Anda di halaman 1dari 20

001

KAMUS DWIBAHASA
Bakumpai - Indonesia

Penyusun: Iwan Fauzi


Penyunting Umum: Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.
Penerbit: Araska Publisher, Yogyakarta.
ISBN: 978-623-7145-50-9

Edisi Pertama, 2019.


Hak Cipta dilindungi Undang-undang
All rights reserved
© Araska Publisher, 2019

002
Ketentuan Hukum Pidana
Tentang Hak Cipta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2014
Tentang Hak Cipta
Pasal 113
1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran
hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah).
2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa ijin
pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran
hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk
penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa ijin
pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran
hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk
penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp.1.000.000.000 (satu miliar rupiah).
4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp.4.000.000.000
(empat miliar rupiah).

i
KATA PENGANTAR
Perkembangan kosa kata Bahasa Bakumpai dalam beberapa
dekade terakhir ini semakin tergerus. Tergerusnya bahasa daerah
ini ditandai oleh munculnya beragam kosa kata serapan baru yang
disebabkan oleh interaksi budaya dan interferensi sesama bahasa
daerah bersaing yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah dan juga
tak lepas dari pengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Sejalan dengan fenomena tersebut, upaya untuk mendokumen-
tasikan Bahasa Bakumpai dalam bentuk “Kamus” merupakan
upaya positif untuk melestarikan bahasa tersebut di kemudian hari.

Kamus Dwibahasa Bakumpai—Indonesia ini disusun untuk


(1) penutur bahasa non-Bakumpai yang ingin mempelajari Bahasa
Bakumpai, dan (2) penutur muda orang Bakumpai yang sudah
tidak pernah lagi menggunakan Bahasa Bakumpai di komunitasnya
sehingga ia mulai kehilangan identitas tutur secara sosial. Bentuk
dan susunan kamus ini pun dibuat sepraktis mungkin dengan
tidak menggunakan simbol penanda khusus dalam pemerian
kata berimbuhan dan dalam penanda entri kata pada contoh
kalimat seperti layaknya kamus dwibahasa pada umumnya. Hal
ini dilakukan supaya pembaca dan pembelajar dapat memahami
dengan cepat dan praktis tentang isi kamus ini.

Selain itu, Kamus Dwibahasa Bakumpai—Indonesia ini


memuat kata dasar sebagai entri kata, sedangkan kata berimbuhan,
kata majemuk, dan kata berkolokasi sebagai sub-entri kata. Entri
kata pada kamus ini disertai dengan label kelas kata serta contoh
pemakaian kata dalam konteks kalimat sehingga pembaca dapat
memahami penggunaan kata dimaksud dalam kalimat. Kamus ini

ii
juga membedakan kata yang berkategori homonim dan polisemi
sehingga kedua jenis leksikal tersebut tak akan bercampur dalam
satu entri. Atas dasar inilah penyusun membuat sebuah karya
leksikografi yang praktis dan mudah untuk digunakan baik bagi
pembaca maupun pembelajar.

Penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih yang setingi-


tingginya kepada Bapak Dr. HM. Riban Satia, M.Si. (Walikota
Palangka Raya 2013-2018); Bapak Fairid Naparin, SE. (Walikota
Palangka Raya 2018-2023); dan Ibu Absiah, SE (Kepala Badan
PKAD Kota Palangka Raya) yang telah memberikan bantuan
untuk penyusunan dan penerbitan kamus ini melalui Dana Hibah
Daerah Pemerintah Kota Palangka Raya Tahun 2017 dan Tahun
2019. Hal yang sama pula disampaikan kepada lembaga Pusat
Kajian Bahasa Daerah dan Budaya Kalimantan Tengah (Centre
for Vernacular and Cultural Studies) yang sudah memfasilitasi
penyusunan kamus ini dengan pihak Pemerintah Kota Palangka
Raya.

Selain itu penyusun mengucapkan terima kasih banyak


kepada Jamaludin, Arif, Suryansah, dan warga Bakumpai di
kampung Ngaju Kantor, Kota Marabahan yang telah bersedia untuk
dijadikan tempat pengumpulan data penyusunan kamus ini. Terima
kasih juga penyusun sampaikan kepada Bapak Setia Budhi, Ph.D
yang telah merekomendasikan tempat diadakannya riset kamus
ini dan beberapa saran serta informasi awal tentang lokasi yang
tepat untuk pengumpulan data. Tak lupa juga penyusun sampaikan
terima kasih yang tak terhingga kepada saudara Nasrullah, MA
yang telah sudi menemani perjalanan riset pendek di Marabahan
dan telah menyumbang beberapa gagasan tambahan pada rubrik
berjilid di facebook berjudul Merawat Kebakumpaian. Pun kepada

iii
beberapa penduduk tempatan di tepian Ulek Marabahan yang
telah direkam isi percakapan vernakuler mereka sehingga ikut juga
menyumbang data dalam kamus ini.

