Anda di halaman 1dari 7

Diterbitkan Oleh:

Jurusan
Sikap Siswa Sekolah Dasar Terhadap Pendidikan Jasmani Olahraga dan Pendidikan Olahraga
Kesehatan
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Fakultas Ilmu Keolahragaan
Volume 9, Nomor 2, November 2013 Universitas Negeri Yogyakarta

PENDIDIKAN KESEHATAN SEKOLAH SEBAGAI PROSES


PERUBAHAN PERILAKU SISWA

Indah Prasetyawati Tri Purnama Sari


Universitas Negeri Yogyakarta, Jl. Kolombo No.1, Karangmalang Yogyakarta 55281
email: i_phe14@yahoo.co.id

Abstract
Health education is a process of change in a person with a view to achieving a healthy degree. The purpose of
health education is to change behavior that is not healthy to be healthy both at the individual, group, and community.
Learning process involves the interaction of teachers as educators and students as learners. Students as subjects
in the study of health education are expected to implement healthy lifestyle in everyday life. Teachers as educators
should be able to realize the change in the behavior of students who have a responsibility for the health of the students
themselves. Responsibility for health can be seen through the behavior of students in the habit (behaviorsm) in
everyday life. Healthy behavior change through health education is not simply transfer the knowledge and attitudes
of teachers, but how students can behave in achieving a balance between the environment, behavior, and human.
Health education in schools can be realized through the School Health Unit (UKS).
Keywords: Health Education, Behavior, Students

Abstrak
Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan pada diri seseorang dengan maksud untuk mencapai
derajat sehat. Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat baik pada
individu, kelompok, dan masyarakat.. Proses pembelajaran yang melibatkan interaksi guru sebagai pendidik dan
siswa sebagai peserta didik. Siswa sebagai subjek dalam pembelajaran pendidikan kesehatan diharapkan mampu
menerapkan hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Guru sebagai pendidik seharusnya mampu mewujudkan
perubahan perilaku siswa yang memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan diri siswa sendiri. Tanggung jawab
terhadap kesehatan dapat dilihat melalui perilaku siswa dalam kebiasaan (behaviorsm) pada kehidupan sehari-
hari. Perubahan perilaku sehat melalui pendidikan kesehatan bukan sekedar mentransfer ilmu pengetahuan dan
sikap dari guru, tetapi bagaimana siswa dapat berperilaku dengan mewujudkan keseimbangan antara lingkungan,
perilaku, dan manusia. Pendidikan kesehatan di sekolah dapat diwujudkan melalui Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
Kata Kunci: Pendidikan Kesehatan, Perilaku, Siswa

PENDAHULUAN terkait pendidikan kesehatan bertujuan mengubah


Sekolah merupakan salah satu lembaga yang perilaku yang tadinya tidak sehat menjadi sehat dan
berperan dalam pembentukan perilaku siswa. bertanggung jawab pada kesehatan diri siswa itu
Pembentukan perilaku siswa selain dibentuk di sendiri. pendidikan yang diajarkan dimulai dari hal-hal
sekolah, yang paling utama menentukan adalah kecil, karena dari sesuatu hal yang kecil akan menjadi
lingkungan keluarga, sebelum nantinya siswa akan besar. Perilaku yang terkait kebersihan pribadi
berinteraksi dengan masyarakat. Pembentukan yang siswa sering mengabaikan, seperti tidak cuci
perilaku pada dasarnya dapat dibentuk dari tangan sebelum dan sesudah makan, menggosok
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat di gigi kurang teratur, membersihkan dan memotong
mana siswa itu berada. kuku menunggu panjang dan kotor, kurang menjaga
Pendidikan yang diperoleh di sekolah diharapkan kerapihan rambut dan cara berpakaian.
mampu mengubah perilaku siswa. Perilaku siswa Perilaku-perilaku tersebut tergolong hal kecil

