Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN PROYEK AKHIR

ANALISIS SISTEM PENGISIAN DAN TROUBLE SHOOTING


PADA TOYOTA KIJANG SERI 5K

Disusun dalam rangka penyelesaian studi D3 Teknik Mesin untuk mencapai gelar
Ahli Madya

Disusun oleh:

Nama : Sri Wurdiatmoko

NIM : 5250303528

Prog. Studi : Teknik Mesin D3

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini telah disetujui dihadapan sidang penguji Tugas Akhir

Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

Pada hari:
Tangal:
Pembimbing

Drs. Sunyoto, Msi


NIP. 131931835

Penguji II : Penguji I :

Drs. Supraptono, M.Pd Drs. Sunyoto, Msi


NIP. 131125645 NIP. 131931835

Ketua Jurusan, Ketua Progam


Studi,

Drs. Pramono Drs. Wirawan S, MT


NIP.131 474 226 NIP: 131876223

Dekan,

Prof. Dr. Soesanto


NIP: 130875753

ii
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO :

1. Percaya diri adalah kunci kesuksesan.

2. Jadikanlah kegagalan hari ini untuk meperbaiki kesalahan

dikemudian hari.

3. Putus asa bukanlah akhir dari segalanya.

PERSEMBAHAN :

1. Bapak dan Ibu tercinta.

2. Adikku tercinta (Deva Nita mulya)

iii
ABSTRAK

Sri Wurdiatmoko. 2006. Analisis Sistem Pengisian dan Trouble Shooting Pada
Toyota Kijang Seri 5K. Tugas Akhir. Teknik Mesin D3. Fakultas Teknik.
Universitas Negeri Semarang.

Tujuan penulisan proyek akhir ini adalah untuk menganalisis sistem


pengisian dan trouble shooting pada Toyota Kijang seri 5K. Permasalahan yang
akan dibahas meliputi : tidak ada pengisisan, pengisian terlalu rendah, pengisian
terlalu tinggi, suara tidak normal pada alternator dan adanya gangguan pada
lampu pengisian.
Batery pada mobil akan habis jika digunakan secara terus menerus.
Untuk mengantisipasi hal ini perlu dipasang sistem pengisian. Prinsip kerja pada
sistem pengisian adalah menghasilkan arus oleh generotor yang tegangannya
dikendalikan oleh regulator, sehingga dapat menjaga kestabilan tegangan pada
batery, yaitu berkisar antara 13,8 – 14,8 Volt.
Melakukan perawatan sistem pengisian secara teratur dapat menghindari
kerusakan saat berkendara, sehingga pengendara merasa nyaman dan aman.
Apabila terjadi kerusakan pada salah satu komponen sistem pengisian, gantilah
komponen tersebut dengan spare part yang asli.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini

dengan baik.

Pembuatan laporan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Sistem

Pengisian dan Trouble Shooting pada Toyota Kijang Seri 5K “ ini merupakan

syarat yang yang harus ditempuh oleh penulis untuk mendapatkan gelar Ahli

Madya pada Fakultas Teknik (FT), Universitas Negeri Semarang (UNNES).

Penulisan laporan Tugas Akhir ini, selain didukung oleh buku-buku

penunjang yang relevan dengan materi, mendapat bimbingan dan petunjuk dari

dosen pembimbing serta pihak terkait.

Atas terselesainya Tugas Akhir ini, penulis mengucakan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. DR. Soesanto, M. Pd Dekan Fakultas Teknik Universitas

Negeri Semarang.

2. Bapak Drs.Pramono, Ketua jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan ijin persetujuan dalam penyusunan

tugas akhir.

3. Bapak Drs. Wirawan Sumbodo, MT. yang telah memberikan persetujuan

dalam judul tugas ini.

4. Bapak Drs. Sunyoto, Msi, pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan

petunjuknya telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Rekan-rekan mahasiswa yang tidak dapat sebutkan namanya.

v
Semoga bantuan dan jasa yang telah diberikan mendapat imbalan dari

SWT sesuai dengan amalnya masing-masing. Penulis berharap semoga dengan

tersusunnya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada

umumunya.

Semarang, Juli 2006

Penyusun

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN .......................................... iii

HALAMAN ABSTRAK............................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................... v

DAFTAR ISI.............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xi

BAB I PENADAHULUAN.................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Permasalahan ....................................................................... 2

C. Tujuan .................................................................................. 2

D. Manfaat ................................................................................ 3

BAB II ANALISIS SISTEM PENGISIAN ............................................. 4

A. Prinsip Dasar Pembangkit Listrik pada Alternator ............... 4

B. Konstruksi Sistem Pengisian................................................. 7

1. Konstruksi Alternator........................................................ 9

2. Konstruksi Regulator ........................................................ 12

C. Prinsip Kerja Sistem Pengisian1. Kunci Kontak ON


Mesin Mati ............................................................................ 15

2. Mesin dari Kecepatan Rendah ke Kecepatan Sedang ....... 16

3. Mesin dari Kecepatan Sedang ke Kecepatan Tinggi....... 20

vii
D. Trouble Shooting Pada Sistem Pengisan dan Cara
Mengatasinya ........................................................................ 22

1. Tidak ada Pengisian ........................................................ 22

2. Pengisian Rendah (under charge).................................... 29

3. Pengisian Tinggi (over charge) ....................................... 33

4. Timbulnya Suara Berisik Pada Alternator ...................... 37

5. Lampu Pengisian Mengalami Gangguan ........................ 37

6. Tabel Trouble Shooting ............................................. 31

E. Perawatan Sistem Pengisian.................................................. 44

F. Keutungan dan Kerugian Sistem Pengisian Regulator


alternator ............................................................................... 45

1. Pemeriksaan Komponen Alternator .................................. 46

2. Hal-hal Yang Perlu diperhatikan dalam Penyetelan ......... 50

BAB III PENUTUP ................................................................................ 51

A. Simpulan ............................................................................... 51

B. Saran ..................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 53

LAMPIRAN............................................................................................... 54

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Batery pada mabil 12 V 40 ah.................................................. 7

Gambar 2. Prinsip Pembangkit Listrik....................................................... 7

Gambar 3. Prinsip Pembangkit Arus pada Alternator................................ 8

Gambar 4. Pembangkit Arus Bolak-Balik ................................................. 9

Gambar 5. Konstruksi Sistem Pengisian.................................................... 11

Gambar 6. Konstruksi Alternator dan Bagianya ........................................ 12

Gambar 7. Konstruksi Rotor Coil .............................................................. 13

Gambar 8. Konstruksi Stator Coil.............................................................. 14

Gambar 9. Kontruksi Silicone Diode (rectifier)......................................... 14

Gambar 10. Konstruksi Regulator dua Point............................................. 15

Gambar 11. Rangkaian Sistem Pengisian .................................................. 16

Gambar 12. Cara Kerja Rangkaian Intern Pengisian Pada Mesin Mati..... 17

Gambar 13. Cara Kerja Rangkaian Pengisian Pada Kecepatan Rendah.... 19

Gambar 14. Cara Kerja Rangkaian Pengisian Pada Kecepatan Tinggi .... 21

Gambar 15. Cara Kerja Voltage Regulator ................................................ 24

Gambar 16. Tegangan Pada Point Gap...................................................... 34

Gambar 17. Tegangan Pada Voltage Regulator......................................... 35

Gambar 18. Pemeriksaan Tegangan dan Arus Pengisian........................... 44

Gambar19. Memeriksa Magnet Pada Puli Alternator .............................. 44

Gambar 20. Memeriksa Kerja Kunci Kontak ........................................... 45

Gambar 21. Memeriksa Hubungan Massa Rotor Coil ............................... 47

Gambar 22. Memeriksa Hubungan Terbuka Rotor Coil............................ 47

ix
Gambar 23. Memeriksa Hubungan Massa Stator Coil .............................. 48

Gambar 24. Memeriksa Hubungan Terbuka Stator Coil ........................... 48

Gambar 25. Memeriksa Diode Positif........................................................ 49

Gambar 26. Memeriksa Diode Negatif ...................................................... 49

Gambar 27. Penyetelan Adjusting Arm ...................................................... 50

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 2.Gambar komponen-komponen alternator............................... 54

Lampiran 3. Gambar alternator dan regulator............................................ 55

Lampiran 4. Letak alternator pada engine stand ........................................ 55

Lampiran 5. Engine stand tampak belakang .............................................. 56

Lampiran 6. Engine stand tampak kanan ................................................... 56

Lampiran 7. Engine stand tampak kiri ....................................................... 57

Lampiran 8. Engine stand tampak depan .................................................. 57

Lampiran 9. Surat pengajuan Tugas Akhir ................................................

Lampiran 10. Surat pengajuan dosen pembimbing....................................

Lampiran 11. Surat keputusan penetapan dosen pembimbing...................

Lampiran 12. Surat keputusan penetapan dosen penguji ...........................

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem pengisian merupakan suatu bagian yang sangat dibutuhkan untuk

membangkitkan listrik agar dapat digunakan sebagai pengisi tenaga listrik battery

yang telah digunakan oleh sistem stater, pengapian dan kelistrikan body, dan

lainnya.

Jika penggunaan tenaga listrik dilakukan secara terus menerus tanpa

dilakukan pengisian kembali, dapat dipastikan kemampuan batery akan menurun

atau tegangan menjadi lemah. Oleh karena itu sistem pengisian sangat dibutuhkan

pada setiap kendaraan, dengan maksud mengembalikan kapasitas batery pada

kondisi full charge disamping harus menggantikan fungsi batery selama mesin

hidup.

