Anda di halaman 1dari 18

PERCOBAAN BUNUH DIRI

Definisi
Percobaan bunuh diri adalah segala perbuatan yang sengaja dilakukan oleh
seseorang yang dapat membinasakan dirinya dalam waktu yang singkat. Sedangkan
Bunuh diri adalah suatu preokupasi atau aksi perbuatan yang secara intensional
bertujuan untuk menimbulkan luka / sakit (injury) atau kematian (death) pada diri sendiri

Tinjauan Psikodinamika
Hampir semua orang sekali waktu dalam hidupnya pernah mempunyai pikiran
untuk lebih baik mati daripada hidup tersiksa atau menderita. Motivasi bunuh diri ini
sangat rumit atau kompleks sehingga berbagai teori menjelaskannya dari berbagai sudut
pandang.
Orang yang mengalami bencana berat atau bencana berulang-ulang dalam waktu
yang singkat dapat menimbulkan krisis mental, baik terduga (perkawinan, pensiun,
perceraian) maupun yang tidak terduga seperti kematian pasangan hidup, kehilangan
pekerjaan, akan menimbulkan upaya psikologis untuk mengatasinya. Bila mana krisis
bisa diatasi dengan baik,akan berakibat pematangan jiwa, dan bila krisis tidak teratasi
dengan baik, akan berakibat orang itu akan masuk ke dalam keadaan yang lebih buruk.

Psikodinamika bunuh diri dibagi empat (4) (Herbert Hendin) yaitu


1. Kematian sebagai suatu pembalasan; Orang ini seakan-akan dapat
mengonrol dan mengetahui kapan dan bagaimana kematian itu
2. Kematian sebagai pembunuhan flash back (retrofleksi); kemarahan dan
kekarasan dibenamkan dalam perasaannya (di represi), yang menimbulkan
pertentangan emosi, etika dan keinginan untuk mebunuh.
3. Kematian sebagai penyatuan kembali; merupakan mati yang menyenangkan
karena dapat bersatu kembali dengan mereka yang telah mati.
4. Kematian sebagai hukuman buat diri sendiri.

Epidemiologi
Meskipun angka bunuh diri nasional belum dapat diperoleh data pasti dari
Departemen Kesehatan R.I. dan Kepolisian Negara, tapi diperoleh data angka bunuh diri
di Jakarta selama tahun 1995 – 2004 sebanyak 5,8 per 100.000 penduduk. Angka ini
lebih kecil menurut Benedetto Saraceno (WHO, 2005) yang menyatakan 24 per 100.000
penduduk Indonesia melakukan bunuh diri dalam waktu satu tahun atau 50.000 penduduk
Indonesia. Di China, angka bunuh diri pertahun mencapai 250.000 orang dan di IndiA !
00.000 orang.Di Amerika diperkirakan 30.000 kematian oleh tindak bunuh diri., dan
angka bunuh diri meningkat pada pengangguran.
Di Jakarta rasio laki-laki dan perempuan adalah 2,2 : 1, metode bunuh diri yang
dilakukan adalah menggantung diri 41 %, minum pestisida atau racun 23 % dan
sisanya dengan cara lain, misalnya berita di beberapa media cetak dan elektronik pernah
disiarkan seperti; bunuh diri seorang aparat setelah membunuh pacarnya yang kawin
dengan pria lain karena kecewa, atau seorang yang dililit hutang manjat tiang listrik lalu
terjun dengan kepala di bawah.
Tempat bunuh diri nomor satu di dunia adalah Golden Gate di San Fransisco,
yaitu lebih 800 orang sejak diresmikan tahun1937.

1
Laki-laki lebih sering dari pada wanita, usia produktif (15 – 35 tahun) atau usia
di atas 65 tahun.
Cara bunuh diri laki-laki menggunakan pistol (aparat di Medan), gantung diri,
lompat dari tempat tinggi (Minimaren Marimutu) sedangkan wanita lebih sering
menggunakan zat psikoaktif yang over dosis atau minum racun.
Cedera akibat percobaan bunuh diri ditemukan berkisar 30 % pada penyalahguna
zat secara oral dan 10 % pada penyalahguna zat yang menggunakan penyuntikan intra
vena.
Pasen psikiatri dua belas (12) kali lebih besar untuk bunuh diri dibanding bukan
pasen psikiatri, sedangkab pasen depresi lebih besar kemungkinan bunuh diri dibanding
pasen skizofrenia.
Etilogi
Faktor Sosial
Teori Durkheim, ada tiga faktor yaitu
- Bunuh diri Egoistik: adalah mereka yang tidak terintegrasi kuat dalam
kelompok sosialnya (terasing)
- Bunuh diri Altruistik: adalah mereka yang menyadari diri tidak
terintegrasi dengan kelompok sosialnya karena norma perilakunya tidak
diterima oleh kelompoknya. Dasarnya adalah timbulnya gejala
Parapernalia, Yaitu gejala dimana nilai-nilai spiritual, budaya dan sosial
telah kehilangan kemampuan untuk menjadi pedoman perilaku dalam
masyarakat.
- Bunuh diri Anomik: adalah mereka yang status ekonomi mengalami
perubahan mencolok.
Faktor Psikologis
1. Teori Freud, Perilaku agresi pada suatu obyek lalu dialihkan kedirinya sendiri
2. Teori Menninger, bunuh diri adalah pembunuhan yang diretrofleksikan kediri
sendiri akibat marah pada orang lain, didasari tiga (3) komponen yaitu ; 1. Ke
inginan untuk mebunuh, 2. keinginan untuk dibunuh, 3. keinginan untuk mati.
3. Teori Kepribadian (Duberstein-Harwood, 2001), cenderung melakukan bunuh
diri mereka yang berciri kepribadian Anankastik dan ciri kepribadian
Menghindar

