Anda di halaman 1dari 8

LO & WO WEEK 5

1. Anatomi dan Fisiologi mata


3 lapisan mata :

1) Lapisan terluar : kornea dan sklera


 Kornea sbg pelindung mata dari infeksi
dan kerusakan structural, serta
membiaskan cahaya ke lensa dan retina. 5
lapis sel
 Sklera sbg pelindung utk
mempertahankan tekanan
internal/eksternal, ditutup oleh
konjungtiva (selaput transparan)
 Kornea dan sklera dihubungkan oleh
limbus
2) Lapisan tengah : jaringan uvea  iris, badan
siliar, dan koroid
 Iris sbg pengaturan akomodasi pupil
midriasis/miosis, agar cahaya masuk ke
retina dg baik
 Badan siliar utk produksi aqueous humor
 Koroid memasok oksigen (banyak
pembuluh darah) dan nutrisi, menyerap
cahaya, termoregulasi dg menghilangkan
panas, mengatur tekanan intraokuler,
mengontrol vasomotor aliran darah
Kelopak mata
- Melindungi3) Lapisan
bola mataterdalam
dari trauma,: sinar,
retina,dan10 lapis sel,
terpeka
pengeringan bola mata terhadap cahaya,
dengan mengeluarkan sekresi mengandung
kelenjar sel
membentuk film air mata didepan
kerucut dankornea
sel batang
 Sel batang dan kerucut terangsang oleh
cahaya  sinyal dijalarkan melalu saraf
Konjungtiva  saraf optikus  interpretasi oleh
Suatu membranekorteks serebri
yg menutupi sklera dan kelopak
bagian belakang dan memiliki kelenjar musin yg
dihasilkan oleh sel goblet untuk membasahi bola mata
dan terutama kornea. Terdapat tiga bagian :
1) Konjungtiva tarsal : menutupi tarsal dan
sukar digerakkan
2) Konjungtiva bulbi : menutupi sklera dan
mudah digerakkan
3) Konjungtiva forniks : peralihan tarsal dan
bulbi

SEL GOBLET

- Sel goblet berperan dalam


membentuk lapisan mukus tear filmmelalui epitel
glikokaliks dan lapisan musin (glikoprotein) yang berfungsi sebagai lubrikan dan membersihkan benda-benda
asing, kotoran dan sel yang masuk ke dalam mata.
- Fungsi ini terjadi karena sel goblet mensintesis dan mensekresikan musin dengan beratmolekul yang tinggi
yaitu musin 5ac (MUC5AC).
- MUC5AC kemudian akan disekresikan ke dalam air mata yang membentuk suatu lapisan mukosa yang
menyebar pada bagian glikokaliks dan epitel yang ada dibawahnya. MUC5AC dapat menangkap alergen lalu
mengeluarkannyadari mata dan mengalihkan ke sistem lakrima

Badan kaca
Pupil
- Jarigan kaca bening diantara lensa dan retina
- Pada anak-anak berukuran kecil akibat belum - Bersifat semi cair, mengandung air 90%
berkembangnya saraf simpatis
- Fungsi mengecil pupil  mencegah aberasi Retina
kromatis pada kromatis dan utk memperdalam
- Terdiri dari 9 lapisan : fotoreseptor, membrane
fokus seperti kamera foto
limitan eksterna dan interna, nucleus luar dan
Sudut Bilik Mata Depan dalam, fleksiform luar dan dalam, sel ganglion,
serabut saraf
- Dibentuk oleh jaringan korneosklera dg pangkal - Pembuluh darah : A. oftalmika, A. retina sentral
iris yg masuk melalui papil saraf optic utk
- Tempat pengaliran keluarnya cairan bilik mata memberikan nutrisi
- Bila ada hambatan  penimbunan cairan,
sehingga TIO ↑ atau glaucoma Saraf Optik  Saraf penglihat dan pupilomotor

