Anda di halaman 1dari 16

MACAM-MACAM ADVERBIA

Adverbia adalah kata keterangan yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lain.
Pada umumnya, adverbia digunakan sebagai pewatas. Perhatikan contoh di bawah ini.
• Paman baru tiba di Jakarta.
• Saya belum mengerjakan tugas.
• Mama ingin sekali memiliki rumah gedongan.
Pada contoh pertama dan kedua, adverbia baru serta belum menjadi pewatas untuk
verba tiba dan mengerjakan. Kedua verba tersebut merupakan inti. Sementara itu,
contoh ketiga memiliki dua adverbia. Ingin berdiri sebagai inti, sedangkan sekali adalah
pewatasnya.
Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2017: 239), adverbia berdasarkan
perilaku semantisnya dapat digolongkan menjadi delapan macam, yakni adverbia
kualitatif, kuantitatif, limitatif, frekuentif, kewaktuan, kecaraan, kontrastif, dan
keniscayaan.
1. Adverbia Kualitatif
Adverbia ini digunakan untuk menyatakan makna yang berhubungan dengan derajat,
tingkat, atau mutu.
• Udin paling suka minum kopi.
• Nilai ujian matematika anak saya sangat bagus.
• Ucapanmu lebih besar daripada nyalimu.
• Akhir-akhir ini, kamu kurang perhatian.
• Sejujurnya, aku agak tersinggung.

2. Adverbia Kuantitatif
Berbeda dengan adverbia kualitatif, jenis ini menyatakan makna yang berhubungan
dengan jumlah.
• Jangan banyak minta!
• Biaya yang ia keluarkan untuk perjalanan ini tidaklah sedikit.
• Untuk menyelesaikan tugas ini, saya membutuhkan waktu kira-kira dua sampai
tiga hari.
• Uang ini hanya cukup untuk kita makan selama dua pekan ke depan.
Adverbia Limitatif
Adverbia ini bertujuan untuk menyatakan makna yang berhubungan dengan
pembatasan.
• Vaksin hanya untuk orang kaya.
• Kami di rumah saja sewaktu tahun baru nanti.
• Maaf, saya sekadar mengingatkan.

3. Adverbia Frekuentatif
Adverbia frekuentatif menyatakan makna yang berhubungan dengan kekerapan.
• Kami selalu menyempatkan diri untuk sarapan bersama-sama.
• Indah sering lupa akan hari ulang tahunku.
• Mereka sudah jarang berbicara.
• Kadang-kadang, saya kagum dengan semangatmu itu.

4. Adverbia Kewaktuan
Adverbia kewaktuan menyatakan makna yang berhubungan dengan terjadinya suatu
peristiwa.
• Aku baru mengerti maksudmu selama ini.
• Kita harus segera berangkat.
• Mama langsung menangis setelah mendengar berita itu.
• Semoga pandemi lekas berakhir.

5. Adverbia Kecaraan
Adverbia ini menyatakan makna yang berhubungan dengan proses terjadinya suatu
peristiwa.
• Aku diam-diam mengamatinya dari jauh.
• Badrun akan menyusul secepatnya.
• Pelan-pelan, dia membuka pintu kamar.
6. Adverbia Kontrastif
Adverbia kontrastif adalah adverbia yang menyatakan pertentangan dengan hal atau
makna kata yang disampaikan sebelumnya.
• Sungguh saya tidak tahu apa-apa. Bahkan kalau kamu tidak minta, saya tidak
akan datang ke sini.
• Bukannya minta maaf, dia malah marah-marah sama saya!
• Siapa bilang dia murah hati? Justru dialah koruptornya!

7. Adverbia Keniscayaan
Adverbia ini adalah adverbia yang menyatakan hubungan makna dengan kepastian akan
terjadinya hal atau peristiwa.
• Kita pasti bisa melewati masa-masa sulit ini.
• Kita tentu tidak setuju dengan kebijakan-kebijakan Pemerintah yang merugikan
rakyat.

