Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya harus
dilandasi oleh dasar keilmuan keperawatan yang kokoh, dengan demikian perawat
harus mampu berfikir logis, dan kritis dalam menelaah dan mengidentifikasi
fenomena respon manusia. Banyak bentuk-bentuk pengetahuan dan ketrampilan
berfikir kritis harus dilakukan pada setiap situasi klien, antara lain dengan
menggunakan model-model keperawatan dalam proses keperawatan dan tiap model
dapat digunakan dalam praktek keperawatan sesuai dengan kebutuhan.
Bentuk profesionalisme keperawatan salah satunya ditunjukkan dalam
pemberian asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan merupakan pendekatan ilmiah
dan rasional dalam menyelesaikan masalah keperawatan yang ada, dengan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi kelima tahapan yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Penerapan teori keperawatan yang diperkenalkan oleh para ahli dibidang
keperawatan perlu terus dikembangkan penerapannya di lapangan atau pada praktik
keperawatan. Banyak teori yang telah diperkenalkan oleh para ahli keperawatan.
Salah satunya adalah model konsep keperawatan yang dikembangkan oleh Afaf
Ibrahim Meleis. Teori yang diperkenalkannya adalah Teori Transisi. Model konsep
yang diperkenalkan oleh Meleis tersebut menekankan bahwa seseorang akan
mengalami masa transisi dalam hidupnya. Peran perawat dalam hal ini membantu
individu tersebut dalam masa transisi agar mampu memenuhi kebutuhan self-care
pada saat kondisi sakit atau tidak mampu memenuhi kebutuhannya.
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui Aplikasi Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis dalam Asuhan
Keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis yang didapat pada
berbagai literature pustaka.

1
2. Melakukan kajian dari Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis yang
didapat pada berbagai literature pustaka tersebut
3. Menganalisis permasalahan yang ada di klinik atau pendidikan yang
dapat dipecahkan dengan menggunakan Teori Keperawatan Afaf Ibrahim
Meleis
4. Membuat rancangan penerapan Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis
dalam Asuhan Keperawatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
TEORI AFAF IBRAHIM MELEIS

2.1 Sejarah Teori


Afaf Ibrahim Meleis lahir di Alexandria, Mesir. (Meleis, Personal
Communication, 29 Desember 2007)ia mengatakan bahwa keperawatan sudah
menjadi bagian dari hidupnya sejak ia lahir. Ibunya dainggap TheFlorence
Nightingale dari Timur tengah. Ia adalah orang pertama di Mesir yang mendapatkan
gelar BSN dari Syracuse University, dan merupakan perawat pertama di Mesir yang
mendapatkan delar MPH dan PhD dari Egyprin University. Meleis mengagumi
dedikasi dan komitmen sang ibu kepada profesi dan menggap keperawatan sudah
ada dalam darahnya. Di bawah pengaruh ibunya, Meleis menjadi tertarik terhadap
keperawatan dan memilih untuk mendalami disiplin ilmu keperawatan. Namun
ketika ia memilih untuk mengikuti keperawatan, orang tuanya merasa keberatan
dengan keputusannya tersebut karena mereka tahu bagaimana perjuangan perawat
untuk dapat berjuang mendapatkan kualitas dari care. Namun pada akhirnya mereka
menyetujui apa pilihannya dan mereka meyakinkan Afaf bahwa ia dapat
melakukannya.
Meleis menyelesaikan pendidikan keperawatannya di The University of
Alexandria, Egypt. Ia datang ke Amerika untuk melanjutkan pendidikannya
menjadi seorang perawat akademisi (Meleis, Personal Communication, 29
Desember 2007). Dari The University of California, Los Angeles, ia menerima
gelar MS dalam bidang keperawatan pada tahun 1964, gelar MA dalam bidang
sosiologi pada tahun 1966, dan sebuah gelar PhD dalam bidang Medical and Social
Psychology pada tahun 1968.
Setelah menerima gelar Doktornya, meleis bekerja sebagai administrator dan
instruktur di The University of California, Los Angeles dari tahun 1966 sampai
1968 dan sebagai asisten profesor dari tahun 1968 sampai 1971. Pada tahun 1971,
ia pindah ke The University of California, San Fransisko (UCSF), dimana ia
menghabiskan 34 tahun berikutnya dan mengembangkan Transitions Theory. Pada
tahun2002, nama Meleis dinominasikan dan menjadi nama sebuah sekolah

