Anda di halaman 1dari 16

PEMBUATAN LARUTAN PENGAWET TUMBUHAN (FAA) 100 mL

LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Laboratorium
Dosen Pengampu :
Dr. Bambang Supriatno, M.Si
Dr. Didik Priyandoko, M.Si
Dr. Riandi, M.Si

oleh:
Kelompok 1
Pendidikan Biologi B 2017

1705654 Achmad Fauzi M


1702108 Fildza Huaina A
1705041 Mulke Choerunisa F
1703051 Rusydina Alifa G
1701833 Silmi Rizki U

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
A. Judul
Pembuatan Larutan Pengawet Tumbuhan (FAA) 100 mL
B. Waktu Pelaksanaan
Hari, tanggal : Selasa, 20 Maret 2018
Waktu : pukul 07.00 s.d. 08.40 WIB
Tempat : Laboratorium Ekologi
C. Tujuan
1. Mengetahui bahan apa saja yang dibutuhkan untuk membuat larutan
FAA
2. Mengetahui konsentrasi yang dibutuhkan setiap bahan dalam membuat
larutan FAA
3. Mengetahui cara mengencerkan larutan
D. Landasan Teori
Larutan adalah campuran homogen dari dua macam zat atau lebih.
Zat padat, cair, dan gas semuanya dapat dilarutkan ke dalam cairan untuk
membuat larutan. Dengan kata lain, setiap campuran yang membentuk
hanya satu fase adalah larutan. Sesuai dengan definisi atau pengertian
maka udara bersih dapat dipandang sebagai larutan. Sebab larutan yang
dianggap udara merupakan campuran homogen dari sistem gas seperti
nitrogen, oksigen, argon, dan juga karbon dioksida, dan lain-lain
(Khopkar, 1990).
Fasa larutan dapat berupa fasa cair, padat atau gas tergantung pada
dua sifat komponen larutan tersebut. Dan tiga wujud zat seharusnya
terbentuk dalam sembilan macam zat larutan, tetapi zat berwujud padat
dan cair tidak membentuk dalam larutan dalam pelarut berwujud gas.
Partikel yang berwujud padat dan cair dalam zat lain yang berwujud gas
akan membentuk larutan heterogen (Khopkar, 1990). Dalam larutan cair,
cairan disebut pelarut dan komponen lain (gas atau zat padat) disebut
terlarut. Jika dua komponen pembentuk larutan adalah cairan, maka
komponen yang jumLahnya lebih besar atau strukturnya tidak berubah
dinamakan pelarut (Sunarya, 2003).
Campuran adalah gabungan zat – zat yang berbeda jenisnya dengan
perbandingan tidak tetap atau juga penggabungan antara dua zat atau lebih
yang berbeda tanpa reaksi dan jenis – jenis campuran ada 2 macam, yaitu
campuran homogen yang artinya adalah campuran yang seluruh bagiannya
mempunyai perbandingan komponen yang sama sehingga sangat sulit
untuk membeda – bedakan komponen zat penyusunannya dan campuran
heterogen yang artinya adalah campuran yang perbandingan komponen
disetiap bagiannya tidak sama sehingga masih dapat dibedakan zat – zat
penyusunnya (Khopkar, 1990).
Kelarutan atau solubility merupakan jumLah maksimum dari suatu
zat yang dapat larut didalam sejumLah pelarut pada temperatur atau suhu
tertentu (Khopkar, 2003). Kelarutan suatu zat memilii beberapa faktor
yang mempengaruhinya, yaitu :
1. Jenis pelarut, zat bisa bercampur asalkan keduanya memiliki jenis
yang sama.
2. Suhu, kelarutan suatu zat berwujud padat semakin tinggi, jika suhunya
dinaikkan.
3. Pengadukan, dengan diaduk maka antara partikel dan pelarut
bertumbukan sehingga akan semakin cepat gula larut dalam cair
(Hiskia, 1996).
Larutan pekat adalah larutan yang memiliki atau mengandung
sebagian besar zat pelarut, sedangkan larutan encer adalah larutan yang
mengandung sejumLah kecil zat pelarut, relatif terhadap jumLah pelarut
