Struktur Geologi Regional Halmahera PDF
Struktur Geologi Regional Halmahera PDF
6
Sumber : PT. Minerina Bhakti
Morfologi pegunungan terjal merupakan cerminan batuan yang keras, jenis batuan
pada pegunungan adalah batuan ultrabasa. Morfologi karst terdapat pada daerah
batugamping. Morfologi dengan perbukitan yang relatif rendah dan lereng yang
landai merupakan cerminan dari batuan sediman
7
3. Busur Kepulauan Gunungapi Kuarter
Mandala ini meliputi pulau-pulau kecil di sebelah Barat Pulau Halmahera.
Deretan pulau-pulau ini kecil membentuk suatu busur kepulauan gunung api
Kuarter, sebagian besar pulaunya berbentuk kerucut gunungapi yang masih aktif
8
Mandala geologi Halmahera Timur terbentuk oleh satuan ultra basa yang cukup
luas. Batuan sedimen berumur kapur dan Paleosen-Eosen diendapkan tak selaras
di atas batuan ultrabasa.
Batuan sedimen
Formasi Dodaga (Kd)
Serpih dan batugamping bersisipan rijang, tersingkap di hulu sungai S. Walal,
serpih berwarna merah, getas, gampingan berselingan dengan batugamping coklat
muda, sebagian menghablur, kompak. Sisipan rijang berwarna merah setebal 10
cm, batugamping mengandung fosil Rotaliporidae sp. Tebal formasi ± 150 meter
berumur Kapur Atas.
Satuan Batugamping,
Berwarna putih dan kelabu, umumnya pejal, setempat berlapis baik mengandung
fosil Discocyclina spb., Amphistegina sp dan koral. Tebal formasi ± 400 meter
berumur Paleosen – Eosen,
9
Batugamping mengandung fosil Nummulites sp Tebal formasi ± 250 meter
berumur Paleosen – Eosen.
Konglomerat (Tmpc)
Berkomponen batuan ultrabasa, rijang, diorit dan batusabak, dengan mass dasar
batupasir kasar; berwarna kelabu kehijauan, agak kompak, tebal satuan batauan
± 100 meter berumur Miosen Tengah-Awal Pliosen.
10
Batugamping terumbu (Ql)
Batugamping koral dan breksi batugamping. Batugamping koral, putih dan coklat,
sebagian kompak, bagian yang paling bawah mengandung konglomerat
berkomponen batuan ultrabasa, gabro, dan diorit. Breksi batugamping, coklat dan
sebagain padat. Tebal satuan batuan ± 150 meter.
Endapan permukaan
Aluvium dan Endapan pantai (Qa)
Terdapat lempung, lanau, pasir dan krikil; terdapat di lembah sungai yang besar,
di beberapa daerah di sepanjang pantai.
Batuan Gunungapi
Formasi Bacan (Tomb)
Terdapat batuan gunungapi berupa lava, breksi, dan tufa dengan sisipan
konglomerat dan batupasir. Breksi gunungapi, kelabu kehijauan dan coklat,
umumnya terpecah, mengandung barik kuarsa yang sebagian berpirit. Lava
bersusunan andesit hornblende dan andesit piroksen, berwarna kelabu kehijauan
dan coklat. Tufa, kuning kecoklatan dan hijau, getas. Batupasir, kuning
kecoklatan, kompak, sebagian gampingan. Konglomerat, kelabu kehijauan dan
coklat, kompak, mengandung barik kuarsa, komponennya basal, batugamping,
rijang, batupasir. Tebal Formasi ± 220 meter berumur Oligosen – Miosen Bawah.
11
BATUAN SEDIMEN
BATUAN BEKU
BATUAN GUNUNGAPI
Qa
Holosen
Ql Qhv
Qht Plistosen
Pliosen
Qpk
Tmpw Tmpt
Tmpc
Miosen
Tomt Tomb
Di
Oligosen
Paleosen
Kd Gb
BATUAN SEDIMEN Ub
Gambar 2.3 Stratigrafi Daerah Halmahera yang terdiri 17 formasi dan satuan yang
telah di petakan tersebar di Mandala Halmahera Timur dan Mandala
Halmagera Barat dan Busur Kepulauan Gunungapi Kuarter
12
Satuan Tufa (Qht)
Terdapat tufa batuapung berwarna putih dan kuning, getas, berbutir halus sampai
kasar setempat berlapis baik.
Batuan beku
Batuan ultrabasa (Ub)
Batuan ultrabasa berupa serpentinit, pirosenit, dan dunit, berwarna hitam, getas,
kebanyakan pecah, terbreksikan, setempat mengandung asbes dan garnierit.
Satuan ini oleh Bessho (1944) dinamakan Formasi Watileo.
