Anda di halaman 1dari 18

PERAN GEOGRAFI REGIONAL

UNTUK MEMBANGUN KECERDASAN RUANG

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Kajian Geografi Regional Dalam Pembelajaran

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M.Pd

Disusun Oleh,
Opilona Badriyah (1605278)
Widia Hadi Rizkina (1605258)

SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017
A. PENGANTAR

Geografi regional Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang berbentuk


republik, dan terletak dikawasan Asia Tenggara. Berdasarkan United Nations
Conferences on The Standardization of Geographical Names (UNSGN) dan United
Nations Group of Experts on Geographical Names (UNGEGN) pada tahun 2017,
Indonesia memiliki lebih kurang 16.056 pulau, dengan luas daratan 1.922.570 km2.
Posisi Indonesia di antara beberapa Negara, laut, dan samudra.
1. Utara : Negara Malaysia, Singapura, Filipina, Laut Cina Selatan
2. Selatan : Negara Australia, Samudra Hindia
3. Barat : Samudra Hindia
4. Timur : Negara Papua Nugini, Timur Leste, Samudra Pasifik

Posisi geografis Indonesia terdiri atas letak astronomis dan letak geografis
yang berbeda pengertian dan pandangannya. Letak astronomis suatu Negara adalah
posisis letak yang berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Garis lintang merupakan
garis khayal yang melingkari permukaan bumi secara horizontal, sedangkan garis
bujur adalah garis khayal yang menghubungkan Kutub Utara dan Kutub Selatan.
Letak Astronomis Indonesia terletak di antara 6°LU - 11°LS dan 95°BT - 141° BT.
Berdasarkan letak astronomisnya Indonesia dilalui oleh garis equator, yaitu garis
khayal pada peta atau globe yang membagi bumi menjadi dua bagian sama besarnya.

Garis equator atau garis khatulistiwa terletak pada garis lintang 0°. Dilihat
dari lintangnya, Indonesia terletak di antara 6° LU (Lintang Utara) dan 11° LS
(Lintang Selatan). Dilihat dari letak garis bujurnya, wilayah Indonesia terletak
diantara 95° BT dan 141° BT. Perbedaan letak garis demikian itu meyebabkan adanya
perbedaan waktu.

Selain dapat dilihat dari posisi koordinatnya (letak astronomis), letak suatu
tempat juga dapat dilihat secara geografis. Letak geografis merupakan posisi suatu
wilayah atau Negara dilihat dari kenyataan di permukaan bumi. Secara geofrafis,
Indonesia berada di antara dua benua, yaitu Benua Asia yang terletak di sebelah utara
Indonesia dan Benua Australia yang terletak di sebelah selatan Indonesia. Selain itu,
Indonesia berada di antara dua samudra, yaitu Samudra Pasifik di sebelah timur
Indonesia dan Samudra Hindia di sebelah barat Indonesia.

Seacara geologis, Indonesia berada pada pertemuan dua rangkaian


pegunungan, yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterrania dengan jalur pertemuan
tiga lempang, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Hindia. Posisi
tersebut membuat Indonesia memiliki banyak gunung api.
Region Indonesia merupakan kepulaian (archipelagic state), yang berarti
region ini berbentuk tidak kompak (noncontigues shape), tetapi terpisah-pisah oleh
perairan. Meski demikian perairan tersebut dalam konsep Negara kesatuan tidak
menjadi batas pemisah antar wilayah/pulau karena adanya kesamaan atau
keseragaman tertentu.

Studi geografi hakekatnyaa merupaka studi keruangan tentang gejala-gejala


geografi, manusia merupakan salah satu unsur dari gejala geografi tersebut. Studi
geografi membahas mengenai gejala-gejala yang nyata dalam kehidupan manusia.
Gejala geografi yang terjadi di lingkungan sekitar manusia merupakan hasil
keseluruhan interelasi keuangan faktor fisis dengan faktor manusia (Sumaatmadja,
1988, hlm, 45). Secara garis besar, dalam menelaah dan mengkaji geografi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga bagian, antara lain.

1. Geografi Fisik

Merupakan cabang ilmu geografi yang mempelajari gejala fisik dari


permukaan bumi yang meliputi tanah, air, dan udara dengan segala prosesnya.
Geografi fisik juga mengkaji gejala-gejala alamiah permukaan bumi yang menjadi
lingkungan hidup manusia.

2. Geografi Manusia

Merupakan cabang ilmu geografi yang mempelajari semua aspek gejala di


permukaan bumi yang menjadikan manusia sebagai objek utamanya. Geografi
manusia dapat dibagi menjadi geografi ekonomi, geografi penduduk, geografi
perkotaan, dan geografi pedesaan.

3. Geografi Regional

Merupakan perpaduan dari geografi fisik dan geografi manusia. Geografi


regional merupakan studi tentang variasi persebaran gejala dalam ruang pada waktu
tertentu baik lokal, nasional, maupun kontinental. Dalam studi geografi regional,
semua gejala geografi ditinjau dan dideskripsikan secara berkaitan dalam hubungan
integrasi dan interrelasi keruangan.