3
keperawatan yaitu Meleis Bond Simon Dean of The School of Nursing at the
University of Pennsylvania.(Alligood&Tomey 2010).
2.2 KonsepdanDefinisi
Transition theory adalah salah satu nursing theory yang dicetuskan oleh Afaf
Ibrahim Meleis, teori ini mulai dikembangkan pada tahun 1960. Transisi adalah
konsep yang sering digunakan didalam teori perkembangan dan teori stress-
adaptasi. Transisi mengakomodasi kelangsungan dan ketidakberlangsungan dalam
proses kehidupan manusia. Transisi berasal dari bahasa latin “transpire” yang
berarti “pergi menyebrang”, dalam kamus Webster, transisi berarti pergerakan dari
satu keadaan, kondisi, atau tempat ke kondisi lainnya.
Meleis awalnya mendefinisikan transition sebagai transisi yang sehat atau
transisi yang tidak efektif dalam kaitannya dengan peran yang tidak efektif. Meleis
mendefenisikan peran yang tidak efektif sebagai kesulitan di dalam mengenal atau
kinerja dari peran atau perasaan dan tujuan yang terkait dengan peran perilaku
seperti yang dirasakan oleh diri sendiri atau oleh orang lain (Meleis, 2007 dalam
Alligood, 2014).
Konsep umum dari Transition Theory terdiri dari:
1 Tipe dan Pola dari Transisi,
Tipe transisi terdiri developmental, health and illness, situational, and
organizational. Developmental (perkembangan) terdiri dari kelahiran,
kedewasaan (adolescence), menopause, penuaan (aging), dan kematian. Health
and illness (sehat dan sakit) terdiri dari proses pemulihan, hospital discharge
(keluar dari rumah sakit), dan diagnosis dari penyakit kronis. Organizational
transition adalah perubahan kondisi lingkungan yang berefek pada kehidupan
klien, serta kinerja mereka (Schumacer &Meleis, 1994 dalam Alligood, 2014).
Pola transisi terdiri dari multiple dan kompleks. Kebanyakan orang
memiliki pengalaman yang multiple (banyak) dan simultan (berkelanjutan)
dibandingkan dengan hanya satu pengalaman transisi, dimana tidak mudah
untuk mengenalinya dari konteks kehidupan sehari-hari. Dalam setiap studinya
meleis mencatat dimana dasar dari teori pengembangan meliputi seseorang yang
memiliki minimum dua tipe transisi, dimana tidak adanya hubungan langsung

