Anda di halaman 1dari 40

KONSEP DASAR IPS SD

MENGANALISIS KONSEP DASAR GEOGRAFI KERUANGAN

Tugas ini Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPS SD

Dosen Pengampu : Naniek Sulistya Wardani, S. Pd., M.Si.

Disusun Oleh:

1. Dwi Ajeng Febrina (292016074)


2. Della Tasya Rukmina (292018152)
3. Sekar Sari Suryaningrum (292019083)
4. Cherly Cindi Marita (292019084)
5. Easter Valupi Putri (292019091)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Menganalisis Konsep
Dasar Geografi Keruangan” dengan baik. Meskipun kami menyadari masih banyak
terdapat kesalahan didalamnya. Kami sangat berharap dengan adanya tugas ini dapat
memberi manfaat dan pengetahuan tentang Menganalisis Konsep Dasar Geografi
Keruangan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan tugas ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat dan berguna bagi
pembaca. Kami juga yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih
membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke
depannya.

Salatiga, 23 Januari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................

A. LATAR BELAKANG ...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................

A. KESIMPULAN .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Geografi merupakan salah satu kajian atau disiplin ilmu yang mengungkapkan
suatu gejala yang muncul akibat adanya hubungan antara manusia dengan
lingkungan. Indonesia sendiri memiliki letak geografis yang berbeda-beda di
sekitar wilayahnya. Oleh karena letak geografisnya yang berbeda, maka kerap kali
wilayah di Indonesia mengalami masalah. Maka dari itu, pendekatan spasial
(keruangan) merupakan pendekatan yang penting untuk dipelajari.
Pendekatan keruangan sendiri mempelajari keragaman ruang muka bumi
dengan cara menganalisis setiap aspek keruangannya. Pendekatan ini memiliki
sembilan tema dalam menganalisis keruangan. Dengan menggunakan keruangan
ini kita dapat mengetahui.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN GEOGRAFI
Secara etismologis kata geografi berasal dari geo yang berarti bumi, dan
graphein yang berarti mencintra. Kata ini pertama kali digunakan oleh Eratosthenes
yang menyebutnya dengan “geographika”. Kata itu berakar dari geo (Bumi) dan
graphika ( lukisan atau tulisan ). Jadi kata geographika dalam bahasa Yunani berarti
lukisan tentang bumi atau tulisan tentang bumi. Istilah geografi juga dikenal dalam
berbagai bahasa seperti geography ( Inggris ), geographie ( Prancis ), die geographie /
die erdkunde ( Jerman ), geografie / aardrijkskunde ( Belanda ), dan geographike (
Yunani ). Dengan perkembangan perkenalan manusia atas lingkungan di permukaan
bumi yang terus berkembang, pengertian geografi bukan sekedar tulisan tentang bumi,
tetapi telah menjadi ilmu tersendiri disamping bidang ilmu lainnya. Berikut beberapa
pengertian geografi yang telah menjadi bidang ilmu yang memiliki objek studi,
metode, prinsip, dan konsep-konsep sendiri.
Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di
muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik fisik maupun
yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan
keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan
keberhasilan pembangunan. Konteks geografi ternyata membicarakan dan membahas
tentang aspek kehidupan manusia dengan segala perilakunya serta gejala fisik yang
terjadi dalam rullng stall.

B. KONSEP-KONSEP DASAR DALAM GEOGRAFI


Konsep dasar geografi merupakan konsep yang paling penting dalam
menggambarkan struktur ilmu ataupun hakikat suatu ilmu. Konsep-Konsep geografi
merupakan pengertian dasar yang menyusun batang tubuh ilmu geografi. Konsep
geografi berupa rancangan atau gambaran objek, proses, atau apapun yang berkaitan
dengan ilmu geografi. Getrude Whiple (dalam Sumaatmaja,1981), menyodorkan
lima konsep yang harus selalu ditemukan keterkaitan setidaknya antara penyebaran,
relasi, fungsi, bentuk, dan proses terjadinya.

5
Konsep tersebut yaitu sebagai berikut:
a. Bumi sebagai planet
b. Variasi cara hidup
c. Variasi wilayah alami
d. Makna wilayah bagi manusia
e. Arti penting lokasi dalam memahami peristiwa dunia
Sedangkan menurut ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam mengkaji objek
materi (materi yang dipelajari) dan memahami geografi sebaiknya menggunakan
sepuluh metode atau konsep dasar. Konsep dasar tersebut adalah konsep lokasi,
konsep jarak, konsep keterjangkauan, konsep pola, konsep morfologi, konsep
aglomerasi, konsep nilai kegunaan, konsep interaksi dan interdependensi, konsep
deferensiasi areal, serta konsep keterkaitan sosial.

1) KONSEP LOKASI

Konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama yang sejak awal pertumbuhan
geografi telah menjadi ciri khusus ilmu atau pengetahuan geografi. Konsep letak juga
merupakan jawaban atas pertanyaan pertama dalam geografi, yaitu “dimana”. Konsep
lokasi dibedakan menjadi 2, yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif.

6
a. Lokasi Absolute

Lokasi absolute merupakan letak atau tempat yang dilihat dari garis lintang
dan garis bujur (garis astronomis). Lokasi absolut keadaannya tetap dan tidak dapat
berpindah karena pedomannya pada garis astronomis bumi. Perbedaan garis
astronomis menyebabkan perbedaan iklim (garis lintang) dan perbedaan waktu (garis
bujur). Lokasi absolut misalnya berdasarkan gambar peta wilayah Indonesia, lokasi
absolut Indonesia terletak di antara 6° LU - 11° LS sampai 95° BT -141° BT. Dari
letak absolut tersebut, dapat dijelaskan bahwa lokasi paling utara negara Indonesia
terletak di 6° LU (Pulau Mianggas, Sulawesi Utara), dan lokasi paling selatan terletak
di 11° LS ( pulau Rote, NTT).
b. Lokasi Relatif

7
Lokasi relatif merupakan posisi sesuatu berdasarkan kondisi dan situasi daerah di
sekitarnya. Kondisi dan situasi dapat berupa kondisi fisik, sosial, budaya, ekonomi,
maupun keberadaan sarana transportasi dengan daerah sekitarnya. Lokasi atau letak
relative dapat berubah sesuai sudut pandang penggunaannya karena digambarkan
melalui objek-objek yang diberi nama, misalnya nama benua, samudra, pulau, laut,
dan sebagainya. Misalnya lokasi relatif Indonesia di antara dua benua, yakni benua
Asia dan Australia, serta di antara dua samudra, yakni samudra Hindia dan Pasifik.

2) KONSEP JARAK

Jarak sebagai konsep geografi mempunyai arti penting dalam kehidupan sosial,
ekonomi, ataupun kepentingan pertahanan. Jarak merupakan faktor pembatas yang

8
bersifat alami meskipun arti pentingnya bersifat relatif, sejalan dengan kemajuan
kehidupan dan teknologi. Dalam geografi dibedakan antara dua jenis jarak yakni
Jarak absolut dan jarak relatif.
 Jarak Absolut

Jarak absolut merupakan ruang atau sela antara dua lokasi yang
digambarkan atau dijelaskan melalui ukuran panjang dalam satuan ukuran
meter, kilometer, dan sebagainya. Jarak absolut merupakan jarak yang tetap
dan tidak dapat berubah-ubah. Misalnya jarak antara Bandung dan Jakarta
adalah 150 km. Jarak tersebut diukur memanjang dari titik A (Bandung) dan
titik B (Jakarta) dan dihitung dengan satuan kilometer.
 Jarak Relatif

Jarak relatif merupakan jarak tempuh yang menggunakan satuan waktu


atau lamanya perjalanan. Misalnya jarak antara Jakarta ke Bandung di tempuh
dalam waktu dua jam melewati Tol Purbaleunyi. Jarak relatif tersebut akan
berbeda apabila perjalanan tersebut tidak melalui jalan tol Purbaleunyi atau
jika lalu lintas jalan tol sedang macet.

