PULAU TIMOR
Pulau Timor merupakan bagian dari Busur Banda. Sejarah tektonik Timor terekam
secara kompleks. Secara umum Busur Banda adalah produk kolisi dari tepi NW
kontinen Australia dan zona subduksi kerak samudera Banda.
Pada gambar di bawah, dapat dilihat bahwa Timor merupakan bagian dari Australian
continental (Paparan Sahul) yang mengalami imbrikasi dan zona akresi dari kejadian
kolisi pada Neogen.
2. Imbricate model (Schematic cross section of the imbricate model for Timor.
Imbricated sheets of Australian and Eurasian affinity are thrust on top of one another
during collision (from Richardson and Blundell, 1996).
Model ini menekankan banyaknya perlipatan yang diakibatkan oleh adanya gaya akibat
sesar naik. Allochthonous dan para-autochthonous merupakan dasar atau basement
dari kontinen Australia. Susunan stratigrafi batuan baik beradasarkan jenis dan umur
di wilayah ini sangat rumit dan kompleks yang membentuk imbricated rock dan
mlange (Richardson & Blundell, 1996; Linthout et al., 1997; Hall, 2002).
Mikro continen dari Eurasia diperkirakan mempengaruhi susunan stratigrafi dan
struktur dari wilayah ini (Carter et al., 1976; Karig et al., 1987; Whittam et al., 1996).
Pengaruh dari mikrokontinen ini dimulai sejak 8 juta tahun yang lalu dan bersamaan
waktunya dengan pembentukan Formasi Aileu pada bagian utara pantai timur
Timor( Biji& Grady, 1981; Biji& Mcdougall, 1986). Data paleomagnetik juga sebagian
membuktikan bahwa Pulau Timor merupakan bagian dari benua Australia.
3. Autochton Model (Schematic cross section for the autochthon model. Timor represents
the uplifted Australian continental margin. Uplift caused south-directed gravity sliding
and decoupling of the oceanic slab (from Richardson and Blundell, 1996).
Model ini menentang kedua model sebelumnya. Di dalam model ini, sedimen akresi
hampir
seluruhnya
diperoleh
dari
sekuen
kraton Australia
yang
mengalami
pengangkatan (Grady, 1975; Grady& Biji, 1977; Chamalaun& Grady, 1978). Material
berasal dari seberang batas lempeng pada proses olistostrome dan berkumpul sebagai
hasil pengangkutan (sedimen) dan menghasilkan unit tunggal yang yang dikenal
sebagai Bobonaro scaly clay (Chamalaun& Grady, 1978; Harris et al., 1998). Model ini
mengutip atau menjelaskan suatu ketiadaan bukti-bukti lapangan untuk overthrust
dan imbricate model. Model ini dikembangkan akibat adanya pengangkatan dan juga
dipengaruhi oleh daya apung (buyoancy) dari interaksi lempeng Indo-Australia dengan
Eurasia (Gambar 9).
Secara keseluruhan, penulis cenderung untuk memilih model yang terakhir. Hal
tersebut dikarenakan model tersebut didukung beberapa bukti di lapangan dan dapat
menjelaskan pembentukan Formasi Bobonaro yang terdiri dari litologi scaly
clay. Selain itu di Timor hampir secara keseluruhan ditutupi oleh zona akresi dengan
komposisi yang berasal dari sekuen Kerak Benua Australia. Pada dasarnya, perbedaanperbedaan model yang diperlihatkan di atas, akan memberikan interpretasi, kondisi
dan pendapat yang berbeda-beda. Akan tetapi, semua itu merujuk pada kesimpulan
yang mirip secara deskripsi geologi yaitu Pulau Timor dibentuk dari kontribusi
gabungan antara lempeng kontinen Australia, mlange block, dan batuan ofiolit Banda
terrane.
Berdasarkan data seismic, Hamilton (1979 dan 1980) menyatakan pendapat bahwa
prisma akresi tebal berasal dari sedimen dan gelinciran batuan kraton tua Australia
yang terbentuk di atas lantai lempeng yang tersubduksi. Teori Hamilton tadi dapat
menjadi benar, karena semestinya sekuen Timor terdiri dari batuan mlange dari
lantai continental slope dengan ketebalan lebih dari 4 km dan ditutupi oleh gelinciran
batuan kraton Australia akibat redistribusi mlange mass oleh gravity sliding. Batuan
mlange di Timor ditemui sekitar 60% dari keseluruhan pulau dengan 6 km ketebalan
dari batuan yang terimbrikasi pada umur lebih tua atau sama dengan Miosen.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Geology of Timor Leste. ESCAP
Hamson, G. 2004. The Tectonic Evolution of East Timor and the Banda Arc. Honours
Literature Review submitted as part of the B.Sc.(Hons) degree in the School of Earth
Sciences, University of Melbourne.
Hamilton, W. 1977. Subduction in the Indonesian Region. Island Arcs, Deep Sea Trenches
and Back-Arc Basins. In M. Talwani, & W.C. Pitman, (Eds.), American Geophysical
Union: Washington, D.C.
note: Sebenernya ada gambar-nya yg cukup bagus untuk ilustrasi penjelasan di atas,
tapi belum sempet di upload. file di atas merupakan tugas dari matkul Geologi
Indonesia. silahkan cari sendiri gambar2nya dan penjelasan lengkap seputar timor
pada daftar pustaka yg ada di atas. semoga bermanfaat dan membantu