(Hiskia, 2001). Air disebut pelarut universal karena dapat melarutkan lebih
banyak zat daripada pelarut lainnya, tetapi tidak benar - benar universal,
namun air merupakan pelarut yang luar biasa karena ditandai polaritas dari
molekul air dan kecendrungan untuk membentuk ikatan hidrogen dengan
molekul lain (Aminu, 2010).
Sifat dari suatu larutan ditentukan oleh jenis dan jumLah partikel
zat terlarut dalam larutan. Sebagai contoh, rasa asin dari larutan garam
bertambah seiring bertambahnya jumLah partikel garam yang larut.
Demikian pula rasa manis dari larutan gula akan bertambah seiring
bertambahnya jumLah partikel gula yang larut.
Namun demikian, ada bebeapa sifat larutan yang hanya bergantung
pada jumLah partikel zat terlarut. Ke dalam dua wadah yang masing-
masing berisi 1 L air ditambahkan gula ke wadah yang satu dan garam ke
wadah lainnya jumLah partikel yang sama. Hasil pengukuran dari masing-
masing larutan menunjukan bahwa kedua larutan tersebut ternyata
memiliki nilai penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, dan penurunan
titik beku yang sama relatif terhadap pelarut air. Pengukuran dengan
osmometer menunjukkan bahwa kedua larutan garam dan gula tersebut
juga mempunyai tekanan osmosis yang sama.
Sifat larutan yaitu penurunan tekanan uap (∆P), kenaikan titik didih
(∆P), penurunan titik beku (∆f), dan tekanan osmotik (p) yaang hanya
bergantung pada jumLah partikel zat terlrutnya dikelompokan bersama
dan disebut sebagai fifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan adalah
sifat larutan yang bergantung pada jumLah partikel zat terlarut dan bukan
pada jenis zat terlarutnya.
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang bergantung pada
jjumLah partikel zat terlarut dan bukan pada jenis zat terlarutnya. Sifat
koligatif larutan dibedakan untuk larutan elektrolit dan larutan non-
elektrolit. Hal ini dikarenakan kemampuan elektrolit untuk
terionisasi/terdisosiasi membentuk ion-ion di dalam larutan, menyebabkan
jumLah partikel zat terlarutnya menjadi lebih besar.
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumLah zat terlarut dalam setiap
satuan larutan atau pelarut. Konsentrasi dinyatakan pada satuan fisik,
seperti halnya satuan volume, satuan kimia, ataupun satuan berat seperti
mol, ekuivalen, dan massa rumus. Konsentrasi memiliki 3 satuan antara
lain :
1. Molalitas (m) merupakan satuan konsentrasi yang penting untuk
menemukan sifat-sifat yang tergabung dari jumLah partikel dalam
larutan. Secara matematis pernyataan tersebut dinyatakan sebagai
berikut :
n x 1000
𝑚=
p
massa 1000
𝑚= 𝑥
Mr p
2. Molaritas (M) adalah jumLah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Secara matematis pernyataan diatas dinyatakan sebagai berikut :
n
𝑚=
v
3. Fraksi mol (x) menyatakan perbandingan mol salah satu komponen
dengan jumLah mol semua komponen-komponen. Fraksi mol
masing-masing komponen dalam suatu larutan dapat ditentukan sebagai
berikut :
nA nB
𝑥𝐴 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥𝐵 =
nA + B nB + A
Pengenceran suatu larutan adalah suatu penambahan zat pelarut ke
dalam suatu larutan sehingga konsentrasi larutan menjadi lebih kecil
dengan menambahkan air atau pelarut. Persamaan rumusnya adalah
sebagai berikut :
M1.V1 = M2.V2

