Anda di halaman 1dari 52

PARTICIPATORY BUDGETING:

STUDI KASUS PORTO ALEGRE BRAZIL DAN SUMEDANG-INDONESIA

Suhirman

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN


KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG (ITB)
2011

Mengapa Studi Mengenai Anggaran Penting Dalam


Perencanaan?
Teori

Prakt
ek

Pengetah
uan
Kolektif

Produk
Perencan
aan

Mengarahkan
pada

Tindakan
Kolektif
yang
berorient
asi ke
masa
depan

Mengarahkan
pada

Implemen
tasi

Anggaran sektor publik merupakan


intermediary agar rencana dapat
dilaksanakan

Penganggaran adalah kegiatan untuk menterjemahkan sumber daya keuangan ke dalam tujuan manusia (Wildavsky, 1986)

Perencana secara siginifikan mempengaruhi kebijakan fiskal melalui keputusan dan rencana yang mereka laksanakan (Edward, 2007).

Hubungan antara perencanaan, penganggaran dan implementasi program sangatlah jelas (Snyder, 1988).

Penganggaran bukan semata-mata persoalan akuntansi dan administrasi melainkan persoalan alokasi sumber daya (Musgrave, 1988).

Penganggaran Partisipatif
Masalah Dasar Penganggaran
Atas dasar apa kita mengalokasikan X dolar untuk aktivitas A
daripada untuk aktivitas B? (Key, 1940).

Penganggaran Partisipatif
Alokasi sumber daya keuangan publik
berdasarkan pada:
Teori pilihan publik (public choice theory)
Teori principal agen (principals - agents
theory)
Teori demokrasi deliberatif.

Implikasi Kelembagaan
Fokus pada isu yang spesifik dan terukur
Devolusi dalam pengambilan keputusan kepada unit/kelembagaan
lokal
Pelibatan orang kebanyakan dalam isu-isu publik yang akan
berdampak pada mereka
Pengembangan wahana musyawarah untuk memecahkan isu publik.

PENGANGGARAN PARTISIPATIF
Secara generik, Penganggaran Partisipatif dapat
diartikan sebagai: mekanisme (atau proses)
melalui mana penduduk secara langsung
memutuskan atau berkontribusi terhadap
keputusan yang dibuat mengenai semua atau
sebagian sumber daya publik (anggaran) yang
tersedia (UNDP, 2000).

PENGANGGARAN DAERAH PARTISIPATIF DI


BERBAGAI NEGARA
Lebih dari 300 kota telah menjalankan pennggaran
partisipatif
Brazil: Alvorada, Belo Horizonte, Campinas Caxias do Sul,
Icapu, Porto Alegre, So Paulo
Negara Amerika Latin Lainnya: Cotacachi (Equador), Cuenca
(Equador), Ilo (Peru), Villa El Salvador (Peru), Montevideo
(Uruguay)
Eropa: Kordoba (Spanyol), Saint-Denis (Franscis)

Porto Alegre
Menjadi rujukan dalam penganggaran partisipatif
karena: 1) kota ini merupakan salah satu pioneer
dalam praktek peanggaran partisipatif, dan 2)
penerapan peanggaran partisipatif secara konsisten
di kota ini telah dihargai secara internasional (melaui
UNDP). Porto Allegre adalah kota terbaik dalam
manajemen pemerintahan.

Penganggaran Partisipatif
Studi mengenai praktek penganggaran partisipatif:
Menggambarkan struktur kelembagaan untuk penganggaran
partisipatif (Jacobi, 1999; Melo dkk, 2001; Wampler, 2000).
Menggambarkan perluasan kelompok-kelompok masyarakat
dalam proses penganggaran (Avritzer, 2000; Souza, 2001; Schneider
dan Baquero, 2006)
melihat dampak penganggaran partisipatif terhadap alokasi
sumber daya dan tingkat pembayar pajak (Schneider , 2007;
Santos, 1998; Souza, 2001; Snyder dan Baquero,2006) .
Proses pembelajaran sosial dalam penganggaran partisipatif
(Suhirman, 2011)

PARTICIPATORY BUDGETING: PORTO


ALEGRE

Participatory Budgeting di Porto


Alegre
Porto Alegre adalah ibukota negara-bagian Rio Grande de Sul salah satu kota di Brasil bagian selatan yang sering dijadikan
model pembangunan dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
Dalam kurun waktu dasawarsa 60-an sampai pertengahan 80-an
hampir seluruh negara di belahan Amerika Latin berada di bawah
kekuasaan diktator militer. Brasil mengalami kondisi seperti itu
antara 1964 sampai 1985.
Kota Porto Alegre melibatkan partisipasi masyarakat dalam
penyusunan anggaran pemerintah kota yang populer sebagai
Participatory Budgeting (Participatory Budgeting) yang
telah berjalan efektif sejak 1989 setelah terpilihnya walikota dari
partai sayap kiri, Partido dos Trabalhadores (PT) atau Partai
Pekerja Brasil pada 1988.
Dua momentum penting:
amandemen konstitusi dan beberapa undang-undang yang mengatur
hubungan antara pusat dan daerah
kemenangan kandidat PT dalam pemilihan walikota pada 1988.