Lensa mata Rongga orbita  lakrimal, etmoid, sphenoid, frontal,


dasar tulang maksila, bersama palatinum dan
- Berasal dari ectoderm, bersifat bening, terletak zigomatikus
dibelakang iris dan terdiri dari zat tembus cahaya
dapat menebal dan menipis saat ada akomodasi Superior  os frontal, lateral  frontal, zigomatik, ala
- Jernih utk media penglihatan, lentur utk magna os sphenoid; inferior  zigomatik, maksila,
akomodasi
\ menjadi cembung palatin; nasal  maksila, lakrimal, etmoid

OTOT PERGERAKAN BOLA MATA


M. oblik inferior M. oblik superior M. rektus inferior
- Fungsi : menggerakan mata keatas, abduksi, - fungsi : menggerakan mata ke bawah, - Fungsi : depresi, eksoklotorsi, adduksi
eksiklotorsi adduksi - origo pada annulus zinn, diikat oleh ligament
- origo pada fosa lakrimal, insersi pada sklera - origo pada annulus zinn dan ala parva os Lockwood, sarafi oleh N.III
sphenoid, insersi sklera temporal
M. rektus lateral M. rektus medius M. rektus superior
- menggerakan mata terutama abduksi - fungsi aduksi gerakan primer - fungsi ke : aduksi lateral, insiklotorsi
NVI - paling tebal dengan tendon - memberikan rasa sakit pada mata apabila
neuritis retrobulbar, N.VII

PROSES VISUAL MATA

Penglihatan manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Central Vision  penglihatan yang timbul pada saat cahaya jatuh pada area macula lutea retina dan memberikan
stimulus pada fotoreseptor yang berada pada area tersebut.
2) Peripheral Vision  penglihatan yang timbul pada saat cahaya jatuh pada area diluar macula lutea retina dan
memberikan stimulus pada fotoreseptor yang berada pada area tersebut.

Ketika dilatasi maksimal pupil dapat dilalui cahaya sebanyak 5x lebih banyak dibandingkan ketika sedang kontraksi maksimal.
Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu :

- papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler


- papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epithelial kontraktil yang telah termodifikasi.

Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoephitelial cells. Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi
dan melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya yang dapat memasuki mata. Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi
pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan ketika memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang
dekat atau jauh.
Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan bayangan pada retina bergantung pada
kemampuan refraksi mata. Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humor(n=1.33), dan lensa
(n=1.40).

- Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa.


- Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang
dekat dan jauh.

Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam proses visual adalah
perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi
pada retina. Retina memiliki dua komponen utama yakni :

- Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin yang bersama-sama dengan
pigmen pada choroid membentuk suatu matriks hitam yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi
penyebaran cahaya dan mengisoloasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada.
- Pada sensory retina, terdapat tiga lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionic.

Badan sel dari setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai lapisan bersatu. Lapisan
pleksiformis luar berada diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara
lapisan sel bipolar dan ganglionic. Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang terbentuk akan
diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract, lateral geniculate dari thalamus, superior colliculi dan korteks serebri