JPJI, Volume 9, Nomor 2, November 2013 141


Indah Prasetyawati Tri Purnama Sari

tetapi resiko atau akibat. Misalnya, mencuci tangan pribadi maupun kesehatan lingkungan. Membiasakan
dengan benar seharusnya dilakukan sebelum atau diri untuk hidup sehat pada siswa memang tidak
sesudah makan supaya kuman-kuman yang ada mudah, karena butuh niat dan kedisiplinan. Melalui
ditangan ikut mati sehingga siswa akan terhindar pendekatan perilaku (behaviorism) pendidikan
dari sakit perut. Adanya resiko yang ditimbulkan oleh kesehatan sebagai suatu proses perubahan tingkah
perilaku yang tidak sehat, beberapa sekolah mulai laku menuju sehat dengan penerapan penguatan bila
membuat jadwal rutin kegiatan massal, misalnya melakukan hidup sehat.
gerakan cuci tangan bersama, menggosok gigi
secara serentak di sekolah dasar. PENDIDIKAN KESEHATAN
Contoh lain dari perilaku tidak sehat siswa baik Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan
di sekolah dan masyarakat yang saat ini masih perilaku yang dinamis, di mana perubahan tersebut
dicari solusi untuk bisa dicegah adalah kebiasaan bukan sekedar proses transfer materi atau teori
merokok dan kebiasaan mengkonsumsi narkotika, dari seseorang ke orang lain dan bukan pula
psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Menurut WHO seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan
dalam Johana. E. Prawitasari (2012: 204) angka tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari
kematian akibat penyakit yang disebabkan karena dalam individu, kelompok, atau masyarakat itu
kebiasaan merokok di Indonesia 417.948 kematian sendiri (Wahid Iqbal M&Nurul Chayatin, 2009: 9-10).
pertahun, atau 1.172 kematian per hari. Jumlah Sedangkan Menurut Erwin Setyo K (2012: 4-5)
perokok yang banyak menempatkan Indonesia “Pendidikan kesehatan adalah proses membantu
pada peringkat 3 di dunia, setelah Cina dan India. seseorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri
Kebiasaan merokok ini tidak hanya dilakukan orang ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan
tua dan dewasa, tetapi sudah menjamur di kalangan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang
anak-anak dan remaja baik SD, SMP, dan SMA. mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang
Kebiasaaan tidak sehat yang masih banyak lain untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
ditemukan pada siswa dan kurangnya pemahaman dalam memelihara kesehatannya dan tidak hanya
siswa akan resiko sebagai akibat dari perilaku tidak mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan,
sehat, guru dalam pelaksanaaanya diharapakan sikap dan praktik saja, tetapi juga meningkatkan
mampu mengembangkan kemampuan dan watak atau memperbaiki lingkungan (baik fisik maupun non
siswa sesuai dengan fungsi pendidikan nasional. fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan
Fungsi pendidikan nasional sesuai dengan pasal kesehatan dengan penuh kesadaran”. Jadi Pendidikan
3 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 kesehatan adalah proses perubahan perilaku hidup
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sehat yang didasari atas kesadaran diri baik itu di
dalam Abdullah Iid (2011: 60) “Pendidikan nasional dalam individu, kelompok ataupun masyarakat untuk
berfungsi mengembangkan kemampuan dan memlihara dan meningkatkan kesehatan. Proses
membentuk watak serta peradapan bangsa yang perubahan perilaku siswa di sekolah salah satunya
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan diperoleh dari proses pembelajaran dalam pendidikan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi jasmani olahraga dan kesehatan.
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman Pembelajaran yang dilaksanakan tentunya
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki tujuan, begitu juga pendidikan kesehatan.
berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta 1992 bahwa tujuan dari pendidikan kesehatan
bertanggung jawab”. yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat
Pembentukan perilaku siswa di sekolah dapat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
dilakukan melalui pembelajaran pendidikan kesehatan kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya
sebagai bagian dari mata prlajaran penjasorkes yang sehingga produktif secara ekonomi maupun
mencakup materi-materi kesehatan baik kesehatan sosial, pendidikan kesehatan di semua program

