Anda di halaman 1dari 2

Celah Pralaya1

Alangkah megahnya jagat raya ketika kupandang dahulu!


Sungguh indahnya semesta saat kutampak waktu lalu!
Begitu sejuknya sang buana ketika kutingkap di era lalu!
Betapa jelitanya angkasa saat kutatap di kala dulu!
Perairan memadati rupa bumi bersama coraknya nan biru
Nitrogen dan oksigen mengudara tanpa polutan nan mengganggu
Komponen murni atmosfer menjaga planet agar tak membeku
Kekayaan alam melimpah ruah hingga siapa pun ‘kan mengaku
Tumbuhan menyelimuti wajah dunia dengan penuh rona hijau
Hutan senantiasa menjadi habitat makhluk hidup yang memukau
Pemandangan amat menawan dengan tatanan ratusan juta pulau
Kehidupan apa pun berlangsung tenang diiringi senda gurau
Namun, semua menjadi kacau balau
Tinggallah kini hanya sebatas masa lampau
Hai engkau, iya benar kau
Tidakkah kau galau?
Tiadakah kau kacau?
Apatah engkau tak risau?
Bagaimana bisa kau tak hirau?
Melihat kerusakan
Memandang kematian
Menatap kepunahan
Menyaksikan kebinasaan
Jutaan satwa mengerang hebat akibat kesakitan
Pokok kayu merintih takut akan si buncher berandalan
Burung membungkam diri tak berkicau sebab perburuan
Bentala mengerutkan lapisan dampak gersang kepanasan
Mayapada mengamuk membabi buta atas ketidakberdayaan
Apakah engkau tahu?
Siapa penyebab semua itu?
Kau dan aku, manusia tak paham malu
Bersikap semena-mena kepada flora dan fauna tanpa pilu
Bertindak sembrono menguasai negeri fana tanpa acuh
Duhai insan yang penuh keserakahan, kerakusan, keangkuhan, ketamakan
Umpama tak punya perikealaman
Apa jiwa kita tak tergampar?
Mendengar jeritan luka semak belukar
Apa hati kita tak jua bergetar?
Menampaki mukim nan tercemar
Apakah kita mulai sadar?
Bahwa alam sudah mulai pudar
Sepatutnya kita berhenti kurang ajar
Dengan berlaku sesuai kadar yang wajar
Bertindak secara benar dan terpelajar
Dan bertakbir bertutur Allahuakbar
Atas karunia-Nya nan begitu besar
Serta tak hentinya memohon istigfar
Kepada Tuhan Yang Maha Gafar
Simpang Empat, 20 Juli 2019
1
Pralaya (bahasa Jawa kuna) = kehancuran, kemusnahan. Kata ini berasal dari bahasa Sanskerta "pralaya"
(प्रलय) yang berarti 'kehancuran dunia' atau 'akhir dari suatu "kalpa" (masa)'.
Dengan penuh asa kuguratkan puisi sederhana perihal alam yang kini kian cacat kepada
makhluk sempurna ciptaan-Nya agar pulih dari tindakan nan begitu semena-mena sebagai
penghuni dunia. Terimakasih telah membaca 

PENULIS

Rezky Rachmadany Rachman. Anak dara nan hobi membaca novel dan menghabiskan waktu
kecilnya dengan pingpong serta gemar berpuisi ini telah bergelut dalam dunia organisasi
sejak SLTP hingga kini. Pelopor adiwiyata pada masa bersekolah ini sedang menempuh ilmu
sebagai mahasiswi Fisika Universitas Hasanuddin.
Email : rezkykyr3@gmail.com
Telepon : 082187317766/085242995311
No Rekening : 040301034912504 (BRI)

Anda mungkin juga menyukai