Nama Kelompok:
1. Anastasia Noengsih (2013 034 021)
2. Natalia Zatna S (2014 034 020)
3. Jeremia Efata P (2016 034 012)
4. Kumoro Rayi Ganeshasi (2017 0304 0001)
5. Maria Elizabeth Winata (2017 0304 0009)
1. BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
2. BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Sejarah perkembangan
2.2. Pengertian
2.3. Jenis-jenis dan populasi
3. BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Ringkasan 2 Jurnal
3.2. Contoh penerapan
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Tari membuat seseorang tergerak untuk mengikuti irama tari, gerak tari, maupun
unjuk kemampuan, dan kemauan kepada umum secara jelas. Tari memberikan penghayatan
rasa, empati, simpati, dan kepuasan tersendiri terutama bagi pendukungnya.Tari pada
kenyataan sesungguhnya merupakan penampilan gerak tubuh, oleh karena itu tubuh sebagai
media ungkap sangat penting perannya bagi tari. Gerakan tubuh dapat dinkmati sebagai
bagian dari komunikasi bahasa tubuh. Dengan itu tubuh berfungsi menjadi bahasa tari untuk
memperoleh makna gerak.
Tari merupakan salah satu cabang seni yang mendapat perhatian besar di masyarakat.
Ibarat bahasa gerak, hal tersebut menjadi alat ekspresi manusia dalam karya seni. Sebagai
sarana atau media komunikasi yang universal, tari menempatkan diri pada posisi yang dapat
dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja. Seni tari merupakan karya cipta manusia yang indah.
seni tari dikatakan indah apabila rangkaian dan bagian-bagiannya atau elemen-elemen
penunjang tari menjadi suatu susunan yang lengkap dan utuh hingga mampu menumbuhkan
kenikmatan bagi pemirsa (penikmatnya). Bisa dikatakan juga tari bentuk merupakan sebuah
tari yang menggambarkan cerita secara keseluruhan dari awal sampai akhir pertunjukan.
Dalam buku problem of art disebutkan bahwa tari adalah sejarah yang dibentuk secara
ekspresif dan diciptakan manusia untuk dapat dinikmati dengan
rasa.misalnya:gerak,kostum,iringan musik,properti,dan pola lantai. Unsur utama yang paling
pokok dalam tari adalah gerak tubuh manusia yang sama sekali lepas dari unsur ruang, dan
waktu, dan tenaga.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. SEJARAH PERKEMBANGAN
DMT pertama kali mulai digunakan dalam psikiatri Inggris pada tahun 1940 dan
kemudian kemudian berevolusi dalam pendidikan khusus, kerja dalam keluarga, bekerja
dengan orang yang lebih tua, dan dengan orang-orang yang tidak memiliki kemampuan belajar.
Orang Inggris yang memiliki sistem unik dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan layanan
sosial memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan ide dan sikap terhadap terapi
secara umum dan DMT khususnya. Meskipun ada beberapa praktik psikiatri yang terisolasi di
rumah sakit, tidak sampai pertengahan 1970-an kelompok-kelompok itu masuk menjadi suatu
lembaga yang menawarkan pelatihan informal dan jaringan pendukung. Pada saat itu juga, the
SESAME Course in Movement and Drama in therapy and the Laban Centre’s berjalan satu
tahun penuh penuh di pusat pendidikan tari. Pada akhir 1970-an dan awal 1980-an, sebagian
kelompok kecil praktisi telah menyelesaikan kursus di Laban Center Course, mulai bertemu di
sebuah secara informal untuk menawarkan pengawasan dan dukungan satu sama lain.
Pada tahun 1985, pelatihan Amerika diimpor ke Laban Center. Kemudian, pelatihan di
perguruan tinggi yang tidak tervalidasi pada akhirnya didirikan di Froebel College,
Roehampton Institute pada tahun 1987, terlepas dari permulaan ini, DMT di Inggris masih
terdapat praktisi yang tidak memiliki pelatihan yang divalidasi dan diakui, karena belum
melewati pendidikan di universitas atau tingkat diploma pascasarjana CNAA sebagai program
pelatihan awal.
Kemudian, tim di Hertfordshire College of Art dan Desain, St Albans, yang dipimpin
oleh penulis yang mengambil inisiatif dan berhasil mengembangkan kursus DMT. Dengan
lebih dari dua puluh tahun pengalaman dalam pelatihan terapi seni yang mereka kembangkan,
mampu menetapkan kursus yang konsisten dengan kursus pelatihan pascasarjana lainnya di
Inggris dalam terapi seni, terapi drama, dan terapi musik. Akhirnya, The postgraduate Diploma
in Dance Movement Therapy telah dianugerahi validasi oleh CNAA pada tahun 1988.