9
3) KONSEP KETERJANGKAUAN
Keterjangkauan dalam bahasa inggris disebut “accessability”. Keterjangkauan
merupakan tingkat kemudahan untuk menjangkau suatu tempat yang ditentukan oleh
sarana yang digunakan, alat komunikasi yang digunakan dan sebagainya. Konsep ini
tidak selalu berkaitan dengan jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi medan atau
ada tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang dapat dipakai. Dengan demikian,
konsep keterjangkauan ini terkait dengan kemudahan untuk dijangkau. Kemudahan
untuk dijangkau ditentukan oleh kondisi medan, prasarana jalan, dan ketersediaan
angkutan. Jarak berpengaruh jika medannya sulit dijangkau. Suatu tempat dapat
dikatakan dalam keadaan terasing atau terisolasi jika tempat itu sukar dijangkau dari
tempat-tempat lain. Rintangan medan berupa adanya kondisi fisik bumi, misalnya
pegunungan tinggi, hutan lebat, rawa-rawa atau gurun pasir yang luas merupakan
penyebab suatu tempat kurang dapat dijangkau dari tempat-tempat lain. Penduduk di
pulau Jawa lebih padat dan maju dibanding dengan kawasan Kalimantan yang
dikelilingi rawa-rawa dan hutan lebat.
Wilayah Papua paling tertinggal dibandingkan dengan kebanyakan kawasan
Indonesia lainnya. Hal ini dikarenakan reliefnya kasar dan banyak suku hidup secara
terisolasi satu terhadap yang lain. Faktor sosial yang berupa bahasa, adat istiadat, serta
sikap penduduk yang berlainan (mencurigai setiap orang asing sebagai musuh) dapat
menjadi faktor penyebab kurang terjangkaunya suatu tempat. Keterjangkauan
umumnya juga berubah akibat perkembangan perekonomian dan kemajuan teknologi.
Sebaliknya, tempat-tempat yang keterjangkauannya sangat rendah, sulit mencapai
kemajuan dan mengembangkan perekonomiannya.

4) KONSEP POLA
Pola merupakan pola keteraturan fenomena geosfer sebagai akibat interaksi
antarkomponen yang ada, seperti pola aliran sungai, pola pemukiman penduduk, dan
lain-lain. Misalnya pola pemukiman di kota besar di Indonesia dibangun berhimpitan.
Pola berkaitan dengan susunan, bentuk, atau persebaran fenomena dalam ruang muka
bumi, baik fenomena yang bersifat alami (aliran sungai, persebaran vegetasi, jenis
tanah, dan curah hujan) maupun fenomena sosial budaya (permukiman, persebaran
penduduk, mata pencaharian, dan jenis rumah tinggal). Geografi mempelajari pola-
pola bentuk dan persebaran fenomena, untuk memahami makna atau artinya, serta

10
berupaya untuk memanfaatkan dan mengintervensi atau memodifikasi pola-pola yang
ada agar mendapatkan manfaat yang lebih besar.

5) KONSEP MORFOLOGI
Konsep morfologi menggambarkan perwujudan daratan muka bumi sebagai
hasil pengangkatan atau penurunan wilayah (secara geologi). Bentuk muka bumi
(relief muka bumi) dapat berbentuk dataran luas, deretan pegunungan dengan lereng-
lereng tererosi, lembah-lembah, dan dataran alluvial. Kajian morfologi berkaitan
dengan bentuk lahan (landform), proses-proses yang mengiringi (erosi, sedimentasi
dan deposisi), serta faktor-faktor yang memengaruhinya, seperti kondisi geologi, tebal
tanah, iklim, ketersediaan air, penggunaan lahan, serta jenis vegetasi yang dominan.
Bentuk daratan dengan kemiringan tidak lebih dari 5 derajat merupakan perwujudan
wilayah yang mudah digunakan sebagai daerah permukiman dan usaha pertanian serta
usaha perekonomian lainnya. Apabila diperhatikan peta persebaran penduduk di Asia,
ternyata penduduk yang padat terpusat di lembah-lembah sungai besar dan tanah datar
yang subur. Sebaliknya, wilayah pegunungan tinggi dengan lereng-lereng terjal yang
mempunyai keterjangkauan sangat terbatas, lazimnya merupakan wilayah yang jarang
penduduknya,bahkan tidak didiami manusia.
Morfologi menggambarkan perwujudan ketampakan dataran muka bumi
sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah dan erosi sebagai hasil kerja
tenaga endogen dan ekosgen. Morfologi daratan berbentuk kepulauan, pulau, dataran
tinggi, dataran pantai, lembah-lembah, dan dataran alluvial.

6) KONSEP AGLOMERASI (MENGELOMPOK)

11
Konsep aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang bersifat
mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit karena saling menguntungkan,
baik yang berkaitan dengan kesejenisan maupun faktor-faktor umum yang
menguntungkan. Dalam geografi dikenal istilah aglomerasi industri, yaitu pemusatan
industri di suatu kawasan tertentu dengan tujuan agar pengelolaannya dapat optimal.
Contohnya industri garmen, industri konveksi, dan industri kerajinan dibangun di
suatu tempat yang berdekatan dengan pusat permukiman penduduk; industri berat
yang memerlukan bahan mentah, seperti batubara dan besi baja, penentuan lokasi
pabriknya cenderung mendekat sumber bahan mentah.
Aglomerasi industri ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yakni aglomerasi
primer dan aglomerasi sekunder. Aglomerasi primer adalah perusahaan yang baru
muncul tidak ada hubungannya dengan perusahaan lama yang sudah terdapat di
wilayah aglomerasi; dan aglomerasi sekunder adalah jika perusahaan yang baru
beroperasi merupakan perusahaan yang memiliki tujuan untuk memberi pelayanan
pada perusahaan yang lama atau yang sudah ada dalam wilayah aglomerasi. Dengan
adanya istilah aglomerasi,yaitu pengelompokan,maka ada pula istilah
deglomerasi,yaitu suatu kecenderungan perusahaan untuk memilih lokasi usaha yang
terpisah dari kelompok lokasi perusahaan lain. Pemicu lahirnya perusahaan-
perusahaan yang melakukan deglomerasi adalah
1. Upah buruh yang semakin meningkat di daerah padat industri.
2. Penyempitan luas tanah yang dapat digunakan karena sudah banyak dipakai untuk
perumahan dan kantor pemerintah.
3. Harga tanah yang semakin tinggi didaerah yang telah padat
4. Sarana dan prasarana didaerah lain semakin baik namun harga tanah dan upah
buruh masih rendah.

7) KONSEP NILAI KEGUNAAN

12
Fenomena nilai kegunaan atau sumber-sumber di muka bumi bersifat relatif,
artinya tidak sama bagi setiap orang atau golongan penduduk. Daerah pantai berpasir
yang landai dengan perairan jernih belum tentu memiliki kegunaan yang besar bagi
penduduk setempat. Apalagi, jika kehidupan penduduk tersebut berorientasi pada
pemanfaatan sumber-sumber di daratan dan banyak jalan darat yang dapat ditempuh.
Sebaliknya, bagi masyarakat kota yang hidup berkecukupan, daerah pantai bagi
sebagian orang memiliki nilai kegunaan yang tinggi, yaitu sebagai tempat rekreasi dan
pariwisata. Pusat kota umumnya memiliki nilai kegunaan yang tinggi bila
dibandingkan dengan daerah pinggiran yang jauh dari pusat-pusat kegiatan
perekonomian, pusat pemerintahan, dan terisolasi.

8) KONSEP INTERAKSI DAN INTERDEPENDENSI

Interaksi merupakan peristiwa yang saling memengaruhi antara objek atau


tempat satu dengan yang lain. Setiap tempat mengembangkan potensi sumber dan
kebutuhan yang tidak selalu sama dengan kondisi yang ada di tempat atau wilayah
lain. Oleh karena itu, senantiasa terjadi interaksi atau bahkan interdependensi antara
yang satu dan yang lain. Daerah pedesaan memproduksi hasil-hasil pertanian, dan
daerah perkotaan memproduksi barang industri dan jasa. Akibatnya terjadi interaksi
antara penduduk yang berada di daerah pedesaan dengan penduduk yang berada di
daerah perkotaan. Selanjutnya antara wilayah pedesaan dan wilayah perkotaan tidak
hanya terjadi interaksi tetapi interdependensi (saling tergantung dan saling
membutuhkan). Wilayah kota membutuhkan bahan mentah untuk bahan baku
industri dari pedesaan dan wilayah pedesaan membutuhkan hasil industri, teknologi,

13
jasa transportasi dan keuangan dari wilayah perkotaan. Interaksi keruangan juga
terjadi antara unsur atau fenomena setempat, baik antar fenomena alam maupun
kehidupan. Interaksi antara endapan pasir yang diangkut air sungai dengan hempasan
gelombang (ombak).

9) KONSEP DEFERENSI AREAL


Konsep ini menunjukkan adanya perbedaan antara satu tempat dengan tempat
lain, atau satu wilayah dengan wilayah yang lain. Di setiap tempat atau wilayah,
terwujud hasil integrasi berbagai unsur atau fenomena lingkungan baik bersifat alam
maupun kehidupan. Integrasi fenomena menjadikan suatu tempat atau wilayah
mempunyai corak tersendiri sebagai region yang berbeda dari tempat atau wilayah
yang lain. Unsur atau tempat fenomena lingkungan bersifat dinamis. Sementara itu,
keadaan berubah dan interaksi atau integrasi juga menghasilkan karakteristik yang
berubah dari waktu ke waktu. Wilayah pedesaan mempunyai corak khas berupa
persawahan, kehidupan petani yang masih tradisional, serta beraneka ragam
pekarangan. Hal ini memiliki perbedaan dengan wilayah perkotaan. Bahkan, di
pedesaan juga terdapat perbedaan antara desa satu dengan yang lain karena fenomena
atau unsur-unsur yang mewujudkannya tidak sama. Fenomena yang berbeda dari satu
tempat dengan tempat yang lainnya itu menyangkut dengan jarak yang dekat, sedang,
atau jauh dari jalan; perumahan yang padat, sedang, atau jarang penduduknya; harga
tanah atau rumah yang murah, sedang, dan mahal; pendapatan penduduk yang rendah,
sedang, dan tinggi. Perbedaan juga berkaitan dengan kepadatan penduduk, mata
pencaharian penduduk, jenis tanah, jenis vegetasi, sumber air, dan lain-lain. Dengan
demikian, fenomena yang berbeda dapat berasal dari unsur-usur fisik alam maupun
kondisi sosial kemanusiaan.

