2. Konjungsi Intrakalimat
Konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang menghubungkan satuan-satuan kata
dengan kata, frasa dengan frasa, dan klausa dengan klausa. Berikut ini contoh-contoh
konjungsi intrakalimat.
Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu, seperti: sesudah, setelah, sejak,
sementara, selama, dan ketika. Contoh: Arman datang ke rumahku ketika aku
sedang pergi.
Konjungsi yang menyatakan syarat, seperti: jika, kalau, bila, manakala, dan jikalau.
Contoh: Adik mau makan kalau ibu yang menyuapi.
Konjungsi yang menyatakan tujuan, seperti: agar, supaya, dan biar. Contoh:
Bersihkan sisa tumpahan air ini supaya lantainya tidak licin.
Konjungsi Intrakalimat
Seperti yang telah dibahas di atas bahwa konjungsi di bagi menjadi dua yaitu konjungsi antarkalimat dan konjungsi
intrakalimat. Konjungsi intrakalimat adalah kata yang menyambungkan klausa dengan klausa, frasa dengan frasa dan satuan kata
dengan kata. Konjungsi intrakalimat terbagi menjadi dua yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif, yang akan
dijelaskan dibawah ini. (Baca Juga : Kumpulan Contoh Pantun Terbaik dan Terbaru ).
Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menyambungkan antara dua klausa atau beberapa klausa tetapi memiliki sintaksis
yang sama. Diantaranya yaitu : padahal, lalu, kemudian, sedangkan, melainkan, atau, dan, tetapi.
Konjungsi Subordinatif
Konjungsi Subordinatif adalah (kebalikan dari konjungsi koordinatif), yaitu konjungsi yang menyambungkan antara dua klausa
atau beberapa klausa lain tetapi memiliki sintaksis yang tidak sama. Diantaranya yaitu : bahwa, sampai - sampai, sebab, seolah -
olah, walaupun, agar, seandainya, jika, ketika.
1. Korelatif
Konjungsi korelatif digunakan untuk menghubungkan dua kata, frasa, klausa, yang memiliki status
konjungsi setara. Konjungsi yang termasuk dalam konjungsi korelatif sebagai berikut:
Baik … maupun …
Jangankan … pun …
Bukan hanya … melainkan …
Entah … entah …
Sedemikian rupa … sehingga …
Tidak hanya … tetapi (juga) …
2. Subordinatif
Berbeda dengan konjungsi korelatif, konjungsi subordinatif menghubungkan dua kata, frasa, klausa, yang
memiliki status konjungsi bertingkat. Konjungsi subordinatif meliputi:
Hubungan Konjungsi
Waktu sesudah, sebelum, setelah, sejak, ketika, sementara, selama, sehingga, sambil
Penjelasan bahwa
3. Koordinatif
Konjungsi koordinatif hampir sama dengan konjungsi korelatif, perbedaannya adalah konjungsi ini terjadi
pada klausa-klausa sederhana. Kata penghubung yang termasuk di dalam konjungsi koordinatif meliputi
… dan … , … tetapi … , … atau … .
Contoh:
Rindu adalah anak yang periang sejak kecil. Ia sangat senang bermain-main bersama ayah dan ibunya.
Walaupun anak tunggal, Rindu tidak pernah manja. Ia selalu membantu pekerjaan ibu tanpa di minta.
Akan tetapi sekarang semua tinggal kenangan. Semua kebahagiaan itu sudah terenggut darinya.
Kecelakaan penyebab semua itu.
Terlebih lagi, bukan hanya ayahnya yang pergi tetapi juga ibunya. Hanya Rindu yang bisa diselamatkan.
Beruntung Rindu dapat dikeluarkan dari mobil sebelum mobil itu meledak.
Berdasarkan cerita warga, mobil tiba-tiba oleng dan jatuh ke jurang. Warga yang melihat segera
menolong. Akan tetapi posisi ayah dan ibu Rindu yang terjepit menjadi susah untuk dievakuasi.
1. Baik anak kandung maupun anak tiri, ayah selalu memperlakukan secara adil.
2. Jangankan menunggu hingga larut, tidak tidur pun ibu pasti akan melakukannya.
3. Bukan hanya ibu yang selalu berusaha sekuat tenaga mendidikmu, melainkan ayah juga selalu berada
di belakangmu.
