ID Pengaruh Metode Aktivasi Pada Kemampuan
ID Pengaruh Metode Aktivasi Pada Kemampuan
2, Oktober 2016
*Email : hesti.wijayanti2013@gmail.com
Abstrak- Kaolin adalah mineral yang terdapat pada batuan sedimen dikenal dengan nama batu lempung.
Kaolin banyak diaplikasikan di industri seperti kertas, keramik, karet, plastik, cat, fibergelas, dan
kosmetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode aktivasi terhadap kemampuan
kaolin sebagai adsorben. Penelitian dilakukan dengan cara pengaktivasian kaolin secara fisika, kimia,
dan kimia-fisika. Aktivasi fisika dilakukan dengan pemanasan kaolin pada suhu 700oC di dalam furnace
selama 30 menit dan untuk aktivasi kimia dilakukan penambahan HCl 0,25 M pada kaolin disertai
pengadukan dengan kecepatan 200 rpm selama 60 menit sedangkan untuk aktivasi kimia-fisika dilakukan
penambahan HCl 0,25 M pada kaolin kemudian dilanjutkan pemanasan di dalam furnace pada suhu
700oC. Pengaktivasian kaolin ini untuk menghasilkan adsorben yang mampu menyerap ion besi (Fe)
secara optimum. Dari penelitian ini, aktivasi yang optimum diperoleh untuk kaolin dalam mengadsorpsi
Fe adalah aktivasi kimia. Adsorben kaolin yang teraktivasi kimia mempunyai daya adsorpsi yang besar
terhadap ion Fe yaitu menghasilkan penurunan kandungan ion besi (Fe) menjadi sebesar 0,04 mg/L.
Abstract- Kaolin is a mineral found in sedimentary rocks known as clay stone. Kaolin widely applied in
industries such as paper, ceramics, rubber, plastics, paint, glassfiber, and cosmetics. This study aimed to
determine the effect on the ability of kaolin activation methods as adsorbent. The study was conducted by
activation of kaolin in physics, chemistry, and chemistry-physics. Physical activation was done by heating
kaolin at 700 ° C in a furnace for 30 minutes and for the chemical activation, the addition of 0.25 M HCl
in kaolin with stirring speed of 200 rpm for 60 minutes, while the chemical-physical activation, the
addition of 0.25 M HCl to the kaolin and continued warming in furnace at 700 ° C. The kaolin activation
was to produce an adsorbent that is able to absorb iron (Fe) optimally. From this study, the optimum
activation obtained for kaolin in adsorbing Fe is the chemical activation. Chemical activated kaolin
adsorbent having a large adsorption capacity of the ion Fe which resulted in decreased content of iron
(Fe) to 0.04 mg / L.
20
Konversi, Volume 5 No. 2, Oktober 2016
21
Konversi, Volume 5 No. 2, Oktober 2016
Cyanida, Besi dan sebagainya. Persyaratan pada suhu 700ºC selama 30 menit. Kaolin dari
biologis ditentukan baik oleh mikroorganisme furnace dikeluarkan dan didinginkan sampai pada
yang pathogen, maupun yang nonpathogen suhu kamar.