Hal yang tak kalah penting juga, sebuah apresiasi yang tinggi
disampaikan kepada sekitar 38 orang mahasiswa berdialek tutur
Bakumpai ‘Ngaju’ (asal Puruk Cahu, Muara Teweh, dan Buntok)
yang penyusun jadikan sebagai sampel simulasi ‘simak-cakap’
untuk data pembanding dalam kamus ini karena data primer kamus
ini diambil dari dialek tutur Bakumpai ‘Ngawa’ di Marabahan.
Penyusun pun memberikan apresiasi yang sama kepada Resha
Melinda, Beny, Sahid, dan Yunita yang telah membantu penyusun
dalam mentranskripsi data audio menjadi konkordansi data teks;
juga kepada Ermy, Wanda, Nofiatul, Jannatun, dan Ika Haryati
yang sudah memberikan asistensi mereka untuk transfer data
mentah dari program Visual Basic menjadi data baku di program
MS office.

Penyusun pun akhirnya menyadari bahwa Kamus Dwibahasa


Bakumpai--Indonesia ini masih banyak memiliki kekurangan
sehingga penyusun bertekad untuk memperbaharuinya pada edisi
berikutnya dengan tambahan lema Indonesia--Bakumpai. Saran
dan kritik sangat diharapkan dan dapat disampaikan ke pihak
lembaga Centre for Vernacular and Cultural Studies melalui
email: pusatkajian.bdb@gmail.com. Semoga kamus dwibahasa
ini bisa bermanfaat bagi yang ingin belajar Bahasa Bakumpai dan
pembaca ‘uluh Bakumpai’ sendiri.

Palangka Raya, 01 Juli 2019  Penyusun

iv
Daftar Isi
Ketentuan Hukum Pidana Tentang Hak Cipta.................................i
Kata Pengantar........................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................v
Petunjuk Praktis Pemakaian Kamus............................................... vii
Sumber Data Kamus..............................................................................xi

BAKUMPAI - INDONESIA
A................................................................................................................. 1
B................................................................................................................19
C................................................................................................................44
D...............................................................................................................51
E................................................................................................................60
G...............................................................................................................64
H...............................................................................................................78
I.................................................................................................................97
J...............................................................................................................104
K..............................................................................................................114
L..............................................................................................................150
M.............................................................................................................168
N.............................................................................................................176
O.............................................................................................................180
P..............................................................................................................181

v
R..............................................................................................................201
S..............................................................................................................212
T..............................................................................................................235
U.............................................................................................................261
W............................................................................................................269
Y..............................................................................................................270

vi
PETUNJUK PRAKTIS
PEMAKAIAN KAMUS
A. Label Kelas Kata
adj adjektiva (kata sifat)
adv adverbia (kata keterangan)
n nomina (kata benda)
num numeralia (bilangan)
p partikel (kata tugas, kata tanya, preposisi,
konjungsi, negasi, penegas)
pref prefiks
pron pronomina
suff suffiks
v verba (kata kerja)
vt verba transitif
vtt verba tak transitif

B. Singkatan Kata
dg dengan
dl dalam
dsb dan sebagainya
pd pada
thd terhadap
ttg tentang
yg yang

vii
C. Simbol-simbol dan Tanda Baca
1. Huruf Cetak Tebal
Huruf yang dicetak tebal adalah lema, sublema, gabungan
kata (berafiks atau tidak), angka polisemi, dan angka
subskrip.
2. Huruf Cetak Miring
Huruf-huruf yang dicetak miring digunakan untuk
menuliskan label kelas kata, dan contoh pemakaian
kalimat dalam bahasa Bakumpai.
3. Angka Cetak Tebal.
• Angka polisemi (1 ........, 2 .........,) adalah angka yang
menunjukkan kalau kata itu memiliki makna lebih dari
satu; arti pertama, kedua dan seterusnya).
• Angka superskrip (1..., 2..., 3...,) adalah angka yang
menandai bentuk homonim (kata yang sama bentuknya
tetapi memiliki arti yang berbeda).
4. Tanda Panah 
Tanda panah dipakai untuk menunjukkan kata yang
dirujuk; atau menyuruh pembaca untuk melihat kata yang
ditunjuki panah.
5. Garis Miring /... /
Garis miring /... / dipakai untuk lafal kata yang mengandung
unsur bunyi /ê/, bunyi /aw/, bunyi /wu/, bunyi /we/, bunyi /
ay/, bunyi /ye/, dan bunyi /yi/ agar tidak terjadi kesalahan
di dalam melafalkan kata.

viii
D. Pelafalan
1) Semua huruf [e] dalam Bahasa Bakumpai diucapkan
dengan bunyi /ê/ yang diartikulasikan melalui bunyi
vokal menengah bagian depan (fronted midvowel).