Berdasarkan struktur keilmuan geografi, maka geografi regional bukanlah


salah satu cabang dari geografi manusia maupun geografi fisik. Tetapi geografi
regional merupakan bagian dari geografi yang bertugas untuk menjelaskan secara
komprehensif segala keterkaitan (asosiasi, relasi, interelasi, interaksi,
interdependensi) unsur fisik dan manusia yang ada pada suatu region tertentu pada
waktu tertentu. Asosiasi dan korelasi gejala geografi yang terdapat dipermukaan bumi
secara dinamik, tidak hanya meliputi proses keruangannya saja, melainkan pula
meliputi kronologi berdasarkan urutan waktu terjadinya.

Proses keruangan merupakan hubungan timbal balik antara spatial context,


gerakan dan dalam presepsi waktu tertentu (Alber dkk., 1997). Isu atau konten unsur
ruang yang berinteraksi dapat berupa komponen disis dengan fisis, fisis dengan
manusia, dan manusia dengan manusia.

Proses interaksi dapat terjadi dalam satu lokasi, dan dapat pula dengan lokasi
yang berbeda, shingga muncul adanya gerakan movement. Interaksi dan gerakan
setiap waktu dalam kehidupan berjalan di muka bumi. Interaksi yang terus menerus
secara dua arah inilah yang menghasilkan struktur keruangan. Struktur keruangan
adalah “Hasil dari proses keruangan, yang mana ruang tersusun oleh seperangkat
unsur sosial, ekonomi, dan fisis. Struktur keruangan mengacu pada lokasi relative
internal”.

Di dalam menjelaskan struktur keruangan tidak boleh melupakan proses


keruangan. Proses keruangan merupakan mekanisme yang dapat menghasilkan
struktur keruangan. Struktur dan proses keruangan mempunyai hubungan sebab
akibat yang bersifat sirkuler. Struktur ditentukan oleh proses dan proses ditentukan
oleh struktur. Dibedakannya strukur keruangan dari proses keruangan, dimungkinkan
oleh adanya perbedaan persepsi waktu. Proses keruangan yang direkam dalam suatu
periode waktu tertentu menghasilkan distribusi dan struktur keruangan pada periode
tertentu. Proses terus berlangsung memungkinkan terjadinya perubahan strukur
keruangan baru yang berbeda dari kondisi semula. Jadi proses dan struktur keruangan
dapat menjadi distribusi keruangan tergantung pada persepsi waktu.

Distribusi keruangan adalah aplikasi dari proses keruangan yang muncul dari
kondisi statis dan struktur keruangan adalah aplikasi proses dan distribui keruangan
suatu elemen. Proses keruangan dan struktur keruangan adalah identic dalam satu
sudut pandang. Proses keruangan dapat berjalan lambat dan dapat pula berjalan cepat
itulah yang harus dibedakan sehingga proses itu dapat merubah struktur yang ada
(Alber dkk., 1977)

Kaitan antara struktur keruangan dan proses keruangan akan menghasilkan


kota utama atau inti (Primate City Orcore) yang dominan mempengaruhi kota-kota,
keberadaan aksesibilitas (transportasi) secara bertahap menghasilkan Core-periphery.
Bila wilayah periphery mampu mengimbangi perkembangan daerah inti maka secara
fungsional akan terjadi sistem ketergantungan antara kota, antar daerah, atau negara.