Penulisan laporan tugas akhir ini dengan judul Analisis Sistem Pengisian

dan Trouble Shooting pada Toyota Kijang seri 5K, disamping konstruksinya

sederhana, proses kerjanya pun mudah untuk dipelajari juga perawatannya.

Sistem pengisian yang digunakan mobil Toyota Kijang seri 5K adalah type

kovensional dengan menggunakan regulator mekanik. Fungsi dari regulator

mekanik tersebut sebagai pembatas tegangan yang keluar dari alternator.

Regulator itu sendiri terdiri dari dua buah gulungan pengatur yaitu voltage relay

1
2

sebagai pengontrol lampu indikator dan voltage regulator sebagai pengatur

tegangan.

B. PERMASALAHAN

Permasalaahan yang sering terjadi pada sistem pengisian banyak macamnya.

perlu dilakukan pembatasan masalah supaya tidak terjadi kekacauan dalam

mencari, menganalisa dan dan mengatasi permasalahan yang terjadi sebagai

berikut :

1. Bagaimana rangkaian dan cara kerja sistem pengisisan pada mesin kijang

seri 5K.

2. Bagaimana skema dan cara kerja aliran listrik pada sistem pengisian mesin

Kijang seri 5K.

3. Bagaimana cara mendiagnosa, menganalisa dan gejala gangguan yang

terjadi pada sistem pengisian dan bagaimana cara mengatasinya.

4. Bagaimana cara merawat sistem pengisian pada Kijang seri 5k.

C. TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis pada penulisan laporan sistem

pengisian dan trouble shooting.

1. Menjelaskan rangkaian dan komponen-komponen utama yang ada sistem

pengisian Kijang seri 5K dan fungsinya.

2. Menjelaskan aliran listrik pada sistem pengisian Toyota Kijang seri 5K.
3

3. Menganalisa gangguan yang terjadi pada sistem pengisian dan cara

mengatasi pada Kijang seri 5K.

4. Menjelaskan cara merawatnya sistem pengisian pada Kijang seri 5K.

D. MANFAAT

Manfaat yang dapat diambil setelah melakukan analisis dan penulisan

Proyek Akhir ini adalah :

1. Menambah wawasan tentang sistem pengisian pada Kijang seri 5K.

2. Dapat mengetahui komponen dan cara kerja sistem pengisisan.

3. Dapat dijadikan sebagai bahan refrensi dalam mengidentifikasi gangguan-

gangguan dan cara perbaikan pada sistem pengisian.

4. Sebagai wahana praktikum bagi mahsiswa pada mata kuliah kelistrikan

otomotif.
BAB II

ANALISIS SISTEM PENGISIAN

A. Pengertian Batery

Batery merupakan bagian yang sangat penting pada sistem kelstrikan mobil

karena batery berfungsi untuk menyimpan arus sementara yang kemudian

digunakan untuk memenuhi kebutuhan arus listrik mobil. Disamping itu batery

sebagai sumber tenaga cadangan untuk menstar mobil. Tenaga putar pertama kali

untuk memutakan poros engkol adalah dari arus listrik batery yang diubah

menjadi tenaga mekanik pada motor starter tidak akan kuat memutar poros engkol

sehingga mobil tidak bisa dihidupkan dengan cara distater.

Arus pada batery dapat habis dengan sendirinyameskipun tidak dipakai.

Proses pelepsan arus dengan sendirinya ini akan lebih cepat dalam keadaan atau

cuaca yang panas. Oleh karena itu untuk membatasi pelepasan arus dengan

sendirinya ini batery harus disimpan ditempat yang dingin dalam keadaan penuh

terisi arus. Jumlah elektrolit batery berada antara tanda batas agar sel-sel terendam

oleh elektrolit dan sel-sel batery dapat bereaksi dengan baik selama proses

pengisian dan pemakaian. Apabila elektrolit batery berkurang, tambahkan air

batery secukupnya. Penambahan dan pengurangan air batery akan mempengaruhi

kepekatan asam sulfatnya. Kepkatan asam sulfatnya. Kepekatan yang berlebihan.

Akan menghanguskan dan merusakkan separator-separator dan plat-platnya

dicampuri belerang akan menggangu reaksi kimia pada batery tersebut.

4
5

Berat jenis elektrolit harus selalu diperiksa. Dengan mengetahui besarnya

berat jenis elektrolit batery maka dapat diperkirakan keadaan pengisian batery

tersebut. Untuk mengukur berat jenis elektrolit batery menggunakan hidrometer.

Apabila elektrolit batery dihisap dalam tabung hidrometer. Permukaan elektrolit

batery akan menunjukan berat jenis elektrolit tersebut pada skala yang ada di

hidrometer. Waktu yang paling baik untuk melakukan pengukuran batery ialah

pada saat batery itu batery itu baru saja digunakan. Apabila batery masih penuh

maka berat jenis elektrolitnya 1,26 sampai 1,28. secara umum keadan berat jenis

elektrolitnya dalam hubungannya dengan pengisian batery adalah sebagai berikut

Keadaan Asam Batery Berat Jenis

1. Pengisian penuh 1,75- 1,30

2. Pengisian ¾ 1,246- 1,27

3. Pengisian ½ 1,215 – 1,24

4. Pengisian ¼ 1,18 – 1,21

5. Tidak mengisi 1,15 – 1,175

6. Kosong 1,12 – 1,145

Batery pada mobil mempunyai tegangan 12 volt yang tersusun dari 6 sel,

tiap sel-sel mempunyai lubang pengisian dengan sumbat penutup sendiri-sendiri

yang berfungsi untuk memisahkan gas hidrogen (yang terbentuk saat pengisian)

dengan uap asam sulfat dalam batery dengan cara membiarkan gas hidrogen
6

keluar lewat lubang ventilasi, sedangkan uap asam sulfat mengembun ada bagian

tepi ventilasi dan menetes kembali kebawah.

Besar perbedaan antara sel atau kutub–kutubnya perlu diukur dengan cell

tester. Perbedaan tegangan antara kitub–kutub dalam sebuah sel adalah 2,2 volt

dengan berat jens elektrolit 1,26 pada suhu 200 C.

Agar batery tahan lama maka batery harus dirawat secara teratur. Pemeriksaaan

batery selain bedasarkan lama atau jarak KM perjalan juga.

Pemeriksaan dan merawatnya :

1. Bersihkan bagian–bagian permukaan batery dengan air. Jika terminal batery

penuh dengan endapan berwarna putih, bersihkan dengan sikat yang halus dan

air.

2. Periksa ketinggian cairan elektrolitnya. Permukaan elektrolitnya batery harus

antara upper dan lower.

3. Periksa berat jenisnya elektrolitnya dengan hidrometer.

4. Bandingkan berat jenis batery hasil pemeriksaan dengan ketentuan yang

berlaku.

Spesifikasi sistem pengisian konvensional

1. Sistem pengisian konvensional dengan range voltage 13,8 -14,8

2. Batery 12 V 40 ah.

3. Alternator 12 V 35 A regular sped 5000 rpm

using sped 9000 rpm


7

4. Pengaturan menggunakan regulator konvensional dua spul atau kumparan

(voltage relay dan voltage regulator)

Gambar 1: Batery pada mabil 12 V 40 ah.

B. Prinsip Dasar Pembangkit Listrik pada Alterator

Pembangkit listrik pada alternator menggunakan prinsip induksi yaitu

perpotongan atara penghantar dengan garis-garis gaya magnet. Besarnya arus

induksi tergantung pada kekuatan medan magnet, jumlah konduktor pemotong

medan magnet dan kecepatan perpotongan.

Kerja sebuah alternator adalah medan magnet berputar (rotor) sedangkan

penghantar (stotor) diam.

Gambar 2 : Prinsip pembangkit listrik


(Yayat Supriatna, 1999 : 10)
8

Alternator kumparan penghantar statis dipasang pada rangkaian disebut stator,

medan magnet disebut motor yang bergerak di tengah stator. Stator terdiri dari

konduktor yang gulungan banyak. Sehingga memungkinkan induksi listrik yang

cukup besar.

Enam pasang kutub utara dan kutub selatan pada rotor menghasilkan medan

magnet apabila kumparan yang berada didalamnya dialiri arus yang disalurkan

lewat dua buah slip ring. Arus yang dihasilkan oleh rotor dan stator masih berupa

arus AC dan disearahkan oleh enam diode.

Apabila sebuah magnet diputar ditengah penghantar maka garis magnet

akan berpotongan dengan penghantar tersebut, sehingga akan mengasilkan arus

induksi, seperti terlihat pada gambar dibawah ini, batang magnet berputar diantara

dua buah penghatar. Pada waktu kutub utara (N) bergerak pada penghantar bagian

atas dan kutub selatan (S) pada bagian bawah, maka arus induksi akan mengalir

dari A menuju B. Sebaliknya bila kutub selatan (S) berada pada bagian atas dan

kutub utara berada di bagian bawah, arus induksi mengalir dari B menuju A.

Proses ini merupakan karakter arus bolak–balik AC yang dikembangkan

untuk alternator.

Gambar 3: Prinsip pembangkit arus pada alternator


(Yayat Supriatna, 1999: 10)
9

Untuk lebih jelasnya pada gambar diurakan proses pembangkit arus bolak-

balik yang di hasilkan oleh alternator.

Kedudukan nomor 1, rotor berada pada posisi tegak lurus terhadap

penghatar sehingga tidak ada perpotongan antara garis magnet dengan garis

penghantar dan dan tidak terbangkit tegangan listrik. Rotor terus berputar garis-

garis gaya magnet sudah berpotongan dengan penghantar sehingga pada posisis

nomor 2 kedudukan rotor sudah bergerak 900 dan garis gaya magnet yang paling

kuat memotong penghantar hasilnya tegangan maksimum akan terbangkit.