4
antara dua tipe transisi, sehingga mereka mempertimbangkan jika terjadi transisi
yang berurutan dan simultan serta adanya overlaping dari transisi, maka esensi
dari hubungan antara kejadian yang terpisah adalah permulaan dari transisi
seseorang.
2 Properties of Transition Experiences (Sifat dari pengalaman transisi), Properties
Of Transition Experience adalah: kesadaran, keterlibatan, perubahan dan
perbedaan, rentang waktu, peristiwa dan poin utama. Kesadaran didefinisikan
sebagai persepsi, pengetahuan, pengakuan dari perubahan karena pengalaman
sedangkan tingkat kesadaran direfleksikan pada derajat kesesuaian antara apakah
pemahaman tentang proses dan respon dan apakah merupakan harapan dari
respon dan persepsi dari individu tentang perubahan. sifat dari pengalaman
transisi terdiri dari lima subkonsep yaitu:
a Kesadaran (Awarness) didefinisikan sebagai persepsi, pengetahuan dan
pengenalan terhadap pengalaman transisi. Level dari kesadaraan sering
tercermin dari tingkatan kesesuaian antara apa yang diketahui tentang proses
dan respon serta harapan dasar apa yang ditetapkan tentang respon dan
persepsi individu yang mengalami transisi yang sama. Individu yang tidak
sadar akan perubahan berarti tidak memulai proses transisinya. Keterlibatan
berarti tingkatan dimana seseorang turut campur dalam proses perubahan.
Tingkatan dari kesadaran dapat berakibat pada keterlibatan seseorang dan
keterlibatan terkadang bisa terjadi tanpa ada kesadaran, sehingga tingkatan
keterlibatan dari seseorang adalah kesadaran secara fisik, emosi, sosial atau
perubahan lingkungan.
b Ikatan ( Engagement), merupakan sifat lainnya yang dicetuskan oleh Meleis,
engagement adalah tingkatan yang mana melibatkan demonstrasi atau
pertunjukkan seseorang yang tidak dapat dipisahkan dari proses transisi.
Level pertimbangan awareness mempengaruhi level dari engagement, tidak
akan ada engagement tanpa adanya awarness.
c Berubah dan Perbedaan (Changes and difference)

5
Changes adalah pengalaman seseorang tentang identitas, peran, hubungan,
kebiasaan, dan perilakunya yang kemungkinan membawa keinginan untuk
bergerak atau arahan langsung proses internal dan proses eksternal. Meleis,
dkk menyatakan semua transisi berhubungan dengan perubahan, walaupun
perubahan belum tentu merupakan suatu transisi. Mereka juga menyatakan
untuk memahami transisi secara komplit sangat penting untuk menyingkap
dan menjelaskan arti dan pengaruh dan cakupan dari perubahan seperti alam,
kesementaraan, kekejaman, personal, keluarga, norma sosial dan harapan.
Difference, Meleis, dkk mempercayai perbedaan kesempatan atau tantangan
bisa ditunjukkan oleh karena ketidakpuasan atau harapan yang tidak lazim,
perasaan yang tidak sama, atau memandang sesuatu dengan cara yang
berbeda, dan meleis meyampaikan perawat harus mengenali tingkat
kemyamanan dan penguasaan klien dalam mengalami perubahan dan
perbedaan.
Perubahan dan perbedaan adalah properti perubahan. Perubahan pada
identitas, status, kemampuan dan pola dari perilaku dapat mendukung
terjadinya perubahan internal maupun eksternal. Perbedaan dapat
dicontohkan dengan tidak terkabulnya harapan, merasa berbeda, atau melihat
dunia dan yang lainnya dengan jalan yang berbeda dan ini dapat digunakan
perawat kepada kliennya untuk mengetahui tingkat kenyamanan dan
penguasaan dengan perubahan dan perbedaan.
d Rentang waktu (Time Span)
Semua transisi bersifat mengalir dan bergerak setiap saat. Karakter transisi
sebagai time span dengan indentifikasi titik akhir. Berawal dari antisipasi,
persepsi atau demonstrasi perubahan, bergerak melalui periode yang tidak
stabil, kebingungan, stress berat sampai menuju fase akhir dengan adanya
permulaan baru atau periode yang stabil. Meleis, dkk mencatat
bahwaakanbermasalah atautidak layak, dan bahkan mungkinmerugikan,
untuk membatasirentang waktubeberapa pengalamantransisi.