142 JPJI, Volume 9, Nomor 2, November 2013


Pendidikan Kesehatan Sekolah Sebagai Proses Perubahan Perilaku Siswa

kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sebagai bagian dari masyarakat yang tergolong
sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayananan sasaran primer menjadi perhatian khusus agar
kesehatan, maupun program kesehatan lainnya perilaku sehat dapat tertanam sejak dini.
(Wahid Iqbal M&Nurul Chayatin, 2009: 9-10).
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat PERUBAHAN PERILAKU
dari berbagai dimensi. Dimensi pendidikan kesehatan Perilaku adalah aktivitas yang ada pada individu
tersebut antara lain dimensi sasaran pendidikan, atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya,
dimensi tempat pelaksanaan dan aplikasinya, dan tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima
dimensi tingkat pelayanan kesehatan. Dimensi oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus
sasaran pendidikan terdiri dari tiga dimensi yaitu eksternal maupun stimulus internal (Bimo walgito:
pendidikan kesehatan individu dengan sasaran 1990:15). Menurut Hasan Alwi dkk (2001: 859)
individu, pendidikan kelompok dengan sasaran perilaku merupakan tanggapan atau reaksi individu
kelompok, pendidikan kesehatan masyarakat terhadap rangsangan atau lingkungan, sedangkan
dengan sasaran masyarakat luas. Sedangkan, menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007: 133)
sasaran pendidikan kesehatan itu sendiri dibagi perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
menjadi tiga, yaitu: 1). Sasaran primer (Primary organisme dalam hal ini perilaku makhluk hidup
Target) yaitu sasaran langsung pada masyarakat yang bersangkutan. Perilaku makhuk hidup terutama
berupa segala upaya pendidikan/promosi kesehatan. manusia, pada hakikatnya adalah suatu tindakan
2). Sasaran sekunder (Secondary Target), lebih atau aktivitas dari manusia itu sendiri.
ditujukan pada tokoh masyarakat dengan harapan Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
dapat memberikan pendidikan kesehatan pada bahwa perilaku adalah kegiatan atau aktivitas
masyarakatnya secara lebih luas. 3). Sasaran tersier makhluk hidup terutama manusia yang disebabkan
(Tersiery Target), sasaran ditujukan pada pembuat karena adanya rangsangan yang berasal dari
keputusan/penentu kebijakan baik ditingkat pusat internal maupun eksternal. Siswa sebagai individu
maupun ditingkat daerah dengan tujuan keputusan yang masih dalam tahap perkembangan dengan
yang diambil dari kelompok ini akan berdampak emosi yang labil akan mudah terpengaruh terutama
kepada perilaku kelompok sasaran sekunder yang lingkungan sekitar baik itu keluarga, sekolah,
kemudian pada kelompok primer. dan masyarakat. Oleh karena itu perilaku positif
Dimensi tempat pelaksanaan dan aplikasinya senantiasa harus dilakukan seorang pendidik
dapat dilihat berdasarkan tempat pelaksanaan supaya dapat dijadikan contoh. Karakteristik siswa
sehingga dengan sendirinya sasaran pendidikan antara individu satu dan yang lainnya berbeda, ada
kesehatan berbeda. Dimensi pendidikan kesehatan beberapa siswa yang menjadikan guru sebagai
yang ketiga yaitu tingkat pelayanan kesehatan. model, figure dan panutan, sehingga menjadikan
Tingkat pelayanan kesehatan meliputi peningkatan perilaku guru senantiasa memiliki perilaku positif.
kesehatan (Health Promotion), Perlindungan umum Manusia yang dikodratkan sebagai makhluk
dan khusus ( General and Specific Protection), dan sosial, yaitu individu yang tidak bisa hidup sendiri,
diagnosis dini dan pengobatan segera atau adekuat dalam kesehariannya membutuhkan orang lain
(Early Diagnosis and Prompt Treatment) (Erwin Setyo dan saling berinteraksi. Kodrat manusia sebagai
K, 2012: 9). makhluk sosial juga merupakan salah satu penyebab
Dimensi-dimensi dengan sasaran individu, individu berperilaku. Berdasarkan pembentukannya,
kelompok dan masyarakat yang dapat dilakukan perilaku, yang diproses dapat dilakukan melalui
dengan penyuluhan baik secara teori maupun proses belajar. Pendidikan kesehatan di sekolah
praktik. Sasaran pendidikan kesehatan yang meliputi dasar lebih diutamakan tentang bagaimana siswa
seluruh lapisan masyarakat harus mampu mengubah mampu memiliki perilaku hidup bersih. Perilaku hidup
masyarakatnya menjadi masyarakat sehat baik bersih tersebut dapat dilakukan dengan menjaga
secara fisik, psikis, sosial, dan ekonomi. Siswa kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan.

