Gejolak Politik Masa Pemerintahan Sultan Trenggono
Gejolak Politik Masa Pemerintahan Sultan Trenggono
(1521-1549) Masehi
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Sejarah Indonesia Abad 16 – 18
Dosen Pengampu: Dra. Dewi Salindri, M.Si
Oleh:
1. Dwiki Ahmad Dhani (180110301022)
2. Karunio Sadewa (180110301034)
3. Bonifacio Rui (180110301075)
1
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan, terima kasih kami ucapkan atas bantuan Tuhan yang telah
mempermudah dalam pembuatan makalah ini, hingga akhirnya terselesaikan tepat
waktu. Tanpa bantuan dari Tuhan, kami bukanlah siapa-siapa. Selain itu, kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah mampu bekerja sama
dengan baik atas pembuatan makalah ini.
Banyak hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai “Masa Kesultanan
Trenggono dan Masalah yang Ditinggalkan. Dalam hal ini, kita ingin memberi
informasi atau pengetahuan sejarah tentang masa keemasan Sultan Trenggono juga
masalah yang ditinggalkan semenjak meninggalnya Sultan Trenggono khusunya
konflik keluarga kerajaan Demak.
Kami menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan, seperti
penyampaian informasi berbeda sehingga tidak sama dengan pengetahuan pembaca
lain. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang
salah. Tidak ada manusia yang sempurna kecuali Tuhan.
Demikian kami ucapkan terima kasih atas waktu Anda telah membaca hasil karya
makalah kami.
2
Daftar Isi
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 6
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 6
BAB II ................................................................................................................................ 7
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 7
2.1 Kekuasaan Pada Masa Sultan Trenggono ............................................................ 7
2.2 Faktor Trenggono melakukan ekspansi ke Wilayah Lain .................................. 8
2.3 Konflik Sepeninggalan Sultan Trenggono ............................................................ 9
2.4 Proses Terjadinya Konflik ..................................................................................... 9
A.Terbunuhnya Sunan Hadiri dan Tapa Wudho Ratu Kaliyamat ................... 11
B. Jaka Tingkir Melawan Arya Panangsang ........................................................ 11
BAB III............................................................................................................................. 13
PENUTUP........................................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 13
3.2 Saran ................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Namun dalam pengepungan kota panarukan selama tiga bulan pun belum
dapat di kuasai oleh Demak. Suatu ketika Sultan Trenggono melakukan
musyawarah terhadap Adipati untuk melakukan serangan berikutnya. Putra
Bupati Surabaya pada saat itu yang berusia 10 tahun bertugas menjadi
pelayan, namun seketika terjadi insiden ketika anak dari bupati itu tertarik
mendengarkan percakapan antara Sultan Trenggono dan Adipati sampai
satu ketika anak tersebut di dorong oleh Sultan Trenggono yang kemudian
menyebabkan putra bupati trsebut marah dan melakukan penusukan pada
dada Sultan Trenggono. Akibatnya Sultan Trenggono tewas atas kejadian
itu.
Setelah kejadian tersebut, akibat dari meninggalnya Sultan
Trenggono. Keluarga kerajaan yang sebelumnya yaitu Raden Kikin yang
tewas dibunuh oleh anak dari Sultan Trenggono menjadikan konflik yang
berkepanjangan akibat dari peristiwa tersebut. Dampaknya sendiri
berakibatkan hancurnya kerajaan Demak. Setelah kepergian Sultan
Trenggono, Arya Pangsang, putra Pangeran Sekar Seda Lapen (Raden
Kikin) berusaha menuntut balik atas kejadian yang dilakuakan oleh Prawoto
anak dari Sultan Trenggono.
5
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kekuasaan pada masa sultan trenggono ?
2. Mengapa sultan trenggono melakukan ekspansi ke wilayah lain?
3. Apa yang menyebabkan terjadinya konflik pada sepeninggalan
Sultan Trenggono?
1.3 Tujuan Penulisan
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Trenggono gugur akibat terjadinya perstiwa itu. Sehingga Blambangan
waktu itu belum beragama Islam. 1
1
Bambang Pranowo, dkk, 2010, Indonesia Dalam Arus Sejarah, Editor Prof. Dr. Taufik Abdullah.
PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta
2
Abdul Jamil, dkk, 2000, Islam dan Kebudayaan Jawa, Editor H.M. Darori Amin, M.A. Gama
Media, Yogyakarta
8
2.3 Konflik Sepeninggalan Sultan Trenggono
Setelah meninggalnya Sultan Trenggono, Sunan Prawoto menjadi
raja dari Kerajaan Demak menggantikan posisi ayahnya. Pelatikan Sunan
Prawoto adalah salah satu penyebab terjadinya konflik dikeluargaan
kerajaan Demak. Karena selain Prawoto masih ada Arya Panangsang dan
Jangka Tingkir yang menjadi kandidat pemegang kepemimipinan Kerajaan
Demak. Dimasa Pemerintahan Sultan Prawoto sendiri cinderung lemah
dalam melakukan tugas pemerintahan dari Kerajaan Demak terutama dalam
bidang politik. Hal ini juga salah satu tujuan dari Sultan Prawoto karena
Prawoto lebih memilih menjadi seorang ulama dan berfokus pada Agama
dan memiliki tujuan untuk mengislamkan seluruh kawasan Jawa. Namun
kenyataannya hal tersebut hanya rencana karena lemahnya politik Prawoto
dan akibantnya wilayah bawahan Demak seperti Banten, Cirebon,
Surabaya, dan Gersik melepskan diri dari Demak.3
Kemudian masalah ini terus berlanjut ketika perbedaan pendapat
diantara Walisongo. Menurut Babad Demak dari ketiga calon itu ada peran
peran orang suci (wali) dalam pencalonannya, seperti Sunan Giri menilai
yang berada di belakang Sunan Prawata. Karena Sunan Giri menilai Sunan
Prawata berhak atas tahta itu karena Sultan Prawata adalah Putra dari sultan
Trenggono yang sebelumnya memerintah Kerajaan Demak Namun Sunan
Prawata sendiri sudah tercemar nama baiknya karena telah membunuh
Pangeran Seda Lapen yang tidak lain merupakan pamannya sendiri.4
33
K.B Adji dan S.W Achmad, sejarah Raja-Raja Jawa Dari Mataram Kuno Hingga Mataram
Islam(Yogyakarta: Araska< 2014), 116
4
Abdullah, Kerajaan Islam Demak, 181
9
Jipang, sebagai pembalasan kematian ayahnya yang telah dibunuh oleh
Sunan Prawata.5 Menurut cerita Arya Panangsang membunuh Sunan
Prawata bukan hanya ingin membalas dendamnya namun juga ingin
merebut tahta kerajaan Demak.
5
H.J. De Graff, Awal Kebangkitan Mataram: Masa Pemerintahan Senopati (Jakarta: Grafiti Pers,
1985), 28-29.
6
Abimanyu, Babad Tanah Jawi, 322.
10
Sultan Trenggono yaitu Pabgerab Timur, akan tetapi dia masih belum
dewasa dan tidak masuk dalam hitungan.
7
Atmodarminto, Babad Demak, 123.
11
Pajang dimana daerah tersebut terletak di pelosok. Sunan kudus sendiri
khawatir jika itu benar terjadi karena ajaran agama Islam akan tercampur
dengan ajaran mistis atau Klenik Khas Jawa. Asumsi ini dibuat Sunan
Kudus yang kontra terhadap sikap antara pendapat Kalijaga yang ingin
menominasikan Jaka Tingkir Sebagai Pewaris tahta kerajaan Demak.
Kemudian Arya Panangsang tidak kehabisan akal untuk membunuh Jaka
Tingkir ia menyuruh bawahnnya untuk melakukan penyelinapan dngan
menggunakan keris. Namun rencana itu gagal akibat dari kesaktian Sunan
Jaka Tingkir yang kebal terhadap benda tajam. Kemudian Arya panangsang
merasa kesal dan menyuruh Sunan Kudus untu menjebak Jaka Tingkir
untuk bertemu dengan Sunan Kudus. Kemudian Jaka tingkir beserta
rombongannya menemui Sunan Kudus. Jaka Tingkir sendir sadar dengan
adanya sifat dari Sunan Arya Panangsang yang merasakan firasat buruk
sehingga kejadian itu membuat rencanya gagal.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Jamil, dkk, 2000, Islam dan Kebudayaan Jawa, Editor H.M.
Darori Amin, M.A. Gama Media, Yogyakarta
K.B Adji dan S.W Achmad, sejarah Raja-Raja Jawa Dari Mataram
Kuno Hingga Mataram Islam(Yogyakarta: Araska< 2014), 116
14