Anda di halaman 1dari 7

makalah jati diri PGRI

MENCARI JATIDIRI LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM MASYARAKAT


SEDANG BERKEMBANG

A. Jatidiri Lembaga Pendidikan


Pengertian dari “keakuan” dan “identitas atau jatidiri” kedua pengertian ini
terletak pada kekhasan dari sesuatu (manusia, lembaga) dibandingkan dengan
yang lainnya dalam kelompoknya yang komperabel. Namun kedua pengertian itu
mempunyai perbedaan kategori yang hakiki apabila “keakuan” berkenaan dengan
eksistensi sesuatu yang unik, artinya sesuatu itu tidak ada duanya. Seperti dalam
adagium Descartes “cogito ergo sum”, “aku berpikir maka aku ada”. Aku dalam
pengertian di sini adalah aku yang unik, aku yang “einmalig”, yang hanya sekali
dilahirkan atau sekali ada di muka bumi ini. Sabaliknya identitas atau jatidiri
menunjukkan eksistensi sesuatu (orang, lembaga) di dalam kaitan dengan
kelompoknya. Artinya, tanpa jatidiri sesuatu akan kehilangan atau lebur dalam
kelompoknya. Jatidiri yang tidak proporsional akan menghilangkan sesuatu dari
makna keseluruhan kelompok. Disini hukum Gestalt berlaku, bagian akan
bermakna dalam kaitannya dengan keseluruhan. Jadi elemen yang mempunyai
jatidiri yang tepat adalah elemen yang bermakna dalam keseluruhan, jatidiri yang
tidak tepat akan lebur atau terlempar dari keseluruhan, sebaliknya jatidiri yang
tepat bukan saja mengukuhkan eksistensi, juga akan mempunyai nilai tambah
terhadap keseluruhnya.
Lembaga pendidikan yang memliki jatidiri adalah lembaga pendidikan
yang memilki identitas dan kekhasannya sendiri, sehingga memiliki perbedaan
dengan pendidikan lain pada umumnya, menunjukkan kemandirian, mampu
berinovasi, daya saing yang tinggi, program kegiatan pendidikan tertentu ada yang
unggulkan, dan outputnya sangat diharapkan oleh masyarakat.

B. Masyarakat Sedang Berkembang


Tahapan pembangunan masyarakat Indonesia saat ini sedang
meningkatkan tarap hidup masyarakat melalui proses industrialisasi, dengan era
industrialisasi maka, bukan hanya berbicara mengenai tumbuh kembangnya
berbagai macam industri dengan sarana serta sumber pendukungnya, tetapi juga
lahirnya suatu bentuk masyarakat tertentu dengan ciri-ciri khususnya ialah
masyarakat industri, sedangkan masyarakat industri biasanya bertentangan dengan
masyarakat agraris dengan ciri-ciri yang khas. Peralihan masyarakat agraris ke
masyarakat industri merupakan suatu proses yang multikompleks, namun
bukannya tidak dapat direkayasakan dalam pengertian diidentifikasi masalah
secara cepat dan tepat sehingga dapat disusun rencana kerja yang dapat
mengarahkan perkembangan masyarakat kearah yang lebih tepat untuk mencapai
tujuan nasional.
Salah satu program yang dapat menyiapkan dan merekayasakan arah
perkembangan masyarakat Indonesia masa depan ialah pendidikan. Masyarakat
industri masa depan memberi peluang yang besar bagi pengembangan manusia,
namun dapat menjadi pembunuh pengembangan manusia apabila masyarakat
tidak dipersiapkan untuk hidup dan menghidupi masyarakat industri tersebut.

C. Perspektif Masyarakat Masa Depan


Masyarakat Indonesia dewasa ini sedang mengkaji sosok masyarakat
Indonesia masa depan, sebagaimana dituangkan dalam RPJP-II. Sosok masyarakat
masa depan tentunya dapat dilihat dari berbagai segi. Aspek kehidupan
masyarakat masa depan yang didominasi oleh masyarakat industri. Nilai-nilai itu
terbentuk baik oleh karena nilai-nilai itu inheren dalam masyarakat industri
dengan kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan, maupun nilai-nilai yang ingin
diciptakan bagi kelanggengan kehidupan masyarakat Indonesia yang kita cita-
citakan bersama, yaitu nilai-nilai pancasila.
Proses perubahan tata-nilai akan berjalan sesuai dengan dinamika
masyarakat dalam era tertentu. Perubahan nilai-nilai pada generasi yang
mendahului sebagian atau seluruhnya masih tetap hidup dalam generasi
berikutnya. Nilai-nilai yang dominan pada setiap generasi ada yang bernilai positif
namun ada juga yang negatip. Oleh sebab itu perlu kita identifikasikan sejak dini
dan waspada untuk mengurangi pengaruhnya atau menghidarinya. Sebaiknya
nilai-nilai positif seperti intelektualisme dalam generasi kedua perlu dimanfaatkan
bagi kemajuan pengembangan iptek dan kesejahteraan masyarakat yang sebesar-
besarnya tanpa jatuh kepada sikap intelektualistik yang kering terhadap nilai-nilai
humanisme. Demikian pula nilai-nilai nasionalisme dan patriotism dalam
generasi pertama perlu kita jaga dan langgengkan karena merupakan dasar dari
lahirnya Republik Proklamasi 1945