JPJI, Volume 9, Nomor 2, November 2013 143


Indah Prasetyawati Tri Purnama Sari

Skinner dalam Hergenhahn, B&Olson, H, mencermati aspek-aspek psikologi yang menyertai


(2008:84-85) meyatakan ada dua jenis perilaku kondisi sehat dan sakit, perilaku sehat, penanganan
yaitu respondent behavior (perilaku responden) stress dan kecemasan, layanan kesehatan, serta
dan operant behavior (perilaku operan). Perilaku fenomena gaya hidup yang terkait dengan kesehatan
responden ditimbulkan oleh stimulus yang dikenali seperti perilaku merokok, pola makan, aktivitas fisik,
atau bergantung dari stimulus yang mendahuluinya, olahraga dan kesehatan (Johana. E. Prawitasari,
misalnya gerak refleks. Jenis perilaku yang kedua 2012: 10).
adalah perilaku operan yaitu perilaku yang diakibatkan
oleh stimulus yang dikenal, biasanya lebih spontan. PENDIDIKAN KESEHATAN SEKOLAH
Misalnya dalam aktivitas seseorang sehari-hari.
SEBAGAI PROSES PERILAKU HIDUP
Perilaku merupakan proses perubahan
BERSIH SISWA
tingkah laku. Perilaku datang dari sebuah pikiran
sehingga memaksa tubuh untuk melaksanakan Pendidikan merupakan proses perubahan
aktivitas atau tindakan. Secara psikologi pikiran sikap dan tingkah laku. Berbicara proses berarti
dan tubuh saling berhubungan yang mempengaruhi memerlukan waktu untuk mencapainya, meskipun
kesehatan. Menurut Laura A. King (2010: 33-34) ada beberapa yang dapat melakukan proses
hubungan antara pikiran dan tubuh (mind and body) tersebut secara instan atau cepat. Proses mendidik
dibedakan menjadi dua yaitu bagaimana pikiran sebenarnya sudah dilakukan sejak kita masih
berdampak pada tubuh dan bagaimana tubuh bayi dan akan berlanjut sampai tua. Oleh karena
berdampak pada pikiran. Pikiran berdampak pada itu, muncul pepatah pendidikan sepanjang hayat.
tubuh, apa yang seseorang pikiran akan berpengaruh Selama masih hidup maka selama itu pula manusia
pada tingkah laku seseorang tersebut, Perilaku itu belajar. Lingkungan yang berperan pertama
kesehatan yang berasal dari pikiran sehingga dalam mendidik adalah keluarga terutama orang
berdampak pada tubuh misalnya makan dengan tua, tetapi tidak semua orang tua berhasil mendidik
gizi seimbang, menggosok gigi, tidak merokok, anak untuk selalu bersikap dan bertingkah laku
tidak mengkonsumsi NAPZA, akan berdampak pada secara benar. Menurut Hergenhahn, B&Olson, H
tubuh seseorang. Pikiran yang positif menyebabkan (2008: 87) mengarahkan kehidupan anak adalah
perilaku yang baik sehingga menjadikan tubuh sulit, orang tua yang hendak mengarahkan anaknya
seseorang bugar. sebaiknya mengambil langkah-langkah sebagai
Tubuh berdampak pada pikiran. Hal yang saling berikut 1). Memutuskan karakteristik personalitas
berlawanan tetapi memiliki hubungan yang sangat yang diharapkan akan dimiliki oleh anak saat
mempengaruhi. Tubuh yang bugar tentu saja akan dewasa nanti, 2). Mendefinisikan tujuan itu dalam
membuat pemikiran seseorang nyaman dan jernih term behaviorai, 3). Memberi penghargaan atau
sehingga diharapkan seseorang berfikir positif. imbalan (reward) untuk perilaku yang bersesuaian
Gagasan bahwa pikiran dan tubuh adalah dua dengan tujuan, 4). Menciptakan konsistensi dengan
hal terpisah yang mendorong kesadaran manusia cara menata aspek-aspek utama dari lingkungan
untuk berperilaku. Perubahan perilaku tersebut anak sedemikian rupa sehingga aspek tersebut juga
dapat dilakukan melalui pendekatan behavioristik akan memberi imbalan (mendukung) perilaku yang
(behavioral approach). dianggap penting.
Pendekatan behavioristik dalam belajar lebih Pendapat di atas sesuai dengan kenyataan
banyak menggunakan istilah dorongan, motivasi, di lapangan terutama yang berhubungan dengan
dan tujuan untuk menjelaskan aspek tertentu seperti perilaku hidup sehat. Orang tua tidak semuanya
perilaku manusia. Pendekatan ini secara psikologi memahami pentingnya hidup sehat dan bagaimana
lebih menekankan kajian ilmiah tentang berbagai cara hidup sehat yang benar. Misalnya, merokok
respons perilaku yang diamati dengan lingkungannya itu yang merupakan salah satu perilaku hidup yang
(Hergenhahn, B&Olson, H, 2008:48-49). Pendidikan tidak sehat, tetapi orang tua merokok di depan anak-
kesehatan yang mencakup perilaku hidup bersih lebih anaknya. Hal tersebut sudah tidak mendidik anak