Catatan :
Pewatas adalah unsur yang bergantung pada unsur lain
KONJUNGSI
1. Apa itu Konjungsi?
Konjungsi (kata penghubung) adalah kata tugas yang fungsinya menghubungkan
antarklausa, antarkalimat, dan antarparagraf. Kata penghubung antarklausa
biasanya terletak di tengah-tengah kalimat, sedangkan kata penghubung
antarkalimat di awal kalimat (setelah tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru),
adapun kata penghubung antar paragraf letaknya di awal paragraf.
2. Fungsi Konjungsi
Fungsi konjungsi menghubungkan:
• Kata dengan kata.
• Frasa dengan frasa.
• Klausa dengan klausa.
• Kalimat dengan kalimat.
• Paragraf dengan paragraf (konjungsi antarparagraf dinamakan transisi)
3. Macam-macam Konjungsi
Secara umum, macam konjungsi dibagi menjadi dua yaitu konjungsi antarkalimat
dan konjungsi intrakalimat. Maka dari itu, perlu bagi kita untuk mengetahui dan
mempelajari macam-macam konjungsi agar kedepannya bisa diaplikasikan pada
tulisan yang dibuat.
a. Konjungsi Intra Kalimat (antar klausa)
Konjungsi intrakalimat adalah jenis konjungsi yang menghubungkan antara
klausa induk dan klausa anak. Dalam penggunaannya, konjungsi ini terletak di
bagian tengah kalimat.
Konjungsi intrakalimat adalah kata yang menyambungkan klausa dengan
klausa, frasa dengan frasa dan satuan kata dengan kata. Konjungsi intrakalimat
terbagi menjadi dua yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif, yang
akan dijelaskan di bawah ini.
Jenis konjungsi intra kalimat digolongkan menjadi tiga, yaitu konjungsi
koordinatif, subordinatif, dan korelatif penjelasan dibawah ini.
1) Konjungsi koordinatif merupakan konjungsi yang menghubungkan dua
klausa atau lebih yang memilki kedudukan sederajat/ setara. Konjungsi
koordinatif adalah konjungsi yang menyambungkan antara dua klausa atau
beberapa klausa tetapi memiliki sintaksis yang sama. Diantaranya yaitu :
padahal, lalu, kemudian, sedangkan, melainkan, atau, dan, tetapi.
Contoh konjungsi koordinatif:
• Aldi sibuk bermain game, padahal ia harus mengerjakan PR.

• Sarah adalah orang yang periang, sedangkan Adit orangnya pendiam.


• Kakak memasak nasi lalu menyiapkan lauk pauk.
• Ibu sudah tidur, padahal ia belum makan malam.
• Kakak baru saja pulang dari sekolah, kemudian dia pergi lagi untuk
bermain.
2) Konjungsi subordinatif merupakan konjungsi yang menghubungkan dua
klausa atau lebih yang tidak sama derajatnya. Beberapa contoh konjungsi
subordinatif antara lain agar, untuk, supaya, sebab, karena, seperti, seakan-
akan, jika, sejak, ketika, andaikan, walaupun, bahwa, dll.
Contoh konjungsi subordinatif:
• Ayah pulang ketika adik sedang sekolah.
• Dito bermain layangan setelah pulang sekolah.
• Sarah tidak mau makan, sehingga ia menjadi kurus.
• Abdi tidak mau belajar, sehingga ia tidak bisa mengerjakan ujian.
• Nisa tetap pergi walaupun masih hujan deras.
• Deandra ataupun Kevin mampu untuk menyelesaikan proyek Biologi
dengan baik.
• Baik hari biasa maupun hari libur, Tasya tidak pernah belajar.
3) Konjungsi korelatif merupakan konjungsi yang menghubungkan dua kata
yang setara, baik kata, frasa, klausa, ataupun kalimat.
Konjungsi jenis ini sama halnya dengan konjungsi koordinatif, bedanya kata
penghubung pada konjungsi ini terdiri atas beberapa gabungan kata,
sedangkan konjungsi koordinatif hanya terdiri dari satu kata saja.
Konjungsi ini bisa juga kita gunakan pada kalimat majemuk setara atau
sintaksis, kalimat konjungsi korelatif merupakan suatu kalimat yang tersusun
atas dua kalimat/klausa atau lebih yang dihubungkan dengan kata konjungsi
korelasi.
Jika saja beberapa kalimat tidak dihubungkan dengan kata hubung, maka
kalimat tersebut menjadi ambigu dan rancu, sehingga sulit dimengerti.
Kalimat yang menggunakan penghubung korelatif disebut kalimat korelatif.
Kalimat korelatif biasanya berupa kalimat majemuk.
Ciri yang mudah ditemukan ditemukan adalah kata penghubung: demikian-
sehingga, baik-maupun, tidak hanya-tetapi juga, tidak hanya-bahkan,
bukannya-melainkan, jangankan-melainkan, sedemikian rupa-sehingga,
entah-entah.
Contoh konjungsi korelatif:
• Jangankan bukit, gunung pun sanggup aku daki.