2. Aqueous humor and vitrous humor

a. Aqueous humor
- Cairan jernih yang dibentuk oleh korpus siliaris dan mengisi bilik mata anterior dan posterior, disekresi oleh
trabecula meshwork
- Prosesus siliaris, terletak pada pars plicata adalah struktur utama korpus siliaris yang membentuk aqueous
humor. Terdiri dari lapisan berpigmen dan tidak berpigmen (produksi)
- Trabecular meshwork  jaringan anyaman tersusun atas jaringan kolagen dan elastic, dan disusun atas tiga
bagian; uvea meshwork (bagian paling dalam), corneoscleral meshwork (lapisan terbesar) dan
juxtacanalicular/endothelial meshwork (lapisan paling atas)
- Produksi : kecepatan 2-3 μL/menit dan mengisi bilik anterior sebanyak 250 μL serta bilik posterior sebanyak 60
μL
 Transport aktif di sel epitel yang tidak berpigmen memegang peranan penting dalam produksi
aqueous humor dan melibatkan Na+/K+-ATPase
 Proses ultrafiltrasi, proses perpindahan air dan zat larut air ke dalam membran sel akibat perbedaan
tekanan osmotic. Proses ini berkaitan dengan pembentukan gradient tekanan di prosesus siliaris
 Proses difusi, proses yang menyebabkan pertukaran ion melewati membran melalui perbedaan
gradien elektron
- Aliran aqueous humor :
 Aqueous humor akan dialirkan dari kanalis Schlemm  vena episklera  vena siliaris anterior
dan vena opthalmikus superior. Selain itu, aqueous humor juga akan dialirkan ke vena
konjungtival  ke vena palpebralis dan vena angularis  ke vena ophtalmikus superior atau vena
fasialis  bermuara ke sinus kavernosus
 Sistem pengaliran
 Trabecular outflow  aliran utama dari aqueous humor, sekitar 90%. Aqueous humor
mengalir dari bilik anterior ke kanalis Schlemm dan menuju ke vena episklera, bermuara di
sinus kavernosus. Sistem pengaliran ini memerlukan perbedaan tekanan, terutama di
jaringan trabekula
 Uveoscleral outflow  sekitar 5-10%. Aqueous humor mengalir dari bilik anterior ke
muskulus siliaris dan rongga suprakoroidal lalu ke vena-vena di korpus siliaris, koroid dan
sklera. Bergantung bada perbedaan tekanan
- Fungsi :
 memberikan nutrisi berupa glukosa dan asam amino kepada jaringan mata di segmen anterior (lensa,
kornea, dan trabecular meshwork
 membuang zat sisa metabolism berupa asam piruvat dan asam laktat
 menjaga kestabilan tekanan intraokuli untuk mempertahankan integritas struktur mata
 media transmisi cahaya ke jaras penglihatan
b. Vitreous humor
- Gel transparan yang terdiriatas air (lebihkurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat
terhidrasi (sedikit garam dan albumin)
- Fungsi :
 Mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina
 Mempertahankan bentuk bola mata yg sferis
3. Pemeriksaan mata dan interpretasi
a. Visual acuity
- Confrontation  glaucoma, macular degeneration, optic glioma, brain tumor, multiple sclerosis, stroke,
temporal arteritis, central nervous system disorders, pituitary gland disorders, high blood pressure

b. Intra Ocular Pressure


- Normal : 10-22 mmHg
- Faktor yg mempengaruhi : keseimbangan dinamis produksi dan ekskresi aqueous humor, resistensi
permeabilitas kapiler, keseimbangan tekanan osmotik, posisi tubuh
- Tonometri
1) Melakukan desinfeksi telapak tonometer dengan alkohol.e. Pasien ditidurkan dengan posisi terlentang
(suppine)
2) Mata ditetesi dengan obat anestesi topikal seperti pantocain 0,5%.
3) Membuka kelopak mata pasien dengan telunjuk dan ibu jari (tidak menekan bola mata pasien)
4) Meminta pasien meletakkan ibu jari tangannya didepan matanya dengan jarak 1 lengan pasien atau melihat
satu titik pada langit-langit ruangan
5) Dengan tangan lain letakkan telapak tonometer Schiotz pada permukaan kornea
6) Konversikan hasil skala yang ditunjukkan oleh tonometer ke dalam tabel