Awal Pemerintahan Partido dos


Trabalhadores (PT)

Pengalaman Porto Alegre ini telah menularkan


penyelengaraan Participatory Budgeting di kota-kota
progresif lainnya di Brasil.
Sampai Juni 2000 diperkirakan lebih dari 100 kota di
Brasil telah menerapkan program Participatory
Budgeting.
Transformasi yang dihasilkan penyelenggaraannya
mencakup tiga hal, yakni:
1. Pembelajaran warga sekaligus pendidikan politik
anggaran secara langsung.
2. Mendorong terwujudnya keadilan sosial melalui kebijakan
dan pengalokasian anggaran yang lebih baik.
3. Reformasi birokrasi atau aparat pemerintahan.

Tahapan Kegiatan Participatory


Budgeting di Porto Alegre
Implementasi Participatory Budgeting di Brasil melalui
beberapa tahapan kegiatan, yakni
1.pertemuan tingkat warga (citizen)
2.pertermuan tingkat delegasi dan perwakilan

1. Pertemuan Persiapan Yang


Melibatkan Warga
Putaran pertama ini biasanya berlangsung pada
bulan Maret-April.
Pertemuan persiapan ini bersifat terbuka bagi
seluruh warga yang ingin terlibat dalam
Participatory Budgeting.

Bahasan pokok dalam pertemuan persiapan ini


adalah
1

Melakukan tinjauan terhadap pelaksanaan Participatory


Budgeting tahun sebelumnya

Presentasi anggaran kota oleh aparat


pemerintah kota

Setelah pertemuan persiapan selesai di tingkat kota,


selanjutnya dilaksanakan pada lingkungan tempat
tinggal (neighborhood meeting).
Pada pertemuan tersebut warga dapat
mengemukakan keinginannya mengenai masalahmasalah apa saja yang akan menjadi investasi
infrastruktur prioritas dalam Participatory Budgeting.

2. Pertemuan Pleno Regional Dan Tematik


(Regional And Thematic Plenaries)
Masalah pokok yang dibahas dalam pertemuan ini
adalah:

1
2
3
4
5

Presentasi anggaran oleh pemerintah kota


Memilih tema atau jenis projek apa yang akan di
prioritaskan
Menentukan jumlah delegasi dan perwakilan
Memilih wakil yang akan duduk dalam Komite Participatory Budgeting
tingkat kota (City Participatory Budgeting Committee/COP)

Memilih delegasi untuk Forum Delegasi Warga

Tahapan pertemuan tingkat warga diharapkan berakhir pada


bulan Juni. Mulai Juni dan bulan-bulan berikutnya pertemuan
hanya diikuti oleh mereka yang terpilih menjadi anggota
delegasi dan perwakilan warga.
Forum Delegasi Warga berlangsung pada Juni dengan pokok
bahasan:
1. Tinjauan terhadap proteksi penerimaan dan belanja
pemerintah kota.
2. Para anggota Forum Delegasi Warga meninjau lokasi atau
kawasan yang membutuhkan untuk dibenahi segera, atau
kawasan yang membutuhkan prioritas penanganan.
3. Menentukan prioritas projek berdasarkan usulan dan
permintaan warga, dan mengelompokkannya sesuai
dengan tema atau masalahnya.

3. Pertemuan City Participatory


Budgeting Committee (COP)
Pada bulan Juli dilakukan pertermuan tingkat kota
yang dihadiri para wakil terpilih dalam City
Participatory Budgeting Committee (COP).
Agenda pertemuan ini adalah:
1

Para wakil terpilih yang baru mengambil alih dan


rnenggantikan para wakil dalam COP yang lama

Mengajukan usulan projek pekerjaan dan jenis


pelayanan yang menjadi prioritas kepada COP

Mendiskusikan keberadaan Congresso da Cidade


(City Congress) atau Kongres Kota

Selama periode Juli sampai Desember COP bekerja dengan


agenda:
1. Bekerjasama dengan pemerintah kota untuk menyesuaikan
antara prioritas permintaan masyarakat yang telah dipilih
melalui pertemuan pleno regional dan tematik dengan
kekurangan kebutuhan infra-struktur dan permintaan
kebutuhan belanja pemerintah kota secara institusional
(utang, gaji pegawai,dan sebagainya).
2. Bekerjasama dengan pemerintah kota mempersiapkan
rencana anggaran serta rencana jasa pelayanan dan
investasi.
3. Memilih dan mengajukan rencana anggaran serta rencana
jasa pelayanan dan investasi kepada walikota dan DPRD.
4. Mendiskusikan dan menentukan perubahan menuju
perbaikan proses Participatory Budgeting selanjutnya.

Setelah melalui penyesuaian dengan kebutuhan


pemerintah kota biasanya proposal yang berupa
usulan anggaran sebagai hasil kerja COP diajukan ke
DPRD untuk mendapatkan persetujuan.

Keberhasila Porto Alegre


Berbagai pujian datang dari berbagai penjuru terhadap
implementasi Participatory Budgeting di Porto Alegre.
Pelaksanaan Participatory Budgeting akan kondusif
dan menuai hasil bila tercapai kondisi "bekerja untuk
semua dan seluruh warga merasa memiliki dan ikut
bekerja".
Pelaksanaan Participatory Budgeting di Porto Alegre
menuai keberhasilan dan oleh Bank Dunia dijadikan
model pengembangan pemerintahan perkotaan yang
demokratis dan partisipatif.