Faktor Fisiologi
Genetika. Kembar monozigot lebih besar kemungkinan buuh diri kembar dizigot.
Di duga ada tranmisi genetik bunuh diri terutama pada gangguan bipolar, skizofrenia dan
ketergantungan alkohol.
Neurokimia.
Dalam observasi ditemukan penurunan serotonin (defisiensi serotonin) dalam
cairan serebrospinalis, dalam hal ini terjadi penurunan metabolisme 5-
HidroksiIndoloAsetikAsid ( 5-HIAA).
Tanda lain yang dapat membantu melacak orang (pasen) berprilaku bunuh diri
adalah meningkatnya Kortisol bebas dalam urine setelah pemberian Deksametazon.
Penelitian lain, menemukan rendah enzim monoamin oksidase pada Trombositnya.

2
Proses Bunuh Diri
Proses tindakan bunuh diri sebagai berikut:
1. Motivasi untuk bunuh diri, upaya untuk mencari penyelesaian krisis mental
yang diakhiri dengan adanya dorongan keinginan untuk tindak bunuh diri.
2. Niat (gagasan) untuk tindak bunuh diri yang diakhiri dengan membuat atau
meneruskan cara tindak bunuh diri atau ancaman bunuh diri.

3. Penjabaran gagasan, tercipta tujuan akhir yaitu hanya ancaman bunuh diri
atau mati, dibuat cara melakukan bunuh diri, penetuan tempat dan waktu
tindak bunuh diri dilakukan, membuat catatan sebagai pesan akhir untuk
keluarga, sahabat dan lain-lain, menentukan tindakan selanjutnya bila tindak
bunuh diri gagal.
4. Krisis , menjerit minta tolong, menempatkan catatan akhir di tempat yang
mudah terlihat.
5. Tindak bunuh diri.

Motivasi yang sering ditemukan pada orang yang berniat bunuh diri adalah:
1. Kehilangan rasa aman dan kepastian statusnya
2. Kekecewaan dalam hubungannya dengan orang lain (kekasih, pacar,
isteri), benda atau barang (habis terbakar, panen gagal) atau mengalami
kegagalan.

Jenis bunuh diri


A. Menurut Emile Durkheim:
1. Bunuh diri egoistic
2. Bunuh diri altruistic
3. Bunuh diri anomic

B Menurut Scheidman dan Farberow :


1. Ancaman bunuh diri (threatened suicide)
2. Percobaan bunuh diri (Attemted suicide)
3. Bunuh diri yang telah dilakukan (Committed suicide)
4. Depresi dengan niat bunuh diri
5. Melukai diri sendiri (self destruction)

C. Yan Prasetyo membedakannya dalam lima (5) kategori bunuh diri pada anak dan
remaja yaitu :
1. Pikiran / ide bunuh diri (suicidal thoughts)
2. Maksud untuk ide bunuh diri (suicidal intent)
3. Gerakan isyarat bunuh diri (suicidal gestures)
4. Percobaan bunuh diri (suicide attempt)
5. Bunuh diri yang berhasil (completed suicide)

3
D. Menurut Triman Prasadio, bunuh diri adalah salah satu cara dari 4 (empat) cara
orang meninggal dunia yaitu:
1. Mati wajar (natural death)
2. Mati kecelakaan
3. Mati bunuh diri
4. Mati terbunuh

Tanda-tanda risiko berat:


1. Keinginan mati yang sungguh-sungguh, pernyataan yang berulang-ulang bahwa
ia ingin mati, yang bisa disertai dengan persiapan terinci.
2. Adanya depresi dengan gejala rasa salah dan dosa, rasa putus asa, ingin dihukum
berat, rasa cemas yang hebat, rasa tidak berharga lagi, sangat berkurangnya
nafsu makan, seks dan kegiatan lain, serta adanya gangguan tidur yang berat.
3. Adanya psikosis, terutama psikosis impulsive, serta adanya perasaan curiga,
ketakutan dan panik. Keadaan lebih berbahaya bila mendengar suara perintah
untuk melakukan bunuh diri.