10) KONSEP KETERKAITAN KERUANGAN


Konsep keterkaitan keruangan atau asosiasi keruangan menunjukkan derajat
keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena yang lain di suatu tempat
atau ruang, baik yang menyangkut fenomena di suatu tempat atau ruang, baik yang
menyangkut fenomena alam, tumbuh-tumbuhan, maupun sosial kemanusiaan.
Peristiwa banjir berkaitan dengan hujan deras di daerah hulu sungai. Daerah hulu
sungai yang kondisinya kurang terawat (rusak), yang dicirikan oleh makin
berkurangnya luas hutan, makin berkurangnya vegetasi penutup tanah, banyaknya

14
bangunan, vila atau rumah hunian. Akibatnya sebagian besar air hujan tidak meresap
ke dalam tanah, tetapi mengalir di permukaan tanah. Oleh karena besarnya volume air
hujan yang masuk ke alur sungai, menyebabkan alur sungai di daerah hilir tidak
mampu menampung aliran air dan terjadilah banjir. Contoh di atas tersebut
menunjukkan bahwa fenomena geografi (banjir) berkaitan dengan curah hujan yang
deras di daerah hulu sungai yang telah rusak karena berbagai faktor.
Daerah yang rusak terdapat di bagian hulu sungai (DAS hulu), tetapi yang
terkena banjir adalah di bagian hilir sungai (DAS Hilir). Dengan demikian ada
keterkaitan keruangan antara DAS bagian hulu dan DAS bagian hilir dalam kaitannya
dengan peristiwa banjir. Contoh kedua, pada musim kemarau banyak pihak di
Sumatra dan Kalimantan yang membakar hutan atau lahan gambut atau hutan rakyat
untuk diubah menjadi lahan perkebunan kelapa sawit atau sekadar membersihkan
semak-semak. Akibatnya, terjadi kabut asap yang menyebar ke berbagai wilayah
sehingga mengganggu penerbangan, kesehatan, hingga sekolah-sekolah diliburkan.

C. PENDEKATAN SPASIAL ( KERUANGAN )


Pendekatan Keruangan atau Spacial Analysis merupakan pendekatan yang
mempelajari pendekatan yang mempelajari keragaman ruang muka bumi dengan cara
menganalisa setiap aspek keruangannya. Dalam pendekatan ini peneliti akan mengkaji
kesamaan atau perbedaan suatu fenomena geosfer lewat aspek keruangan. Aspek-
aspek ruang geografi meliputi faktor lokasi, kondisi alam dan kondisi sosial budaya
masyarakat. Peneliti juga memperhatikan distribusi / persebaran, interelasi dan
interaksinya. Pada akhirnya diharapkan akan didapatkan manfaat bagi manusia terkait
dengan pendekatan keruangan geografi baik dalam aspek hidrologi, pedologi dan
klimatologi. Contoh pendekatan keruangan atau spasial misalnnya sebidang tanah
berharga mahal karena tanahnya bersifat subur dan terletak di tempat yang strategis.
Peneliti menilai tanah berdasarkan produktivitas pertanian dan nilai ruangnya yaitu
letak yang strategis.
Suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi (
keberadaan) ruang yang berkaitan dengan fenomena fisik permukaan bumi. Eksistensi
(keberadaan) ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur
keruangan (spatial structure), pola keruangan (spatial pattern), dan proses keruangan
(spatial processes).

15
Menurut Hadi Sabari Yunus, (2010:44) pendekatan keruangan adalah suatu metode
untuk memahami gejala tertentua agar mempunyai pengetahuan yang mendalam
melalui media ruang yang dalam hal ini variabel ruang mendapat posisi utama dalam
setiap analisis. Ada 9 tema dalam analisis keruangan yaitu :

1) ANALISIS POLA KERUANGAN


Analisis pola keruangan adalah analisis lokasi yang menitikberatkan pada 3
unsur yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement). Tujuan
analisis keruangan adalah untuk mengukur apakah kondisi yang ada sesuai dengan
struktur keruangan, dan menganalisa interaksi antara unit keruangan yaitu
hubungan antara ekonomi dengan interaksi keruangan, aksesibilitas antara pusat
dan perhentian suatu wilayah, dan hambatan interaksi, hal ini didasarkan oleh
adanya tempat-tempat (kota) yang menjadi pusat kegiatan bagi tempat-tempat lain.
Contohnya banjir terjadi di daerah Jakarta yang dialiri sungai ciliwung, banjir yang
terjadi di daerah Jakarta tersebut disebabkan debit air ciliwung meningkat, terjadi
pendangkalan dan banyak sampah dialiran sungai ciliwung, lahan di sekitar sungai
ciliwung sebagaian besar kedap air.

2) ANALISIS STRUKTUR KERUANGAN


Analisis Struktur Keruangan menekankan pada analisis susunan elemen-
elemen pembentuk ruang. Unsur-unsur pembentukan ruang antara lain manusia,
alam, teknologi, dll. Unsur-unsur pembentuk ruang bisa berupa sesuatu yang
bersifat positif maupun sesuatu yang bersifat negatif. Contoh analisis struktur
keruangan yaitu kenyataan menunjukkan bahwa pembentuk pemanfaatan lahan
sangat banyak antara lain pemukiman, tegal, pekarangan, persawahan, pertokoan ,
industri, perumahan, perdagangan, perkantoran, jasa, kebun campuran, dan masih
banyak lagi.

3) ANALISIS PROSES KERUANGAN


Analisis Proses Keruangan menekankan pada proses keruangan yang biasanya
divisualisasikan pada perubahan ruang dari waktu ke waktu (sesuai dimensi
waktu). Perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dapat ditemukan secara
kualitatif maupun kuantitatif. Contohnya, interaksi antara masyarakat pesisir
dengan masyarakat pegunungan di wilayah kabupaten kota baru.

16
4) ANALISIS INTERAKSI KERUANGAN
Interaksi atau imbal daya adalah merupakan suatu proses saling memengarui
antara dua hal. Oleh karena istilah interaksi dikaitkan dengan ruang maka proses
saling memengarui juga antar ruang yang bersangkutan. Pada awalnya istilah
interaksi keruangan (spatial interaction) ini diperkenalkan oleh Ullman dalam Hadi
Sabari Yunus, (2010: 64) yakni “Spatial interaction emphasizes the
interdependence of area and implies the movement of commodities, good, people,
information etc.between areas”.
Analisis Interaksi Keruangan menekankan pada keterkaitan elemen-elemen
lingkungan secara intra maupun inter elemen baik secara individu maupun antar
wilayah untuk dapat menjalin komunikasi wilayah. Contoh interaksi antar ruang
adalah antara negara Indonesia dengan Malaysia atau negara lainnya. Indonesia
perlu mengimport barang dari luar negara sedangkan negara tersebut perlu
mengimport barang Indonesia untuk memenuhi kebutuhannya.

5) ANALISIS ASOSIASI KERUANGAN


Analisis Asosiasi Keruangan bertujuan untuk mengungkapkan terjadinya
asosiasi keruangan antara berbagai kenampakan pada suatu ruang, apakah ada
fungsional atas sebaran keruangan atau gejala dengan sebaran keruangan gejala
yang lain. Contoh dalam asosiasi antar pembangunan pelabuhan Feri dengan
berkurangnya luas hutan bakau di desa Stagen, kabupaten kota baru.

6) ANALISIS KECENDERUNGAN KERUANGAN


Analisis Kecenderungan Keruangan menekankan pada upaya mengetahui
kecenderungan perubahan suatu gejala. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan space
based analysis, time based analysis maupun gabungan antara space dan time based
analysis. Contoh dalam hal ini adalah kecenderungan pusat perkantoran kabupaten
Kota Baru ke arah desa Sragen.

7) ANALISIS SINERGIS KERUANGAN


Analisis Sinergis Keruangan merupakan suatu analisis yang menekankan pada
sinergisnya keruangan. Analisis mencoba memfokuskan majunya ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti teknologi dibidang transportasi dan komunikasi

17
yang menyebabkan terjadinya mobilitas barang, jasa, informasi yang tinggi yang
menyebabkan dinamika keruangan semakin tinggi dan kompleks. Contohnya
adalah setiap tahun baru harga tiket selalu naik seperti tiket kereta, tiket, pesawat,
tiket bus dan lainnya.