Sedangkan, The Laban Centre for Movement and Dance juga diikuti dengan pengembangan
yang serupa pada1989. Namun, meskipun kedua kursus tersebut sekarang distandardisasi oleh
validasi CNAA, The Laban Centre dan Diploma in Dance Movement Therapy menawarkan
penekanan dan pendekatan yang sedikit berbeda, terutama karena akar sejarahnya berada
masing-masing di Inggris dan praktik AS. Misalnya, kursus St. Albans menekankan bahwa
partisipasi dalam pengalaman kelompok DMT sangat penting untuk proses pembelajaran
sebagai bagian dari program dan, di samping itu, sangat menyarankan agar para siswa terlibat
dalam terapi pribadi individu.
pengaruh modern mulai terlihat dalam pelatihan DMT. Kursus telah berlangsung
selama lebih dari satu dekade dan setidaknya tujuh mata kuliah berada di level MA. Kursus
lain adalah sarjana atau terapi berdasarkan seni kreatif. Saat ini tidak ada negara di bagian
Eropa yang pelatihan pascasarjana DMT-nya dibiayai atau divalidasi secara nasional,
meskipun pusat pelatihan pascasarjana memang ada. Misalnya, Belanda memiliki sarjana
kursus dan pelatihan pascasarjana dalam terapi psikomotor dan postdoctoral terapi gerakan
integratif. Terdapat juga minat yang besar terhadap DMT di Jerman, Prancis, Swedia, dan di
Italia.
3. Jenis-Jenis Dance Movement Therapy dalam berbagai populasi (Tarian dan gerakan
dalam konseling)
Tari profesional dan gerak terapis mengunakan model konseling, dapat diimplementasi
dengan segala usia dan populasi. Menurut Hendricks, 1982, HLM.166) bahwa teknik konseling
dapat diaplikasikan dengan tarian atau gerakan untuk membantu klien atau konseli dalam
mengentaskan permasalahan dan menemukan cara yang tepat dalam mengahadapi
permasalahan, dengan tujuan agar konseli dapat mengekspresikan perasaan dan pikiran melalui
gerakan atau perilaku yang ditampilkan. hal ini dapat dilakukan dengan cara kerja yang aktif
dan inovatif yang berbasis Art-based sebagai berikut:
1. Anak-anak
Anak-anak memiliki energi yang banyak sehingga pengunaan tarian dan
gerakan berfokus pada kesadaran diri. Terapi ini dilakukan anak-anak pada ruang
pribadi dan rasa mengendalikan dan kepemilikan atas tubuh sendiri. menurut (Goodhill,
1987) gerakan dan dance memmbatu anak-anak memiliki kesadaran akan orang lain
dan memiliki pertahan secara fisik dan berbagai aspek kesehat. Jenis Dance yang
digunakan pada anak-anak ada 3:
a. Type Ecercises for physically funtional Children (Eksersais/ Latihan untuk fungsi
fisik).
Jenis Dance kegiatan ini, anak-anak berjalan dalam kecepatan normal
kemudian kecepatan yang lebih cepat dari biasanya diiringi dengan irama. Sehingga
anak-anak, merasakan bagaimana rasanya berjalan, dengan gerak lambat dan cepat
dalam hal ini dapat dihubungkan dengan perasaan sehingga anak-anak lelah, bahagia
atau sedih setelah berjalan dengan melalui berbagai tantanggan.
b. Type Locomotion (Daya pengerak)
Jenis tarian daya gerak ini untuk anak-anak yang aktif atau Hiperaktif dapat
diterapi dengan daya gerak dengan melompat, lari-lari dan melompat-lompat.
c. Type Robot
Jenis tarian ini untuk anak yang mengalami gangguan secara fisik sehingga
membuat anak tersebut memiliki tubuh atau fisik dan kaku.
d. Excercises For Children With Disabilities (Latihan pada anak-anak penyandang cacat)
Tarian dapat berdampak pada anak-anak penyandang cacat dan penggunaan
tarian secara dramatis sehingga anak-anak disabilitas dapat menyentuh bagi anak yang
mengalami kebutaan dengan menemukan kesenagan.
2. Adolescents ( Masa Remaja/Remaja)
Tarian atau gerakan terapi dapat digunakan untuk pencegahan atau preventif
dalam membantu remaja melakukan riset tetang perubahan radikal dalam tubuh dan
kesadaran pada diri mereka yang sedang mengalami permasalahan atau penyakit.
