Anda di halaman 1dari 11

Bab II Tinjauan Umum

2.1 Lokasi Penelitian


Daerah penelitian berada di Pulau Gee secara administratif terletak di daerah
Kecamatan Maba Selatan, Kabupaten Halmahera Timur, Propinsi Maluku Utara.
Secara geografis terletak antara 128°19’30”–128°20’15” Bujur Timur dan
00°49’30” - 00°50’45” Lintang Utara. Pulau Gee adalah salah satu pulau kecil
dari beberapa pulau yang terdapat di Teluk Buli. Pulau ini tergolong kecil dan
berbentuk bulat lonjong dengan panjang dari arah utara ke selatan, ± 2 km,
lebar bervariasi 0,3 - 1,2 km. Puncak bukit tertinggi di Pulau Gee yaitu 184 m
dari permukaan laut dengan luas sekitar 200 Ha.

2.2 Kesampaian Daerah


Pulau Gee adalah salah satu pulau kecil dari beberapa pulau yang terdapat di
Teluk Buli. Untuk mencapai Pulau Gee dapat ditempuh dengan kapal laut dari
pelabuhan Bastiong Ternate selama ± 36 jam. Selain itu dapat menggunakan jasa
angkutan udara dengan waktu tempuh ± 25 menit dari Bandara Babullah
Ternate – Buli, dari Desa Buli ke Pulau Gee berjarak ± 10 km dapat diseberangi
dengan perahu motor selama 15 menit.

2.3 Geologi Regional


2.3.1 Fisiografi
Fisiografi Pulau Halmahera terbagi 3 bagian yaitu Mandala Halmahera Timur,
Mandala Halmahera Barat dan Busur Kepulauan Gunungapi Kuarter. (Apandi dan
Sudana, 1980)

1. Mandala Halmahera Timur


Mandala Halmahera Timur meliputi lengan Timurlaut, Lengan Tenggara dan
beberapa pulau kecil di sebelah Timur Pulau Halmahera. Morfologi mandala ini
terdiri dari pegunungan berlereng terjal dan torehan sungai yang dalam, dan
sebagian bermorfologi karst.

6
Sumber : PT. Minerina Bhakti

Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian daerah Pulau Gee

Morfologi pegunungan terjal merupakan cerminan batuan yang keras, jenis batuan
pada pegunungan adalah batuan ultrabasa. Morfologi karst terdapat pada daerah
batugamping. Morfologi dengan perbukitan yang relatif rendah dan lereng yang
landai merupakan cerminan dari batuan sediman

2. Mandala Halmahera Barat


Mandala Halmahera Barat meliputi bagian Utara dan Lengan Selatan Halmahera.
Morfologi mandala ini meliputi perbukitan batuan sedimen, pada daerah
baugamping berumur Neogen dengan morfologin karst dan di beberapa tempat
terdapat morfologi kasar merupakan cerminan batuan gunungapi berumur Oligo-
Miosen

7
3. Busur Kepulauan Gunungapi Kuarter
Mandala ini meliputi pulau-pulau kecil di sebelah Barat Pulau Halmahera.
Deretan pulau-pulau ini kecil membentuk suatu busur kepulauan gunung api
Kuarter, sebagian besar pulaunya berbentuk kerucut gunungapi yang masih aktif

Gambar 2.2 Fisiografi Pulau Halmahera terbagi 3 bagian yaitu Mandala


HalmaheraTimur, Mandala Halmahera Barat dan Busur Kepulauan
Gunungapi Kuarter

2.3.2 Tataan Stratigrafi


Dareah penelitian termasuk dalam Peta lembar Ternate. Peta lembar Ternate
terdapat 17 formasi dan satuan yang telah di petakan, dengan kisaran berumur
sebelum Kapur sampai Holosen.

8
Mandala geologi Halmahera Timur terbentuk oleh satuan ultra basa yang cukup
luas. Batuan sedimen berumur kapur dan Paleosen-Eosen diendapkan tak selaras
di atas batuan ultrabasa.