8) ANALISIS SISTEM KERUANGAN


Analisis Sistem Keruangan adalah sebuah sistem informasi yang digunakan
untuk memasukan, menyimpan, mengelola, menganalisis, dan menghasilkan data
geospasial yang nantinya digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan
terkait perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan atau sumber daya alam.
Contohnya adalah mengukur lahan untuk membangun sebuah bangunan yang
direncanakan.

9) ANALISIS KOMPERASI KERUANGAN


Analisis ini menekankan pada komparasi/pembandingan antara wilayah satu
dengan wilayah yang lain, minimal ada dua wilayah yang diteliti. Tujuan praktis
yang banyak dilakukan adalah upaya mengetahui keunggulan dan kelemahan yang
ada pada masing-masing wilayah dalam hal yang sama sehingga dapat diketahui
upaya untuk menentukan kebijakan pengembangan wilayah (Hadi Sabari Yunus,
2010: 73).
Analisis Komperasi Keruangan (perbandingan), antara suatu wilayah dengan
wilayah lain, untuk melakukan analisis komparasi diperlukan minimal 2 wilayah,
analisis komperasi juga dapat untuk mengkomparasi potensi, kelemahan dan
kekuatan, kemajuan, kondisi fisik dan non fisik, teknik analisis yang dapat
digunakan antara lain analisis potensi wilayah, analisis SWOT (analisis antara yang
tidak boleh berhenti pada SWOT), buffering (membandingkan wilayah). Contoh :
Perbandingan antara kota Salatiga yang lebih kecil dibandingkan kabupaten
Semarang yang lebih luas.

D. METODE ANALISA KERUANGAN


I. ANALISA LOKASI
Kalau kita menyebutkan nama suatu tempat atau suatu daerah seperti
Jakarta, Dili, atau Irian Jaya, kitra dapat mengabstraksikan tempat-tempat
tersebut sebagai suatu ruang. Tetapi, kita tidak akan dapat mengabstraksikan

18
lebih jauh bagaimana karakteristik ruang tersebut sebelum didiskripsikan
tentangb lokasinya. Lokasi ini akan memberikan penjelasan lebih jauh tentang
tempat atau daerah yang bersangkutan. Pada studi geografi, lokasi ini
merupakan variabel yang dapat mengungkapkan berbagai hal tentang gejala
yang kita pelajari.
Lokasi suatu benda atau suatu gejala dalam ruang dapat menjelaskan
dan dapat memberikan kejelasan pada benda atau gejala geografi yang
bersangkutan secara lebih jauh lagi. Lokasi dalam ruang, dapat dibedakan
antara lokasi absolut dengan lokasi relatif. Lokasi absolut suatu tempat atau
suatu wilayah yaitu lokasi yang berkenaan dengan posisinya menurut garis
lintang dan garis bujur atau berdasarkan jaring-jaring derajat, lokasi absolut
suatu tempat atau wilayah dapat dibaca pada peta, lokasi wilayah Republik
Indonesia ada pada posisi antara 7o LU dengan 11o LS, dan antara 95o BT
dengan 141o BT.
Dengan dinyatakan lokasi absolut suatu tempat atau wilayah,
karakteristik tempat yang bersangkutan sudah dapat diabstraksikan lebih
lanjut. Sekurang-kurangnya posisi dan iklimnya sudah dapat kita perhitungkan
untuk memperhitungkan karakteristiknya lebih jauh lagi harus diketahui lokasi
relatifnya.
Lokasi relatif suatu tempat atau wilayah yaitu lokasi tempat atau
wilayah yang bersangkutan dengan hubungan tempat atau wilayah itu dengan
faktor alam atau faktor budaya yang ada disekitarnya. Jadi, lokasi relatif ini
ditinjau dari posisi suatu tempat atau suatu wilayah terhadap kondisi wilayah-
wilayah yang ada disekitarnya.
Lokasi relatif wilayah Republik Indonesia ada di antara 2 ssamudra, 2
benua, pertemuan rangkaian pegunungan Mediterania dengan Pegunungan
Sirkum Pasifik, dan di antara kondisi-kondisi sosial budaya lainnya. Lokasi
relatif telah mengungkapkan karakteristik wilayah Republik Indonesia lebih
jauh lagi, lokasi relatif dapat mengungkapkan dinamika wilayah yang
bersangkutan. Lokasi relatif suatu tempat atau memberikan gambaran tentang
keterbelakangan, perkembangan, dan kemajuan wilayah yang bersangkutan
bila dibandingkan dengan wilayah lain yang ada disekitarnya, dapat pula
ditinjau situasi(situation) dan sitenya. Dan yang dimaksud site adalah semua
sifat atau karakter internal dari suatu daerah tertentu. Sedangkan yang

19
dimaksud dengan situasi adalah lokasi relatif dari tempat atau wilayah yang
bersangkutan. Kalau site berkenaan dengan sifat-sifat internal dari tempat
yang bersangkutan, maka situasi atau lokasi relatif berkenaan dengan sifat-
sifat eksternalnya.

II. ANALISA PENYEBARAN


Untuk mengevaluasi penyebaran keruangan gejala geografi, akan
dibahas 2 konsep, konsep yang pertama adalah analisa tetangga
terdekat(nearest neadour analysis), dan analisa varian distribusi
keruangan(variance analysis of spatial distribution).

III. ANALISA INTERAKSI DAN DIFUSI KERUANGAN


Pergerakan penduduk dari satu tempat ke tempat yang lain, baik untuk
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi maupun untuk memenuhi kebutuhan
sosial lainnya, dapat dievaluasi secara geografi. Faktor-faktor yang meliputi
perpindahan tersebut meliputi faktor fisis dan faktor non fisis, bentuk
permukaan bumi, keadaan cuaca merupakan faktor fisis yang mempengaruhi
gerak berpindah yang dilakukan manusia. Alat transportasi, kegiatan ekonomi,
biaya transportasi, kondisi jalan, dan kondisi sosial budaya setempat
merupakan faktor non fisis yang mendorong manusia untuk berpindah dari
tempat asalnya.
Interaksi dan difusi keruangan ini tidak hanya terbatas kepada gerak
pindah dari manusianya, melainkan juga menyangkut barang dan berita yang
menyertai tingkah manusia.

E. MENGANALISIS POLA KERUANGAN DESA DAN KOTA


A) Konsep Desa-Kota, Potensi dan Perkembangan Desa dan Kota
I. KONSEP DASAR DESA DAN KOTA
Batasan Pengertian Desa
Bintarto (1983:11-12) memberi batasan pengertian desa sebagai suatu
hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan
lingkungannya. Hasil perpaduan itu ialah suatu ujud atau kenampakan di
muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomi,

20
politik dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur-unsur tersebut dan
juga dalam hubungannya dengan daerah lain. Dalam arti umum desa
merupakan unit pemusatan penduduk yang bercorak agraris dan terletak
jauh dari kota.

Pengertian Kota
Bintarto (1983:36) menyebutkan bahwa kota dapat diartikan sebagai
suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan
penduduk yang tinggi, dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang
heterogen dan coraknya yang materialistis. Hal menonjol yang
membedakan desa dengan kota adalah desa merupakan masyarakat agraris,
sedang kota non agraris.
Pengertian tentang desa di Indonesia sudah merupakan istilah nasional
yang baku digunakan dalam struktur pemerintahan. Namun demikian
masih banyak yang menggunakan istilah setempat misalnya;
huta,kampung, marga, nagari dll. Pada umumnya desa digambarkan
sebagai daerah dengan tingkat pendidikan dan teknologi yang belum
berkembang, wilayahnya tidak luas, corak penghidupan agraris dengan
kehidupan yang sederhana. Jumlah dan kepadatan penduduk tidak besar,
jaringan jalan belum padat, sarana transportasi masih terbatas. Wilayah
yang ada biasanya digunakan untuk permukiman, pekarangan dan lahan
pertanian.
Dalam UU NO. 5 Tahun 1979, UU NO. 22 Tahun 1999,disebutkan
bahwa desa merupakan masyarakat hukum yang mempunyai kewenangan
untuk mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintah Nasional
dan berada di Daerah Kabupaten. Sedangkan kelurahan adalah wilayah
kerja lurah sebagai perangkat daerah Kabupaten dan atau kota dibawah
kecamatan. Istilah yang dipergunakan di desa pada saat ini adalah desa
dengan kepala desa sebagai pimpinannya. Sedangkan istilah kelurahan
dipakai untuk menunjuk struktur pemerintahan setingkat desa yang berada
di kota, dengan pimpinannya adalah lurah.

Karakteristik Desa dan Kota


21
Untuk dapat memahami krakteristik desa, tidak dapat dipisahkan
dengan karakteristik kota sebagai pembandingnya. Karakteristik desa
adalah sesuatu yang melekat pada unsur-unsur desa yang merupakan ciri
khusus yang membedakannya dengan daerah kota. Karakteristik desa
dapat dipandang dari berbagai aspek kehidupan masyarakat serta dari
aspek fisiknya. Perbedaan kualitatif dan kuantitatif anatara desa dan kota
yang tersaji dalam bentuk tabel.