Gambar 4: Pembangkit arus bolak-balik


(Yayat Supriatna, 1999: 10)

Perpindahan dari posisi nomor 2 ke posisi nomor 3 memperkecil jumlah

garis gaya maget yang terpotong sehingga arus induksi melemah dan akhirnya

sama sekali tidak ada. Perpindahan posisi nomor 3 pada nomor 4 sama dengan

posisi nomor 1 dan nomor 2, tetapi kutub mganet sudah berubah posisi sehinggga

arus induksi yang dihasilkan arahnya terbalik. Pepindahan dari posisi nomor 4 ke

posisi nomor 5 sama danga posisi nomor 2 ke posisi nomor 3, yakni pembangkit
10

melemah. Dengan berputarnya rotor 3600 maka dihasilkan arus bolak-balik. Kurva

tegangan seperti yang terdapat pada gambar biasanya disebut gelombang sinus.

Tiga faktor yang mempengaruhi besarnya tegangan induksi yaitu :

1. Kecepatan rotor berputar (Pemotongan GGL).

2. Kekutan magnet pada rotor.

3. Jumlah kumparan rotor.

Kumparan stator yang digunakan pada generator alternator pada mobil

Toyota Kijang seri 5K adalah jenis kumparan stator Y (bintang). Ujung-ujung

kumparan stator dihubungkan pada diode sebagai penyearah arus.

C. Konstruksi Sistem Pegisisan

Awalnya sistem pengisian pada kendaraan menggunakan generator DC

sebagai pembangkit listrik, pada masa itu penggunaan generator DC dianggap

mampu memadai, karena kebutuhan listrik pada kendaraan relative sedikit.

Tepatnya kendaraan banyak dipasang perlengkapan-perlengkapan yang

membutuhkan arus listrik cukup banyak. Dengan kondisi seperti itu ternyata

generataor DC tidak dapat memenuhi kebutuhan secara maksimal, karena itu

untuk mengatasi kekurangan ini maka produsen kendaran tidak lagi menggunakan

generator DC, sebagai penggantinya dipasang generator AC.

Kebanyakan mobil dilengkapi dengan alternator arus bolak-balik (AC)

karena ini lebih baik dibandingkan dengan alternator yang menghasilkan arus

searah (DC), baik dari segi kontruksinya, maupun dari segi kemampuan

memproduksi listriknya untuk mensuplai kelistrikan pada kendaraan. Karena


11

komponen-komponen lebih banyak menggunakan arus searah (DC), maka arus

listrik yang dihasilkan oleh alternator (AC) diubah terlebih dahulu menjadi arus

searah (DC) sebelum dikeluarkan.

Gambar 5: Konstruksi sistem pengisian


( PT. Toyota Astra Motor, 1996 : 6-31 )

2. Konstruksi Alternator

Alternator berfungsi untuk merubah energi mekanik dari mesin menjadi

energi listrik. Energi mekanik dari mesin diterima dari sebuah pulley yang

memutarkan rotor sehingga membangkitkan arus bolak-balik pada stator yang

diubah pada diode mejadi arus searah sebelum digunakan oleh komponen-

komponen kendaraan yang membutuhkan atau pun untuk mengisi batery

kendaraan.

Bagian dari sebuah alternator terdiri dari rotor yang membangkitkan

elektromagnet, stator yang membangkitkan arus listrik dan diode yang

menyearahkan arus listrik. Sebagai tambahan, terdapat pula brush yang

mengalirkan arus ke rotor coil untuk membentuk garis gaya magnet dan fan untuk

mendinginkan rotor, stator dan doiode. Semua bagian tersebut dipegang oleh

“front” dan “rear frame”.


12

Gambar 6: Konstruksi alternator dan bagiannya


( PT. Toyota Astra Motor, 1972 : 7-9 )

Kontruksi alternator bagian-bagian terdiri dari :

a. Pulli ( pully )

Puli berfungsi untuk tempat tali kipas penggerak.

b. Kipas ( fan )

Fungsi kipas untuk mendinginkan diode dan kumparan-kumparan pada

alternator.

c. Rotor coil

Rotor disusun dari inti kutub (kutub magnet), field coil (rotor coil ), Slip ring

dan rotor shaft. Field coil digulung dengan arah yang sama dengan putarannya

dan kedua inti kutub dipasang pada kedua ujung kumparan sebagai penutup

field coil. Garis gaya magnet akan timbul pada saat arus mengalir, salah satu

kutub menjadi kutub N dan lainnya menjadi kutub S. Jadi pada sistem kutub

cakar ini, kedua kutub dimagnetisasi oleh suatu kumparan medan. Dua buah

slip ring dipasang pada salah satu sisi dari rotor untuk mensuplai arus eksistasi

ke rotor dan slip ring pun dilapisi dengan bahan isulator.


13

Gambar 7: Konstruksi rotor coil


( PT. Toyota Astra Motor, 1972 : 7-9 )

d. Stator coil

Rotor terdiri dari stator core (inti) dan field coil dan akibat oleh frame depan

serta belakang. Stator core terdiri dari lapisan stel plating yang tipis (inti besi

berlapis ). Dibagian dalam terdapat slot tempat masuknya tiga buah stator coil

yang yang masing-masing berdiri sendiri. Stator core bekerja sebagai saluran

yang memungkinkan garis gaya magnet menyebrang dari pole core ke stator

coil. Bagian tengah yang menjadi satu dari tiga stator coil adalah pusat

gulungan dan bagian ini disebut titik netral (neutral point) atau biasa disebut

terminal N. Pada ujung kabel yang lainnya akan menghasilakan arus bolak-

balik (AC) tiga phase.

Gambar 8: Konstruksi stator coil


( PT. Toyota Astra Motor, 1972 : 7-9 )
14

e. Rectifier (silicone diode )

Pada diode holder terdapat tiga buah diode positif dan tiga buah diode negatif.

Arus yang dibangkitkan oleh alternator dialirkan dari diode holder pada sisi

positif terisolasi dari end frame. Selama proses penyearahan, diode akan

menjadi panas sehingga diode holder bekerja meradiasikan panas ini dan

mencegah diode menjadi terlalu panas. Pada model yang lama bagian diode

positif (+) Mempunyai rumah yang lebih besar dari yang bagian negatif (-).

Selain perbedaan tersbut ada lagi perbedaan yaitu strip merah pada diode

positif dan strip hitam pada diode negatif.

Gambar 9: Konstruksi silicone diode (rectifier)

3. Kontruksi Regulator

Tegangan listrik yang dihasilkan dari alternator tidak selalu konstan

hasilnya. Karena hasil listrik tergantung dari kecepatan putaran motor, makin

cepat putaran motornya, maka makin besar pula listrik yang dihasilkan, demikian

pula putaran semakin rendah putaran motor maka makin kecil pula listrik pula

yang dihasilkan.

Rotor berfungsi sebagai magnet. Adapun magnet yang dihasilkan adalah

magnet listrik, maka dengan menambah atau mengurangi arus listrik yang masuk
15

ke rotor coil akan mempengaruhi daya magnet tersebut sehingga hasil pada stator

coil pun akan terpengaruh. Jadi hasil alternator salah satunya sangat dipengaruhi

oleh adanya arus listrik yang masuk ke rotor coil.

Fungsi regulator adalah mengatur besar kecilnya arus listrik yang masuk ke

dalam rotor coil, sehingga arus yang dihasilkan dari stator coil akan tetap konstan

atau sama menurut harga yang telah ditentukan walaupun putaran mesin berubah-

ubah. Selain itu regulator juga berfungsi untuk mematikan lampu pengisian,

lampu tanda pengisian akan secara otomatis mati apabila alternator sudah

menghasilkan arus listrik.

Gambar 10: Konstruksi regulator dua point


(New Step, 2 1995 :243)

4. Rangkaian sistem pengisian

Sirkuit / rangkaian dari sistem pengsian yang menggunakan regulator dua

titik kontak point seperti yang ditunjukkan pada gambar atas ini. Kebutuhan

tenaga yang menghasilkan medan magnet (magnetic flux) pada rotor alternator

disuplai dari terminal F. Arus ini diatur dalam arti tambahan atau dikurangi oleh

regulator sesuai dengan tegangan terminal B. Listrik dihasilkan oleh stator

alternator yang disuplai dari terminal B, dan dipakai untuk mensuplai kembali
16

beban-beban yang terjadi pada kelistrikan body dalam penambahan untuk mengisi

kembali batery. Lampu pengisian akan menyala bila alternator tidak melakukan

pengisian yang kurang baik. Hal tersebut terjadi apabila tegangan dari terminal N

alternator kurang dari jumlah yang ditentukan, karena tegangan yang dihasilkan

oleh terminal N adalah ½ dari tegangan yang dihasilkan oleh terminal B.

Bila sekering terminal IG putus, listrik tidak akan mengalir ke rotor dan

akibatnya alternator tidak dapat membangkitkan listrik. Walaupun sekering CHG

putus alternator akan berfungsi. Hal tersebut dapat ditentukan dibuktikan dengan

bantuan sirkuit pengisian.

Gambar 11: Rangkaian sistem pengisian


(New Step, 2 1995 : 243)
D. Prinsip Kerja Sistem Pengisian

1. Kunci kontak ON, Mesin Mati.

Bila kunci kontak dihidupkan (ON), maka arus field coil dari batery akan

mengalir ke rotor. Pada saat itu juga arus dari batery mengalir ke lampu indicator

dan lampu menyala. Secara keseluruhan mengalirnya arus listrik sebagai berikut.
17

Gambar 12: Cara kerja rangkaian intern pengisian pada posisi mesin mati
(New Step 1, 1995 : 634)

a. Arus yang ke field coil.