c. Funduskopi
d. Orbital movement
e. COA, pupil, lens
f. CD ratio
- disk memiliki rim oranye-merah muda dengan pusat pucat, pusat pucat ini adalah tanpa jaringan neuroretinal
dan disebut cangkir.
- Ukuran vertikal dari cawan ini dapat
diperkirakan dalam kaitannya dengan
disk secara keseluruhan dan disajikan
sebagai "cup untuk rasio disc"
 cup ke disk rasio 0,3 (yaitu cup
menempati 1/3 dari ketinggian
seluruh disc) umumnya dianggap
normal
 cup meningkat menjadi rasio
disk mungkin menunjukkan
penurunan kuantitas jaringan
neuro-retina yang sehat dan
karenanya , perubahan
glaukoma. alat penilaian disc
yang lebih komprehensif adalah
DDLs.
 small discs (<1.5 mm in
diameter) where the narrowest
rim/disc ratio is <0.3
 medium discs (1.5–2.0 mm in
diameter) where the narrowest rim/disc ratio is <0.2
 large discs (>2.0 mm in diameter) where the narrowest rim/ disc ratio is <0.1

Ukuran disc dapat diukur dengan menggunakan lensa fundus di celah-lampu. Sebuah sinar celah diarahkan ke disk dan graticule
di bagian atas yang digunakan untuk menentukan faktor koreksi.
Memeriksa optik-disc kadang-kadang bisa sangat menantang karena kesulitan dalam mengidentifikasi batas-batas perbatasan
optik-saraf (misalnya, cincin scleral). Dalam beberapa situasi, dapat menggunakan sinar hijau pada lampu celah, karena dapat
memberikan pandangan yang lebih jelas dari tepi scleral. Berikut adalah cara terbaik untuk memeriksa berbagai aspek disk:

- Cup-to-disc ratio and disc rim integrity. Sementara evaluasi glaukoma optik-saraf secara tradisional berfokus
pada rasio cup-to-disc
- Ukuran yang lebih penting adalah sejauh mana dan kesehatan jaringan rim optik disc. Dalam hal ini, penting
untuk mengingat melalui (inferior, superior, nasal, temporal) aturan dalam memeriksa rim disc menipis penuh
360 derajat.
- Dalam saraf normal, tepi disc rendah biasanya bagian paling tebal, diikuti oleh rim superior, dan kemudian
hidung dan daerah temporal. Pada disc glaukoma cenderung terlihat dengan penipisan dan / atau bentukan dari
rims disc rendah dan / atau superior, mereka tidak akan mengikuti aturan.
g. Foveal reflex
h. Formal campimetry

Pemeriksaan lapang pandang dilakukan dengan perimeter, merupakan alat yang digunakan untuk menetukan luas lapang
pandang. Alat ini berbentuk setengah bola dengan jari- jari 30 cm, dan pada pusat parabola ini mata penderita diletakkan untuk
diperiksa. Batas lapang pandang perifer adalah 90 derajat temporal, 75 derajat inferior, 60 derajat nasal dan 60 derajat
superior. Dapat dilakukan dengan pemeriksaan static maupun kinetic. Pemeriksaan ini berguna untuk :

- Membantu diagnosis pada keluhan penglihatan


- Melihat progresivitas turunnya lapang pandang
- Merupakan pemeriksaan rutin pada kelainan susunan saraf pusat
- Memeriksa adanya histeria atau malingering. Dikenal 2 cara pemeriksaan perimetri, yaitu: -

Perimetri kinetik yang disebut juga perimeter isotropik dan topografik, dimana pemeriksaan dilakukan dengan objek
digerakkan dari daerah tidak terlihat menjadi terlihat oleh pasien. Perimetri statik atau perimetri profil dan perimeter curve
differential threshold, dimana pemeriksaan dengan tidak menggerakkan objek akan tetapi dengan menaikkan intensitas objek
sehingga terlihat oleh pasien.

Uji perimeter atau kampimeter, ini merupakan uji lapang pandang dengan memakai bidang parabola yang terletak 30 cm
di depan pasien. Pasien diminta untuk terus menatap titik pusat alat dan kemudian benda digerakkan dari perifer ke sentral.
Bila ia melihat benda atau sumber cahaya tersebut, maka dapat ditentukan setiap batas luar lapang pandangnya. Dengan alat
ini juga dapat ditentukan letak bintik buta pada lapang pandang.