6
e Titik kritis dan peristiwa (Critical Point and Event), didefinisikan sebagai
“penanda yang terdiri dari kelahiran, Kematian, menopause, atau diagnosis
penyakit. Meleis juga mengakui bahwa penanda peristiwa spesifik tidak
semuanya jelas bagi beberapa transisi, walaupun transisi biasanya memiliki
critical point dan events.Critical point and event biasanya berhubungan
dengan kesadaran tinggi pada perubahan atau ketidaksamaan atau lebih
exertive engagement pada proses transisi
Poin utama dan peristiwa adaah properti perubahan yang terakhir, yang
dijelaskan sebagai penanda kelahiran, kematian, menarche, atau diagnosis dari
penyakit. Poin utama dan peristiwa juga berhubungan dengan peningkatan
kesadaran dari perubahan atau perbedaan atau aktifitas yang lebih terlibat dalam
perubahan perubahan berdasarkan pengalaman.
3 Transition Condition ( Facilitators and inhibitor ), adalah keadaan yang
mempengaruhi cara orang bergerak melalui transisi dan menfasilitasi atau
menghambat kemajuan untuk mencapai transisi yang sehat. Kondisi transisi
terdiri dari personal, komunitas, atau faktor social yang bisa mempercepat atau
menghalangi proses dan outcome dari transisi yang sehat.
a Kondisi personal, terdiri meaning (arti), didefinisikan sebagai beberapa
keadaan atau pencetus yang mempercepat atau memperlambat suatu transisi.
Dari beberapa penelitian, setiap orang memiliki arti tersendiri terhadap setiap
peristiwa yang dialaminya bisa arti positif, negative, ataupun tidak memiliki
arti sama sekali.Kepercayaan Kultural (cultural believe), merupakan suatu
stigma yang berhubungan dengan pengalaman transisi. Stigma akan
mempengaruhi pengalaman transisi.
b Persiapan dan pengetahuan, antisipasi dari persiapan dalam menfasilitasi
pengalaman transisi, dimana apabila terjadi gangguan pada persiapan maka
akan menghambat transisi. Pengetahuan berhubungan dengan proses
persiapan, dimana seseorang harus memiliki pengetahuan tentang harapan
selama transisi dan bagaimana strategi untuk mewujudkan dan me-
managenya.

7
c Status Sosial dan Ekonomi
d Kondisi Komunitas atau kondisi sosial
4 Pola Respon (Pattern of Response ( process indicator and outcome)) adalah
karakter dari respon kesehatan, karena transisi terus berubah sepanjang waktu.
Proses indikator menururt maleis diantaranya adalah hubungan perasaan,
interaksi, situasi dan kondisi, peningkatan kepribadian serta analisis. Klien akan
membutuhkan perasaannya dan interaksi dalam lingkungannya untuk
beradaptasi dengan situasi dan kondisinya sehingga terjadi perubahan
pengalaman dan kemampuan analisisnya. Indikator pengeluaran menurut maleis
adalah penguasaan dan keterpaduan identitas personal/ klien. Mengidentifikasi
indicator proses klien yang bergerak baik ke arah kesehatan atau terhadap
kerentanan dan resiko, memungkinkan perawat untuk melakukan pengkajian
awal dan intervensi untuk menfasilitasi outcome yang sehat. Indicator proses ini
terdiri dari:
a Feeling Connected
Didefinisikan sebagai kebutuhan untuk terhubung satu sama lain, hubungan
dan kontak personal, adalah sumber informasi utama tentang pelayanan
kesehatan dan sumber dayanya. Merasa terhubung dengan tenaga kesehatan
yang professional yang mampu menjawab pertanyaan dan klien merasa
nyaman untuk berhubungan merupakan indicator lain dari pengalaman
positif transisi
b Interacting
Melalui proses interaksi, transisi dan perkembangan perilaku dapat
diketahui,dipahami, dan diklarifikasi.
c Location and being situated
Waktu, ruang, dan hubungan biasanya menjadi hal penting dalam transisi.