Terminal (+) batery →fusible link → kunci kontak (IG switch) → fuse

terminal IG regulator→ point PL1→ point PL0→ terminal F regulator→

terminal F alternator→ brush → slip ring → rotor coil→ slip ring→ brush→

terminal E alternator→ massa body. Akibatnya rotor terangsang dan timbul

kemagnetan yang arus selanjutnya disebut arus medan (field current).

b. Arus ke lampu indikator

Terminal (+) batery → fusible link→ kunci kontak (IG switch) → fuse →

lampu CHG → terminal L regulator → titik kontak Po → titik P1 → terminal

E regulator → massa body.

Akibatnya lampu indikator (lampu CHG) akan menyala.


18

2. Mesin dari kecepatan rendah ke cepatan sedang

Sesudah mesin hidup dan rotor pada alternator berputar, tegangan/ voltage

dibangkitkan pada stator coil, dan tegangan netral digunakan untuk voltage relay,

karena itu lampu charge jadi mati. Pada waktu yang sama tegangan yang

dikeluarkan beraksi pada voltage regulator. Arus medan (field current) yang ke

rotor dikontrol dan disesusiakan dengan tegangan yang dikeluarkan terminal B

yang beraksi pada voltage regulator. Demikianlah salah satu medan arus akan

lewat menembus atau tidak menembus resistor (R), tergantung pada titik kontak

PLo.

Bila gerakan Po voltage relay, membuat hubungan dengan titik kontak P2,

maka pada sirkuit sesudah dan sebelum lampu pengisian (charge) tegangannya

sama sehingga arus tidak akan mengalir kelampu dan akhirnya lampu mati. Untuk

jelasnya aliran arus pada masing-masing peristiwa sebagai berikut :

a. Tegangan netral

Terminal N alternator → terminal N regulator → magnet coil dari voltage

relay → terminal E regulator → massa body.

Akibatnya pada magnet coil pada voltage relay akan terjadi kemagnetan dan

dapat menarik titik kontak Po dari P1 dan selanjutnya Po akan bersatu dengan

P2 dengan demikian lampu pengisian (charge) jadi mati.


19

Gambar 13: Cara kerja rangkaiana pengisian pada posisi kecepatan sedang
(New Step 1, 1995 : 634)

b. Tegangan yang keluar (output voltage)

Terminal B alternator → terminal B regulator → titik kontak P2 → titik

kontak Po → magnet coil dari voltage regulator → terminal E regulator →

massa body.

Akibatnya pada coil voltage regulator timbul kemagnetan yang dapat

mempengaruhi posisi dari titik kontak (point) PLo. Dalam hal ini PLo akan

tertarik dari PL1 sehingga pada kecepatan sedang PLo akan mengambang

(seperti pada gambar rangkaian).

c. Arus yang ke field (field current)

Terminal B alternator → IG switch → fuse → terminal IG regulator → point

PL1 → point PL2 → resistor R → terminal F regulator → terminal F alternator

→ rotor coi l→ terminal E alternator → massa body.


20

Dalam hal ini jumlah arus/ tegangan yang masuk ke rotor coil bisa melalui

dua saluran.

1) Bila kemagnetan di voltage regulator besar dan mampu menarik PLo dari PL1

maka arus yang mengalir ke rotor coil akan melalui resistor R. Akibatnya arus

akan kecil dan kemagnetan yang ditimbulkan rotor coil pun kecil (berkurang).

2) Sedangkan jika pada voltage regulator lemah dan dan PLo tidak tertarik dari

PL1 maka arus yang ke rotor coil akan tetap melalui point PL1 ke PLo.

Akibatnya arus tidak melalui resistor dan arus yang masuk ke rotor coil akan

normal kembali.

d. Output current

Terminal B alternator → batery dan beban → massa body

3. Mesin dari Kecepatan Sedang ke Kecepatan Tinggi

Bila putaran mesin bertambah, voltage yag dihasilkan oleh kumparan stator

menjadi naik, daya gaya tarik dari kemagnetan kumparan voltage regulator

menjadi lebih kuat.

Dengan gaya tarik yang lebih kuat , field current yang ke rotor akan

mengalir terputus-putus (intermittently), akan tetapi selama mesin berputar tinggi

arus dapat megalir ke rotor coil. Dengan kata lain, gerakan titik kontak PLo dari

voltage regulator kadang-kadang membuat hubunagan dengan dengan titik kontak

PL2.

Bila gerakan titik kontak PLo pada regulator berhubungan dengan titik

kontak PL2, field coil akan dibatasi. Bagaimanapun juga, point PLo dari voltage
21

relay tidak akan terpisah dari point P2, sebab tegangan neutral terpelihara dalam

sisa flux dari rotor. Aliran arusnya sebagai berikut :

a. Voltage Neutral ( tegangan netral)

Terminal N alternator → terminal N regulator → magnet coil dari voltage

relay → terminal E regulator → massa body.

b. Output Voltage

Terminal B alternator → terminal B regulator → point P2 → point Po →

magnet ciol dari N regulator → terminal E regulator.

Gambar 14: Cara kerja rangkaian pengisian pada posisi kecepatan tinggi
(New Step 1, 1995 : 634)

c. Tidak ada arus ke Field Current

Terminal B alternator → IG switch → fuse → terminal IG regulator →

resistor R → terminal F regulator → terminal F alternator → rotor coil →

point Plo → point PL2 → ground (no F.C) → terminsl E alternator → massa

(F current). Bila arus resistor R → mengalir terminal F regulator → rotor coil


22

→ massa, akibatnya arus yang ke rotor ada, tetapi jika PLo menempel PL2 →

maka arus mengalir ke massa sehingga arus yang ke rotor coil tidak ada.

d. Otput Current

Terminal B alternator batery / load massa.

E. Trouble Shooting Pada Sistem Pengisian dan Cara Mengatasinya.

Pada sistem pengisian regulator alternator type konvensioal sering terjadi

permasalahan atau trouble shooting yang disebabkan kerusakan atau kurangnya

perawatan komponen sistem pengisian akibat komponen pengisian bekerja secara

terus menerus ataupun usia yang sudah tua sehingga kemagnetan pada regulator

berkurang.

1. Tidak Ada Pengisian

Faktor yang dapat menyebabkan tidak adanya pengisian adalah sebagai berikut :

a. V belt putus

Komponen V belt erat sekali hubunganya dengan kerja alternator. Karena

alternator akan berputar apabila mesinpun berputar, dipindahkan melalui tali kipas

ke alternator. Apabila tali kipas putus, otomatis alternator tidak akan berputar.

Akibatnya tenaga listrik tidak dapat dibangkitkan oleh alternator walaupun pada

rotor coil terjadi kemagnetan yang cukup sesusia besarnya arus yang mengalir.

Karena arus dari IG tetap mengalir ke rotor coil dan terus ke massa. Disamping

itu putusnya tali kipas yang mengakibatkan kerusakan atau trouble pada sistem

lainnya seperti sistem pendingin mesin dan water pump tidak akan berputar tanpa

adanya tali kipas, sehingga pengaruhnya dapat menyebabkabn over heating.Untuk


23

mengatasi masalah ini, dengan mengganti tali kipas / V belt yang baru dan

defleksi belt baru 5 - 7 mm dan belt yang lama 7 - 8 dengan gaya tekan 10 kg.

b. Voltage regulator rusak

Bagian-bagian voltage regulator yang dapat menyebabkan sistem pengisian

tidak kerja adalah :

1) Arus IG tidak ada

Dalam hal arus IG tidak ada, maka masukan rotor coil melalui fuse engine

contack point terus ke rotor, juga tidak ada. Akibtnya pada rotor coil tidak akan

timbul kemagnetan, sehingga alternator tidak dapat menghasilkan tenaga listrik,

walaupun alternator tetap berputar. Ada beberapa penyebab yang tidak dapat

mengakibatkan arus IG tidak ada. Misalnya ignition switch joinya rusak atau

ebonitnya pecah dan fuse IG putus. Dengan demikian jelaslah urutan sirkuit di

atas akan menentukan sekali apakah arus IG dapat mengalir ke rotor coil atau

tidak. Apabila terjadi seperti tidak mungkin lampu CHG akan mati atau padam

saat kunci kontak ON saat mesin mati. Untuk mengatasi masalah ini, jika ignition

switch join rusak, ganti dengan yang baru. Dan jika ebonitnya pecah atau fuse IG

putus, juga harus dilakukan dengan penggantian yang baru. Untuk pemeriksaan

regulator dengan menggunakan ohmmeter, ukur anyara tahanan terminal IG dan F

Tahanan (votage regulator)

Bebas : OΩ

Tertarik : kira-kira 11Ω

2) Resistor putus dan point tebakar


24

Jika terjadi resistor pada regulator dan kontak point terbakar akan

mengakibatkan arus yang mengalir ke rotor coil tidak ada.