144 JPJI, Volume 9, Nomor 2, November 2013


Pendidikan Kesehatan Sekolah Sebagai Proses Perubahan Perilaku Siswa

untuk beperilaku sehat, sehingga anak mengikuti (SD/MI, SMP/MTS, SMA/Madrasah), masyarakat
kebiasaan merokok orang tuanya tersebut. Apabila sekolah dan orang tua wali atau komite sekolah.
lingkungan keluarga kurang berperan dalam UKS sebagai sarana di sekolah untuk membantu
pembentukan perilaku hidup sehat, maka sekolah siswa dalam mengubah perilaku siswa, karena ruang
yang harus bisa berperan untuk menanamkan lingkup UKS ada tiga yaitu pendidikan kesehatan,
perilaku hidup sehat. pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan
Sekolah merupakan lingkungan selanjutnya sehat. Jelas pada ruang lingkup UKS pendidikan
setelah keluarga adalah sekolah, dimana guru kesehatan sebagai bagian yang utama, karena
berperan untuk mendidik siswa agar tertanam perilaku dalam pendidikan kesehatan tersebut mencakup
hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan kebersihan dan kesehatan pribadi yang bertujuan
jasmani kesehatan dan olahraga dalam hal ini yang meningkatkan pengetahuan siswa mengenai
memuat materi tentang pendidikan kesehatan, baik masalah kebersihan pribadi, kesehatan keluarga
di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah dan kesehatan masyarakat, merubah sikap mental
Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Umum ke arah positif dengan mencintai kebersihan, berbuat
(SMU). Materi pendidikan kesehatan mencakup dan mencintai perilaku hidup bersih dan sehat.
kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan Tujuan terakhir yaitu meningkatkan keterampilan
(lingkungan fisik dan lingkungan sosial). hidup bersih dan sehat untuk dirinya sendiri, keluarga
Menurut Waryono (2013: 1-9) materi pendidikan dan masyarakat. Memelihara kesehatan pribadi
kesehatan untuk SD yaitu, pertama kebersihan mencakup bagaimana siswa mampu membiasakan
atau kesehatan diri sendiri yang meliputi kebersihan hidup sehat. Membiasakan hidup sehat memang
mulut dan gigi, kesehatan kulit, kebersihan kuku, butuh waktu.
kebersihan rambut, kebersihan hidung, kebersihan Waktu selama 12 tahun yaitu selama siswa
telinga, kesehatan mata, memelihara pakaian sekolah dasar menempuh pembelajaran selama
yang bersih. Kedua, kesehatan lingkungan terdiri enam tahun, selanjutnya tiga tahun di sekolah
dari kebersihan lingkungan rumah dan kebersihan menengah pertama, dan tiga tahun di sekolah
lingkungan sekolah, dan materi pendidikan kesehatan menengah atas, seharusnya sudah mampu merubah
yang ketiga adalah makan makanan yang sehat. kebiasaan hidup sehat siswa. Siswa SD, SMP, dan
Penanaman perilaku hidup sehat dengan SMA sudah dibekali dengan pendidikan kesehatan,
melihat materi tersebut memang sudah ditanamkan baik melalui mata pelajaran pedidikan jasmani
sejak SD, tetapi masih banyak siswa yang belum kesehatan dan olahraga, maupun kegiatan-kegiatan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. yang terkait dengan UKS. Perilaku siswa untuk hidup
Materi pendidikan kesehatan untuk sekolah lanjutan sehat, dipengaruhi banyak faktor.
mengarah pada kesehatan reproduksi dan pola hidup Menurut Wahid Iqbal M& Nurul Chayatin. (2009:
sehat. Siswa SMP dan SMA hampir semuanya sudah 366-369) perilaku untuk hidup sehat dipengaruhi
pubertas atau dewasa sehingga perlu mengetahui oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
tentang mengapa perlu merawat kesehatan internal antara lain keturunan dan motif. Keturunan
reproduksi. Pola hidup sehat siswa ditekankan pada atau genetik, perilaku seseorang yang berasal
pola hidup tidak sehat seperti kebiasaan merokok, dari keluarga, sedangkan motif adalah perubahan
menyalahgunaan NAPZA. perilaku yang disebabkan karena ada unsur
Materi pada mata pelajaran pendidikan olahraga dorongan atau motif tertentu. Perilaku seseorang
dan kesehatan bukan satunya-satunya sarana yang biasanya dilandasi adanya motif untuk memenuhi
ada di sekolah untuk mengubah perilaku siswa untuk kebutuhan hidup. kebutuhan hidup dasar manusia
hidup bersih. Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang antara lain: kebutuhan biologis, kebutuhan sosial,
ada di sekolah sebaiknya dimanfaatkan, karena kebutuhan rasa cinta, kebutuhan akan harga diri,
tujuan dari didirikannya UKS sebagai wadah untuk dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
meningkatkan kemampuan hidup peserta didik di Faktor eksternal yang mempengaruhi perubahan
lingkungan sekolah. Sasaran dari UKS adalah siswa perilaku mencakup unsur-unsur antara lain,