d Developing confidence and coping

8
Outcome Indikator, digunakan untuk mengecek apakah proses transisi sehat
atau tidak. Ada dua indicator penting yang digunakan yaitu penguasaan
terhadap skill baru (Mastery of new skills) dan pencairan identitas (fluid
integrative identities), penguasaan terhadap kemampuan dan pencairan
identitas baru dibutuhkan dalam transisi untuk mengatur situasi baru atau
lingkungan baru. Penguasaan dan memiliki rasa baru dalam identitas
merefleksikan outcome yang sehat dari sebuah proses transisi
5 Nursing Therapeutics
Schumacher dan Meleis (1994), nursing therapeutics sebagai tiga alat ukur yang
dapat diaplikasikan secara luas untuk intervensi terapeutik selama masa transisi.
Pertama, mereka mengusulkan kesiapan pengkajian sebagai nursing therapeutic.
Pengkajian memerlukan usaha secara interdisiplin dan berdasarkan pengertian
penuh tentang klien. Kedua, adalah persiapan untuk proses transisi, pendidikan
merupakan modal utama dalam persiapan proses transisi.Ketiga, peran
pelengkap (supplementation role), namun dalam middle-range theory of
transition, peran pelengkap tidak dikembangkan dalam nursing
therapeutic.Konsep askep ada 3 ukuran yang dapat diaplikasikan dalam
perubahan intervensi teraupeutik. Pertama dapat mengusulkan diagnosa untuk
asuhan keperawatannya. Diagnosa dapat berasal dari berbagai pemahaman yang
kompereherensif dari klien. Kedua, persiapan klien dalam menghadapi
perubahan dapat menjadi asuhan keperawatan. Ketiga, pemberian saran atau
kritik terhadap klien dapat diajukan dalam asuhan keperawatan.
2.3 ScopeatauCakupanTeori
Transition Theory merupakan salah satu nursing theory yang merupakan
bagian dari middle-range theory, dikarenakan Transition theory adalah middle
range theory maka, teori ini dikembangkan berdasarkan riset yang menggunakan
Transition Framework. Transition theory dapat diaplikasikan dalam praktek dengan
berbagai tipe grup, yang terdiri dari populasi geriatric, popoulasi psikiatri, populasi
maternal, wanita yang menopause, pasien Alzheimer, family caregiver, wanita
imigran, dan orang yang memiliki penyakit kronis. Transition theory menyediakan

9
arahan untuk praktik keperawatan dengan berbagai tipe transisi oleh penyediaan
perspektif yang komprehensif pada konsep nature dan tipe transisi, kondisi transisi,
dan indikator proses serta outcome.
2.4 HubunganAntar-Konsep
Hubungan antar kosep dalam Transition dapat digambarkan sebagai berikut

2.5 AsumsiTeori
Asumsi dari teori ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nursing
a. Perawat adalah pemberi pelayanan pelayanan utama pada klien dan
keluarganya yang berada dalam proses transisi
b. Transisi mengakibatkan perubahan serta merupakan hasil dari perubahan
2. Person
a. Transisi melibatkan pergerakan dari proses dan berubah dalam pola
fundamental kehidupan, dimana merupakan manifestasi dari semua individu
b. Transisi menyebabkan perubahan dalam identitas, peran, hubungan,
kebiasaan, dan pola perilaku.

10
c. Kehidupan sehari-hari dari klien, linkungan dan interaksi terbentuk oleh
alam, kondisi, arti, dan proses pengalaman transisi klien
3. Health
a. Proses transisi adalah bersifat kompleks dan multidimensional. Transisi
memiliki pola yang multiple dan kompleks.
b. Semua transisi berkarakteristik mengalir dan berubah sepanjang waktu
c. Perubahan dan perbedaan tidak dapat ditukar walaupun merka bersinonim
dengan transisi
4. Environment
- Kerentanan berhubungan dengan pengalaman transisi, interaksi, dan kondisi
lingkungan yang mengekspose individual terhadap potensi kerusakan,
problematic atau perpanjangan pemulihan kesehatan atau kegagalan koping
yang sehat.
2.6 Ciri Khas Teori (Theoretical Assertions)
Ciri khas dari teori ini adalah pada kelengkapan peran, framework transisi, dan
middle-range transition yang disusun oleh Meleis dan teman-temannya. Beberapa
diantaranya adalah :
1. Pertumbuhan, sehat dan sakit, dan transisi yang terorganisasi yang merupakan
pusat dari praktik keperawatan.
2. Bentuk dari transisi meliputi :
a. Dimana klien mengalami satu transisi atau multiple transisi.
b. Dimana transisi multipel terjadi terus menerus.
c. Perluasan dari kejadian tumpang tindih dalam transisi.
d. Keaslian dari hubungan antara kejadian yang berbeda yang memiliki petunjuk
transisi untuk klien.
e. Kekayaan dari pengalaman transisi adalah bagian yang saling berhubungan
dalam proses yang kompleks.
f. Derajat dari kesadaran mempengaruhi derajat hubungan yang lebih dalam,
yang mana hubungan ini tidak akan terjadi tanpa adanya kesadaran.
g. Persepsi manusia dan pemahaman arti akan situasi sehat dan sakit dipengaruhi
oleh dan perubahan dari pengaruh pada kondisi dibawah pengaruh transisi.
h. Transisi kesehatan adalah dikarakteristikkan oleh proses dan indikator
pencapaian.