2) Diftong [au] diucapkan dengan bunyi /aw/; ikau, balau,


andau, hanau, dsb.
• Namun ada konsonan ganda [au] diakhir suku kata
tidak dibunyikan /aw/ tetapi dibunyikan /awu/ (bunyi
W tipis) seperti gantau /gantawu/, tau /tawu/, sau /
sawu/, dsb.
3) Diftong [ai] diucapkan dengan bunyi /ay/; wadai,
bahalai, pantai, dsb.
• Namun ada vokal ganda [ai] di akhir suku kata tidak
dibunyikan /ay/ tetapi dibunyikan /ayi/ (bunyi Y tipis)
seperti tanai /tanayi/, tai /tayi/, mandai /mandayi/, dsb.
4) Vokal [ea] di akhir suku kata diucapkan dengan bunyi /
eya/; hamparea, sandeah, teah, dsb.
5) Akhiran –nya dalam Bahasa Indonesia yang berarti
penanda kepemilikan orang ketiga (pronomina posesif)
memiliki padanan akhiran –e, –eh, atau –ey dalam
bahasa Bakumpai. Ketiga varian pronomina posesif
ini bisa muncul tergantung pada dialek geografis asal
penutur. Misalnya, untuk kata arti e, arti eh, dan arti
ey sama-sama mengacu pada makna yang sama, yaitu
[artinya].
6) Selain ketiga suffiks di atas, ada juga beberapa variasi
pelafalan dalam bahasa Bakumpai untuk menandai kata
kepemilikan orang ketiga ini, yakni:

ix
• Suffiks –yeh atau –ieh juga bisa menjadi penanda
kepemilikan orang ketiga bila kata benda yang
menjadi kata dasar berakhiran dengan bunyi /u/,
seperti bulu  buluyeh atau buluieh (bulunya), silu
 siluyeh atau siluieh (kukunya), dst; dan bunyi /a/
seperti ara  arayeh atau araieh (namanya), mata
 matayeh atau mataieh (matanya), dst.

7) Prefiks di- dalam Bahasa Indonesia untuk kalimat pasif


memiliki padanan prefiks i-, iy-, atau y- dalam bahasa
Bakumpai. Ketiga varian prefiks ini bisa muncul
tergantung pada dialek geografis asal penutur. Misalnya,
untuk kata alang [lihat] bisa dipasifkan menjadi ialang,
iyalang, dan yalang yang sama-sama mengacu pada
makna yang sama, yaitu [dilihat].

x
SUMBER DATA KAMUS
Data Primer
Data primer atau pangkal data utama (korpus) yang
digunakan untuk menyusun kamus ini berasal dari percakapan
tuturan berbahasa Bakumpai yang direkam dari penutur asli orang
Bakumpai ‘Ngawa’ di Marabahan dan percakapan penutur asli
orang Bakumpai ‘Ngaju’ asal Puruk Cahu, Muara Teweh, dan
Buntok; serta tuturan dan ujaran berbahasa Bakumpai di internet
seperti komunitas Bakumpai di media sosial facebook.

Data Sekunder
Berikut adalah daftar sumber data sekunder atau data pem­ban­
ding yang digunakan dalam persiapan penyusunan kamus ini.
Fauzi, Iwan. (2017). Kamus Pelajar Dayak Ngaju-Indonesia,
Indonesia-Dayak Ngaju. Edisi kedua, Cetakan ketiga.
Jogjakarta: Araska Publisher.
Hardaniwati, dkk. (2003). Kamus Pelajar: Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama. Jakarta: Pusat Bahasa.
ISD. Kumpulan Cerita Rakyat Bakumpai. Diterbitkan oleh Institute
for Sustainable Development bekerja sama dengan Pemerintah
Kabupaten Barito Kuala.
Kridalaksana, Harimurti. (1984). Kelas Kata dalam Bahasa
Indonesia. Jakarta: Gramedia.