Menurut Emunah, 1990 HLM.103) Dance and Movement terapy dapat digunakan untuk
remaja persoalan terhadap gender, etnis, atau diagnosis. Sehingga tarian atau gerakan
dapat membantu remaja dalam mengekpresikan kreativitas dan dapat
mengaktualisasikan diri. Hal ini dapat mengembangkan keterampilan dan kepercayaan
diri dan dapat memotivasi remaja untuk menampilkan perasaan konflik dengan perilaku
yang aktif yang merupakan bentuk komunikasi atau menunjukan bahwa diri remaja dapat
mengekpresikan perasaan nonverbal dari pada verbalisasi. Remaja marah atau bingung,
sakit hati dapat mengekpresikan diri dengan menari atau begerak. Remaja yang
mengalami gangguan yang parah, seperti penderita anoreksia nervosa dapat diterapi
sesuai dengan kemampuan remaja. Menurut Kaslow dan Eicher, i 1998 HLM. 82
Gerakan tarian yang berhubungan dengan gerak otot relaksasi otot, pernapasan dan
kepekaan untuk membantu remaja yang mengalami penyakit tersebut.
b. Remidiation (Perbaikan) Tarian dan gerakan terapi dapat digunakan untuk membantu
individu yang menggalami pelecehan seksual, mengalami kerusakan fisik, depresi,
trauma. Hal ini dapat membantu individu mengembalikan harga diri, memiliki relasi
sosial, dan membantu individu untuk memperbaiki kepercayaan idividu dalam
keintiman dan ketarampilan sosial. Secara keseluruhan, tarian dan gerakan terapi dapat
meningkatkan kualitas hidup bagi banyak orang dewasa yang menderita stres dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. hubungan sosial, nilai global dan kesehatan
jasmani untuk meningkatkan kesehatan secara signifikan dalam jangka pendek dan
kerohanian serta faktor kesehatan umum tampak meningkat dalam jangka panjang.
Menurut Brauninger 2012 terapi ini juga dapat membantu wanita yang mengalami
kegemukan dengan problem pernapasan secara emosi, DMT stastistik mengurangi stres
psikologis dan kondisi tubuh merekan secara perlahan. Hal ini dapat di lakukan dengan
membantu individu yang memiliki permasalahan secara fisik dengan cara terapi tarian
ballroom dan tango dapat meningkatkan keseimbangan dan koordinasi pada individu
yang mengalami sakit. Menurut Kiepe, Stockman dan Keil 2012 terapi gerakan
digunakan untuk klien yang mengalami tekan sehingga klien dapat mengekpresikan diri
melalui energi postif yaitu melalui tarian atau gerakan untuk melepasakan emosi
merakan secara konstruktif secara postif.
5. Populasi Umum
a. Evaluation of Progress
b. Feeling Pulled
Dalam kegiatan ini, konseli diminta untuk berjalan atau bergerak menuju tujuan
mereka. Kemudian konselor memegang lengan konseli dan menariknya ke
belakang. Kemudian konselor dan konseli mengidentifikasi kekuatan-kekuatan
yang dapat menghambat konseli untuk mencapai tujuan mereka.
c. Circles
Latihan ini dilakukan dengan meminta konseli untuk berjalan dengan pola arah
yang sama secara berulang-ulang. Tujuannya dalah untuk membantu konseli
menemukan cara baru untuk mencapai tujuan mereka.
6. Grup
Latihan ini dilakukan secara berpasangan, dimana dua orang saling bergantian
berperan sebagai pemimpin dan sebagai pengikut. Mereka diminta untuk
melakukan tarian dengan saling menggerakan jari, telapak tangan, dan
punggung tangan dengan kondisi mata terbuka dan mata tertutup. Mereka juga
dapat meningkatkan gerakan yang mereka buat. Setelah latihan tersebut selesai,
konselor menanyakan emosi atau perasaan apa yang muncul dari mereka.
c. Bayangan (shadow)
Latihan ini dilakukan secara berkelompok yang dapat terdiri dari dua, empat,
atau delapan orang. Salah satu anggota kelompok menirukan suatu gaya dan
anggota yang lain mengikutinya. Latihan ini dapat dillakukan dengan suasana
hening, maupun menggunakan music yang membantu anggota kelompok saling
berinteraksi. Setelah latihan dilakukan, konselor menanyakan pengalaman dan
perasaan apa yang muncul dari mereka. Latihan ini dapat menjadi dasar
keterbukaan dari para anggota kelompok untuk berbagi dan berinteraksi.