Prediksi yang berhubungan dengan Risiko Bunuh Diri, di Amerika Serikat


____________________________________________________________________
Urutan Faktor
____________________________________________________________________

1 Usia ( ≥45 )
2 Ketergantungan alkohol
3 Kejengkelan, penyerangan, kekerasan
4 Perilaku bunuh diri sebelumnya
5 Laki-laki ≥ Wanita
6 Tidak mau menerima pertolongan
7 Episode depresi sekarang lebih lama dari
biasanya.
8 Riwayat Rawat inap di RSJ sebelumnya
9 Kehilangan atau perpisahan yang belum lama
terjadi.
10 Depresi
11 Hilangnya kesehatan fisik
12 Pengangguran atau PHK (pecat)
13 Tidak menikah, janda/duda atau bercerai.
____________________________________________________________________

Penatalaksanaan
1. Psikofarmasi: Anti depresan : Sertralin (Zoloft, Oxypres)
2. Psikoterapi Kognitif dan Keluarga agar merasa hidup penuh arti sampai akhir
hayat.
3. Rawat inap di Rumah Sakit Jiwa.

4
GANGGUAN SOMATOFORM

Definisi
Gangguan Somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala
fisik yang tidak ditemukan tanda-tanda klinis yang dapat menjelasan tentang jenis
ganguan tertentu dari yang dialami dan dirasakan pederita.

Ganguan somatoform terbagi atas 4 kelompok yaitu:


1. Gangguan Somatisasi
2. Gangguan Disosiasi (Konversi)
3. Hipokhondriasis
4. Gangguan Disfungsi Otonom

Gangguan Somatisasi

Gangguan somatisasi ditandai oleh gejala multipel yang melibatkan banyak


organ dan tidak dapat dijelaskan secara adekwat berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan penunjang lainnya.
Ganguan ini bersifat kronis disertai penderitaan psikologis yang bermakna,
gangguan fungsi sosial dan pekerjaan, serta perilaku mencari bantuan medis secara
berlebihan dan bahkan bantuan alternatif (orang pintar)

Epidemiologi
Insiden penyakit banyak ditemukan pada usia muda, umumnya sebelum usia 30
tahun. Rasio pria : wanita = 1 : 5. Prevalensi gangguan berkisar 0,1 – 0,5 dari populasi
umum. Gangguan ini lebih banyak ditemukan pada tingkat pendidikan rendah dan
tingkat sosial ekonomi sangat sederhana.
Gangguan somatisasi sering bersamaan dengan gangguan mental lainnya, yaitu
sekitar duapertiga (2/3) pasien memiliki gejala psikiatrik yang jelas. Gejala psikiatrik
yang sering menyertai ganguan somatisasi adalah:
1. Ciri Kepribadian Menghindar
2. Ciri Kepribadian Paranoid
3. Ciri Kepribadian Histerionik
4. Penyalahgunaan Alkohol / Zat

Etiologi
Sampai saat ini penyebab pasti belum diketahui, tapi dari berbagai pengamatan
diperoleh suatu interpretasi yaitu menghindari kewajiban (Tugas). Ada dua faktor
penyebab yaitu:

1. Faktor Psikososial, Faktor ini mengacu pada pengalaman social masa lalu
yang merupakan trauma psikis, seperti mereka yang mengalami penyiksaan
masa kanak-kanak, penelantaran anak, eksploitasi anak, atau yang berasal dari
rumah tangga yang selalu terjadi pertengkaran sampai pemukulan anggota
keluarga.

5
2. Faktor Biologis. Beberapa peneliti mengajukan hipotesa bahwa ganguan
somatisasi berhubungan dengan mereka yang memiliki gangguan perhatian
dan kognitif spesifik yang menyebabkan persepsi dan penilaian salah terhadap
input (masukan) somatosensorik. Penelitian terakhir menduga adanya peran si
sitokinin (cytokines), yaitu salah satu system imunologi dalam tubuh yang
bekerja secara umpan balik dengan system saraf, termasuk otak. Contoh
sitokinin antara lain interleukin, factor nekrosis tumor dan interferon.
Peran sitokinin pada gangguan somatisasi adalah abnormalitas regulasi
system sitokinin, menyebabkan timbulnya gejala dan keluhan yang dirasakan
oleh penderita.

