth/ 8 jam
Asam folat 1 tablet/24 jam

DAFTAR MASALAH
No Tanggal/ Data fokus Etiologi Masalah
jam keperawatan
1. 12 Agust DS : Kehilangan Kekurangan volume
2019 Klien mengatakan lemas cairan aktif cairan
Jam mual muntah lebih dari 10 : vomitus
15.00 kali.
DO :
Mukosa bibir dan kulit
kering
Urine berwarna kuning pekat
Mata cekung
2. 12 Agust DS : Kurang Ketidakseimbangan
2019 Klien mengatakan nafsu asupan nutrisi : kurang dari
Jam makan menurun setiap makanan kebutuhan tubuh
15.30 makan/minum merasa mual
dan hanya habis 2-3 sendok
makan

DO :
Klien tampak lemas dan
kurang nafsu makan
Lidah terasa pahit

28
RENCANA KEPERAWATAN
Tgl/jam Dx Tujuan Intervensi TTD
12 Agust Dx 1 Setelah dilakukan 1. Monitor status cairan (intake output)
2019 asuhan keperawatan 2. Monitor status hidrasi (kelembapan membrane
selama 3x24 jam mukosa, nadi adekuat)
diharapkan deficit 3. Monitor vital sign
volume cairan teratsii 4. Lakukan terapi komplementer akupresure pada
dengan kriteria hasil : titik Nei Guan dan Zu San Li untuk mengatasi
Tidak ada tanda-tanda mual muntah klien
dehidrasi 5. Dorong keluarga untuk membantu klien makan
Tanda-tanda vital normal 6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
12 Agust Dx 2 Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi makanan
2019 asuhan keperawatan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
selama 3x24 jam jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan klien
diharapkan 3. Beri informasi yang tepat tentang makanan sesuai
ketidakseimbangan dengan kebutuhan nutrisi dan pentingnya nutrisi
nutrisi : kurang daro yang adekuat
kebutuhan tubuh dengan 4. Monitor intake nutrisi
kriteria hasil: 5. Anjurkan untuk makan sedikit-sedikit tetapi
- Klien tidak lemas sering
- Klien tidak mengeluh
mual
- Tidak terjadi
penurunan BB secara
drastis
- Nafsu makan
meningkat

29
TINDAKAN KEPERAWATAN
Kode TTD
Tgl/jam Tindakan Keperawatan Respon
diagnosa
12 Dx 1 1. Memonitor status cairan (intake DS :
Agustus output) Klien mengatakan lemas
2019 2. Memonitor status hidrasi mual muntah lebih dari
(kelembapan membrane mukosa, 10 kali.
nadi adekuat) DO :
3. Memonitor vital sign Mukosa bibir dan kulit
4. Melakukan terapi komplementer kering
akupresure pada titik Nei Guan dan Urine berwarna kuning
Zu San Li untuk mengatasi mual pekat
muntah klien Mata cekung
5. Mendorong keluarga untuk TD : 117/82 mmHg
membantu klien makan RR : 20 x/menit
6. Mengkolaborasikan dengan dokter T : 36.5°C
untuk pemberian terapi N : 88 x/menit
12 Dx 2 1. Mengkaji adanya alergi makanan DS :
Agustus 2. Mengkolaborasikan dengan ahli Klien mengatakan nafsu
2019 gizi untuk menentukan jumlah makan menurun setiap
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan makan/minum merasa
klien mual dan hanya habis 2-3
3. Memberikan informasi yang tepat sendok makan
tentang makanan sesuai dengan DO :
kebutuhan nutrisi dan pentingnya Klien tampak lemas dan
nutrisi yang adekuat kurang nafsu makan
4. Memonitor intake nutrisi Lidah terasa pahit
5. Menganjurkan untuk makan
sedikit-sedikit tetapi sering
13 Dx 1 1. Memonitor status cairan (intake DS :
Agustus output) Klien mengatakan masih
2019 2. Memonitor status hidrasi lemas dan mual muntah
(kelembapan membrane mukosa, sudah sedikit berkurang
nadi adekuat) DO :
3. Memonitor vital sign Mukosa bibir dan kulit
4. Melakukan terapi komplementer kering
akupresure pada titik Nei Guan dan Urine berwarna jernih
Zu San Li untuk mengatasi mual TD : 110/80 mmHg
muntah klien RR : 18 x/menit
5. Mendorong keluarga untuk T : 36.6°C

