Anda di halaman 1dari 2

SASTRA EMBRIONAL

Corak sastra baru yangmuncul pertama kali berupa penceritaankembali kisah-kisah lama dengan bahasa
yang hidup dalam masyarakat pada waktu itu. T.Rooda (ahli bahasa jawa, 1844), menulis buku setebal
197 halaman dengan judul Raja Priangon, dalam bahasa Jawa berbentuk prosa. Kebiasaan untuk
menceritakan kembali kisah-kisah lama dalam bahasa sehari-hari ini kemudian berkembang sampai
tahun 1880-an.

Sampai tahun 1900-an sebenarnya masih banyak penulis jawa yang masih bekerja dengan cara itu, yakni
dengan menceritakan kembali kisah-kisah lama, dan memuncak pada zaman permulaan Balai Pustaka.
Masa peralihan yang berlangsung dalam bahasa jawa ini baru mencapai titik akhirnya pada tahun 1920,
yakni dengan lahirnya sastra jawa modern yang pertama berbentuk roman berjudul serat riyanto di tulis
oleh R.M. Sulardi.

Dalam bahasa sunda juga muncul corak penceritaan kembali ini. Pada tahun 1884 muncul buku
dongeng-dongeng nu araneh (dongeng-dongeng yang aneh), angling Darma yang ditulis tahun 1907,
sedang R.Prawirakusumah menulis Dongeng-Dongeng Tuladan (dongeng-dongeng teladan) tahun 1911.
Bahasa sunda telah mencapai bentuk sastra modern mendahului bahasa jawa, yakni dengan terbitnya
roman Sunda yang pertama tahun 1914 yang ditulis oleh D.K.Ardiwinata berjudul Baruang Ka Nu Ngora
(Racun Bagi Kaum Muda).

Sedangkan dalam bahasa Melayu tinggi corak sastra modern telah jauh muncul sebelum pertengahan
abad 19, ditaindai dengan munculnya buku-buku Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Sastra melayu yang
berkembang pesat menjadi sastra modern adalah sastra yang ditulis dalam bahasa Melayu-rendah yang
berkembang di lingkungan masyarakat Tionghoa yang tinggal di kota-kota di Indonesia.sekitar tahun
1870 muncullah buku Sair Kedatangan sri Maharaja Siam di Betawi dalam bahasa Melayu-rendah yang
ditulis oleh golongan Tionghoa. Syair-syair itu pada mulanya ditulis dengan huruf Jawi (Arab-Indonesia),
namun karena pengenalan terhadap huruf tradisional Indonesia semakin berkurang (akibat adanya
pendidikan Barat) maka syair-syair berisi cerita ditulis dalam huruf latin sampai tahun 1910-an.

Karena golongan masyarakat Tionghoa di Indonesia makin banyak yang memperoleh kebudayaan Barat,
maka orientasi golongan ini kepada sastra Barat juga timbul lebih dahulu di banding dengan golongan
masyarakat lain di Indonesia. Inilah sebabnya terjemahan sastra Barat ke dalam bahasa Melayur-rendah
banyak dikerjakan oleh penulis Tionghoa. Tetapi terjemahan sastra Barat kedalam bahasa Melayu-rendah
yang pertama kali justru dilakukan oleh orang Belanda.
Pada masa antara tahun1850-an sampai tahun 1900 terdapat tiga wilayah sastra modern yang
menghasilkan karya-karya yang merupakan embrio dari munculnya sastra modern yang sesungguhnya di
Indonesia.

Faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya sastra Melayu-rendah golongan Tionghoa, yaitu:

Ketercerabutan dari akar budaya nenek moyang

Adanya modal untuk percetakan

Orientasi budaya Barat.

Sastra golongan Tioanghoa memakai bahasa Melayu-rendah yang mudah di pahami oleh kelompok-
kelompok masyarakat lain di Indonesia, yang kemudian menjadi cikal bakal munculnya sastra Indonesia
modern.

Anda mungkin juga menyukai