• Bukan hanya Zahra yang bisa bernyanyi, melainkan Dodit juga bisa!
• Entah benar entah tidak, aku masih meragukan kata-katanya
• Kita tidak hanya mengikuti diskusi itu, tetapi juga ikut harus aktif
mengemukakan pendapat.
• Tidak hanya cuci muka, bahkan kami menyempatkan untuk mandi dan
berenang di pemandian air hangat itu sehingga badan kita sehat.
b. Konjungsi antar kalimat
Konjungsi antarkalimat adalah jenis konjungsi yang menghubungkan kalimat
satu dengan kalimat lainnya. Biasanya konjungsi ini dipakai untuk menunjukan
adanya perbedaan arti atau perbedaan makna.
Dalam penggunaannya konjungsi antarkalimat diletakkan pada bagian awal
kalimat. Namun di beberapa kasus bisa juga yang diletakkan setelah tanda titik,
tanda tanya, dan tanda seru.
Pembagian jenis-jenis konjungsi antarkalimat ini berdasarkan fungsinya.
Diantaranya adalah sebagai berikut.
• Konjungsi pertentangan, misalnya: bagaimanapun, biarpun, walaupun
demikian.
• Konjungsi yang menyatakan lanjutan, misalnya: sesudah itu, setelah itu.
• Konjungsi yang menyatakan kejadian sebelumnya. misalnya: sebelum itu
• Konjungsi yang menyatakan akibat, misalnya: oleh karena itu, oleh sebab
itu.
• Konjungsi yang menyatakan kebalikan dari pernyataan sebelumnya,
misalnya: sebaliknya
• Konjungsi yang menyatakan keadaan sebenarnya, misalnya: sesungguhnya,
bahwasanya.
• Konjungsi yang menyatakan konsekuensi misalnya: dengan demikian.
• Konjungsi yang menguatkan pernyataan sebelumnya, misalnya: malahan
• Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan pernyataan sebelumnya
misalnya: namun, akan tetapi.
Contoh kalimat menggunakan konjungsi antar kalimat:
• Jangan memiliki mental meminta-minta. Sebaliknya, kita harus memiliki
mental memberi.
• Ia kini menjadi orang kaya. Sesungguhnya, semua itu Karena dia bekerja
keras semenjak muda.
• Mereka makan hanya dengan sepotong ikan asin. Bahkan, mereka seringkali
makan tanpa lauk.
c. Konjungsi antar paragraph
Konjungsi antarparagraf merupakan konjungsi yang berfungsi menghubungkan
dua paragraf sehingga menjadi suatu paragraf yang koheren dan sistematis.
Kata hubung yang kerap digunakan di antaranya:
• Terlebih lagi.
• Disamping.
• Oleh karena itu.
• Berdasarkan.
• Jadi.
Contoh konjungsi antarparagraf:
• Rindu adalah anak yang periang sejak kecil. Ia sangat senang bermain-main
bersama ayah dan ibunya. Walaupun anak tunggal, Rindu tidak pernah
manja. Ia selalu membantu pekerjaan ibu tanpa diminta. Akan tetapi
sekarang semua tinggal kenangan. Semua kebahagiaan itu sudah terenggut
darinya. Kecelakaan penyebab semua itu.
• Terlebih lagi, bukan hanya ayahnya yang pergi tetapi juga ibunya. Hanya
Rindu yang bisa diselamatkan. Beruntung Rindu dapat dikeluarkan dari mobil
sebelum mobil itu meledak.
• Berdasarkan cerita warga, mobil tiba-tiba oleng dan jatuh ke jurang. Warga
yang melihat segera menolong, akan tetapi posisi ayah dan ibu Rindu yang
terjepit susah untuk dievakuasi.