Gambar 15: Cara kerjanya voltage regulator


(new Step, 2 1995 : 243)

Karena pada putaran mesin rendah, arus seharusnya mengalir melalui contack

point dan bila putaran mesin naik, maka point akan terbuka akibat gaya

kemagnetan pada kumparan voltage regultor. Maka arus yang mengalir ke rotor

coil pasti melewati resistor. Tetapi resistor putus, akhirnya arus juga tidak akan

mengalir, akibatnya rotor coil tidak dapat menghasilkan kemagnetan untuk

membangkitkan tenaga listrik setelah rotor berputar. Jadi jelas apabila tidak ada

arus yang mengalir ke rotor, baik yang disebabkan oleh putusnya resistor maupun

karena point terbakar, maka alternator tetap tidak dapat membangkitkan tenaga

listrik.

c. Alternator rusak

Bagian-bagian alternator yang dapat menyebabkan sistem pengisian tidak

dapat bekerja atau tidak ada pengisian adalah :

1) Rotor coil putus


25

Tenaga listrik akan dihasilkan apabila terjadi pemotongan garis gaya magnet

oleh konduktor atau sebaliknya. Apabila dalam hal ini rotor coil putus, akibat

solderan pada slip ring leleh atau hal lain maka arus tidak akan mengalir, sirkuit

listriknya tidak tertutup yang berarti di rotor coil tidak terjadi kemagnetan.

Dengan demikian walaupun rotor berputar dan memotong stator coil, maka jelas

alternator tidak akan membangkitkan tenaga listrik. Jadi kata lain tidak ada

pengisian pada sistem pengisian. Untuk mengatasi masalah ini, ganti rotor coil

dengan yang baru, atau dapat juga mendapat sebuah lilitan yang sama ukuran

dengan jumlahnya sesuai dengan yang aslinya.

2) Brush habis

Panjangnya brush akan menentukan persinggungan brush dengan slip ring.

Selanjutnya persinggungan tersebut erat sekali hubungannya dengan arus yang

mengalir ke rotor coil. Besar kecilnya kemagnetan yang dihasilka oleh rotor coil

sangat tergantung pada besar kecilnya arus yang mengalir pada kumparan

tersebut. Apabila brush terasebut habis penekanan brush terhadap slip ring

menjadi berkurang. Jadi arus yang ke rotor coil tidak dapat mengalir dengan

sempurna, akibatnya kemagnetan tidak di rotor tidak ada sama sekali. Sistem

pengisian tidak dapat bekerja (tidak ada pengisian). Untuk mengatasi masalah ini,

ganti brush dengan yang baru.

3) Stator coil putus

Sama halnya dengan kejadian sebelumnya, yaitu bila gulungan stator coil

ada yang putus tidak akan tejadi pengisian. Hal ini akan banyak tergantung pada

berapa banyak gulungan pada stator coil yang putus atau short. Karena besarnya
26

gaya gerak listrik (GGL) yang akan dihasilkan erat sekali hubunganya dengan

rumus berikut :

E=B.I.i

E = Jumlah gaya gerak listrik (ggl) yang dibangkitkan

B = Besarnya medan magnet pada rotor coil

I = Panjangnya konduktor

v = Kecepatan memotong konduktor dalam satuan waktu (t)

Jika dalam stator coil ada yang putus, berarti panjang konduktor tersebut

aka berkurang dari panjang sebenarnya. Dengan demikian akan mempengaruhi

besarnya tegangan yang dihasilkan alternator. Bila tegangan yang dihasilkan

alternator sama dengan batery, maka pengisan tidak terjadi, karena tidak ada

perbedaan potensial listrik atau tegangan batery dengan tegangan alternator.

4) Diode putus, bocor atau short

Diode berfungsi untuk menyearahkan arus yang duihasilkan oleh alternator

sehingga dapat dipergunakan sesuai kebutuhan kendaraan. Apabila diode putus,

maka tenaga listrik yang dihasilkan oleh alternator tidak dapat disearahkan oleh

diode yang menyebabkan ggl yang dibangkitkan oleh masing-masing stator tidak

dapat dialirkan ke sirkuit. Akibatnya sistem pengisian tidak dapat bekerja yang

tidak ada pengisian. Kemungkinan putusnya diode secara keseluruhan ini agak

jarang bila ini terjadi, kemungkinan putusnya pada sambungannya.

d. Wiring dan sirkuit


27

Disamping faktor-faktor sebelumnya, wiring juga dapat menyebabkan

pengisian tidak bekerja, walaupun alternator dan regulator dapat bekerja dengan

baik, bagian wiring dan sirkuit yang mengakibatkan kerusakan adalah:

1) Fuse IG putus

Bila fuse IG putus, berarti arus tidak dapat mengalir ke IG regulator ke rotor

coil terus ke massa. Akibatnya rotor tidak menimbulkan kemagnetan, walaupun

rotor berputar, alternator tidak dapat membangkitkan tenaga listrik, hal ini akan

menyebabkan lampu tanda pengisian (charge warning lamp) akan mati saat kunci

kontak ON mesin mati dan lampu akan menyala bila mesin hidup. Jadi kalau

sekering IG putus sistem pengisian tidak akan menghasilkan listrik dengan kata

lain sistem pengisian tidak akan bekerja.

2) Terminal B lepas atau putus

Lepasnya terminal B dapat menyebabkan tidak adanya pengisian dan tidak

dapat mengalirkan tenaga lrstrik yang dihasilkan alternator ke batery maupun ke

sistem yang membutuhkan tenaga listrik, dan juga merusak diode (rectifier).

Karena dengan lepasnya terminal B, aliran listriknya akan tertahan. Tertahannya

arus listrik yang relatif lama dapat mengakibatkan temperatur melampui batas

maksimuum yang diinginkan akhirnya menyebabkan diode rusak atau terbakar.

3) Socket voltage regulator lepas atau kotor

Jika soket voltage regulator yang lepas atau kotor mengakibatkan hubungan

masing-masing terminal tidak ada. Ini berarti arus IG putus, yang ke rotor coil

pun tidak ada yang mengalir. Hal ini mengakibatkan pada rotor tidak ada yang

mengalir, pada rotor pun tidak dapat menghasilkan kemagnetan. Dengan


28

demikian, alternator tidak dapat membangkitkan tenaga listrik, ini dapat dilihat

dari lampu tada pengisian tidak dapat bekerja normal, yaitu lampu charge akan

padam terus, baik pada kunci kontak ON mesin mati maupun mesin hidup.

4) Resistance sirkuit bertambah atau naik

Jika terminal kotor dapat mempengaruhi arus yang menuju rotor coil yang

tidak sempurna, karena besarnya risistance pada sirkuit tersbut akan bertambah

besar. Akibatnya arus yang ke rotor coil akan kecil atau tidak mengalir sama

sekali, sehingga output alternator tidak ada, dengan kata lain tidak akan ada

pengisian.

5) Hubungan massa kurang

Jika hubungan massa (ground) dalam sirkuit pengisian kurang baik, maka

membuat aliran dari tegangan output tidak normal, sehingga mengakibatkan

semacam hambatan pada pengantar sirkuit tesebut. Hal ini akan mempengaruhi

arus yang ke rotor cil menjadi tidak sempurna.

2. Pengisian rendah (under charge)

Apabila output sistem pengisian tidak mencapai spesifikasinya tegangan

minimum yaitu 13,8 volt, berarti sistem pengisian tidak bekerja dengan normal.

Karena spesifikasi normal setiap sistem pengisian untuk mobil bensin adalah 13,

8 – 14,8 volt. Dalam hal ini pengisian ke batery sebagai pengganti arus yang

terpakai dapat terpenuhi dalam waktu relatif singkat.

Faktor-faktor yang menyebabkan pengisian rendah adalah :


29

a. Tali Kipas

Ketegangan tali kipas dapat mempengaruhi beasr kecilnya daya listrik yang

dihasilkan. Apabila tegangan tali kipas dibawah tegangan normal, disebabkan tali

kipas kendor sehingga putaran yang dihasilkan menjadi tidak konstan, walaupun

tegangan di rotor coil tetap tergantung pada sistem pada voltage regulator. Seperti

diketahui bahwa, rumus tegangan output alternator E = B . I . v. dalam hal ini

berubah karena putaran tidak stabil adalah (v) dalam satuan waktu menjadi rendah

b. Voltage Regulator

Kesalahan pada voltage regulator yang dapat menyebabkan pengisian rendah :

1) Penyetelan armature gap terlalu rendah

Penyetelan pada armature gap terlalu rendah pada voltage regulator dapat

mempengaruhi besar kecilnya tegangan yang masuk ke terminal F terus ke rotor

coil. Jika setelan rapat, walaupun kemagnetan dikumparan voltage pada kecepatan

mesin rendah ke kecepatan menengah (putaran 1500 rpm) spring sudah tertarik,

akibatnya memutuskan point P1 dengan point Po. Dengan demikian arus yang ke

rotor coil tidak lagi mengalir melalui kontak point tersebut, sehingga arus yang

mengalir ke alternator akan rendah pada setiap putaran yang mengakibatkan

pengisian berkurang atau rendah.

2). Point regulator terbakar atau kotor

Hal yang sama akan terjadi bila point P1 (low speed side), Po (point gap) dan

P2 (high speed side) kotor atau terbakar, akan mempengaruhi arus yang ke rotor

coil tidak sempurna. Akibatnya kemagnetan yang ditimbulkan oleh rotor coil juga
30

kecil. Hubungan kekuatan kemagnetan yang dihasilakan dengan jumlah gaya

gerak listrik yang dapat dibangkitkan pada stator coil adalah sangat erat, karena

menurut rumus tersebut biasanya nilai masing-masing unsur adalah berbanding

lurus dengan jumlah listrik yang dibangkitkan. Jadi kalau kemagnetan kecil output

alternator akan kecil pula.

c. Alternator

Komponen pada alternator yang membangkitkan pengisian rendah adalah :

1) Slip ring kotor

Apabila slip ring kotor dapat mengakibatkan bertambahnya nilai tahanan ke

rotor coil menjadi berkurang. Dengan demikian walaupun rotor berputar normal

tetapi output yang dihasilkan alternator akan tetap rendah, karena kemagnetan

tersebut erat hubunganya dengan besarnya arus yang dibangkitkan.