Gambaran Klinis

Keluhan pasien sangat bervariasi, keluhan paling sering ditemukan di Amerika


adalah : - Mual dan muntah (tidak termasuk emesis gravidarum)
- Kesulitan menelan
- Nyeri lengan atau tungkai
- Napas pendek meski tidak beraktivitas
- Komplikasi kehamilan
- Komplikasi menstruasi

Pasien menggambarakan keluhan yang dirasakannya sering sangat dramatis,


emosional dan berlebihan dengan istilah kedokteran atau bermacam-macam istilah
sehari-hari. Cara berpakaian (terutama wanita), sering sangat ekshibisionis (pameran
asesoris, dandanan yang menarik perhatian atau pengunan parfum yang dikatakannya
merek terkenal buatan Negara makmur.
Dalam wawancara bisa diperoleh informasi bahwa pasien telah berpindah-pindah
dokter, atau bahkan membawa semua obat yang diperoleh dari dokter sebelumnya
disertai dengan hasil pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, USG,
EKG, MRI, Thorax Photo, Citi scan dan lain-lain dan hasil semuanya menyatakan tidak
ditemukan kelainan atau tanda penyakit.
Juga akan diperoleh penjelasan pasien yang mengalami gangguan psikiatrik,
seperti Kecemasan atau depresi dan gangguan tidur.

Terapi

Bila terjadi Kecemasan dapat diberi Anti cemas seperti: Diazepam, Alprazolam,
Lorazepam (Ativan, Melropam, Renaquil).
Bila terdapat tanda-tanda depresi, missal putus asa karena tidak sembuh dari
penyakit, berpikiran lebih baik mati daripada sakit sepanjang tahun, bisa diberikan anti
depresan seperti: Sertralin (Zoloft, Antipres),Fluoxetin (lodep, Prozac, Oxypres), dan bila disertai
keluhan ada halusinasi, tanda-tanda mania (dandanan menyolok, flight of ideas) dapat
dikombinasikan denga anti psikotik generasi kedua seperi Olanzapine ( Xyprexa, Olandoz),
Aripiprazol (Abilify), Zotepin (Lodopin)

6
Gangguan Konversi (Disosiasi)

Gangguan Konversi adalah gangguan yang ditandai oleh adanya gejala-gejala


neurologis yang tidak dapat ditemukan atau dijelaskan tempat persarafan yang
mengalami gangguan.

Epidemiologi

Angka pasti jumlah insiden di Indonesia belum ada, tapi di Amerika Serikat
ditemukan angka prevalensi Gangguan Konversi sebanyak 22/100.000 penduduk. Survei
di rumah sakit Veteran Affair (A.S.) menyatakan bahwa setiap tahun terdapat 5 – 15 %
pasien Gangguan Konversi yang melakukan konsultasi psikiatri. Rasio wanita dan laki-
laki dewasa adalah 2 : 1, sedangkan pada anak wanita dan anak laki-laki adalah 5 : 1.
Onset usia, dapat terjadi pada semua dekade usia. Banyak terjadi pada penduduk
pedesaan, IQ rendah, Anggota militer yang mengalami trauma peperangan.

Etiologi

1. Teori Psikoanalisa, Gangguan Konversi (disosiasi) disebabkan oleh represi


konflik intra psikis bawah sadar, yaitu kecemasan di konversi kedalam fisik
(organ atau tubuh) yang memberi gejala fisik. Konflik merupakan impuls
instinktual yang dihalangi oleh ego untuk di ekspresikan ke dunia nyata.
Dengan demikian pasien tidak perlu secara sadar mengalami (menghadapi)
impuls yang tidak dapat diterima oleh lingkungannya. Gejala yang
ditimbulkan memiliki simbol yang menimbulkan gangguan konversi.Gejala
Gangguan konversi secara psikoanalisa memungkinkan pasien menyatakan :
1. Kecemasan terhadap keinginan-keinginannya yang tidak dapat diterima
oleh lingkungannya bila diungkapkan secara nyata atau jelas.
2. Membutuhkan perhatian khusus dan bantuan atau pengobatan khusus.
3. Memperoleh keuntungan tambahan (sekunder) dari derita yang
ditampilkan.