4. Entah digoreng entah direbus, ubi tetap menjadi makanan favoritku.
5. Ayah selalu berusaha sedemikian rupa sehingga kita tidak pernah kelaparan.
6. Jika aku bisa memutar waktu, maka semua kesalahanku di masa lampau akan kuperbaiki.
7. Meskipun aku sering membantah, ayah dan ibu tidak pernah marah kepadaku.
8. Rani memukul Toni karena menghinanya di depan teman-temannya.
9. Saya rajin belajar supaya kedua orang tuaku merasa senang.
10. Rizki membanting semua barang seolah-olah sedang kerasukan setan.
11. Ayah mencuci motor dan menyiram tanaman.
12. Ibu ingin marah tetapi selalu ditahan.
13. Kau boleh tinggal di sini atau pergi semaumu.
14. Pak Budi orang yang sangat rendah hati. Sebaliknya Bu Budi orangnya sangat sombong.
15. Laura anak yang sangat popular di sekolahnya. Sayangnya ia sangat sombong dengan segala
kemewahannya.
16. Ibu merelakan semua perhiasan untuk biaya kuliah adik. Tak hanya itu, sertifikat rumah pun rela ibu jual.
17. Ibu tidak pernah mengadukanmu ke Ayah. Malahan ibu yang selalu membelamu mati-matian.
18. Aku tidak akan pernah datang seumpama kau melarangku.
19. Ibu selalu membawakan Rina bekal sekalipun ayah selalu memberi uang saku lebih.
20. Kakak mengatakan bahwa ia akan melanjutkan sekolah di Australia.
21. Ayah memang lebih sering memarahimu. Sebenarnya beliau sangat menyayangimu.
22. Raffi sangat menjauhi buah rambutan. Bahkan ia memilih lari ketika ada yang membawa buah itu
mendekatinya.
23. Pak Rahmat selalu saja memarahi orang. Akibatnya orang-orang tidak suka berada di dekatnya.
24. Ibu selalu menuruti kemauan Aldi. Meskipun begitu Aldi tidak pernah berkata lembut terhadap ibu.
25. Rani mempersiapkan bahan membuat kue pancong. Setelah itu ia mulai membuat adonan.
26. Rani belajar dengan giat agar diterima di fakultas kedokteran UGM.
27. Ayah bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
28. Ibu memarahiku karena aku tidak pernah mendengarkan kata ayah.
29. Ayah menyuruhku pergi dari rumah supaya aku belajar mandiri.
30. Sekolah itu ditutup sebab ada permasalahan sengketa lahan.
31. Sampah dibiarkan menumpuk di air sungai sehingga menyebabkan biota sungai musnah.
32. Lintah akan menghisap darah mangsanya sampai ia merasa puas.
33. Ikan remoran selalu mengikuti hiu supaya dirinya merasa aman.
34. Perkataan Anton terhadap ibunya seperti petir di siang bolong.
35. Doni bertingkah seolah-olah dirinya yang paling benar.
36. Perkataannya laksana seorang pujangga yang haus akan cinta.
37. Menasehati Angel ibarat mengukir di atas air.
38. Ayah menggeluti dunia boga sejak masih remaja.
39. Aku sedang bersantai di kamar ketika terdengar ada suara ledakan.
40. Para petani merasa senang setelah hasil panennya laku keras di pasaran.
41. Aku akan pulang jika memang mereka menginginkanku.
42. Semakin tua semakin menjadi kegilaannya terhadap perempuan.
43. Baik laki-laki maupun perempuan tidak ada perbedaan dalam mencalonkan diri sebagai kepala daerah.
44. Walaupun hujan lebat, ayah tetap rela menjemputku dari sekolah.
45. Unta bertahan di gurun pasir dengan kantong air di tubuhnya.
Itulah penjelasan mengenai jenis jenis konjungsi dan contohnya dalam bahasa Indonesia. Semoga uraian
materi jenis jenis konjungsi ini mudah dipahami dan bermanfaat untuk referensi belajar bahasa Indonesia.
Terima kasih.
FBTwitterWALinePinterestG+LinkedIn
RELATED POSTS
Previous
Next
Post Date: Wednesday 18th, January 2017 / 09:51 Oleh : Ratna Sumarni S.Pd
Kategori : konjungsi-bahasa-indonesia
← PreviousNext →
RECENT POSTS
RECENT
16 July, 2019
16 July, 2019
16 July, 2019
16 July, 2019
16 July, 2019
16 July, 2019
16 July, 2019
Teks Laporan Percobaan – Pengertian, Kaidah, Struktur, dan Langkah Pembuatan
16 July, 2019
16 July, 2019
16 July, 2019
DUNIA DOSEN
Video M4stur84s1 Artis, Cek kenapa bisa tersebar..