(Yuliana, 2009). Air sumur bor merupakan salah
satu jalan yang ditempuh masyarakat untuk Aktivasi Kimia Kaolin
memenuhi kebutuhan air bersih, namun tingginya Kaolin yang berasal dari tanah Cempaka
kadar ion Fe (Fe2+, Fe3+) yaitu 5–7 mg/L sebelumnya diperlakukan sama halnya dengan
mengakibatkan harus dilakukan pengolahan kaolin yang diaktivasi secara fisika. Kaolin
terlebih dahulu sebelum dipergunakan, karena dibersihkan dari pengotor – pengotor disekitarnya
telah melebihi standar yang telah di tetapkan oleh kemudian dipanaskan dalam oven dengan suhu
Departemen Kesehatan di dalam Permenkes No. 100oC sampai kering kemudian ditumbuk, lalu
416/Per/Menkes/IX/ 1990 tentang air bersih yaitu kaolin dihaluskan dengan ayakan ukuran 500
sebesar 1,0 mg/l. Salah satu upaya yang dapat mesh. Kaolin yang telah menjadi powder
dilakukan untuk menurunkan kadar besi ditimbang sebanyak 40 gram. Setelah itu kaolin
(Fe2+,Fe3+) dalam air adalah dengan cara aerasi. dimasukkan ke dalam gelas beker 500 mL
Teknologi ini juga dapat kombinasikan dengan kemudian ditambahkan dengan larutan HCl 0,25
sedimentasi dan filtrasi (Yuliana, 2009). M sebanyak 400 mL. Gelas beker kemudian
Kandungan ion Fe (Fe2+,Fe3+) pada air diletakkan pada rangkaian alat seperti pada
sumur bor berkisar antara 5–7 mg/L. Tingginya Gambar 3.3 dan dilakukan pengadukan dengan
kandungan Fe (Fe2+,Fe3+) ini berhubungan dengan kecepatan 200 rpm selama 60 menit. Kaolin
keadaan struktur tanah. Struktur tanah dibagian tersebut dipisahkan dari larutan HCl dengan cara
atas merupakan tanah gambut, selanjutnya berupa disaring menggunakan kertas saring, kaolin yang
lempung gambut dan bagian dalam merupakan tersisa pada kertas saring dicuci dengan aquadest
campuran lempung gambut dengan sedikit pasir kemudian di oven sampai kering.
(Yuliana, 2009).
Aktivasi Kimia-Fisika Kaolin
METODE PENELITIAN Untuk aktivasi secara kimia-fisika pun
Pelaksanaan penelitian dilakukan di diperlakukan sama halnya seperti kaolin dengan
Laboratorium Teknik Pertambangan Fakultas aktivasi fisika dan aktivasi secara kimia. Kaolin
Teknik Universitas Lambung Mangkurat yang sudah menjadi powder kemudian ditimbang
Banjarbaru (pengaktivasian kaolin), Laboratorium sebanyak 40 gram. Setelah itu kaolin dimasukkan
PDAM Intan Banjar (proses adsorpsi dan ke dalam gelas beker 500 mL kemudian
pengujian sampel) dan Laboratorium Operasi ditambahkan dengan larutan HCl 0,25M sebanyak
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas 400 mL. Gelas beker kemudian diletakkan pada
Lambung Mangkurat Banjarbaru. rangkaian alat seperti pada Gambar 3.3 dan
dilakukan pengadukan dengan kecepatan 200 rpm
Alat selama 60 menit. Kemudian kaolin tersebut
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian dipisahkan dari larutan HCl dengan cara disaring
ini antara lain : tanur (furnace), motor pengaduk, menggunakan kertas saring, kaolin yang tersisa
jar test, desikator, gelas beker, oven, erlenmeyer, pada kertas saring dicuci dengan aquadest. Kaolin
neraca analitik, gelas arloji, stopwatch, cawan yang telah diaktivasi secara kimia kemudian
porselin, gelas ukur, botol semprot, corong, kertas dipirolisasi pada suhu 700ºC selama 30 menit.
saring, labu ukur, ayakan, loyang, penjepit, pipet Kaolin dari furnace dikeluarkan dan didinginkan
volume, dan sudip. sampai pada suhu kamar.
22
Konversi, Volume 5 No. 2, Oktober 2016
23
Konversi, Volume 5 No. 2, Oktober 2016
dipertukarkan. Kemudian untuk lebih diperoleh sebesar 1,47 mg/L. Hasil uji sesudah
memperbesar permukaan pori-pori kaolin tersebut adsorpsi dengan kaolin, kadar ion besi yang
dilakukan lagi aktivasi fisika untuk menguapkan diperoleh mengalami penurunan dengan adanya
kandungan air sehingga memungkinkan pertukaran variasi perlakuan aktivasi berupa aktivasi fisika,
ion dan penyerapan senyawa kimia. Hal ini aktivasi kimia, dan aktivasi kimia-fisika yang
terbukti dengan berubahnya nilai Fe yang menunjukkan hasil sebagai berikut 0,27 mg/L
terkandung dalam air sumur Garuda yang semula (aktivasi fisika), 0,04 mg/L (aktivasi kimia), dan
memiliki kadar Fe sebesar 1,47 mg/L turun 0,63 mg/L (aktivasi kimia-fisika).
