Anda di halaman 1dari 3

III.

Evaluasi Sediaan

3.1 Evaluasi Fisika

a. Distribusi ukuran partikel

Untuk sediaan sirup kering, distribusi partikel homogen (tersalut) setelah direkonstitusi, dapat
diamati dari semakin besarnya ukuran partikel maka rongga–rongga antar partikel yang terbentuk
pun semakin besar dan distribusinya menyebar di dalam sediaan, sehingga setelah dikocok sediaan
suspensi kering ini dapat terdispersi homogen kembali.

b. Homogenitas

Sediaan suspensi terkonstisusi dilarutkan dengan air hingga mencapai volume

yang telah ditentukan yaitu 60 mL. Setelah itu, zat yang terdispersi harus halus

dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus

segera terdispersi kembali. Sediaan terkonstitusi dapat mengandung zat

tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi. Selain itu, kekentalan suspensi

tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang (Anonim a,

1979).

c. Penetapan bobot jenis sediaan dengan piknometer

Pada penetapan bobot jenis sediaan suspensi kering menggunakan piknometer.

Untuk mengetahui bobot jenis sediaan dapat diperoleh dari selisih bobot

piknometer yang telah diisi zat uji dengan bobot piknometer kosong (anonim

b, 1995).

d. Volume terpindahkan

Volume rata-rata suspensi yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari

100% dan tidak satu pun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume

yang dinyatakan dalam etiket (Anonim b, 1995).

e. Penetapan pH

Penetapan pH dengan menggunakan pH meter (Anonim b, 1995).

f. Kadar air

Suspensi kering kadar air tidak lebih dari 3% (Anonim b, 1995).

g. Penetapan waktu rekonstitusi

Penetapan ini dilakukan untuk menentukan lamanya waktu terkonstitusi suatu

sediaan. Dalam hal ini sediaan serbuk kering ditambahkan air, kemudian

dihitung waktu yang diperlukan sampai sediaan tersebut membentuk suspensi


dengan sempurna.

h. Volume sedimentasi dan kemampuan redispersi

Untuk sediaan suspensi kering yang baik diharapkan terdapat sedimentasi

yang besar atau tidak terjadi sama sekali (melarut homogen) . Hal ini penting

karena dengan volume sedimentasi yang besar maka kemungkinan untuk

melarut secara homogen kembali akan lebih besar bila dibandingkan dengan

volume sedimentasi yang sedikit (dapat membentuk caking). Untuk

mengetahui kemampuan redispersi sediaan maka sediaan yang sudah

didiamkan dikocok kembali. Apabila setelah dikocok sediaan mudah melarut kembali dan menjadi
larutan yang homogen maka kemampuan redispersinya

baik.

i. Sifat aliran dan viskositas dengan Viskosimeter Brookfield

Sediaan sirup kering Amoxicillin ini mengikuti sifat aliran Hukum Non

Newton pseudoplastik. Viskositas sediaan ini dapat diukur dengan

menggunakan Viskosimeter Brookfield karena viskosimeter ini dapat

mengukur viskositas sediaan yang bersifat Non Newton dan Newton (Astuti,

dkk., 2007)

3.2 Evaluasi Biologi

a. Uji potensi antibiotik

Uji antibiotik untuk sirup kering dengan bahan aktif Amoxicillin dapat diuji

dengan metode Lempeng Silinder. Cawan petri yang telah diberi lempeng

silinder yang berisi antibiotik selanjutnya diinkubasi selama 16-18 jam dengan

suhu 320C sampai 350C. Semakin besar zona hambatan yang terukur maka

semakin baik sediaan sirup kering Amoxicillin yang dibuat (Anonim b, 1995).

b. Uji efektifitas pengawet

Sediaan sirup kering yang sudah dilarutkan diambil sebanyak 20 mL dan

dimasukkan ke dalam 5 tabung bakteriologi bertutup, berukuran sesuai dan

steril. Kemudian inokulasi masing-masing tabung dengan salah satu suspensi

mikroba baku dengan menggunakan perbandingan 0,10 mL inokula setara

dengan 20 mL sediaan, dan campur. Mikroba uji dengan jumlah yang sesuai

harus ditambahkan sedemikian rupa hingga jumlah mikroba tiap mL sediaan


uji segera setelah inokulasi adalah antara 100.000 dan 1.000.000 per mL.

Tetapkan jumlah mikroba viabel di dalam tiap suspensi inokula, dan hitung

angka awal mikroba tiap mL sediaan yang diuji dengan metode lempeng.

Kemudian setelah diinokulasi tabung diinkubasi pada suhu 200C sampai 250C.

Setelah itu, tabung diamati pada hari ke 7, ke 14, ke 21dan ke 28 sesudah

inokulasi. Setiap perubahan yang terlihat dicatat dan tetapkan jumlah mikroba

viabel pada tiap selang waktu tersebut dengan metode lempeng. Dengan

menggunakan bilangan teoritis mikroba pada awal pengujian, hitung

perubahan kadar dalam persen tiap mikroba selama pengujian (Anonim b,

1995).

3.3 Evaluasi Kimia

a. Penetapan kadar

Penetapan kadar dilakukan dengan metode KCKT. Pembuatan larutan uji:

Encerkan secara kuantitatif dan bertahap sejumlah volume seperti yang tertera

pada etiket, dicampur segar dan bebas gelembung udara dalam pengenceran

hingga diperoleh larutan yang mengandung 1mg amoxicillin trihidrat per ml.

saring melalui penyaring 1 µm atau porositas lebih halus dan gunakan filtrate

sebagai larutan uji. Gunakan larutan dalam waktu 6 jam (Anonim b, 1995).

b. Identifikasi

Untuk identifikasi diperlukan suatu larutan yang mengandung setara dengan 4

mg amoxicillin dengan penambahan asam klorida 0,1 N pada sejumlah

amoxicillin untuk suspensi oral. Biarkan larutan selama 5 menit sebelum

digunakan (Anonim b, 1995).

Anda mungkin juga menyukai