4. Medication for Glaucoma


Obat anti glaukoma bekerja pada sistem cairan akuos untuk menurunkan tekanan intraokuIar melalui tiga mekanisme
utama, yaitu:
- Menurunkan produksi akuos di badan siliar
- Meningkatkan aliran keluar cairan akuos melalui anyaman trabekula, dan
- Meningkatkan aliran keluar cairan akuos melalui jalur uveosklera.

Obat Topikal Obat Sistemik


- Golongan kolinergik  pilokarpin, karbakol, demekarium bromide, - Golongan penghambat karbonik anhidrase 
dan ekotiofat asetazolamid dan metazolamid
- Golongan agonis adrenergic  epinefrin, dipivefrin, brimonidin, - Golongan osmotik  gliserin, manitol dan urea
iodide - Obat-obatan  forskolin, asam etakrinik, antagonis
- Golongan agonis adrenergic  timolol, karteolol, betaxolol, steroid, kanabinoid, penghambat angiotensin converting
metoprolol, levobunolol enzyme (ACE-inhibitor), peptida atrial natriuretik dan obat
- Golongan analog prostaglandin  prostaglrandin F2a / PGF2a neuroprotektif
(latanoprost), bimatoprost, travoprost, unoproston
- Golongan penghambat karbonik anhidrase  dorzolamid dan
brinzolamid

a. Timolol maleat
- Timolol menginhibisi aktivitas β1 dan β 2
- Mekanisme kerja: Merupakan penyekat beta non selektif yang memiliki efek
 menurunkan tekanan terutama karena menurunkan produksi akuos dengan memblok reseptor beta-2
dalam prosesus siliaris.
 bekerja secara langsung pada epitel siliaris untuk memblok transport aktif atau ultrafiltrasi
- Indikasi:
 Pada glaukoma sudut terbuka primer dan sekunder sebagai terapi inisial baik secara tunggal atau
kombinasi dengan miotik
 Glaukoma inflamasi, glaukoma sudut tertutup primer dan sekunder kronik, hipertensi okular dan
glaukoma pada anak.
- Kontraindikasi: Alergi obat dan kondisi lain seperti yang terjadi pada terapi penyekat beta lain.
- Dosis:
 Digunakan satu tetes larutan 0.25 % atau 0.5 % 2x sehari
 Waktu kerjanya berlangsung > 7 jam.
 Tersedia pula bentuk gel dengan konsentrasi 0.25 °o dan 0.5 %, bentuk hemi-hidrat dalam konsentrasi
0.25 % dan 0.5 % dan bentuk larutan gel (gel forming solution)
- Efek Samping:
 Iritasi okular, kongjungtivitis, blefaritis, keratitis, penurunan sensitivitas kornea, gangguan penglihatan
termasuk perubahan refraksi, keratopati pungtata supertisial, gejala mata kering, diplopia clan ptosis.
- Toksisitas sistemik timolol topikal > toksisitas lokal dan dapat mempengaruhi sistem pulmonal, kardiak dan
sistem saraf  bronkospasme, bradikardia, hipotensi, sinkop, aritmia, gagal jantung kongestif, infark miokard,
blok jantung, iskemia serebral, palpitasi, henti jantung, dispnea, gagal nafas, nyeri kepala, kelelahan, depresi,
ansietas, letargi, halusinasi, kebingungan, reaksi hipersensitif, disfungsi seksual, hipokalemia, mulut kering dan
perubahan tingkah laku