menjadi 0,63 mg/L sehingga diperoleh besarnya Penurunan ion besi yang diperoleh dengan
penurunan kadar Fe sebesar 57,14%. adanya perlakuan aktivasi ini sama halnya dengan
Dari hasil adsorbsi Fe yang diperoleh yang terjadi dengan hasil penelitian yang didapat
ternyata aktivasi kimia paling bagus dibandingkan oleh Auliya dan Luthfianti pada tahun 2009
jenis aktivasi yang lain atau dapat diurutkan meskipun dengan adsorben yang berbeda dimana
sebagai berikut: mereka menggunakan tanah lempung gambut.
Aktivasi kimia < Aktivasi Fisika < Aktivasi Meskipun demikian, tanah lempung gambut dapat
Kimia-Fisika bersifat amorf contohnya silika gel, alumina, dan
Hal ini dapat dijelaskan dimana untuk perlakuan besi oksida dimana komposisi zat tersebut juga
aktivasi kimia dari hasil reaksi yang terjadi karena dimiliki oleh kaolin.
adanya penambahan HCl, dengan adanya
penambahan asam luas permukaan kaolin lebih KESIMPULAN
besar diperoleh dibandingkan dengan adanya Berdasarkan hasil penelitian yang telah
pemanasan maupun gabungan antara pemanasan dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan
dengan penambahan asam. sebagai berikut :
Sebab saat penambahan HCl terjadi 1. Kaolin merupakan adsorben yang baik dalam
penurunan kadar Ca+, K+, dan Na+ di permukaan menyerap ion besi, baik dengan perlakuan
kaolin sehingga lebih banyak diperoleh permukaan aktivasi fisika dan kimia ataupun kimia-fisika.
atau pori-pori kaolin yang menjadi lebih terbuka. 2. Perlakuan dengan aktivasi kimia merupakan
Dibandingkan dengan perlakuan aktivasi kimia, adsorben yang paling baik dalam penyerapan
pada aktivasi fisika kadar Fe yang diperoleh lebih ion besi yaitu menghasilkan kandungan ion
besar disebabkan zat pengotor yang dihilangkan besi (Fe) sebesar 0,04 mg/L.
pada aktivasi fisika hanya air (H2O)(Susana, 2006) 3. Kandungan Fe dalam air sumur Garuda
sedangkan senyawa pengotor yang lain masih sebelum adsorpsi cukup tinggi yaitu sebesar
terikat pada permukaan kaolin tidak seperti 1,47 mg/L, setelah proses adsorpsi dengan
aktivasi kimia yang dapat menghilangkan zat kaolin yang teraktivasi kandungan Fe
pengotor lebih banyak yaitu Ca, K, dan mengalami penurunan.
Na(Gurhayanto, 1995), sehingga luas permukaan 4. Senyawa HCl merupakan asam kuat yang
dari kaolin tidak optimal terbuka yang efektif untuk mengaktivasi kaolin sehingga
menyebabkan pada saat proses adsorpsi dapat menurunkan kandungan ion besi (Fe)
penyerapan ion besi tidak dapat dilakukan secara signifikan.
sebanyak mungkin. Untuk aktivasi kimia-fisika
menghasilkan kadar Fe paling besar dibandingkan DAFTAR PUSTAKA
aktivasi lainnya. Dengan adanya aktivasi kimia Auliya, R. & Widia Sri L. 2009. Pemanfaatan
terhadap kaolin dapat menukar kation-kation yang Tanah Lempung Gambut Sebagai Adsorben
ada dalam antarlapis kaolin dengan ion H+ Dalam Menurunkan Ion Besi (Fe) dan
sehingga kaolin menjadi lebih aktif, antarlapis Mangan (Mn) Pada Air Tanah Kota
kaolin ini merupakan bidang yang bertanggung Banjarbaru. Banjarbaru: Fakultas Teknik
jawab terhadap proses pertukaran kation tetapi UNLAM.