Konteks Kebijakan dan Kelembagaan


untuk Studi Kasus di Indonesia

Kerangka Hukum Prosedur Perencanaan dan


Penganggaran Daerah di Indonesia

Potensi Pembelajaran Sosial dalam


Penganggaran Daerah
Kerangka hukum dan kelembagaan pemerintahan daerah di Indonesia
memberi peluang bagi pembelajaran sosial dalam penganggaran daerah:
Ada kerangka hukum dan kelembagaan untuk alokasi sumber daya
keuangan yang memungkinkan terjadinya devolusi fiskal di tingkat
kabupaten.
Ada wahana dialog dan pengambilan keputusan yang diabsahkan secara
formal (Musrenbang).
Pembahasan Renja dan RKA-SKPD membuka peluang bagi partisipasi
warga.
Forum-forum pembahasan RAPBD di DPRD pada dasarnya terbuka untuk
publik.
Ada dukungan program untuk penguatan kapasitas di tingkat komunitas.
Ada dukungan lembaga internasional dan CSOs -Internasional, Nasional
dan Lokal- terhadap praktek penganggaran partisipatif.

Penganggaran Partisipatif di Kabupaten


Sumedang

Perubahan Kelembagaan
Isu dan Kelembagaan Lokal yang Memungkinkan terjadinya Pembelajaran Sosial
dalam Penganggaran di Kabupaten Sumedang
Keterbatasan
Kemampuan
Pembiayaan untuk
Pelayanan dan
Program
Pembangunan

Peluang
Peraturan di
Tingkat
Nasional

Persoalan
Mendasar
Alokasi
Anggaran di
Kabupaten
Sumedang
Mengembangkan kelembagaan
perencanaa anggaran yang lebih
terbuka dan demokratis dalam
pengambilan keputusan alokasi
sumber daya keuangan (Perda No.
1/2007)

Membuka Peluang
Bagi terjadinya
Proses
Belajar
melalui
Jaringan
Kelompok
Belajar

Tuntutan untuk
kebijakan alokasi yang
populis dan demokratis
(Pelayanan dasar,
Ekonomi Masyarakat,
Infrasatruktur
Komunitas)

Wahana-wahana Partisipasi

Wahana Pembelajaran Sosial


Pengumpulan dan pengolahan informasi
Dialog dam Pembentukan kesepakatan
Adopsi kesepakatan dalam keputusan formal

Wahana-wahana Partisipasi Anggaran


Wahana Belajar
Persiapan
Musrenbang

Proses Belajar
-

Musrenbang Desa (Januari


Februari)
-

Persiapan
Musrenbang
Kecamatan
Musrenbang
Kecamatan
(Maret)

Rapat Persiapan
Forum SKPD

Penetapan prioritas program berdasarkan pada


RPJMD
Penetapan besaran ADD, PIK dan PI SKPD
Arahan alokasi dana ADD, PIK dan PI SKPD
Informasi dana alokasi desa dan dana yang
bersumber dari APBD
Informasi prioritas pembangunan skala desa
Dialog dan kesepakatan
Menetapkan program skala desa, program usulan
untuk didanai PIK dan PI SKPD
Menetapkan delegasi desa (3 orang)
Kompilasi proposal program dari beberapa desa.
Informasi PIK dan PI SKPD
Informasi prioritas pembangunan skala kecamatan
dan kabupaten.
Dialog dan pembentukan kesepakatan
Pengambilan keputusan alokasi PIK dan usulan PI
SKPD.
Menetapkan delegasi kecamatan (5 orang)
Kompilasi proposal kecamatan.
Diskusi kesesuaian proposal program kecamatan
dengan proposal program SKPD yang bersumber dari
renstra SKPD.
Klasifikasi pendanaan proposal program (PIK dan PI

Jaringan Kelompok
Belajar
Panggar DPRD, Kepala
Bappeda, Sekretaris
Bappeda dan Kepala
Daerah
35 50 orang
-Masyarakat dan aparat
desa (partisipan bebas)
-Sekretaris Camat/Camat
-Anggota DPRD
-Fasilitator
Camat dan Sekretaris
Camat
35 75 orang
-3 orang delegasi tiap
desa
-Kecamatan
-SKPD
-Bappeda
-DPRD
-Fasilitator
SKPD (Kepala Dinas,
Kepala Bagian dan
Bagian Penyusunan
Program)

Wahana-wahana Partisipasi Anggaran


Kegiatan/Bulan
Forum SKPD
(April)

Proses Belajar
-

Rapat Persiapan
dan Pra
Musrenbang
Kabupaten
Musrenbang
Kabupaten
(April)

Kompilasi PIK untuk tiap SKPD dan PI SKPD.