11
i. Transisi negosiasi yang sukses tergantung pada perkembangan dari hubungan
yang efektif diantara perawat dan klien (keperawatan yang terapeutik).
Hubungan ini adalah proses yang saling timbal balik yang akan mempengaruhi
keduanya (perawat-klien).
2.7 Bentuk Logika
Teori ini dibentuk dari induksi dengan menggunakan penelitian penelusuran
literatur untuk menemukan informasi. Hal ini pada awalnya dibentuk sebagai
konsep inti dari keperawatan dan kemudian sebagai middle-range teori. Teori ini
dibentuk dengan pencapaian dari integrasi dari apa yang dikenal dengan pengalaman
transisi yang melintasi berbagai bentuk dari transisi dengan keperawatan yang
terapeutik untuk orang-orang dalam masa transisi. Teori ini menyediakan framework
(bagan) untuk memahami hasil dari penelitian transisi lanjutan lebih baik dan untuk
menyediakan konsep untuk studi lanjutan.
2.8 Penerimaan dari Komunitas Keilmuan
Sejauh ini, teori transisi sudah di gunakan dan diterjemahkan kedalam berbagai
bahasa dan digunakan di negara-negaa seperti di Swedia, Taiwan, Korea Selatan,
Portugal, Spanyol dan Singapura.
1. Praktik
Teori transisi menyediakan perspektif yang komprehensif pada pengalaman
transisi dimana pertimbangan konteks diantara berbagai orang adalah
pengalaman dari sebuah transisi. Karena komprehensifnya, dapat
diaplikasikannya, dan ketertarikannya dengan kesehatan, teori transisi dapat
diaplikasikan pada banyak fenomena-fenomena kemanusiaan yang terkait
dengan keperawatan, seperti keadaan sakit, penyembuhan, kelahiran, kematian,
dan kehilangan sebaik pada keadaan imigrasi.Teori transisi sangat berguna untuk
menjelaskan transisi sehat/sakit seperti proses penyembuhan, persiapan pulang
dari rumah sakit dan pada diagnosa kronik. Tentu saja, studi yang
mengindikasikan teori transisi dapat diaplikasikan pada praktik keperawatan
dengan penyebaran kelompok atau perorangan, termasuk populasi lansia,
populasi dengan gangguan mental, populasi maternal, keluarga sebagai pembari
perawatan, wanita dengan menopause, pasien alzheimer, wanita imigran, dan