karena adanya pemanasan pada suhu 7000C Brown, G.G. 1950. Unit Operation. Modern Asia
(aktivasi fisika) antarlapis kaolin menjadi rusak ed. John Wiley & Son, Inc. New York.
sehingga mempengaruhi dalam besarnya Farah, Isma & Rosiyana E. 2009. Studi Awal
penyerapan ion Fe. Gambar 2 menunjukkan bahwa Penurunan Kadar Besi (Fe) Dan Mangan
kaolin dengan aktivasi kimia menunjukkan (Mn) Air Sumur Kota Banjarbaru
aktifitas adsorpsi terbaik, yakni mampu Memanfaatkan Limbah Lumpur PDAM
mengadsorpsi Fe paling banyak 0,04 mg/L. Sebagai Adsorben. Banjarbaru: Fakultas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan di Teknik UNLAM.
atas menyebabkan terjadinya penurunan pada Fitria. 2004. Aktivasi Lempung dan
kadar ion besi dalam air sumur Garuda. Kadar ion Karakteristiknya. Skripsi. Banjarbaru:
besi sebelum proses adsorpsi dengan kaolin Fakultas MIPA UNLAM.
24
Konversi, Volume 5 No. 2, Oktober 2016
Gurhayanto, Andi Bukit & Holia Onggo. 1995. Nurahmi. 2001. Reynold T. D. 1982. Unit
Pengolahan Kaolin Untuk Bahan Baku Operation And Process In Environmental
Cordierite. Telaah, Jilid XVI, No. 2. Engineering. Texas:Wods Worth Inc. A&M
Hammer , Mark J. 1977. Water and Waste Water Univercity.
Technology. John Wiley and Sons Inc. Sediawan, W.B. dan Prasetya, A. 1997. Pemodelan
New York Matematis dan Penyelesaian Numeris
Hartaya, K.. 2006. Pengaruh Pemadatan dan dalam Teknik Kimia dengan Pemrograman
Kandungan Binder terhadap Porositas Bahasa Basic dan Fortran. Andi.
Kaolin Teknis. Available From: URL: Yogyakarta.
http://www.scribd.com/doc/3532972/Penga Sontheimer, J.E.. 1985. Activated Carbon for
ruh-Pemadatan-Dan-Kandungan-Binder- Water Treatment. Netherlands.. Elsevier.
Terhadap-Porositas-Kaolin Teknis.pdf Susana, Ina. 2006. Montmorillonit Terpilar TiO2
Helda N. 2005. Penggunaan unit proses oksidasi- Sebagai Bahan Anti Bakteri Escherichia
kimia untuk menghilangkan besi dalam air. coli. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Prosiding. Banjarbaru: Seminar Ilmiah Dies Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Natalis Universitas lambung mangkurat. Universitas Sebelas Maret.
Marsh et all, Harry. Francisco Rodriguez-Reinoso. Tjokrokusumo, K. R. T. 1995.Pengantar Konsep
2006. Activated Carbon. Elsevier Ltd. Teknologi Bersih Khusus Pengelolaan Dan
London. UK Pengolahan Air Bersih. Jogjakarta: STTL
Menteri Kesehatan RI. 2002. Syarat-Syarat dan YLH.
Pengawasan Kualitas Air Minum Teng Hsisheng, Ho Jui an, Yung fu, Hsieh Chien
No.907/MENKES/SK/VII/2002. Jakarta. To. 1996. Preparation of Activated Carbon
Notodarmojo, S.. 1994. Pengolahan Air Berwarna. from Bituminous Coal with CO2 Activation
Kajian Terhadap Studi Laboratorium. 1 Effects of Oxygen Content in Raw Coal.
Makalah Lokakarya Pengolahan Air Ind. Eng. Chem.Res, 35: 4043-4049.
Berwarna. Palangkaraya. Utari, Tresye. 1994. Pembuatan Adsorben
Alumina Dari Kaolin. Tesis. Jakarta
25