E. Alat dan Bahan


Tabel E.1 Nama alat yang digunakan

No. Gambar Alat JumLah Fungsi

Mencatat hasil
1. Buku catatan 1 Unit perhitungan dan hasil
pengamatan

Gambar E.1.1 Buku Catatan


(Anonim, 2015)
Mendokumentasikan
2. Handphone 1 Unit
kegiatan praktikum

Gambar E.1.2 Handphone


(Dokumentasi kelompok 1,
2018)

Alat untuk mencatat hasil


perhitungan dan hasil
3. Alat Tulis 1 Set
praktikum pada buku
catatan
Gambar E.1.3 Alat Tulis
(Dokumentasi kelompok 1,
2018)

Untuk menuangkan bahan


4. Gelas Kimia 1 Unit kimia yang dibutuhkan
dari botolnya
Gambar E.1.4Gelas Kimia
(Dokumentasi kelompok 1,
2018)

mengambil bahan kimia


6. Pipet tetes 3 Unit dari gelas kimia ke gelas
ukur

Gambar E.1.6 Pipet Tetes


(Dokumentasi kelompok 1,
2018)
Mengukur bahan kimia
7. Gelas Ukur 1 Unit yang akan dibutuhkan
praktikum

Gambar E.1.7 Gelas Ukur


(Dokumentasi kelompok 1,
2018)

Untuk menuangkan
8. Corong Kaca 1 Unit Larutan yang telah dibuat
kedalam botol gelap

Gambar E.1.8 Corongg Kaca


(Anonim, 2018)

Menyimpan Larutan FAA


9. Botol Gelap 1 Unit
yang telah dibuat

Gambar E.1.9 Botol Gelap


(Dokumentasi kelompok 1,
2018)

Tabel E.2 Nama bahan yang digunakan

No. Gambar Alat JumLah Fungsi

Sebagai campuran untuk


1. Formalin 40% 5 mL
membuat larutan FAA

Gambar E.2.1 Formalin 40%


(Nishant Agarwal, 2011)
Sebagai campuran untuk
membuat larutan FAA

Asam Asetat
2. 5 mL
Glasial

Gambar E.2.2 Asam Asetat


Glasial
(Nining, 2018)
Sebagai campuran untuk
membuat larutan FAA

3. Alkohol 96% 47 mL

Gambar E.2.3 Alkohol 96%


(Anonim, 2016)
Sebagai pelarut untuk
mengencerkan alkohol
96% menjadi alkohol
50%
4. Aquades 43 mL

Gambar E.2.4 Aquades


(Anonim, 2016)
F. Langkah Kerja

Alat dan bahan disiapkan

Alkohol 50% dibuat dengan cara , alkohol


96% yang sudah dihitung, dimasukan
kedalam gelas ukur. Aquades
ditambahkan sampai 90 mL kedalam
gelas ukur, berdasarkan perbandingan
larutan pengawet

Larutan Alkohol, Formalin, dan


Asam Asetat diambil
menggunakan pipet volume
sampai volume yang dibutuhkan

Larutan dicampurkan dalam


gelas ukur dengan perbandingan
Alkohol : Asam asetat :
Formalin = 90:5:5

Hasil pengamatan dicatat dan


dibuat laporan
Bagan F.1 Langkah Kerja Praktikum
G. Hasil Pengamatan
Tabel G.3 Hasil pengamatan
No Gambar Tahapan Kerja Prosedur Kerja
Gambar 3.1 Asam Asetat
Glasial Manuangkan Asam Asetat Glasial sebanyak 5 mL ke
1
(Dokumentasi kelompok 1, dalam gelas ukur 10 mL.
2018)
Gambar 3.2 Formalin 40%
Meniuangkan formalin 40% sebanyak 5 mL ke dalam
2 (Dokumentasi kelompok 1,
gelas ukur 10 mL
2018)
Gambar 3.3 Alkohol 96%
Menuangkan Alkohol 96% sebanyak 47 mL ke dalam
3 (Dokumentasi kelompok 1,
gelas ukur 100 mL
2018)
Gambar 3.4 Pengenceran
Menuangkan Aquades kedalam gelas ukur berisi
Alkohol
4 Alkohol 96% sebanyak 43 mL sampai volume larutan
(Dokumentasi kelompok 1,
90 mL
2018)
Gambar 3.5 Pencampuran
dengan Asam Asetat Menuangkan Asam Asetat Glasial yang terdapat pada
5 Glasial gelas ukur 10 mL ke dalam gelas ukur berisi larutan
(Dokumentasi kelompok 1, Alkohol 96% dan Aquades sebelumnya
2018)

Gambar 3.6 Pencampuran


Menuangkan Formalin 40% yang terdapat pada gelas
dengan Formalin 40%
6 ukur 10 mL ke dalam gelas ukur berisi larutan Alkohol
(Dokumentasi kelompok 1,
96% dan Aquades sebelumnya
2018)