No. Unsur Pembeda Desa Kota


1. Mata Agraris, Non agraris,
Pencaharian Homogeny Heterogen
2. Ruang Kerja Lapanagan Ruang Tertutup
Terbuka
3. Musim, cuaca Penting, Tidak Penting
Menentukan
4. Kepadatan Tidak Padat Padat
Penduduk
5. Stratifikasi Sederhana, Sedikit Kompleks dan banyak
Sosial
6. Sifat Kelompok Gameinschaft Gesellschaft
7. Mobiloitas Rendah Tinggi
Penduduk
8. Status Sosial Stabil Tidak stabil

II. POTENSI DAN PERKEMBANGAN DESA-KOTA


Potensi desa merupakan kemampuan yang mungkin dapat diaktifkan
dalam pembangunan, mencakup potensi alam, potensi manusia danhasil
kerja manusianya. Potensi yang dimiliki suatu wilayah akan berpengaruh
terhadap perkembangan wilayah tersebut, wilayah yang memiliki potensi
yang baik akan menjadi wilayah yang maju.Bintarto membedakan potensi
desa menjadi potensi fisik dan non fisik.
1. POTENSI DESA

22
Potensi desa dibedakan menjadi 2 yaitu potensi fisik dan potensi non
fisik.
Potensi fisik meliputi:
 Tanah sebagai sumber tambang dan mineral, sumber tanaman, bahan
makanan dan tempat tinggal.
 Air, kondisi air untuk irigasi dan untuk keperluan hidup sehari-hari.
 Iklim yang penting untuk kegiatan agraris
 Ternak sebagai sumber tenaga,bahan makanan dan sumber pendapatan.
 Manusia, baik sebagai sumber tenaga kerja potensial, sebagai pengolah
lahan dan juga produsen bidang pertanian, juga sebagai tenaga kerja di
bidang non pertanian.
Potensi non fisik, meliputi:
 Masyarakat desa yang hidup berdasarkan gotong royong
 Lembaga-lembaga sosial, pendidikan dan organisasi organisasi sosial
yang dapat membimbing memajukan masyarakat.
 Aparatur atau pamong desa, untuk menjaga ketertiban dan keamanan
serta kelancaran pemerintahan desa.

Departemen Dalam Negeri RI menyebutkan komponen-komponen


potensi desa terdiri atas beberapa faktor yaitu:

1) Komponen alami yang mencakup faktor:


- Lokasi
- Luas desa
- Keadaan tanah
- Keadaan air
- Keadaan alam nabati dan hewani.
2) Manusia dengan memperhatikan faktor yaitu :
- Jumlah penduduk
- Penyebaran
- Karakteristiknya (umur,jenis kelamin,adat istiadat,organisasi
kemasyarakatan, pendidikan, kesehatan dan nutrisi, serta swadaya
dan gotong royong masyarakat desa).
3) Kegiatan Ekonomi :

23
- Agraris (primer) : pertanian, perikanan, peternakan, pengumpulan
hasil hutan.
- Industri/kerajinan (sekunder).
- Perdagangan dan jasa (tersier).
4) Prasarana yang ada :
- Perhubungan dan komunikasi
- Pengairan dan produksi
- Pemasaran
- Pendidikan dan kesehatan.

2. PERKEMBANGAN DESA
Potensi desa satu dengan yang lain, baik potensi alam
maupun manusianya dapat berbeda-beda. Padahal potensi desa
merupakan salah satu komponen yang berpengaruh terhadap
perkembangan desa. Dengan demikian tingkat perkembangan desa
satu dengan yang lain juga tidak sama.Perkembangan desa
berdasarkan potensinya, desa dapat dikelompokkan menjadi:
a. Desa dengan potensi tinggi, yaitu desa yang memilki lahan
pertanian yang subur, topografi datar atau agak miring,
dilengkapi dengan fasilitas irigasi teknis.Oleh karena itu desa
seperti ini mempunyai kemampuan besar untuk berkembang
lebih lanjut.
b. Desa dengan potensi sedang, yaitu desa yang memiliki lahan
pertanian agak subur, irigasi sebagian teknis, sebagian non
teknis, topografi tidak rata. Hal ini mengakibatkan
perkembangan desa yang lambat.
c. Desa dengan potensi yang rendah, memiliki lahan pertanian yang
tidak subur, topografi berbukit, sumber air sulit diperoleh,
pertanian tergantung pada curah hujan. Hal ini merupakan
penghambat, sehingga desa sulit berkembang.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi maju mundurnya
desa atau perkembangan desa, antara lain 1) potensi desa yang

24
mencakup potensi alami dan non alami; 2) interaksi desa dengan
kota; 3) lokasi desa terhadap daerah sekitarnya yang lebih maju.
Unsur-Unsur desa antara lain sebagai berikut: 1) daerah,
terdiri atas tanah-tanah yang produktif dannon produktif serta
penggunaannya, lokasi, luas, batas yang merupakan lingkungan
geografis setempat. Wilayah desa umumnya digunakan untuk
permukiman, pekarangan dan lahan pertanian; 2) penduduk
meliputi jumlah,pertumbuhan, kepadatan, persebaran dan mata
pencaharian; 3) tata kehidupan, meliputi organisasi
pemerintahan, organisasi sosial, adat istiadat, dan seluk beluk
kemasyarakatan yang terkait dengan desa tersebut.
Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan hidup (living
unit) yang tidak lepas satu sama lain. Daerah menyediakan
kemungkinan hidup. Penduduk dapat menggunakannya untuk
mempertahankan hidup.Sedang tata kehidupan, akan memberi
jaminan ketenteraman dan keserasian hidup bersama di desa.

3. KLASIFIKASI PERKEMBANGAN DESA


Setiap desa mempunyai terbentuk oleh unsur-unsur desa, unsur
desa inilah yang selanjutnya akan menentukan potensi desa yang
bersangkutan. Perkembangan suatu desa akan dipengaruhi baik oleh
unsur maupun potensi desa. Berdasarkan perkembangannya, desa
dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
1) Desa tradisional, atau pra desa yaitu tipe desa pada masyarakat
terasing yang seluruh kehidupannya tergantung pada
alamsekitarnya. Ketergantungan itu misalnya dalam hal cara
bercocok tanam, cara membuat rumah, pengolahanmakanan dan
lain-lainnya. Pada desa semacam ini penduduk cenderung
tertutup, atau kurang komunikasi dengan pihak luar. Sistem
perhubungan dan komunikasi tidak berkembang. Contoh: Desa
pada Suku Baduy.
2) Desa swadaya, desa swadaya merupakan tipe desa dengan ciri-
ciri:

25
- penduduknya jarang, masih terikat pada adat istiadat
- lembaga sosialyang ada masih sederhana
- tingkat pendidikan masyarakatnya rendah, produktivitas tanah
rendah.
- kegiatan penduduk dipengaruhi oleh keadaan alam.
- topografi berupa pegunungan atau perbukitan
- lokasi terpencil.
- mayoritas penduduk sebagai petani
- kegiatan ekonomi masyarakat bersifat subsisten
- masyarakat juga tertutup terhadap pihak luar, sehingga sistem
perhubungan dan transportasi kurang berkembang.
3) Desa swakarya
Desa swakarya adalah desa yang sudah lebih berkembang
maju, dengan ciri-ciri yaitu :
- adat istiadat mengalami perubahan; pengaruh dari luar
mulai masuk sehingga masyarakatnya mengalami
perubahan cara berpikir.
- mata pencaharian mengalami diversivikasi
- lapangan kerja bertambah sehingga produktivitas
meningkat.
- gotong royong lebih efektif
- pemerintah desa berkembang baik
- masyarakat desa mampu meningkatkankehidupannya
dengan hasil kerjanya sendiri
- bantuan pemerintah hanya sebagai stimulan saja.
4) Desa Swasembada
Desa swasembada adalah desa yang telah maju, memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
- ikatan adat istiadat yang berkaitan dengan kegiatan
ekonomi sudah
- tidak berpengaruh terhadap masyarakat
- lokasi desa swasembada biasanya dekat dengan
kota, kecamatan, kota kabupaten, kota provinsi, yang
tidak masuk wilayah kelurahan.

26
- semua keperluan hidup pokok dapat disediakan desa
sendiri
- alat teknis yang digunakan untuk memenuhi keperluan
hidup lebih modern
- lembaga sosial ekonomi dan budaya sudah dapat menjaga
kelangsungan hidup penduduknya
- mata pencaharian penduduk beragam, perdagangan dan
jasa sudah berkembang
- pendidikan dan keterampilan penduduk sudah tinggi
- hubungan dengan daerah sekitarnya berjalan lancar
- kesadaran penduduk mengenai kesehatan tinggi
- gotong royong masyarakat tinggi.