B. PENGERTIAN GEOGRAFI REGIONAL


Geografi regional tidak dapat dimasukkan dalam salah satu cabang geografi.
Pada Geografi Regional, seluruh aspek dan gejala geoggrafi ditinjau dan
dideskripsikan secara bertautan dalam hubungan intergrai, interelasi keruangannya
melalui interpretasi dan analisa geografis regional ini, karakteristik suatu wilayah
yang khas dapat ditonjolkan, sehingga perbedaan antar wilayah menjadi kelihatan
jelas.
Geografi regional dalam studi suatu negara mempelajari keunikan karakter
dan pola dari fenomena alam maupun manusia dalam suatu wilayah tertentu yang
didelineasi dan diregionalisasi untuk tujuan tertentu. Aspek-aspek Geografi Regional
yang biasanya dipelajari antara lain unsur geografis (berupa luas, bentuk wilayah,
iklim, sumber daya, penduduk) dan pembangunan (terkait dengan batas wilayah,
kedaulatan atas sumber daya, dan pola kekuasan pusat daerah, pembangunan
infrastruktur, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kemakmuran, serta
kesejahteraan sosial dan keragaman budaya). Dalam studi geografi regional, unsur
geografi dan unsur pembangunan dikaji secara kewilayahan meliputi karakter, pola,
koneksi, dinamika dan kecenderungannya.
Geografi regional merupakan bagian geografi yang memusatkan
perhatiannya pada kajian kewilayahan muka bumi yang keadaannya dinamis, berubah
dari waktu ke waktu, dan menyangkut dimen\si tempat, ruang dan waktu, baik yang
terkait dengan keadaan lingkungan alam maupun kehidupan manusianya. Karenanya
untuk sampai pada pemahamannya secara komprehensif dan kemanfaatannya secara
optimal, kajiannya memadukan apa saja yang sudah dipelajari oleh geografi fisik
maupun geografi sosial dan budaya, serta berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan
ekonomi, politik, dan kemasyarakatan penduduk wilayah yang bersangkutan dalam
hubungannya dengan wilayah dan bangsa lain di dunia.
Menurut Sumaatmadja (1998) mengemukakan bahwa Geografi Regional
merupakan “Deskripsi yang komprehensif integratif aspek fisik dan aspek manusia
dalam relasi keruangannya di suatu wilayah. Geografi Regional adalah suatu bagian
atau keseluruhan bagian yang didasarkan atas aspek keseluruhan suatu wilayah”.
Studi tentang variasi penyebaran gejala dalam ruang pada suatu wilayah
tertentu baik secara lokal Negara maupun wilayah yang luas seperti benua merupakan
pengertian Geografi Regional, Mustofa (2008). Geografi regional mempelajari
hubungan yang bertautan antara aspek-aspek fisik dengan aspek-aspek manusia dan
kaitan keruangan disuatu wilayah (region) tertentu.
Hal ini sependapat dengan yang disampaikan oleh Mitchell bahwa geografi
regional adalah “Studi suatu bagian atau semua bagian yang didasarkan atas aspek
keseluruhan suatu wilayah atau dalam kata lain geografi regional secara normal
dianggap sebagai suatu studi tentang variasi penyebaran gejala dalam ruang pada
wilayah tertentu baik lokal, negara, maupun kontinental”.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa geografi regional
merupakan studi yang mempelajari karakteristik yang khas dari suatu wilayah,
sehingga perbedaan wilayah dapat terlihat dengan jelas. Adanya keterpaduan antara
aspek fisik an manusia dalam konteks keruangan saling berintergrasi dan
berineterelasi,
Interelasi dan integrasi keruangan pada gejala di perukaan bumi dari suatu
wilayah ke wilayah lain selalu menunjukkan perbedaan. Hal itu dapat dikaji sendiri
bahwa suatu wilayah dapat membedakan diri dari wilayah lainnya. Ciri umum yang
merupakan hasil interelasi, interaksi, dan integrasi unsur-unsur wilayah yang
bersangkutan merupakan objek studi geografi yang komprehensif (Supardan, 2008
hlm. 229).
Prinsip realisasi diterapkan untuk menganalisis hubungan antara manusia
dengan lingkungannya yang mengungkapkan perbedaan area dalam suatu ruang.
Prinsip relasi, sebaran dan kronologi dapat mengungkapkan karakteristik suatu
wilayah yang berbeda dengan wilayah lain. Sehingga terungkaplah region-region
yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.
C. KONSEP GEOGRAFI REGIONAL
Friederich Ratzel, seorang Geograf Jerman yang terkenal dengan konsep
Labensraum atau living space atau ruang hidup. Melalui konsep tersebut,
pengetahuan tentang manusia dan masyarakat manusia yang dihubungkan dengan
alam lingkungannya menjadi semakin berkembang. Melalui penggunaan landschaft,
menjadi semakin jelas apa yang menjadi objek Geografi. Landschaft dijadikan inti
pada studi geografi.
Konsep landschaft awalnya lebih menonjolkan pengertian fisik,
(Sumaatmadja, 1988, hlm. 48). Pada saat itu, landschaft diartikan sebagai wilayah di
permukaan bumi yang memiliki sifat fisis yang karakteristik sebagai individualitas
tertentu yang dapat dibedakan dari wilayah lain disekitarnya. Alfred Hetter
memperluas konsep landschaft tidak sekedar kepada kondisi fisis namun juga
termasuk tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia. Konsep landschaft juga
diperluas oleh Otto Schluter dengan memasukkan pemukiman manusia dan jalan. Ia
membedakan antara natural landschaft dengan culture-landschaft.
Pada kalangan geograf berbahasa Inggris di Amerika Serikat dan Inggris
Raya, penggunaan istilah landschaft sudah dipergunakan sejak awal namun
mempunyai pengertian yang berbeda dengan landschaft. Konsep Landscape berarti
bentuk luar muka bumi di bawah Atmosfer atau muka bumi.
Pengertian landscape tidk mengandung pengertian landschaft yang berarti
suatu region, melainkan hanya berarti sebagai bentang alam di muka bumi.
Pengertian landscape dapat dipandang sebagai objek material wilayah yang terbatas,
yang seolah-olah sebagai hasil “pemotretan dari udara”. Landscape dibedakan
menjadi natural landscape (bentang alam) dan cultural atau man-made landscape
(bentang budaya). Bentang suatu ruang yang masih asli disebut bentang alam, jika
pengaruh manusia telah masuk bentangan tersebut maka bentangan tersebut menjadi
bentang budaya.
Region merupakan wilayah geografi yang ukurannya berfariasi dari yang
sangat luas sampai yang terbatas. Karakter penting yang harus dimiliki suatu Region
adalah memiliki homogenitas tertentu yang khas. Karakteristik khas ini dapat berupa
aspek fisis maupun aspek kultural. Berdasarkan hal tersebut, sebuah region dapat
diartikan sebagai suatu komplek keruangan atau komplek territorial yang terdiri dari