JPJI, Volume 9, Nomor 2, November 2013 145


Indah Prasetyawati Tri Purnama Sari

pengetahuan, kepercayaan (keyakinan), sarana mendidik siswanya untuk senantiasa berperilaku


dan motivasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi hidup sehat. Cara penyampaian materi, dalam
perubahan perilaku seseorang tersebut, memberikan penyuluhan kepada siswa dan cara
menyebabkan timbulnya unsur-unsur dan dorongan bertingkah laku di sekolah maupun di masyarakat
seseorang untuk berbuat sesuatu. Apabila pendidikan juga harus sesuai dengan perilaku hidup sehat. Guru
kesehatan diberikan secara benar akan berdampak ada model di sekolah, siswa kadang menjadikan guru
untuk jangka panjang siswa itu sendiri terutama sebagai contoh dalam siswa berperilaku.
dalam keluarga dan bermasyarakat. Perilaku, apabila sudah menjadi kebiasaan
Penanaman pendidikan kesehatan kepada memang kadang susah untuk diubah, tetapi masih
siswa dapat dilakukan melalui teori, praktik dan dapat diubah, meskipun membutuhkan waktu yang
pengamatan selama di sekolah. Teori dilakukan saat lama. Menurut Wahid Iqbal M& Nurul Chayatin.
proses pembelajaran, praktik dapat dilaksanakan (2009: 365) perilaku seseorang dapat diubah dengan
secara langsug dengan disisipkan saat pembelajaran cara sebagai berikut: (1) Cognitive dissonance, yaitu
dan teori, sedangkan tidak langsung dapat dengan adanya suatu gangguan keseimbangan tentang
cara pengamatan dari perilaku siswa di sekolah kemantapan pengertian yang sudah dimiliki oleh
dalam melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. seseorang. Gangguan keseimbangan ini dapat
Guru sebaiknya memberikan pendidikan kesehatan dilihat dari perbedaan pandangan antara sesuatu
tidak menunggu siswanya melakukan kesalahan yang lama dan penemuan yang baru misalnya
atau melakukan tindakan negatif. Misalnya siswa penyebab suatu penyakit, sehingga menyebabkan
melakukan kesalahan dengan merokok di sekolah, perubahan sikap dan perilakunya; (2) Perubahan
guru baru memberikan teguran dan menjelaskan perilaku menurut Kelman dalam Wahid Iqbal M&
akibat negatif dari rokok. Hal tersebut sebaiknya Nurul Chayatin. (2009: 365) ada tiga cara yaitu; (a)
diminimalisir, dengan cara guru memberikan terpaksa (compliance), perubahan perilaku yang
pemahaman dulu bahwa rokok itu berakibat negatif dikarenakan ada penyebab dan reward, misalnya
terhadap tubuh. Hal tersebut merupakan salah satu seseorang mengubah perilakunya karena akan
kesalahan yang sering dilakukan guru. mendapatkan imbalan, pengakuan dari seseorang
Menurut E. Mulyasa, (2008: 20-30) tujuh kesalahan
ataupun kelompok. perubahan perilaku karena
yang sering dilakukan pendidik atau guru dalam
terpaksa ini tidak dapat bertahan lama, (b) Peniruan
pembelajaran antara lain: 1). mengambil jalan pintas
(Identification), individu mengubah perilakunya
dalam pembelajaran, 2). menunggu peserta didik
karena ingin disamakan dengan seseorang yang
berperilaku negatif, 3). menggunakan destructive
dikaguminya. Guru kadang dijadikan suatu model
discipline, 4). mengabaikan perbedaan peserta didik,
atau objek oleh siswa dalam berperiaku sehari-hari,
5). merasa paling pandai dan tahu, 6). tidak adil
oleh karena itu guru harus menunjukkan sikap dan
diskriminatif, 7). memaksa hak peserta. Beberapa
perilaku yang baik agar siswa dapat berperilaku
kesalahan tersebut sebaiknya menjadi intropeksi
baik, (c). menghayati manfaatnya (Internalization),
semua guru sehingga penanaman perilaku hidup
perubahan perilaku yang mendasar sehingga sulit
sehat pada siswa melalui pendidikan kesehatan
untuk diubah karena sudah menjadi bagian dalam
dapat mengubah perilaku siswa yang tadinya tidak
hidup seseorang. Pemahaman tentang perilaku dan
sehat menjadi sehat. Hasil Penelitian Clark dan
bahwa perilaku seseorang itu bisa diubah sebaiknya
Peterson dalam Johana. E. Prawitasari (2012:
dimilki oleh setiap guru dan siswa itu sendiri, bahkan
10), mengemukakan bahwa guru akan mengambil
setiap orang. Perilaku hidup sehat harus ditanamkan
keputusan penting dalam mengajar setiap dua menit.
sedini mungkin
Keputusan tersebut sangat penting karena berdampak
signifikan pada pembelajaran, perkembangan, dan
pencapaian keberhasilan jangka panjang peserta KESIMPULAN DAN SARAN
didiknya. Hasil penelitian tersebut memberikan Pendidikan kesehatan di sekolah merupakan
masukan bahwa guru sebaiknya berperilaku yang salah satu penentu perilaku siswa yang nantinya