30
membantu klien makan N : 86 x/menit
6. Mengkolaborasi dengan dokter
untuk pemberian terapi
13 Dx 2 1. Mengkaji adanya alergi makanan DS :
Agustus 2. Mengkolaborasikan dengan ahli Klien mengatakan mual
2019 gizi untuk menentukan jumlah muntahnya sudah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan berkurang
klien DO :
3. Memberikan informasi yang tepat Klien masih pusing
tentang makanan sesuai dengan Makan klien sudah habis
kebutuhan nutrisi dan pentingnya 5-6 sendok
nutrisi yang adekuat Nafsu makan klien sedikit
4. Memonitor intake nutrisi meningkat
5. Menganjurkan untuk makan
sedikit-sedikit tetapi sering
14 Dx 1 1. Memonitor status cairan (intake DS :
Agustus output) Klien mengatakan masih
2019 2. Memonitor status hidrasi sedikit pusing
(kelembapan membrane mukosa, DO :
nadi adekuat) Mukosa bibir dan kulit
3. Memonitor vital sign lembab
4. Melakukan terapi komplementer Urine berwarna jernih
akupresure pada titik Nei Guan dan TD : 120/80 mmHg
Zu San Li untuk mengatasi mual RR : 20 x/menit
muntah klien T : 36.5°C
5. Mendorong keluarga untuk N : 82 x/menit
membantu klien makan
6. Mengkolaborasi dengan dokter
untuk pemberian terapi
14 Dx 2 1. Mengkaji adanya alergi makanan DS :
Agustus 2. Mengkolaborasikan dengan ahli Klien mengatakan sudah
2019 gizi untuk menentukan jumlah tidak mual muntah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan DO :
3. Memberikan informasi yang tepat Nafsu makan klien
tentang makanan sesuai dengan meningkat
kebutuhan nutrisi dan pentingnya Klien menghabiskan porsi
nutrisi yang adekuat makan dari RS
4. Memonitor intake nutrisi Klien sudah mengerti
5. Menganjurkan untuk makan tentang kebutuhan
sedikit-sedikit tetapi sering nutrisinya

31
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal/jam Kode diagnosa Subjektif, Obyektif, Assasment, Planning TTD


keperawatan SOAP Perawat
14 Agustus Dx 1 S:
2019 Klien mengatakan masih sedikit pusing
O:
Mukosa bibir dan kulit lembab
Urine berwarna jernih
TD : 120/80 mmHg
RR : 20 x/menit
T : 36.5°C
N : 82 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
14 Agustus Dx 2 S:
2019 Klien mengatakan sudah tidak mual muntah
O:
Nafsu makan klien meningkat
Klien menghabiskan porsi makan dari RS
Klien sudah mengerti tentang kebutuhan nutrisinya
A : Masalah teratasi
P : Hentikan ntervensi

32
BAB V
PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus
Setelah melakukan pengkajian pada Ny. M (G3P1A1) dengan Hiperemesis
Gravidarum (HEG) dengan masalah kekurangan volume cairan di ruang Parikesit
RS K.R.M.T Wongsonegoro selama tiga hari, maka pada bab ini akan dibahas
kesenjangan antara teori dan kasus yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi
kasus, juga menganalisa factor pendukung dan penghambat selama melaksanakan
asuhan keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dalam proses keperawatan
pengumpulan data yang akurat dan secara sistematis dalam membantu dan
menentukan status kesehatan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan
berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan pengkajian pada Ny.M dengan
kasus Hiperemesis Gravidarum yang dirawat di ruang perawatan Parikesit RS
Wongsonegoro pada tanggal 12-14 Agustus 2019. Adapun pengkajian yang
difokuskan pada kasus Hiperemesis Gravidarum ialah masalah kekurangan
volume cairan.
Menurut Runiari (2010) menyatakan hiperemesis gravidarum adalah mual
dan muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil sehingga menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih
dari 5% berat badan wal), dehidrasi, ketosis dan kekurangan nutrisi.
Hiperemesis gravidarum adalah keadaaan mual dan muntah berlebihan, lebih
dri 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga menggangu kesehatan dan
pekerjaan sehari-hari (Arief B., 2009).
Berdasarkan berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi
menjadi tiga tingkatan (Sofian, 2013) :
1. Tingakt 1 : ringan