Gabro (Gb)
Gabro piroksen, gabro hornblende dan gabro olivin tersingkap di daerah komplek
batuan ultrabasa.
Diorit (Di)
Diorit kuarsa dan diorit hornblende. Tersingkap di daerah komplek batuan
ultrabasa.
13
geologi dan tektonik Halmahera cukup unik, karena pulau ini terbentuk dari
pertemuan 3 lempeng, yaitu Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia yang terjadi sejak
Zaman Kapur.
Struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada Formasi Weda yang
berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal. Sumbu lipatan berarah Utara-Selatan,
Timurlaut-baratdaya, dan Baratlaut-Tenggara, Struktur sesar terdiri dari sesar
normal dan sesar naik umumnya berarah Utara-Selatan dan Baratlaut-Tenggara.
Kegiatan tektonik dimulai pada Kapur Awal dan Awal Tersier, ketidakselarasan
antara batuan berumur Paleosen-Eosen dengan batuan berumur Eosen-Oligosen
Awal, mencerminkan kegiatan tektonik sedang berlangsung kemudian diikuti
kegiatan gunungapi. Sesar naik akibat tektonik terjadi pada Jaman Eosen-
Oligosen. Tektonik terakhir terjadi pada Jaman Holosen berupa pengangkatan
terumbu dan adanya sesar normal yang memotong batugamping.
14
2.5 Geologi Daerah Penelitian
Pulau Gee dan sekitarnya ditempati oleh batuan ultrabasa dengan susunan
mineral serpentin, olivin, dan piroksin berbutir sedang sampai kasar. Pada
susunan mineral tersebut diperkirakan terkandung unsur nikel, silikat, besi dan
magnesium. Hal tersebut diakibatkan karena adanya dekomposisi mekanik
maupun kimia pada batuan ultrabasa, maka terjadi pelapukan dan membentuk
lapisan laterit yang mengandung nikel.
Lapisan laterit yang terdapat di Pulau Gee dan sekitarnya mempunyai ketebalan
yang bervariasi dengan lereng yang relatif terjal cenderung mempunyai lapisan
laterit yang tipis. Pulau Gee dan Pulau Pakal terdapat singkapan batuan
ultrabasa, regholit yang terdiri dari bongkah-bongkah batuan ultrabasa.
Profil nikel laterit dengan susunan sebagai berikut: tanah penutup (top soil),
lapisan pencampuran (limonit), pengkayaan Ni (saprolit), dan batuan dasar (bed
rock).
15
Profil laterit pada endapan nikel di Pulau Gee dari atas ke bawah adalah lapisan
tanah penutup, zona limonit, zona saprolit dan batuan dasar.
1. Tanah penutup
Tanah penutup merupakan bagian yang paling atas dari penampang nikel
laterit. Komposisinya terdiri dari akar organik dan tumbuhan, humus, oksida
besi. Warna umunya coklat kemerahan, bersifat gembur dan hiasanya terdapat
akar tumbuhan, kadar nikel sangat rendah dan dianggap sebagai overburden.
Ketebalan lapisan tanah penutup ini bervariasi, berkisar satu sampai enam
meter.
2. Zona Limonit
Pada zona ini hampir semua unsur yang mudah larut hilang terlindi oleh air
tanah. Hasil pelapukan lanjut ini memeliki komposisi oksida besi yang tinggi di
atas 25 %, terdapat juga hematit, magnesit, dan geotit. Zona ini umumnya
berwarna coklat muda sampai coklat kemerahan, kekerasan lunak, bersifat
lempungan (clay). Kadar nikel berkisar 1,2 – 1,79% dengan kadar > 25%
ketebalan lapisan ini berkisar antara 3 – 15 meter
3. Zona Saprolit
Zona ini merupakan zona pengayaan nikel, komposisinya terdiri dari oksida
besi, serpentin < 0,4 %, kuarsa, magnesit, dan sisa batuan asal. Zona ini
umumnya berwarna coklat kekuningan sampai hijau kecoklatan, kekerasan
sedang sampai kasar. Banyak dijumpai olivin lapuk berukuran pasir dan gravel
dunit. Kadar nikel pada zona ini berkisar 1,8 – 4,3 % dan Fe < 25 %
Ketebalan nikel pada zona ini sangat bervariasi tergantung pada beberapa
faktor antara lain geomorfologi, kedalaman muka air tanah, perubahan muka
air tanah pada saat pelapukan, iklim, struktur geologi (kekar dan rekahan) serta
komposisi batuan dasar, ketebalan saprolit pada daerah penelitian berkisar 2 –
20 meter.
4. Batuan dasar
Batuan dasar pada daerah penelitian adalah batuan ultrabasa perodotit,
berwarna hijau terang sampai tua, terdapat juga urat dolomit dan magnesit
16