III. STRUKTUR RUANG DESA


1. Penggunaan Lahan di Perdesaan
Menurut Wibberley dalam Johara T. Jayadinata (1999:61) wilayah
perdesaan menunjukkan bagian suatu negeri yang memeperlihatkan
penggunaan lahan yang luas sebagai ciri penentu, baik pada waktu
sekarang maupun beberapa waktu yang lampau. Lahan di perdesaan
umumnya digunakan untuk kehidupan sosial dan kegiatan ekonomi.
Kehidupan sosial seperti berkeluarga, bersekolah, beribadat, berekreasi,
berolah raga dan sebagainya. Kegiatan itu biasanya dilakukan di dalam
perkampungan. Lahan yang ada juga dimanfaatkan untuk kegiatan
ekonomi, misalnya kegiatan ekonomi bidang pertanian, perkebunan,
peternakan, kehutanan, perindustrian dan perdagangan yang pada
umumnya dilakukan di luar kampung. Jadi dapat disimpulkan bahwa lahan
di wilayah perdesaan adalah untuk permukiman dalam rangka kehidupan
sosial, dan untuk pertanian dalam rangka kegiatan ekonomi.

2. Pola Permukiman Perdesaan


Pola persebaran dan pemusatan penduduk desa dapat dipengaruhi oleh
keadaan tanah, tata air, topografi dan ketersediaan sumberdaya alam yang
terdapat di desa yang bersangkutan. Pola persebaran permukiman desa
dalam hubungannya dengan bentang alamnya, dapat dibedakan atas:

27
a. Pola terpusat
Bentuk permukiman terpusat merupakan bentuk permukiman yang
mengelompok (aglomerated, compact rural settlement). Pola seperti
ini banyak dijumpai didaerah yang memiliki tanah subur, daerah
dengan relief sama, misalnya dataran rendah yang menjadi sasaran
penduduk bertempat tinggal. Banyak pula dijumpai di d aerah dengan
permukaan air tanah yang dalam, sehingga ketersediaan sumber air
juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap bentuk pola
permukiman ini. Demikian pula di daerah yang keamanan belum
terjamin, penduduk akan lebih senang hidup bergerombol atau
mengelompok.
b. Pola tersebar atau terpencar ( fragmented rural settlement type)
Bentuk permukiman tersebar, merupakan bentuk permukiman
yang terpencar, menyebar di daerah pertaniannya (farm stead),
merupakan rumah petani yang terpisah tetapi lengkap dengan
fasilitas pertanian seperti gudang mesin pertanian, penggilingan,
kandang ternak,penyimpanan hasil panen dan sebagainya. Bentuk
ini jarang ditemui di Indonesia, umumnya terdapat di negara yang
pertaniannya sudah maju.Namun demikian, di daerah-daerah
dengan kondisi geografis tertentu, bentuk ini dapat dijumpai,
misalnya daerah banjir yang memisahkan permukiman satu sama
lain,daerah dengan topografi kasar, sehingga rumah penduduk
tersebar, serta daerah yang kondisi air tanah dangkal sehingga
memungkinkan rumah penduduk dapat didirikan secara bebas.
c. Pola memanjang atau linier (line village community type)
Pola memanjang memiliki ciri permukiman berupa deretan
memanjang di kiri kanan jalan atau sungai yang digunakan untuk
jalur transportasi, atau mengikuti garis pantai. Bentuk permukiman
seperti ini dapat dijumpai di dataran rendah. Pola atau bentuk ini
terbentuk karena penduduk bermaksud mendekati prasarana
transportasi, atau untuk mendekati lokasi tempat bekerja seperti
nelayan di sepanjang pinggiran pantai.
d. Pola mengelilingi pusat fasilitas tertentu.

28
Bentuk permukiman seperti ini umumnya dapat ditemukan di
daerah dataran rendah, yang di dalamnya terdapat fasilitas-fasilitas
umum yang dimanfaatkan penduduk setempat untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, misalnya mata air, waduk dan fasilitas
lainnya. Empat tipe pola permukiman desa sebagai berikut :
Farm village type
Merupakan satu desa dimana penduduk bersama dalam satu
tempat dengan sawah ladang berada di sekitarnya. Desa seperti
ini banyak terdapat di Asia Tenggara, juga di Indonesia
khususnya di Pulau Jawa. Di sini tradisi masih dipegang kuat
oleh masyarakatnya, demikian pula dengan ke gotong royongan
yang masih cukup kuat. Tetapi hubungan antar individu dalam
proses produksi usaha tani sudah bersifat komersial karena
masuknya revolusi hijau yang merupakan teknologi pertanian
modern. Di samping itu desa yang berdekatan dengan daerah
perkotaan akan mengalami gangguan sebagai akibat
perluasan kota.Gangguan yang dimaksud adalah terjadinya
alih fungsi lahan produktif untuk permukiman, kantor
pemerintah, swasta dan sebagainya.Semua ini merupakan
kondisi obyektif yang tidak terelakkan, sehingga akan
mempengaruhi kegotong royongan, ketaatan pada tradisi yang
sebelumnya masih dipegang kuat oleh masyarakat desa yang
bersangkutan.
Nebulous farm village type
Merupakan desa dimana sejumlah penduduk berdiam
bersama dalam suatu tempat, sebagian lainnya menyebar di luar
tempat tersebut, di antara sawah ladang mereka. Di Indonesia
banyak terdapat di Sulawesi, Maluku, Papua,Kalimantan dan
sebagian Pulau Jawa terutama di daearh-daerah dengan sistem
pertanian tidak tetap atau perladangan berpindah. Tradisi dan
gotong royong serta kolektivitas sangat kuat di kalangan
anggota masyarakat ini.
Suatu desa diamana penduduk berdiam di sekitar jalan-jalan
yang berhubungan dengan trade center dan selebihnya adalah

29
sawah ladang mereka, tipe ini banyak ditemui di negara barat.
Tradisi kurang kuat, sifat individu lebih menonjol, lebih
berorientasi pada bidang perdagangan.
Pure isolated farm type
Tempat tinggal penduduk tersebar bersama sawah ladang
masing-masing, banyak dijumpai di negara Barat. Tradisi,
dinamika pertumbuhan, orientasi perdagangan, sifat
individualistik sama dengan desa sebelumnya (Arranged
Isolated Farm Type).

3. Penggunaan Lahan Perdesaan Untuk Kegiatan Ekonomi


Penggunaan lahan di perdesaan untuk kegiatan ekonomi umumnya
terdiri atas penggunaan lahan untuk pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan, kehutanan, perdagangan dan industri. Pola penggunaan lahan
di perdesaan umumnya masih didominasi untuk kegiatan pertanian, baik
pertanian tradisional maupun pertanian yang sudah maju. Lahan pertanian
di Indonesia digunakan untuk pertanian berpindah pada masyarakat yang
sederhana, dan untuk pertanian menetap.
1. PERTANIAN BERPINDAH (shifting cultivation)
Perladangan berpindah, yaitu sistem pertanian yang dilakukan
dengan membuka sebagian hutan untuk bertani dengan cara tebang
bakar. Tanah yang telah rata ditanami, alat yang digunakan masih
sederhana. Hasil pertama umumnya baik, tetapi setelah ditanami dua
tiga kali hasil makin berkurang. Kemudian lahan ditinggalkan, dan
petani membuka bagian hutan lain untuk ditanami dengan cara yang
sama. Proses semacam ini dilakukan berulang ulang, sehingga pada
suatu waktu akan kembali ke hutan pertama yang dulu telah
ditinggalkan. Lahan yang dulu ditinggalkan telah tumbuh menjadi
hutan kembali (hutan sekunder) dan petani membukanya lagi untuk
pertanian. Cara inilah yang disebut pertanian berpindah atau shifting
cultivation. Lahan yang telah digunakan untuk pertanian berpindah ini
sebaiknya diistirahatkan dalam waktu yang lama, supaya hutan pulih

30
kembali. Bila waktu istirahat pendek, kesempatan menjadi hutan
kembali menjadi berkurang, sehingga jika digunakan untuk
perladangan lagi hasilnya akan semakin menurun.
Lahan itu hanya ditumbuhi alang-alang, dan tumbuhan lain tidak
dapat tumbuh, sehingga terjadi lautan alang-alang. Seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk, siklus kembalinya ke hutan yang
pertama semakin pendek. Oleh karena itu untuk melestarikan lahan,
perladangan berpindah hanya dapat dilakukan dengan syarat:
- Lahan masih luas;
- Penduduk masih jarang;
- Pemilikan lahan secara bersama (milik desa)
Apabila penduduk sudah semakin padat,agar supaya sumber daya lahan
tidak rusak, perladangan berpindah berangsur-angsur harus diubah
menjadi pertanian menetap yang lebih maju.
2. PERTANIAN MENETAP YANG LEBIH MAJU
Pertanian menetap umumnya sudah merupakan pertanian yang
lebih maju, dilakukan secara teratur, menggunakan alat yang cukup
(cangkul,bajak, traktor), ada upaya pengairan, pemupukan dan
pemeliharaan. Pertanian (bercocok tanam) dapat dibedakan, pertanian
irigasi (bersawah) dan pertanian tadah hujan. Peralatan yang
digunakan dapat merupakan peralatan teknologi madya ataupun
teknologi maju. Pertanian maju selalu merupakan pertanian menetap
(sedentary agricultural).
Pertanian sebenarnya dapat diartikan dalam arti luas dan dalam
arti sempit. Dalam arti sempit pertanian identik dengan usaha
bercocok tanam, sedangan dalam arti luas pertanian tidak hanya
berupa usaha bercocok tanam, tetapi juga mencakup kegiatan
perkebunan.
Lahan di pedesaan yang digunakan untuk kegiatan ekonomi,
disamping untuk pertanian, juga untuk usaha perikanan, peternakan,
perkebunan.