2. Biologik, terjadi hipometabolisme di hemisferium dominant dan


Hipometabolisme di hemisferium non dominant sehingga menimbulkan
gangguan komunikasi antar hemisferium yang menimbulkan gejala
Gangguan Konversi, mungkin menyebabkan kesadaran kortikal berlebihan
yang meniadakan jaras (traktus) umpan balik negatif antara korteks serebral
dan formasio retikularis di batang otak

Gambaran Klinis
Gambaran klinis terbagi 3 (tiga):
1. Gejala Sensorik. Semua modalitas (sumber) sensorik dapat terlibat, tapi
terutama anggota gerak, tiba-tiba tidak dapat merasakan sensasi sentuhan
(anestesi) , atau hipalgesia merasa sangat peka atau merasa sakit, pedis,
panas, dan bila diperiksa secara teliti bisa ditemukan tanda khas yaitu
fenomena sarung tangan atau kaki (stocking and glove).
Ada juga yang mengalami kebutaan atau penglihatan seolah-olah melihat

7
melalui terowongan (tunnel vision), bisa bilateral atau unilateral.
Ada yang tiba-tiba matanya tidak dapat melihat ketika terbangun dari tidur
siangnya, lalu bangkit berjalan sambil berteriak-teriak memanggil untuk
dapat pertolongan, namun orang yang menolongnya heran karena tak ada
peralatan rumah yang tersentuh atau ditabrak. Ketika dilakukan
pemeriksaan oleh dokter ditemukan, ada reaksi pupil terhadap sorotan
cahaya, potensial cetusan korteks normal. Kesimpulan: tidak ditemukan
tanda kehilangan penglihatan.

2. Gejala Motorik. Gejala motorik dapat terlihat dari adanya kelainan


pergerakan, gaya berjalan, kelemahan otot dan paralysis, tremor ritmik,
gerakan koreiform, tik. Gejala motorik yang sering adalah paralysis dan
paresisi bisa mengenai satu, dua atau keempat anggota gerak, dan ketika
dilakukan pemeriksaan neurologist klinis dasar tidak ditemukan refleks
patologis, tidak ada fasikulasi otot atau atrofi otot. Dengan pemeriksaan
elektromiografi hasilnya normal.

3. Gejala Kejang (Pseudoseizure). Gejala kejang ini sangat sulit


membedakannya dengan kejang epilepsi sehingga klinisi harus teliti
melakukan pemeriksaan dan penilaian. Selain itu, memang ada pasien
epilepsi yang juga mengalami Gangguan Disosiasi, untuk hal itu perbedaan
kejang epilepsi dan kejang konversi (disosiasi) seperti tabel disebelah ini:

Pengobatan
1. Psikoterapi Suportif, dapat digabung dengan
2. Psikofarmasi: seperti Alprazolam (Calmlet, Zypraz) bila ditemukan
tanda/gejala kecemasan. Atau bila terdapat tanda-tanda depresi dapat diberi
Anti depresan seperti : Sertralin (Zoloft, Antipres), Fluoxetin (lodep, Prozac,
Oxypres), Venlafaxine (Effexor)

8
No Tanda dan Gejala Kejang Epilepsi Kejang Konversi (Disosiasi

9
1 Tempat serangan Sembarang tempat Di tempat ada orang yang
melihatnya
2 Lama serangan Kira-kira 2 menit 5-15 menit atau lebih lama
3 Keadaan selama serangan
Kesadaran Bisa mulai dengan “teriakan Sering selama serangan masih
epileptik”, lalu disusul tidak bersuara atau bergumam
sadar atau diam
Refleks Patologis Positif Negatif
Refleks cahaya pada pupil Negatif Positif
Ekstremitas Ekstensi, spasme karpopedal Sering fleksi, tangan
menggenggam dan ibu jari
terselip diantara jari telunjuk
dan jari tengah
Inkontinensia Positif Negatif
Keluar liur berbuih Sering Tidak pernah
Kejang Tonik lalu Klonik Mungkin opisthotonus, atau
diam.
4 Sesudah serangan
Kesadaran Setelah kejang tertidur pulas Pulih secara perlahan-lahan
Memori Amnesia total Amnesia parsial
Pernapasan setelah kejang Apnea Normal
Penyebab Gangguan fungsi otak Stres psikologik
Pengobatan OAP Psikoterapi, obat psikotropik
Dikutip dari Catatan Ilmu Kedkteran Jiwa, W. F. Maramis

Hipokhondriasis

10
Hipokhondriasis berasal dari kata Hipokondrium, yang artinya di bawah tulang
rusuk. Istilah ini digunakan karena keluhan umumnya di daerah sekitar tulang rusuk.
Keluhan ini terjadi disebabkan interpretasi yang tidak realistik (nyata) dan tidak akurat,
terhadap gejala atau sensasi fisik sehingga berpreokupasi dan ketakutan menderita
penyakit serius.
Hipokhondriasis ini digambarkan sebagai suatu gejala dan penyakit yang terfokus
pada organ tertentu (1 organ), tapi dalam pemriksaan tidak ditemukan kelainan organ
yang dimaksud.
Akibatnya pasien akan menderita secara bermakna karena mengganggu
kemampuan berfungsi dalam peran sosial, pekerjaan dan personal.

