Anda di halaman 1dari 3

Koloni Phytophthora capsici bervariasi, mulai dari halus tidak berpola hingga yang tebal dan

membentuk pola seperti bunga. mempunyai papilla yang jelas pada ujung sporangium. Bentuk
sporangium juga sangat bervariasi, mulai dari yang berbentuk bulat hingga berbentuk seperti
buah pir atau lemon dan merupakan bentuk sporangium yang paling banyak ditemukan pada
Phythophthora asal lada (Wahyuno et al., 2007).

Sumber : Rohmah et al., 2018

Phytophthora capsici merupakan patogen tular tanah yang sulit terdeteksi keberadaannya dan
mudah tersebar melalui tanah yang terkontaminasi, terbawa aliran air, atau bagian tanaman yang
sakit. Gejala yang nampak di permukaan tanah berupa tanaman layu, sebagai indikasi serangan
yang telah lanjut yang terjadi di dalam tanah (Manohara et al., 2005 cit Agussalim, et al., 2017).
Infeksi pada pangkal batang menyebabkan terjadinya perubahan warna kulit menjadi hitam. Pada
keadaan lembap, gejala hitam tersebut tampak seperti berlendir berwarna agak biru. Serangan
pada akar menyebabkan tanaman layu dan daun-daun menjadi berwarna kuning. Daundaun yang
layu sering tetap tergantung dan berubah warna menjadi cokelat sampai hitam (Manohara dan
Kasim 1996 cit Wahyuno et al., 2007 cit Agussalim, et al., 2017).

Jamur P. capsici berkembang biak dengan cara aseksual dan seksual. Secara aseksual
membentuk sporangium. Pada keadaan lingkungan yang sesuai, lembab dan suhu berkisar antara
25o C, sporangium yang telah masak dapat langsung berkecambah membentuk tabung kecambah
atau membentuk zoospora yang berflagella sehingga dapat bergerak. Lama geraknya ditentukan
oleh suhu air; pada suhu 20 - 24o C zoospora dapat bergerak selama 9 jam, sedang pada suhu 28 o
C dan 32o C masing-masing selama 5 jam dan 1 jam. Tiga puluh menit setelah zoospora berhenti
bergerak, akan terjadi perkecambahan bila lingkungan menguntungkan; sebaliknya apabila
keadaan lingkungan tidak menguntungkan, maka akan dibentuk struktur istirahat yaitu berbentuk
kista (Manohara, 1988 cit Manohara 2005). Miselia yang berasal dari perkecambahan zoospora
dapat langsung menginfeksi tanaman melalui luka, lubang alami (stomata misalnya) atau
menginfeksi secara langsung setelah meningkatkan potensial inokulumnya terlebih dahulu.
Kemampuan patogen bertahan hidup pada sisa tanaman lada yang ada di permukaan maupun di
dalam tanah mempunyai peranan penting sebagai sumber inokulum. Propagul jamur P. capsici
dapat bertahan hidup selama 20 minggu di dalam tanah dengan kelengasan 100% kapasitas
lapang, tanpa adanya tanaman inang. Di dalam jaringan tanaman terinfeksi seperti daun dan
batang, jamur tersebut dapat bertahan hidup masing-masing selama 11 – 13 minggu dan 8 – 10
minggu (Manohara, 1988 cit Manohara 2005). Oleh sebab itu sebaiknya bagian tanaman sakit
yang telah mati jangan dibiarkan di lapang, karena dapat merupakan sumber inokulum.

Perkembang biakan secara seksual terjadi apabila terdapat dua jenis tipe jodoh yang sesuai/serasi
bertemu, yang selanjutnya akan menghasilkan oospora. Patogen ini dapat melakukan perkawinan
apabila kedua tipe kawin yang berbeda, yaitu A1 dan A2 bertemu. Dari penelitian ini diketahui
bahwa tipe kawin A1 dan A2 ditemukan di Pulau Jawa. Tipe kawin A2 ditemukan lebih dominan
dibandingkan dengan tipe A1. Keberadaan kedua tipe kawin ini diduga mengikuti pola
penyebaran lada di Pulau Jawa. Asal bibit dan investasi P. capsici dalam bibit saat
didistribusikan diduga menjadi faktor utama penyebaran tipe kawin di Pulau Jawa. Menurut
sejarah, bibit tanaman lada di Pulau Jawa banyak didatangkan dari Provinsi Lampung (Chaerani
et al. 2013 cit Rohmah et al., 2018), dan di provinsi tersebut telah ditemukan tipe kawin A1 dan
A2 (Wahyuno et al. 2007 cit Rohmah et al., 2018). Distribusi bibit yang telah terinfeksi patogen,
merupakan sarana penyebaran penyakit yang potensial. Informasi daerah asal bibit menunjukkan
bahwa asal bibit diduga berpengaruh terhadap distribusi penyebaran tipe kawin (Rohmah et al.,
2018).

Daftar Pustaka :

Agussalim, D. Raharjo, dan M. Asaad. 2017. Kajian pengendalian penyakit busuk pangkal
batang lada dengan modifikasi iklim mikro. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian, 20 (1) : 59-67.
Manohara D., D. Wahyuno dan R. Noveriza. 2005. Penyakit busuk pangkal batang tanaman lada
dan strategi pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : 41 – 51.

Rohmah, B., B. Hadisutrisno, D. Manohara, dan A. Priyatmojo. 2018. Karakteristik morfologi


dan sebaran tipe kawin Phytophthora capsici asal lada di Pulau Jawa. Jurnal Fitopatologi
Indonesia. 14 (5) : 166–174.

Anda mungkin juga menyukai