DOSEN PENGAMPU
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI APOTEKER
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Gastritis atau maag adalah peradangan yang terjadi pada mukosa lambung.
Gastritis merupakan gangguan yang banyak di alami masyarakat dan dapat
didiagnosa hanya berdasarkan gejala klinis (Price, 2006). Maag memiliki gejala
khas berupa rasa nyeri atau pedih pada ulu hati, mual dan kadang disertai muntah
serta rasa kembung pada perut (Menkes RI, 1997). Menurut Selviana (2015),
insiden terjadinya gastritis di dunia sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk pada
setiap tahunnya. Di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap
tahunnya mengalami insiden gastritis. Persentase angka kejadian gastritis di
Indonesia mencapai 40,8%. Angka kejadian gastritis di Indonesia ini cukup tinggi
dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk pada setiap
tahunnya (Selviana, 2015).
Sebagai upaya menjamin kualitas pelayanan swamedikasi di apotek,
tenaga kefarmasian perlu melakukan tahapan - tahapan pelayanan swamedikasi
yang meliputi patient assessment, rekomendasi, penyerahan obat disertai
informasi terkait terapi pada pasien (Hasanah, 2013). Menurut Menkes RI (2008),
masyarakat membutuhkan informasi obat yang benar, jelas dan dapat dipercaya
agar penentuan kebutuhan, jenis, dan jumlah obat dapat diberikan berdasarkan
kerasionalan. Pemberian informasi obat memiliki peranan penting untuk
menghindari masalah yang berkaitan dengan terapi obat (Drug Therapy Problem)
yang dapat mempengaruhi terapi obat dan dapat mengganggu hasil terapi yang
diharapkan oleh pasien (Cipolle, et al., 1998). Apoteker sebagai salah satu profesi
kesehatan sudah seharusnya berperan sebagai pemberi informasi (drug informer)
khususnya untuk obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi (Menkes RI,
2006). Oleh karena itu peran tenaga kefarmasian di apotek dalam penyerahan obat
yang tepat disertai pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) kepada
masyarakat perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan pengobatan sendiri
(swamedikasi).
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian Gatritis
Maag atau Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag adalah suatu
peradangan pada lambung yang disebabkan oleh beberapa kondisi yang kompleks.
Kondisi yang menyebabkan gastritis adalah infeksi Helicobacter pylori, trauma
fisik, stress, pola makan, dll.
Maag atau radang lambung atau tukak lambung adalah gejala penyakit
yang menyerang lambung dikarenakan terjadi luka atau peradangan pada lambung
yang menyebabkan sakit, mulas, dan perih pada perut.
Sakit Maag adalah sakit yang ditimbulkan oleh kelebihan asam yang
diproduksi oleh lambung yang menyebabkan iritasi di selaput lendir lambung.
Dalam kondisi normal asam diperlukan untuk membantu pencernaan dalam
mengolah makanan yang kita makan. Namun produksi asam di lambung dapat
lebih besar dari yang dibutuhkan bila pola hidup kita tidak teratur dan sehat.
Maag bisa disembuhkan tetapi tidak bisa sembuh total, maag adalah
penyakit yang dapat kambuh apabila si penderita tidak makan teratur, terlalu
banyak makan, atau sebab lain. Maag dapat muncul secara tiba-tiba dalam waktu
yang singkat (akut), waktu yang lama (kronik), atau karena kondisi khusus seperti
adanya penyakit lain. Salah satu contoh maag akut adalah rasa tidak nyaman
ketika mengkonsumsi alkohol maupun asetosal.
Wanita saat hamil muda yang sebelumnya mempunyai riwayat penyakit
maag, sangat beresiko kambuh, apalagi saat mengidam.Saat mengidam, terkadang
ibu hamil muda tidak berselera makan, mual dan muntah (emesis gravidarium)
akibat pengaruh hormone chorionic gonadotropin. Karena perut sering dalam
keadaan kosong, maka sakit tidak bisa dihindari. Begitupun sebaliknya, penyakit
maag yang diderita sebelumnya bisa memperburuk masa mengidam wanita hamil,
yaitu mual muntah berlebihan (hiperemesis gravidarum). Oleh karena itu, hindari
lebih dahulu makanan yang merangsang lambung. Selain itu, tablet penambah
darah sementara jangan dikonsumsi dulu, mengingat obat ini juga mengiritasi
lambung.
II. Patofisiologi Gastritis
Gastritis terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini
tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam HCL) dan pepsi,
erosi yang terkait berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam-
pepsin atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa.
Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus cukup untuk bertindak sebagai
barier terhadap HCL. Seseorang mungkin mengalami gastritis karena 2 faktor
yaitu hipersekresi asam pepsin dan kelemahan barrier mukosa lambung. Pada
gastritis akut terdapat gangguan keseimbangan antara faktor agresif dan faktor
defensive yang berperan dalam menimbulkan lesi pada mukosa lambung. Faktor
agresif tersebut HCL, pepsin, asam empedu, infeksi, virus, bakteri dan bahan
korosif (asam dan basa kuat). Sedangkan faktor defensive adalah mukosa
lambung dan mikro sirkulasi.