Epidemiologi

Dikatakan bahwa terdapat angka sebesar 4 – 6 % dari pengunjung poliklinik


umum. Laki-laki : Wanita sebanding, dan onset usia antara 20 – 3- tahun.
Tingkat sosial, pendidikan dan perkawinan tidak berpengaruh pada kejadian
gangguan ini.

Etiologi

Ada empat hipotesa yang menjelaskan penyebab terjadinya hipokhondriasis.


1. Ambang toleransi sensasi somatik rendah. Contoh: Pada orang sehat
tekanan abdominal yang dirasakan, dirasakan dan dikatakan sebagai nyeri
abdomen
2. Learning Theory. Seseorang ingin mendapat peran orang sakit karena
menghadapi masalah berat dan tidak mendapat peneyelesaian yang
menimbulkan ketakutan dan kecemasan sehingga merasakan ada suatu
penyakit pada dirinya, dengan demikian masalahnya dapat ditunda atau
dimaafkan dari kewajiban yang biasanya diharapkan.
3. Jenis Gangguan Mental lain. 80 % pasien hipokhondriasis mengalami
Depresi dan Kecemasan..
4. Psikodinamika. Menyatakan bahwa agresi dan permusuhan terhadap orang
lain di alihkan ke dirinya sendiri dalam bentuk kelhan fisik. Hipokhondriasi
dianggap sebagai pertahanan psikologik terhadap:
- rasa bersalah yang melekat
- harga diri yang rendah
- perhatian terhadap diri sendiri berlebihan
- menebus rasa bersalah

Gambaran Klinik
1. Belum pernah terdeteksi mengalami keparahan.
2. Mempertahankan keyakianan bahwa mereka mengalami penyakit pada
organ tertentu.

3. Tidak pernah didapatkan tanda-tanda klinis yang mengarah kesuatu penyakit


atau kelainan tertentu.
5. Tidak pernah didapatkan hasil adanya tanda-tanda kelaianan atau gangguan

11
klinis pada pemeriksaan penunjang.
6. Pasien Sangat yakin dirinya mengalami penyakit pada salah satu organ
Tubuhnya
7. Dikatakan hipokhondriasis bila menetap lebih 6 bulan.

Pengobatan
1. Psikoterapi, bila ditemukan tanda depresi atau kecemasan dapat diberi
2. Psikofarmasi, Alprazolam (Calmlet, Zypraz) bila ditemukan tanda/gejala
kecemasan. Atau bila terdapat tanda-tanda depresi diberi Anti depresan
seperti : Sertralin (Zoloft, Antipres, Fridep), Fluoxetin (lodep, Prozac, Oxypres),
Venlafaxine (Effexor)

Gangguan Disfungsi Otonom

12
Untuk menetapkan diagnosis Gangguan Disfungsi Otonom maka kita berpegang
pada PPDGJ-III ( Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi III.)
sebagai berikut :
- Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut
a. Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik, sepert palpitasi, berkeringat,
tremor, muka panas/”flushing”, yang menetap dan mengganggu;
b. Gejala subyektif tambahan mengacu pada system atau organ tertentu
(gejala tidak Khas);
c. Preokupasi dengan dan penderitaan (distress) mengenai kemungkinan
adanya gangguan yang serius (sering tidak begitu khas) dari system
atau organ tertentu, yang tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan-
pemeriksaan berulang, maupun penjelasan-penjelasan dari para dokter;
d. Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada
struktur/fungsi dari system atau organ yang dimaksud.

Gangguan disfungsi otonom bisa meliputi:


1. Jantung dan system kardiovaskuler
2. Saluran pencernaan bagian atas
3. Saluran pencernaan bagian bawah
4. Sistem pernapasan
5. Sistem genitor-urinaria
6. Sistem atau organ lain.

Suatu penyelidikan yang mendalam reaksi psikologis terhadap stress


menyimpulkan ada 3 (tiga) fase terjadinya rekasi psikologis yaitu:
1. Reaksi bahaya dan mobilisasi, ini ditandai oleh; kepekaan yang meningkat,
kewaspadan meningkat, mudah marah, kecemasan.
2. Reaksi Pertahanan, terjadi berbagai upaya untuk mengoptimalkan berbagai
sumber daya dalam tubuh sehingga mulai terjadi kegelisahan, sulit tidur,
perasaan takut sampai menimbulkan rangsang otonom untuk menstimulasi
pelepasan hormone yang berhubungan dengan stres oleh Canon hormon
tersebut dinamakan hormon stress, yaitu Kortisol, epinefrin, glukagon
pertumbuhan.
3. Reaksi Kepayahan, oleh optimalisasi sumber daya tubuh akhirnya
mengalami kepayahan dan dirasakan oleh pasien sebagai gangguan fungsi
organ, dan bisa menyebabkan depresi sampai putus asa.