b. Pilocarpine
- Farmakokinetik: Mula kerjanya cepat, efek puncak terjadi antara 30-60 menit dan berlangsung selama 4-8 jam.
- Mekanisme:
 Meningkatkan aliran keluar akuos karena adanya kontraksi badan siliar. Hal itu mengakibatkan
penarikan tapis sklera dan penguatan clamp trabekula.
 Pada glaukoma sudut tertutup, efek miotik dari obat melepaskan blok pupil dan juga menarik iris
menjauh dari sudut bilik mata depan
 Meningkatkan aliran keluar melalui trabekula.
- Indikasi:
 Glaukoma sudut terbuka kronis (glaukoma simpel kronis)
 Glaukoma sudut tertutup akut
 Glaukoma sudut tertutup sinekia kronis (setelah dilakukan iridektomi perifer),
 Glaukoma sekunder akibat blok pupil dan setelah operasi iliudialisis
- Kontraindikasi: Glaukoma inflamasi, glaukoma malignan dan riwayat alergi.
- Efek Samping:
 Efek samping okular berupa keratitis pungtata superficial, spasme otot siliar yg menyebabkan miopia,
miosis, kemungkinan retinal detachment, progresifitas katarak dan toksisitas endotel kornea
 Efek samping sistemik termasuk berkeringat, aktivitas gastrointestinal yang meningkat, salivasi,
nausea tremor, nyeri kepala, bradikardi dan hipotensi.
- Dosis:
 Tersedia dalam bentuk larutan topikal, ocuserts dan gel.
 Pada sediaan larutan mata tersedia dua macam bentuk garam pilokarpin yaitu:
1) Pilokarpin hidroklorida dalam sediaan 0,25%, 0,50%, 1%, 2%, 3%, 4%, 6%, 8% dan 10% tetes mata.
2) Pilokarpin nitrat dalam sediaan 1%, 2%, dan 4% tetes mata.
 Diberikan 1-2 tetes, 3-4x sehari
 Konsentrasi yang umumnya digunakan 0.5 - 4 %.
 Awitan efek miotik dimulai 10-30 menit dan lama kerja 6 jam.
 Diberikan setiap 6 jam sekali

3) Acetazolamide
- obat golongan PKA yang paling sering digunakan
- Mekanisme kerja :
 memblok enzim karbonik anhidrase secara reversibel pada badan siliar sehingga mensupresi produksi
cairan akuos
 Cairan akuos kaya akan natrium dan ion bikarbonat yang hiperosmotik dibandingkan plasma. Air
ditarik ke bilik mata belakang sebagai akibat proses osmosis dan terjadi dilusi pada konsentrasi
tinggi bikarbonat.
- Peemberian:
 diberikan secara oral, konsentrasi puncak pada plasma diperoleh dalam 2 jam, bertahan 4-6 jam dan
menurun secara cepat karena ekskresi pada urin.
 tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul dengan dosis umum 125 - 250 mg 4x sehari.
 efek asetazolamid dapat diperpanjang dengan sediaan dalam bentuk granul yang terlapis dan
menggunakan sistem pemberian pompa osmotik.
- Dosis:
 Tersedia dalam bentuk tablet 125 mg, 250 mg dan kapsul lepas lambat 500 mg, dalam bentuk serbuk
untuk penggunaan suntikan iv 500 mg per vial.
 Dosis yg memperoleh efek yang mendekati maksimum:
 Asetazolamid oral 250 mg setiap 6 jam (untuk dewasa)
 Anak 10-15 mg/kg/hari dibagi dalam pemberian setiap 6 - 8 jam
 Kapsul 500 mg asetazolamid lepas lambat diberikan setiap 12 jam
- Indikasi:
 sebagai monoterapi atau sebagai pengobatan tambahan pada glaukoma simpel kronik, glaukoma
sekunder, preoperasi dan glaukoma sudut tertutup akut ketika penundaan operasi membutuhkan
penurunan TIO
- Kontraindikasi:
 Hipersensitif terhadap sediaan, sensitivitas silang antara antibakteri sulfonamid clan diuretik derivat
sulfonamide
 Penyakit respirasi perlu mendapat perhatian lebih karena kemungkinan efek asidosis respirasi (pada
penggunaan sistemik).
 Penderita dengan kadar serum natrium dan kalium yang menurun, gangguan ginjal dan hati serta
insufisiensi adrenokortikal.
- Efek samping: Malaise, rasa logam, kelelahan, depresi, anoreksi clan penurunan berat badan, penurunan libido,
mual, muntah, hematuri, glikosuria, peningkatan diuresis, insufisiensi hat], mengantuk, linglung, nyeri kepala,
parestesia ekstremitas, neropati perifer, miopia sementara, urikaria, gatal, asidosis metabolik, diskrasia darah
clan reaksi hipersensitif.
5. Penatalaksanaan
- A YAG laser  used to selectively laser pigmented TM cells without inducing photocoagulation and collateral
damage to non-pigmented cells, This is achievable due to the shorter pulse duration (3 nsec) than the thermal
relaxation time of melanin (1msec). There is a high success rate in lowering the IOP with this technique as is
often the first choice therapy in POAG these days to prevent a lifetime use of drops
- Iridotomy an argon laser is used to make a hole in the iris. This allows the pressure to stabilize, enabling the
iris and ciliary body to lie back down normally