Informasi prioritas pembangunan skala
kecamatan, kabupaten dan program nasional
untuk SKPD di kabupaten.
Dialog.
Pengambilan keputusan alokasi PIK dan
usulan PI SKPD.
Menetapkan delegasi SKPD (1 orang).
Kompilasi proposal program SKPD
Penyusunan Program Prioritas Kabupaten
Penyusunan Rancangan Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD)
Informasi rencana pembangunan Kabupaten,
provinsi dan Nasional
Informasi proposal program PIK dan PI SKPD
Penyepakatan proposal program.
Pemilihan FDM (26 orang mewakili 26
kecamatan + masing-masing 1 orang untuk
tiap SKPD)

Jaringan Kelompok
Belajar
35 100 orang
-Delegasi Kecamatan (5
orang).
-SKPD
-Bappeda
-DPRD
-Fasilitator
Bappeda (Sekretaris,
Kabid Pemerintahan dan
Sosial, Staf)
100 150 orang
-Delegasi kecamatan dan
SKPD.
-SKPD
-Bappeda
-DPRD
-Bupati/Wakil Bupati

Wahana-wahana Partisipasi Anggaran


Kegiatan/Bula
n
Pasca
Musrenbang

Proses Belajar
-

Pembahasan
KUA-PPAS
(Juni Oktober)

Pembahasan
RAPBD
(NovemberDesember)

Jaringan Kelompok
Belajar

Kompilasi proposal program hasil kesepakatan


Musrenbang
Penyusunan dan Penetapan RKPD

Bappeda dan FDM

Pembahasan dan Penetapan KUA (setelah ada


kepastian DAU dari pusat).
Pembahasan dan Penetapan PPAS (Pagu
Anggaran Sementara).
Pembahasan proposal program yang akan
didanai PIK dan PI SKPD berdasarkan PPAS.

50 100 orang

Pembahasan seluruh proposal program dalam


APBD.
Konfirmasi hasil pembahasan kepada FDM
Negosiasi FDM dengan DPRD manakala terjadi
keterbatasan anggaran untuk mendanai
seluruh proposal program PIK.

-FDM
-SKPD
-DPKAD
-Bappeda
-DPRD
-Bupati/Wakil Bupati
50 100 orang
-FDM.
-DPKAD
-Bappeda
-Badan Anggaran DPRD
-Bupati/Wakil Bupati

Wahana-wahana Partisipasi Anggaran (Informal)


Wahana Pembelajaran

Proses Belajar

Pelatihan Fasilitator

Transfer pengetahuan secara terstrukrut melalui pengajaran dan


diskusi

Pelatihan untuk Anggota FDM

Pertemuan dan diskusi Antara


Anggota FDM

Diskusi Antara Anggota FDM dengan


Bappeda/ SKPD/Kecamatan

Analisis Dokumen Anggaran

Transfer pengetahuan mengenai isu-isu pembangunan


Transfer pengetahuan mengenai posedur perencanaan dan
penganggaran
Peningkatan keterampilan diskusi dan negosiasi.
Transfer pengetahuan melalui tukal menukar pengalaman
diantara para anggota.
Pengembangan jejaring komunikasi dan advokasi
Diskusi mengenai perkembangan yang terjadi dalam
pembahasan anggaran.
Mengkonfirmasi perkembangan pembasan dengan
kesepakatan dalam forum musrenbang.
Mengembangkan strategi untuk komunikasi dengan
masyarakat, manakala proposal program tidak dapat
diakomodasi karena keterbatasan keuangan.
Mengembangkan strategi advokasi kepada DPRD manakala
DPRD dianggap tidak dapat mengakomodasi proposal
program hasil kesepakatan.
Tindakan praktis untuk mendiskusikan dan refleksi atas
perkembangan dokumen RAPBD.

Aktor Penganggaran Daerah Berdasarkan


Kewenangan dan Sumber daya yang dimiliki
Peran Aktor Dalam Konteks Tata Pemerintahan

Eksekutif
Penyediaan data
dan informasi
Pemrograman
Asistensi Teknis
Pelaksanaan &
Monev

Nota
kesepakata
n
Pembahas
an RAPBD
Penetapan
RAPBD

DPRD
Penyusunan
dan
penetapan
perda
Alokasi
Anggaran
Pengawasan

Monitoring
dan Diskusi
Kesepakatan/Keputu
san bersama

Masyarakat
Konsolidasi
partisipan
Agregasi
kepentingan
Memilih preferensi
Memilih delegasi
Monev

Komunikasi
Politik

Kelembagaan Perencanaan dan Penganggaran di


Kabupaten Sumedang: Jalur Keterwakilan
Masyarakat (FDM)

Analisis Aktor Belajar dalam Penganggaran


Daerah
Klasifikasi Kelompok Belajar
Rapat dan
Pertemuan
Informal

Learning
by doing

Kelompok Tugas
Pengembang
(SKPD)
Pengetahuan
dan
Penyediaan dan
Kebijakan
penyampaian data dan
Informasi
Pencarian alternatif
Pengembangan
Pengembangan
pengetahuan &
metode musyawarah
legitimasi
Pengolahan hasil
Konfirmasi
musyawarah
pengetahuan.
Penjadwalan dan
Ruang
Refleksi untuk
Monev
Mempertukarkan
perbaikan praktek
Pengetahuan
Musrenbang
(ruang
Musrenbang
formal)
Pertemuan Informal
Rapat-rapat persiapan
Rapat-rapat
Rapat-rapat
Diskusi
Rapat dan
pembahasan RAPBD
Informal dan
Pertemuan
Pelatihan

Informal
Komunitas Praktis
Menghimpun
kepentingan
Menetapkan
Menetapkan preferensi
Konfirmasi
Konfirmasi keputusan
dengan kepentingan
Memilih delegasi

Learning
by doing

Learning
by
exploring

Analisis Aktor Belajar dengan Komunitas di Luar Sumedang dalam


Penganggaran Daerah
Jaringan
Kelompok
Belajar
Kelompok
Berorientasi
Tugas
Kementrian
dan Lembaga