penyebaran gejala-gejala yang berbeda sesamanya dan mengungkapkan suatu
keseluruhan aspek tertentu sebagai ruang geografi. Sifat karakteristik sebagai suatu
keseluruhan wilayah geografi dikenal sebagai konsep regional.
Pada geografi modern saat ini, konsep regional menjadi inti pada studi
Geografi. Pada konsep regional dipelajari gejala geografi dalam interelasi dan
interaksi keruangan. Interelasi dan interaksi keruangan gejala tersebut didasarkan
pada kerangka penyebaran, kejadian dan pertumbuhannya di muka bumi. Pendekatan
yang digunakan pada konsep regional, selain pendekatan regional juga menggunakan
pendekatan ekologi. Dengan menggunakan pendekatan tersebut, maka akan mampu
mengungkapkan sifat karakteristik keruangan yang umum dari kelompok manusia
beserta lingkungan yang menjadi habitatnya. Lingkungan tersebut mencakup
lingkungan alam, lingkungan yang dibuat oleh manusia (lingkungan budaya) dan
lingkungan sosial. Penyebaran gejala dalam ruang tidak dipelajari secara mandiri,
namun dikaji dalam hubungan antara satu dengan yang lain sebagai suatu sistem
keruangan (spatial system).
Di antara region yang satu dengan yang lain, selain terdapat wilayah
peralihan (marginal area), juga terdapat interaksi ekologi (ecological interaction)
dalam bentuk kerjasama dan persaingan. Melalui pendekatan regional dan pendekatan
ekologi berdasarkan ruang dan waktu, kita dapat menganalisis perkembangan suatu
region berdasarkan ruang dan waktu; dapat menganalisa perkembangan suatu region
(regional developmenti); yang selanjutnya dapat melakukan perencanaan regional
(regional planning) untuk masa depan. Berdasarkan kerangka kerja tersebut, kita
dapat memanfaatkan ruang berdasarkan prinsip daya guna, tepat guna, dan hasil guna
setinggi-tingginya.
D. RUANG LINGKUP KAJIAN GEOGRAFI REGIONAL
Geografi regional dianggap sebagai studi tentang variasi penyebaran gejala
dalam ruang di wilayah tertentu baik secara lokal, negara maupun benua. Yang
dibicarakan semua gejala di wilayah yang bersangkutan baik gejala fisik maupun
manusia. Geografi Regional mengkaji:
1. Lokasi (location)
Lokasi adalah konsep geografi terpenting, karena lokasi dapat menunjukkan
posisi suatu tempat, benda atau gejala di permukaan bumi. Lokasi dapat menjawab
pertanyaan di mana (where) dan mengapa di sana (why is it there) tidak di tempat
lain. Lokasi adalah posisi suatu tempat, benda, gejala, peristiwa lain. Ada dua
komponen lokasi yaitu arah dan jarak. Arah menunjukkan posisi suatu tempat bila
dibandingkan dengan tempat dimana kita berada. Sedangkan jarak adalah ukuran jauh
atau dekatnya dua benda atau gejala tersebut. Ada dua macam lokasi, yaitu:
2. Lokasi Absolut
Lokasi absolut adalah posisi sesuatu berdasarkan koordinat garis lintang dan
garis bujur. Lokasi absolut ini mutlak adanya dan dapat dipercaya karena massa
daratan relatif tetap, perubahannya kecil sekali dan berlaku umum di seluruh dunia.
Melalui lokasi absolut kita dapat mengetahui jarak dan arah suatu tempat ke tempat
lain di permukaan bumi.
3. Lokasi Relatif
Lokasi relatif adalah posisi sesuatu berdasarkan kondisi dan situasi daerah
sekitarnya. Kondisi dan situasi disini dapat berupa kondisi fisik, sosial, ekonomi,
budaya dan keberadaan transportasi dengan daerah disekitarnya. Seperti Indonesia
terletak diantara dua samudera dan dua benua. Dilalui oleh dua jalur pegunungan
dunia. Secara sosial budaya Indonesia merupakan tempat yang strategis karena berada
di daerah persilangan antara dua budaya yang berbeda yaitu Asia dan Australia.
Kedua benua tersebut mempunyai kondisi fisik dan corak kehidupan yang berbeda.
4. Tempat (place)
Tempat dapat mencerminkan karakter fisik dan sosial suatu daerah. Suatu
tempat dibentuk oleh karakter fisik (seperti iklim, jenis tanah, tata air, morfologi,
flora dan fauna) dan manusia yang hidup di dalamnya (seperti jumlah penduduk,
kepadatan, perkembangan penduduk, pendidikan, pendapatan dan kebudayaannya).
Dalam mengkaji suatu tempat, kita dapat melihatnya dari dua aspek yaitu site dan
situasi. Site berkenaan dengan kondisi internal suatu tempat atau daerah, seperti
iklimnya, keadaan tanah, topografi, penduduknya, dan segala sumber daya yang
terkandung di dalamnya. Situasi adalah kondisi eksternal suatu tempat atau kondisi
suatu tempat bila dibandingkan dengan daerah lainnya.
5. Hubungan Timbal balik (interelasi)
Setiap gejala dipermukaan bumi ini pada dasarnya adalah hasil hubungan
timbal balik antara berbagai faktor. Hubungan ini dapat berupa antar faktor fisik,
faktor fisik dengan manusia dan antar faktor manusia. Contoh hubungan antar faktor
fisik: ketinggian tempat dengan faktor iklim makro; kemiringan lereng dengan erosi;
kesuburan lahan dengan jenis batuan; ketersediaan air tanah dengan curah hujan.
Contoh hubungan antara faktor manusia: perdagangan; transportasi; komunikasi dan
organisasi. Contoh hubungan antara faktor manusia dan faktor fisik: penggundulan
hutan oleh manusia yang dapat menimbulkan banjir; penggalian bahan tambang yang
berlebihan dapat menimbulkan kerusakan lingkungan; irigasi untuk pengairan;
industri yang dapat meningkatkan daya dukung lahan dan pemanfaatan sinar matahari
untuk sumber energi dan pertanian (greenhouse).
6. Gerakan (movement)
Setiap gejala di permukaan bumi mengalami gerakan. Gerakan obyek
tersebut ada yang tampak dan tidak tampak. Gerakan ini menjadi kajian geografi
untuk memahami latar belakang terjadinya suatu gejala atau fenomena di permukaan
bumi dan dampaknya terhadap gejala atau fenomena lain. Contohnya adalah
terjadinya berbagai macam usaha tani sebagai akibat dari adanya perbedaan iklim;
perbedaan iklim disebabkan oleh adanya sirkulasi udara secara global di atmosfer.
7. Perwilayahan (regionalisasi)
Tema yang paling mendasar dari studi geografi adalah region, adapun kajian
utamanya adalah berbagai bentuk region dan perubahannya. Regionalisasi pada
dasarnya adalah pengklasifikasian atau pengelompokan data kedalam data sejenis.
Dari pengelomp[okan tersebut maka akan tampak daerah yang menunjukkan
persamaan dan perbedaan. Kesatuan daerah yang menunjukkan karakteristik tertentu
sehingga dapat dibedakan dengan daerah lainnya disebut region. Karakteristik atau
ciri khas daerah suatu tempat itu dapat berupa karakteristik aspek fisik, manusia atau
gabungan keduanya. Wittlesay mengemukakan unit-unit region terdiri dari:

a. Kenampakan iklim saja, tanah saja sehingga menunjukkan suatu areal fisik
saja.
b. Multiple feature region: region yang menunjukkan kenampakan majemuk,
seperti gabungan antara jenis tanah dengan tumbuhan atau tumbuhan dengan
budaya bercocok tanam.
c. Region total atau compage: terdiri dari banyak unsur atau gabungan antara
unsur fisik dan manusianya seperti propinsi, negara atau kawasan tertentu.

Stephen L.J Smith mengemukakan region terdiri dari:

a. Region apriori: wilayah yang dibuat tidak didasarkan regionalisasi secara


metodologis namun unsur kesamaannya dibentuk oleh pandangan yang bersifat
individual atau kepentingan tertentu seperti politik.
b. Region formal: wilayah yang dibentuk karena adanya kesamaan kenampakan
secara internal.
c. Region fungsional: wilayah yang dibentuk oleh tinggi rendahnya derajat
interaksi antar tempat di permukaan bumi.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa region formal dan
region fungsional merupakan definisi yang paling umum digunakan. Meskipun
demikian terdapat beberapa tipe region lain yang tidak didasarkan pada kedua istilah
diatas seperti di Ameirka Serikat yaitu Vernacular Region atau lebih populer lagi
Perceived Region yaitu pewilayahan berdasarkan persepsi individual seperti South,
West, Midwest atau Cornbelt. Pembagian regionalisasi berdasarkan presepsi
individual yaitu:

a. Region uniform atau formal


Region uniform atau region statis yaitu region yang dibentuk oleh adanya
kesamaan kenampakan, termasuk iklim, vegetasi, tanah, landform, pertanian atau
penggunaan lahan lain.
b. Region nodal
Region nodal atau region dinamis ditandai oleh gerak dari dan ke pusat.
Pusat ini disebut sebagai node. Region nodal dikatakan dinamis sebab didefinisikan
sebagai gerakan bukan objek yang statis dan terdapat fungsi suatu tempat sebagai
pusat sirkulasi. Terdapat 4 unsur yang esensial dalam struktur regional nodal, yaitu:
1) adanya arus barang, ide/gagasan dan manusia
2) adanya node/pusat yang menjadi pusat pertemuan arus tersebut secara
terorganisir
3) adanya wilayah yang makin meluas
4) adanya jaring-jaring rute tempat tukar-menukar berlangsung
E. UNSUR-UNSUR ESENSIAL DALAM GEOGRAFI REGIONAL
Geografi regional mempelajari hubungan yang bertautan antara aspek-aspek
fisik dengan aspek-aspek manusia dalam kaitan keruangan di suatu wilayah (region)
tertentu. Melalui interpretasi dan analisis geografi regional maka ciri khas suatu
wilayah dapat ditonjolkan sehingga perbedaan antar wilayah akan nampak semakin
jelas.
Geografi regional adalah geografi yang mempelajari kewilayahan atas dasar
luas dan sempitnya daerah tersebut. Jadi, unsur esensial dalam geografi adalah region
atau wilayah. Region adalah suatu wilayah yang mempunyai kesamaan yang dapat
dilihat dari unsur fisikal, unsur manusia maupun gabungan antara keduanya. Bintarto
mengemukakan unit-unit region dapat dilihat dari, antara lain :
1. Keseragaman atau kesamaan dalam kriteria tertentu (region uniform)
2. Wilayah dalam banyak hal diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling
berhubungan dengan garis melingkar (nodal region)
3. Generik region, klasifikasi wilayah yang terutama menekankan pada jenisnya,
fungsinya diabaikan.
4. Spesifik region, klasifikasi wilayah berdasarkan kekhususannya merupakan
daerah tunggal mempunyai ciri-ciri geografi yang khusus.
Region dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi yang
memiliki karakteristik tertentu yang khas. Karena memiliki karakteristik yang khas,
sebuah region dapat dibedakan dengan region-region lainnya. Berdasarkan pengertian
tersebut, pendekatan regional berarti mengkaji suatu gejala atau masalah dari suatu
region menurut tempat gejala atau masalah itu tersebar. Berikut unsur-unsur yang
selalu berhubungan dengan pendekatan dan analisis keruangan.
1. Unsur jarak, baik jarak absolut maupun jarak relatif (sosial) yang dapat
berpengaruh terhadap keakraban, keseganan, rasa asing, dan kesenjangan sosial.
2. Unsur pola, misalnya struktur geologi yang dapat mempengaruhi pola
pemukiman dan peragihan sumber
3. Unsur tempat (site) dan situasi, erat hubungannya dengan sifat dan fungsi suatu
wilayah, misalnya desa dan kota
4. Unsur aksesbilitas, erat hubungannya dengan topografi dan teknologi wilayah
tertentu. Suatu wilayah dengan aksesbilitas yang tinggi akan mempunyai tingkat
kemajuan yang lebih pesat dibandingkan dengan wilayah yang aksesbilitasnya
rendah.
5. Unsur keterikatan, banyak menentukan kualitas dan kuantitas fungsional
antartempat. Besar atau kecilnya keterikatan itu bergantung pada kepentingan
antertempat sehingga dapat terjadi pertukaran barang dan mobilitas penduduk.
Dalam jangka panjang unsur keterikatan dapat mengubah atau mempengaruhi
pola kehidupan (life pattern) penduduk di beberapa tempat.
F. PERAN GEORAFI REGIONAL DALAM MEMBANGUN KECERDASAN
RUANG
Kecerdasan spasial dijelaskan bahwa hidup dan kehidupan manusia berada
di dan dalam dimensi yang terlihat dan tidak. Dimensi yang terlihat, misalnya ada
batas-batas tingi, panjang, luas, area dan arena yang terbatas secara geografis.
Dimensi yang tidak terlihat atau imajinatif, ada batas-batasnya namun tidak
terbentuk, misalnya tanggal, hari, waktu, era, dan masa. Dalam pikiran dan sikonnya,
manusia bisa memahami perbedaan kemarin dan hari ini, namun ia tidak bisa
menentukan batas geografis antara kemarin dan hari ini, manusia mampu
menentukan batas imajinatif antara waktu lalu dan masa kini, dan seterusnya. Ia
hanya bisa menentukan dan merasakan semuanya itu hanya ada dalam imajinasi.
Kecerdasan spasial atau kecerdasan ruang didefinisikan sebagai kemampuan
mempersepsi dunia visual spasisal secara akurat serta mentransformasikan persepsi
visual spasial tersebut dalam berbagai bentuk. Yang diuraikan dalam 3 kata kunci
yaitu :
1. Mempersepsi yakni menangkap dan memahami sesuatu melalui panca indra.