Setelah rumpang pengendapan Eosen Akhir hingga Oligosen Awal kegiatan


gunungapi terjadi selama Oligosen Atas-Miosen Bawah. Batuan gunungapi
formasi Bacan ini terlampar luas di Mandala Halmahera Timur dan Mandala
Halmahera Barat, bersamaan dengan itu terbentuk pula batuan karbonat. Terdapat
cekungan yang cukup luas berkembang sejak Miosen Atas –Pliosen, di dalam
cekungan tersebut terdapat batupasir berselingan dengan napal, tufa, konglomerat
yang membentuk Formasi Weda dan batuan karbonat yang membentuk Formasi
Tingteng. Pada zaman terjadi pengangkatan sebagaimana yang ditunjukan oleh
batugamping terumbu di pantai daerah lengan Timur Halmahera.

Batuan tertua terdapat di Mandala Halmahera Barat berupa gunungapi berumur


Oligo-Miosen, di daerah ini terdapat batuan sedimen dan karbonat berumur
Miosen- Pliosen sebarannya cukup luas. Kebanyakan sedimennya bersifat tufaan.

Batuan sedimen
Formasi Dodaga (Kd)
Serpih dan batugamping bersisipan rijang, tersingkap di hulu sungai S. Walal,
serpih berwarna merah, getas, gampingan berselingan dengan batugamping coklat
muda, sebagian menghablur, kompak. Sisipan rijang berwarna merah setebal 10
cm, batugamping mengandung fosil Rotaliporidae sp. Tebal formasi ± 150 meter
berumur Kapur Atas.

Satuan Batugamping,
Berwarna putih dan kelabu, umumnya pejal, setempat berlapis baik mengandung
fosil Discocyclina spb., Amphistegina sp dan koral. Tebal formasi ± 400 meter
berumur Paleosen – Eosen,

Formasi Dorosagu, (Tped)


Batupasir berselingan dengan serpih merah dan batugamping. Batupasir berwarna
kelabu, kuning, kompak dan berbutir halus, batugamping berwarna kelabu
kompak berkomponen batuan ultrabasa serpih berwarna merah berlapis baik.

9
Batugamping mengandung fosil Nummulites sp Tebal formasi ± 250 meter
berumur Paleosen – Eosen.

Satuan Konglomerat, (Tpec)


Tersusun oleh batuan konglomerat dengan sisipan batupasir, batulempung dan
batubara. Konglomerat berkomponen batuan ultrabas, basl, gabro dan diorit
dengan masa dasar batupasir gampingan. Tebal Formasi ± 500 meter, berumur
Pliosen-Eosen.

Formasi Tutuli (Tomt)

Terdapat batugamping putih, kelabu dan coklat muda, kompak, sebagian


menghablur, setempat mengandung pirit, tidak berlapis. Batugamping
mengandung foram Miogypsina Sp., Cycloclypeus sp., Amphistegina sp. Tebal
Formasi ± 600 meter berumur Oligose-Miosen Bawah.

Konglomerat (Tmpc)
Berkomponen batuan ultrabasa, rijang, diorit dan batusabak, dengan mass dasar
batupasir kasar; berwarna kelabu kehijauan, agak kompak, tebal satuan batauan
± 100 meter berumur Miosen Tengah-Awal Pliosen.

Formasi Tingteng (Tmpt)


Tersusun oleh batugamping hablur dan batugamping pasiran dengan sisipan napal
dan batupasir. Batugamping hablur, putih kekuningan dan coklat muda, berlapis
baik. Batugamping pasiran, kelabu dan coklat muda, sebagian kompak. Tebal
Formasi ± 600 meter berumur Akhir Miosen – Awal Pliosen, tebal ± 600 meter.
Setelah pengendapan Formasi Tingteng terjadi pengangkatan pada Kuarter,
sebagaimana ditunjukkan oleh batugamping terumbu dipantai lengan timur
Halmahera.