2) Rotor coil bocor

Bocornya rotor coil dapat mempengaruhi pengisian, karena pada saat arus

IG mengalir ke rotor coil sebagian ada yang kemassa akibat bocor, dengan

demikian kemagnetan yang ditimbulkan jadi kurang, sehingga kecepatan

memotong dan panjang konduktor tetap konstan, tegangan outputnya akan

berkurang. Pengertian tegangan berkurang disini tidak berarti dibawah tegangan

minimum yaitu 13,8 Volt. Walaupun terjadi pengisian tetapi sedikit atau rendah,

dalam hal ini lampu charge tidak menyala.

3) Rectifier rusak
31

Rectifier terdiri dari sejumlah diode yang berfungsi sebagai penyearah

output alternator. Diode pada rectifier ada dua macam yaitu diode positif (+) dan

diode negatif (-), diode tersebut dibuat dari beberapa bahan yang bersifat semi

konduktor dan dapat rusak akibat panas yang berlebihan. Diode akan mengalir

arus satu arah, tetapi kalau arus dapat mengalir kedua arah maka diode tersebut

dinyatakan rusak akibatnya tegangan yang dihasilkan oleh alternator sebagian

dialirkan kembali ke ground sehingga output menjadi rendah, denagan demikian

pengisian batery menjadi rendah.

d. Sirkuit pengisian atau wiring rendah

Dalam pengisian rendah yang disebabkan oleh komponen wiring adalah :

1). Socket kotor

Kemungkinan socket kotor dapat mempengaruhi sistem pengisian, karena

kotonya terminal akan menaikkan nilai tahanan pada soket, akibatnya jumlah arus

yang mengalir pada sirkuit tersebut akan berkurang sehingga kemagnetannya juga

berkurang. Berkurangnya kemagnetan tersebut sangat berpengaruh terhadap

output yang dibangkitkan alternator, dengan demikian pengisian menjadi rendah.

2). Hubungan massa kurang sempurna

Hubungan massa kurang sepurna dapat terjadi karena terminal batery kotor

atau banyak oksidasi. Akibat hubungan massa yang kurang baik itu menyebabkan

nilai tahanan sirkuit bertambah besar. Berkurangnya arus tersebut dapat

mengurangi kemagnetan pada rotor yang menyebabkan penurunan pengisian

batery sehingga pengisian menjadi rendah.


32

e. Batery

Besar kecilnya tenaga listrik yang dapat dibangkitkan alternator bergantung

pada besar kecilnya kemagnetan yang dihasilkan oleh rotor coil, sedang besarnya

kemagnetan yang dihasilkan oleh rotor coil bergantung pada besarnya tegangan

batery yang masuk ke rotor.

Faktor-faktor yang menyebabkan pengisian rendah pada batery adalah :

1) Tegangan batery lemah

Jika tegangan batery lemah, maka besar sekali pengaruhnya pada output

alternator, karena besarnya tegangan masukan batery menentukan kemagnetan

pada rotor coil, apabila tegangan batery lemah maka kemagnetan yang

dihasilakan rotor coil akan lemah juga, sehingga pengisian menjadi rendah pula.

2) Terminal batery kotor

Terminal batery yang kotor akan mempengaruhi besarnya arus yang

mengalir untuk memberi rangsangan awal pada rotor coil, jika arus yang mengalir

kecil akibat terminal kotor maka besarnya kemagnetan yang dihasilkan oleh rotor

coil juga akan kecil, akibatnya alternator menjadi rendah.

3. Pengisian Tinggi (over charge)

Apabila output alternator diterminal B mengalami gangguan spesifikasinya

Maksimum 15,5 volt, maka pengisian dikatakan over charge atau terlalu tinggi.

Pengisian terlalu tinggi dapat dilihat dari pemakaian elektrolit batery yang cepat

habis. Hal ini disebabkan karena bertambah besar output alternator, sehingga

temperature elektrolitpun akan bertambah tinggi. Dengan demikian elektrolit akan

lebih cepat menguap, akibatnya akan lebih cepat kering atau habis.
33

Faktor yang menyebabkan sistem pengisian terlalu tinggi adalah pada

voltage regulator, karena voltage regulator berfungsi untuk mengatur tegangan

output alternator konstan dengan cara mengatur tegangan yang menglir ke rotor

coil. Jika pengisian tinggi, berarti pengatur tegangan tersebut tidak normal.

Bagian-bagian dari voltage regulator yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

pengisian tinggi adalah sebagai berikut :

a. Setelan voltage regulator terlalu tinggi

Setelan voltage regulator yang terlalu tinggi dapat menyebabkan output

pada alternator juga terlalu tinggi, hal ini akan mempengaruhi sitem pengisian ke

batery menjadi besar pula dandapat berakibat over charge pada batery. Pada

dasarnya besar tegangan yang mengalir ke rotor coil tergantung pada putaran

mesin. Pada kondisi setelan point gap voltage regulator normal, penurunan

tegangan yang terjadi akibatnya bertambahnya putaran mesin sangat bergantung

pada faktor kemagnetan yang dihasilkan oleh kumparan voltage regulator itu

sendiri.

Gambar 16: Tegangan pada point gap


34

Penurunan tegangan F secara normal pada grafik diatas dari tegangan

maksimum pada low speed, menurun hingga menjadi 0,5 tegangan pada putaran

medium dan turun menjadi tegangan maksinun pada putarn tinggi. Kurva ini

ditunjukan dengan kurva yang bergaris strip-strip. Kemudian perubahan point gap

dapt menimbulkan perubahan kurva penurunan teganga F yang dihasilkan.

Perubahan penurunan tersebut dapat ditunjukkan oleh kurva garis yang tidak

putus, sehingga pada putaran tinggi karena penurunan tegangggan F tidak

mencapai 0,25 tegangan maksimum pada low speed, akibatnya tegangan output

alternator pada kecepatan tinggi akan jauh lebih tinggi dan dapat meliputi

tegangan spesifikasinya maksimum 14,8 volt. Dengan demikian, pengisian batery

akan menjadi tinggi dan hal tersebut dapat menyebabkan batery over charge.

b. Voltage regulator coil terbakar atau putus

o
rpm
Gambar 17: Tegangan pada voltage regulator

Terbakar atau putusnya voltage regulator coil secara langsung akan

mengakibatkan tegangan F akan ke rotor coil tidak mengalami penurunan sesuai

dengan bertambahnya putaran mesin. Karena saat putarn mesin betambah, secara

berangsur-angsur tegangan F akan berkurang sampai batas 0,25 tegangan


35

maksimum atau mencapai kurang lebih 3 volt pada putaran mesin diatas 2300

rpm. Dengan demikian tegangan output akan tetap konstan pada setiap putaran

yang dihendaki. Tapi sebaliknya kumparan voltage regulator kumparan terbakar,

maka point tidak akan terbuka atau lepas dari P1, akibatnya yang ke rotor coil

tidak akan melewati resistor, sehingga tegangan P tetap maksimum. Dengan

demikian pada saat mesin berputar pada rpm tinggi, cenderung output alternator

akan tinggi pula dan hasilnya batery akan over charge.

c. Voltage relay coil terbakar atau putus

Apabila voltage relay coil terbakar atau putus, maka output N alternator

tidak akan mengalir menuju kumparan voltage relay, maka relay tidak kan

bekerja, akibatnya lampu charge akan menyala atau tidak padam dan tegangan

yang ke voltage tidak ada, sehingga dapat menghasilkan kemagnetan yang cukup

untuk menarik kontak point gap pengatur yang ke tegangan rotor coil. Dengan

demikian pada rpm tinggi, seharusnya tegangan output tetap konstan karena

tegangan ke rotor coil turun menjadi 3 volt. Tetapi karena tegangan ke rotor coil

tetap 12 volt, sedangkan putaran bertambah seuai kecepatan kendaraan, maka

jelas tegangan output akan bertambah besar sebanding dengan bertambahnya

putaran. Hal ini akan menyebabkan bateray over charge.

d. Massa voltage regulator rusak atau terbakar

Jika hubungan massa (ground) dalam sirkuit sistem pengisian kurang baik,

membuat aliraan tegangan listrik dari tegangan output tidak normal, sehingga

timbul semacam hambatan (resistor) pada penghantar sirkuit tersebut. Apabila

kejadian ini berlangsung dalam waktu yang lama, maka dapat menimbulkan panas
36

pada penghantar. Karena besarnya arus yang mengalir tidak sempurna, akibatnya

kabel massa voltage reguklator terbakar. Cepat atau lambatnya proses tesebut

tergantung dari besarnya arus yang mengalir dan kualitas kabel massanya. Dengan

demikain massa regulator yang rusak atau terbakar mengakibatkan kumparan

pada voltage regulator tidak menimbulka kemagnetan, sehingga tidak dapat

menarik contact point dari kontak kecepatan rendah. Akibatnya pada rpm tinggi

pengisian yang berlangsung dalam jumlah yang besar akan menyebabkan batery

over charge.

4. Timbulnya Suara Berisik pada Alternator

Suara berisik pada alternator biasanya disebabkan oleh bearing sudah aus,

sehingga menimbulkan suara yang berisik. Atau suara dencitan pada drive yang

disebabkan karena longgarnya drive belt tersebut.untuk megatasi masalah ini

dengan mengganti bearing pada alternator yang sudah aus dan melakukan

penyetelan pada drive belt denga defleksi 7 - 11 mm pada gaya tekan 10 kg.