7. Keluarga
Bentuk tarian yang dapat dilakukan untuk ,membantu keluarga yang memiliki
hubungan kurang baik antara lain:
Latihan ini dilakukan dengan meminta semua anggota keluarga untuk bergerak
yang menggambarkan kondisi keluarga mereka saat ini. Kemudian konslor
memberikan gerakan yang spesifik pada masing-masing anggota keluarga dan
dilakukan berulang-ulang sampai mereka menemukan atau mengalami keterikatan
ganda.
b. Paradoks (paradox)
Latihan ini dilakukan dimana konselor mengatakan bahwa keluarga tidak dapat
melakuukan sesuatu untuk berubah. Konselor memberikan instruksi yang tidak
menyenangkan. Selanjutnya dapat dilihat, apakah keluarga tersebut mengikuti
arahan konselor, atau menolaknya dengan menciptakan gerakan baru. Perubahan
dapat terjadi apabila keluarga memilih untuk menciptakan gerakan baru yang
merupakan kondisi yang mereka harapkan.
BAB III
LANDASAN TEORI
Ringkasan Jurnal
Jurnal pertama:
Untuk mendapatkan informasi mendalam tentang manfaat dan pentingnya pemberian
Dance Movement Therapy (DMT) kepada peserta didik melalui pembelajaran Tari.
Diharapkan dengan mengetahui lebih dalam informasi ini, akan bermanfaat dalam menunjang
proses pembelajaran dan meningkatkan prestasi siswa. Karenanya metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah studi kualitatif dengan survey langsung dan studi literatur. Dari
studi ini didapatkan hasil bahwa pemberian DMT melalui tari dapat membantu dalam (1)
peningkatan integrasi kognisi, afeksi, dan pengalaman fisik; (2) ekspresi kompetensi; (3)
meningkatkan kesadaran diri; (4) sebagai bentuk coping dalam upaya mengatasi masalah
tekanan atau stress, mood, emosi; (5) membantu dalam meningkatkan self-eficacy (6)
merupakan bentuk dukungan social. Selain itu didapatkan hasil studi literatur tentang panduan
dalam pemberian DMT. DMT Hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar kuat akan
pentingnya pemberian terapi DMT melalui pembelajaran tari di sekolah kepada para siswa
guna membantu dalam proses peningkatan hasil proses pembelajaran disekola
Jurnal Kedua:
Untuk memperoleh data dan informasi mengenai keefektifan model pembelajaran
kooperatif tipe bamboo dancing dalam keterampilan berbicara bahasa Jerman siswa kelas XI
IPA SMA Negeri 7, karena terdapat empat kompetensi berbahasa dalam pembelajaran bahasa
Jerman yang diajarkan, diantaranya mendengar (Hören), berbicara (Sprechen), membaca
(Lesen), menulis (Schreiben), dan serta ditunjang dua aspek kemampuan, yaitu tata bahasa
(Strukturen) dan kosakata (Wortschatz). Maupun menyadari betapa pentingnya kegiatan
berbicara, kebiasaan berbicara, dan dasar kemampuan berbicara, maka perlu ditanamkan
kepada siswa sedini mungkin. Hal ini akan tercapai apabila bimbingan berbicara dalam
pengajaran bahasa Jerman di sekolah-sekolah diberikan secara sistematis dan terus menerus
oleh pendidik
Teknik Pendekatan Adlerian dikolaborasikan dengan Dance Movement Therapy
FILOSOFI
Adler memiliki pandangan terhadap manusia, bahwa terdapat dua komponen dalam pribadi
manusia yang sehat yaitu manusia superioritas dan manusia inferioritas. Dimana pada suatu
kondisi tertentu komponen itu akan muncul tanpa disadari.
PATOLOGI
Manusia mengubah komponen Superioritas menjadi superioritas kompleks.
Manusia mengubah komponen Inferioritas menjadi Inferioritas kompleks.
TUJUAN
Menjadi manusia sehat seutuhnya dalam komponen superioritas dimana manusia berfokus
pada kelebihannya dan mengembangkan kelebihannya baik secara individual maupun secara
grup, serta mampu mengidentifikasi kelemahan atau kekurangan yang dimilikiny
STRATEGI
1. Menciptakan hubungan terapeutik yang tepat
2 .Menggali dinamika psikologi yang ada dalam diri klien (analisis dan penilaian)
3 .Membangunkan semangat pengembangan rasa memahami diri sendiri (wawasan diri)
4. Menolong klien menentukan pilihan-pilihan baru (reorientasi dan reedukasi)