33
Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau
makan, berat badan turun dan rasa nyeri di epigastrium, nadi sekitar 100 kali
per menit, TD turun, turgor kulit kurang, lidah kering dan mata cekung.
2. Tingkat 2 : sedang
Mual muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih
parah : lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi
kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, BB turun, mata
cekung, oliguria dan konstipasi. Dapat pula terjadi asetonuria dan dari
nafas bau aseton.
3. Tingkat 3 : berat
Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai
koma, nadi kevil, halus dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik, TD
turun sekali, ikterus.
Adapun keluhan utama Ny.M pada saat dikaji adalah mual muntah lebih
dari 10 kali berwarna kuning. Setiap kali makan atau minum klien merasa mual
muntah. Klien juga merasa nyeri di ulu hati. Klien tampak lemas dan merasa
pusing. Mukosa bibir dan kulit kering, urine berwarna kuning pekat dan mata
cekung. Dari hasil pengkajian antara teori dan kasus tidak ditemukan
kesenjangan dimana ditemukan data pada teori sama seperti pada kasus.
2. Diagnosis
Secara teori konsep keperawatan pada kasus Hiperemesis Gravidarum maka
daignosa keperawatan yang lazim muncul, yaitu sebagai berikut (Amin &
Hardhi, 2015) :
a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif : vomitus
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan
makanan
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
d. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien Ny.M pada
Hiperemesis Gravidarum yaitu :
a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif : vomitus

34
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan
makanan
Berdasarkan hal tersebut ditemukan kesenjangan pada kasus yang dialami
Ny.M antara diagnosa pada teori dan diagnosa pada kasus, dimana pada kasus
tidak ditemukan diagnosa sebagai berikut :
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
d. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
Diagnosa tersebut diatas ditemukan pada teori tetapi tidak pada kasus. Hal
ini disebabkan karena klien tidak mengalami sesak nafas ketika beraktivitas dan
tidak mengalami penurunan kesadaran ditandai klien tidak memakai bantuan
oksigen, respirasi normal, dan klien mampu berkomunikasi dengan baik,
sehingga hal ini tidak terjadi penurunan suplai darah ke otak.

B. Analisa Intervensi Keperawatan


Berdasarkan diagnosa yang ditemukan pada kasus, maka perencanaan
ditetapkan sebagai pedoman dalam melaksanakan implementasi, evaluasi yang
dibuat dalam kasus, dan mengalami kesenjanagan dengan teori. Adapun diagnosa
yang difokuskan dalam rencana keperawatan yaitu masalah kekurangan volume
cairan namun masalah lain yang ditemukan tetap dilakukan rencana keperawatan,
karena ada 4 diagnosa yang terdapat pada teori tetapi hanya 2 diagnosa yang
terdapat dalam kasus diantaranya :
a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif : vomitus
1. Monitor status cairan (intake output)
Rasional : untuk mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mengatur keseimbangan cairan.
2. Monitor status hidrasi (kelembapan membrane mukosa, nadi adekuat)
Rasional : untuk mengetahui tanda-tanda dehidrasi dan mencegah syok
hipovolemik
3. Monitor vital sign
Rasional : untuk memonitor keadaan umum klien
4. Lakukan terapi komplementer akupresure pada titik Nei Guan & Zu San Li

35
Rasional : untuk menurunkan mual muntah klien
5. Dorong keluarga untuk membantu klien makan
Rasional : untuk mempertahankan cairan
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
Rasional : untuk memberikan hidrasi cairan tubuh secara parenteral
Menurut penelitian Meiri & Kibas (2018) didapatkan hasil bahwa ada
pengaruh terapi komplementer acupressure pada titik Nei Guan dan Zu San Li
untuk mengatasi mual muntah klien dengan nilai p value 0,000 (p < 0.05).
Penelitian Widyastuti et al. (2019) menunjukkan bahwa terapi
komplementer acupressure efektif untuk mengatasi emesis gravidarum pada ibu
hamil trimester I. Penelitian lain Sari (2019) diperoleh hasil bahwa wanita
hamil trimester I yang mengalami mual muntah setelah diberikan acupressure
mengalami penurunan mual muntah.
Penyebab mual muntah ibu hamil disebabkan karena faktor fisiologis dan
psikologis. Faktor fisiologis yaitu akibat peningkatan hormone HCG dan
estrogen terjadi pada setiap kehamilan. Faktor psikologis juga merupakan
factor yang dipicu dari lingkungan sekitar seperti stres. Dan terapi acupressure
pada titik Nei Guan, Zu San Li dapat merangsang keluarnya hormone kortisol
yang dapat meningkatkan metabolisme tubuh sehingga mual dan muntah yang
dirasakan dapat berkurang.
Kekurangan volume cairan merupakan penurunan cairan intravaskuler,
interstitial, dan atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan
saja tanpa perubahan pada natrium (Amin& Hardhi, 2015).
Diagnosa tersebut ada pada kasus karena klien mengalami mual dan
muntah berlebihan yang menyebabkan terjadinya kehilangan cairan tubuh,
sehingga terjadi masalah kekurangan volume cairan.
Kekurangan volume cairan berdasarkan derajatnya juga dibagi menjadi
tiga golongan yaitu (Hidayat, 2015) :
1. Dehidrasi ringan : dengan terjadinya kehilangan cairan mencapai 5% BB
atau 1-2 liter.