Menuangkan larutan FAA yang telah dibuat ke dalam


7 Gambar 3.7 Penyimpanan
botol gelap
(Anonim, 2016)

Gambar 3.8 Pemberian Beri label pada botol gelap berisikan nama larutan,
8 keterangan volume larutan, kelompok pembuat, dan tanggal
(Dokumentasi kelompok 1, pembuatan.
2018)
H. Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai pembuatan larutan. Disini kami harus
membuat larutan FAA 100 mL dengan bahan- bahan yang diperlukan
adalah Alkohol 50%, Aquades, formalin 40%, dan asam asetat glasial.
Larutan FAA sendiri merupakan larutan yang biasa digunakan untuk
mengawetkan spesimen. Penggunaannya sendiri cukup berbeda tergantung
spesimen apa yang akan diawetkan, baik itu untuk tumbuhan ataupun
hewan.
Untuk membuat larutan pada praktikum ini kita harus
mecampurkan bahan-bahan tersebut dengan perbandingan Alkohol 50 %
sebanayak 90 mL dan menambahkan formalin serta asam asetat glasial
masing-masing 5 mL. karena alkohol yg tersedia konsentrasinya tidak
sesuai dengan yang dibutuhkan, maka kita perlu mengencerkan alkohol
96% menjadi 90 mL larutan alkohol 50%. Pada proses pengenceran ini
terjadi proses pencampuran larutan pekat (alkohol 96 %) pelarut
(aquadest). Hal ini sesuai dengan Brady (2000) yang menyatakan bahwa
proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih
besar.
Hal pertama yang harus kita lakukan yaitu menghitung jumLah
bahan yang akan digunakan untuk membuat larutan alkohol 50% sebanyak
90 mL. Dengan cara mengalikan normalitas dengan volume yang
diinginkan kemudian dibagi dengan normalitas yang diketahui. Sehingga
di dapat volume alkohol 96% yang harus diencerkannya yaitu 47 mL.
Berikut ini adalah rumus secara matematis untuk mengencerkan
alkohol 96% menjadi alkohol 50 % :

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 96 = 90 x 50

V1 x 96 = 4500
V1 = 4500 / 96

V1 = 46,875

V1 = 47 mL (dibulatkan)

Setelah itu, alkohol pekat tersebut ditambahkan dengan aquades


sebanyak 43 mL di tabung ukur agar menjadi campuran alkohol hingga
volumenya menjadi 90 mL dengan konsentrasinya 50%. Untuk membuat
larutan FAA tersebut maka hasil dari pengenceran alcohol ditambahkan
dengan formalin 40% dan asam asetat glasial yang masing-masing 5 mL.
setelah selesai maka masukkan larutan FAA yang baru kita buat itu ke
wadah yang telah disediakan.

I. Hasil Diskusi
1. Jenis satuan konsentrasi apa saja yang sering digunakan dalam
praktikum biologi?
Jawab :
Satuan konsentrasi yang sering digunakan dalam praktikum biologi
yaitu
a. Satuan persen
b. Molaritas
c. Normalitas
2. Bagaimana menentukan satuan konsentrasi dengan presentase berat/isi
?
Jawab :
Untuk menentukan persen zat terlarut dari suatu larutan dalam
persen masa digunakan rumus berikut :
Persen massa = % x gram larutan
Contoh: Untuk membuat larutan infus glukosa, 50 gram glukosa murni
dilarutkan dalam akuades hingga volume larutan menjadi 500 mL.
Hitunglah konsentrasi larutan itu dalam satuan %w/v?
Solusi:
Persen massa = % X gram larutan
= 50/100 x 100%
= 50 %
3. Bagaimana menentukan satuan konsentrasi dengan presentase isi/isi?
Jawab :
Untuk menentukan satuan konsentrasi dengan presentase isi/isi
digunakan rumus sebagai berikut :
Contoh: Etanol sebanyak 150 mL dicampur dengan 350 mL akuades.
Hitunglah konsentrasi etanol dalam satuan %v/v?
Solusi: Volume larutan = 150 + 350 = 500 mL.
%v/v = 150/500 x 100%
= 30 %