OPEN ANGLE

- This is not always dependent on IOP. Normally we are advised to refer if 2 out of the 3 possible findings
explained about are out with normal.
- IOP >21 (considering CCT)
- Visual Fields – any repeatable defect consistent with Glaucoma in either or both eyes
- Optic Nerve – any suspicious ONH changes

CLOSED ANGLE/RISK OF ANGLE CLOSURE

- Van Herick technique – the peripheral anterior chamber width is one quarter or less of the corneal thickness
- Gonioscopy – if ≥270 degrees of posterior pigmented trabecular meshwork is not visible
6. Ocular hypertension
- Intraocular pressure >25 mm Hg may be considered for referral to secondary-eye-care services irrespective of
central corneal thickness.
- Ocular hypertension with intraocular pressure <26 mm Hg and central corneal thickness <555 micrometers
should be referred to secondary-eye-care services if they are aged ≤65.

Patients who have ocular hypertension with intraocular pressure <26 mm Hg and central corneal thickness ≥555 micrometers
may be monitored in the community.

- Faktor risiko tinggi


o Kerusakan serabut saraf retina
o Perubahan parapilar
o TIO > 30 mmHg atau lebih
o TIO 26 mmHg atau lebih dan penebalan kornea sentral <555um
o Rasio cup-disc 0,4 atau lebih dan penebalan kornea <588um.
- Faktor risiko menengah
o TIU 24-29mmHg tanpa defek serabut saraf
o CD rasio >0,3 dan penebalan kornea sentral >588um
o Riwayat keluarga dengan POAG pada lini pertama
o Miopia tinggi
3 lapisan mata :

4) Lapisan terluar : kornea dan sklera


 Kornea sbg pelindung mata dari infeksi dan kerusakan structural, serta membiaskan
cahaya ke lensa dan retina. 5 lapis sel
 Sklera sbg pelindung utk mempertahankan tekanan internal/eksternal, ditutup oleh
konjungtiva (selaput transparan)
 Kornea dan sklera dihubungkan oleh limbus
5) Lapisan tengah : jaringan uvea  iris, badan siliar, dan koroid
 Iris sbg pengaturan akomodasi pupil midriasis/miosis, agar cahaya masuk ke retina dg
baik
 Badan siliar utk produksi aqueous humor
 Koroid memasok oksigen (banyak pembuluh darah) dan nutrisi, menyerap cahaya,
termoregulasi dg menghilangkan panas, mengatur tekanan intraokuler, mengontrol
vasomotor aliran darah
6) Lapisan terdalam : retina, 10 lapis sel, terpeka terhadap cahaya, mengandung sel kerucut
dan sel batang
 Sel batang dan kerucut terangsang oleh cahaya  sinyal dijalarkan melalu saraf 
saraf optikus  interpretasi oleh korteks serebri

Anda mungkin juga menyukai