Rapat dan Pertemuan


Informal

Transfer
Pengetahuan

Kelompok
Tugas
Bappeda
DPKAD
SKPD
Kecamatan

Rapat dan Pertemuan


Informal

Pengembang
Pengetahuan
dan Kebijakan

Ruang untuk
Mempertukarkan
Pengetahuan dan
Pengambilan
Keputusan

Anggota DPRD
(Banggar
Legislatif)
LSM
LSM Lokal
(P3ML)
Koran Lokal

Diskusi Informal
dan Pelatihan

Perwakilan
Komunitas
Forum Delegasi
Musrenbang
(FDM)
Diskusi dan Diseminasi
Informasi

Komunitas
Akar Rumput

Pengurus Desa
dan Sebagian
Masyarakat Desa

Transfer
Pengetahuan

Pengembang
Pengetahuan dan
Kebijakan
LSM
LSM Nasional & Intl.)
Lembaga
Lembaga
Internasional
Kementrian
Kementrian
PT
PT (ITB)

Distribusi Alokasi Anggaran PIK dalam APBD


Pertanyaan 5: Bagaimana pengetahuan melalui pembelajaran sosial tercermin pada
pilihan alokasi?

Karakteristik Program PIK


Berkaitan langsung dengan pemenuhan kebutuhan dasar rumah
tangga/komunitas
Pembangunan dan perbaikan infrastruktur (jalan-jalan komunitas,
drainase, saluran air bersih, perbaikan saluran irigasi).
Kesehatan (penguatan posyando, pemberantasan penyakit menular).
Pendidikan (beasiswa bagi keluarga tidak mampu).
Dukungan terhadap kegiatan pos pelayanan terpadu.

Berkaitan langsung dengan dukungan kegiatan ekonomi rumah


tangga/komunitas
Pembangunan dan perbaikan pasar lokal
Dukungan kegiatan pertanian/peternakan masyarakat.

Perkembangan Pemahaman Anggota FDM terhadap


Perencanaan dan Penganggaran: Studi Kasus Komunitas
Praktis

Keterkaitan Praktek, Refleksi dan Perubahan


Kelembagaan

Perubahan Kelembagaan Penganggaran tahun 2008 - 2010


Komponen
Utama

Tahun 2008

Tahun 2009

Tahun 2010

PIK

PI indikatif ditetapkan oleh


Bappeda.
Belum jelas apa kriteria
pembagian PI.
Kecamatan menganggap PIK
dikelola oleh kecamatan.

PI indikatif ditetapkan di awal


tahun oleh Bupati dan DPRD.
Sudah jelas apa kriteria PIK dan
perbedaannya dengan DADU dan
bantuan sosial.

Bantuan Sosial dan Hibah


dihilangkan dalam PI.

Peran Bappeda

Bappeda belum
mengkolidasi staf untuk
mendampingi proses
musyawarah.

Fasilitator

Fasiltator tidak dilatih.

FDM

FDM belum terbentuk, ada


aturan lembaga yang
ditetapkan oleh peraturan
Bupati.

FDM mulai terbentuk, ada aturan


lembaga yang ditetapkan oleh
peraturan Bupati.
FDM belum memiliki Kantor
Sekretariat.
Pembahasan RAPBD
mengikutsertakan FDM.

SKPD

Dinas tidak hadir dalam


pertemuan-pertemuan
musyawarah.

Staf Bappeda hadir dalam


seluruh pertemuan musyawarah
untuk menjelaskan prioritas
pembangunan Sumedang dan
Konsep PI.
Ada pelatihan fasilitator.

Kecamatan aktif dalam


mengelaborasi proposal untuk PIK.
Beberapa Dinas hadir dalam
musyawarah kecamatan untuk
menjelaskan program skala
kecamatan.

Staf Bappeda hadir dalam


seluruh pertemuan musyawarah
untuk menjelaskan prioritas
pembangunan Sumedang dan
Konsep PI.

Ada pelatihan Fasilitator


Musrenbang di awal tahun.
Beberapa Fasilitator adalah
anggota FDM.
Ada pelatihan FDM dan
Fasilitator Musrenbang di awal
tahun.
FDM difasiltasi di Kantor
Bappeda.

Dinas-dinas yang dalam forum


musyawarah tidak hadir banyak
yang hadir terutama dinas
pendidikan dan Badan KBPP-

KESIMPULAN:MANFAAT PENGANGGARAN
PARTISIPATIF

Meningkatkan transparasi dalam


pengelolaan anggaran daerah (terutama
dari sisi pengeluaran)
Mendorong keterlibatan warga dalam
pembuatan keputusan mengenai sumber
daya publik.
Mengarahkan investasi daerah/kota ke
arah pemenuhan infrastruktur dasar yang
berpihak pada kepentingan kelompok
miskin atau kelompok marjinal.
Membantu menaikan pendapatan
kota/daerah.