12
orang-orang dengan penyakit kronik dan banyak lainnya. Teori transisi dapat
menyediakan petunjuk untuk praktik keperawatan dengan orang-orang dari
berbagai tipe transisi dengan menyediakan perspektif yang menyeluruh dengan
dasar dan tipe transisi, kondisi transisi dan indikator proses dan pencapaian dari
bentuk respon transisi. Juga teori transisi menuntun untuk pengembangan dari
terapeutik keperawatan yang saling berhubuangan dengan pengalaman unik dari
pasien dan keluarganya dalam keadaan transisi, yang mana menunjukkan respon
sehat pada keadaan transisi.
2. Pendidikan
Teori transisi digunakan secara luas pada pendidikan sarjana dan masteral di
seluruh dunia. Teori ini bertumbuh secara internasional dan terintegrasi dalam
kurikulum keperawatan. Teori transisi digunakan sebagai framework kurikulum
pada beberapa tempat, termasuk universitas connecticut dan universitas clayton
di morrow, georgia dimana teori transisi adalah program pendidikan mereka
yang sudah berlangsung selama 15 tahun ini dan banyak lagi dukungan dalam
pemakaian teori ini.
3. Penelitian
Secara Internasional, beberapa peneliti ada banyak yang menggunakan teori
transisi dalam studi mereka sebagai dasar teori untuk penelitian. Program
penelitian meleis adalah secara alamani berdasarkan pada teori transisi dan
banyak peneliti yang menguji secara empiris teori transisi melalui studi mereka.

2.9 Pengembangan Lanjutan


Teori transisi adalah bagan kerja (framework) yang dapat menjadi
perkembangan lebih lanjut, di uji dan disaring, berdasarkan pada filosofis Meleis
pada perkembangan teori yang terbentuk secara siklis, dinamis dan terus
berkembang. Teori transisi berlanjut terus dan di uji, disaring untuk menjelaskan
konsep utama dan hubungan diantara bermacam-mcam kelompok dari populasi pada
berbagai tipe transisi. Karena dukungan empirikal yang cukup oleh banyaknya studi
yang dilakukan maka teori ini ada, studi lanjutan akan bertujuan untuk melakukan
studi intervensi untuk mencoba teori ini melalui intervensi yang berdasarkan pada

13
teori, selanjutnya teori ini akan memberikan kekuatan untuk menunjang praktik
keperawatan.
2.10 AnalisaTeoriAfaf Ibrahim Meleis
a. Clarity (Kejelasan):
Menurut Chinn & Kramer (2004, 2008) dalam Tommey & Alligood (2010,
hal. 748), clarity merujuk kepada bagaimana teori dapat dimengerti dengan
baik, dan bagaimana konsep disajikan dengan jelas dan konsisten. Definisi
konseptual dari Teori Transisi cukup jelas dan mencakup pemahaman yang
comprehensive tentang kompleksitas dari transisi. Dalam hubungan antar
konsep sudah jelas di jabarkan mengenai gambaran relasi antar konsep
dimana secara umum TeoriTransisi ini terdapat input (nature transition) yang
akan mempengaruhi transisi dari klien, nature transisi akan dihambat atau
difasilitasi tergantung dari kondisi dan situasi yang ada di dalam dirinya,
komunitas, dan sosial dari klien, dalam proses yang transisi di harapkan
nantinya akan mencapai outcome yang positif (transisi yang sehat) sehingga
klien akan berada kembali dalam situasi stabil setelah transisi. Adanya
proses transisi dari input-proses-outcome, sama-sama dipengaruhi oleh
nursing therapeutic.
b. Simplicity (Kesederhanaan):
Sebuah teori yang sederhana adalah sebuah teori yang memiliki jumlah
konsep yang minimal (Tommey & Alligood, 2010). Teori Transisi, dalam hal
ini, sangat sederhana dengan lima konsep utama yaitu (1) tipe dan pola
transisi; (2) kekayaan pengalaman transisi; (3) kondisi transisi; (4) pola
respon; (5) terapeutik keperawatan. Konsep-konsep utama secara logika
terhubung dan hubungan nya nyata dalam pernyataan teoritis. Berdasar pada
tingkat simplicity ditemukan hubungan antara konsep yang cukup sederhana,
dapat memberikan panduan yang cukup jelas bagi perawat untuk
pengaplikasiannya dilapangan dikarenakan konsep yang ada sudah cukup
detail, namun disi lain konsep dalam theory ini cukup banyak.
c. General (Umum)