2. Visual spasial yakni sesuatu yang terkait dengan kemampuan mata khususnya
warna dan ruang.

3. Metransformasikan yakni mengalih bentukan hal yang ditangkap mata kedalam


wujud lain, misalnya melihat dan mencermati bunga matahari, merekam dan
menginterpretsikan dalam pikiran lalu menuangkan rekaman dan interpertasi
tersebut kedalam bentuk lukisan, sketsa, kolase.

Kemampuan berfikir spasial merupakan kemampuan berfikir dalam bentuk


visualisasi, gambar, dan bentuk tiga dimensi. Bentuk kecerdasan ini umumnya
menghasilkan imaji mental dan menciptakan representasi grafis. Anak dengan
kecerdasan ini sangup berfikir tiga dimensi dan mampu mencipta ulang dunia visual.
Kecerdsasan ini dapat ditemukan pada pelukis, pematung, programmer komputer,
desainer dan arsitek. Kecerdasan ini berkaitan dengan pelajaran menggambar. Tokoh
dengan kecerdasan ini misalnya Picasso, Walt Disney, dan Garin Nugroho, (Triharso,
2013, hlm. 119).

Kecerdasan spasial bisa ditumbuhkembangkan secara kognitif, afektif


maupun psikomotorik. Secara kognitif misalnya dengan mengenalkan kepada peserta
didik dengan material spasial, misal dengan sketsa, denah, foto, peta, maket, film
bertema petualangan dan sebagainya.

Secara afektif atau untuk membangun sikap, apresiasi seorang anak terhadap
dunia spasial bisa terbangun dengan membiasakan diri membaca peta, baik saat
bermain di dalam rumah (misalnya dalam permainan monopoli atau quartet spasial)
maupun saat bergerak di alam bebas (misalnya dengan peta wisata). Film “Dora” juga
dapat dipandang turut berkontribusi di sini. Namun memang perlu disesali bahwa
peta untuk awam yang tersedia bebas masih sangat sedikit. Padahal ini kalau mau
bisa dibiayai melalui iklan.
Dan secara psikomotorik, life skill spasial akan tumbuh ketika seseorang jadi
terbiasa dalam mendokumentasi aspek-aspek spasial meski hanya untuk catatan
pribadi. Misalnya ketika membuat album foto yang bercerita tentang liburannya, dia
juga membuat deskripsi yang cukup rinci, atau bahkan dilengkapi dengan sketsa atau
denah tempat liburan tersebut.

Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kenampakan


fenomena geosfer di permukaan bumi. Geografi saat ini masuk dalam kurikulum
SMA dan masuk rumpun IPS. Geografi merupakan salah satu disiplin ilmu yang
sangat penting sekali khususnya dalam proses pembangunan. Geografi dapat
mengasah kecerdasan keruangan (spatial intellegent) siswa dalam memahami
fenomena geosfer. Geografi selalu dimulai dengan melihat lokasi (where) kemudian
kenapa fenomena tersebut terjadi (why) dan bagaimana keterkaitannya dengan gejala
lain (how).

Bagi para pemangku kebijakan daerah, pemahaman akan konsep geografi ini
akan memudahkan pemerintah daerah dalam mengelola suatu daerah. Setiap daerah
memiliki karakteristik fisik dan sosial masing-masing dan pembuatan kebijakan
daerah tentunya mengacu pada potensi daerah tersebut. Itulah manfaat dari
pembelajaran geografi yaitu mengasah kecerdasan keruangan (spatial intellegent)
seseorang, yang dikemudian hari dapat dipraktekkan dalam perencanaan
pembangunan.