4. Bagaimana menentukan satuan konsentrasi Molar (M) ?


Jawab :
Molaritas (M) adalah jumLah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Secara matematik dinyatakan sebagai berikut.
Contoh :
Hitunglah konsentrasi larutan yang dibuat dari 12 gram kristal MgSO4
yang dilarutkan dalam 250 mL air (Mr MgSO4 = 120)!
Penyelesaian:
Diketahui :
Massa MgSO4 = 12 gram
Mr MgSO4 = 120 gram/mol
Volume air = 250 mL = 0,25 L
Ditanyakan : Molaritas (M)…?
Jawab :
Mol (n) = massa MgSO4 / Mr MgSO4
= 12 g/120
= 0,1 mol
M = n/V
= 0,1 mol/0,25 L
= 0,4 M
Jadi, konsentrasi larutan MgSO4 adalah 0,4 M
5. Bagaimana menentukan satuan konsentrasi Normal (N) ?
Jawab :
Normalitas yang bernotasi (N) merupakan satuan konsentrasi yang
sudah memperhitungkan kation atau anion yang dikandung sebuah
larutan. Normalitas didefinisikan banyaknya zat dalam gram ekivalen
dalam satu liter larutan. Secara sederhana gram ekivalen adalah jumLah
gram zat untuk mendapat satu muatan.
Sebagai contoh: 1 mol H2SO4 dalam 1 liter larutan, H = 1, S = 32
dan O = 16, kita dapat tentukan gram ekivalennya. Dalam hal ini kita
telah mengenal konsep ionisasi. 1 mol H2SO4 = 98 gram. (Ingat konsep
mol).
Untuk mendapatkan larutan 1 N, maka zat yang dibutuhkan hanya
49 gram H2SO4 dilarutkan kedalam 1 Liter air, karena dengan 49 gram
atau 0.5 molar sudah dihasilkan satu muatan dari zat-zat yang
terionisasi.
6. Bagaimana cara mengkonversi Molar ke Normal dan sebaliknya ?
Jawab :
 Contoh soal Mengubah Mol ke Normalitas :
Berapa Normalitas untuk H2SO4 1M ?
Jawab :
H2SO4 => 2H+ + SO42-
H2SO4 1M = 1 mol / L

Rumus N =
BE = Mr / Banyaknya atom H yang di lepas atau di terima
BE = 98 / 2 = 49
massa = mol x Mr = 1 x 98 = 98 gr
N = 98/49 x 1 = 2
 Mengubah normalitas ke molar :
Sebanyak 5 mL H2SO4 0,2 N dinetralkan dengan 10 mL larutan
KOH (Mr = 56). Massa KOH dalam 1 liter larutan KOH adalah
Jawab :
Mol asam = M x V
dari soal sebelumnya diketahui bahwa N H2SO4 adalah 2 kali M
nya. Maka
H2SO4 0.2 N = H2SO4 0.1 M
mol asam = 0.1 x 5 = 0.5 mmol
Ingat pada titrasi penetralan rumusnya
mol ekivalen asam = mol ekivalen basa
n x M x V asam = n x M x V basa
Utuk mempermudah bisa juga di gunakan N x V asam = N
x V basa. disilah fungsi nyata Normalitas mempermudah
perhitungan. maka
0,2 x 5 = 1
Mol basa =1 mmol
Massa = mol x Mr = 1 mmol × 56 = 56 mg
Dalam 1 L berarti
56mg × 1000mL/10mL = 5600mg = 5.6gram
J. Kesimpulan
1. Untuk membuat larutan FAA 100 mL dibutuhkan perbandingan antara
Alkohol : Asam Asetat : Formalin yaitu 90 : 5 : 5
2. Dimana konsentrasi yang dibutuhkan untuk Alkohol yaitu 50% dan
konsentrasi Formalin 40%. Sementara untuk Asam Asetat digunakan
Asam Asetat Glasial.
3. Dikarenakan Alkohol yang tersedia mempunyai konsentrasi 96%
sementara yang dibutuhkan hanya 50 %, maka Alkohol tersebut perlu
diencerkan menggunakan pelarutnya (Aquades). Dimana untuk
hitungannya menggunakan rumus persamaan mol yaitu 𝑀1 .𝑉1= 𝑀2 . 𝑉2
. Untuk 𝑀1 adalah konsetrasi Alkohol yang tersedia (sebelum
pengenceran) , 𝑉1 adalah volume Alkohol yang dibutuhkan untuk
pengenceran, sementara 𝑀2 merupakan konsetrasi setelah pengenceran
(yang dibutuhkan).
Daftar Pustaka

Achmad, Hiskia. (1996). Kimia Larutan. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Achmad, Hiskia. (2001). Kimia Larutan. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Agung, Hery. (2016). Dasar Teori Praktikum Kimua Pembuatan Larutan.


Tersedia [Online] : http://www.ilmusahid.com/2016/10/dasar-teori-praktikum-
kimia-pembuatan.htmL (25 Maret 2018)

Irfandah, Aminu. (2010). Mengapa Air disebut Pelarut Universal. Yogyakarta :


Farmasi UGM.

Khopkar, S.M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas


Indonesia.

Rais, Ahmad. (2015). Praktikum Kimia Dasar I : Pembuatan Larutan. Tersedia


[Online]: http://ahmadraistti.blogspot.com/2015/03/pembuatan-larutan.html?m=1
(25 Maret 2018)

Sunarya, Yayan. (2003). Kimia Dasar 2. Bandung : Alkemi Grafisindo Press.

Anda mungkin juga menyukai