Gangguan Disfungsi Otonom pada Jantung dan


Sistem kardiovaskuler

Gangguan system kardiovaskuler khususnya jantung merupakan hal lazim dan


paling sering membawa pasien disfungsi otonom berobat ke dokter.
Epidemiologi, pada pusat rujukan penyakit jantung ditemukan gangguan jantung
fungsional (gangguan disfungsi otonom pada jantung) sebanyak 10 – 20 % dari semua
kasus rujukan yang diduga mempeunyai kelainan organic. Di praktek umum dari semua

13
pasien yang dating dengan keluhan yang berhubungan dengan jantung sekitar 75 %
merupakan gangguan Disfungsi Otonom Jantung.

Sistem Otonom pada jantung melalui stimulasi saraf simpatik, dan juga melalui
mekanisme neurohumoral dapat meningkatkan kontraksi miokard dan denyut jantung.
Hal ini meningkatkan kebutuhan oksigen disatu pihak, dan dilani pihak terjadi penurunan
aliran darah jantung akibat vaso spasme pembuluh darah jantung. Melalui penjelasan
Psiko-Neuro-Endokrinologi disebutkan bahwa oleh suatu stres (konflik intra psikis
antara agresi, kemarahan dan ketidak berdayaan) melalui susunan saraf otonom
merangsang medulla adrenal untuk menghasikan katekolamin dan melalui jalur
hipotalamik merangsang korteks adrenal menghasilkan kortisol . Secara fisiologis kedua
hormone ini meneybabkan peningkatan tekanan darah, denyut jantung meningkat,
komsumsi oksigen meningkat, glukosa darah, retensi natrium dan air, penurunan kalium
menyebabkan otot terasa pegal. Dengan penjelasan ini dapat dikumpulkan beberapa
gejala yang dirasakan oleh pasien sebagai berikut:
- Palpitasi
- Tekanan darah meningkat
- Denyut jantung meningkat
- Otot rasa pegal (kebas)
- Rasa lelah oleh kebutuhan oksigen yang meningkat.
Semua gejala di atas masih dalam batas normal tapi bagi pasien merupakan hal yang
sangat merisaukan dan menakutkan karena bisa berakibat kematian, pikirnya.

Pengobatan
1. Bila palpitasi dirasakan sangat mengganggu dapat diberi Beta bloker 2 (3) X
10 mg, di kombinasi dengan
2. Anti Kecemasan seperti Lorazepam (Ativan, Renaquil), Alprazolam (Atarax,
Calmlet, Zypraz dll).
3. Anti Depresan, yang tidak mempengaruhi kontraksi otot jantung misalnya :
Sertraline (Zoloft, Antipres,Deptral, Serlof), Fluoxetine (Lodep, Prozac, Antiprestin,
Kalxetin) atau Tianeptin (Stablon).

TANDA DAN GEJALA

14
GANGGUAN PSIKOMOTOR

Dalam Ilmu Kedokteran Jiwa (Psikiatri) banyak istilah dari fenomena perilaku
yang menggambarkan keadaan mental emosional seseorang, oleh karena itu untuk
mempelajari psikistri harus banyak dilakukan observasi (pengamatan) yang teliti dan
mampu menjelaskan fenomena perilaku yang terlihat pada seseorang.
Agar tidak terjadi kekacauan maka perlu diperjelas perbedaan atara tanda dan
gejala. Kaplan dkk dalam buku Sinopsis Psikiatri I memberi batasan sebagai berikut:
Tanda (sign) adalah temuan objektif yang diobservasi oleh dokter.
Gejala (simptom) adalah pengalaman perasaan subjektif yang digambarkan oleh
pasen.
Sindrom adalah kelompok tanda dan gejala yang terjadi bersama-sama sebagai
Suatu kondisi yang dapat dikenali yang mungkin kurang spesifik dibandingkan
gangguan atau penyakit tertentu.

Psikomotor adalah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa, termasuk
impuls, motivasi, harapan, dorongan, instink dan idaman, seperti yang diekspresikan oleh
perilaku atau aktivitas motorik seseorang.. hal seperti ini sering disebut konasi.
Tanda dan gejala Gangguan psikomotor sebagai berikut:

Perlambatan Psikomotor

- Hipokinesia adalah gerakan yang dilakukan secara perlahan-lahan atau lambat.