4. Macam-macam Konjungsi berdasarkan Fungsinya


Macam Konjungsi juga dibedakan berdasarkan fungsi katanya. Ditinjau dari
fungsinya, konjungsi dikelompokan menjadi beberapa macam, antara lain sebagai
berikut:
a. Konjungsi Aditif (Konjungsi Gabungan)
Macam konjungsi pertama adalah konjungsi aditif. Konjungsi aditif adalah
konjungsi yang berfungsi untuk menggabungkan kata dengan kata, frasa,
klausa, atau kalimat yang kedudukannya sederajat. Contoh; dan, lagi pula,
serta.
Contoh kalimat dengan konjungsi aditif:
• Ibu dan Ayah sedang pergi ke luar kota untuk kebutuhan pekerjaan
• Bani sedang belajar serta makan secara bersamaan
• Kamu tidak perlu cemas, lagipula di sini sudah aman kok
b. Konjungsi Disjungtif (Konjungsi Pilihan)
Macam konjungsi selanjutnya adalah konjungsi disjungtif. Konjungsi disjungtif
adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur sederajat dengan tujuan
memilih salah satu dari dua hal atau lebih. Contoh, maupun, baik…baik…, atau,
entah…entah…, atau…atau.
Contoh kalimat dengan konjungsi disjungtif:
– Jamu ini bermanfaat baik untuk pria maupun wanita.
– Baik Lisa maupun Jenny, keduanya sama-sama cantik.
– Nasi atau jagung keduanya sama-sama sumber karbohidrat.
c. Konjungsi Pertentangan
Konjungsi pertentangan berfungsi sebagai kata penghubung antar dua kalimat
sederajat yang saling bertentangan. Biasanya posisi kalimat kedua lebih penting
dibanding kalimat pertama. Contoh; sebaliknya, padahal, melainkan, akan
tetapi, sedangkan, namun.
Contoh konjungsi pertentangan:
– Andika anak yang pandai, namun kakaknya bodoh.
– Ibu sedang memasak, sedangkan ayah sedang membaca koran.
– Lisa tidak pergi, melainkan sedang tidak di kamar.
d. Konjungsi Final (Tujuan)
Konjungsi final berfungsi menjelaskan maksud dan tujuan suatu peristiwa atau
tindakan. Contoh; untuk, supaya, agar, guna.
Contoh konjungsi final:
– Amara membeli tas baru untuk menghadiri pernikahan sepepunya.
– Ibu minum vitamin agar tubuhnya lebih sehat.
– Adik minum susu supaya bisa cepat tidur.
e. Konjungsi Waktu
Konjungsi waktu adalah konjungsi yang berfungsi untuk menjelaskan hubungan
waktu antara dua hal atau peristiwa. Contoh; apabila, bila, hingga, ketika,
sebelum, sampai, selama, sementara, sesudah, setelah, sejak, tatkala.
Contoh konjungsi waktu:
– Apabila hari sudah malam, Ani bergegas harus pulang.
– Putri harus pulang sebelum waktu magrib.
– Adi sudah sampai rumah, setelah seharian sekolah.
f. Konjungsi Perbandingan
Konjungsi perbandingan merupakan konjungsi yang berfungsi untuk
membandingkan dua hal tertentu. Contoh; sebagai, seakan-akan, umpama,
sebagaimana, ibarat, bak, bagaikan.
Contoh konjungsi perbandingan:
– Sebagai anak laki-laki, dia memiliki jiwa tanggung jawab yang tinggi
– Umpama ibunya masih ada, dia pasti lebih Bahagia
– Bagaikan pinang di belah dua, wajah kakak dan adik itu mirip
g. Konjungsi Akibat (Konjungsi Konsekutif)
Konjungsi konsekutif berfungsi untuk menjelaskan akibat dari terjadinya suatu
peristiwa atau kejadian tertentu. Contoh; sehingga, sampai, akibatnya.
Contoh kalimat:
– Tika jarang gosok gigi, akibatnya giginya sakit.
– Nia sering nonton televisi jarak dekat, sehingga matanya kini minus.
h. Konjungsi Syarat (Konjungsi Kondisional)
Konjungsi syarat berfungsi untuk menghubungkan dua unsur yang mempunyai
hubungan syarat di dalamnya. Contoh; jika, apabila, jikalau, bilamana, asalkan.
Contoh kalimat:
– Kalau saja hari itu aku tidak sakit, aku pasti bisa mengikuti OSN
– Bila Ibu pulang detik ini juga, aku akan langsung berhambur memeluknya.