146 JPJI, Volume 9, Nomor 2, November 2013


Pendidikan Kesehatan Sekolah Sebagai Proses Perubahan Perilaku Siswa

akan berinteraksi dengan masyarakat. Perilaku sehat Feist, J. & Feist, G. (2011) Teori Kepribadian. Jakarta:
hendaknya selalu ditekankan guru kepada siswa Salemba Humanika
baik secara teori maupun praktik untuk perubahan Hasan Alwi, dkk. (2001). Kamus Besar Bahasa
perilaku, salah satunya melalui upaya pendidikan Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
kesehatan. Sasaran pendidikan kesehatan tersebut Hergenhahn, B &Olson, H. (2008). Theories of
antara lain siswa melalui wadah yang ada di sekolah Learning. Jakarta: Kencana
seperti Unit Kesehatan Sekolah. UKS yang ada Johana, E. Prawitasari. (2012). Psikologi Terapan
di sekolah diharapkan berdampak positif dalam Melintas Batas Disiplin Ilmu. Jakarta: Erlangga.
perubahan perilaku hidup sehat di lingkungan Laura A. King. (2010), Psikologi umum: Sebuah
keluarga, sekolah, dan masyarakat. pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba
Humanika.
DAFTAR PUSTAKA Soekidjo Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Abdulallah Idi. (2011). Sosiologi Pendidikan Individu,
Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta: PT Raja Wahid Iqbal M& Nurul Chayatin. (2009). Ilmu
Grafindo Persada. Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika
Bimo Walgito. (1994). Psikologi Sosial (suatu
pengantar). Yogyakarta: Andi Offset. Waryono. (2013). Mengenalkan Pendidikan
Kesehatan di Sekolah Dasar. (http://lpmpjogja.org/
Erwin Setyo K. (2012). Konsep, Proses, dan Aplikasi
index.php/artikeldankaryailmiah/dr-waryono/24-
dalam Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta: FIK
mengenalkan-pendidikan-kesehatan-di-sekolah-
UNY.
dasar diakses 12 maret 2013)
Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional:
…………..(2011). Unit Kesehatan Sekolah.
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Tpukskecwonosari@yahoo.com
Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya

JPJI, Volume 9, Nomor 2, November 2013 147

Anda mungkin juga menyukai