G. CONTOH-CONTOH KECERDASAN SPASIAL


1. Pebisnis
Seorang pebisnis yang memiliki kecerdasan spasial cukup, akan relatif peka
terhadap tempat-tempat strategis yang diharapkan potensial mendatangkan
keuntungan, misalnya untuk didirikan warung Padang, mini market ataupun tempat
kos-kosan. Dalam level yang lebih canggih, hal ini bisa didapatkan oleh operator
telepon seluler (misal untuk optimasi lokasi menara seluler yang sangat mahal itu),
perusahaan armada transportasi (untuk optimasi route yang dilalui), atau juga oleh
investor yang tahu memilih daerah yang tepat untuk menanam modal di sektor real.
Pebisnis ini dapat dikatakan telah melakukan spasial investing – investasi yang
dipandu oleh kecerdasan spasial.
2. Wisatawan
Seorang wisatawan yang memiliki kecerdasan spasial akan relatif peka
dalam memilih tempat yang berharga untuk dikunjungi, termasuk rute perjalanannya
yang paling efisien, juga bagaimana memilih hotel yang nyaman, murah dan strategis,
bahkan hingga bagaimana mengatur bagasinya hingga ringkas dan tidak kena denda
kelebihan muatan. Dalam hal ini, kecerdasan spasial dapat pula disebut kecerdasan
berwisata (traveling quotient).
3. Olahragawan
Dalam bidang olahraga, ternyata sebagian besar jenis olahraga pertandingan
adalah terkait aspek spasial. Bagaimana strategi memenangkan piala dunia sepakbola,
hampir 50% ditentukan oleh posisi pemain kawan, posisi pemain lawan, posisi bola
dan posisi gawang musuh. Jadi ternyata ada bagian dari kecerdasan kinestetik (yang
terkait gerak) dengan kecerdasan spasial. Dalam bidang penyelamatan, seperti pada
saat ada musibah bencana, ataupun ada perang, kecerdasan spasial dapat memainkan
peran antara hidup dan mati. Orang perlu tahu rute evakuasi yang aman, atau perilaku
sebenarnya banjir, awan panas atau tsunami. Adapun kemampuan menyelamatkan
diri pada saat kritis, adalah bagian dari kecerdasan bertahan hidup survival quotient).
4. Pemerintahan
Dalam pemerintahan, seorang kepala daerah yang cerdas spasial akan
mengetahui dengan tepat posisi dan kondisi kantong-kantong kemiskinan sehingga
dapat menaruh kawasan prioritas pembangunannya dengan optimal. Dia juga cepat
memahami titk-titik munculnya masalah (misal wabah flu burung) sehingga dapat
sigap mengantisipasinya. Bahkan dalam pemberantasan korupsi, cerdas spasial
diperlukan baik untuk mencegah (preventif) maupun memberantas korupsi yang telah
terjadi.
Secara preventif misalnya, pemasangan alat GPS di tiap kendaraan suatu
armada taksi, akan membuat sopir taksi tidak bisa seenaknya, karena pusat taksi jadi
tahu persis posisi tiap taksi. Namun pada saat yang sama sopir taksi juga diuntungkan
karena dengan sistem itu order langsung diberikan ke taksi terdekat yang sedang
kosong. Seandainya ada aturan bahwa dalam tiap LPJ kepala daerah harus dilampiri
peta yang menunjukkan kondisi lingkungan dan distribusi kemakmuran sebelum dan
sesudah masa jabatan, tentu juga para kepala daerah tidak bisa seenaknya menguras
kekayaan daerahnya. Sedang dalam memberantas korupsi, kecerdasan spasial perlu
untuk mengembangkan teknik-teknik intelijen atau penyelidikan.
5. Bencana Alam
Banjir Jakarta 2013 Saat ini banyak sekali para kepala daerah yang tidak
mengerti karakteristik daerahnya sehingga perencanaan pembangunan pun tidak
selaras dengan kondisi daerah yang bersangkutan. Misalkan Jakarta yang secara
geografi merupakan dataran rendah dan menjadi muara lebih dari 17 sungai dari
daerah Jabodetabek, pembangunannya tidak memperhatikan aspek ekologisnya.
Bangunan liar banyak di tepi sungai, bangunan beton banyak dibangun tanpa
AMDAL yang jelas, gorong-gorong yang terlalu sempit dan lain sebagainya.
Hal tersebut paling tidak dapat menjelaskan bahwa pemangku kebijakan
tidak memiliki atau tidak mengamalkan kecerdasan keruangan (spatial intellegent)
yang dipelajari dalam mata pelajaran geografi di sekolah. Jadi geografi bukan hanya
sekedar menghapal lokasi-lokasi tertentu akan tetapi yang lebih penting lagi
bagaimana kita selaku manusia memperlakukan lokasi tersebut supaya dapat
memberikan kenyamanan bagi penduduknya dan menciptakan kesejahteraan bagi
penduduk tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Abler, Ronald, John S Adams da Peter Gould, 1977, Spatial Organitation, The
Geographer’s View of The World, London : Prentice Hall International Inc.
Gabler, R.E., A. 1965. Handbook for geography Teacher, Publication Center
National Council for geography education. Hlm 13-16
Hani. 2008. Ruang Lingkup Kajian Geografi Regional. Diakses dalam
http://haniemmutz.wordpress.com/2008/07/21/ruang-lingkup-kajian-geografi-
regional, 5 November 2016
Hermawan, Iwan. 2009. Geografi Sebuah Pengantar. Bandung: Private Publishing.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/196001211985032-
ENOK_MARYANI/GEOGRAFI.pdf
http://www.kompasiana.com/agnasgeografi/peran-pembelajaran geografi-dalam-
mengasah-spatial-Intellegent-kecerdasan spasial_552a1653f17e61de57d623c8
Mitchell, J.B., M.A., Historical Geography, The English University Press Limited,
hlm 327
Mustofa, Bisri. Inung Sektiyawan. 2008. Kamus Lengkap Geografi. Panji
Pustaka:Yogyakarta
Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa
Keruangan. Alumni. Bandung.
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial, Jakarta : Bumi Aksara.
Triharso, Agung. 2013. Permainan Kreatif, dan Edukasi untuk Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Andi Offset

Anda mungkin juga menyukai