D. Sistem Pendidikan Nasional Yang Diperlukan Masyarakat Masa Depan


Pendidikan merupakan sebagian dari kehidupan masyarakat dan juga
sebagai dinamisator masyarakat. Sebagaimana kita ketahui bahwa sektor
pendidikan selalu terbelakang dalam berbagai pembangunan lainnya bukan saja
karena sektor itu lebih dilihat dari berbagai sektor konsumtif juga karena “by
definition” pendidikan adalah menjaga status quo masyarakat itu sendiri. Dalam
aspek ini peranan pendidikan sangat strategis karena menjadi tiang sanggah dari
kesinambungan masyarakat itu sendiri. Betapa runyamnya kehidupan
dimasyarakat bila tidak ada dasar pijakan dan bintang penunjuk jalan.
Perkembangan generasi nilai-nilai dalam masyarakat akan berkesinambungan
antar generasi. Nila-nilai dasar akan semakin kokoh dalam perjalanan kehidupan
bangsa seperti nasionalisme dan patriotisme sebagai nilai-nilai generasi pertama.
Sudah tentu nilai-nilai luhur itu perlu tempa, dihaluskan dan diasah terus-menerus
sesuai dengan perubahan kehidupan. Inilah salah satu tugas dari system
pendidikan nasional (SISDIKNAS), menjaga, melestarikan, dan mengembangkan
nilai-nilai luhur bangsa.
Sistem pendidikan harus mampu menghadapi dinamika dari kehidupan
nasional. Masyarakat akan terus berubah dan setiap perubahan membawa nilai-
nilai baru. Ada yang sejalan dengan nilai-nilai yang berlaku tatapi banyak juga
yang justru berlawanan. Apalagi kehidupan manusia Indonesia telah
mengglobalisasi sehingga tidak bisa mengelak dari perubahan-perubahan di dunia.
SISDIKNAS sebagai bagian dari system manajemen pembangunan nasional
seyogyanya sensitif terhadap gerak perubahan itu agar dapat menyiapkan generasi
muda yang tanggap dan dapat ikut mengarahkan dinamika perubahan masyarakat
tersebut.

E. Peranan Lembaga-Lembanga Pendidikan Untuk Masyarat Masa Depan


Lembaga-lembaga pendidikan tentunya tidak terlepas dari tugas nasional
baik dalam fungsinya untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan
mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia (pasal 3 SISDIKNAS No. 2
Tahun 1989 ), maupun dalam usaha mencapai tujuan pendidikan nasional untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya Pasal 4). Karena tugas pendidikan nasional sangat berat, pasal 47
SISDIKNAS mengatakan tentang kemitraan masyarakat dalam ikut serta
menyelenggarakan pendidikan nasional, masalah ciri khas satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat tetap diindahkan, dan syarat-syarat dan tata cara
dalam penyelenggaraan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