Menguatkan jaringan sosial yang dapat memediasi perbedaan antara


pemimpin yang dipilih, pegawai pemerintah, dan kelompok-kelompok
masyarakat (LSM, Ormas, organisasi komunitas).
Mengurangi kemungkinan terjadinya korupsi
Menjamin alokasi sumber daya publik ada dalam posisi optimum (public
choice/Pareto Optimum)

Gambaran Kapasitas Fiskal Kabupaten Sumedang


Berdasarkan Fungsi Anggaran

PDRB (Atas dasar harga berlaku)


APBD (Belanja Daerah)
PAD
Gaji Pegawai
Bantuan Sosial
Belanja Langsung
% total belanja (setelah dikurangi
transfer) terhadap PDRB
% Pajak yang diterima terhadap
PDRB
% Pendapatan dari Pajak dikurangi
pajak yang berasal dari gaji
terhadap PDRB
% Pembelian (barang dan jasa) oleh
pemerintah terhadap PDRB
% Transfers kepada orang
dibandingkan dengan personal
income

2004

2005
2006
2007
2008*)
7,048,190,76
9,034,570,57
5,825,832,740
8,066,643,320
9,946,226,220
0
0
463,958,588

492,436,373

694,912,672

766,909,935

854,719,779

50,115,643

58,699,239

71,954,645

63,212,779

80,193,408

199,264,113

231,644,609

327,116,236

401,128,016

488,664,757

31,281,516

38,079,309

50,282,130

53,416,293

71,399,087

180,059,612

196,970,755

263,095,718

271,788,761

269,364,211

na

na

na

na

na

na

na

na

na

na

Sumber: Bappeda Kabupaten


Sumedang
*) Angka rupiah (dalam ribuan)

Gambaran Diskresi Daerah untuk Perencanaan


Program/Kegiatan Pembangunan
Diskresi
Alokasi =

PAD + (DAU gaji pegawai) + Dana Bagi Hasil Pusat


+ Bagi Hasil Provinsi

TA - 2007

PAD

TA - 2009

80,193,408,102

81,681,075,894

38,879,041,596

48,328,177,016

52,432,797,303

DAU

551,000,000,000

608,993,530,000

629,015,720,000

Belanja Pegawai

401,128,016,424

488,664,756,734

644,768,048,487

DAU - Belanja Pegawai

149,871,983,576

120,328,773,266

-15,752,328,487

Diskresi daerah

249,314,800,638

248,850,358,384

118,361,544,710

APBD

771,522,670,878

887,137,523,996

1,067,106,461,08
7

28%

11%

Dana Bagi hasil

% Diskresi terhadap APBD

60,563,775,466

TA - 2008

32%

Pembagian Pagu Anggaran Berdasarkan Kesepakatan DPRD dengan


Walikota
(Awal Bulan Januari)
Pagu Anggaran
Fungsi
ADD (Alokasi Dana Membiayai operasional dan
Desa): Rp. 55 sd
program pembangunan skala
105 jt
desa

Keputusan Alokasi
Musrenbang desa

PIK (Pagu Indikatif


Kecamatan)

Membiayai program
Musrenbang
pembangunan yang dapat dibagi kecamatan
berdasarkan kecamatan(potensi
dan kebutuhan masyarakat)

PI SKPD (Pagu
Indikatif SKPD)

Membiayai program-program
strategis kabupaten

Forum SKPD

Komposisi Anggaran yang Dialokasikan (Pagu Indikatif


Utama)
TA 2008

Komponen
Pagu

TA 2009

TA 2010

Pagu

APBD

Pagu

APBD

Bantuan/Hibah

61,409,713,403

66,000,000,00
0

29,000,000,00
0

35,950,000,00
0

PIK

19,827,500,00
0

25,000,000,0
00

25,000,000,0
00

31,749,999,
998

31,749,999,998

PI-SKPD

175,697,000,00
0

175,697,000,0
00

155,000,000,0
00

139,000,000,0
00

60,250,000,00
0

60,250,000,000

DADU

22,038,000,000

22,038,000,00
0

26,900,000,00
0

26,900,000,00
0

23,665,288,00
0

23,665,288,000

Total PI

278,972,213,4
03

263,735,000,
000

235,900,000,
000

226,850,000,
000

115,665,287
,998

115,665,287,99
8

887,137,523,
996

1,067,106,46
1,087

Belanja
Langsung

269,364,211,
084

350,008,564,
600

Diskresi

248,850,358,
384

118,361,544,
710

30

21

98

65

106

192

APBD

% PI terhadap APBD
% PI terhadap Belanja Langsung
% PI terhadap Diskresi Daerah

Pagu

Hasil Musrenbang

Wahana-wahana Utama Pembelajaran Pembelajaran


(Formal)
Menjawab Pertanyaan 2: Apa wahana-wahana pembelajaran sosial dalam
Proses Belajar
Jaringan Kelompok
perencanaan
komunikatif?
Belajar

Wahana Belajar
Persiapan
Musrenbang

Musrenbang Desa (Januari


Februari)
-

Persiapan
Musrenbang
Kecamatan
Musrenbang
Kecamatan
(Maret)

Rapat Persiapan
Forum SKPD

Penetapan prioritas program berdasarkan pada


RPJMD
Penetapan besaran ADD, PIK dan PI SKPD
Arahan alokasi dana ADD, PIK dan PI SKPD
Informasi dana alokasi desa dan dana yang
bersumber dari APBD
Informasi prioritas pembangunan skala desa
Dialog dan kesepakatan
Menetapkan program skala desa, program usulan
untuk didanai PIK dan PI SKPD
Menetapkan delegasi desa (3 orang)
Kompilasi proposal program dari beberapa desa.