5. Lampu Pengisian Mengalami Gangguan

Dalam sistem pengisin terjadi gangguan bila lampu pada pengisian menyala.

Sering ditemukan sistem pengisian tidak normal pada saat mesin tidak dapat

distart karena batery terlalu lemah atau bila cahaya lampu berubah redup.dalam

segala maslah bila dicurigai bahwa sistem pengisian tidak normal. Kemungkinan

gangguan yang terjadi adalah pada lampu pengisian mengalami gangguan pada

mobil antara lain. (a) Lampu tidak menyala pada saat kunci kontak ON. (b)

Lampu CHG tidak mati saat mesin hidup. (c) Lampu CHG menyala redup saat

mesin berputar. (d) Saat mesin berputar kadang-kadang lampu CHG menyala.
37

a. Lampu tidak menyala pada saat kunci kontak ON

Ketika lampu tidak menyala pemeriksaan yang harus dilakukan adalah

sebagai berikut :

1. Periksa kemungkinan ada sekering yang terbakar atau sirkuit lampu charge

kontaknya tidak baik.

2. Periksa kemungkinan konektor regulator longgar atau rusak.

3. Periksa kemungkinan ada hubungan singkat pada diode positif alternator.

Bila lampu warning charge menyala berarti konektor tiga pin pada alternator

terlepas, dan diode terjadi hubungan singkat. Meskipun hanya ada satu diode

positif yang terjadi hubungan singkat, arus batery akan mengaklir dari

terminal B ke terminal N melalui diode yang rusak. Arus ini akan

menyebabkan voltage relay bekerja dan moving akan tertarik sehingga lampu

charge tidak menyala.

4. Periksa kemungkinan bola lampu warning charge putus.

Regulator dihunbungkan konektor terminal L dengan massa, bila lampu

charge tidak menyala berarti putus. Lampu charge tidak mati setelah mesin

hidup

gejala ini menunjukkan adanya arus balik dari terminal L regulator melalui

lampu warning charge.

b. Lampu CHG tidak mati saat mesin hidup.

Bila lampu CHG tidak mati maka langkah-langkah yang harus dilakukan

adalah sebagai berikut :

1. Periksa kemungkinan drive belt rusak atau slip.


38

2. Periksa kemungkinan sekering IG atau kontaknya tidak baik.

3. Ukur tegangan output pada terminal B alternator. Bila tegangannya kurang

dari ketentuan (13, 8 V – 14,8 V), alternator tidak membangkitkan listrik. Bila

tegangan di atas spesifikasi ini berarti pengisisan berlebihan. Bila voltage

relay tidak bekerja, maka tegangan tidak diatur oleh voltage regulator,

menyebabkan pengisian batery terlalu tingi.

4. Ukur tegangan pada terminal N konektor regulator. Tidak ada tegangan

menenadakan terbukanya sirkuit netral pada alternator.

5. Ukur tegangan field pada terminal F pada konektor regulator. Bila ada

tegangan berarti kumparan pada rotor coil ada yang rusak atau siikat-sikat

tidak baik. Bila tidak ada tegangan ukur terminal IG.

c. Lampu CHG menyala redup saat mesin berputar.

Pemeriksaan ketika lampui CHG menyala redup saat mesin berputar adalah

sebagai berikut :

1. Periksa sirkuit lampu charge kemungkinan ada sekering yang putus atau

kontak sekering tidak baik .

Sekering ini tidak hanya untuk sirkuit lampu charge tetapi juga untuk

melindungi bagian kelistrikan lainnya. Pada saat kunci kontak ON arus akan

dialirkan kebagian-bagian ini. Bila sekering putus atau kontaknya kurang baik ,

arus tidak akan mengalir melalui kunci kontak. Akan tetapi, alternator

membangkitkan arus, maka voltage relay bekerja dan arus mengalir dari terminal

L ke bagian-bagian, melalui titik kontak lampu charge dan lampu menyala

redup. Lampu menyala semakin terang bila kecepatan mesin bertambah.


39

2. Ukur tekanan internal kunci kontak.

Lepaskan konektor kunci komtak dan putar ke posisi ON, ukur tahanan IG

pada konektor. Bila tahanan kunci kontak terlalu besar, tegangan yang dialirkan

ke sekering akan berkurang. Oleh karena itu, seperti sekering putus, arus dari

terminal L akan berbalik dan lampu menyala redup.

3). Periksa pada setiap kontak wire harness

Ukur tegangan setiap konektor wire harness antara batery dan sekering

sirkuit lampu charge. Bila tegangannya terlalu rendah, berarti kontaknya kurang

baik. Seperti halnya tahanan kunci kontak berlebihan, tegangan juga akan turun

bila tahanan wire harness terlalau besar dan arus akan mengalir balik dan termin L

melalui lampu charge.

d. Saat mesin berputar kadang-kadang lampu CHG menyala.

Cara pemeriksaan bila lampu CHG kadang- kadang mwnyala saat mesin

berputar atau mobil dam kondisi jalan

1. Periksa konektor alternator dan kemungkinan voltage regulator ada kontak

yang longgar atau tidak baik.Goyangkan konektor reguator pelan-pelan, bola

lampu memijar berarti tidak baik. Bila kontak terminal konektor tidak baik

karena getaran, arus yang mengalir akan terhambat sehingga alternator tidak

dapat membangkitkan tenaga dan lampu menyala.

2. Periksas kondisi kontak pada maing-masing titik kontak regulator dan tahanan

antara terinal. Ukur tahanan masing-masing terminal sesuai dengan prosedur

yang ada pada buku repair manual. Khususnya periksa kondisi titik kontak

kecepatan tinggi dan resistornya.


40

3. Periksa kondisi kontak sikat-sikat

Bongkarlah alternator yang terdapat pasda repair manual dan periksa keausan

sikat-sikat serta kondisi kontaknya terhadap slip ring. Bila sikat-sikat aus

melebihai batas minimum tegangan pegas akan berkurang dan mengakibatkan

kontaknya kurang baik. Bila hal ini terjadi, arus field yang mengaklir ke rotor

coil terhambat dan alternmator tidak dapat membangkitkan arus sehingga

lampu cahrge akan menyala.

6. Tabel Trouble Shooting

a. Tidak ada pngisian

No GEJALA / CARA MENGATASI


GANGGUAN
1 V belt putus Ganti

2 Regulator terbakar ganti

3 Terminal pada alternator Perbaiki


kendoR
Brush habis Perbaiki

b. Pengisian rendah (under charge)


No GEJALA / CARA MENGATASI
GANGGUAN
1 Setelan pada armatur gap Perbaiki
terlalu rapat
2 Tali kipas kendor Perbaiki

3 Terminal B pada perbak


alternator kotor
4 Pada alternator, silp ring Perbaiki
kotor
5 Hubungan massa tidak Perbaiki
baik pada batery
41

c. Pegisian tinggi (over charge)

No GEJALA / CARA MENGATASI


GANGGUAN
1 Setelan voltage regulator Perbaiki
telalau tinggi
2 Voltage regulator Ganti
terbakar atau putus
3 Voltage relay terbakar Ganti

4 Massa voltage regulator Perbaiki


rusak

d. Timbulnya suara berisik

No GEJALA / CARA MENGATASI


GANGGUAN
1 Bearing pada rotor coil Ganti
aus
2 Tali kipas aus Ganti

3 Tali kipas kendor Perbaiki

e. Lampu Pengisian Mengalami Gangguan

- Lampu tidak menyala saat kunci kontak ON

No GEJALA / CARA MENGATASI


GANGGUAN
1 Sekering putus Perbaiki atau ganti

2 Konektor longgar Perbaiki

3 Lampu charge putus Ganti


42

- Lampu tidak mati setelah mesin hidup

No GEJALA / CARA MENGATASI


GANGGUAN
1 Drive belt kendor Setel

2 Kontak sekering tidak Perbaiki


baik
3 Terminal B teganganya Pengecekan regulator
diatas 15 V
4 Tegangan pada terminal Perbaiki atau ganti
N tidak tepat regulator
5 Tegangan pada terminal Perbaiki atau ganti
F tidak tepat alternator

- Lampu menyala redup pada saat mesin berputar.

No GEJALA / CARA MENGATASI


GANGGUAN
1 Sekering putus Ganti

2 Kunci kontak tidak baik Perbaiki atau ganti

3 Kontak pada konektor Cek satu-satu


wire harness tidak pas

- Pada saat mesin hidup kadang-kadang lampu charge menyala.

No GEJALA / CARA MENGATASI


GANGGUAN
1 Periksa konektor Perbaikai

2 Regulator tidak baik Perbaiki atau ganti

3 Altetenator Over houl


43

F. Perawatan SistemPengisian Dan Memeriksa sistem pengisian.

Untuk mengetahui kondisi sistem pengisian pada kendaraan pada kondisi

siap pakai atau suatu saat terjadi kerusakan mendadak di jalan, kita perlu

mengetahui bagaimana cara memeriksa sistem pengisian pada kendaraan.

Ada beberapa kegiatan pemeriksaan secara bertahap yaitu

a. Pemeriksaan tegangan dan arus pengisian Mesin dihidupkan, kemudian

perhatikan besar tegangan dan arus pengisisan yang terbaca pada voltmeter

atau ampermeter yang diapasang dari luar secara paralel dan batery.