Formasi Weda (Tmpw)


Terdapat batupasir berselingan dengan napal, tufa, konglomerat dan batugamping.
Batupasir kelabu sampai coklat muda, kompak, berbutir halus sampai kasar. Napal
putih, kelabu kehijauan dan coklat, getas. Tufa, putih dan kuning, getas, berbutir
halus sampai kasar, dan berlapis bagus. Konglomerat, kelabu dan coklat, kompak,
berkomponen andesit piroksen. Tebal Formasi ± 300 meter berumur Miosen
Tengah – Awal Pliosen. Diendapkan dalam lingkungan neritik-batial.

10
Batugamping terumbu (Ql)
Batugamping koral dan breksi batugamping. Batugamping koral, putih dan coklat,
sebagian kompak, bagian yang paling bawah mengandung konglomerat
berkomponen batuan ultrabasa, gabro, dan diorit. Breksi batugamping, coklat dan
sebagain padat. Tebal satuan batuan ± 150 meter.

Endapan permukaan
Aluvium dan Endapan pantai (Qa)
Terdapat lempung, lanau, pasir dan krikil; terdapat di lembah sungai yang besar,
di beberapa daerah di sepanjang pantai.

Batuan Gunungapi
Formasi Bacan (Tomb)
Terdapat batuan gunungapi berupa lava, breksi, dan tufa dengan sisipan
konglomerat dan batupasir. Breksi gunungapi, kelabu kehijauan dan coklat,
umumnya terpecah, mengandung barik kuarsa yang sebagian berpirit. Lava
bersusunan andesit hornblende dan andesit piroksen, berwarna kelabu kehijauan
dan coklat. Tufa, kuning kecoklatan dan hijau, getas. Batupasir, kuning
kecoklatan, kompak, sebagian gampingan. Konglomerat, kelabu kehijauan dan
coklat, kompak, mengandung barik kuarsa, komponennya basal, batugamping,
rijang, batupasir. Tebal Formasi ± 220 meter berumur Oligosen – Miosen Bawah.

Formasi Kayasa (Qpk)


Formasi ini berumur Pliosen berupa batuan gunung api terdiri dari breksi, lava
dan tufa. Breksi, kelabu tua, kompak, bersusunan basal dengan masadasar pasir
banyak mengandung piroksen. Lava bersifat basal, kelabu tua, setempat berkekar
melapis. Tufa, putih kekuningan, kompak, berbutir sedang sampai kasar, setempat
mengandung batuapung.

11
BATUAN SEDIMEN
BATUAN BEKU
BATUAN GUNUNGAPI
Qa
Holosen

Ql Qhv
Qht Plistosen

Pliosen
Qpk
Tmpw Tmpt
Tmpc

Miosen

Tomt Tomb
Di
Oligosen

Tped Tpec Eosen


Tpel

Paleosen

Kd Gb

BATUAN SEDIMEN Ub

Qa Aluvium dan endapan pantai (lempung, lanau, pasir, kerikil)


Ql Batugamping terumbu (batugamping koral dan breksi batugamping
Tmpw Formasi Weda (batupasir, napal, konglomerat dan batugamping)
Tmpt Formasi Tingteng (batugamping hablur dan pasiran, napal dan batupasir
Tpmc Satuan konglomerat (komponen ultrabasa, basal, rijang, diorite dan batusabak)
Tomt Formasi Tutuling (batugamping)
Tped Formasi Dorosagu (batupasir, serpih dan batugamping)
Tpec Satuan konglomerat (komponen ultrabasa, gabro, diorit, batupasir dan gamping)
Tpel Satuan batugamping
Kd Formasi Dodaga (serpih, batugamping dan rijang)
BATUAN GUNUNG API
Qhv Satuan batuan gunung api (breksi andesit, lava andesit – basal dan tufa)
Qht Satuan tufa (tufa batuapung, tufa diorit)
Qpk Formasi Kayasa (breksi, lava dan tufa)
Tomb Formasi Bacan (breksi, lava dan tufa)
BATUAN BEKU
Di Satuan diorit (tonalit dan hornblende diorite
Gb Satuan gabro ((gabro piroksen, gabro hornblende)
Ub Satuan ultrabasa (serpentinit, piroksenit dan dunit) Sumber PT. Antam Tbk,Unit Geomin