Panggar DPRD, Kepala


Bappeda, Sekretaris
Bappeda dan Kepala
Daerah
35 50 orang
-Masyarakat dan aparat
desa (partisipan bebas)
-Sekretaris Camat/Camat
-Anggota DPRD
-Fasilitator

Informasi PIK dan PI SKPD


Informasi prioritas pembangunan skala kecamatan
dan kabupaten.
Dialog dan pembentukan kesepakatan
Pengambilan keputusan alokasi PIK dan usulan PI
SKPD.
Menetapkan delegasi kecamatan (5 orang)

35 75 orang
-3 orang delegasi tiap
desa
-Kecamatan
-SKPD
-Bappeda
-DPRD
-Fasilitator
SKPD (Kepala Dinas,
Kepala Bagian dan
Bagian Penyusunan
Program)

Kompilasi proposal kecamatan.


Diskusi kesesuaian proposal program kecamatan
dengan proposal program SKPD yang bersumber dari
renstra SKPD.
Klasifikasi pendanaan proposal program (PIK dan PI

Camat dan Sekretaris


Camat

Wahana-wahana Utama Pembelajaran Pembelajaran


(Formal)
Menjawab Pertanyaan 2: Apa wahana-wahana pembelajaran sosial dalam
Jaringan Kelompok
perencanaan
komunikatif?
Kegiatan/Bulan
Proses Belajar
Forum SKPD
(April)

Rapat Persiapan
dan Pra
Musrenbang
Kabupaten
Musrenbang
Kabupaten
(April)

Kompilasi PIK untuk tiap SKPD dan PI SKPD.


Informasi prioritas pembangunan skala
kecamatan, kabupaten dan program nasional
untuk SKPD di kabupaten.
Dialog.
Pengambilan keputusan alokasi PIK dan
usulan PI SKPD.
Menetapkan delegasi SKPD (1 orang).
Kompilasi proposal program SKPD
Penyusunan Program Prioritas Kabupaten
Penyusunan Rancangan Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD)
Informasi rencana pembangunan Kabupaten,
provinsi dan Nasional
Informasi proposal program PIK dan PI SKPD
Penyepakatan proposal program.
Pemilihan FDM (26 orang mewakili 26
kecamatan + masing-masing 1 orang untuk
tiap SKPD)

Belajar
35 100 orang
-Delegasi Kecamatan (5
orang).
-SKPD
-Bappeda
-DPRD
-Fasilitator

Bappeda (Sekretaris,
Kabid Pemerintahan dan
Sosial, Staf)
100 150 orang
-Delegasi kecamatan dan
SKPD.
-SKPD
-Bappeda
-DPRD
-Bupati/Wakil Bupati

Wahana-wahana Utama Pembelajaran Pembelajaran


(Formal)
Menjawab Pertanyaan 2: Apa wahana-wahana pembelajaran sosial dalam
Kegiatan/Bula
Jaringan Kelompok
perencanaan komunikatif?
Proses Belajar
n
Belajar
Pasca
Musrenbang

Pembahasan
KUA-PPAS
(Juni Oktober)

Pembahasan
RAPBD
(NovemberDesember)

Kompilasi proposal program hasil kesepakatan


Musrenbang
Penyusunan dan Penetapan RKPD

Bappeda dan FDM

Pembahasan dan Penetapan KUA (setelah ada


kepastian DAU dari pusat).
Pembahasan dan Penetapan PPAS (Pagu
Anggaran Sementara).
Pembahasan proposal program yang akan
didanai PIK dan PI SKPD berdasarkan PPAS.

50 100 orang

Pembahasan seluruh proposal program dalam


APBD.
Konfirmasi hasil pembahasan kepada FDM
Negosiasi FDM dengan DPRD manakala terjadi
keterbatasan anggaran untuk mendanai
seluruh proposal program PIK.

-FDM
-SKPD
-DPKAD
-Bappeda
-DPRD
-Bupati/Wakil Bupati
50 100 orang
-FDM.
-DPKAD
-Bappeda
-Badan Anggaran DPRD
-Bupati/Wakil Bupati

Wahana-wahana Utama Pembelajaran Pembelajaran


(Informal)
Menjawab Pertanyaan 2: Apa wahana-wahana pembelajaran sosial dalam
perencanaan komunikatif?
Wahana Pembelajaran

Proses Belajar

Pelatihan Fasilitator

Transfer pengetahuan secara terstrukrut melalui pengajaran dan


diskusi

Pelatihan untuk Anggota FDM

Pertemuan dan diskusi Antara


Anggota FDM

Diskusi Antara Anggota FDM dengan


Bappeda/ SKPD/Kecamatan

Analisis Dokumen Anggaran

Transfer pengetahuan mengenai isu-isu pembangunan


Transfer pengetahuan mengenai posedur perencanaan dan
penganggaran
Peningkatan keterampilan diskusi dan negosiasi.
Transfer pengetahuan melalui tukal menukar pengalaman
diantara para anggota.
Pengembangan jejaring komunikasi dan advokasi
Diskusi mengenai perkembangan yang terjadi dalam
pembahasan anggaran.
Mengkonfirmasi perkembangan pembasan dengan
kesepakatan dalam forum musrenbang.
Mengembangkan strategi untuk komunikasi dengan
masyarakat, manakala proposal program tidak dapat
diakomodasi karena keterbatasan keuangan.
Mengembangkan strategi advokasi kepada DPRD manakala
DPRD dianggap tidak dapat mengakomodasi proposal
program hasil kesepakatan.
Tindakan praktis untuk mendiskusikan dan refleksi atas
perkembangan dokumen RAPBD.