i. Konjungsi Tak Bersyarat
Konjungsi tak bersyarat berfungsi untuk menjelaskan jika terjadinya suatu hal
tidak membutuhkan syarat tertentu. Contoh; walaupun, biarpun, sekalipun,
kendatipun, meskipun.
Contoh kalimat:
– Kakak membersihkan rumah meskipun ibu tidak menyuruhnya.
– Lia tetap pergi sekolah sekalipun cuaca sedang hujan deras.
j. Konjungsi Penegas (Konjungsi Intensifikasi)
Konjungsi penegas merupakan konjungsi yang fungsinya untuk menegaskan
atau meringkas suatu bagian kalimat yang sebelumnya telah disebut. Contoh;
bahkan, yaitu, umpama, apalagi, misalnya.
Contoh kalimat:
– Ibu sangat menyukai tanaman hias, misalnya anturium.
– Ayah senang minuman manis, apalagi secangkir teh.
k. Konjungsi Pembenaran (Konjungsi Konsesif)
Konjungsi pembenaran berfungsi untuk menghubungkan dua hal dengan cara
membenarkan suatu hal pada induk kalimat. Di sisi lain, konjungsi ini juga
menolak hal yang lainnya pada anak kalimat. Contoh; walaupun, biar biarpun,
sungguhpun, kendatipun, meskipun.
Contoh kalimat:
– Ibu tetap pergi ke pasar kendatipun badannya masih kurang sehat.
l. Konjungsi Penjelas (Konjungsi Penetap)
Macam konjungsi selanjutnya adalah konjungsi penjelas. Konjungsi penjelas
berfungsi untuk menghubungkan bagian kalimat terdahulu dengan
perinciannya. Kata yang termasuk konjungsi penjelas adalah kata bahwa.
Contoh kalimat:
– Ara menjelaskan bahwa dia tidak bersalah karena saat itu dia ada di rumah.
m. Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif merupakan konjungsi yang berfungsi untuk menghubungkan
dua kalimat yang berkaitan sehingga saling mempengaruhi. Contoh;
semakin…semakin…, bertambah…bertambah…, tidak hanya…tetapi juga…,
sedemikian rupa…,kian…kian, sehingga…, baik…, maupun.
Contoh kalimat:
– Kakaknya tidak hanya Mahasiswa tetapi juga seorang Wiraswasta.
– Baik Messi maupun Ronaldo keduanya adalah pemain sepak bola yang hebat.
n. Konjungsi Kausal
Konjungsi kausalitas berfungsi untuk menjelaskan penyebab suatu peristiwa
atau kejadian tertentu. Contoh; sebab, karena, sebab itu, karena itu.
Contoh kalimat:
– Ina tidak masuk sekolah karena sakit.
o. Konjungsi Urutan
Macam konjungsi selanjutnya adalah konjungsi urutan. Konjungsi urutan
berfungsi untuk menyatakan urutan suatu hal dalam kalimat. Contoh; mula-
mula, lalu, kemudian.
Contoh kalimat:
• Panaskan dulu minyaknya, setelah panas baru kemudian masukan
bumbu-bumbunya.
• Kita mampir ke Bandung terlebih dahulu lalu baru kita ke Lembang.
p. Konjungsi Penanda
Konjungsi penanda merupakan konjungsi yang berfungsi untuk menunjukkan
penandaan pada suatu hal. Contoh; misalnya, contoh, umpama, terutama,
antara lain.
Contoh kalimat:
– Di kelas X sangat populer dengan para muridnya yang pandai, terutama Andi.
– Di kantin banyak makanan enak yang dibeli oleh murid, misalnya bakso bakar.
q. Konjungsi Pembatasan
Konjungsi pembatasan berfungsi untuk menyatakan pembatasan terhadap
suatu hal. Contoh; kecuali, asal, selain.
Contoh kalimat:
– Peserta rapat menyetujui usulan ketua asal keinginan mereka juga dipenuhi.
– Selain petugas perpustakaan, yang lain dilarang masuk.
r. Konjungsi Situasi
Konjungsi situasi berfungsi untuk menjelaskan suatu perbuatan yang terjadi
dalam waktu tertentu. Contoh; sedang, sedangkan, sambil, padahal.
Contoh kalimat konjungsi situasi:
– Cilla tetap ke rumah nenek padahal kakinya masih sakit.
– Putra main game di kamar sambal makan bakso.
Itulah 18 macam konjungsi yang perlu Anda ketahui. Semoga bermanfaat!
KOSAKATA