Gejala khas pada gangguan di duodenum adalah nyeri pada malam hari.
Tidak semua penderita sakit maag merasakan adanya keluhan seperti tersebut di
atas. Ada juga yang tanpa gejala, tapi tiba-tiba terjadi muntah darah atau buang air
besar dengan darah yang menghitam. Oleh karena itu perlu waspada setiap saat.
Penyakit ini bisa menyerang siapa saja dan pada semua usia. Karena begitu sering
terjadi, maka penyakit ini termasuk salah satu masalah dalam bidang kesehatan.
Pada awalnya,seseorang yang terserang penyakit ini mengabaikannya saja,
yaitu rasa perih dan kembung di ulu hati. Kemudian berlanjut dengan mual dan
disertai muntah. Pada saat ini, penderita baru menyadari sakitnya. Keadaan ini
berlanjut dengan berkurangnya nafsu makan. Bila hal ini terus dibiarkan, akan
berakibat semakin parah dan akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka
yang dikenal dengan tukak lambung. Muntah pun bisa disertai darah. Keadaaan
gastritis akut (mendadak) juga bisa terjadi pada anak-anak yang menelan zat-zat
kimia korosif, misalnya asam dan basa kuat. Pada umumnya zat ini terdapat pada
cairan kebersihan rumah tangga maupun pestisida. Kerusakan akibat zat ini tidak
hanya di lambung,tetapi juga di bibir,rongga mulut dan tenggorokan.
Gejala sakit maag adalah timbul karena makan tidak teratur, makan yang
terlalu asam, kebanyakan makan yang manis, bisa juga karena stres. Sakit maag
terasa pada lambung yang terasa perih, mual kadang-kadang kembung.
II. PLANNING I
Rencana Terapi
- Obat : Antasida Syrup
- Indikasi : Untuk mengurangi nyeri lambung
yang disebabkan oleh kelebihan asam lambung.
- Dosis : 1-2 sendok makan, 3-4 kali sehari.
Diminum 1 jam sebelum makan.
- Mekanisme : Secara langsung akan menetralisir
keasaman, peningkatan pH, atau secara reversibel
mengurangi atau menghalangi sekresi asam lambung
oleh sel untuk mengurangi keasaman di perut.
- Efek samping : Diare, sembelit, mual muntah, keram perut.
Terapi Non Farmakologi:
- Konsumsi air yang cukup
- Menjaga pola makan
- Istirahat yang cukup
- Hindari minuman kafein
- Hindari makanan yang pedas
- Hindari kebiasaan langsung tidur setelah makan
Monitoring: Tingkat nyeri
III. KASUS II
IV. PLANNING II
Rencana Terapi
- Obat : Ranitidin Tab 150 mg
- Indikasi : Mengurangi jumlah asam lambung
dalam perut. Fungsinya untuk mengatasi dan
mencegah rasa panas perut (heartburn), maag, dan
sakit perut yang disebabkan oleh tukak lambung.
- Dosis : 1-2 kali sehari sebelum makan.
- Mekanisme : Ranitidin mensupresi sekresi asam
lambung dengan 2 mekanisme: Histamin yang
diproduksi oleh sel ECL gaster diinhibisi
karena ranitidin menduduki reseptor H2 yang
berfungsi menstimulasi sekresi asam lambung.
- Efek samping : Nyeri dada, demam, napas pendek,
batuk dengan lendir hijau atau kuning.
1. Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag adalah suatu peradangan pada
lambung yang disebabkan oleh beberapa kondisi kompleks yang
menyebabkan sakit, mulas, dan perih pada perut. Kondisi yang menyebabkan
gastritis adalah infeksi Helicobacter pylori, trauma fisik, stress, pola makan.
2. Tujuan pemberian swamedikasi adalah agar pasien yang mengalami gejala-
gejala penyakit yang dirasakan mampu melakukan pengobatan sendiri dengan
menggunakan obat-obat secara baik dan benar, sehingga efek terapi yang
diinginkan tercapai.
3. Terapi untuk Gastritis bisa menggunakan terapi farmakologi maupun non
farmakologi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing. 2009.
2. Tanto, Chris, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-4. Jakarta: Media
Aesculapius. 2014.
3. Price, Sylvia, Anderson dan Wilson. Loraine M. C. Patofisiologi: Konsep
Klinis Prises-Proses Penyakit Edisi 6 Vol 2. Jakarta: EGC. 2006.
4. Allison MC, Howaston AG, Caaroline MB et al. gastrointestinal damage
associated with the use of nonsteroidal anti inflammatory drugs. NL Med J.
1992;237:749-63.
5. Panduan praktik klinik dokter di fasilitas layanan primer. Edisi 1. 2013. Hal
109-111.
6. Sutadi, Sri Maryuni. Gastritis. Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi FK
USU/RSUP Adam Malik
Gastritits Alvailable from http://www.medscape.com/viewarticle/410726_2.
Diakses tanggan 19 November 2015