Analisis Kelompok Belajar dalam Penganggaran


Daerah
Menjawab Pertanyaan 3: Siapa yang terlibat pembelajaran sosial dalam
perencanaan komunikatif?
Jaringan Kelompok
Belajar

Praktis

Kelompok Tugas
Komunitas PRaktis
O Peserta MusrenbangO Sekcam/Camat
O SKPD (Bagian
Desa
Perencanaan)
O Delegasi Desa
0 Fasilitator
O Delegasi Kecamatan
0 FDM
O Delegasi SKPD
O Bappeda
O DPKAD
O Banggar Legislatif
O LSM Lokal
O Koran Lokal
O DPR
O Bupati/Wakil Bupati
Pengembang
Pengetahuan dan
Kebijakan

Legitimasi Kuasa

Teknis

Jaringan inti
kelompok
belajar

Ilustrasi Perbandingan Prosedur Perencanaan Komunikatif


Sebagai Proses Belajar Sosial dengan Perencanaan Rasional
Instrumental
Pendekatan Teknis
Penyelesaian ditetapkan oleh ahli dari luar
Pendekatan penyelesaian masalah yang
tertutup
Didominasi oleh diskusi-diskusi cara-cara
teknis
Pendekatan teknokratis cenderung
merendahkan atau menghapus budaya lokal
Kekuasaan berasal dari luar komunitas
(tatanan dipaksakan)
Kebijakan seringkali dipaksakan dengan
tujuan yang dikonsepsikan dalam pikiran
(tertutup)
Kekhawatiran komunitas seringkali tidak
diselesaikan
Resiko dihilangkan atau dikurangi (kasus
tertutup)

Pendekatan Pembelajaran Sosial


Penyelesaian dipilih oleh komunitas yang
berkepentingan
Pencarian seara terbuka terhadap isu-isu
penyelesaian yang bermanfaat
Cara-cara teknis merupakan sub-ordinasi
dari pertimbangan-pertimbangan normatif
Proses berusaha mengintegrasikan
pendalaman ilmu dan teknik dengan budaya
lokal
Kekuasaan berasal dari kewenangan
penegasan diri dari dalam komunitas
Pilihan kebijakan didiskusikan,
dimusyawarahkan dan dipilih (terbuka)
Kekhawatiran komunitas merupakan
masalah yang harus dipelajari, didiskusikan
dan dicarikan penyelesaiannya
Resiko dihilangkan atau dikurangi dalam
proses mobilisasi komunitas

Sumber: Michael Black dan Steven Siroky, Avoiding NIMBY Gridlock: Community Stewardship and Social Learning, 1994

Perubahan Kelembagaan Penganggaran tahun 2008 2010


Tahun
Anggaran

Kelembagaan Perencanaan dan Penganggaran

2008

PI indikatif ditetapkan oleh Bappeda.


Belum jelas apa kriteria PIK dan perbedaannya dengan DADU dan bantuan sosial.
Bappeda belum mengkolidasi staf untuk mendampingi proses musyawarah.
Dinas tidak hadir dalam pertemuan-pertemuan musyawarah.
Fasiltator tidak dilatih.
Kecamatan menganggap PIK sebagai transfer dana ke kecamatan.
FDM belum terorganisasi.

2009

PI indikatif ditetapkan di awal tahun oleh Bupati dan DPRD


Staf Bappeda hadir dalam seluru pertemuan musyawarah untuk menjelaskan prioritas
pembangunan Sumedang dan Konsep PI.
Anggota DPRD hadir dalam pertemuan musyawarah kecamatan untuk menjelaskan
komitmennya terhadap PI.
Beberapa Dinas hadir dalam musyawarah kecamatan untuk menjelaskan program skala
kecamatan.
Kecamatan aktif dalam mengelaborasi proposal untuk PIK.
Ada pelatihan fasilitator.
FDM mulai terbentuk, ada aturan lembaga yang ditetapkan oleh peraturan Bupati. Kantor
numpang di P3ML.
Pembahasan RAPBD mengikutsertakan FDM.

2010

Bantuan Sosial dan Hibah dihilangkan dalam PI.


Ada pelatihan FDM dan Fasilitator Musrenbang di awal tahun.
Anggota DPRD hadir dalam pertemuan musyawarah sampai tingkat desa dan kecamatan
untuk menjelaskan komitmennya terhadap PI ada dugaan ini hanya kasus tahun ini karena
menjelang pemilu-.
Dinas-dinas yang dalam forum musyawarah tidak hadir banyak yang hadir terutama dinas
pendidikan dan Badan KBPP.

Internalisasi di Tingkat Aktor dalam


Pembelajaran Sosial
Komponen
Internalisasi Aktor

Faktor yang Berpengaruh

Rasionalitas

Pengalaman dan perbendaharaan pengetahuan yang


dimiliki oleh para aktor sebelumya.
Intensitas, lama dan metode diskusi

Kepentingan

Posisi yang berbeda dari para aktor menyebabkan aktor


memiliki kepentingan yang berbeda terhadap satu isu.

Anda mungkin juga menyukai