1. Apa Beda Kata dan Kosakata?


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti dari kata adalah unsur bahasa
yang diucapkan atau dituliskan, yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan
pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Sementara, arti kosakata adalah
pembendaharaan kata
2. Apa Jenis Kosakata?
a. Kosakata Baca
Kosakata baca seseorang adalah semua kata yang dikenali saat membaca. Kelas
kosakata ini umumnya paling banyak, karena kata-kata baru lebih sering ditemui
saat membaca daripada saat mendengarkan.
b. Kosakata Dengar
Kosakata dengar seseorang terdiri dari kata-kata yang dikenali saat
mendengarkan pidato. Isyarat seperti nada dan gerak tubuh pembicara, topik
diskusi, dan konteks sosial percakapan dapat menyampaikan arti kata yang tidak
dikenal.
c. Kosakata Bicara
Kosakata bicara seseorang terdiri dari kata-kata yang digunakan dalam pidato dan
umumnya merupakan bagian dari kosakata mendengarkan. Karena sifat bicara
yang spontan, kata-kata sering disalahgunakan sedikit dan tidak disengaja, tetapi
ekspresi wajah dan nada suara dapat mengimbangi penyalahgunaan ini.
d. Kosakata Tulis
Kosakata tulis muncul dalam register yang berbeda seperti esai formal dan
umpan media sosial. Sementara banyak kata-kata tertulis jarang muncul
dalam pidato, kosakata tertulis seseorang umumnya dibatasi oleh preferensi dan
konteks: seorang penulis mungkin lebih suka satu sinonim daripada yang lain, dan
mereka tidak menggunakan kosakata teknis yang berkaitan dengan subjek yang
tidak mereka kenal
3. Apa Pentingnya Kosakata?
Kosa kata memudahkan memahami teks lisan atau ide yang disampaikan lawan
bicara atau audio/audo visual. Kosakata memudahkan memahami teks tulis,
sehingga informasi atau isi dalam teks tulis mudah dipahami.
4. Perbedaan Kosakata umum dan kosakata khusus
Kata umum merupakan kata-kata yang memiliki makna dan cakupan pemakaian
yang lebih luas. Sementara kata khusus adalah kata-kata yang memiliki ruang
lingkup dan cakupan makna lebih sempit
Contoh Kata Umum dan Kata Khusus
• Kata umum: buah
Kata khusus: pisang, anggur, belimbing, markisa, dan semangka
• Kata umum: warna
Kata khusus: hijau, biru, cokelat, merah, hitam, dan kuning
• Kata umum: burung
Kata khusus: cenderawasih, elang, walet, kolibri, dan merpati
• Kata umum: pakaian
Kata khusus: kemeja, kaus, celana panjang, gaun
• Kata umum: sayur
Kata khusus: brokoli, sawi, kale, bayam, pare
5. Apa itu Kosakata Baku dan Tidak Baku
Kosakata baku digunakan untuk segala hal yang bersifat formal, termasuk dalam
karya tulis ilmiah, surat resmi, majalah, atau dalam forum-forum resmi. Sementara itu,
kata tidak baku adalah kosakata yang ejaan dan pelafalannya tidak sesuai dengan
KBBI dan PUEBI
Contoh:
6. Apa ciri kosakata baku dan tidak baku?
Ciri dari kata baku sangat berbeda bahkan dapat ditebak jika suatu kata merupakan
kata baku. Berikut beberapa ciri-cirinya :
• Kata baku tidak dapat berubah setiap saat
• Bukan merupakan bahasa percakapan sehari-hari
• Tidak terpengaruh bahasa asing
• Tidak terpengaruh bahasa daerah
• Memiliki minimal subjek dan predikat.
• Penggunaan kata baku sesuai dengan konteks di dalam kalimat
• Kata baku tidak mengandung arti pleonasme (lebih dari apa yang diperlukan)
• Kata baku mempunyai arti yang pasti tidak rancu
Berikut merupakan ciri-ciri kata tidak baku :
• Tidak memiliki subjek atau predikat atau keduanya.
• Menggunakan kata-kata, frasa atau bentuk lain yang tidak perlu.
• Dapat terpengaruh bahasa daerah atau bahasa asing
• Terpengaruh oleh perkembangan zaman
• Digunakan dalam pembicaraan santai sehari-hari
• Dapat dibuat oleh siapa saja sesuai keinginannya
• Ejaan yang digunakan tidak tepat atau tidak sesuai dengan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia.
• Bersifat ambigu sehingga kerap terjadi salah penafsiran.
• Preposisi tidak digunakan dengan tepat.

Anda mungkin juga menyukai