1. Kemitraan
Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluas-
luasnya untuk berperan-serta dalam menyelenggarakan pendidikan nasional
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. GBHN 1988 dengan jelas
menempatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
“Perguruan swasta sebagai bagian dari system pendidikan nasional perlu terus
didorong untuk meningkatkan pertumbuhan, peranan dan tanggung jawab serta
mutu pendidikannya dengan tetap mengindahkan ciri-ciri khas perguruan
swasta yang bersangkutan serta syarat-syarat pendidikan secara umum”
Repelita I sampai dengan repelita V sekarang ini telah berjalan dengan
sukses, adapun yang tidak tercapai dalam bidang pendidikan tidak terlepas dari
peran serta masyarakat, walaupun pada kenyataannya masih kurang
memuaskan jika kita mengacu kepada apa yang diamatkan dalam GBHN yaitu
prioritas utama bidang pendidikan ialah untuk meningkatkan mutu pendidikan
pada semua jenis dan jenjang pendidikan, kebutuhan akan tenaga terampil
yang cukup dalam jumlah yang memadai.
Sebagai bahan ilustrasi pada perguruan tinggi.
Pemerintah tidak mungkin meningkatkan mutu pendidikan tinggi nasional
tanpa ikut sertanya PTS. Jadi pemerintah tidak mungkin untuk menambah
jumlah PTN namun angka partisipasi pendidikan tinggi tetap ditingkatkan agar
lebih meluas kesempatan bagi warga negara kita mengecap pendidikan tinggi.
PTS dalam mengembangkan sumber daya manusia terdidik tingkat atas sebagai
mitra dari PTN dalam pembangunan nasional juga telah memberikan
sumbangan yang berharga dalam penyempurnaan PTN sebagai mitranya dalam
kaitan dengan pelaksanaan PP No. 30 Tahun 1990.
Dalam rangka meningkatkan dinama perguruan tinggi agar sesuai
dengan gerak pembangunan nasional maka kepada perguruan tinggi akan
diberikan otonomi perguruan tinggi sesuai dengan PP No. 30 Tahun 1990,
meliputi sekurang-kurangnya dua hal yaitu :
a. Otonomi pengelolaan kelembagaan
Dalam hal mengelolaan kelembagaan PTS mungukin mempunyai selangkah
lebih maju dari mitranya PTN, karena PTN sangat tergantung pada berbagai
perundang-undangan dan peraturan yang menyebabkan lembaga tersebut
sangat terbatas ruang geraknya dan sangat tergantung kepada sumber-
sumber pemerintah.
b. Otonomi dalam bidang akademik
Karena memiliki ruang gerak yang relative lebih luas dari PTN, dengan
sumber yang relative lebih luas dan bervariasi, maka dapat mengembangkan
program-program eksperimentasi, melaksanakan penelitian-penelitian yang
belum sanggup dilaksanakan oleh PTN atau untuk pelengkap program-
program PTN yang sangat dibutuhkan dan mendesak, di negara yang telah
maju dengan tradisi yang telah lama dalam penyelenggaraan pendidikan
tinggi tidak jarang PTS memegang peranan yang memimpin (leading role)
dalam pengembangan barbagai cabang ilmu pengetahuan, pengembangan
ilmu-ilmu terapan untuk bidang industri serta tingkah laku manusia.
Tujuan dan kegiatan perguruan tinggi dinyatakan dalam program
belajarnya atau kurikulum. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, sewajarnya apabila program belajar diperguruan tinggi itu
dinamis, fleksibel dan reseptif atas kemajuan.
Apa yang telah diuraikan di atas mengenai perguruan tinggi, juga
berlaku untuk satuan-satuan pendidikan lainnya seperti sekolah menengah,
pendidikan dasar, dan pendidikan pra-sekolah, meskipun besaran masalahnya
tidak segawat yang dihadapi perguruan tinggi. Namun demikian peluang dari
satuan-satuan pendidikan ini dalam pengembangan SISDIKNAS tidak lebih
kecil dari pada perguruan tinggi. Apabila saat ini satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat baru sekedar mengacu kepada sekolah
pemerintah untuk kebutuhan universal, maka dengan tercapainya tahap
wajib belajar untuk tingkat dasar, sudah tiba waktunya sekolah-sekolah swasta
untuk mewujudkan kekhasannya dengan lebih sempurna dalam meningkatkan
mutu pendidikannya. Peningkatan mutu bukan hanya dalam mutu akademi
sesuai dengan dengan standar nasional, juga dalam aspek-aspek pendidikan
lainnya misalnya disiplin, kewirausahaan, pendidikan agama, kewiraan, serta
inovasi-inovasi pendidikan lainnya.