3. PERIKANAN DAN PERTERNAKAN, DIBEDAKAN ATAS


PERIKANAN DARAT DAN PERIKANAN LAUT.
31
Perikanan darat secara singkat adalah perairan yang ada di
daratan. Seperti, sungai, danau, waduk, dan lain sebagainya. Contoh
budidaya ikan darat adalah ikan nila, ikan gurami, ikan bandeng, dan
lain sebagainya. Sedangkan perikanan laut adalah usaha menangkap
ikan di laut atau dilakukan diperairan pantai atau di tengah laut.

4. KEHUTANAN
Umumnya hutan dimiliki oleh negara, hutan dapat dibedakan
atas: hutan cagar alam, hutan lindung, hutan produksi dan hutan
rekreasi.

IV. STRUKTUR KERUANGAN KOTA


1. Pola Keruangan Kota
Dilihat dari sejarahnya, kota pada hakikatnya lahir dan berkembang dari suatu
wilayah perdesaan. Akibat adanya pertumbuhan penduduk yang diikuti
meningkatnya berbagai kebutuhan (sandang, pangan, papan) dan pesatnya ilmu
pengetahuan dan teknologi manusia, maka tumbuh permukiman-permukiman
baru. Selanjutnya akan diikuti olehpengembangan fasilitas-fasilitas sosial
ekonomi seperti pasar, pertokoan, sekolah, rumah sakit, perkantoran, terminal,
jalan raya,tempat hiburan dan sebagainya sehingga terbentuklah wilayah kota.
Oleh karena lengkapnya fasilitas yang ada di kota, maka kota merupakan daya
tarik bagi penduduk desa untuk pergi ke kota, bahkan banyak berpindah dari desa
dan menetap di wilayah kota.Kota dapat dipandang sebagai suatu wilayah di
permukaan bumi yang sebagian wilayahnya terdiri atas benda-benda hasil
rekayasa dan budaya manusia, serta pemusatan penduduk yang tinggi dengan
mata pencaharian di luar sektor pertanian. Dengan demikian kota dicirikan oleh
adanya prasarana perkotaan seperti,bangunan yang tinggi, pusat perbelanjaan,
rumah sakit, pusat pendidikan dan sebagainya.
Bintarto (1983:36) dari segi geografi, kota dapat diartikan sebagai suatu sistem
jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang
tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen,dan coraknya yang materialistis.
Dengan kata lain kota merupakan bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-
unsur alami dan nonalami dengan gejala pemusatan penduduk yang besar,
dengan corak kehidupan yang heterogen dan materialistis dibandingkan daerah

32
belakangnya. Secaar universal, kota merupakan suatu “area urban” yang berbeda
dengan desa atau kampung baik berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk,
kepentingan dan status hukumnya.
Dalam pengertian geografis, kota merupakan suatu tempat yang penduduknya
rapat, rumah-rumahnya berkelompok kompak, mata pencaharian penduduk
bukan pertanian. Dalam pengertian hukum di Indonesia dikenal empat macam
kota, kota sebagai ibukota nasional, kota sebagai ibukota propinsi, kota sebagai
ibukota kabupaten atau kotamadya, dan kota adsministratif (kotatif).
Fakta menunjukkan bahwa kota merupakan tempat bermukim, tempat bekerja,
tempat rekreasi. Kota merupakan pusat kebudayaan, administratif dan

kegiatan ekonomi bagi wilayah di sekitarnya. Dalam Peraturan Menteri dalam


Negeri Nomor 2 Tahun 1987, disebutkan bahwa kota adalah pusat
permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan administratif
yang diatur dalam perundang-undangan, serta permukiman yang telah
memperlihatkan kehidupan perkotaan. Memperhatikan begitu lengkapnya
fasilitas yang ada di kota, maka wajar bila kota merupakan pusat kegiatan
yang dapat memenuhi berbagai fungsi, misalnya kota sebagai , pusat produksi,
pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat kesehatan, pusat pendidikan
dan pusat kebudayaan

2. Klasifikasi Kota
Kota dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah penduduk, tahap
perkembangan serta fungsi kota.

2.1. Berdasarkan jumlah penduduknya, di Indonesia kota dapat dibedakan


atas:

a) Kota kecil : 20.000 - < 100.0000 orang

b) Kota sedang : 50.000 - < 500.000 orang

c) Kota besar : 500.000 - < 1000.000 orang

d) Kota metropolis : 1000.000- 5.000.000 orang

e) Kota megapolitan : lebih dari 5.000.000 orang

33
2.2.Klasifikasi kota berdasarkan tahap perkembangannya
Lewis Mumford dalam Rahardjo (1982:1) mengklasifikasi kota berdasarkan
tingkat perkembangannya sebagai berikut:

a. Tahap neopolis, yaitu suatu wilayah yang berkembang dan sudah diatur ke
kehidupan kota;
b. Tahap polis, kota yang masih memiliki ciri kehidupan agraris,sebagai
pusat keagamaan dan pemerintahan;
c. Tahap metropolis, yaitu kota besar, kota induk yang perekonomiannya
sudah mengarah ke sektor industri;
d. Tahap megalopolis, wilayah perkotaan yang terdiri atas beberapa kota
metropolis yang berdekatan lokasinya sehingga membentuk jalur perkotaan
yang sangat besar dan telah mencapai tingkat tertinggi;
e. Tahap tiranopolis, kota yang sudah mengalami kemerosotan moral dan
akhlak manusianya, diliputi oleh kerawanan sosial dan sulit dikendalikan,
misalnya angka kriminalitas yang tinggi, kemacetan lalu lintas, kerusakan
lingkungan;
f. Tahap nekropolis, kota yang kehidupannya mulai sepi, menuju kearah
keruntuhan, bahkan berkembang menjadi kota mati, kota yang sudah
mengalami kehancuran peradabannya.

2.3.Klasifikasi kota berdasarkan fungsi

a. Kota pusat perdagangan, baik perdagangan domestik maupun


internasional, contoh kota Singapura, Hongkong, Jakarta;
b. Kota pusat kebudayaan, misal kota Yogyakarta, Surakarta;
c. Kota pusat perkebunan, misalnya Bogor, Tangjung Balai, Pematang
Siantar;
d. Kota pusat pemerintahan, contoh Jakarta, Kuala Lumpur, Manila;
e. Kota pusat pertambangan, misal Timika, Tembagapura, Soroako.
Pada umumnya kota berfungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat
perdagangan dan pusat jasa. Berbagai fasilitas kehidupan tersedia di kota,
oleh karena itu kota mempunyai daya tarik kuat bagi penduduk di sekitarnya.
Banyak penduduk luar kota berdatangan ke kota, baik yang menetap maupun
hanya sebagai penglaju. Coba anda bandingkan situasi kota Jakarta pada

34
waktu lebaran dengan hari-hari biasa. Pada saat lebaran kota Jakarta kelihatan
lengang, jalanan sepi, sangat kontras dengan situasi sehari-hari yang penuh
sesak dan macet.

3. Struktur Ruang Kota


Kota merupakan pusat berbagai kegiatan, seperti kegiatan ekonomi,
pemerintahan, kebudayaan, pendidikan dansebagainya. Kegiatan-kegiatan seperti
ini umumnya dilakukan di daerah inti kota (core of city), dan disebut Daerah
Pusat Kegiatan (DPK), atau Central Business Districts (CBD).DPK berkembang,
terus meluas ke arah daerah di luarnya, terbentuk daerah Selaput Inti Kota.
Adanya berbagai kegiatan di pusat kota, akan menimbulkan adanya
pengelompokan (segregasi) dan penyebaran jenis-jenis kegiatan. Hal ini
dipengaruhi oleh bebrapa faktor, seperti:
- Ketersediaan ruang dalam kota;
- Jenis-jenis kebutuhan warga kota;
- Tingkat teknologi yang ada;
- Perencanaan pembangunan perkotaan;
- Faktor geografis setempat.