TO TOP ↑
Konjungsi Antar Klausa
Yang dimaksud konjungsi antar klausa atau konjungsi intra kalimat adalah kata yang
menghubungkan klausa induk dan klausa anak dalam satu kalimat. Biasanya konjungsi
antar klausa ada di tengah-tengah kalimat. Secara umum ada 2 jenis konjungsi antar
klausa yakni konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif.
Konjungsi Koordinatif
1. Konjungsi aditif, yang berfungsi menggabungkan dua kata, frasa, klausa atau
kalimat dalam kedudukan yang sederajat. Misalnya : dan, lagi, lagi pula, serta.
2. Konjungsi pertentangan, yang berfungsi menghubungkan dua bagian kalimat
yang sederajat dengan mempertentangkan kedua bagian tersebut. Misalnya :
tetapi, melainkan, sebaliknya, sedangkan, namun.
3. Konjungsi disjungtif, yang berfungsi menghubungkan dua unsur yang sederajat
dengan memilih salah satu dari dua hal atau lebih. Misalnya : atau, maupun,
entah.
4. Konjungsi waktu, yang berfungsi menjelaskan hubungan waktu antara dua hal
atau peristiwa baik yang sederajat atau tidak sederajat. Misalnya : apabila, bila,
hingga, ketika, sambil, sebelum, sampai, sejak, selama, sementara, setelah,
sesudah.
5. Konjungsi final, yang berfungsi menjelaskan maksud dan tujuan suatu peristiwa
atau tindakan. Misalnya : supaya, guna, untuk, agar.
6. Konjungsi kausal, yang berfungsi menjelaskan penyebab suatu peristiwa atau
kejadian tertentu. Misalnya : sebab, sebab itu, karena, karena itu.
7. Konjungsi konsekutif, yang berfungsi menjelaskan akibat suatu peristiwa atau
kejadian tertentu. Misalnya : sehingga, sampai, akibatnya.
8. Konjungsi kondisional, yang berfungsi menjelaskan syarat-syarat pada suatu hal
yang dapat terjadi. Misalnya : jika, bila, jikalau, apabila, asalkan, kalau,
bilamana.
9. Konjungsi tak bersyarat, berfungsi menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi
tanpa perlu ada syarat-syarat yang dipenuhi. Misalnya : walaupun, meskipun,
biarpun.
10. Konjungsi perbandingan, yang berfungsi membandingkan dua hal tertentu.
Misalnya : sebagaimana, seperti, bagai, bagaikan, seakan-akan, ibarat, daripada.
11. Konjungsi korelatif, yang berfungsi menghubungkan dua bagian kalimat yang
mempunyai hubungan sedemikian rupa sehingga saling mempengaruhi.
Misalnya : semakin, kian, bertambah, sedemikian rupa, sehingga.
12. Konjungsi penegas, yang berfungsi menegaskan atau meringkas suatu bagian
kalimat yang telah disebut sebelumnya. Misalnya : bahkan, apalagi, yaitu,
umpama, misalnya.
13. Konjungsi penjelas, yang berfungsi menghubungkan bagian kalimat terdahulu
dengan perinciannya. Misalnya : bahwa.
14. Konjungsi konsesif, yang berfungsi menghubungkan dua hal dengan cara
membenarkan suatu hal serta menolak hal yang lain. Misalnya : meskipun,
walaupun, biarpun, sekalipun.
15. Konjungsi urutan, yang berfungsi untuk menyatakan urutan sesuatu hal dalam
kalimat. Misalnya : mula-mula, lalu, kemudian.
16. Konjungsi pembatasan, yang berfungsi menyatakan pembatasan terhadap
sesuatu hal atau dalam batas-batas mana perbuatan dapat dikerjakan. Misalnya
: kecuali, selain, asal.
17. Konjungsi penanda, yang berfungsi untuk menyatakan penandaan terhadap
sesuatu hal. Misalnya : umpama, contoh, terutama, misalnya, antara lain.
18. Konjungsi situasi, yang berfungsi menjelaskan suatu perbuatan terjadi atau
berlangsung dalam keadaan tertentu. Misalnya : sedang, sedangkan, padahal,
sambil.