1. Kemitraan
Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluas-
luasnya untuk berperan-serta dalam menyelenggarakan pendidikan nasional
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. GBHN 1988 dengan jelas
menempatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
“Perguruan swasta sebagai bagian dari system pendidikan nasional perlu terus
didorong untuk meningkatkan pertumbuhan, peranan dan tanggung jawab serta
mutu pendidikannya dengan tetap mengindahkan ciri-ciri khas perguruan
swasta yang bersangkutan serta syarat-syarat pendidikan secara umum”
Repelita I sampai dengan repelita V sekarang ini telah berjalan dengan
sukses, adapun yang tidak tercapai dalam bidang pendidikan tidak terlepas dari
peran serta masyarakat, walaupun pada kenyataannya masih kurang
memuaskan jika kita mengacu kepada apa yang diamatkan dalam GBHN yaitu
prioritas utama bidang pendidikan ialah untuk meningkatkan mutu pendidikan
pada semua jenis dan jenjang pendidikan, kebutuhan akan tenaga terampil
yang cukup dalam jumlah yang memadai.
Sebagai bahan ilustrasi pada perguruan tinggi.
Pemerintah tidak mungkin meningkatkan mutu pendidikan tinggi nasional
tanpa ikut sertanya PTS. Jadi pemerintah tidak mungkin untuk menambah
jumlah PTN namun angka partisipasi pendidikan tinggi tetap ditingkatkan agar
lebih meluas kesempatan bagi warga negara kita mengecap pendidikan tinggi.
PTS dalam mengembangkan sumber daya manusia terdidik tingkat atas sebagai
mitra dari PTN dalam pembangunan nasional juga telah memberikan
sumbangan yang berharga dalam penyempurnaan PTN sebagai mitranya dalam
kaitan dengan pelaksanaan PP No. 30 Tahun 1990.
Dalam rangka meningkatkan dinama perguruan tinggi agar sesuai
dengan gerak pembangunan nasional maka kepada perguruan tinggi akan
diberikan otonomi perguruan tinggi sesuai dengan PP No. 30 Tahun 1990,
meliputi sekurang-kurangnya dua hal yaitu :
a. Otonomi pengelolaan kelembagaan
Dalam hal mengelolaan kelembagaan PTS mungukin mempunyai selangkah
lebih maju dari mitranya PTN, karena PTN sangat tergantung pada berbagai
perundang-undangan dan peraturan yang menyebabkan lembaga tersebut
sangat terbatas ruang geraknya dan sangat tergantung kepada sumber-
sumber pemerintah.
b. Otonomi dalam bidang akademik
Karena memiliki ruang gerak yang relative lebih luas dari PTN, dengan
sumber yang relative lebih luas dan bervariasi, maka dapat mengembangkan
program-program eksperimentasi, melaksanakan penelitian-penelitian yang
belum sanggup dilaksanakan oleh PTN atau untuk pelengkap program-
program PTN yang sangat dibutuhkan dan mendesak, di negara yang telah
maju dengan tradisi yang telah lama dalam penyelenggaraan pendidikan
tinggi tidak jarang PTS memegang peranan yang memimpin (leading role)
dalam pengembangan barbagai cabang ilmu pengetahuan, pengembangan
ilmu-ilmu terapan untuk bidang industri serta tingkah laku manusia.
Tujuan dan kegiatan perguruan tinggi dinyatakan dalam program
belajarnya atau kurikulum. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, sewajarnya apabila program belajar diperguruan tinggi itu
dinamis, fleksibel dan reseptif atas kemajuan.
Apa yang telah diuraikan di atas mengenai perguruan tinggi, juga
berlaku untuk satuan-satuan pendidikan lainnya seperti sekolah menengah,
pendidikan dasar, dan pendidikan pra-sekolah, meskipun besaran masalahnya
tidak segawat yang dihadapi perguruan tinggi. Namun demikian peluang dari
satuan-satuan pendidikan ini dalam pengembangan SISDIKNAS tidak lebih
kecil dari pada perguruan tinggi. Apabila saat ini satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat baru sekedar mengacu kepada sekolah
pemerintah untuk kebutuhan universal, maka dengan tercapainya tahap
wajib belajar untuk tingkat dasar, sudah tiba waktunya sekolah-sekolah swasta
untuk mewujudkan kekhasannya dengan lebih sempurna dalam meningkatkan
mutu pendidikannya. Peningkatan mutu bukan hanya dalam mutu akademi
sesuai dengan dengan standar nasional, juga dalam aspek-aspek pendidikan
lainnya misalnya disiplin, kewirausahaan, pendidikan agama, kewiraan, serta
inovasi-inovasi pendidikan lainnya.

2. Lembaga Pendidikan PGRI


PGRI merupakan suatu organisasi profesi yang dari kancah perjuangan
kemerdekaan Republik, maka cita-cita PGRI tidak dapat dipisahkan dari cita-
cita Republik Proklamasi. Ada dua rangkaian nilai yang diemban oleh PGRI
yaitu : nasionalisme dan patriotisme. Kedua rangkaian itu merupakan nilai-
nilai perjuangan atau nalai-nilai 45 yang ingin dilestarikan. Pelaksanaan kedua
rangkaian nilai yang dapat dianggap sebagai jatidiri dari lembanga pendidikan
PGRI tentunya tidak terlepas dari tujuan SISDIKNAS. Selanjutnya bagaimana
kedua rangkaian nilai itu dijabarkan dalam program lembaga pendidikannya
secara lebih menonjol sehingga memberi nilai-nilai terhadap SISDIKNAS
tanpa menyebabkan SISDIKNAS itu kehilangan bentuk atau salah bentuk.
PGRI adalah organisasi perjuangan dan kini ditambah lagi dengan
organisasi profesi. Hendaknya pula PGRI mejadi organisasi pejuang profesi
atau organisasi pelopor peningkatan dalam meningkatan profesi guru dan
kependidikan. Jiwa kepeloporan ini hendaknya diterjamahkan dalam jatidiri
lembaga-lembaga pendidikan PGRI agar menjadi salah satu lembaga
pendidikan pelopor bagi pengembangan pendidikan nasional (the frontier of
nasional education innovation). Sebagai organisasi pendidikan swasta,
lembaga-lembaga pendidikan PGRI mempunyai banyak peluang untuk menjadi
pelopor dalam berbagai inovasi pendidikan seperti pendidikan dasar yang
diarahkan kepada kebutuhan dan pengembangan sumber daya.
Berbagai alternatip perlu dikembangkan dan dikaji dari berbagai segi
terutama dari fasibilitas pelaksanaannya dalam jangka waktu sedikitnya 25
tahun yang akan datang mengingat penidikan meminta waktu cukup panjang.
Dengan lahirnya UU Nomor 2 Tahun 1989 serta menghadapi RPJP Kedua yang
sudah diambang pintu. Sekarang adalah waktu yang tepat bagi lembaga
pendidikan PGRI untuk merumuskan jatidirinya dan menjabarkannya untuk
ikut mengisi dan mengembangkan SISDIKNAS.

Anda mungkin juga menyukai