- Retardasi Psikomotor adalah gerakan yang dilakukan dan secara perlaha-lahan
semakin lambat sampai ahirnya terhenti, terdiam tidak bergerak.
- Echopraxia (ekopraksia) adalah meniru gerakan yang dilihat.
- Katatonia adalah keadaan motorik yang tidak dapat digerakkan atau kaku,
terjadi tanpa dipengaruhi oleh keadaan organik.
a. Katalepsi adalah keadaan posisi tubuh tidak bergerak yang dipertahankan
terus menerus.
b. Furor Katatonik adalah peningkatan aktivitas motorik secara berlebihan
yang teragitasi, tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal
dan bila disertai dengan suara keras, berteriak-teriak dinamakan Gaduh
Gelisah.
c. Stupor Katatonik adalah penurunan aktivitas motorik yang nyata, sering
sampai imobilitas dan tampak tidak menyadari sekeliling.
d. Rigiditas Katatonik adalah postur tubuh kaku yang disadari dan menentang
usaha untuk digerakkan.
e. Cerea flexibilitas (flexibilitas lilin) adalah posisi tubuh yang diatur oleh
orang lain / pemeriksa dipertahankan oleh pasen, bila pemeriksa gerakkan
posisi tubuh tersebut terasa seakan-akan terbuat oleh lilin.
- Negativisme adalah tubuh melakukan tahanan terhadap semua usaha untuk
menggerakkan tubuh atau melawan usaha tenaga dorongan atau tarikan atau
melakukan usaha yang menentang semua instruksi.

15
- Katapleksi adalah hilangnya tonus otot dan kelemahan sementara yang
dicetuskan oleh berbagai kedaan emosional.
- Stereotipik adalah pola tindakan fisik atau bicara yang terfiksasi dan berulang-
ulang.
- Manerisme adalah gerakan berulang yang tidak disadari tapi tampak seperti
gerakan-gerakan normal.
- Otomatisme adalah gerakan spontan tidak bertujuan yang menggambarkan
suasana perasaan dan emosional.
- Otomatisme Perintah (Command Automatisme) adalah gerakan segera yang
mengikuti perintah, meskipun suatu gerakan yang berbahaya.
- Mutisme adalah keadaan tidak bersuara tanpa kelainan fisiologi atau anatomi.
- Hipoaktivitas (hipokinesis) adalah penurunan aktivitas motorik dan kognitif
(seperti pada retardasi psikomotor; perlambatan pikiran, perlambatan bicara atau
perlambatan gerakan)
- Abulia adalah penurunan impuls untuk bertindak dan berpikir, ketidak acuhan
terhadap akibat tindakan disertai adanya deficit nerologis.

- Overaktivitas (Percepatan psikomotor)


- Agitasi Psikomotor adalah kegiatan tidak bertujuan yang menggambarkan
suasana perasaan dan kognitif berlebihan sebagai respon ketegangan
emosional.
- Hiperaktivitas (Hiperkinesis) adalah kegelisahan yang agresif, aktivitas
destruktif sering disebabkan oleh keadan patologi di otak.
- Tik adalah gerakan berulang dari beberapa bagian otot mimik dan bahu yang
tidak disadari.
- Somnambulisme (Tidur berjalan = Sleepwalking) adalah kegiatan atau
aktivitas motorik yang dilakukan saat tertidur.
- Akathisia adalah kegelisahan motorik sebagai suatu perasaan ketegangan
motorik sekunder akibat medikasi antipsikotik atau medikasi lainnya (jalan
mondar-mandir, duduk dan berdiri berulang-ulang.
- Kompulsi adalah impuls yang tidak terkontrol untuk melakukan suatu tindakan
secara berulang.
1.1 Dipsomania adalah impuls / tindakan untuk minum (alkohol) secara berulang-
ulang.
 Kleptomania adalah tindakan mencuri secara berulang-ulang, umumnya
barang yang dicuri bukan kebutuhan.
 Nimfomania adalah kebutuhan untuk koitus yang kuat secara berulang-
ulang pada seorang wanita.
 Satiriasis adalah kebutuhan untuk koitus yang kuat secara berulang-ulang
pada seorang laki-laki.
 Ritual adalah gerakan berulang-ulang seperti melakukan suatu aktivitas
sepert orang beribadah yang akan menurunkan kecemasan.
- Ataksia adalah kegagalan koordinasi otot, atau irregularitas gerakan otot.
- Polifagi adalah makan berlebihan dan berulang yang patologis.
- Mimikri adalah gerakan motorik tiruan dan sederhan, sering terlihat pada
anak-anak.

16
- Agresi adalah tindakan keras diarahkan pada tujuan mungkin secara verbal
(kata-kata) atau fisik.
- Acting out (memerankan) gerakan disertai ekspresi dari suatu harapan atau
impuls yang tidak disadari.

Demikian kuliah untuk tanda dan gejala gangguan psikiatri pada jenis gangguan
psikomotor (konasi). Kuliah berikutnya pada tanda dan gejala jenis gangguan lainnya.
____________________________

17
18

Anda mungkin juga menyukai