36
2. Dehidrasi sedang : kehilangan cairan 2-4 liter atau antara 5-10% BB, mata
cekung.
3. Dehidrasi berat : pengeluaran/ kehilangan cairan 4-6 liter, hipotensi, turgor
kulit buruk, oliguria, nadi dan pernefasan meningkat, kehilangan cairan >
10% BB.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan
makanan
1. Kaji adanya alergi makanan
Rasional : untuk mencegah alergi makanan klien
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan klien
Rasional : meningkatkan status gizi klien
3. Beri informasi yang tepat tentang makanan sesuai dengan kebutuhan
nutrisi dan pentingnya nutrisi yang adekuat
Rasional : agar pasien mengerti tentang pentingnya kebutuhan nutrisi
4. Monitor intake nutrisi
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien
5. Anjurkan untuk makan sedikit-sedikit tetapi sering
Rasional : untuk menjaga asupan makanan yang dibutuhkan tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh merupakan
asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik (Amin &
Hardhi, 2015).
Diagnosa tersebut ada pada kasus karena klien mengalami mual dan
muntah berlebihan dan kurang nafsu makan ditandai dengan lidah klien yang
pahit, dan klien hanya makan 1-2 sendok saja. Setiap kali makan atau minum
klien juga ingin mual muntah, sehingga menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Selain itu, ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan karbohidrat
kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak
dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah, sebaiknya diberi
jarak dalam pemberian makan dan minum. Diet pada hiperemesis bertujuan

37
untuk mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis secara
berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup (Gunawan,
2011).
3. Pelaksanaan
Dari kedua diagnosa yang ada, hanya satu diagnosa yang difokuskan yaitu
kekurangan volume cairan. Adapun tindakan yang dilakukan secara mandiri
untuk mengatasi masalah kekurangan volume cairan tersebut pada Hiperemesis
Gravidarum adalah memonitor status cairan (intake output), memonitor status
hidrasi (kelembapan membrane mukosa, nadi adekuat), memonitor vital sign,
melakukan terapi komplementer akupresure pada titik Nei Guan dan Zu San Li
untuk mengatasi mual muntah klien, mendorong keluarga untuk membantu
klien makan, mengkolaborasikan dengan dokter untuk pemberian terapi.
Penelitian Widyastuti et al. (2019) menunjukkan bahwa terapi
komplementer acupressure efektif untuk mengatasi emesis gravidarum pada ibu
hamil trimester I. Menurut penelitian Sari (2019) diperoleh hasil bahwa wanita
hamil trimester I yang mengalami mual muntah setelah diberikan acupressure
mengalami penurunan mual muntah.
Adapun tindakan yang dilakukan secara mandiri untuk mengatasi masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan
makanan. tersebut pada Hiperemesis Gravidarum adalah mengkaji adanya
alergi makanan, mengkolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan klien, memberikan informasi yang tepat
tentang makanan sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan pentingnya nutrisi yang
adekuat, memonitor intake nutrisi, dan menganjurkan untuk makan sedikit-
sedikit tetapi sering.
Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah roti
panggang, biscuit, crakers, buah segar dan sari buah. Sedangkan makanan yang
tidak dianjurkan adalah makanan umum yang merangsang saluran pencernaan
dan berbumbu tajam (Gunawan, 2011).
Meskipun hanya satu masalah yang difokuskan dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yaitu kekurangan volume cairan pada Hiperemesis