xi
Pusat Bahasa. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

xii
BAKUMPAI - INDONESIA

xiii
A
abir v lempar dengan kasar atau acung v adu; bujuk (supaya
sembarang. Abir salawar berkelahi).
dite akangkuh. Lempar maacung v mengadu. Buhen
celana itu untuk saya. ikau maacung anakuluhan
iabir v dilempar dengan bakalahi. Kenapa kamu
kasar atau sembarang. Baju mengadu anak-anak
te iabir uma kan likur. Baju berkelahi.
itu dilempar ibu ke belakang. iacung v diadu.
maabir v melempar dengan ada v ada, terdapat. Pada
kasar atau sembarang. Buhen zaman karuhun, ada ije
ikau maabir baju adingum kungan hatueyan ji melai si
te? Kenapa kamu melempar kampung. Pada zaman dulu
baju adikmu itu? kala, ada satu orang laki-laki
abut v ribut gaduh. Buhen yang tinggal di kampung.
maka ketuh abut si huang baada v berada. Hal jituh
humakuh? Kenapa kalian piji incaruman kakakeh
ribut di dalam rumahku? wayah awen baada si tana.
baabutan v sedang ribut- Hal ini pernah dibicarakan
ribut. Awen baabutan si oleh kakaknya saat mereka
huma bawi dite. Mereka berada di ladang.
sedang ribut-ribut di rumah adat n adat, tradisi. “Itah
perempuan itu. te bahampahari Ka ai,
mampaabut v membuat kakueh beh adat istiadat
ribut; meributkan. jida mambolehan hal jite.”
kaabut n keributan, “Kita itu berkeluarga kak,
kegaduhan. Ikiy ida maku bagaimanapun adat istiadat
maawi kaabut. Kami tidak tidak memperbolehkan hal
mau membuat keributan. itu”.
acan n terasi. ading n adik; sapaan untuk
acara n acara. Imbahte, orang yg lebih muda.
ilangsungkan acara Adingkuh jida tame sekolah
bakawinan Yujung Helo marga iye haban. Adikku
dengan Bungsu. Setelah tidak masuk sekolah karena
itu, dilangsungkan acara dia sakit.
pernikahan Yujung Helo dan adingeh n adiknya. Patih
si Bungsu. Bahandang Balau makin

1
W
wada, mawada v mencela. Ela warah v ejek, goda.
hawas mawada uluh. Jangan mawarah v mengejek;
terlalu mencela orang. menggoda. Rajin banar lah
wadah n tempat menyimpan ikau mawarah uluh. Suka
sesuatu (makanan, buah, sekali ya kamu mengejek
barang-barang dsb). orang.
bawadah v menggunakan iwarah v diejek; digoda.
wadah. Imbit lauk eh Iwarah awen iki mahalau
bawadah akan uma hite. Kami digoda mereka
um. Bawakan ikannya lewat di situ.
menggunakan wadah untuk warang n besan. Umakuh
ibumu. hasupa dengan warang eh.
wadai n kue. Ibu saya bertemu dengan
wadai keyang n kue kering. besannya.
Iki mawi wadai keyang akan waris, mawaris v mewarisi.
bahari raya. Kami membuat Mula mawaris sipat apa eh
kue kering untuk berlebaran. anak uluh jituh. Memang
wadi n ikan yg diawetkan mewarisi sifat ayahnya anak
melalui rendaman air garam ini.
dalam waktu yg lama. wayu adj mau busuk (ttg
mawadi v membuat wadi; keadaan ikan yg sudah tak
mengawetkan ikan dl bentuk segar lagi). Wayu jadi lauk
wadi. Ucu eh lagi mawadi jikau. Ikan itu sudah mau
lauk patin. Tantenya sedang busuk.
membuat wadi ikan patin. wisa n bisa, racun dari serangga
wajik n kue tradisional yg atau binatang.
terbuat dari ketan dg warna bawisa adj berbisa. Mula
kecoklatan. bawisa mun kana tutuk
wala adj bengal, bandel. Wala handepe te. Memang berbisa
banar anak uluh jikau. bila terkena patuk ular itu.
Bandel sekali anak itu.
wawalaan adv kelihatan
bengal atau bandel.
Wawalaan kalakuan hatue
jite. Kelihatan bengal
perilaku lelaki itu.

269
Y
y- pref alomorf dari prefiks i-
yg bermakna di- pada kata
kerja transitif yg memiliki
huruf awalnya vokal.
Yandak, yusut, yamak, dsb.
Ditaruh, diusap, diberi alas,
dsb.
yaku pron saya; aku (orang
pertama tunggal).
yandeng n sebutan bagi anak
perempuan yg tomboy.
yang  diyang
yatak  atak
yaweh p siapa. Yaweh ikau tuh
yulah? Siapa ya kamu ini?
yaya, iyaya p pernyataan jijik
untuk sebuah keadaan yg
jorok atau kotor. Iyaya,
burek anak uluh te manjalua.
Ih menjijikkan, ingus anak
itu keluar.
yeh- suf akhiran bermakna -nya
untuk kata yg berakhiran
huruf vokal sebagai penanda
kepemilikan orang ketiga
tunggal. Ayuyeh, buluyeh,
dengayeh, dsb. Miliknya,
bulunya, dengannya, dsb.
yu  ayu
yuh  iyuh

270
Catatan:

272

Anda mungkin juga menyukai