Mengingat kota yang mempunyai fungsi sebagai pusat kegiatan, maka


penataan ruangnya harus melalui perencanaan yang cermat, agar tidak
menimbulkan permasalahan dikemudian hari. Perencanaan penataan ruang perlu
memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:

1) Aspek sosial seperti, kependudukan, sosial budaya, pendidikan, agama,


status sosial, struktur sosial masyarakat;
2) Aspek ekonomi seperti pendapatan per kapita, produksi, perdagangan,
pertambangan dll;
3) Aspek fisik seperti relief, tanah dll.

Ketiga aspek ini penting untuk penyusunan master plan dan detail plan kota.
Penataan ruang kota yang baik perlu didasarkan pada kondisi fisik, pemerintah
kota sebagai pengatur kebijakan, dan tingkat perekonomian serta
kebutuhan penduduk terhadap fasilitas yang dibutuhkan penduduk kota.
Fasilitas-fasilitas yang harus ada dalam tata ruang kota meliputi, antara lain:

35
a. Untuk perkantoran, permukiman, pendidikan, pasar, pertokoan, rumah
sakit, tempat hiburan;
b. Untuk jalur-jalur jalan, baik jalur jalan di dalam kota maupun yamg
menghubungkannya dengan wilayah lain di sekitar kota;
c. Taman kota, alun-alun, tempat olah raga, taman bermain untuk rekreasi
keluarga;
d. Areal parkir yang memadai.
Adanya berbagai fasilitas dan beragamnya aktivitas di perkotaan, membentuk
struktur ruang kota yang berbeda dengan struktur ruang desa. MenurutJohara
(1986) segala yang ada dan dibangun di daerah kota, baik oleh alam seperti
bukit, gunung, sungai dll, maupun oleh manusia seperti gedung-gedung, rumah,
pabrik dll, semua yang tampak di permukaan bumi disebut struktur ruang kota.
Struktur ruang wilayah kota, umumnya memperlihatkan bentuk-bentuk
tertentu. Contoh, di Indonesia khususnya di Pulau Jawa hampir semua kota di
pusatnya selalu ada alun-alun, masjid agung, kantor pemerintahan, pusat
pertokoan, pasar besar, rumah sakit.

4. Teori-teori perkembangan kota


A. Teori Konsentris
1) Zone 1: Daerah Pusat Kegiatan (DPK/CBD)
Daerah ini merupakan pusat segala kegiatan, antara lain sosial, politik,
budaya, ekonomi dan teknologi. Terdapat pusat pertokoan besar (Dept Store),
gedung perkantoran bertingkat, bank, hotel, restoran dan sebagainya.

2) Zone 2: Daerah Peralihan (DP ) atau zone transisi


Zone ini merupakan daerah yang mengalami penurunan kualitas
lingkungan permukiman yang terus menerus, dan makin lama makin hebat.
Penyebabnya karena adanya intrusi fungsi yang berasal dari zone 1 sehingga
perbauran permukiman dengan bangunan non permukiman mempercepat
penurunan kualitas lingkungan. Perdagangan dan industri dari zone 1 banyak
mendesak daerah permukiman. Di daerah ini sering terdapat daerah kumuh
(slums area), dan penduduknya yang miskin.

36
3) Zone 3: Zone permukiman para pekerja yang bebas (ZPPB) atau zone
of independent workingmenshomes, zone permukiman kelas proletar
Zone ini banyak ditempati pekerja-pekerja pabrik, industri dan lain
sebagainya yang berpenghasilan kecil. Ditandai oleh adanya rumah-rumah
kecil dan rumah susun sederhana yang dihuni keluarga besar. Kondisi
permukiman lebih baik dibandingkan dengan zone 2, walaupun sebagian
penduduknya masih masuk kategori menengah kebawah.

4) Zone 4: Zone permukiman yang lebih baik (ZPB), atau zone


permukiman kelas menengah(residential zone)
Zone ini merupakan kompleks perumahan penduduk yang berstatus
ekonomi menengah-tinggi. Walaupun status ekonomi penduduknya tidak
sangat baik, tetapi stabil, permukiman teratur. Fasilitas permukiman
terencanan dengan baik sehingga tempat tinggal cukup nyaman.
5) Zone 5: Zone penglaju atau commuters zone
Zone ini merupakan daerah yangmemasuki daerah belakang
(hinterland), atau merupakan daerah batas desa-kota. Penduduk bekerja di
kota tetapi bertempat tinggal di pinggiran kota.

Model ini jarang terjadi, karena perkembangan kota tidak selalu


membentuk zone konsentris yang ideal.

B. Teori Sektor Homer Hoyt


Menurut teori ini struktur ruang kota cenderung lebih berkembang
berdasarkan sektor sektor dari pada berdasarkan lingkaran-lingkaran
konsentis. DPK atau CBD terletak di pusat kota, namun pada bagian-
bagian lainnya berkembang menurut sektor-sektor yang bentuknya
menyerupai irisan kue tart. Hal ini terjadi akibat faktor geografis, seperti
bentuk lahan dan pengembangan jalan sebagai sarana komunikasi dan
transportasi. Struktur ruang kota berkembang sebagai berikut:
1. Pada lingkaran dalam terletak pusat kota (CBD) yang terdiri atas:
bangunan- bangunan kantor, hotel,bank,bioskop, pasar dan pusat
perbelanjaan;

37
2. Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan
perdagangan;
3. Dekat pusat kota dan dekat sektor di atas, yaitu bagian sebelah
menyebelahnya, terdapat sektor murbawiama yaitu tempat tinggal
kaum murba atau kaum buruh;
4. Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan
terletak sektor madyawisma;
5. Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, yaitu permukiman golongan
atas.
C. Teori Inti Berganda
Teori Inti Ganda dikembangkan oleh C.D. Harris dan
E.L.Ullman.Menurut mereka,struktur ruang kota tidaklah sesederhana
dalam teori konsentris karena sebenarnya tidak ada urutan-urutan yang
teratur. Dapat terjadi, dalam suatu kota terdapat tempat-tempat tertentu
yang berfungsi sebagai inti kota dan pusat pertumbuhan baru. Keadaan
tersebut telah menyebabkan adanya beberapa inti dalam suatu wilayah
perkotaan, misalnya:komplek atau wilayah perindustrian, pelabuhan,
komplek perguruan tinggi, dan kota-kota kecil di sekitar kota besar.

38
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di
muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik fisik maupun
yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan
keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan
keberhasilan pembangunan.
Pendekatan Keruangan atau Spacial Analysis merupakan pendekatan yang
mempelajari pendekatan yang mempelajari keragaman ruang muka bumi dengan
cara menganalisa setiap aspek keruangannya.
Ada 9 tema dalam analisis keruangan yaitu :
1. Analis Pola Keruangan
2. Analis Struktur Keruangan
3. Analis Proses Keruangan
4. Analis Interaksi Keruangan
5. Analis Asosiasi keruangan
6. Analis Kecenderungan Keruangan
7. Analis Sinergis Keruangan
8. Analis Sistem Keruangan
9. Analis Komperasi Keruangan

Geografi Keruangan juga berkaitan dengan Konsep Desa-Kota, potensi dan


Perkembangan Desa dan Kota seperti :

1) Konsep Dasar Desa dan Kota


2) Potensi dan Perkembangan Dosa-Kota
3) Struktur Ruang Desa
4) Struktur Keruangan Kota

Konsep dasar geografi merupakan konsep yang paling penting dalam


menggambarkan struktur ilmu ataupun hakikat suatu ilmu.

39
DAFTAR PUSTAKA

Daldjoeni, D. N. (1982). Pengantar Geografi Untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah. Bandung:
Penerbit Alumni.

Sumaatmadja, D. N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan.


Bandung: Penerbit Alumni.

https://gurubelajarku.com/konsep-geografi/amp/

https://www.zonareferensi.com/pendekatan-geografi/

https://erlangga.co.id/materi-belajar/sma/10250-pendekatan-geografi.html/

https://greatedu.co.id/greatpedia/konsep-pendekatan-prinsip-dan-aspek-geografi/

https://djunijanto.wordpress.com/materi/pendekatan-geografi/

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.undip.ac.id/6
7681/6/9._BAB_II.pdf&ved=2ahUKEwiUocLp2qDnAhVN63MBHR8dACcQFjAEegQI
BRAB&usg=AOvVaw3AntGacW4FnGbcZN6s6P79

http://googleweblight.com/i?u=http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-
geografi/article/view/1888&hl=id-ID

https://googleweblight.com/i?u=https://www.edukasinesia.com/2017/08/10-konsep-
konsep-dasar-geografi-beserta-penjelasannya-terlengkap.html?m%3D1&hl=id-ID

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.uny.ac.id/161
91/3/4.%2520BAB%2520II.pdf&ved=2ahUKEwi94Zu9sqHnAhXRfH0KHaUPDlUQFj
AKegQIBhAC&usg=AOvVaw3MsMIfRfWOnARlclJZY8Wy

40

Anda mungkin juga menyukai