38
Gravidarum namun semua intervensi dari kedua diagnosa tersebut yang
ditemukan pada tinjauan kasus tetap dilaksanakan, dan tidak ada hambatan
yang dirasakan penulis dalam pelaksanaan, sebab klien dan keluarga mau
bekerja sama dan kooperatif dalam pemberian tindakan keperawatan.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan yang
meliputi hasil dari pencapaian asuhan keperawatan langsung kepada klien.
Tahap evaluasi berpedoaman pada kriteria tujuan yang tercantum pada rencana
keperawatan dan merupakan proses umpan balik dari tindakan yang diberikan
selama tiga hari mulai tanggal 12-14 Agustus 2019. Evaluasi yang menunjang
adanya kemajuan dan dari masalah yang dihadapi oleh klien. Adapun evaluasi
yang difokuskan ialah masalah kekurangan volume cairan namun masalah yang
lain tetap dilakukan evaluasi.
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari mulai dari tanggal
12-14 Agustus 2019 penulis berharap evaluasi kasus pada Ny.M adalaha :
1. Volume cairan tubuh terpenuhi
2. Kebutuhan nutrisi terpenuh

39
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan pembahasan kasus di atas maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada pengkajian keperawatan, data yang ditemukan pada Ny.M yaitu klien
mengatakan mual muntah lebih dari 10 kali berwarna kuning. Setiap kali makan
atau minum klien merasa mual muntah. Klien juga merasa nyeri di ulu hati.
Klien tampak lemas dan merasa pusing. Mukosa bibir dan kulit kering, urine
berwarna kuning pekat dan mata cekung.
2. Pada diagnosa keperawatan terdapat 2 diagnosa yang ditemukan pada kasus
nyata dan ditemukan dalam teori, yaitu :
a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif : vomitus
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan
makanan
3. Dalam melaksanakan rencana keperawatan pada Ny.M dengan kasus
Hiperemesis Gravidarum mengacu pada masalah keperawatan yang muncul
yaitu kekurangan volume cairan untuk mengurangi dan mencegah masalah pada
klien dengan memperhatikan kondisi klien.
4. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, tindakan yang dilaksanakan pada
klien Ny.M disesuaikan dengan perencanaan yang telah disusun.
5. Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny.M, semua diagnosa dapat
teratasi. Hal ini dapat dilihat dari data-data yang didapatkan.

B. Saran
1. Untuk Pihak RS
Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar dapat meningkatkan dan
mempertahankan pelayanan terhadap klien dengan menyediakan sarana dan
fasilitas-fasilitas yang lebih memadai.

40
2. Untuk Klien dan Keluarga
Khusus untuk pasien Hiperemesis Gravidarum dan keluarga diharapkan
agar senantiasa bertanya bila masih ada hal-hal yang belum dipahami tentang
penyakitnya. Serta selalu menjaga pola atau gaya hidup untuk mempertahankan
kesehatannya. Dan keluarga mau bekerja sama dengan petugas kesehatan dan
para dokter serta senantiasa memberikan motivasi dan harapan klien agar
merasa tenang dan diperhatikan.

41
DAFTAR PUSTAKA

Amin & Hardhi. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.


Jogjakarta : Medaiction.

A Zulyina Lukluk, & Siti Aspuah. (2013). Anatomi Fisiologi & Obsgyn.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Gunawan, K., Manengkei, P.S.K., Ocviyanti, D. (2011). Diagnosis dan Tata


Laksana Hiperemesis Gravidarum Artikel Pengembangan Pendidikan
Keprofesian Berkelanjutan (P2KB), 61 (11), 458-464.

Kundarti, F. I., Rahayu, D. E., & Utami, R. (2017). Efektifitas Pemberian Serbuk
Jahe (Zingiber Officinale) Terhadap Tingkatan Mual Muntah Pada Ibu
Hamil. Jurnal Ilmu Kesehatan, 4(1), 18. https://doi.org/10.32831/jik.v4i1.70

Meiri, E., & Kibas, N. (2018). Pengaruh Akupressure Pada Titik Nei Guan, Zu
Sanli, dan Gongsun terhadap Pengurangan Mual Muntah Pada Ibu Hamil
Trimester 1. Jurnal Medika Respati, 13, 7–12.

Mitayani. (2012). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc (Ed.2) Yogyakarta : Mediaction.

Runiari Nengah. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hiperemesis


Gravidarum. Jakarta: Salemba Medika.

Sari, L. T. (2019). Pengaruh Titik Nei Guan (P6) Terhadap Pengurangan Keluhan
Morning Sickness Pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Sananwetan
Blitar. Jurnal Kebidanan, 3(1), 46–49.

Sarwono. Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kandungan edisi 7. Jakarta : PT. Bina


Pustaka Prawirohardjo.

Widyastuti, D. E., Rumiyati, E., & Widyastutik, D. (2019). Terapi Komplementer


Akupresur Untuk Mengatasi Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester
I. Jurnal Kebidanan Indonesia, 10(1), 96–104.

42

Anda mungkin juga menyukai