Gambar 18: Pemeriksaan tegangan dan arus pengisian

b. Pemeriksaan medan magnet pada gulungan rotor

1. Posisikan kunci kontak pada ON.

2. Periksa kekuatan medan magnet gulungan rotor dengan menempelkan

obeng (benda yang terbuat dari besi) pada puli alternator.

Gambar 19: Memeriksa magnet pada puli alternator


44

c. Pemeriksaan kunci kontak

Memeriksa kerja kunci kontak dengan menghubungkan kaki kabel voltmeter

pada terminal yang berhubungan dengan terminal F alternator.

Gambar 20: Memeriksa kerja kunci kontak

d. Pemeriksaan secara visual pada drive belt apakah terjadi keretakan dan

pemeriksaan ketegangan drive belt dengan gaya tekan 10 kg.

e. Pemeriksaan baut-baut pengikat serta fuse apakah terpasang dengan baik dan

apakah fuse putus.

f. Pemeriksaan sambungan kabel-kabel pada rangkaian kabel.

G. Keuntungan dan Kerugian Sistem Pengisian Regulator Alternator

Sistem pengisian regulator alternator mempuanyai beberapa keuntungan yaitu :

1. Pada sikat tidak terjadi bunga bunga api karena kontak antara sikat (brush)

dengan slip ring dan juga arus yang mengalir juga kecil.

2. Tidak diperlukan adanya pembatas arus, karena adanya tahanan induksi dalam

walaupun putaran bertambah tinggi.

3. Alternator lebih tahan pada putaran tinggi, karena dalam rotor terdapat

kumparan medan yang jumlah lilitanya lebih sedikit, sehingga rotor lebih

ringan.
45

4. Pengisian dapat bekerja dengan baik pada putaran iddling (rendah), hal ini

karena perbandingan diameter pully lebih besar sehingga pada putaran iddling

alternator telah berputar cukup cepat.

Adapun kekuranganya dari regulator alternator antara lain :

1. Regulator sebagai satu-satunya pengatur besarnya tegangan pengeluara dari

alternator, jika terjadi kerusakan atau kesalahan penyetelan pada kontak

platina, maka dapat mengganggu seluruh sistem penngisian listrik ke seluruh

komponen yang membutuhkan.

2. Apabila bantalan poros ada rotor rusak atau aus, maka poros tidak dapat

berputar dengan cepat dan halus, bahkan kadang-kadang tidak dapat berputar

akibatnya pengisiaan tidak bekerja.

3. Pada stator bila mendapat arus yang berlebihan pada waktu yang lama akan

terjadi panas dan isolasi akan terbakar sehingga terjadi hubungan pendek

dengan massa, akibatnya medan magnet yang ditimbulkan akan kecil, maka

aka mengakibatkan arus kecil.

1. Pemeriksaan Komponen Alternmator

Dengan menggunakan ohm meter lakukan pegetesan sebagai berikut :

1) Pemekrisaan rotor coil

a. Pemeriksaan hubungan massa

Buat rangkaian seperti pada gambar dibawah ini. Jika jarum ohm meter tidak

bergerak (tetap pada posisi tak terhingga) berarti kumparan dalam kondisi baik.

Jika jarum ohm menjukkan nilai tertentu maka terjadi kebocoran pada rotor coil.
46

Gambar 21: Memeriksa hubungan massa.

b) Pemeriksaan Tahanan Rotor

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan probe ohmmeter pada

slip ring, kemudian probe yang lain pada slip ring. Tahanan antara slip ring harus

berkisar 4 Ω.lihat apakah ada bercak-bercak atau bagtian kasar pada permukaan.

Gunakan amplas halus (# 300 : 500) untuk menghilangkan bekas-bekas ini. Slip

ring bisa digunakan sampai diameter keausan mencapai 0,4 mm.

Gambar 22: Memeriksa hubungan terbuka

2) Pemeriksaan stator coil.

a) Pemeriksaa hubungan massa

Dengan menggunakan ohmmeter, periksa bahwa antara kawat kumparan

dengan stator core tadak ada hubungan. Bila ada hubungan, maka gantilah yang

baru
47

Gambar 23: Memeriksa hubungan massa

b) Pemeriksaan hubungan terbuka

Lakuakan seperti pada gambar dibawah ini. Jika jarum ohmmeter bergerak

kearah nol berarti hubungan stator coil baik. Jika jarum ohm tidak bergerak

berarti terjadi hubungan terbuka.

Dengan hasil pemeriksaan : Antara kawat kumparan saling berhububngan.

Gambar 24: Memeriksa hubungan terbuka

3) Memeriksa diode (rectifier).

a) Pemeriksaaan diode positif

Melakukan pemeriksaan dengan menghubungkan kabel positif pada ujung

diode positif dan ujung kabel negatif dengan terminal B, dan lakukan secara

terbalik. Kabel positif (diode) dan kabel negatif pada terminal B


48

Gambar 25: Memeriksa diode positif

b) Pemeriksaan diode negatif

Melakukan pemeriksaan dengan menghubungkan kabel possitif pada ujung

diode positif dan ujung kabel negatif dengan massa.

Gambar 26: Memeriksa diode negatif

2) Pemeriksaan Regulator

Spesifikasi :

Penyetelan tegangan : 13,5 - 14,5 V

Tegangan yang diatur : 12 V

Tegangan cut point lamp relay : 4,5 – 5,8 V


49

2. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Saat Penyetelan

a. Tegangan tidak stabil melampaui nilai standart, umumnya disebabkan

kesalahan pengaturan armatur dan lebar celah yang diakibatkan getaran kontak

selama penyetelan berlangsung. Periksa kerenggangan masing-masing celah.

b. Setiap melakukan penyetelan, jaga putaran alternator pada putaran rendah dan

konektor regulator harus dilepas.

Penyetelan secara mekanis. Yang dimaksud dengan penyetelan mekanis

yaitu penyetelan point gap dan armature gap menurut spesifikasinya tanpa

dihubungakan dengan generator.

Gambar 27: Penyetelan adjusting arm


( Sumber : ………,Nippodenso. 31 )
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dari uraiaan diatas penulis dapat menarik kesimpulan antara lain :

1. Rangkaian pengisian pada kijang seri 5K adalah alternator diletakan dekat

engine diberi dudukan dan dihubungkan oleh suatu v belt antara poros

engkol,puli alternator, komponen-komponen pengisian antara lain rotor coil,

stator coil, rectifier, brush, dan regulator.

2. Prinsip kerja sistem pengisian antara lain ketika kontak ON mesin belum

berputar aliran arusnya : Terminal (+) batery →fusible link → kunci kontak

(IG switch) → fuse terminal IG regulator→ point PL1→ point PL0→ terminal

F regulator→ terminal F alternator→ brush → slip ring → rotor coil→ slip

ring→ brush→ terminal E alternator→ massa body. Akibatnya rotor

terangsang dan timbul kemagnetan yang arus selanjutnya disebut arus medan

(field current).

,mesin hidup putaran sedang aliran arusnya : Terminal B alternator →

terminal B regulator → titik kontak P2 → titik kontak Po → magnet coil dari

voltage regulator → terminal E regulator → massa body.

Akibatnya pada coil voltage regulator timbul kemagnetan yang dapat

mempengaruhi posisi dari titik kontak (point) PLo. Dalam hal ini PLo akan

tertarik dari PL1 sehingga pada kecepatan sedang PLo akan mengambang

(seperti pada gambar rangkaian).

51
52

,dan mesin hidup putaran tinggi aliran arusnya : Voltage Neutral ( tegangan

netral)

Terminal N alternator → terminal N regulator → magnet coil dari voltage

relay → terminal E regulator → massa body.

3. Adapun ganguan yang terjadi pada sistem pengisian : tidak adanya

pengisian,pengisian terlalu rendah (under charge), pengisian tinggi (over

gharge), adanya suara tidak normal pada akternator, dan lampu pengisian

mengalami gangguan.

4. Adapun langkah perawatan antara lain : perika kekencangan V belt, periksa /

bersihkan kontak point pada regulator, dan bersihkan terminal batery,terminal

alternator dan regulator.

B. Saran

Akhir dari laporan ini penulis menyampaikan beberapa saran bagi pembaca

serta pengguna kendaraan bermotor, tentang sistem pengisian dan gangguan yang

terjadi pada Kijang seri 5K.

1. Lakukan pemeriksaan pada komponen-komponen utama sistem pengisian

secara berkala agar senatiasa selalu siap dan normalsebagai contoh periksa

batery dan kekencangan vand belt tiap 5000 km periksa sambungan kabel,

bearing dan brush tiap 10000 km kurang lebih 1 tahun.

2. Lakukan pengukuran dengan ohmmeter pada kedua ujung tegangan kumparan

regulator dan setel tegangan relay dan tegangan pengisian yang tepat sehingga

terhindar dari under charge atau over charge.


53

3. Analisa terlebih dahulu kerusakan yang terjadi pada sistem pengisan regulator

alternator sebelum melakukan perbaikan jika terjadi trouble gunakan standart

operasional prosedur dalam membongkar dan inspksi bagian utama

komponen-komponen alternato .
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1996, “New Step 1 Training Manual” Jakarta : PT. Toyota Astra Motor.

Anonim, 1996, “New Step 2 Training Manual” Jakarta : PT. Toyota Astra Motor.

Yayat Supriatna. Sumarsono, 1998, Listrik Otomotif 1, Bandung : Angkasa.

Darmawan Hadi, 1966, Merawat dan Memperbaiki Mobil Bensin. Jakarta : Bumi
Aksara.

Daryanto, 1999, Reparasi Sistem Kelistrikan Mesin Mobil, Jakarta : Bumi

Aksara.

51

Anda mungkin juga menyukai