Gambar 2.3 Stratigrafi Daerah Halmahera yang terdiri 17 formasi dan satuan yang
telah di petakan tersebar di Mandala Halmahera Timur dan Mandala
Halmagera Barat dan Busur Kepulauan Gunungapi Kuarter

12
Satuan Tufa (Qht)
Terdapat tufa batuapung berwarna putih dan kuning, getas, berbutir halus sampai
kasar setempat berlapis baik.

Batuan gunungapi Holosen (Qhv)


Satuan batuan ini berupa deretan kerucut gunungapai yang terdapat di sebelah
Barat Halmahera. Berupa batuan breksi gunungapai dan lava. Berupa batuan
bersusunan andesit piroksen, kelabu tua, kompak dengan masa dasar tuf berbutir
kasar. Lava bersusunan andesit sampai basal, berwarna kelabu sampai kelabu
kehitaman, pejal dan sebagian berongga.

Batuan beku
Batuan ultrabasa (Ub)
Batuan ultrabasa berupa serpentinit, pirosenit, dan dunit, berwarna hitam, getas,
kebanyakan pecah, terbreksikan, setempat mengandung asbes dan garnierit.
Satuan ini oleh Bessho (1944) dinamakan Formasi Watileo.

Gabro (Gb)
Gabro piroksen, gabro hornblende dan gabro olivin tersingkap di daerah komplek
batuan ultrabasa.

Diorit (Di)
Diorit kuarsa dan diorit hornblende. Tersingkap di daerah komplek batuan
ultrabasa.

2.4. Kerangka tektonik


Pulau Halmahera dan pulau-pulau disekitarnya yang ada di Indonesia bagian
Timur merupakan termasuk kedalam sistem pertemuan 3 lempeng yaitu lempeng
Australia, lempeng Eurasia dan lempeng samudra Philipina (Hamilton, 1979).
Bagian Utara Halmahera merupakan bagian dari lempeng samudra Philipina yang
menunjam di bawah Philipina sepanjang palung Philipina yang merupakan suatu
konfigurasi busur kepulauan sebagai hasil tabrakan lempeng di bagian Barat
Pasifik. Pulau ini dicirikan oleh “double arc system“ dibuktikan oleh terdapatnya
endapan vulkanik di lengan barat dan non vulkanik di lengan Timur. Secara

13
geologi dan tektonik Halmahera cukup unik, karena pulau ini terbentuk dari
pertemuan 3 lempeng, yaitu Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia yang terjadi sejak
Zaman Kapur.

Gambar 2.4 Tektonik yang terjadi di Indonesia bagian Timur. Di selatan


Halmahera pergerakan miring sesar Sorong ke arah Barat
bersamaan dengan lempeng Indo– Australia

Struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada Formasi Weda yang
berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal. Sumbu lipatan berarah Utara-Selatan,
Timurlaut-baratdaya, dan Baratlaut-Tenggara, Struktur sesar terdiri dari sesar
normal dan sesar naik umumnya berarah Utara-Selatan dan Baratlaut-Tenggara.
Kegiatan tektonik dimulai pada Kapur Awal dan Awal Tersier, ketidakselarasan
antara batuan berumur Paleosen-Eosen dengan batuan berumur Eosen-Oligosen
Awal, mencerminkan kegiatan tektonik sedang berlangsung kemudian diikuti
kegiatan gunungapi. Sesar naik akibat tektonik terjadi pada Jaman Eosen-
Oligosen. Tektonik terakhir terjadi pada Jaman Holosen berupa pengangkatan
terumbu dan adanya sesar normal yang memotong batugamping.