14
General mengartikan berdasarkan studi dengan partisipan dari budaya dan
gender yang berbeda, dalam setting yang bermacam-macam. Teori Transisi
telah menunjukkan jika teori ini relevant untuk semua populasi dalam
transisi, tergantung dari tipe transisi yang dialami oleh populasi. Cakupan
dari theory ini dapat diaplikasikan pada kelompok geriatric, ibu hamil,
wanita menopause, pasien Alzheimer, pasien dengan penyakit kronik,
kelompok pskiatri, Family caregiver, wanita imigran, namun teori ini
menurut saya kurang cocok diterapkan pada pasien dengan penyakit akut,
anak-anak dikarenakan anak-anak akan sulit bagi perawat untuk mengkaji
tahap kondisi transisi. Teori ini bersifat lebih konkrit dari model conceptual
dan sudah memiliki kerangka yang jelas dalam penerapannya.
d. Accessibility
Teori Transisi telah diuji dan didukung oleh Meleis dan yang lainnya sebagai
suatu kerangka kerja untuk menjelaskan pengalaman transisi dari berbagai
macam grup populasi dalam tipe-tipe transisi yang berbeda. Hal ini
dikarenakan teori ini bersumber dari konseptual model dn riset-riset yang
ada maka, teori ini telah memberikan panduan yang cukup dapat
diaplikasikan pada praktek keperawatan, walaupun cakupannya masih cukup
luas.

e. Derivable Consequences : how important?


Teori Transisi dengan focus kepada masyarakat dengan tipe transisi yang
berbeda membuktikan sebuah komprehensif dan petunjuk pengembangan
bagi semua yang berhubungan dengan disiplin kesehatan. Perhatian yang
tidak terpisahkan dari kenakeragaman layanan kesehatan klien dan penelitian
diantara grup-grup yang berbeda berkontribusi terhadap kepentingan teori
ini. Teori transisi ini juga penting dikarenakan teori ini telah memiliki
cakupan dan panduan yang cukup jelas dalam aplikasinya dilapangan, teori
ini focus pada keberagaman dari individu atau kelompok dalam menjalani
proses transisi. Dimana proses transisi yang efektif akan membuat individu
berada pada fase yang baru dan mampu memulai kehidupan yang baru dari

15
awal. Dan dalam pelayanan, keberagaman tidak dapat dipisahkan dari
pelayanan kesehatan.

BAB III
PENUTUP

3.1 TeoriTransisiAfaf Ibrahim Meleis


MeleismenyusunTeoriTransisiberdasarkanstudipanjangtentangberbagaimaca
mkondisitransisi.Diamengemukakan lima konseputamatentangTeoriTransisi
diantaranya Tipe dan Pola dari Transisi, Properties of Transition Experiences (Sifat
dari pengalaman transisi), Transition Condition ( Facilitators and inhibitor ), Pola
Respon (Pattern of Response ( process indicator and outcome), Nursing
Therapeutics. TeoriTransisiinidapatdiaplikasikan di berbagaitipetransisi,
danpraktekpada sistem pelayanankesehatan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Aligood, M. R. (2010). Nursing Theory: Utilization & Application (4th Ed).Missouri:


Elsevier.

Aligood, M. R. (2014). Nursing Theorists: and Their Work (8th Ed).Missouri: Elsevier.

Fawcett, Jacqueline.(2005). Contemporary Nursing Knowledge: Analysis and


Evaluation of Nursing Models and Theories (2th Ed). Philadephia: Davis
Company

Galih, (2013). http://galih-priambodo.blogspot.co.id/2013/02/teori-keperawatan-afaf-


ibrahim-meleis.html. Diakses 25/03/2016

Helena, (2014). https://helenapangaribuan.wordpress.com/2014/12/10/afaf-ibrahim-


meleis-teori-transisi-teori-peralihan/. Diakses 25/03/2015

Meleis, Afaf I. (2010). Transition Theory: Middle Range and Situation-Spesific


Theories in Nursing Research And Practice. New York: Springer Publishing
Company

17
18

Anda mungkin juga menyukai