14
2.5 Geologi Daerah Penelitian
Pulau Gee dan sekitarnya ditempati oleh batuan ultrabasa dengan susunan
mineral serpentin, olivin, dan piroksin berbutir sedang sampai kasar. Pada
susunan mineral tersebut diperkirakan terkandung unsur nikel, silikat, besi dan
magnesium. Hal tersebut diakibatkan karena adanya dekomposisi mekanik
maupun kimia pada batuan ultrabasa, maka terjadi pelapukan dan membentuk
lapisan laterit yang mengandung nikel.

Lapisan laterit yang terdapat di Pulau Gee dan sekitarnya mempunyai ketebalan
yang bervariasi dengan lereng yang relatif terjal cenderung mempunyai lapisan
laterit yang tipis. Pulau Gee dan Pulau Pakal terdapat singkapan batuan
ultrabasa, regholit yang terdiri dari bongkah-bongkah batuan ultrabasa.

Konsentrasi endapan nikel secara geologi dapat dijelaskan dengan adanya


pelapukan pada batuan ultrabasa yang membentuk lapisan laterit dimana
menghasilkan residual serta pengkayaan nikel yang tidak mudah larut.

Profil nikel laterit dengan susunan sebagai berikut: tanah penutup (top soil),
lapisan pencampuran (limonit), pengkayaan Ni (saprolit), dan batuan dasar (bed
rock).

2.6 Profil nikel laterit Pulau Gee


Pulau Halmahera merupakan daerah yang beriklim tropis, sehingga proses
pelapukan batuan ultramafik pada daerah tersebut sangat intensif. Batuan dasar
ultramafik yang mengandung kadar nikel 0,2 – 0,5 %. Kadar nikel pada daerah
pelapukan (zona limonit) dapat mencapai 1,4 %, kadar nikel pada zona saprolit
dapat mencapai 3,5 %.

15
Profil laterit pada endapan nikel di Pulau Gee dari atas ke bawah adalah lapisan
tanah penutup, zona limonit, zona saprolit dan batuan dasar.
1. Tanah penutup
Tanah penutup merupakan bagian yang paling atas dari penampang nikel
laterit. Komposisinya terdiri dari akar organik dan tumbuhan, humus, oksida
besi. Warna umunya coklat kemerahan, bersifat gembur dan hiasanya terdapat
akar tumbuhan, kadar nikel sangat rendah dan dianggap sebagai overburden.
Ketebalan lapisan tanah penutup ini bervariasi, berkisar satu sampai enam
meter.
2. Zona Limonit
Pada zona ini hampir semua unsur yang mudah larut hilang terlindi oleh air
tanah. Hasil pelapukan lanjut ini memeliki komposisi oksida besi yang tinggi di
atas 25 %, terdapat juga hematit, magnesit, dan geotit. Zona ini umumnya
berwarna coklat muda sampai coklat kemerahan, kekerasan lunak, bersifat
lempungan (clay). Kadar nikel berkisar 1,2 – 1,79% dengan kadar > 25%
ketebalan lapisan ini berkisar antara 3 – 15 meter
3. Zona Saprolit
Zona ini merupakan zona pengayaan nikel, komposisinya terdiri dari oksida
besi, serpentin < 0,4 %, kuarsa, magnesit, dan sisa batuan asal. Zona ini
umumnya berwarna coklat kekuningan sampai hijau kecoklatan, kekerasan
sedang sampai kasar. Banyak dijumpai olivin lapuk berukuran pasir dan gravel
dunit. Kadar nikel pada zona ini berkisar 1,8 – 4,3 % dan Fe < 25 %
Ketebalan nikel pada zona ini sangat bervariasi tergantung pada beberapa
faktor antara lain geomorfologi, kedalaman muka air tanah, perubahan muka
air tanah pada saat pelapukan, iklim, struktur geologi (kekar dan rekahan) serta
komposisi batuan dasar, ketebalan saprolit pada daerah penelitian berkisar 2 –
20 meter.
4. Batuan dasar
Batuan dasar pada daerah penelitian adalah batuan ultrabasa perodotit,
berwarna hijau terang sampai tua, terdapat juga urat dolomit dan magnesit

16

Anda mungkin juga menyukai